Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PROSES IMUNITAS DAN PROSES DEGENERATIF

Oleh: Kelompok 3

Tingkat 1A

SITI DESVITA NUR INTAN SARI (PO7127123004)


VANISYA NAYLA PUTRI (PO7120123013)
PIPIT PIDALIA (PO7120123032)
ANNISA RACHMA (PO7120123042)

Dosen Pengampu: SYOKUMAWENA., S.Kep., Ns., M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul "Proses Imunitas dan Proses Degeneratif".

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas. salah satu mata kuliah patofisiologi dimana kami harap makalah ini
dapat membantu para pembaca dalam pemahamannya mengenai proses dari
imunitas dan proses degeneratif

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan


masih jauh dari kata sempurna karena minimnya pengetahuan, dan juga
pengalaman yang kami miliki. Namun, kami mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kemajuan makalah kami.

Palembang, 18 Februari 2024

Kelompok 3

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Proses Imunitas..........................................................................................3
2.1.1 Letak-Letak Sistem Imun...................................................................4
2.1.2 Non Spesifik.......................................................................................5
2.1.3 Mekanisme Pertahanan Spesifik........................................................6
2.2 Komponen Sistem Imun Spesifik..............................................................6
2.3 Antibodi (Immunoglobulin)......................................................................7
2.4 Proses Degenerative..................................................................................9
2.5 Jenis Jenis Degenerasi.............................................................................11
2.6 Penyebab Degenerasi..............................................................................13
2.7 Penyakit Degeneratif...............................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh kita bisa terserang penyakit karena disebabkan fungsi dari
sistem Imun kita yang menurun. Didalam tubuh kita terdapat mekanis me
perlindungan yang dinamakan. sistem imun, la dirancang untuk
mempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun
dan parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.
Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda
yang semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit
penyakit seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh
adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk
melakukan proses penyembuhan.
Di dalam setiap makhluk hidup tersusun atas satuan atau unit terkecil
yang disebut sel. Sel merupakan unit terkecil yang paling mendasar, yang
masih dapat menjalankan proses berhubungan dengan kehidupan. Tubuh
manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat. Sel kurang
lebih yang menyususn tubuh memiliki usia tertentu yang kemudia akan
diganti lagi dengan yang baru, namun pada akhirnya semua sel kuraní lebih
akan mengalami kematian secara total.
Sepanjang usia kehidupan akan terjadi efek proses penuaan pada
tubuh yang berlangsung terus sampai batas tertentu, dan akhirnya akan
muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua organ dalam tubuh.
Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses
degenerasi adalah kesalahan manusia. Degenerasi sel atau kemunduran sel
adalah kelainan sel yang terjadi akibat cedera ringan. Cedera ringan yang
mengenai struktur dalam sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan
mengganggu proses metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversibel
artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila
tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi
ireversibel, dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah yang
dinamakan kelainan degenerasi, Degenerasi ini akan menimbulkan
tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun diluar sel
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda
fisik misalnya, masa otot berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual

1
terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda
psikis berupa sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup
menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel
antara lain adalah faktor genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Proses Terjadinya Imunitas?
2. Bagaimana Proses Terjadinya Degenerative?

1.3 Tujuan
Diharapkan pembaca dapat mengetahui proses terjadinya
degenerative, dan pembaca dapat memahami serta mengerti dari isi materi
ini supaya dapat menerapkan dalam lingkungan bagaimana cara kita
mempertahankan system imun kita agar bekerja dengan sempurna.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Imunitas


Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem
pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari
makromolekul asing atau serangan organisme, termasu k virus, bakteri,
protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam perlawanan
terh adap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada
autoimunitas,dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor. Sistem imun
juga merupakan salah satu fungsi tubuh yang amat penting, dimana tanpa
system imun, kita lebih mudah jatuh sakit akibat virus, bakteri, jamur,
maupun parasit. Sistem imun adalah sekelompok sel, protein, jaringan, dan
organ khusus yang bekerjasama untuk melawan hal buruk yang masuk
kedalam tubuh. Salah satu jenis sel yang paling penting dalam jaringan ini
adalah sel darah putih (leukosit). Leukosit bergerak ke seluruh tubuh
melalui pembuluh limpatik dan pembuluh darah untuk memantau adanya.
kemungkinan masuknya bibit penyakit,
Terdapat 2 tipe leukosit utama yang berperan dalam membunuh
penyebab penyakit yaitu;
1. Limfosit, merupakan sel-sel yang membantu tubuh untuk
mengingat dan mengenali penyebab penyakit sebelumnya. Terdapat
dua jenis limfosit, yaitu limfosit B dan limfosit T.
2. Fagosit, merupakan sel-sel yang memakan penyebab penyakit
sebelumnya. Sebagai contoh, tipe fagosit yang paling umum adalah
neutrofil. Neutrofil merupakan salah satu tipe sel darah putih yang
dapat berfungsi fagositosis. Usia neutrofil relatif pendek, dimana
nantinya sel akan mati setelah melakukan fagositosis.
Lalu bagaimana proses imunitas? Sistem imun tubuh bekerja dikala
suatu bibit penyakit atau biasa disebut antigen terdeteksi masuk dan
menyerang tubuh, dimana antigen dapat masuk kedalam tubuh melalui
makanan, minuman, kotoran, debu, atau polusi. Pada saat itu, maka
kesatuan sel-sel pada system imun tubuh akan membentuk suatu barikade
untuk melindungi tubuh dari infeksi. Selagi proses tersebut berlangsung,
beberapa macam sel akan bekerja, sama untuk mengenali antigen tersebut
dan memberi respon. Sel-sel ini kemudian akan merangsang limfosit B
untuk menghasilkan antibodi yang tak lain adalah bagian dari system

3
kekebalan tubuh yang bertugas untuk melindungi tubuh dari antigen yang
masuk.
Sistem imunitas tubuh akan menghasilkan antibodi sesuai dengan
banyaknya antigen, Bentuk antibodi akan menyerupai antigen itu sendiri,
hal itu bertujuan agar antibodi dapat menempel ke antigen kemudian
melawannya, maka dari itu antigen akan gagal menyebabkan infeksi dan
berhenti berkembang.. Kemudian, sel T juga akan membantu memberi
sinyal pada sel-sel lainnya.
Setelah dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh manusia
selama beberapa waktu, karena jika antigen kembali menyerang tubuh
manusia, maka antibodi sudah bersedia untuk membasminya. Selain itu,
antibodi juga mampu menetralisir racun yang dibawa oleh bibit penyakit
dan merangsang protein komplemen untuk melawan virus maupun bakteri.
Semua sel-sel khusus dan juga bagian system imun menghasilkan
perlindungan terhadap tubuh dari penyakit, dimana proteksi inilah yang
disebut sebagai imunitas.

2.1.1 Letak-Letak Sistem Imun


a. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam
sumsum tulang, Sumsum 1 ulang adalah tempat asal sel darah
merah, sel darah putih (termasuk limfosit dan makrofag) d an
platelet. Dan masih ada lagi di tempat lain juga.

b. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan
sebelum lepas ke dalam s irkulasi. Proses ini memungkinkan sel T
untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai
toleransi diri.

c. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang
perjalanan linfatik. Ter kumpul dalam situs tertentu seperti leher,
axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Penget ahuan tentang
situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik
pasien.

4
Getah adalah basa (pH>7,0) cairan yang biasanya jelas, transparan,
dan tidak berwarna. Mengalir di pembuluh limfatik dan jaringan mandi
dan organ dalam meliput pelindung. Tidak ada sel darah merah dalam
getah bening dan memiliki kandungan protein lebih rendah dari darah.
Seperti darah, hal ini sedikit lebih berat dari pada air (densitas 1,019
0,003). Getah bening mengalir dari cairan interstisial melalui pembuluh
limfatik sampai dengan baik duktus toraks atau saluran getah bening
kanan, yang berakhir di pembuluh darah subklavia, dimana getah bening
dicampur ke dalam darah. (Duktus getah bening yang tepat mengalir di sisi
kanan leher, dada, dan kepala, sedangkan duktus toraks menguras seluruh
tubuh.) Limfe membawa lipid dan vitamin yang larut dalam lemak diserap
dari saluran gastrointestinal (GI). Karena tidak ada pompa aktif dalam
sistem getah bening, tidak ada tekanan kembali diproduksi. Pembuluh
limfatik, seperti vena, memiliki arah katup yang mencegah aliran balik.
Selain itu, sepanjang kapal tersebut terdapat kelenjar getah bening
berbentuk kacang kecil yang berfungsi sebagai filter dari cairan limfatik.
Hal ini dalam kelenjar getah bening di mana antigen biasanya disajikan
kepada sistem kekebalan tubuh. Sistem limfoid manusia sebagai berikut
yaitu organ utama tulang sumsum (di pusat cekungan tulang) dan kelenjar
timus (terletak di belakangtulang dada di atas jantung), dan sekunder organ
pada atau dekat portal kemungkinan masuknya patogen: kelenjar gondok,
amandel, limpa (terletak di bagian kiri atas perut), kelenjar getah bening
(disepanjang pembuluh limfatik dengan konsentrasi di leher, ketiak, perut,
dan pangka Ipaha), Peyer's patch (dalam usus), dan usus buntu.
2.1.2 Non Spesifik
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun
alamiah yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita
adalah kulit dengan kelenjarnya, lap isan mukosa dengan enzimnya, serta
kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,
polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme
pertahanan non spesifik. Imunitas non spesifik merupakan respon awal
terhadap mikroba untuk mencegah, mengontrol dan mengeliminasi
terjadinya inf eksi pada host, merangsang terjadinya imunitas spesifik
untuk mengoptimalkan efektifitas kerja dan Hanya bereaksi terhadap
mikroba bahan bahan akibat kerusakan sel (heat shock protei n) dan
memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
a. Pertahanan fisik kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan.
b. Pertahanan kimia: bahan yang disekresi mukosa saluran nafas,
kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan

5
lambung, lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan
kuman gram dengan bantuan komplemen, keringat, ludah air mata
dan air susu (melawan kuman).
c. Pertahanan humoral
1. Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif
bakteri dan parasit (menghancurkan sel membran bakteri,
faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ketempat
bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan.
makrofag untuk mengenal dan memakannya.
2. Interferon suatu gliko protein yg dihasilkan sel manusia yg
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap
infeksi virus.

2.1.3 Mekanisme Pertahanan Spesifik


Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi
mikroorganisme maka imu nitasspesifik akan terangsang. Mekanisme
pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yangdiperankan oleh sel
limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti
selmakrofag dan komplemen.
Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan
spesifik disebut juga resp ons imundidapat. Mekanisme Pertahanan
Spesifik (Imunitas Humoral dan Selular). Imunitas humoral adalah
imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B dengan ata utanpa bantuan
sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan olehi
munoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas
imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap
antigen yang d iperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya.

2.2 Komponen Sistem Imun Spesifik


1. Barier Sel Epitel
Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap mikroba dari
lingkungan dan me nghasilkan peptida yang berfungsi sebagai
antibodi natural. Didalam sel epitel barier juga ter dapat sel limfosit
T dan B, tetapi diversitasnya lebih rendah dari pada limfosit T dan B
pada s istem imun spesifik. Sel T limfosit intraepitel akan
menghasilkan sitokin, mengaktifkan fagos itosis dan selanjutnya

6
melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intraepitel
akan menghasilkan IG M

2. Neutrofil dan Makrofag


Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen pertama yang
bekerja adalah neutro fil dan makrofag dengan cara ingesti dan
penghancuran terhadap mikroba tersebut. Hal ini di karenakan
makrofag dan neutrofil mempunyai reseptor di permukaannya yang
bisa mengenal i bahan intraselular (DNA), endotoxin dan
lipopolisakarida pada mikroba yang selanjutnya mengaktifkan
aktifitas antimikroba dan sekresi sitokin.

3. NK Sel
NK sel mampu mengenali virus dan kompone internal mikroba. NK
sel di aktifasi ole h adanya antibodi yang melingkupi sel yang
terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segal a jenis sel yang
tidak mempunyai MCH class 1. Selanjutnya NK sel akan
menghasilkan porifr in dan granenzim untuk merangsang terjadinya
apoptosis.

2.3 Antibodi (Immunoglobulin)


Antibodi adalah glikoprotein dengan struktur tertentu yang
disekresi dari pencerap lim fosit-B yang telah teraktivasi menjadi sel
plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan rea ktif terhadap antigen
tersebut. Pembagian Immunglobulin:
a. Antibodi A (IgA) adalah antibodi yang memainkan peran penting
dalam imunitas mu kosis. IgA banyak ditemukan pada bagian
sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan susu) sebagai
IgA dalam perlindungan permukaan organ tubuh yang terpapar
dengan menceg ah penempelan bakteri dan virus ke membran
mukosa. Kontribusi fragmen konstan IgA deng an ikatan komponen
mukus memungkinkan pengikatan mikroba.

b. Antibodi D (IgD) adalah sebuah monomer dengan fragmen yang


dapat mengikat 2 epi top. IgD ditemukan pada permukaan pencerap
sel B bersama dengan IgM atau IgA, tempat Ig D dapat
mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam
mengendalikan produ ksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD
hanya sekitar 0,2%.

7
c. Antibodi E (IgE) adalah jenis antibody yang hanya dapat
ditemukan pada mamalia. Ig E memiliki peran yang besar pada
alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersir at
dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth)
seperti Schistosoma man soni, Trichinella spiralis, dan Fasciola
hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu seper ti
Plasmodium falciparum, dan artropoda.

d. Antibodi G (IgG) adalah antibodi monomeris yang terbentuk dari


dua rantai berat dan rantai ringan, yang saling mengikat dengan
ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding.
Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup
merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar
75% pada manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung
pada sub-tipe.

e. Antibodi M (IgM, macroglobulin) adalah antibodi dasar yang


berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM merupakan
antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area
epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen
sebaga i respon imunitas awal pada rentang waktu paruh sekitar 5
hari. Bentuk monomeris dari Ig M dapat ditemukan pada
permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi per
tama yang tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan
seorang manusia dan ber kembang secara fitogenetikFragmen
konstan IgM adalah bagian yang menggerakkan lintasa n
komplemen klasik. Macam Macam Imun:
1. Imunitas Bawaan (immunitas non-spesisifik)
Merupakan jenis immunitas pertama yang dimiliki oleh
manusia. Ketika baru lahir, m anusia dibekali immunitas
bawaan sebagai bentuk pertahanan diri pertama.
Kompenen yang membentuk system bawaan ini meliputi:
a. Kulit
b. Sel darah putih (jenis fagosit)
c. Zat kimia antimikroba.
d. Reaksi inflamasi.

2. Immunitas buatan (adaptive immunity)


Merupakan jenis system imun kedua yang ada ditubuh kita.
Berperan untuk melawan beberapa patogen yang tidak bisa

8
dihalau oleh imunitas bawaan. Pertahanan dengan mengenali
pathogen dan benda asing ini yang akhirnya
diimplementasikan dalam konsep immunisasi.
Adapun yang membentuk sistem imunitas buatan adalah:
a. Sel limfosit datang dalam 2 tipe utama yaitu: sel
limfosit B dan sel limfosit T yang kedua nya sama sama
diproduksi di sumsum tulang belakang, hanya saja.
perbedaan dari keduanya,adalah tempat
pematangannya, sel B dimatangkan di sumsum tulang
belakang sedangkan sel T dimatangkan di kelenjar
timus. Mereka memproduksi antibody dan mengawasi
immunitas humoral kekebalan.
1. Makrofag
2. antibody

3. Immunitas Pasif
Jenis immunitas ini merupakan immunitas yang tidak dapat
membentuk antibodi sendiri melainkan meminjamnya dari
sumber lain. Contohnya adalah asi yang diberikan kepada bayi.
Asi mengandung antibodi yang selanjutnya akan ditransfer
kepada bayi saat sedang menyusu. Dan immunitas pasif juga
bisa didapat melalui imunisasi.

2.4 Proses Degenerative


Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan
kimia dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan
efisiensinya. Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang
terjadi akibat cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam
sel seperti mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses
metabolisme sel. Kerusakan ini sifatnya reversible (cedera subletal) artinya
bisa diperbaiki apabila penyebabnya segera dihilangkan. Apabila tidak
dihilangkan, atau bertambah berat, maka kerusakan menjadi ireversibel
(cedera letal), dan sel akan mati.
Kelainan sel pada cedera ringan yang bersifat reversible inilah
yang dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi ini akan menimbulkan
tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di luar sel.

Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu


pembengkakan sel dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul
jika sel tidak dapat mengatur keseimbangan ion dan cairan yang

9
menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan
bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai
pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan
sel miokard.
Terdapat 2 teori mengenai tentang terjadinya degeneratif sel yang
memicu terjadinya penyakit degeneratif, yaitu;
1. Teori Ketuaan
Teori ini dikenal dengan teori tear and wear. Maksudnya
adalah jika semakin tua usia, maka akan akumulasi sampah
metabolic dalam sel akan meningkat yang mengakibatkan
gangguan sintesis DNA. Gangguan ini mampu meningkatkan
resiko mutasi sel, degenerasi sel, dan kerusakan sel.
2. Teori Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda reaksi
oksidasi dalam tubuh karena radikal bebas. Radikal bebas dapat
berasal dari metabolisme tubuh maupun radikal ekstemal, atau
radikal yang berasal dari luar. Paparan radikal bebas berlebih
dapat berasal dari sinar UV, asap rokok, polusi udara, makanan,
dan stress. Faktor ini mempermudah penyakit degeneratif seperti
demensia, stroke, dan diabetes mellitus. Antioksidan akan
memberikan atom hydrogen sehingga mampu mengurangi
reaktivitas dari radikal bebas tersebut.
Lalu, bagaimana penyakit degenerative bisa terjadi? Umumnya,
gejala awal seseorang menderita penyakit degeneratif dikenal dengan
nama sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kondisi yang
mampu meningkatkan resiko terkena penyakit degenerative seperti gula
darah tinggi, kelebihan kadar lemak di area pinggang, dan kolesterol
tinggi.
Proses awal terjadinya penyakit degeneratif adalah adanya transisi
demografi, epidemiologi dan kesehatan, dimana penyakit penyebab infeksi
yang berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup akan menyebabkan
fertilitas mulai menurun dan penyakit degeneratif akan muncul.
Selanjutnya terjadi perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan
perununan produksi hormone testosteron pada pria dan estrogen pada
wanita yang biasanya mulai tampak di usia 65 tahun ke atas. Akibatnya,
lemak menumpuk di perut sehingga lingkar pinggang akan membesar

10
yang diikuti dengan kolesterol atau gula darah tinggi sehingga mengalami
sindrom metabolik. Selain obesitas, lemak dapat mempersempit pembuluh
darah, dimana lemak akan menempel di dinding pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya, lingkungan hidup yang
tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup akan menyebabkan
timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Senyawa radikal bebas timbul akibat
berbagai proses kimia kompleks pada tubuh, seperti dari asap kendaraan,
asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari yang mampu
menyebabkan penyakit seperti lever dan jantung coroner.
2.5 Jenis Jenis Degenerasi
Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain:
a. Degenarasi Albuminosa
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di
dalam sitoplasma, sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma
menjadi keruh (cloudy swelling: bengkak keruh). Contohnya
adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa jam setelah
orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal.

b. Degenerasi Hidrofik (Degenerasi Vakuolar)


Degenerasi hidrofik merupakan jejas sel yang reversible
dengan penimbunan intraselular yang lebih parah jika dengan
degenerasi albumin. Merupakan suatu cedera sel yang
menyebabkan sel itu tampak bengkak. Hal itu dikarenakan
meningkatnya akumulasi air dalam sitoplasma.
Sel yang mengalami degenerasi hidropik secara mikroskopis
tampak sebagai berikut:
1. Sitoplasmanya. Sel tampak membesar atau bengkak
karena akumulasi air dalam.
2. Sitoplasma tampak pucat.
3. Inti tetap berada di tengah.
4. Pada organ hati, akan tampak lumen sinusoid itu
menyempit.
5. Pada organ ginjal, akan tampak lumen tubulus ginjal
menyempit.
6. Pada keadaan ekstri sitoplasma sel akan tampak jernih
dan ukuran sel makin membesar

Sedangkan secara makroskopis, sel akan tampak normal


sampai bengkak, bidang sayatan tampak cembung, dan lisis dari sel
epidermal. Degenerasi Hidropik sering dijumpai pada sel endothel,

11
alveoli, sel epitel tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia
otak. Dari kesekian sel itu, yang paling rentan adalah sel-sel otot
jantung dan sel sel pada otak.

c. Degenerasi Lemak
Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar
merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ
jantung, otot dan ginjal. Etiologi dari degenerasi lemak adalah
toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia.
Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme lemak, akan
timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan
perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak
terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan
fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan
perlemakan yang menyebabkan nekrosis.

d. Degenerasi Hyalin (Perubahan Hyalin)


Istilah hyaline digunakan untuk istilah deskriprif histologik
dan bukan sebagai tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan
hyalin merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstraseluler
yang memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah
muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Keadaan ini
terbentuk akibat berbagai perubahan dan tidak menunjukkan suatu
bentuk penimbunan yang spesifik. Contoh: degenerasi hialin pada
otot (penyakit Boutvuur).

e. Degenerasi Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar
yang mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker
adalah otot rektus abdominis dan diafragma.

f. Degenerasi Mukoid (Degenerasi Miksomasota)


Degenerasi Mukoid mukus adalah substansi kompleks yang
cerah, kental, dan berlendir dengan komposisi yang bermacam-
macam dan pada keadaan normal disekresi oleh sel epitel serta
dapat pula sebagai bagian dari matriks jaringan ikat longgar
tertentu.

12
1.4 Penyebab Degenerasi
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara
berlebih atau sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi
secara normal. Di bawah ini merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel:
1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala
kelistrikan) dan kimia (bahan-bahan kimia beracun)
6. Defect (cacat/kegagalan) genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua
kategori utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible
(kematian sel). Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas
sel yang reversible yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ atau
jaringan bisa berfungsi normal. Sel dapat cedera akibat berbagai stressor.
Cedera terjadi apabila stresor tersebut melebihi kapasitas adaptif sel.
1.5 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses
dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia
maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit
degeneratif yang sering dapat ditemui.
a. Kencing Manis Atau Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang
disebabkan oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula
dalam darah sebagai sumber energi.. Gejala gejala DM:
1. Cepat merasa haus.
2. Sering buang air kecil (BAK)
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat
menggunakan gula di dalam darah sebagai sumber energi,
padahal kadar gula di dalam darah sudah tinggi.
4. Kesemutan pada ujung ujung jari tangan dan kaki. Apabila
gejala ini muncul artinya telah terjadi kerusakan pada ujung
saraf
5. Pengelihatan menjadi buram.

13
6. Luka yang sulit sembuh. Sel-sel pada tubuh sulit untuk
memperbaiki diri untuk menutup luka yang terjadi. Selain itu,
kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga
mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini
antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada
diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah
diperlukan insulin. Pada penderita dengan penyakit ini,
ditemukan bahwa sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif
terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam
tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat menggunakannya.
Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikan oleh sel beta pankreas. Produksi
insulin yang tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam darah.

b. Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan
membaik setelah beristirahat.
2. Kadang dapat ditemukan kekauan dipagi hari, durasi tidak
lebih dari 30 menit.

c. Osteoporosis

14
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang
ditandai dengan. rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan
tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
mudah patah,
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post
monopause,
2. Usia lebih dari 70 tahun,
3. Penyakit kronis,
4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin
D.

d. Penyakit jantung koroner (PJK)


Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh adanya. sumbatan pada pembuluh darah koroner.
Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang memperdarahi
jantung. Sumbatan dari pembuluh darah tersebut diakibatkan oleh
adanya proses aterosklerosis atau penumpukan lemak/plak di
pembuluh darah sehingga diameter pembuluh darah makin kecil dan
mengeras/kaku

15
BAB III
PENUTUP

1.6 Kesimpulan
Sistem imun merupakan salah satu fungsi tubuh yang amat penting.
dimana tanpa system imun, kita lebih mudah jatuh sakit akibat virus,
bakteri, jamur, maupun parasit. Sistem imun adalah sekelompok sel,
protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerjasama untuk melawan hal
buruk yang masuk kedalam tubuh. System imun menghasilkan
perlindungan terhadap tubuh dari penyakit, dimana proteksi inilah yang
disebut sebagai imunitas.
Penyakit degeneratif merupakan suatu kondisi kesehatan tubuh
dimana sel-sel maupun jaringan dalam tubuh terus mengalami penurunan
fungsi seiring waktu. Salah satu penyebab paling umum penyakit ini
adalah proses. penuaan. Umumnya, gejala awal seseorang menderita
penyakit degeneratif dikenal dengan nama sindrom metabolik. Sindrom
metabolik merupakan kondisi yang mampu meningkatkan resiko terkena
penyakit degenerative seperti gula darah tinggi, kelebihan kadar lemak di
area pinggang, dan. kolesterol tinggi.

1.7 Saran
Ilmu mengenai proses imunitas dan proses degeneratif memiliki arti
yang sangat penting agar kita sebagai seorang mahasiswa keperawatan
mengetahui bagaimana tubuh bisa menghasilkan system imun dan
bagaimana penyakit degeneratif bisa terjadi pada manusia. Ilmu ini perlu
pengkajian lebih lanjut agar mendapat ilmu yang lebih dalam dan lebih
detail.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, O., & Bakti, A. P. (2021). PENINGKATAN SISTEM IMUNITAS


TUBUH DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 Okta Adijaya
Ananda Perwira Bakti. Jurnal Kesehatan Olahraga, 51–60.
Agung, M. P. I. G. (2020). Kajian Pustaka Hubungan Penerapan Pagt Dengan
Status Gizi Dan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Degeneratif Di Rumah
Sakit. Repository Poltekkes Denpasar, 7–33.
Akrom. (2021). Modul Imunologi Dasar Sistem Imunitas Alami Bagi Mahasiswa
Prodi Gizi.
Dhani, S. R., & Yamasari, Y. (2014). Rancang Bangun Sistem Pakar untuk
Mendiagnosa Penyakit Degeneratif. Jurnal Manajemen Informatika, 03(02),
17–25.
Faizal, A. I. (2022). Buku Ajar Imunologi Dasar. In Universitas Al-Irsyad
Cilacap (Issue July). https://doi.org/10.5281/zenodo.7700776
Harlan, J. (2018). SISTEM IMUNITAS Antigen dan Antibodi. Universitas
Unadarma.
Hidayat, S., & Syahputra, A. A. (2020). Sistem Imun Tubuh Pada Manusia.
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya, 2(03), 144–149.
Ivanali, K. (2019). Konsep Dasar Imunitas. Universitas Esa Unggul Fakultas
Fisioterapi Jakarta.
Iverson, B. L., & Dervan, P. B. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢
者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 7823–7830.
Ley 25.632. (2002). 済無 No Title No Title No Title.
Masa, D. I., Di, P. C.-, Lingkup, R., Dan, T., Rw, F., Timur, K. C., Selatan, K. T.,
Komunikasi, J. I., Sosial, F., & Jakarta, U. M. (2021). Edukasi Tentang
Upaya Meningkatkan Imunitas Tubuh Di Masa Pandemi Covid-19 Di Ruang
Lingkup Karang Taruna Dan Forkomdarisma Rw.09 Cirendeu, Ciputat
Timur. Jurnal Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1(1), 1–5.
Sutrisna. (2013). Penyakit Degeneratif. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1–
8.
Yulastri, A. (2023). Literature Riview : Penyakit Degeneratif : Penyebab , Akibat ,
Pencegahan Dan Penanggulangan Literature Riview : Degenerative Diseases :

17
Causes , Effects , Prevention and Management Setiap orang pasti akan mengalami
fase yang sama dalam hidup ini , mulai . Jurnal Gizi Dan Kesehatan (JGK), 3(1),
63–72.

18

Anda mungkin juga menyukai