Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR IMUNOLOGI

Di Susun Oleh:

KELOMPOK 4

1. HALIMATUS S (722640275) 8. ANNISAH (722640299)


2. NETTI DJUWITA SARI (722640279) 9. DEWI WARDANI (722640303)
3. SITTI FATIMAH (722640280) 10. HERLINA SRI W (722640313)
4. HALIMATURRAHMAH (722640281) 11. HAMIDAH (722640314)
5. IRA PURNAMAWATI (722640285) 12. ROBIATUN DANIATUN (722640331)
6. YULIANITA P (722640288) 13. JUHALIMAH (722640348)
7. SITI NOR AISYAH (722640290) 14. SYAFAATUL UMMAH (722640352)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat Hidayah dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Biologi Reproduksi dengan
judul “PENGANTAR IMUNOLOGI”.

Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang isi dari
makalah mengenai Pengantar imunologi. Selain itu penyusun berharap tulisan ini dapat menjadi dasar
pengantar dan pemenuhan materi perkuliahan Biologi Reproduksi.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun
demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

Pamekasan, 07 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………… 1

C. Tujuan …………………………………………………………………………..1

D. Manfaat …………………………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian sistem imun………….………………………………........................3

B. Klasifikasi sistem imun……………...……….………………………………….3

C. Faktor yang mempengaruhi system imun…….. ……………..…………………7

D. Antigen dan antibody……………………………………………………………8

E. Respon kekebalan………………………………………………………….…….9

F. Tahapan aktivitas sel pertahanan tubuh dalam menghadapi zat asing…………..11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………….12

B. Saran ……………………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

.Disekitar kita banyak sekali mikroorganisme yang ukurannya sangat kecil sehingga kita
tidak bisa melihatnya seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, parasite dll. Mikroorganisme di sekitar
kita ada yang komusal dan ada yang pathogen. Mikroorganisme yang pathogen inilah yang
berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit.

Disadari atau tidak setiap harinya tubuh kita menghadapi berbagai ancaman yang datang
dari luar berupaya untuk memasuki tubuh kita dengan berbagai cara. Jutaan bakteri, virus, pathogen
dan berbagai mikroogranisme yang lainnya berupaya memasuki tubuh kita dengan berbagai cara
melalui sistem pernapasan, sistem pencernaan dan melalui permukaan kulit. Maha besar Allah
dengan segala kekuasaanNya meskipun serangan yang sangat luar biasa terhadap tubuh kita tetapi
Allah sudah mempersiapkan sebuah sistem yang mampu menangkal segala ancaman tersebut melalui
sistem imun atau sistem pertahanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem imun ?

2. Bagaimana klasifikasi system imun?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi system imun ?

4. Apa perbedaan antigen dan antibody?

5. Bagaimana respon kekebalan ?

6. Bagaimana tahapan aktivitas sel pertahanan tubuh dalam menghadapi za tasing?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian sistem imun

2. Mengetahui klasifikasi sistem imun

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi sistem imun

4. mengetahui perbedaan antigen dan antibodi

5. Mengetahui respon kekebalan

6. Mengetahui tahapan aktivitas sel pertahanan tubuh dalam menghadapi zat asing
D. Manfaat

Untuk mempelajari tentang imunologi dasar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Imun

Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi asing yang


terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut bisa berasal dari luar maupun dalam tubuh
sendiri. Contoh subtansi asing yang berasal dari luar tubuh (eksogen) misalnya bakteri, virus,
parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan substansi asing dari dalam tubuh dapat berupa
sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Substansi-substansi asing tersebut
disebut imunogen atau antigen.

Apabila imunogen terpapar ke tubuh kita, maka tubuh kita akan meresponnya dengan
membentuk respon imun dari sistem imun. Sistem imun secara harfiah merupakan sistem
pertahanan diri yang menguntungkan, tetapi dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan keadaan
yang merugikan. 

B. Klasifikasi Sistem Imun


Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan system pertahanan, sehingga tubuh dapat
mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dalam
tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari pathogen-patogen penginvasi
dan untuk menghilangkan penyakit.
System imun berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit diklasifikasikan sebagai
system imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/system
nonspesifik dan system imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/system spesifik,
bergantung pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan.
1. Sistem imun bawaan (innate immunity system/system imun nonspesifik)
Sistem imun non spesifik adalah system imun yang melawan penyakit dengan cara yang sama
kepada semua jenis penyakit. System kekebalan ini dimiliki oleh seseorang sejak lahir.
System imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis penyakit, oleh karena
itu disebut non spesifik. Mekanisme kekebalan ini efektif terhadap mikroorganisme tanpa
terjadinya pengalaman kontak sebelumnya dengan organisme tersebut. System imun ini
bekerja dengan cepat dan selalu siap jika tubuh didatangkan suatu penyakit.
Kekebalan non spesifik ada yang bersifat eksternal, ada pula yang bersifat internal. Kekebalan
eksternal disebut juga sebagai perlindungan permukaan, karena melindungi di bagian luar
tubuh. kekebalan internal lebih bersifat perlindungan seluler dan kimiawi.
a. Kekebalan Eksternal
Kekebalan eksternal terdiri dari jaringan epitelium yang melindungi tubuh kita (kulit dan
jaringan mucus) beserta sekresi yang dihasilkannya.
Selain sebagai penghalang masuknya penyakit, epitelium tersebut menghasilkan zat-zat
pelindung. Misalnya, hasil sekresi kulit bersifat asam sehingga beracun bagi bakteri. Air
ludah (saliva) dan air mata juga dapat membunuh bakteri. Mucus (lender) menjebak
mikroorganisme sehingga tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan
pernapasan.
b. Kekebalan Internal
Kekebalan internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu melewati
kekebalan eksternal. Kekebalan internal berupa rangsangan kimia dan melibatkan sel-sel
fagositik, sel natural killer, protein anti mikroba yang melawan zat asing yang telah masuk
dalam tubuh, serta peradangan (inflamasi) dan demam.
1. Sel-sel fagositik yang berperan dalam kekebalan internal antara lain netrofil,
makrofag, dan eosinophil. Netrofil akan bersifat fogositik (memakan) jika bertemu
dengan materi penginfeksi di dalam jaringan. Makrofag akan berikatan dengan
polisakarida di permukaan tubuh mikroba dan kemudian menelan mikroba tersebut.
Eosinophil bertugas untuk menyerang parasite yang berukuran besar, misalnya cacing.
2. Sel natural killer menyerang sel parasite dengan cara mengeluarkan senyawa
penghancur yang disebut perforin. Sel NK dapat melisiskan dan membunuh sel kanker
serta virus sebelum system kekebalan adaptif diaktifkan.
3. Protein anti mikroba meningkatkan pertahanan tubuh dengan cara menyerang
mikroorganisme secara langsung maupun dengan cara menghambat reproduksi
mikroorganisme. Salah satu protein anti mikroba yang penting untuk melindungi sel
dari serangan virus adalah interferon.
4. Peradangan (inflamasi) dipicu oleh trauma fisik, panas yang berlebihan, infeksi bakteri
dan lain-lain. Peradangan bersifat lokal atau hanya muncul pada lokasi terinfeksi
sedangkan demam menyebar ke seluruh tubuh.
System imun non spesifik mempunyai 4 jenis pertahanan, yaitu
1. Pertahanan Fisik/ Mekanis
Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa/lendir, silia atau rambut pada saluran
nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari
penyakit yang berasal dari lingkungan. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada
tubuh kita.
2. Pertahanan Biokimia
Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa zat-zat kimia yang akan menangani
mikroba yang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa PH asam yang
dikeluarkan oleh kelenjar keringat, asam lambung yang diproduksi oleh lambung, air susu,
dan saliva.
3. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut untuk
melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada di sekitar
daerah yang dilalui oleh mikroba. Contoh interferon (INF), Defensin, Kateisidin, dan
system komplemen.
4. Pertahanan Seluler
Pertahanan ini melibatkan sel-sel system imun dalam melawan mikroba. Sel-sel tersebut
ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Netrofil, Basofil,
Eosinofil, Monosit, dan sel NK (Natural Killer) adalah sel system imun non spesifik yang
biasa ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan
adalah sel Mast, makrofag dan sel NK.

2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system/system imun spesifik)


Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali muncul
dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem
imun tersebut. Bila sel sistem imun tersebut berpapasan kembali dengan benda asing yang
sama, maka benda asing yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan
olehnya. Oleh karena sistem tersebut hanya dapat menghancurkan benda asing yang sudah
dikenal sebelumnya, maka sistm ini disebut spesifik. Ada dua tipe imunitas yang didapat yakni
imunitas seluler dan imunitas humoral.
a. Sistem Imunitas Humoral
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B. Limfosit B
yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang
menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Limfosit B membutuhkan bantuan
limfosit T-helper (CD4+ T cell/ Th) yang atas sinyal-sinyal tertentu baik melalui Major
Histocampatibility Complex (MHC) maupun sinyal yang dilepaskan oleh makrofag
merangsang produksi antibodi. Selain oleh sel Th, produksi antibodi juga diatur oleh sel-
sel T-supressor, sehingga produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri
serta menetralisasi toksinnya.
b. Sistem Imunitas Seluler
Limfosit yang berperan dalam sistem imun spesifik Seluler adalah limfosit T. Terdapat
dua subpopulasi utama sel T, yaitu sel CD8+ atau sel T sitotoksik dan sel CD4+ atau sel
T-helper. Sel T sitotoksik berfungsi menghancurkan sel pejamu yang mengandung benda
asing contohnya virus, sel kanker yang memiliki protein mutan akibat transformasi
maligna dan sel cangkokan. Sedangkan sel T-helper akan meningkatkan pembentukan sel
B yang distimulasi antigen menjadi sel plasma penghasil antibodi, meningkatkan aktivitas
sel sitotoksik yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel T-helper tidak secara langsung
ikut serta dalam dekstruksi imun pathogen yang masuk. Sebaliknya, sel-sel ini
memodulasi aktivitas sel imun lain.
Terdapat tiga fase terjadinya respon imun spesifik, yaitu fase pengenalan, fase aktivasi dan
fase efektor.
a. Fase Pengenalan
Sistem pengenalan antigen oleh sel T dibantu oleh suatu produk gen polimorfik MHC.
MHC kelas I pada dasarnya dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh,
sementara sel khusus lainnya menghasilkan MHC kelas II. Kelompok 11 sel ini
dikenal sebagai APC (Antigen Presenting Cells) misalnya makrofag, sel B, dan sel
dendritik. Sel T CD4 mengenal peptida yang berasosiasi dengan MHC kelas II pada
permukaan APC, sedangkan Sel T CD8 yang sebagian besar adalah CTL (cytotoxic T
lymphocyte) mengenal fragmen peptida yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I
pada permukaan sel target.
b. Fase Aktivasi
Fase aktivasi merupakan rangkaian peristiwa yang diinduksi oleh limfosit akibat
pengenalan antigen spesifik. Limfosit akan mengalami dua perubahan besar dalam
merespon antigen yaitu, yang pertama mereka akan berproliferasi dan mengadakan
amplifikasi sehingga bertambah banyak dan yang kedua, mereka mengalami
diferensiasi ke dalam sel efektor yang berfungsi mengeliminasi antigen atau menjadi
sel memori.
c. Fase Efektor
Fase efektor merupakan tahapan dimana limfosit yang secara spesifik diaktivasi oleh
antigen dapat melaksanakan fungsi untuk mengeliminasi antigen. Limfosit yang
berfungsi dalam fase efektor respon imun disebut sebagai sel efektor. Fase ini
melibatkan diferensiasi sel T dan sel B yang dibangkitkan selama fase aktivasi, juga
dipicu oleh respon imun non spesifik (alamiah). Contoh, antibody mengikat antigen
asing dan memperkuat fagositosis oleh neutrophil dan makrofag di dalam darah.
Antibodi juga mengaktivasi sistem plasma protein (komplemen) yang berpartisipasi
dalam melisiskan dan fagositosis mikroba.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Imun


1. Genetic (keturunan): riwayat keluarga yang mewariskan penyakit-penyakit tertentu seperti
DM, kanker, alergi, jantung dll.
2. Fisiologis : melibatkan fungsi organ-organ tubuh seperti berat badan berlebihan dapat
menyebabkan sirkulasi darah kurang lancar sehingga dpt meningkatkan kerentanan terhadap
suatu penyakit.
3. Psikologi (Stress) : saat stress tubuh mengeluarkan hormone neuroendokrin,glukokortikoit
dan katekolamin yang bisa berdampak buruk pada produksi antibody. Stress kronis dapat
menurunkan jumlah sel darah putih dan berdampak buruk pada produksi antibodi .
4. Usia : usia muda seperti balita dan anak-anak, system imunnya belum matang. System imun
akan optimal pada usia dewasa dan akan Kembali menurun saat usia lanjut.contohnya bayi
premature lebih rentan dari pada bayi yang lahir normal, pada usia 45 th atau lebih resiko
penyakit kanker meningkat.
5. Hormon : Hormone estrogen pada Wanita membuat tubuh lebih kebal terhadap infeksi,
sedangkan hormone androgen pada pria dapat memperkecil resiko penyakit auto imun. Oleh
karena itu, Wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi
penyakit. Olahraga: olahraga teratur membantu meningkatkan aliran darah dan membersihakn
tubuh dari racun, namun olahraga yang berlebihan akan meningkatkan kebutuhan suplai
oksigen sehingga memicu timbulnya radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.
6. Tidur : jika kurang dari cukup akan menyebabkan perubahan jaringan sitokin, yang dapat
menurunkan imunitas seluler sehingga kekebalan tubuh melemah.
7. Nutrisi : vitamin dan mineral diperlukan pada pengaturan imunitas, DHA dan asam arakidonat
mempengaruhi pematangan sel T, Protein diperlukan dalam pembentukan immunoglobulin
dan komplemen, namun kadar kolesterol yang tinggi dapat memperlambat proses
penghancuran bakteri oleh makrofag.
8. Paparan zat berbahaya : zat berbahaya seperti bahan radioaktif,pestisida, rokok, minuman
beralkohol, bahan pembersih kimia mengandung zat-zat yang menurunkan imunitas.
9. Racun tubuh : racun tubuh atau sisa metabolisme yang tidak berhasil dikeluarkan dari tubuh
akan mengganggu kerja system imunitas.
10. Penggunaan obat : penggunaan obat-obatan terutama antibiotic yang berlebihan atau tidak
sesuai aturan akan mengakibatkan bakteri menjadi resisten sehingga apabila bakteri
menyerang Kembali, maka system kekebalan tubuh akan gagal melawannya
D. Antigen dan Antibodi
Antigen adalah zat yang merangsang respon imunitas, terutama dalam menghasilkan antibodi.
Permukaan bakteri dan virus mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen.
Didalam antigen terdapat bagian yang dapat membangkitkan respon imunitas (menginduksi
pembentukan antibodi) yang disebut epitop.
Antibodi merupakan protein plasma yang dihasilkan oleh sel B. Sel B merupakan perkembangan
dari limfosit yang berdiferensiasi menjadi sel plasma, dan sel plasma itu yang memproduksi
antibodi. Nama lain dari antibodi adalah immunoglobulin. Setelah antibodi berhasil mengalahkan
antigen, antibodi akan memperbanyak diri. Sel hasil perbanyakan diri tersebut tidak akan
berdiferensiasi dan disebut Sel Memori B. Sel ini berfungsi dalam respon imunitas sekunder
(respon terhadap antigen yang sama di kemudian hari)
Terdapat beberapa macam immunoglobulin berdasarkan strukturnya, ada monomer, dimer dan
pentamer.
Untuk lebih jelas coba perhatikan gambar ini :

Respon pertahanan tubuh melibatkan aktivasi sel B yang akan menghasilkan antibodi. Antigen
yang masuk akan diikat oleh antibodi di bagian epitop. Epitop menentukan kecocokan antara
antibodi dengan antigen. Antigen yang sudah diikat oleh antibodi akan diuraikan dan dibuang
keluar tubuh bersama aliran darah.
E. Respon Kekebalan
Respon sistem kekebalan tubuh (imunitas) sebagai sebuah bentuk respon terkait masuknya
mikroba patogen yang dapat kita bedakan menjadi dua macam, yakni respon imunitas humoral
dan respon imunitas seluler.

1. Respon imunitas humoral

Respon imunitas humoral merupakan respon kekebalan tubuh yang terjadi setelah antigen
masuk ke dalam tubuh. Pada saat ini, makrofag akan memakan antigen tersebut yang kemudian
membawanya munuju ke sel T penolong (helper T cell) untuk dikenali.

Sel T penolong akan mensekresikan molekul yang dinamakan interleukin yakni sebuah
molekul yang dapat mengaktifkan sel limfosit B agar mengikat antigen tersebut dan membuat
antibodi.

Antibodi yang dihasilkan berupa protein dan akan tersimpan dalam plasma darah dan cairan
limfa. Nah, antibodi ini bersifat spesifik, artinya bahwa antibodi A hanya akan mempan untuk
memusnahkan antigen A.

Gambar. Beberapa cara antibodi untuk menghancurkan patogen (Sumber: Biology Concepts & Connections, 2006)

Ada beberapa cara yang dilakukan antibodi dalam menghancurkan antigen yakni netralisasi,
penggumpalan (aglutinasi), pengendapan dan pengaktifan sistem komplemen atau protein
komplemen.

a. Netralisasi yaitu pemblokiran tempat-tempat yang digunakan oleh antigen untuk berikatan.


Pemblokiran ini menyebabkan tempat tersebut menjadi tidak aktif dan dilakukan dengan cara
menempati tempat tersebut. Selain itu, netralisasi juga dilakukan dengan cara menyelimuti
bagian racun dari patogen sehingga menjadi aman pada saat dimakan oleh sel fagosit.
b. Penggumpalan patogen dapat dilakukan dengan mudah oleh antibodi karena pada antibodi
terdapat minimal dua daerah ikatan (binding site). Bila ini dilakukan, maka pemusnahan
patogen dapat dilakukan lebih efektif karena sudah terkumpul sehingga tinggal menunggu
dimakan oleh sel fagosit.

c. Pengendapan hampir mirip dengan penggumpalan, hanya saja hal ini terjadi bila patogen
terlarut bersama antibodi. Disini antibodi akan membuat patogen tidak bisa bergerak sehingga
memudahkan kerja sel fagosit untuk memakannya.

d. Pengaktifan sistem komplemen merupakan perpaduan antara antibodi dengan protein


komplemen untuk menghancurkan patogen. Caranya yakni dengan membuat lobang pada
dinding sel patogen sehingga lisozim dapat masuk ke dalam patogen dan melakukan
penghancuran dari dalam.

2. Respon imunitas seluler

Antibodi tubuh tidak bisa menyerang patogen yang beranak-pinak di dalam sel inang yang
telah terjangkit virus, bakteri dan sebagainya. Untuk itu perlu upaya pemusnahan terhadap sel-
sel yang telah terjangkiti patogen, jika tidak, maka jumlah patogen akan semakin banyak.
Nah,disinilah tugas utama imunitas seluler.

Gambar. Cara sel T sitotosik menghancurkan sel terinfeksi (Sumber: Biology Concepts & Connections, 2006)

Respon imunitas dimulai sejak adanya kontak makrofag dengan patogen sehingga memicu
limfosit T untuk melakukan pembasaran yang kemudian terbagi menjadi beberapa bagian sub
populasi yakni sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T
supressor (supressor T cell) dan sel T memori (memory T cell).
Tugas penghancuran dilakukan oleh sel T sitotoksik yakni dengan cara menangkap sel yang
terinfeksi kemudian melubanginya dengan protein perforin. Setelah terbentuk lubang,
kemudian masuklah enzim sel T untuk menghancurkan sel yang terinfeksi beserta sel
patogennya.

Respon imunitas seluler juga berperan dalam respon kekebalan tubuh sekunder yakni sebuah
kekebalan yang memiliki kekuatan atau respon yang lebih besar dari sebelumnya ketika sebuah
patogen sejenis datang untuk yang kedua kalinya ke dalam tubuh. Proses ini terjadi karena
adanya sel-sel limfosit memori yang mampu mengenali dan mengingat antigen yang pernah
menjangkiti.

F. Tahapan Aktivitas Sel Pertahanan Tubuh Dalam Menghadapi Zat Asing


1. Pengenalan AntiGen
Sel-sel darah putih akan mengenali anti gen/ Zat asing, kemudian menandai bentuk molekul
protein dan molekul lain pada permukaan sel sehingga dapat dibedakan antara sel diri sendir
dan bukan diri sendiri ( sel asing ).

2. Komunikasi Antar Sel


Lekosit yang sdh mengenali molekul asing (mis berupa bakteri maupun mikroorganisme lain)
menginformasikan kpd sel-sel lain bahwa antigen telah datang. Komunikasi antar sel tersebut
diperantarai oleh sitokin

3. Mengalahkan Penyerang
Sel penyerang/ antigen akan dilemahkan dg protein spesifik yang diproduksi oleh sel pertahan
tubuh yang disebut antibody. Antibodi akan mengikat antigen sehingga mudah dihancurkan
oleh leukosit
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kita dapat belajar bagaimana sistem pertahanan tubuh (system imun) bekerja sama satu dengan
yang lainnya dalam mempertahankan tubuh dari ancaman antigen yang masuk.

B. Saran
Waktu pengerjaan tugas sebaiknya tidak terlalu singkat.
DAFTAR PUSTAKA

http://dosenbiologi.com/manusia/sistem-imun

https://farmasi.ugm.ac.id/id/perlunya-peningkatan-sistem-imun-pada-pandemi-covid-19/

Huldani. (2018). Imunologi: Pengantar Imunologi dari Imunoseluler ke Exercise Imunologi. Phoenix :
Jakarta

https://www.siswapedia.com/respon-sistem-kekebalan-tubuh/

https://upload.wikimedia.org

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas-ns/Topik-2.html

Anda mungkin juga menyukai