”PROSES IMUNITAS”
DOSEN PENGAMPU:
Eva Susanti, S.Kep, Ns,M.Kep
Disusun Oleh:
Tri Meilina
PO7120122072
Tingkat 1.B
Penulis
2
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4
A. Latar Belakang .............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................5
A. Definisi Sistem Imunitas ..............................................................................5
B. Fungsi Sistem Imun ......................................................................................5
C. Lapisan dalam Imunitas Tubuh .................................................................5
D. Macam-Macam Sistem Imunitas Tubuh ...................................................5
E. Jenis-Jenis Sistem Imun ...............................................................................8
F. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh ........................................................8
G. Respon Sistem Imun ....................................................................................9
H. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Imunitas Tubuh .......................... 12
I. Difusi Sistem Imun ....................................................................................... 13
J. Contoh Penyakit Akibat Ketidakseimbangan Sistem Imun .................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Imunitas?
C. Tujuan
1. Bagaimana Proses imunitas?
2. Mahasiswa mampu mendiskusikan proses imunitas?
3. Mahasiswa mampu memahami proses imunitas?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Imunitas
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.Gabungan
sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadapinfeksi disebut
sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekulterhadap mikroba dan
bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imundiperlukan tubuh untuk
mempertahankan kebutuhannya terhadap bahaya yangdapat ditimbulkan berbagai
vahan dalam lingkungan hidup.
5
Tahap inflamasi : Masuknya bakteri ke dalam jaringan. Vasodilatasi system mikro
sirkulasi area yang terinfeksi dapat meningkatkan aliran darah. Perme abilitas kapiler
& venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat sehingga difusi protein & filtrasi
air ke interstisial. Keluar nyaneu trofil lalu monosit dari kapiler & venula ke
interstisial.
Penghancuran bakteri di jaringan akan mengakibatkan fagositosis (respons sistemi
k demam) yang selanjutnya yaitu perbaikan jaringan.
Reaksi imunitas non spesifik Meliputi :
b. Protein Antivirus ( Interferon)
Interferon adalah protein yang membantu untuk melindungi sel-seltubuh yang
sehat di sekitarnya terhadap virus. Interferon yang dihasilkan sebagai respon terhadap
suatu virus, memberikan perlindungan kepadasel-sel terhadap invasi yang sama atau
virus lainnya. Interferon berfungsi untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh virus,
meningkatkan system kekebalan, efektif untuk melawan melanoma (kanker kulit),
leukemia, membantu menyembuhkan rematik tulang (Pacito, 2010). Sel yang
terinfeksi virus akan mengeluarkan interferon. Interferon mengganggu replikasi virus
(antivirus), “interfere”. Interferon juga memperlambat pembelahan & pertumbuhan
sel tumor dengan meningkatkan potensi sel NK & sel T sitotoksik (antikanker). Peran
interferon yg lain yaitu meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag & merangsang
produksi antibodi.
c. Sel Natural Killer (NK)
Pertahanan non-spesifik juga meliputi sel pembunuh alami (Natural Killer).
Sel NK tidak menyerang menyerang mikro organisme secara langsung, tetapi
merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan jugasel-sel abnormal yang dapat
membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat fagositik, melainkan menyerang membrane
sel sehingga sel tersebutlisis.
Menurut Darmono (2006) Sel natural killer (NK) adalah sel limfosit yang
ditemukan di dalam darah dan organ limfosit perifer, yang mampu membunuh sel
yang terinfeksi virus atau sel tumor tanpa melibatkan sistem imun dan restriksi MHC.
Sel NK juga disebut sebagai granuler limfosit yang besar atau sel nul karena ditandai
dengan absennya penanda permukaan yang khas seperti sel-T dan sel-B. Sel-NK juga
mampu menghancurkan (menghaluskan) sel target dengan kontak langsung tanpa
perantara antibody atau Antibody Dependent Celluler Cytoxicity (ADCC).
d. Sistem Komplemen
Sistem komplemen ialah seri (lebih dari 18 macam) protein plas mayang
dihasilkan oleh hati dan beredar di dalam pembuluh darah dalamkeadaan inaktif.
Apabila ada mikro organisme tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen. Hal
lain yang dapat mengaktifkan sistem komplemen, yaitu jika terdapat kompleks
antibodi yang telah melekat pada antigen. Sistem komplemen merupakan sekumpulan
protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak
protein komplemen merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan
aktivasi bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan enzymatic cascade.
Sistem Imun Spesifik / AdaptiveSistem imun spesifik mempunyai
kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing yang pertama
6
kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajang ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan.
1. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh
antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem
imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor
limfoid.
Karakteristik : kemampuan merespon berbagai antigen,
membedakanantigen asing dengan antigen diri, merespon antigen yang
ditemukansebelumnya dengan memulai respon memori. Yang beperan dalam
Sistemimun Spesifik ini adalah Sel Limfosit. Sistem imun akan terbentuk jika
ada benda asing.
a. Imunitas Humoral (Humoral Immunity) Limfosit B atau sel B berperan dalam
sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. 1 Sel B
memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi
melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19,CD21 dan MHC II.
Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
a). Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigenyang pernah masuk ke
dalam tubuh.
b). Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibody
c). Sel limfosit B pembelah : menghasilkan sel limfosit Bdalam jumlah banyak dan
cepat.
Dilaksanakan oleh antibodi atau imunoglobin
Macam-macam Immuno globulin (lg)
a) Immuno globulin A/IgA : untuk mencegah masuknya bakteri/virus melalui
jaringan epithel (air liur, air mata, kolustrum &susu).
b) Immuno globulin D/IgD : untuk memicu deferensiasi jaringan limfosit B menjadi
sel plasma dan limfosit B memori.
c) Immuno globulin E/IgE : untuk merespon reaksi alergi. Hanya ditemukan pada
mammalia, dapat merespon cacing parasit.
d) Immuno globulin G/IgG : untuk menembus placenta membawakekebalan dari ibu
ke janin yaitu pada masa 20 minggu pertama.
e) Immuno globulin M/IgM : merupakan antibodi pertama yang menyerang antigen.
2. Imunitas Seluler (Celullar Immunity).
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang dewasa, sel
T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar
timus. Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi
hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap
bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa
7
subset dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th 1, Th 2, Td th, CTL atau Tc,
Th3 atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.
1. Limfosit T, terdiferensiasi menjadi :
a). Sel limfosit T sitotoksik/Killer T cells : menyerang seltubuh yang terinfeksi
patogen.
b). Sel limfosit T penolong/Helper T Cells : mengatursistem imun dan mengontrol
kualitas sistem imun.
c). Sel limfosit T supresor/Supressor T Cells : mengurangirespon imun jika infeksi
berhasil diatasi.
E. Jenis- jenis Sistem Imun
1. Aktifa
a. Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen
b. Macamnya :
a). Alami : bila terserang antigen.
b). Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan.
2. Pasifa.
a. Diperoleh dari luar tubuh
b. Macamnya :
a). Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya.
b). Buatan : bila menyuntikan serum, anti bisa, immune globin lainnya dari
darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu.
8
Sedangkan sel T merupakan tentara yang bias menghancurkan ketika sel B sudah
mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka danmemberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Anti bodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme,dan juga antibodi
bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan
bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri,virus, ataupun sel
yang terinfeksi.
9
Dampak antivirus dari IFN terjadi melalui :
a) Peningkatan ekspresi MHC kelas I
b) Aktivasi sel NK dan makrofag
c) Menghambat replikasi virus.
Ada juga yang menyatakan bahwa IFN menghambat penetrasi virus ke dalam sel
maupun budding virus dari selyang terinfeksi. Seperti halnya pada infeksi dengan
mikro organisme lain, sel T-sito toksik selain bersifat protektif juga dapat merupakan
penyebab kerusakan jaringan, misalnya yang terlihat pada infeksi dengan
virus LCMV (LympocyteChoriomeningitis Virus) yang menginduksi inflamasi pada
selaput susunan saraf pusat.
2. Respon Imun terhadap Bakteria. Bakteri Ekstra seluler Respons imun terhadap
bakteri ekstra seluler bertujuan untuk menetralkan efek toksin dan mengeliminasi
bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisa karida dalam dinding bakteri Gram negatif dapat
mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini
adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks
membran dan respons inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit.
Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel vaskular untuk
memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8.Sitokin akan menginduksi
adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan
migrasi, aku mulasi lokal serta aktivasi selin flamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi
adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin
juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.
b. Bakteri Intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intra seluler fakultatif
dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intraseluler obligat
adalah bakteri yang hanya dapat hidup
dan berkembang biak di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak
dapat dijangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun
terhadap bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.
Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan
leprosi,dan organisme Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun
dengan cara hidup intraseluler dalam makrofag, biasanya fagositmono nuklear,
karena sel tersebut mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri
dimulai dengan ambilan fagosit setelah bakteri mengalami opsonisasi. Namun setelah
di dalam makrofag, bakteri tersebut melakukan perubahan mekanisme pertahanan.
10
Bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan diri melaluitiga
mekanisme, yaitu :
9. Tidur
Studi yang dilakukan oleh Michael Irwin dari Universitas California
menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan sitokin.
10. Fisiologis
a. cairan lambung
b. silia trakt.respon
c. aliran urin
d. sekresi kulit bersifat bakteriside, enzimf, antibody.
11.Mikrobial
12
I. Disfungsi Sistem Imun
1. Hipersnsitivitas : respon imun berlebihan terhadap antigen/allergeAutoimun :
hilangnya toleransi terhadap sistem imun diri sendiri. Misalnya diabetes melitus
(menyerang sel beta pad pankreas), Addison disease (menyerang kelenjar adrenalin),
lupus eritemateus (menganggap jaringan sebagai antigen), myasthenia gravis
(menyerang sel otot lurik)
2. Defisiensi imun: berkurangnya respon sistem imun. Penyebabnya :
obesitas, pengguna alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi
3. Defisiensi imun dapatan : chronic granulomatous disease yaitu kemampuan fagosit
berkurang. Akibat dari penyakit AIDS atau beberapa tipe kanker
13
C. Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap
antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas 2
jenus yaitu:
reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda. Reaksi alergi langsung
disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini disebabkan oleh prosuksi
antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkenaantigen. Antibodi IgE tertempel pada
sel Mast, leukosit yang memiliki senyawa histamin. Sel Mast banyak terdapat pada
paru-paru sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel Mast, Histamin dikeluarkan
dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair. Reaksi alergi tertunda disebabkan
oleh perantara sel.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanisme sistem imun Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan ditangkap
oleh kapiler limfa dan dibawa ke simpul limfa. Di dalam limfa, antigen dimakan oleh
makrofag, disinilah terjadi respon imun humoral. Antigen yang melekatkan diri pada
reseptor limfosit yang sesuai akan menyebabkan limfosit terangsang untuk membelah.
Dari sinilah akan berkembang suatu klon sel yang mampu mensintesis antibodi
khusus tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi: diagnosis dan prosedur laboratorium edisi
keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Renggani Iris. 2010. Imunolog Dasar Edisi ke Sembilan.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun terhadap Bakteri. Sari Pediatri,Vol. 2, No. 4,
Maret 2001. Diambil dari:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-4.pdf (31 Januari 2019).
16