TENTANG
KONSEP IMUNOLOGI
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
1. Aisah (062401S21004)
2. Izatul zanah (062401S21026)
3. Indah cahyani (062101S21023)
4. Nabila zal zabil (062101S21037)
5. Marma (062401S21034)
6. Faturahmawati (062401S21012)
Assamalualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Makalah ini kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh ini dosen ibu nurbaety, S.SiT,M.KM . Guna memantapkan mengetahuan
mahasiswa mengenai ijin penyelenggaraan praktek bidan.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai sistem kekebalan yang berfungsi untuk membuat tubuh
tidak mudah terserang penyakit. Tubuh membutuhkan imunitas agar dapat melindungi
organ tubuh, atau biasa juga disebut sebagai antibodi. Antibodi dihasilkan dari sel-sel
leukosit atau sel darah putih. Sel darah putih bekerja dengan cara menghancurkan hal-
hal yang dapat menyebabkan penyakit.
Imunologi adalah sebuah studi yang berkaitan dengan sistem kekebalan dan
merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran dan biologi yang sangat penting untuk
kehidupan. Sistem kekebalan tersebut dapat melindungi tubuh seseorang dari berbagai
infeksi dengan sebuah pertahanan.
Apabila sistem kekebalan tidak berfungsi dengan normal, berbagai penyakit akan
bermunculan, seperti alergi, autoimunitas, dan kanker. Oleh karena itu, sistem imun
sangat penting sebagai pertahanan tubuh dari berbagai macam gangguan yang
merugikan.
Pada imunologi, terdapat tiga hal dasar yang dipelajari, yaitu imunitas atau reaksi
tubuh terhadap masuknya benda asing ke tubuh, respons imun atau respons
terkoordinir terhadap benda asing, dan sistem imun atau reaksi sel dan molekul yang
terjadi terhadap benda asing tersebut. Pada abad ke-19 dan ke-20, imunologi banyak
menemukan terobosan ilmiah, yaitu transplantasi organ yang aman, identifikasi
golongan darah, dan penggunaan antibodi monoklonal yang umum digunakan untuk
perawatan kesehatan. Sejauh ini, penelitian imunologi sedang berusaha memecahkan
masalah pada imunoterapi, penyakit autoimun, dan vaksin untuk penyakit-penyakit
yang belum ada obatnya, seperti ebola.
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan dibahas di makalah ini antaranya.
1. Apa pengertian imunologi?
2. Apa faktor yang menyebabkan imunologi?
3. Macam-macam imunologi
4. Apa itu anti infeksi?
5. Apa faktor yang mempengaruhi infeksi?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan imunologi
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi imunologi
3. Mengetahui factor yang mempengaruhi infeksi
4. Menambah wawasan dalam belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR IMUNOLOGI.
1. Pengertian Imunologi
Menurut rika sri wahyuningsih, S.ST dan berlina irianti, S.Si.T., M,.Keb (2019),
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berhubungan dengan respons suatu
organisme terhadap proses penolakan antigenic,pengenalan diri sendiri, pengenalan
yang bukan bagian dari dirinya,serta semua efek biologis,serologis,dan kimia fisika
yang terjadi dalam fenomena imun.Ada bermacam-macam jenis unsur pathogen yang
berada di lingkungan sekitar manusia di antaranya seperti
protozoa,bakteri,jamur,virus,dan parasite yang dapat menyebabkan infeksi pada
manusia.Infeksi yang terjadi pada manusia sehat biasanya hanya berlangsung sebentar
dan tidak membuat kerusakan permanen hal itu di karenakan tubuh manusia memiliki
system ilmu yang melindungi tubuh dari segala jenis potogen.
Selama 20 tahun terakhir,bidang imonologi seluler dan molekuler mengalami
perkembangan yang sangat pesat.berbagai penelitian dan inovasi mengenai molekul
yang berperan dalam proses inflamasi serta respons imun seperti mediator,sitokin,dan
lain sebagainya telah di kembangkan oleh para ilmuwan.Berbagai hasil penelitian
tersebut akhirnya bisa menjelaskan mengenai berbagai mekanisme respons imun atau
inflamsi.pengetahuan baru dan maju mengenai imunologi di kembangkan untuk
menjelaskan patogenisis serta di gunakan sebagai acuan untuk menegakkan
diangnosis berbagai penyakit yang sebelumnya masih kurang jelas.Hasil dari
penelitian dan pengembangan juga berupa pengembangan berbagai vaksin serta obat-
obat yang di gunakan untuk memperbaiki fungsi system imun dalam memerangi
inveksi dan keganasan,atau sebaliknya di gunakan dalam menekan inflemasi dan
fungsi system imun yang berlebihan pada penyakit hipersentivitas.Kemajuan
pemikiran lain dalam bidang imunologi yaitu terapi gen.yang di maksud dengan terapi
gen adalah menyisipkan gen yang defesien atau tidak di temukan dalam
tubuh,kemudian di harapkan gen tersebut dapat memberikan responsnya terutama
dalam menanggulangi penyakit defisiensi imun.
Perkembangan Imunologi
System imun saat ini di pandang tidak hanya berperan sebagai system pertahanan
tubuh tetapi juga berperan sebagi organisensor seperti susunan syaraf pusat. Syistem
imun bekerja sama dengan system neuroendokrin untuk mempertahankan
homeostatis.Sebelumnya terjadi menjadi konsep yang baru,teori mengenai system
imun merupakan sebuah hipotesis yang dicetuskan oleh ilmuwan bernama HUSBAN
pada tahun 1995.berubahnya hipotesis menjadi teori ini di sebabkan karena adanya
fakta-fakta ilmiah yang mendukung hipotesis tersebut.Salah satu bukti ilmiah
pendukunya adalah hasil observasi ilmuan fisiologi dari amerika yaitu,Walter B.
Cannon pada tahun 1939. Hasil observasi walter di terjemahkan sebagai homeostatis
yang di defenisikan sebagai suatu proses fisiologi dalam tubuh yang diperantarain
oleh system saraf pusat dalam rangka mengontrol pergerakan dan komposisi
cairan,Pertumbuhan dan perbaikan jaringan,pemanfaatan energy,serta menjaga agar
suhu tubuh tetap konstan. Aktifitas ini sering di sebut sebagai aktifitas untuk bertahan
atau “cybermetics”.
Kebenaran dari hipotesis yang di cetuskan Husband tersebut di uji atas tiga
kriteria yang harus di penuhi,yaitu :
a.ada regulasi antara system imun dan system saraf pusat,karena system saraf pusat
adalah mediator pada proses homeostatis,
b.Interakasi yang terjadi antara dua system tersebut harus berlansung secara dua arah.
c.Regulasi dari system imun harus berpengaruh pada proses fisiologi yang lain
a. Infeksi rubella
Tanda dan gejala infeksi rubella sangat bervariasi bahkan beberapa pasien tidak
dikenali terutama jika ruam merah tidak tampak. Diagnosis tepat perlu ditegakkan
dengan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan anti Rubella IgG dan IgM.
Jika virus ini menginfeksi di luar kehamilan,virus ini di anggap tidak berbahaya.
Namun jika terinfeksi selama proses kehamilan, penyakit ini dapat mengakibatkan
kelainan bawaan pada janin. Alat tubuh janin yang mengalami kelaianan jika ibu
hamil mengalami infeksi rubella di antaranya mata,jantung,telinga, dan sususna saraf
pusat. Kelainan pada mata bisa berupa katarak,glau,dan mikrotalmia,tuli pada
telinga,duktus arteriosus persisten pada jantung dan meningoensefalitis jika terjadi
pada saraf pusat. Kelainan lainnya yang dapat terjadi seperti retardasi pertumbuhan
intra uteri,trombositopenia,anemia,hepatoslenomegali,ikterus,dan kelainan
kromosom.
Seorangb bayi dengan infeksi rubella bawaan akan menjadi sember infeksi bagi
anak-anak bahkan orang dewasa lain selama beberapa bulan. Penanganan pada wanita
yang terinfeksi rubella dalam usia kehamilan trimester pertama yaitu di lakukan
dengan abortus buatan.tidak ada obat-obatan jenis apapun yang bisa digunakan untuk
mencegah infeksi rubella,terapi yang bisa di berikan adalah terapi
simtomatis.penanganan lain adalah dengan gamma globulin dan dengan vaksin
rubella.
b. Infeksi Sitomegalovirus
Infeksi dari virus ini dapat menyebabkan kelainan kongenital pada janin seperti
miroftalmia,hidrosefalus,ensefalitis,mikrosefalus,hipatosplenomagali,kelainan
darah,serta kebutaan. Pemeriksaan laboratorium yang di lakukan meliputi anti CMV
IgG dan IgM serta aviditas anti CMV IgG.
c. Tetanus
Pada ibu hamil, penyakit tetanus sering dijumpai pada kondisi-kondisi seperti
abortus provakatus kriminalis, saat nifas, atau apabila persalinan dilakukan olah orang
dan di tempat yang nonmedis sehingga tidak suci hama. Jika seseorang terserang
tetanus, dia akan terkena serangan kejangan otot pernapasan serta memiliki anggka
resiko kematian yang cukup tinggi jika terjangkit pada ibu hamil.
d. Difteri
Bila diderita saat hamil, penyakit ini dapat menyebabkan abortus dan premature
sekitar 30% untuk itu, penyakit ini harus segera diobati dengan antibiotika.
4. Infeksi Protozoa
a. Malaria
Malaria merupakan penyakit yang tersebar di Indonesia dengan angka sebaran
tertinggi berada di daerah pedesaan. Malaria memiliki pengarus yang cukup penting
terhadap kesehata
n reproduksi. Jika penyakit malaria menginfeksi ibu hamil, maka akan menyebabkan
beberapa pengarus seperti abortus, partus premature, kematian janin dalam Rahim,
dismaturitas,serta anemia dalam kehamilan dan nifas.
b. Toxoplasmosis
Protozoa yang menjadi penyebab penyakit Toxoplasmosis adalah toksoplama gondii
yang habitat hidupnya berada di tubuh anjing,kucing,tileus, dan beberapa binatang
lain. Protozoa ini bisa ditularkan oleh hewan-hewan tersebut kepada manusiannya.
Akibat dari penyakit toxoplasmosis terhadap ibu hamil adalah seperti tertularnya
penyakit ini kepada janin sehingga mengakibatkan Abortus,partus prematurus,
kematian janin dalam Rahim,serta meninggikan resiko kematian neonatal. Selain
resiko-resiko itu, akibat lain yang juga bisa terjadi adalah cacat bawaan pada bayi
seperti hidrosefalus, mikrosefalus,anensefalus meningo-ensefalitis,serta kelainan pada
mata.
c. Trikhomoniasis
Penyakit ini dapat disebabkan oleh protozoa jenis Trikhomonas vaginalis. Salah satu
akibat dari terinfeksi protozoa tersebut pada wanita adalah menyebabkan keluhan
keputihan dan luka pada serviks dan vagina.
2. Anti imunologi
Menurut Nina Marliana, S.Pd., M.Biomed (2018), Imunologi adalah studi
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi (berdasarkan konsep lama).
Sedangkan berdasarkan konsep baru Imunologi adalah studi mekanisme dan
fungsi sistem kekebalan akibat pengenalan zat asing dan usaha netralisasi,
eliminasi
dan metabolisme zat asing tersebut atau produknya.
Mekanisme Reaksi Kekebalan meliputi reaksi imun spesifik yaitu reaksi
Humoral & reaksi Seluler, reaksi Imun Non Spesifik yaitu reaksi Humoral &
reaksi Seluler, interaksi dari kedua mekanisme tsb.
Fungsi Reaksi Kekebalan adalah Pertahanan Tubuh, Homeostatis Surveillance.
Zat Asing terdiri dari mikroorganisme (Bakteri, Virus, Fungus, Parasit), sel
Tumor, sel / Jaringan Alogen, bahan / zat yang bersifat antigen (Alergen).
Beberapa istilah pada imunologi
Antigen : molekul yang bereaksi dg Antibodi/Imunosit
Tdk hrs membangkitkan Respons Imun. Imunogen : molekul yg
membangkitkan Respons Imun
Hapten : molekul berukuran kecil, tdk Imunogenik ,dpt bereaksi dg Antibodi
yg timbul akibat stimulasi hapten bersangkutan yg terikat molekul carrier.
Epitop : bagian antigen yg bereaksi dg antibodi
Paratop : bagian antibodi yang bereaksi dg antigen
Antibodi : molekul yg disintesis oleh sel B/Plasma (Imunoglobulin, bentuk
soluble dari reseptor antigen pd Sel B)
Syarat Imunogenitas
1. Asing
2. Makromolekul (Bm. 100.000)
3. Bisa Juga Molekul Kecil Asal Terikat Carrier
4. Hampir Setiap Rangkaian Asam Amino/Peptida, maka jika Konfigurasi
Berubah
(Denaturasi) Imunogenitas Hilang / Berubah
5. Complexity
6. Genetic
7. Cara Masuk Ag & Dosis Ag
8. Thymus Dependent / Independent
Tabel 1. Unsur-Unsur Imunitas Bawaan dan Didapat
Bawaan Didapat
(Nonspesifik) (Spesifik)
Physicochemical Kulit Sistem Imun Dlm Kulit /
Barrier Mukosa Mukosa
Sekresi Mukosa
Circulating Molecules Komplemen Antibodi Dlm Darah
APR (Acute Phase Reactant)
Cell Fagosit, Monosit, PMN, Limfosit
Makrofag, NK
Soluble Mediators Active Macrophage Derived Lymphocyte Derived
On Other Cells Cytokine : IFN α, IFN β, TNF Cytokines : IFN γ
3. Anti infeksi
Nina Marliana, S.Pd, M.Biomedik, Antibodi (imunoglobulin) adalah molekul
yang disintesis oleh sel B / sel plasma (bentuk soluble dari reseptor antigen
pada sel B). Membran imunoglobulin merupakan reseptor antigen pada
permukaan sel B. Secara fungsional antibodi adalah molekul yang dapat
bereaksi dengan antigen.Sedangkan paratop adalah bagian antibodi yang
bereaksi dengan antigen.
Antibodi mempunyai struktur dasar yang sama, terdiri atas fragmen Fab
(yang mengikat antigen) dan Fc yang berinteraksi dengan unsur-unsur lain dari
sistem imun yang mempunyai reseptor Fc. Berbentuk huruf Y, tersusun atas 2
rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang dihubungkan
dengan jembatan disulfida (S-S). Heavy chain mempunyai berat molekul 50.000
dalton sedangkan light chain mepunyai berat molekul 25.000 dalton. Ada 5
jenis antibodi yaitu Ig M; Ig G; Ig A; Ig D dan Ig E.
Antibodi dapat di treatment oleh enzim papain dan pepsin. Jika antibodi di
treatment oleh enzim papain maka akan pecah menjadi 2 Fab dan Fc, sedangkan
jika di treatment oleh enzim pepsin maka akan pecah menjadi F(ab’)2 dan
fragmen minor.
IgM :
Antibodi yang pertama terbentuk setelah bertemu antigen.
4-5 hari setelah terpapar
Jumlah banyak
Berkurang dan lenyap :10-11 hari setelah terpapar
IgG :
Merupakan tulang punggung sistim kebal humoral
Timbul setelah IgM
Lebih kecil daripada IgM
Diproduksi lebih besar daripada IgM
Dibentuk 5 hari setelah terpapar
Mencapai puncak :2-3 minggu setelah terpapar, kemudian turun secara
perlahan
Serum diambil 2-3 minggu setelah vaksinasi / setelah proses penyembuhan
karena infeksi alam,guna mengetahui titer antibodi
Pengambilan serum 1-2 hari sesudah vaksinasi,titer antibodi masih terlalu
rendah..
IgA :
Timbul bersamaan dengan IgG
2 bentuk
Bentuk dalam serum, 1 tempat pengikat antigen
Bentuk sekretori, terdapat di mata,saluran pernapasan,saluran
pencernaan.Terdiri dari 2-3 tempat pengikat antigen
Dihasilkan oleh sel mukosa
Hanya sedikit memberi perlindungan terhadap antigen yang masuk
secara intra muskuler atau intravena
Perlindungan yang besar terhadap antigen yang masuk melalui saluran
pencernaan dan pernapasan.
Ig D :
Fungsi utamanya adalah reseptor antigen atau dengan kata lain sebagai
pengenalan antigen oleh sel B.
Ig E :
Berperan dalam peristiwa alergi. Juga membantu dalam melawan
infeksi cacing.
2. Faktor pejamu
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor
risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini sdisebut faktor instrinsik.
Faktor pejamu dan agen dapat diumpamakan dengan tanah dan benih. Tumbuhnya
benih tergantung keadaan tanah yang dianalogikan dengan tumbulnya penyakit yang
tergantung pada pejamu.
Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit, sebagai berikut:
a. Genetik, misalnya penyakit sickle cell anemia, gangguan glukosa, dan lainnya.
b. Umur, misalnya usia lanjut memiliki risiko untuk terkena karsinoma, dan lainnya.
c. Jenis kelamin, penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus, penyakit
jantung dan hipertensi, dan lainnya.
d. Keadaan fisiologi, kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai
penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pascapartum.
e. Kekebalan, orang-orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit
akan mudah terserang penyakit tersebut.
f. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang mudah
kambuh.
g. Sifat-sifat manusia, higiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit
infeksi.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan menjadi faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor
ini disebut faktopr ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat berupa sebagai berikut:
a. Lingkungan fisik
Termassuk dalam lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan musim.
Misalnya, negara yang beriklim tropis memiliki pola penyakit yang berbeda dengan
negara yang beriklim dingin atau subtropis.
Dalam satu negara terjadi perbedaan pola penyakit, misalnya antara daerah pantai dan
pegunungan.
b. Lingkungan biologis
Lingkungan biologis adalah semua makhluk hidup yang berada di sekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia.
Misalnya, wilayah dengan flora yang berbeda akan memiliki pola penyakit yang
berbeda.
c. Faktor lingkungan biologis, selain bakteri dan virus patogen, ulah manusia juga
memiliki peran yang penting. Bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah
manusia.
Patogenitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada
pejamu.
Perkembangan ekonomi
Peningkatan ekonomi akan mengubah pola konsumsi masyarakat ke makanan cepat
saji atau kolesterol.
Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit seperti hipertensi, penyakit jantung,
dan lainnya.
Sebaliknya dengan tingkat ekonomi yang rendah akan timbul masalah tempat tinggal
yang tidak sehat, kurang gizi dan lainnya.
Bencana alam
Terjadinya bencana alam mengubah sistem ekologi yang tidak dapat diramalkan
sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, dan lain sebagainya.
5. Pembagian imunitas
Menurut tiyas septiana (2021), Sistem imun atau sistem pertahanan tubuh
merupakan bagian penting yang dimiliki tubuh manusia. Saat sistem ini melemah,
tubuh menjadi mudah terserang penyakit.
Sistem imunitas, dikutip dari LiveScience, adalah sistem pertahanan tubuh terhadap
penyakit dan gangguan yang dapat merusak tubuh. Dalam kondisi yang prima, imun
tubuh mampu melawan berbagai infeksi patogen seperti virus, bakteri, dan parasit.
Sistem imunitas kita terbagi menjadi tiga jenis: Imunitas alami (innate), buatan
(adaptive), dan imunitas pasif.
Imun kita akan bekerja saat patogen, bisa berupa bakteri atau virus, masuk ke
dalam tubuh. Antigen pada virus atau bakteri merangsang sistem imunitas
untuk memproduksi antibodi guna menyerang infeksi tersebut.
Sistem imun ini juga disebut sebagai sistem imun non-spesifik. Dinamai
demikian karena imunitas ini tidak bisa melawan penyakit atau gangguan
tertentu.
Artinya, respon dari sistem imunitas alami lebih umum. Jika patogen mampu
menembus pertahanan imunitas alami, tubuh memerlukan bantuan dari
imunitas buatan.
Pertahanan biokimia.
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun
beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebasue dan folikel rambut.
pH asam keringat sekresi sebasues, berbagai asam lemak yang dilepas kulit
mempunya efek denaturasi terhadap protein membran sel sehingga dapat
terjadi melalui kulit Lisozim dalam keringat, ludah air mata dan air susu
ibu, melindungi tubuh terhaadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena
dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu juga
mengandung laktooksidase dan asam neuranminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhadap E.koli dan stafilokok. Saliva mengandung enzim
seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan
kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi serta komplemen
yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba.
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan
telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimia. Mukus yang
kental melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan
lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Polusi, asap rokok,
alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga memudahkan
terjadinya infeksi oportunistik
Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna, mengandung banyak
mikroba, biasanya berupa bakteri dan virus, kadang jamur atau parasit.
Sekresi kulit yang bakterisidal, asam lambung, mukus dan silia di saluran
napas membantu menurunkan jumlah mikroba yang masuk tubuh, sedang
epitel yang sehat biasanya dapat mencegah mikroba masuk kedalam tubuh.
Dalam darah dan sekresi tubuh, enzim lisosom memusnahkan banyak
banyak bakteri dengan merusak dinding selnya. IgA juga pertahanan
permukaan mukosa, memusnahkan banyak bakteri dengan meruak dinding
selnya. IgA juga pertahanan permukaan mukosa. Flora normal (biologis)
terbentuk bila bakteri nonpatogenik menempati permukaan epitel. Flora
tersebut dapat melindungi tubuh melalui kompetisi dengan patogenuntuk
makanan dan tempat menempel pada epitel serta produksi bahan
antimikrobial. Penggunaan antibiotik dapat mematikan flora normal
sehingga bakteri patogenik dapat menimbulkan penyakit.
Sel yang berperan sebagai antigen presenting cell antara lain makrofag.
Pada proses tersebut melibatkan 3 organel sel yaitu retikulum endoplasma,
golgi dan endosom. Pada retikulum endoplasma terdapat Major
Histocompatibility Complex (MHC) kelas I & II.
Jika ada antigen endogen maka akan masuk ke dalam retikulum
endoplasma dan akan dipecah menjadi peptida yang kemudian digendong
oleh MHC kelas I kemudian masuk ke golgi dan dipresentasikan ke
permukaan sel yang selanjutnya akan di respon oleh sel T sitotoksik. MHC
kelas II dari retikulum endoplasma akan masuk ke golgi kemudian ke
endosom. Di endosom MHC kelas II akan melepaskan variannya. Jika ada
antigen eksogen maka akan masuk ke dalam endosom dan akan dipecah
menjadi peptida yang kemudian digendong oleh MHC kelas II dan
dipresentasikan ke permukaan sel yang selanjutnya akan di respon oleh T
helper.
Fungsi :
1. Killing ( Sel Tumor, Intra Cellular Pathogens Langsung )
Peran sel NK pada sel tumor dilakukan dengan cara mengeluarkan
zat yang ada pada granulanya yang menyebabkan sel tumor menjadi
apoptosis (kematian sel yang terprogram)
2. Produksi Toksin
Eosinofil
Parasit berukuran besar seperti halnya cacing tidak dapat secara fisik
difagositosis dan pembunuhan di luar sel oleh eosinofil tampaknya
berkembang secara bertahap dalam
Mengatasi situasi ini. Eosinofil mempunyai granula-granula yang jelas
yang mengambil warna yang jelas pada pengecatan dengan cat asam dan
mempunyai suatu gambaran khas pada mikroskop elektron. Suatu protein
dasar utama (major basic protein = MBP) ditemukan dalam inti granula
sementara protein kation eosinofilik bersama-sama dengan suatu
peroksidase dapat diidentifikasi dalam matriks granula. Enzim-enzim
lainnya yang dipunyai adalah arylsulfatase B, fosfolipase dan histaminases
D. Mereka mempunyai reseptor permukaan untuk C3b dan dalam keadaan
aktif menghasilkan suatu letupan respiratori yang hebat bersamaan dengan
terbentuknya metabolit oksigen aktif. Tidak cukup dengan ini, alam juga
mempersenjatai sel dengan protein-protein granula yang mampu
menghasilkan suatu penyumbat transmembran dalam membran sasaran
seperti C9 dan perforin NK.
Sebagian besar cacing dapat mengaktifkan jalur komplemen alternatif,
namun walaupun tahan terhadap serangan C9, pembungkusan tubuh
mereka oleh C3b memungkinkan melekatnya eosinofil melalui reseptor
C3b. Apabila kontak tersebut berlanjut ke tahap pengaktifan, eosinofil akan
mengawali serangan ekstraselulernya termasuk pelepasan MBP dan
khususnya protein kation yang merusak membrane parasit.
Sistem imun non spesifik humoral.
1. Protein fase akut (Acute Phase Reactant / Protein)
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa
protein dalam serum yang disebut APP. Yang akhir merupakan bahan
antimikrobial dalam serum yang meningkat dengan cepat setelah sistem
imun nonspesifik diaktifkan. Protein yang meningkat atau menurun selama
fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan dini.
APRP diinduksi oleh sinyal yng berasa dari tempat cedera atau infeksi
melalui darah. Hati merupakan tempat sintesis APRP. Sitokin TNF-α, IL-1,
{L-6 merupakan sitokin proinflamasi dan berperan dalam induksi APRP.
a. C-Reactive Protein
CRP yang merupakan salah satu PFA termasuk golongan protein yang
kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons
imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai
mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk kompleks dan
mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP digunakan untuk
menilai aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih
dan berperan pada imunitas nonspesifik yang dengan bantuan Ca⁺⁺ dapat
mengikat berbagaimolekul antara lain fosforilkolin yang ditemkan pada
permukaan bakteri/jamur. Sintesis CRP yang meningkat
meninggikan viskositas plasma dan laju endap darah. Adanya
CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten.
b. Lektin
Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat
mengikat manan/manosa dalam polisakarida, (karenya disebut MBL) yang
merupakan permukaan banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak
mikroba, tetapi tidak pada se vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin,
mengaktifkan komplemen (lihat BAB 7: komplemen , aktivasi melalui jalur
lektin). SAP mengikat lipopolisakarida dinding bakter dan berfungsi
sebagai reseptor untuk fagosit.
istem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam sel membran bakteri
sehingga bahan sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan
kematian mikroba
3. Sitokin
Sitokin berbagai molekul yg berfungsi memberi sinyal antara Limfosit, Fagosit & Sel-Sel lain
untuk membangkitkan respon imun. Contoh sitokin antara lain adalah interferon, interleukin,
Coloni Stimulating Factor (CSF), Tumor Necrosis Factor (TNF).
Reaksi Inflamasi
Inflamasi adalah reaksi lockal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih
banyak mediator dibanding respon imun didapat. Inflamasi dapat lokal, sistemik, akut dan
kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Sel-sel sistem imun non spesifik seperti
neutrofil, sel mast,basofil, eosinofl dan makrofag jaringan berperan dalam inflamasi.
Neutrofil merupakan sel utama pada inflamasi dini, bermigrasi ke jaringan dan puncaknya
terjadi pada
6 jam pertama.
Pada reaksi inflamasi mekanisme melalui tahapan sebagai berikut :
1. Retraksi Endotel
2. Permeabilitas Pembuluh Darah meningkat
3. Blood supply meningkat
4. Mediator menembus dinding pembuluh darah
5. Chemotaxis PMN, Diapedesis, Infiltrasi
6. Fagositosis
7. Reaksi imonologis.
Menurut rika sri wahyuningsih, S.ST dan berlina irianti, S.Si.T., M,.Keb
(2019) Reaksi imonologis adalah mekanisme yang berhubungan dengan pertahanan
dari tubuh terhadap antigen baik yang seluler ataupun non seluler.Respon dari system
imun seseorang terhadap unsur pathogen akan bergantung pada kemampuan system
imun tersebut untuk mengenali molekul-molekul asing atau antigen yang ada pada
permukaan unsur pathogen.Selain kemampuan untuk mengenali,sistim imun juga
harus memiliki kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan
antigen yang mencoba masuk.Tes reaksi imunologis secara infitro dapat di gunakan
sebai sebuah tes diagnastik yang dapat membantu mendiangnosis penyakit serta
imunoprofilaksi secara luas. Pengobatan dengan DEC menunjukkan efektivitas yang
tinggi, dengan efek samping dan efek psikososial. Efek samping ini berhubungan
dengan dilepaskannya zat-zat pada reaksi imunologik akibat meningkatnya metabolit
parasit yang mati saat pengobatan. Reaksi imunologik tersebut dapat dinilai dengan
mengukur produk reaksi tersebut; yaitu sitokin (IFN/TNF) dan dihubungkan dengan
spektrum, klinis, intensitas mikrofilaremia, berat ringannya efek samping dan species
penyebab filariasis. Diagnosis didasarkan atas ditemukan mikrofilaria pada
pemeriksaan malam hari, tetapi tidak semua infeksi menunjukkan adanya
mikrofilaremia. Deteksi antigen W.banccrofti dengan Imunokromatografi (ICT)
diteliti untuk meningkatkan kemudahan di lapangan. Dari 342 penduduk Tangerang
yang endemis W. bancrofti ditemukan 5 penduduk dengan mikrofilaremia bancrofti
dan tidak ditemukan elefantiasis. Dari 660 penduduk Sampit Kalimantan Tengah
ditemukan 26 penduduk Mikrofilaremia malayi dan 10 orang elefantiasis. Hasil
transformasi limfosit dengan ekstrak mikrofilaria pada 26 penduduk sebelum dan 32
penduduk sesudah pengobatan pada penduduk Tangerang menunjukkan adanya
penurunan IS yang bermakna pada kelompok mikrofilaremik. Dengan PHA (1:32)
terlihat IS pada kelompok amikrofilaremik. Dengan PHA (1:32) terlihat IS pada
kelompok amikrofilaremik meningkat bermakna sesudah pengobatan dibandingkan
sebelum pengobatan, hal ini tidak terlihat kelompok mikrofilaremik. Tujuh puluh lima
persen dari kelompok mikrofilaremik sebelum pengobatan menunjukkan IS>2 pada
stimulasi dengan MF20 dan MF30, yang sesudah pengobatan menjadi 57%.
Kelompok amikrofilaremik menunjukkan respon imun tertinggi dibandingkan
kelompok mikrofilaremik dan elefantiasis. Penurunan IS yang dapat dihubungkan
dengan kemungkinan penurunan respon imun dipengaruhi oleh imunosupresi dari
DEC. Pada penggunaan ICT untuk Filariasis bancrofti terlihat ; bahwa 6,5% dan 8,5%
negatif pada pemeriksaan darah tebal dan filter menunjukkan hasil positif pada ICT.
Makna penggunaan ICT adalah sensitivitas yang lebih dari pemeriksaan parasit
dengan filter, sehingga dapat disarankan digunakan pada evaluasi pasca pengobatan
selain mudah dikerjakan dan dapat dilaksanakan pada siang hari. Bila ICT positip
tetapi amikrofilaremik, mungkin masih terdapat cacing dewasa dan perlu observasi
lebih lanjut. Pemeriksaan sitoksin IFN dan TNF pada kelompok mikrofilaremik
menunjukkan konsentrasi rata-rata yang lebih tinggi dari normal. IFN dan TNF
merupakan komponen imunologi yang berperan pada eliminasi parasit. Konsentrasi
terlalu tinggi menimbulkan efek inflamasi, demam dan gejala-gejala klinis lainnya.
Peningkatan kadar sitokin serum pada kelompok Mikrofilaremik setelah pengobatan
mungkin disebabkan oleh mikrofilaria yang mati akibat pengobatan dan reaksi
imunologi meningkat terhadap antigen (mikrofilaria).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Imunologi adalah sebuah studi yang berkaitan dengan sistem kekebalan dan
merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran dan biologi yang sangat penting
untuk kehidupan. Sistem kekebalan tersebut dapat melindungi tubuh seseorang
dari berbagai infeksi dengan sebuah pertahanan.
Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Beberapa jenis antibiotik juga bisa digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi bakteri pada kondisi-kondisi tertentu. Antibiotik tidak dapat digunakan
untuk mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.
Factor yang mempengaruhi infeksi adalah
1. Faktor agen, antaranya seperti.Virus, Bakteri, Jamur, Parasit
Protozoa, Metazoa
2. Faktor pejamu, diantaranya sepeti. Genetik, Umur, Jenis kelamin
Keadaan fisiologi, Kekebalan, Penyakit yang diderita sebelumnya
Dan, Sifat-sifat manusia.
Sistem imunitas kita terbagi menjadi tiga jenis: Imunitas alami (innate),
buatan (adaptive), dan imunitas pasif.
1. Sistem imunitas alami
2. Sistem imunitas buatan
3. Sistem imunitas pasif
Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons imun yang sifatnya bawaan
(innate immunity). Pada respons ini, tubuh akan merespons setiap zat yang
dianggap asing sekali pun belum pernah terpapar sebelumnya.
Contohnya, tubuh terapapar oleh antigen bakteri. Respons imun untuk
mengatasinya dilakukan dengan cara nonspesifik yaitu lewat proses fagositosis
untuk menghancurkannya. Sel-sel fagosit bergerak menuju bakteri, lalu melekat di
permukaan fagosit, dan dihancurkan
B. SARAN
Kami sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah yang
kami buat, oleh katena itu kelompok kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk makalah yang kamu buat.
DAFTAR PUSTAKA
2. Respon imun adalah kumpulan respon terhadap substansi asing yang terkoordinasi
dengan…
a. Deteksi
b. Spesifik
c. Antibody
d. Antigen
3. System imun melindungi tubuh dari invasi penyebab penyebab penyakit yang dapat
berupa …
a. Bawaan dan diperoleh
b. Alam dan buatan
c. Aktif dan pasif
d. Di daoat dan di alami
7. Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi penularan infeksi
mikro organisme dari lingkungan klien dan tetangga kesehatan (nakes)…
a. Prinsip desinfeksi
b. Prinsip sterilisasi
c. Prinsip dkontaminasi
d. Prinsip pencegahan infeksi
8. Komponen proses terjadinya penyakit di antaranya …
a. Reservoir, penyebab penyakit
b. Jalan masuk, kepekaan penjamu
c. Cara keluarnya penyebab kuman
d. Semua di atas benar
9. Respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma
tersebut…
a. Deman
b. Kejang
c. Inflamasi
d. Imunitas
10. Berikut adalah APD (alat pelindung diri) yang tidak digunakan di rumah sakit
adalah...
a. Sarung tangan (hanscoon)
b. Helm
c. Masker
d. Kacamata goggle
12. Perlindungan tubuh yang pertama dari serangan mikroba dan virus adalah…. C2
a. Keringat
b. Kulit
c. Rambut-rambut
d. Lendir tubuh
13. Berkembang biaknya penyakit pada harpes disertai timbulnya respon imunologi
dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik
a. Transmisi
b. Dekontaminasi
c. Infeksi
d. Desinfeksi
14. Proses masuknya kuman ke dalam penjamu sehingga timbul radang/penyakit
adalah….
a. Transmisi
b. Dekontaminasi
c. Infeksi
d. Desinfeksi
15. Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau jaringan
tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimicrobial…
a. Antiseptic
b. Desinfeksi
c. Dekontaminasi
d. Desinfeksi