Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BIOLOGI DASAR
DASAR IMUNILOGI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK I
1) Nur Kurniati Nim 062401S21045
2) Nur Ajhari Nim 062401S21043
3) Widya Astuti Nim 062401S21074
4) Qhusnul Hatimah Nim 062401S21061
5) Yulianti Nim 062401S21077
6) Nurfaidah Nim 062401S21048

Program Studi Diploma III Kebidanan


AKADEMI KEBIDANAN (AKBID)
HARAPAN BUNDA BIMA
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitonyang selalu menghembuskan
kebatilan pada diri kita. Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah
makalah yang berjudul “Dasar Imunilogi” ini dapat di selesaikan dengan baik.
Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di
dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai
bahan evaluasi kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu
semua menjadikan cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah
ini di masa yang akan datang.

Bima, Desember 2021


 
Penyusun

i2i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Imunilogi ..................................................................... 6
B. Anti Imunilogi ....................................................................... 6
C. Anti Infeksi ............................................................................ 7
D. Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi ..................................... 8
E. Pembagian Imunitas Berdasarkan Sifatnya ........................... 8
F. Resistensi Non-Spesifik ......................................................... 10
G. Reaksi Imunologi .................................................................. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................... 12
B. Saran ......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan,
tentunya harus disertai dengan pola makan sehat, cukup berolahraga, dan
terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh. Pola hidup modern
menuntut segala sesuatu dilakukan secara cepat dan instan. Hal ini berdampak
juga pada pola makan misalnya sarapan didalam kendaraan, makan siang
serba tergesah-gesah, dan malam karena kelelahan jadi tidak ada nafsu makan.
Belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang
berolahraga dan stres. Apabila terus berlanjut maka daya tahan tubuh akan
terus menurun, lesu, cepat lelah dan mudah terserang penyakit. Sehingga saat
ini banyak orang yang masih muda banyak yang mengidap penyakit
degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern serta polusi, diet tidak
seimbang dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga menurunkan
kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh seringkali
terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, penuaan dini pada usia
dini.
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini
terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau hipersensitivitas.
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar
sampai dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan
fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh

4
melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang coba dipelajari dalam makalah ini yakni :
1. Anti Imunilogi.
2. Anti Infeksi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi.
4. Pembagian imunitas berdasarkan sifatnya.
5. Resistensi non spesifik.
6. Reaksi imunologi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Imunilogi
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar
sampai dengan aplikasi klinis, imunologi mempelajari antigen, antibody dan
fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh
melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Dengan kemajuan imunologi yang telah dicapai sekarang ini, maka
konsep imunitas dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat faali
yang melengkapi manusia dan binatang dengan suatu kemampuan untuk
mengenal suatu zat sebagai asing terhadap dirinya, yang selanjutnya tubuh
akan mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi, melenyapkan atau
memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat menguntungkan dirinya
atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri. Konsep imunitas
tersebut, bahwa yang pertama-tama menentukan ada tidaknya tindakan oleh
tubuh (respons imun), adalah kemampuan sistem limforetikuler untuk
mengenali bahan itu asing atau tidak (Bellanti,1985: Marchalonis, 1980;
Roitt,1993).

B. Anti Imunilogi
Pemeriksaan imunologi dapat dilakukan melalui serangkaian tes
antibodi dan tes antigen. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
infeksi dan sejumlah gangguan terkait sistem imun. Antibodi merupakan
protein kecil yang bersirkulasi di aliran darah dan merupakan bagian dalam

6
sistem pertahanan tubuh yang disebut imunoglobulin. Zat asing yang masuk
dalam tubuh yang merupakan sasaran antibodi disebut antigen.
1) Pemeriksaan antibodi: Antibodi dapat dideteksi dan diukur melalui sampel
darah atau kadang lewat air liur. Dalam beberapa kasus, tes ini dapat
menentukan diagnosis penyakit tertentu. Jika hasil pemeriksaan terhadap
antibodi tertentu adalah positif, bukan berarti pasien menderita kondisi
tertentu tetapi pasien tersebut berkemungkinan menderita kondisi penyakit
tertentu. Pemeriksaan antibodi dilakukan untuk mendiagnosis infeksi,
penyakit autoimun dan kondisi tertentu lainnya.
2) Pemeriksaan antigen: Beberapa pemeriksaan antigen mampu
mengidentifikasi protein atau substansi dari kuman dan bakteri untuk
mengetahui adanya infeksi. Sampel pemeriksaan, misalnya dengan
mengambil tinja untuk melihat ada atau tidaknya bakteri Heliobacter
pylori. Bakteri ini dapat menginfeksi perut dan usus 12 jari yang
menyebabkan sakit maag.

Imunogen yang paling poten umumnya merupakan


makromolekuler protein, polisakharida atau polimer sintetik yang lain seperti
polivinilpirolidon (PVP). Imunogenisitas atau kemampuan dari imunogen
untuk merangsang terbentuknya antibody bergantung dari antigennya sendiri,
cara masuknya, individu yang menerima antigen tersebut, dan kepekaan dari
metode yang digunakan untuk mendeteksi respons imunnya (Bellanti, 1985;
Abbas dkk.,1991; Kresno,1991).

C. Anti Infeksi
Anti infeksi atau umum dikenal sebagai Antibiotik adalah jenis obat
yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Beberapa jenis antibiotik
juga bisa digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri pada kondisi-
kondisi tertentu. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu. Antibiotik bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan, perkembangbiakan bakteri, atau membunuh sel

7
bakteri. Dengan begitu, infeksi bakteri bisa teratasi. Penggunaan antibiotik
tidak boleh sembarangan karena bisa meningkatkan risiko terjadinya resistensi
atau kekebalan terhadap antibiotik.
Antibiotik juga dapat diberikan sebagai pencegahan infeksi bakteri atau
profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis umumnya
adalah orang yang berisiko tinggi mengalami infeksi bakteri, misalnya pasien
yang akan menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi


Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai entitas biologi yang dikenal
dengan sebutan agen infeksi. Kata sifat patogenik disematkan kepada entitas
biologi yang mampu menimbulkan penyakit, misalnya bakteri patogenik dan
cacing patogenik. Hal ini juga menunjukkan bahwa tidak semua bakteri dan
cacing bersifat patogenik; banyak di antara mereka yang mampu hidup dan
berkembang biak tanpa menyerang dan menimbulkan penyakit pada
organisme lain. Entitas biologi yang mengakibatkan penyakit disebut
sebagai patogen, dan sering disinonimkan dengan agen infeksi.
Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme infeksius,
seperti bakteri, virus, fungi, prion, dan cacing. Dalam penggunaan medis, agen
infeksi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mikroorganisme patogenik
(bakteri, virus, prion, fungi) dan parasit (seperti cacing, protozoa,
dan artropoda). Meskipun secara konseptual serupa dengan infeksi, tetapi
serangan parasit pada tubuh manusia atau hewan biasanya
disebut infestasi alih-alih infeksi. Umumnya, istilah infestasi digunakan untuk
menyebut serangan ektoparasit, misalnya kutu, tungau, caplak, dan pinjal,
yang menginvasi bagian luar tubuh inangnya dalam jumlah besar.

E. Pembagian Imunitas Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya, imunitas dibedakan menjadi imunitas aktif dan
imunitas pasif.

8
1. Imunitas Aktif
Imunitas aktif dapat diperoleh dengan melakukan kontak langsung
antara toksin atau patogen sehingga tubuh mampu memproduksi
antibodinya sendiri. Wah, hebat banget ya tubuh kita bisa buat antibodi
sendiri. Imunitas aktif itu sendiri dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu
imunitas aktif dan imunitas alami. 
Imunitas aktif alami terjadi jika setelah seseorang terpapar penyakit,
sistem imunitas memproduksi antibodi dan limfosit khusus. Imunitas ini
dapat bersifat seumur hidup, seperti pada kasus cacar dan campak, atau
sementara seperti pada kasus gonore dan pneumonia. Berbeda dengan
imunitas aktif alami, imunitas aktif buatan timbul karena adanya
rangsangan dari patogen yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui vaksin
yang kemudian mengaktifkan sistem imun. Vaksin sendiri merupakan
patogen yang sudah dilemahkan atau toksin yang sudah diubah
sebelumnya. Oleh karena itu, vaksin ini tidak menimbulkan penyakit
Contohnya adalah vaksin TFT (tetanus formol toxoid) untuk melawan
tetanus. 
2. Imunitas Pasif
Imunitas pasif terjadi jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke
individu lainnya. Sama seperti imunitas aktif, imunitas pasif juga terbagi
menjadi imunitas pasif alami dan imunitas pasif buatan. 
Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi dan
saat antibodi IgG (inunoglobulin G) milik ibu masuk ke plasenta. Antibodi
IgG tersebut dapat memberikan kekebalan sementara untuk beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran. Lalu, imunitas pasif buatan
itu apa, ya? Imunitas pasif buatan adalah imunitas pasif yang terjadi
melalui injeksi antibodi dalam serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang
atau hewan yang kebal karena pernah terpapar antigen tertentu.
Contohhnya antara lain antibodi dari kuda yang kebal terhadap gigitan ular
dapat diinjeksikan kepada manusia yang digigit ular sejenis.

9
Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan
respons imun non spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk
memberikan respons imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan
limfoid yang tergolong kedalam system limforetikuler (Oppenheim
dkk.,1987; Abbas dkk.,1991; Roit dkk.,1993). Sistem ini terdiri atas sejumlah
organ limfoid yaitu :
1. kelenjar timus
2. kelenjar limfe
3. limfa
4. tonsil

F. Resistensi Non_spesifik
Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons imun yang sifatnya
bawaan (innate immunity). Pada respons ini, tubuh akan merespons setiap zat
yang dianggap asing sekali pun belum pernah terpapar sebelumnya.
Contohnya, tubuh terapapar oleh antigen bakteri. Respons imun untuk
mengatasinya dilakukan dengan cara nonspesifik yaitu lewat proses
fagositosis untuk menghancurkannya. Sel-sel fagosit bergerak menuju bakteri,
lalu melekat di permukaan fagosit, dan dihancurkan. Pertahanan tubuh
nonspesifik lainnya diwujudkan dalam bentuk reaksi inflamasi (peradangan).
Munculnya peradangan di tubuh dapat disebabkan mediator tertentu dari
beberapa jenis sel seperti histamine, vasoactive amin, dan anafilatoksin. Salah
satu contohnya yaitu peradangan pada kulit akibat zat tertentu.

G. Reaksi Imunologi
Respon imun tubuh terhadap infeksi bakteri, virus, parasit, fungus atau
antigen asing lain seperti sel darah dari proses transfusi darah akan
merangsang sistem imun yang terbagi jadi dua sistem yaitu :
1. Imunitas natural ( non spesifik ) terdapat untuk semua mekanisme dalam
bentuk barier yang non spesifik terhadap infeksi seperti :

10
a) Barier mekanik : kulit, saluran pencernaan, mukus membran saluran
pernapasan, dan area genital.
b) Barier kimiawi : sekresi enzim lisosim yang terdapat di air
mata,saluran napas dan area genital.
2. Imunitas Didapat (Spesifik) terdiri dari :
a) Respon terhadap toksin dan mikroorganisme yang kemudian di
inaktivasi dan dihancurkan.
b) Membentuk sel memori terhadap toksin atau m.o. tersebut untuk
infeksi selanjutnya. Respon imun pertama terjadi selama dua minggu.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar
sampai dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan
fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh
melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini
terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau hipersensitivitas.

B. Saran
Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, kita diharapkan
mampu meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita dengan
menjalankan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam
infeksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Zewert,dkk. 2011. Mikrobiologi kedokteran . jakarta: salemba


Kimbal,1983. Biologi, Jakarta : erlangga

Gorman dkk, 1982. Kimia dan biologi antibiotic laktan, London : academic press

Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. 2007. Cellular and Molecular


Immunology. 6th ed. WB Saunders Company Saunders, Philadelphia.

Baratawidjaja, K.G., Rengganis I. 2010. Imunologi Dasar ed. 9. Jakarta.


BP.FKUI.

Roitt. 1997. Pokok Pokok Ilmu Kekebalan.

Kresno. 1991. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf

http://muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/Alergi-hipersensitif-diktat1.pdf

http://eprints.undip.ac.id/43998/3/Josephine_Rahma_G2A009055_Bab2KTI.pdf

13
RANGKUMAN PEMBAHASAN

Imunologi adalah ilmu yang luas, yang mencakup peneitian dasar


sampai dengan aplikasi klinis . imunologi mempelajari antigen, antibody dan
fungsi pertahanan tubuh penjamu yang diperantai oleh sel, terutma yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologis hipersensitif,
lergi dan penolakan jarinfgan asing. Jika sistem kekebalan dalam tubuh
melemah, kemampuan melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu
dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan
pengawasan terhadap sel tumor dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap
infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini
terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau hipersensitivitas.
Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme infeksius,
seperti bakteri, virus, fungi, prion, dan cacing. Dalam penggunaan medis, agen
infeksi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mikroorganisme patogenik
(bakteri, virus, prion, fungi) dan parasit (seperti cacing, protozoa,
dan artropoda). Meskipun secara konseptual serupa dengan infeksi, tetapi
serangan parasit pada tubuh manusia atau hewan biasanya
disebut infestasi alih-alih infeksi. Umumnya, istilah infestasi digunakan untuk
menyebut serangan ektoparasit, misalnya kutu, tungau, caplak, dan pinjal,
yang menginvasi bagian luar tubuh inangnya dalam jumlah besar.
Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons imun yang sifatnya
bawaan (innate immunity). Pada respons ini, tubuh akan merespons setiap zat
yang dianggap asing sekali pun belum pernah terpapar sebelumnya.
Contohnya, tubuh terapapar oleh antigen bakteri. Respons imun untuk

14
mengatasinya dilakukan dengan cara nonspesifik yaitu lewat proses
fagositosis untuk menghancurkannya. Sel-sel fagosit bergerak menuju bakteri,
lalu melekat di permukaan fagosit, dan dihancurkan. Pertahanan tubuh
nonspesifik lainnya diwujudkan dalam bentuk reaksi inflamasi (peradangan).
Munculnya peradangan di tubuh dapat disebabkan mediator tertentu dari
beberapa jenis sel seperti histamine, vasoactive amin, dan anafilatoksin. Salah
satu contohnya yaitu peradangan pada kulit akibat zat tertentu.

15

Anda mungkin juga menyukai