Disusun Oleh:
Tezzy Maria Sintia (21154011002)
Della Puspita Sannis Rally (21154011008)
Mila Wijaya (21154011012)
Tika Parkirlah (21154011016)
Mutiara Helva Kusuma (21154011021)
Ita Harwati ( 211540110
Dela Puspita (211540110)
Anggun Dwi Prayunita (211540110
Renda Angelina (211540110
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesai kan makalah tentang “OBAT IMUNOLOGI ”
dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik dan menjadi suri tauladan bagi umat Islam
diseluruh dunia.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi syarat penilaian pada mata kuliah Farmakologi ,
dan penulis harap makalah ini dapat bemanfaat, baik untuk penulis pribadi maupun para
peserta didik lannya.
Dalam menyusun makalah ini pula penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan informasi, baik dan buku-buku yang telah direkomendasi kan oleh dosen
ataupun website yang terpercaya.Terima kasih kepada dosen pengajar yang telah
membimbing dalam penyelesaian makalah ini.
Untuk itu saran dan kritik penulis harapkan berkenaan dengan pembuatan makalah ini, demi
kesempurnaannya. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .......................................................................................................2
DAFTAR ISI ......................................................................................................................3
Bab II Pembahasan ..........................................................................................................4
2.1 Pengertian Imunology...................................................................................................4
2.2 Pengertian Obat Imunology...........................................................................................5
a.Pengertian imunosupresan.............................................................................................6
b.Kondisi yang ditangani obat imunosupresan................................................................6
c.Kategori obat dalam kelas imunosuppresan..................................................................7
d.Efek Samping interaksi obat imunosupresan................................................................7
Bab III Penutup ...............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................11
3.2 Saran ............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat adanya
rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia. Manusia memiliki
sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang dikenal dengan sistem imun,
dimana akan melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit, patogen seperti virus, bakteri,
parasit, dan jamur. Sistem imun dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat
dibagi menjadi sistem imun non-spesifik dan spesifik. Sistem imun non-spesifik bekerja cepat
dan siap mencegah mikroba masuk ke dalam tubuh. Sistem imun spesifik bekerja spesifik
karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda dan harus mengenal dahulu jenis
mikroba yang akan ditangani. Oleh karena itu, sistem imun ini bekerja agak lama untuk
memberikan perlindungan.
Komponen dari sistem imun non-spesifik terdiri dari sel-sel fagosit yaitu sel-sel
polimorfonuklear dan makrofag serta sel natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah
menghancurkan bakteri bersangkutan secara non-spesifik dengan proses fagositosis, tanpa
mempedulikan perbedaan yang ada di antara substansi-substansi asing. Dalam hal ini leukosit
yang termasuk fagosit memegang peran yang amat penting, khususnya makrofag. Supaya
terjadinya fagositosis, partikel bakteri harus melekat pada permukaan fagosit. Agar fagosit
tersebut bergerak menuju sasaran antigen, makrofag akan bergerak ke arah antigen yang
dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator yang disebut kemotaktik yang berasal
dari bakteri. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan
oleh proses pembentukan fagosom ia terperangkap dalam kantung fagosom seolah-olah
ditelan untuk kemudian dihancurkan.
Mekanisme pertahanan tubuh dapat ditingkatkan dengan senyawa tertentu yang bersifat
imunostimulan. Imunostimulan secara umum didefenisikan sebagai senyawa yang dapat
4
meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik baik
mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Beberapa tumbuhan diketahui memiliki
senyawa kimia dengan aktivitas sebagai imunostimulan, seperti tumbuhan yang digunakan
dalam pengobatan tradisional China yaitu Hydrocotyle sibthorpioides Lam. yang sering
digunakan untuk pengobatan gangguan imun dan pengobatan hati. Pegagan embun
(Hydrocotyle sibthorpioides Lam.) memiliki khasiat seperti menghilangkan bengkak (anti-
swelling), antiradang, peluruh air seni, antibiotik, penurun panas, menetralisir racun
(detoxificans), dan peluruh dahak (ekspektoran). Penilitian yang dilakukan oleh Farong Yu
dkk melaporkan Ekstrak H. sibthorpioides menghasilkan efek antitumor yang sangat baik dan
menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi fungsi imunologis mencit .
Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan using seperti
mikroorganisma (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang
bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sihat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya. Imunologi ialah cabang bidang perubatan yang berkaitan
dengan gerak balas tubuh terhadap antigen. Pengimunan atau pemvaksinan menjana
keupayaan untuk bertahan terhadap sesuatu penyakit tanpa mendedahkan tubuh kepada
penyakit tersebut. Apabila sistem imun cacat, tertekan atau gagal, seperti dalam Sindrom
Kurang Daya Tahan (AIDS) dan penyakit-penyakit kurang keimunan, kesannya ialah
jangkitan yang teruk atau boleh membawa maut.
Suatu ciri asas sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri sahaja.
Ketidak wujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Peri
pentingnya keupayaan untuk membezakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta
toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut
gagal. Penyakit-penyakit ini terhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan
gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Walau bagaimanapun, sistem
imun lazimnya amat berkesan membezakan antara diri dan bukan diri.
5
a.Pengertian Imunosupresan
Imunosupresan adalah kelompok obat-obatan yang dapat menekan atau melemahkan sistem
imun tubuh. Beberapa jenis obat dalam kelompok ini digunakan untuk mengatasi gangguan
autoimun.
Obat-obatan imunosupresan lain juga digunakan untuk menurunkan risiko penolakan tubuh
terhadap transplantasi atau pencangkokan organ. Misalnya, dalam dalam transplantasi
jantung, hati, atau ginjal. Obat-obatan ini disebut dengan obat anti-rejeksi.
1.Gangguan Autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem imun menyerang jaringan tubuh penderitanya. Obat
imunosupresan dapat menekan atau menghambat reaksi sistem imun tersebut karena dapat
‘melemahkan’ sistem imun. Dengan begitu, efek dari penyakit autoimun diharapkan dapat
berkurang.
•Psoriasis
•Lupus
•Rheumatoid arthritis
•Penyakit Crohn
•Multiple sclerosis
•Alopecia areata
2.Transplantasi Organ
6
Sebagian besar pasien yang menerima transplantasi organ harus mengonsumsi obat
imunosupresan atau anti-rejeksi. Sebab, sistem imun seringkali menganggap organ yang
diterima sebagai benda asing, sehingga mereka pun menyerang organ tersebut.
Kondisi ini dapat berbahaya bagi pasien dan kadang organ tersebut harus diangkat kembali.
Obat induksi, yakni obat anti-rejeksi yang digunakan saat proses transplantasi organ
Obat pemeliharaan, digunakan untuk jangka panjang
7
Imunosupresan dapat melemahkan sistem imun. Dengan begitu, risiko infeksi mungkin dapat
terjadi. Hubungi dokter dengan segera apabila Anda mengalami gejala infeksi berikut:
1.Inhibitor Caalcineurin
Obat ini mampu menghambat kerja calcineurin, yaitu enzim yang berperan penting dalam
sistem kekebalan tubuh kita. Contoh obat ini antara lain:
Tacrolimus
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat tacrolimus.
Ciclosporin
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat ciclosporin.
8
2.Agen target sitokin
Sitokin merupkan protein yang dihasilkan berbagai sel dan berfungsi untuk mengatur kerja
respons imun. Beberapa obat yang termasuk kelompok agen target sitokin adalah:
Kortikosteroid
Kortikosteroid bekerja dengan menghambat produksi zat yang bertanggung jawab untuk
menimbulkan peradangan dalam tubuh. Selain itu, kelompok obat ini juga akan menurunkan
aktivitas dan kerja sistem imun.
Beberapa jenis obat yang termasuk dalam golongan kortikosteroid adalah betamethasone,
dexamethasone, budesonide, methylprednisolone, prednisolone, prednisone, triamcinolone,
dan hydrocortisone.
Obat ini mampu menghambat kinerja Janus kinase, yaitu salah satu enzim penyebab
inflamasi. Contoh obat ini adalah:
Tofacitinib
Merek dagang:-
Untuk pengobatan rheumathoid arthritis atau psoriatic arthritis, dosisnya adalah 5 mg, dua
kali sehari. Penambahan, pengurangan, dan penyesuaian dosis dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien dan respon terapi.
Interleukin-2 receptor antagonist
Obat ini mampu menghambat aktivitas sel T dalam memperkuat sistem imun. Obat ini sering
kali dipakai untuk perawatan pascatransplantasi organ, misalnya ginjal. Salah satu contoh
obat ini adalah:
Basiliximab
Merek dagang: Simulect
Untuk mengetahui dosis dan informasi lebih lanjut mengenai obat ini, silakan buka laman
obat basiliximab
9
3.Imunosupresif Selektif
Imunosupresif selektif adalah kelompok obat imunosupresan yang mampu menghambat kerja
sistem imun secara selektif. Berikut adalah contohnya:
Mycophenolate Mofetil
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Infeksi oleh virus dipengaruhi oleh berbagai faktor balk dari segi virusnya seperti jumlah
virus yang menginfeksi dan virulensinya maupun dari segi hospesnya seperti kemampuan
sistem imun hsopes. Untuk beberapa virus lingkungan juga mempengaruhipenyebaran virus.
Untuk suatu lnfeksi yang sukses virus membutuhkan hal-hal sebagai berikut : Jumlah virus
yang cukup untuk memulai mfeksi
Sel-sel pada tempat infeksi harus susceptible dan permissive terhadap virus tersebut
Sistem pertahanan antivirus lokal hospes harus tidak ada atau setidak-
tidaknya tidak efektif
Sistem imun hospes sangat berpengaruh dalam mencegah penyebaran infeksi
balk yang innate maupun yang adaptive. Meslupun demikian beberapa virus dapat mengatasi
sistem imun hospes misalnya dengan melumpuhkan sistem imun tersebut, menyerang organ
yang tidak dalam pengawasan sistem imun,atau menyerang sistem imun itu sendiri. Hasilnya
tergantung keseimbangan antara antigen dan sistem imun.
Infeksi virus dapat terjadi dalam bentuk akut atau persisten.
Infeksi akut biasanya merupakan self limiting disease, terjadi secara cepat dan dibersihkan
dengan cepat pula dari tubuh oleh sistem imun hospes. Meslupun demikian, penyebaran
mfeksi akut sulit dikendallkan terutama di tempat yang padat penduduknya bahkan pada
beberapa kasus dapat menyebabkan pandemi.
Infeksi persisten merupakan mfeksi untuk jangka waktu yang panjang, meskipun akhirnya
bisa saja sembuh atau berkembang lebih lanjut menjadi beberapa variasi. Variasi lnfeksi
persisten adalah infeksi laten yang dapat mengalami reaktivasi menjadi mfeksi akut (herpes
simpleks), slow infection yaitu infeksi yang berlangsung lama bahkan dapat bertahun-tahun
dan biasanya berakhir dengan kematian (Transmissible Spongiform Encephalopathies),
mfeksi abortif yaitu lnfeksi yang tidak menyelesaikan prosesnya, dan transforming infection
yang bersifat oncogenik. Setiap pola mfeksi memiliki mekanisme molekular yang khas
virusnya dan akan menghasilkan manifestasi klinik yang berbeda pula pada hospesnya.
11
3.2 SARAN
Sampai saat ini masih banyak infeksi virus yang belum dapat disembuhkan karena itu
penelitian mengenai mekanisme molekular mfeksi virus dan pengaruhnya terhadap sistem
imun manusia perlu dirtingkatkan sehingga penanganan maupun pencegahan infeksi virus
dapat dilakukan dengan lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi/
https://www.sehatq.com/artikel/imunosupresan-adalah-obat-penekan-sistem-imun-apa-gunanya
https://www.alodokter.com/obat-imunosupresif
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-malang/etika-bisnis-profesi/kelompok-
4-makalah-imunologi-dikonversi-dikonversi/14829467
https://www.alodokter.com/obat-imunosupresif
https://doktersehat.com/obat-a-z/obat-imunosupresan/
https://amp.kompas.com/health/read/2022/08/26/120000368/fungsi-sistem-imun-tubuh-dan-
cara-menjaga-kesehatannya
https://www.paei.or.id/pengertian-imunologi/
13