Oleh: Kelompok 3
Tingkat 1A
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan anugrah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul "Proses Imunitas dan Proses Degeneratif".
Kelompok 3
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Proses Imunitas..........................................................................................3
2.1.1 Letak-Letak Sistem Imun...................................................................4
2.1.2 Non Spesifik.......................................................................................5
2.1.3 Mekanisme Pertahanan Spesifik........................................................6
2.2 Komponen Sistem Imun Spesifik..............................................................6
2.3 Antibodi (Immunoglobulin)......................................................................7
2.4 Proses Degenerative..................................................................................9
2.5 Jenis Jenis Degenerasi.............................................................................11
2.6 Penyebab Degenerasi..............................................................................13
2.7 Penyakit Degeneratif...............................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................16
3.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
terganggu, sakit tulang dan kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda
psikis berupa sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup
menurun dan merasa sudah tidak berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel
antara lain adalah faktor genetis, defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.
1.3 Tujuan
Diharapkan pembaca dapat mengetahui proses terjadinya
degenerative, dan pembaca dapat memahami serta mengerti dari isi materi
ini supaya dapat menerapkan dalam lingkungan bagaimana cara kita
mempertahankan system imun kita agar bekerja dengan sempurna.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kekebalan tubuh yang bertugas untuk melindungi tubuh dari antigen yang
masuk.
Sistem imunitas tubuh akan menghasilkan antibodi sesuai dengan
banyaknya antigen, Bentuk antibodi akan menyerupai antigen itu sendiri,
hal itu bertujuan agar antibodi dapat menempel ke antigen kemudian
melawannya, maka dari itu antigen akan gagal menyebabkan infeksi dan
berhenti berkembang.. Kemudian, sel T juga akan membantu memberi
sinyal pada sel-sel lainnya.
Setelah dihasilkan, antibodi akan berada dalam tubuh manusia
selama beberapa waktu, karena jika antigen kembali menyerang tubuh
manusia, maka antibodi sudah bersedia untuk membasminya. Selain itu,
antibodi juga mampu menetralisir racun yang dibawa oleh bibit penyakit
dan merangsang protein komplemen untuk melawan virus maupun bakteri.
Semua sel-sel khusus dan juga bagian system imun menghasilkan
perlindungan terhadap tubuh dari penyakit, dimana proteksi inilah yang
disebut sebagai imunitas.
b. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan
sebelum lepas ke dalam s irkulasi. Proses ini memungkinkan sel T
untuk mengembangkan atribut penting yang dikenal sebagai
toleransi diri.
c. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang
perjalanan linfatik. Ter kumpul dalam situs tertentu seperti leher,
axillae, selangkangan dan para-aorta daerah. Penget ahuan tentang
situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik
pasien.
4
Getah adalah basa (pH>7,0) cairan yang biasanya jelas, transparan,
dan tidak berwarna. Mengalir di pembuluh limfatik dan jaringan mandi
dan organ dalam meliput pelindung. Tidak ada sel darah merah dalam
getah bening dan memiliki kandungan protein lebih rendah dari darah.
Seperti darah, hal ini sedikit lebih berat dari pada air (densitas 1,019
0,003). Getah bening mengalir dari cairan interstisial melalui pembuluh
limfatik sampai dengan baik duktus toraks atau saluran getah bening
kanan, yang berakhir di pembuluh darah subklavia, dimana getah bening
dicampur ke dalam darah. (Duktus getah bening yang tepat mengalir di sisi
kanan leher, dada, dan kepala, sedangkan duktus toraks menguras seluruh
tubuh.) Limfe membawa lipid dan vitamin yang larut dalam lemak diserap
dari saluran gastrointestinal (GI). Karena tidak ada pompa aktif dalam
sistem getah bening, tidak ada tekanan kembali diproduksi. Pembuluh
limfatik, seperti vena, memiliki arah katup yang mencegah aliran balik.
Selain itu, sepanjang kapal tersebut terdapat kelenjar getah bening
berbentuk kacang kecil yang berfungsi sebagai filter dari cairan limfatik.
Hal ini dalam kelenjar getah bening di mana antigen biasanya disajikan
kepada sistem kekebalan tubuh. Sistem limfoid manusia sebagai berikut
yaitu organ utama tulang sumsum (di pusat cekungan tulang) dan kelenjar
timus (terletak di belakangtulang dada di atas jantung), dan sekunder organ
pada atau dekat portal kemungkinan masuknya patogen: kelenjar gondok,
amandel, limpa (terletak di bagian kiri atas perut), kelenjar getah bening
(disepanjang pembuluh limfatik dengan konsentrasi di leher, ketiak, perut,
dan pangka Ipaha), Peyer's patch (dalam usus), dan usus buntu.
2.1.2 Non Spesifik
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun
alamiah yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita
adalah kulit dengan kelenjarnya, lap isan mukosa dengan enzimnya, serta
kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.
Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit,
polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen mekanisme
pertahanan non spesifik. Imunitas non spesifik merupakan respon awal
terhadap mikroba untuk mencegah, mengontrol dan mengeliminasi
terjadinya inf eksi pada host, merangsang terjadinya imunitas spesifik
untuk mengoptimalkan efektifitas kerja dan Hanya bereaksi terhadap
mikroba bahan bahan akibat kerusakan sel (heat shock protei n) dan
memberikan respon yang sama untuk infeksi yang berulang.
a. Pertahanan fisik kulit, selaput lendir, silia saluran pernafasan.
b. Pertahanan kimia: bahan yang disekresi mukosa saluran nafas,
kelenjar sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan
5
lambung, lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan
kuman gram dengan bantuan komplemen, keringat, ludah air mata
dan air susu (melawan kuman).
c. Pertahanan humoral
1. Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif
bakteri dan parasit (menghancurkan sel membran bakteri,
faktor kemotaktik yang mengarahkan makrofag ketempat
bakteri, diikat pada permukaan bakteri yg memudahkan.
makrofag untuk mengenal dan memakannya.
2. Interferon suatu gliko protein yg dihasilkan sel manusia yg
mengandung nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap
infeksi virus.
6
melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B limfosit intraepitel
akan menghasilkan IG M
3. NK Sel
NK sel mampu mengenali virus dan kompone internal mikroba. NK
sel di aktifasi ole h adanya antibodi yang melingkupi sel yang
terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segal a jenis sel yang
tidak mempunyai MCH class 1. Selanjutnya NK sel akan
menghasilkan porifr in dan granenzim untuk merangsang terjadinya
apoptosis.
7
c. Antibodi E (IgE) adalah jenis antibody yang hanya dapat
ditemukan pada mamalia. Ig E memiliki peran yang besar pada
alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersir at
dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth)
seperti Schistosoma man soni, Trichinella spiralis, dan Fasciola
hepatica, serta terhadap parasit protozoa tertentu seper ti
Plasmodium falciparum, dan artropoda.
8
dihalau oleh imunitas bawaan. Pertahanan dengan mengenali
pathogen dan benda asing ini yang akhirnya
diimplementasikan dalam konsep immunisasi.
Adapun yang membentuk sistem imunitas buatan adalah:
a. Sel limfosit datang dalam 2 tipe utama yaitu: sel
limfosit B dan sel limfosit T yang kedua nya sama sama
diproduksi di sumsum tulang belakang, hanya saja.
perbedaan dari keduanya,adalah tempat
pematangannya, sel B dimatangkan di sumsum tulang
belakang sedangkan sel T dimatangkan di kelenjar
timus. Mereka memproduksi antibody dan mengawasi
immunitas humoral kekebalan.
1. Makrofag
2. antibody
3. Immunitas Pasif
Jenis immunitas ini merupakan immunitas yang tidak dapat
membentuk antibodi sendiri melainkan meminjamnya dari
sumber lain. Contohnya adalah asi yang diberikan kepada bayi.
Asi mengandung antibodi yang selanjutnya akan ditransfer
kepada bayi saat sedang menyusu. Dan immunitas pasif juga
bisa didapat melalui imunisasi.
9
menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan
bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai
pada sel yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan
sel miokard.
Terdapat 2 teori mengenai tentang terjadinya degeneratif sel yang
memicu terjadinya penyakit degeneratif, yaitu;
1. Teori Ketuaan
Teori ini dikenal dengan teori tear and wear. Maksudnya
adalah jika semakin tua usia, maka akan akumulasi sampah
metabolic dalam sel akan meningkat yang mengakibatkan
gangguan sintesis DNA. Gangguan ini mampu meningkatkan
resiko mutasi sel, degenerasi sel, dan kerusakan sel.
2. Teori Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda reaksi
oksidasi dalam tubuh karena radikal bebas. Radikal bebas dapat
berasal dari metabolisme tubuh maupun radikal ekstemal, atau
radikal yang berasal dari luar. Paparan radikal bebas berlebih
dapat berasal dari sinar UV, asap rokok, polusi udara, makanan,
dan stress. Faktor ini mempermudah penyakit degeneratif seperti
demensia, stroke, dan diabetes mellitus. Antioksidan akan
memberikan atom hydrogen sehingga mampu mengurangi
reaktivitas dari radikal bebas tersebut.
Lalu, bagaimana penyakit degenerative bisa terjadi? Umumnya,
gejala awal seseorang menderita penyakit degeneratif dikenal dengan
nama sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kondisi yang
mampu meningkatkan resiko terkena penyakit degenerative seperti gula
darah tinggi, kelebihan kadar lemak di area pinggang, dan kolesterol
tinggi.
Proses awal terjadinya penyakit degeneratif adalah adanya transisi
demografi, epidemiologi dan kesehatan, dimana penyakit penyebab infeksi
yang berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup akan menyebabkan
fertilitas mulai menurun dan penyakit degeneratif akan muncul.
Selanjutnya terjadi perubahan metabolisme tubuh yang ditandai dengan
perununan produksi hormone testosteron pada pria dan estrogen pada
wanita yang biasanya mulai tampak di usia 65 tahun ke atas. Akibatnya,
lemak menumpuk di perut sehingga lingkar pinggang akan membesar
10
yang diikuti dengan kolesterol atau gula darah tinggi sehingga mengalami
sindrom metabolik. Selain obesitas, lemak dapat mempersempit pembuluh
darah, dimana lemak akan menempel di dinding pembuluh darah dan
meningkatkan tekanan darah. Selanjutnya, lingkungan hidup yang
tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup akan menyebabkan
timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Senyawa radikal bebas timbul akibat
berbagai proses kimia kompleks pada tubuh, seperti dari asap kendaraan,
asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari yang mampu
menyebabkan penyakit seperti lever dan jantung coroner.
2.5 Jenis Jenis Degenerasi
Berbagai jenis degenerasi sel yang sering dijumpai antara lain:
a. Degenarasi Albuminosa
Awalnya terjadi akibat terkumpulnya butir-butir protein di
dalam sitoplasma, sehingga sel menjadi bengkak dan sitoplasma
menjadi keruh (cloudy swelling: bengkak keruh). Contohnya
adalah pada penderita pielonefritis atau pada beberapa jam setelah
orang meninggal. Banyak ditemukan pada tubulus ginjal.
11
alveoli, sel epitel tubulus renalis, hepatosit, sel-sel neuron dan glia
otak. Dari kesekian sel itu, yang paling rentan adalah sel-sel otot
jantung dan sel sel pada otak.
c. Degenerasi Lemak
Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar
merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selain organ
jantung, otot dan ginjal. Etiologi dari degenerasi lemak adalah
toksin, malnutrisi protein, diabetes mellitus, obesitas, dan anoksia.
Jika terjadi gangguan dalam proses metabolisme lemak, akan
timbul penimbunan trigliserid yang berlebihan. Akibat perubahan
perlemakan tergantung dari banyaknya timbunan lemak. Jika tidak
terlalu banyak timbunan lemak, tidak menyebabkan gangguan
fungsi sel, tetapi jika timbunan lemak berlebihan, terjadi perubahan
perlemakan yang menyebabkan nekrosis.
e. Degenerasi Zenker
Dahulu dikenal sebagai degenerasi hialin pada otot sadar
yang mengalami nekrosis. Otot yang mengalami degenerasi zenker
adalah otot rektus abdominis dan diafragma.
12
1.4 Penyebab Degenerasi
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara
berlebih atau sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi
secara normal. Di bawah ini merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel:
1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala
kelistrikan) dan kimia (bahan-bahan kimia beracun)
6. Defect (cacat/kegagalan) genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua
kategori utama, yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible
(kematian sel). Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas
sel yang reversible yaitu apabila penyebabnya dihilangkan organ atau
jaringan bisa berfungsi normal. Sel dapat cedera akibat berbagai stressor.
Cedera terjadi apabila stresor tersebut melebihi kapasitas adaptif sel.
1.5 Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses
dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh penggunaan seiring dengan usia
maupun karena gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa contoh penyakit
degeneratif yang sering dapat ditemui.
a. Kencing Manis Atau Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
Kencing manis atau diabetes mellitus adalah penyakit yang
ditandai dengan tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah yang
disebabkan oleh tubuh tidak dapat menggunakan glukosa atau gula
dalam darah sebagai sumber energi.. Gejala gejala DM:
1. Cepat merasa haus.
2. Sering buang air kecil (BAK)
3. Cepat merasa lapar. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat
menggunakan gula di dalam darah sebagai sumber energi,
padahal kadar gula di dalam darah sudah tinggi.
4. Kesemutan pada ujung ujung jari tangan dan kaki. Apabila
gejala ini muncul artinya telah terjadi kerusakan pada ujung
saraf
5. Pengelihatan menjadi buram.
13
6. Luka yang sulit sembuh. Sel-sel pada tubuh sulit untuk
memperbaiki diri untuk menutup luka yang terjadi. Selain itu,
kadar gula yang tinggi disukai oleh kuman - kuman sehingga
mudah terjadi infeksi dan mempersulit penutupan luka.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini
antara lain:
1. Kebiasaan makan makanan manis
2. Kelebihan berat badan
3. Genetik
4. Jarang berolah raga
Penyebab glukosa tidak dapat digunakan di dalam tubuh pada
diabetes tipe 2 adalah:
1. Resistensi insulin pada sel-sel
Agar sel dapat menggunakan glukosa dari dalam darah
diperlukan insulin. Pada penderita dengan penyakit ini,
ditemukan bahwa sel-sel tersebut menjadi kurang sensitif
terhadap insulin. Walaupun terdapat insulin di dalam
tubuh, tetapi sel tersebut tidak dapat menggunakannya.
Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah
menjadi tinggi.
2. Produksi insulin yang rendah oleh pancreas
Insulin dihasikan oleh sel beta pankreas. Produksi
insulin yang tidak mencukupi kebutuhan menyebabkan
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa di dalam darah.
b. Osteoartritis (OA)
OA merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan
kerusakan jaringan tulang rawan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan pada tulang. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
genetik, perempuan, riwayat benturan pada sendi, usia dan obesitas.
Gejala yang dapat ditemukan pada penyakit ini adalah:
1. Nyeri pada sendi terutama setelah beraktivitas dan
membaik setelah beristirahat.
2. Kadang dapat ditemukan kekauan dipagi hari, durasi tidak
lebih dari 30 menit.
c. Osteoporosis
14
Osteoporosis adalah penyakit degeneratif pada tulang yang
ditandai dengan. rendahnya massa tulang dan penipisan jaringan
tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan
mudah patah,
Osteoporosis dapat disebabkan oleh:
1. Penyerapan kalsium yang menurun pada wanita post
monopause,
2. Usia lebih dari 70 tahun,
3. Penyakit kronis,
4. Defisiensi zat pembentu tulang seperi kalsium, viatamin
D.
15
BAB III
PENUTUP
1.6 Kesimpulan
Sistem imun merupakan salah satu fungsi tubuh yang amat penting.
dimana tanpa system imun, kita lebih mudah jatuh sakit akibat virus,
bakteri, jamur, maupun parasit. Sistem imun adalah sekelompok sel,
protein, jaringan, dan organ khusus yang bekerjasama untuk melawan hal
buruk yang masuk kedalam tubuh. System imun menghasilkan
perlindungan terhadap tubuh dari penyakit, dimana proteksi inilah yang
disebut sebagai imunitas.
Penyakit degeneratif merupakan suatu kondisi kesehatan tubuh
dimana sel-sel maupun jaringan dalam tubuh terus mengalami penurunan
fungsi seiring waktu. Salah satu penyebab paling umum penyakit ini
adalah proses. penuaan. Umumnya, gejala awal seseorang menderita
penyakit degeneratif dikenal dengan nama sindrom metabolik. Sindrom
metabolik merupakan kondisi yang mampu meningkatkan resiko terkena
penyakit degenerative seperti gula darah tinggi, kelebihan kadar lemak di
area pinggang, dan. kolesterol tinggi.
1.7 Saran
Ilmu mengenai proses imunitas dan proses degeneratif memiliki arti
yang sangat penting agar kita sebagai seorang mahasiswa keperawatan
mengetahui bagaimana tubuh bisa menghasilkan system imun dan
bagaimana penyakit degeneratif bisa terjadi pada manusia. Ilmu ini perlu
pengkajian lebih lanjut agar mendapat ilmu yang lebih dalam dan lebih
detail.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Causes , Effects , Prevention and Management Setiap orang pasti akan mengalami
fase yang sama dalam hidup ini , mulai . Jurnal Gizi Dan Kesehatan (JGK), 3(1),
63–72.
18