Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH IMUNOLOGI II

“IMUNOPROFILAKSIS”

DI SUSUN OLEH :
LIA JUNIARTI
NIM : 51121010

DOSEN PEMBIMBING :
BASTIAN, S. Si. T,. M. Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan KaruniaNya, kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
baiknya dan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “Imunoprofilaksis” untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen mata kuliah Imunologi II. Makalah ini dibuat dengan menjadi kesatuan yang sistematis.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi kami.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Kami selaku penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah kami.

Palembang, November 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunoprofilaksi ................................................................ 3
2.2 Tujuan Imunoprofilaksi ...................................................................... 4
2.3 Imunisasi Pasif .................................................................................... 4
2.4 Imunisasi Aktif ................................................................................... 7
2.5 Mekanisme Perlindungan ................................................................... 8
2.6 Umur dan waktu Imunisasi ................................................................. 8
2.7 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada vaksinasi ................................. 11
2.8 Pendekatan dalam membuat vaksin.................................................... 12
2.9 Imunoterapi......................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahluk yang diciptakan paling sempurna, manusia memiliki


kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah
satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang
dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh
mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Di dalam
tubuh manusia terdapat suatu sistem sistem yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-
zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk
melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk ke
dalam tubuh yang disebut sistem imun atau imunitas. Pada hakikatnya imunitas
dapat dimiliki secara pasif maupun aktif dan dapat diperoleh secara alami maupun
buatan.
Sistem imun telah diketahui berfungsi menjaga tubuh terhadap serangan jasad
renik asing yang membahayakan tubuh. Termasuk di dalamnya mikro
organisme,parasite (misalnya cacing), sel-sel kanker, bahkan jaringan atau organ
yang ditranspantasi. Zat asing yang menimbulkan respons imun disebut antigen.
Antigen adalah molekul yang bisa saja berada didalam sel atau permukaan sel tubuh
(seperti bakteri, virus, atau sel-sel kanker). Beberapa jenis antigen, seperti benang
sari bunga atau molekul makanan, selalu ada disekitar kita. Bahkan sel-sel dalam
jaringan tubuh kita juga mempunyai antigen
Imunoprofilaksis adalah pencegahan terjadinya penyakit/infeksi dengan
memproduksi sistem imun atau meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
antigen baik secara aktif maupun secara pasif, sehingga kelak jika ia terpajan pada
antigen yang serupa tidak tejadi pnyakit. Mengingat pentingnya imunoprofilaksis
baik itu pada bayi maupun dewasa dalam pencegahan terjadinya penyakit yang pada
akhirnya akan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas di Indonesia, kami
menganggab perlu dibuat makalah tentang imunoprofilaksis dan segala sesuatu
yang berkaitan dengannya (Bayu,2021).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penegrtian Imunoprofilaksis ?
2. Apa tujuan Imunoprofilkasis?
3. Bagaimana Imunisasi pasif ?
4. Bagaimana imunisasi aktif ?
5. Bagaimana mekanisme perlindungan ?
6. Bagaimana umur dan waktu imunisasi?
7. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan pada vaksinasi?
8. Pendekatan dalam membuat vaksin ?
9. Apa itu Imunoterapi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penegrtian imunoprofilaksis
2. Untuk mengetahui tujuan imunoprfilaksis
3. Untuk mengetahui bagaimana imunisasi pasif
4. Untuk mengetahui Bagaimana Imunisasi Aktif
5. Untuk mengetahui mekanisme perlindungan
6. Untuk mengetahui umur dan waktu imunisasi
7. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan pada vaksinasi
8. Untuk mengetahui bagaimana pemdekatan dalam membuat vaksin
9. Untuk mengetahui pengertian imunoterapi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Imunoprofilaksis
Imunoprofilaksis adalah pencegahan penyakit/ infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun
dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk
pertahanan tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas
(Ningsih,2019).
Imunoprofilaksis pada umunya imunisasi. Imunisasi adalah peristiwa
antigen atau anibodi pada seseorang dan menyebabkan org tersebut menjadi
imun/ kebal sehingga terhindar dari penyakit. Imunoprofilaksis terjadi melalui
imunisasi aktif atau pasif. Pada imunisasi aktif, respons imun terjadi setelah
seseorang terpapar dengan antigen. Imunisasi pasif terjadi bila seseorang
menerima antibodi atau produk sel lainnya dari orang lain yang mendapatkan
imunisasi aktif.
Imunofilaksis pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi spesifik.
Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem imun dengan
tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap infeksi
mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif untuk
pertahanan tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi hipersensivitas.
Imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis.
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri
seseorang dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat
aktif maupun inaktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang
dilemahkan.
Manfaat Imunisasi Manfaat utama dari imunisasi adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit- penyakit
infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (vaccine-preventable deases).
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan juga
pada komunitas. Terutama untuk penyakit yang ditularkan

3
melalui manusia. Jika komunitas memiliki angka cakupan imunisasi yang
tinggi, komunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula, sehingga
kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi rendah.
Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan datang.

2. 2 Tujuan Imunoprofilaksis

Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit, kekebalan


terhadap penyakit dapat dipacu dengan pemberian imunostimulan termasuk
vaksinasi dan vitamin. Mengurangi penularan suatu penyakit. Meningkatkan
derajat imunitas seseorang terhadap penyebab penyakit tertentu atau toksin.
Mekanisme imun bawaan umumnya bekerja dengan melawan tantangan yang
diberikan, baik segera maupun tidak sama sekali. Di lain pihak, respon imun
adaptif mempunyai kelemahan karena muncul dengan lambat, sehingga
mungkin antibodi berkadar tinggi mungkin terlambat untuk mencegah
kematian atau kecacatan. Imunisasi spesifik dapat bersifat aktif, dimana antigen
digunakan untuk membangkitkan memori imunologis secara aman.
Pencegahan sebelum terjadi pemaparan umumnya dilakukan sebagai
imunisasi aktif pada anak. Imunisasi pasif merupakan bentuk lain dari tindakan
tersebut adalah pemberian globulin imun atau dilakukan setelah terjadi
pemaparan misalnya pemberian globulin imun terhadap rabies, toksoid dan
antitoksin terhadap toksin difteri dan tetanus dan globulin imun terhadap
Hepatitis B. Efek yang ditimbulkan lebih cepat namun berjangka pendek.

2. 3 Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah adalah pemindahan antibodi yang telah dibentuk
yang dihasilkan oleh host lain. Antibodi ini dapat timbul secara alami atau
sengaja diberikan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam imunisasi
pasif, yaitu:
1. Tak perlu ada paparan (exposure) antigen
2. Kekebalan humoral (antibodi)
3. Dapat bersifat alami (maternal melalui plasenta dan kolostrum)

4
4. Dapat bersifat perolehan/ buatan (antiserum dan imunoglobulin).
Imunisasi pasif dilakukan melalui transfer patogen atau sel imun dari orang
yang imun ke orang lain yang non-imun. Hal ini dapat terjadi secara alamiah
dan buatan. Dahulu antiserum dibentuk di kuda, tetapi bahaya serum sickness
membuat patogen monoclonal ‘manusia” lebih diutamakan
1. Imunitas pasif alamiah (maternal melalui plasenta) Adanya antibodi
dalam darah ibu merupakan proteksi pasif terhadap fetus. IgG dapat
berfungsi sebagai antitoksik, antivirus, dan antibacterial terhadap H.
influenza B atau S. agalactica B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan
memberikan proteksi pasif.
2. Imunitas pasif alamiah (maternal melalui kolustrum) Air Susu Ibu ( ASI)
mengandung berbagai patogen imun. Beberapa diantaranya berupa
enhancement growth factor untuk bakteri yang diperlukan dalam usus atau
factor yang justru dapat menghambat tumbuhnya bakteri tertentu (lisozim,
laktoferin, interferon, makrofag, sel T, sel B, granulosit). Antibodi
ditemukan dalam ASI dan kadarnya yang lebih tinggi pada kolustrum (
ASI pertama yang keluar segera setelah partus).
3. Imunitas pasif buatan Pada umumnya digunakan globulin manusia yang
spesifik. Preparat patogen globulin spesifik yang dapat diperoleh adalah
sebagai berikut :
a) Antibodi (Rhogam) terhadap antigen RhD, diberikan kepada ibu
72 jam perinatal dalam usaha mencegah imunisasi oleh eritrosit
fetal yang Rh +.
b) Tetanus immune globulin (TIG) adalah antitoksin yang diberikan
sebagai proteksi pasif setelah menderita luka.
c) Rabies immune globulin ( RIG) dapat diberikan bersamaan dengan
imunisasi aktif.
d) Hepatitis B immune globulin (HBIG) diberikan pada masa
perinatal kepada anak yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi
Hepatitis B, para tenaga medis yang tertusuk jarum terinfeksi atau
pada mereka setelah kontak dengan seseorang hepatitis B yang
HbsAg positif.

5
Mekanisme respon imun pada imunisasi pasif buatan seperti gambar dan
tabel dibawah ini.

(Gambar 1.1 respons imun pada imunisasi pasif buatan)


Keterangan :
a) Darah mengandung 122 antibody diambil dari manusia atau hewan
yang sakit.
b) Serum mengandung 122a ntibody dipisahkan dari darah , selanjutnya
dipisahkan dan disuntikkan.
c) Antibodi akan langsung bekerja dengan menetralisasi toksin atau
mikroba dengan memberikan efek jangka pendek

(Gambar 1.2 Program imunisasi)

6
2. 4 Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian satu atau lebih antigen agen yang infeksius
pada seorang individu untuk merangsang sistem imun untuk memproduksi
antibodi yang akan mencegah infeksi. Antibodi dapat timbul secara alami, tetapi
paling sering sengaja diberikan. Antibodi dapat memberi perlindungan seumur
hidup atau perlindungan untuk sementara waktu sehingga beberapa vaksin perlu
diulangi pemberiannya pada interval tertentu. dua macam, yaitu:
1. Imunisasi Aktif Alamiah Imunisasi aktif alamiah adalah dimana
kekebalan akan dibuat sendiri oleh tubuh setelah mengalami atau
sembuh dari suatu penyakit, misalnya campak, jika perna sakit campak,
maka tidak akan terserang kembali.
2. Imunisasi Aktif Buatan Imunisasi aktif buatan adalah dimana kekebalan
dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin.
Imunisasi aktif yang dikenal dengan vaksinasi dan istilah “vaksin”
diperkenalkan oleh Pasteur untuk mengingat kembali hasil penelitian klasik
Jenner dengan cowpox (vaccinia), yang selanjutnya diperluas hingga seluruh
agen digunakan untuk menginduksi imunitas spesifik dan menghilangkan efek
infeksi selanjutnya. Vaksin diberikan sedini mungkin, memperhitungkan
kenyataan bahwa sistem imun belum berkembang di bulan-bulan pertama
kehidupan, dan bahwa antibodi secara pasif yang didapat dari ibu melalui
plasenta dan atau air susu akan mencegah bayi secara spesifik membentuk
responnya secara sendiri. Imunisasi Aktif yang dianjurkan pada berbagai tingkat
usia terlihat pada tabel dibawah ini.

7
(Gambar 1.3 imunisasi aktif yang dianjurkan sesuai usia)
Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan adalah terjadinya
replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis yang lebihbesar
dan respons imun di tempat infeksi alamiah. Kontak pertama dengan antigen
eksogen menimbulkan respons humoral primer yang ditandai dengan sel
plasma yang memproduksi antibody dan sel B memori. Respons primer ditandai
dengan lag phase yang diperlukan sel naif untuk menjalani seleksi klon, ekspansi
klon dan diferensiasi menjadi sel memori dan el plasma. Kemampuan untuk
memberikan respons humoral sekunder tergantung adanya sel B dan sel T
memori. Aktivasi kedua sel memori menimbulkan respons antibodi sekunder
yang dapat dibedakan dari respons primer. Mekanisme respon imun pada
imunisasi aktif buatan terlihat pada gambar dibawah ini.
2. 5 Mekanisme Perlindungan
Dipengaruhi oleh beberapa faktor: jenis antigen rute pemberian (pral/
parenteral ), dosis, waktu imunisasi, usia, nutrisi, dan penyakit diderita.
Masuknya antigen (vaksin) ke dalam tubuh melalui 2 cara yaitu oral dan
parental, masuknya antigen ke dalam tubuh akan menyebabkan tubuh
membentuk sel-sel imun( sel yang mengenal antigen atau sel teraktivasi dan
tubuh membentuk antibodi. Setelah sampai di usus, sel sel imun di bawah
membran mukosa (lamina propria) menangkap antigenn menjadi sel imun
teraktivasi menjadi sel plasma dan menjadi igA, igG, dan igM. Dari virus yang
berperan menghancurkan sel sel sistim imun, sitokin, imunoglobulin (ab). Dari
bakteri yang berperan menghancurkan sel sel sistim imun, sitokin,
imunoglobulin (Ab), komplemen. Dari jamur, protozoa, dan cacing yang
berperan sel sel imun (imunitas seluler) dan imunitas humoral.

2. 6 Umur dan Waktu Imunisasi


Usia Imunisasi Keterangan
12-15 bulan Vaksin measles-mumps- Dosis ketiga HBV harus
rubella(MMR), Hib diberikan minimal 4
bulan setelah dosis
pertama dan minimal 2

8
bulan setelah dosis
kedua, tetapi tidak
sebelum usia 6 bulan
12-18 bulan Dtap pada 15-18 bulan , DTaP dapat diberikan
vaksin varicella mulai usia 12 bulan.
Vaksin,varicella
direkomendasikan pada
kunjungan setelah ulang
tahun pertama untuk
anak yang suseptibel.
Anak yang suseptibel >
13 tahun harus menerima
dua dosis yang diberikan
dengan jarak sekurang
kurangnya 4 minggu.
4-6 tahun Dtap, IPV,MMR Dosis kedua MMR harus
diberikan secara rutin
pada usia 4-6 tahun,
tetapi dapat diberikan
kapan pun jika sekurang-
kurangnya telah
melewati 4 minggu dari
dosis pertama. Dosis
kedua harus diberikan
sebelum usia 11-12
tahun.
11-12 tahun Toksoid diphtheria dan Vaksinasi di
tetanus (Td) rekomendasi kan jika
sekurang kurangnya
sudah 5 tahun berlalu
sejak pemberian dosis
terakhir DTaP. Dosis

9
booster rutin dari Td
harus diberikan setiap 10
tahun kemudian.
Lahir – 2 bulan Vaksinasi hepatitis B Bayi lahir dari ibu
Modul Teori ImunologiII
Prodi Sarjana Terapan
Teknologi Laboratorium
Medis Page 77 dengan
seronegatif:
• Diberikan stlh lahir,
kedua diberikan minimal
1 bulan stlh dosis
pertama. Bayi lahir dari
ibu dengan seropositif:
• Sebaiknya dosis
pertama diberi 12 jam
stlh lahir (bersama
immunoglobulin
hepatitis B), dosis kedua
pd usia 1-2 bln dan dosis
ketiga pd usia 6 bulan
2 bulan Toksoid Diphtheria dan Toksoid Diphtheria dan
Tetanus dan vaksin Tetanus dan vaksin
Pertusis aseluler (DTaP), Pertusis aseluler (DTaP),
vaksin polio inaktif vaksin polio inaktif
(IPV), vaksin konjugat (IPV), vaksin konjugat
Haemophilus influenza Haemophilus influenza
tipe b (Hib) tipe b (Hib)
4 bulan DtaP, hib, IPV -
6 bulan DtaP , HIB -
6-18 bulan HBV, IPV -

10
2. 7 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada vaksinasi
1. Tempat pemberian vaksin
Rute parenteral (ID,SC,IM) biasa dilakukan pada lengan daerah deltoid.
Vaksin Hepatitis yang diberikan pada lengan terbukti memberikan respons
imun yang lebih baik. Pemberian vaksin polio parenteral (virus dimatikan)
akan memberikan respons antibody serum yang lebih tinggi dibanding
dengan vaksin hidup oral. Vaksin oral menimbulkan produksi IgA sekretori
yang dapat memberikan proteksi local.
2. Imunitas mukosa
Merupakan proteksi terhadap infeksi epitel mukosa yang sebagian besar
tergantung dari produksi dan sekresi IgA. Imunitas mukosa akan timbul
apabila tubuh terpajan dengan imunitas mukosa. Oleh karena itu, vasin yang
diberikan oral atau intranasal, biasanya lebih efektif dalam memacu imunitas
setempat dan relevan dibandingkan dengan pemebrian parenteral. Imunitas
humoral Imunitas ini ditentukan oleh adanya antibody dalam darah dan
cairan jaringan., terutama IgG. Imunoglobulin G juga penting pada proteksi
toksin dan bisa.
3. Sistem efektor
Sistem efektor adalah respons imun yang dapat membatasi penyebaran
infeksi atau mengeliminasi pathogen di tempat patogen, intraseluler atau
ekstraseluler. Vaksin yang dibutuhkan harus dapat merangsang imunitas
seluler/ makrofag. Antibodi IgG dan IgA dan lainnya , kadang-kadangefektif
dalam mengontrol pathogen yang disebarkan oleh infeksi ulang.
4. Lama proteksi
Lama proteksi sesudah vaksinasi, bervariasi tergantung pada pathogen dan
jenis vaksin. Imunitas terhadap toksin tetanus yang terutama tergantung dari
IgG dan sel B yang memproduksinya, dapat berlangsung 10 tahun lebih.
Imunitas juga tergantung tempat infeksi dan jenis respons imun yang efektif
terhadapnya.

11
2. 8 Pendekatan dalam membuat vaksin
Dikembangkan pada tahun 1961 sel WI-38( sel ginjal janin) di USA dan
pada tahun 1965 sel MRC-5 (sel paru janin) di inggris. Sel-sel tersebut digunakan
sebagai sumber sel untuk membuat dan mengembangkan vaksin dari masa
tersebut hingga kini tidak lagi menggunakan sel baru. Menggunakan sel manusia
WI-38 atau MRC-5 misal nya: vaksin hepatitis A dan vaksinkombinasi hepatitis
A, vaksin rubella dan vaksin kombinasi rubella, vaksin varicella (chickenpox)
dan vaksin kombinasi variclla, vaksin zoster (herpes/shingles), vaksin
adenovirus oral type 4 and type 7 (untuk pencegahan infeksi akut saluran
pernafasan oleh adenovirus type 4 dan type 7, dan vaksin rabies
(IMOVAX/sanofi pasteir). Menggunakan sel ginjal monyet hijau afrika misal
nya : vaksin japanese encephalitis, vaksin rotavirus (kedua jenis vaksin rotavirus
yang beredar ), vaksin polio (vaksin polio oral / OPV dan vaksin polio injeksi /
injectivarted polio vaccine- IPV).

2. 9 Imunoterapi
Tubuh kita memiliki sistem kekebalan tubuh atau sistem imun yang
berperan untuk melawan agen patogen, sehingga tidak menimbulkan penyakit.
Kompnen-komponen yang membentuk sistem imun bermacam-macam.
Beberapa sel secara langsung maupun tidak langsung menghambat infeksi agen
patogen ke dalam tubuh.
Sistem imun kita bisa dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu respon
imun non spesifik (respon imun innate) dan respon imun spesifik. Keduanya
memiliki komponen dan karakteristik masing-masing. Komponen respon imun
non spesifik terdiri dari sel-sel makrofag, dendritik, granulosit yang semuanya
memiliki kemampuan fagositosis, suatu proses “penelanan” patogen dan
degradasi patogen di dalam sel. Sedangkan respon imun spesifik terdiri dari sel-
sel limfosit dan antibodi yang dapat secara spesifik menyerang patogen tertentu.
Kemampuan respon imun untuk melawan patogen kemudian dimanfaatkan
untuk proses terapi. Terapi menggunakan obat memiliki kelemahan diantaranya
bisa bersifat toksik jika digunakan dalam jangka panjang, memiliki efek
samping dan juga tidak spesifik pada sel target untuk

12
terapi pada kanker. Hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
bahkan juga dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Sehingga dicarilah suatu
metode terapi yang aman bagi pasien dan juga sangat efektif untuk pengobatan.
Sekarang metode ini kita kenal dengan imunoterapi.
Imunoterapi sendiri adalah pemanfaatan komponen-komponen sistem
imun untuk melawan penyakit tertentu. Dalam hal ini, komponen-komponen
sistem imun ini mengalami modifikasi di dalam laboratorium untuk
meningkatkan kemampuannya melawan penyakit tertentu. Komponen-
komponen respon imun yang digunakan berasal dari pasien itu sendiri, sehingga
akan lebih aman jika dibandingkan dengan komponen-komponen respon imun
yang berasal dari orang lain. Komponen-komponen sistem imunini kemudian
dikembalikan ke tubuh pasien sebagai bahan terapi Penggunaan imunoterapi
sendiri saat ini sebagian besar baru dimanfaatkan untuk terapi penyakit kanker.

13
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Imunoprofilaksis adalah pencegahan penyakit infeksi terhadap antibodi
spesifik. Selain itu juga, merupakan pencegahan penyakit melalui sistem
imun dengan tindakan mendapatkan kekebalan resistensi relatif terhadap
infeksi mikroorganisme yang patogen serta menimbulkan efek positif
untuk pertahanan tubuh dan efek negatif menimbulkan reaksi
hipersensivitas
2. Fungsi imunoprofilaksis yaitu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit dan mengurangi penularan penyakit.
3. Jenis-jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
4. Jenis – jenis vaksin yaitu vaksin hidup, vaksin mati, rekombinan, toksoid,
dan vaksin plasma DNA.

3. 2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits, Felson T. 2019. Rhematoid Arthritis


Collaborative Initiative. Arthritis Rheum. 62: 2569 – 2581
Bratawidjaya KG. Imunologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2021
Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s oral medicine diagnosis & treatment
11th edition. BC Decker Inc; 2019. 442 – 447
Kalim Handoko.,dkk. 2019. Reumatologi Dasar. UB Press. Malang
Levani yelni, 2018. Perkembangan sel limfosit dan penandanya untuk
flocytometry, universitas muhammadiyah surabaya
Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda, 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth Ed.8. EGC, Jakarta

15
LAMPIRAN

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai