Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KIMIA DASAR

IKATAN KIMIA WUJUD ZAT DAN PERUBAHAN FASE

Disusun Oleh
KELOMPOK 4

1. HELSI SUCI AGUSTINA 22.02.036


2. INDA RIZKI 22.02.037
3. INGGI RAHMAH PURJAKI 22.02.038
4. JANNATI ZULAIHA 22.02.040
5. KEVIN ARYA PUTRA 22.02.041

DOSEN PENGAMPUH: TRI OKTAVIANA HASIBUAN, S.Kep, M.Kes

STIKESMAS ABDI NUSA PALEMBAN

DIII ANALIS KESEHATAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus
dapat menimba ilmu di Stikesmas Abdi Nusa Palembang.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Mikrobilogi yang dibimbing oleh Ibu Tri Oktaviana Hasibuan, S.Kep, M.Kes. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah
yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama,
bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan
saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum wr.wb

Palembang, April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................................ 5
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
2.1 Ikatan Kimia................................................................................................................... 6
a) Ikatan kovalen ............................................................................................................. 7
b) Ikatan kovalen polar ................................................................................................... 7
c) Ikatan ion..................................................................................................................... 7
d) Ikatan kovalen koordinasi .......................................................................................... 7
e) Ikatan pisang ............................................................................................................... 7
f) Ikatan 3c-2e dan 3c-4e ............................................................................................... 8
g) Ikatan tiga elektron dan satu elektron ....................................................................... 8
h) Ikatan aromatik ........................................................................................................... 8
i) Ikatan logam................................................................................................................ 8
2.2 Wujud Zat ...................................................................................................................... 8
2.3 Keterkaitan Wujud Zat dan Perubahan Fase.................................................................. 10
BAB III ............................................................................................................................... 12
PENUTUP .......................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpula .................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya
tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik
atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit
dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang
kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu
ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat. Materi atau zat dikelompokan menjadi zat
tunggal (murni) dan campuran.
Zat murni terdiri dari unsur dan senyawa. unsur merupakan zat murni yang paling
sederhana. Sedangkan senyawa gabungan dari dua atau lebih unsur yang terbentuk melalui
reaksi kimia. Suatu zat bisa berupa gas, cair, atau padat. Saat benda padat berubah menjadi
cair, maka disebut meleleh atau melebur atau juga mencair. Jika benda cair berubah menjadi
padat, maka disebut menguap. Ada keunikan diantara zat tersebut. Ada beberapa zat yang
sama yang juga dapat dijumpai dalam bentuk yang berbeda. Air bisa kita jumpai dalam
bentuk gas (uap), cair (air), atau padat.
Salah satu tujuan mempelajari ilmu Kimia adalah mengkaji tentang bagaimana partikel
berukuran sangat kecil bergabung satu dengan lainnya membentuk struktur materi yang
sangat besar seperti kita lihat sehari-hari, contohnya molekul air. Materi yang kita amati
sehari-hari sesungguhnya tersusun dari sejumlah partikel yang bergabung melalui ikatan
kimia atau gaya antarmolekul. Dengan diketahuinya jenis ikatan yang memperkokoh partikel,
diharapkan kita dapat meramalkan bentuk geometri suatu materi, khususnya geometri
molekul
Sublimasi atau wujud zat adalah perubahan suatu zat langsung dari wujud padat ke
wujud gas, tanpa melalui wujud cair. Sublimasi adalah sebuah proses endotermik yang terjadi
pada suhu dan tekanan di bawah titik tripel suatu zat dalam diagra fasenya, yang sesuai
dengan tekanan terendah di mana zat tersebut dapat eksis sebagai cairan.
Fase adalah keadaan suatu zat yang seragam dalam komposisi kimia dan bentuk
fisiknya.Fase adalah zat yang homogen secara kimia dan fisika. Fase merupakan besaran zat
yang memiliki struktur fisika dan komposisi kimia yang seragam. Struktur fisika dikatakan
seragam apabila zat terdiri dari gas saja, cair saja ataupun padat saja.

4
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui ruang lingkup IKATAN KIMIA, WUJUD ZAT DAN PERUBAHAN
FASE

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan ikatan kimia beserta ruang lingkupnya?
2. Apa saja yang tergolong dalam suatu wujud zat?
3. Bagaimana mengengetahui keterkaitan wujud zat dan perubahan fase?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ikatan Kimia


Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya
tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik
atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit
dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang
kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu
ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat. Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah
bervariasi. Pada umumnya, katan kovalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan"kuat",
sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal
yang perlu diperhatikan adalah bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat
daripada ikatan "kuat" yang paling lemah.

A. Ikatan dalam Rumus Kimia


Bentuk atom-atom dan molekul-molekul yang 3 dimensi sangatlah menyulitkan dalam
menggunakan teknik tunggal yang mengindikasikan orbital-orbital dan ikatan-ikatan.
Pada rumus molekul, ikatan kimia (orbital yang berikatan) diindikasikan menggunakan
beberapa metode yang bebeda tergantung pada tipe diskusi. Kadang-kadang kesemuaannya
dihiraukan. Sebagai contoh, pada kimia organik, kimiawan biasanya hanya peduli pada gugus
fungsi molekul. Oleh karena itu, rumus molekul etanol dapat ditulis secara konformasi, 3-
dimensi, 2-dimensi penuh (tanpa indikasi arah ikatan 3-dimensi), 2-dimensi yang disingkat
(CH3–CH2–OH), memisahkan gugus fungsi dari bagian molekul lainnnya (C2H5OH), atau
hanya dengan konstituen atomnya saja (C2H6O). Kadang kala, bahkan kelopak valensi
elektron non-ikatan (dengan pendekatan arah yang digambarkan secara 2-dimensi) juga
ditandai. Beberapa kimiawan juga menandai orbital-orbital atom, sebagai contoh anion
etena−4 yang dihipotesiskan ( \/C=C/\ −4) mengindikasikan kemungkinan pembentukan
ikatan.sehingga terjadi ikatan rangkap dua.
B. Ikatan Kuat Kimia
Ikatan-ikatan berikut adalah ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom bersama
menjadi molekul. Dalam pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah elektron
yang berpartisipasi dalam suatu ikatan biasanya merupakan perkalian dari dua, empat, atau
enam. Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan memiliki
keadaan energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan yang lebih canggih
menunjukkan bahwa kekuatan ikatan tidaklah selalu berupa angka bulat dan tergantung pada
distribusi elektron pada setiap atom yang terlibat dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya,
karbon-karbon dalam senyawa benzena dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua
atom dalam heterogen monoksida NO dihubungkan oleh ikatan 2,5. Keberadaan ikatan

6
rangkap empat juga diketahui dengan baik. Jenis-jenis ikatan kuat bergantung pada
perbedaan elektronegativitas dan distribusi orbital elektron yang tertarik pada suatu atom
yang terlibat dalam ikatan. Semakin besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin besar
elektron-elektron tersebut tertarik pada atom yang berikat dan semakin bersifat ion pula
ikatan tersebut. Semakin kecil perbedaan elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen
ikatan tersebut.

a) Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan yang perbedaan
elektronegativitas (negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat sangatlah kecil atau
hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa organik dapat
dikatakan sebagai ikatan kovalen. Lihat pula ikatan sigma dan ikatan pi untuk penjelasan
LCAO terhadap jenis ikatan ini.
b) Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar merupakan ikatan yang sifat-sifatnya berada di antara ikatan kovalen
dan ikatan ion.
Ikatan ion
Ikatan ion merupakan sejenis interaksi elektrostatik antara dua atom yang memiliki
perbedaan elektronegativitas yang besar. Tidaklah terdapat nilai-nilai yang pasti yang
membedakan ikatan ion dan ikatan kovalen, tetapi perbedaan elektronegativitas yang lebih
besar dari 2,0 bisanya disebut ikatan ion, sedangkan perbedaan yang lebih kecil dari 1,5
biasanya disebut ikatan kovalen. Ikatan ion menghasilkan ion-ion positif dan negatif yang
berpisah. Muatan-muatan ion ini umumnya berkisar antara -3 e sampai dengan +3e.
c) Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi, kadang kala disebut sebagai ikatan datif, adalah sejenis ikatan
kovalen yang keseluruhan elektron-elektron ikatannya hanya berasal dari salah satu atom,
penderma pasangan elektron, ataupun basa Lewis. Konsep ini mulai ditinggalkan oleh para
kimiawan seiring dengan berkembangnya teori orbital molekul. Contoh ikatan kovalen
koordinasi terjadi pada nitron dan ammonia borana. Susunan ikatan ini berbeda dengan ikatan
ion pada perbedaan elektronegativitasnya yang kecil, sehingga menghasilkan ikatan yang
kovalen. Ikatan ini biasanya ditandai dengan tanda panah. Ujung panah ini menunjuk pada
akseptor elektron atau asam Lewis dan ekor panah menunjuk pada penderma elektron atau
basa Lewis
d) Ikatan pisang
Ikatan pisang adalah sebuah jenis ikatan yang terdapat pada molekul-molekul yang
mengalami tarikan ataupun yang mendapat rintangan sterik, sehingga orbital-orbital ikatan
tersebut dipaksa membentuk struktur ikatan yang mirip dengan pisang. Ikatan pisang
biasanya lebih rentan mengalami reaksi daripada ikatan-ikatan normal lainnya.
e) Ikatan 3c-2e dan 3c-4e
Dalam ikatan tiga-pusat dua-elektron, tiga atom saling berbagi dua elektron. Ikatan sejenis ini
terjadi pada senyawa yang kekurangan elektron seperti pada diborana. Setiap ikatan
mengandung sepasang elektron yang menghubungkan atom boron satu sama lainnya dalam
bentuk pisang dengan sebuah proton (inti atom hidrogen) di tengah-tengah ikatan, dan
berbagi elektron dengan kedua atom boron. Terdapat pula Ikatan tiga-pusat empat-
elektron yang menjelaskan ikatan pada molekul hipervalen.

7
f) Ikatan tiga elektron dan satu elektron
Ikatan-ikatan dengan satu atau tiga elektron dapat ditemukan pada spesi radikal yang
memiliki jumlah elektron gasal (ganjil). Contoh paling sederhana dari ikatan satu elektron
dapat ditemukan pada kation molekul hidrogen H2+. Ikatan satu elektron sering kali memiliki
energi ikat yang setengah kali dari ikatan dua elektron, sehingga ikatan ini disebut pula
"ikatan setengah". Namun terdapat pengecualian pada kasus dilitium. Ikatan dilitium satu
elektron, Li2+, lebih kuat dari ikatan dilitium dua elektron Li2. Pengecualian ini dapat
dijelaskan dengan hibridisasi dan efek kelopak dalam.
Contoh sederhana dari ikatan tiga elektron dapat ditemukan pada kation dimer helium, He 2+,
dan dapat pula dianggap sebagai "ikatan setengah" karena menurut teori orbital molekul,
elektron ke-tiganya merupakan orbital antiikat yang melemahkan ikatan dua elektron lainnya
sebesar setengah. Molekul oksigen juga dapat dianggap memiliki dua ikatan tiga elektron dan
satu ikatan dua elektron yang menjelaskan sifat paramagnetiknya.
Molekul-molekul dengan ikatan elektron gasal biasanya sangat reaktif. Ikatan jenis ini
biasanya hanya stabil pada atom-atom yang memiliki elektronegativitas yang sama.
g) Ikatan aromatik
Pada kebanyakan kasus, lokasi elektron tidak dapat ditandai dengan menggunakan garis
(menandai dua elektron) ataupun titik (menandai elektron tungga). Ikatan aromatik yang
terjadi pada molekul yang berbentuk cincin datar menunjukkan stabilitas yang lebih.
Pada benzena, 18 elektron ikatan mengikat 6 atom karbon bersama membentuk struktur
cincin datar. "Orde" ikatan antara dua atom dapat dikatakan sebagai (18/6)/2=1,5 dan seluruh
ikatan pada benzena tersebut adalah identik. Ikatan-ikatan ini dapat pula ditulis sebagai ikatan
tunggal dan rangkap yang berselingan, tetapi hal ini kuranglah tepat mengingat ikatan
rangkap dan ikatan tunggal memiliki kekuatan ikatan yang berbeda dan tidak identik.
h) Ikatan logam
Pada ikatan logam, elektron-elektron ikatan terdelokalisasi pada kekisi (lattice) atom.
Berbeda dengan senyawa organik, lokasi elektron yang berikat dan muatannya adalah statik.
Oleh karena delokalisai yang menyebabkan elektron-elektron dapat bergerak bebas, senyawa
ini memiliki sifat-sifat mirip logam dalam hal konduktivitas, duktilitas, dan kekerasan.

2.2 Wujud Zat


Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi
berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan kualitatif dalam
sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume; dalam keadaan
cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut; dan
sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang tersedia.

Perbedaan antara wujud zat saat ini didasarkan pada perbedaan dalam hubungan
antarmolekul. Dalam keadaan padatan gaya-gaya intermolekul menjaga molekul-molekul
berada dalam hubungan spasial tetap. Dalam cairan, gaya-gaya antarmolekul menjaga
molekul tetap berada berdekatan, namun tidak ada hubungan spasial yang tetap. Dalam
keadaan gas molekul lebih terpisah dan gaya tarik antarmolekul relatif tidak memengaruhi
gerakannya. Plasma adalah gas yang sangat terionisasi, yang terjadi pada suhu tinggi. Gaya-

8
gaya antarmolekul yang diciptakan oleh gaya tarik dan tolak ion-ion memberikan keadaan ini
sifat-sifat berbeda, sehingga plasma dideskripsikan sebagai wujud zat keempat.

Bentuk zat yang tidak terdiri dari molekul dan diatur oleh gaya-gaya lain juga dapat
dianggap sebagai wujud zat berbeda. Kondensat Fermion dan plasma kuark-gluon adalah
contohnya. Meskipun padatan, cairan, dan gas adalah wujud zat yang paling umum di Bumi,
kebanyakan materi baryon di alam semesta berada dalam wujud plasma panas, baik sebagai
medium jarang antarbintang maupun sebagai bintang rapat.

Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase. Sebuah transisi
fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perubahan drastis dari sifat-
sifatnya. Menggunakan definisi ini, wujud zat yang berbeda adalah tiap keadaan
termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain dengan sebuah transisi fase. Air dapat
dikatakan memiliki beberapa wujud padat yang berbeda.

Munculnya sifat superkonduktivitas dihubungkan dengan suatu transisi fase, sehingga ada
keadaan superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal cair dan feromagnetik ditandai oleh
transisi fase dan memiliki sifat-sifat berlainan.

Sublimasi adalah perubahan suatu zat langsung dari wujud padat ke wujud gas, tanpa
melalui wujud cair. Sublimasi adalah sebuah proses endotermik yang terjadi pada suhu dan
tekanan di bawah titik tripel suatu zat dalam diagram fasenya, yang sesuai dengan tekanan
terendah di mana zat tersebut dapat eksis sebagai cairan. Proses kebalikan dari sublimasi
adalah deposisi, desublimasi, atau pengkristalan, di mana suatu zat berpindah langsung dari
fase gas ke fase padat. Sublimasi juga telah digunakan sebagai istilah umum untuk
menggambarkan perubahan padat-ke-gas (sublimasi) dan diikuti oleh perubahan gas-ke-padat
(deposisi). Jika vaporisasi dari cair ke gas terjadi sebagai penguapan dari permukaan jika
terjadi di bawah titik didih suatu cairan, dan sebagai pendidihan dengan pembentukan
gelembung di bagian dalam cairan jika terjadi pada titik didih, tidak ada perbedaan seperti itu
untuk perubahan padat-ke-gas yang selalu terjadi sebagai sublimasi dari permukaan.
Pada tekanan normal, sebagian besar senyawa dan unsur kimia memiliki tiga wujud yang
berbeda pada suhu yang berbeda. Dalam kasus ini, perubahan dari wujud padat ke wujud gas
membutuhkan sebuah wujud cair sebagai zat antara. Tekanan yang dimaksud adalah tekanan
parsial zat tersebut, bukan tekanan total (misalnya tekanan atmosfer) dari seluruh sistem.
Jadi, semua padatan yang memiliki tekanan uap yang cukup besar pada suhu tertentu
biasanya dapat menyublim di udara (misalnya air es di bawah 0 °C). Untuk beberapa zat,
seperti karbon dan arsen, sublimasi jauh lebih mudah daripada penguapan dari lelehan,
karena tekanan titik tripel mereka sangat tinggi, dan sulit untuk mendapatkannya sebagai
cairan.
1. Gas merupakan bentuk dan wujud zat yang memiliki volume serta bentuk yang daoat
berubah-ubah sesuai wadahnya, meskipun sulit dilihat dengan mata telanjang
manusia. Selain tidak bisa dilihat, benda gas juga tidak bisa dipegang layaknya benda
padat dan benda cair.

9
2. Perubahan wujud zat ini bisa terjadi karena peristiwa pelepasan dan penyerapan
kalor.Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai oleh atom/senyawa zat
tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu
3. massa jenis suatu benda adalah hasil perbandingan antara massa dengan volume
benda tersebut. Massa jenis merupakan ciri khas dari benda tersebut. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda menunjukkan tingkat kerapatan molekul molekul
zat tersebut.
4. Menurut J. Anthony von Fraunhofer dalam jurnal berjudul Adhesion and Cohesion
(2012), adhesi adalah gaya tarik-menarik antar spesies molekul yang berbeda,
sedangkan kohesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul yang sejenis
5. Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara molekul-molekul
atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul. Gaya tersebut dapat
berupa kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya pada tegangan permukaan,
atau adhesi antara molekul tak serupa, contohnya pada kapilaritas.

2.3 Keterkaitan Wujud Zat dan Perubahan Fase


Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai fase materi
berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan perbedaan kualitatif dalam
sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk dan volume; dalam keadaan
cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut dan
sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang tersedia.

Diagram ini menunjukkan nomenklatur untuk transisi fase yang berbeda-beda.


Perbedaan antara wujud zat saat ini didasarkan pada perbedaan dalam hubungan
antarmolekul.Dalam keadaan padatan gaya-gaya intermolekul menjaga molekul-molekul
berada dalam hubungan spasial tetap.Dalam cairan, gaya-gaya antarmolekul menjaga
molekul tetap berada berdekatan, namun tidak ada hubungan spasial yang tetap. Dalam
keadaan gas molekul lebih terpisah dan gaya tarik antar molekul relatif tidak memengaruhi
gerakannya. Plasma adalah gas yang sangat terionisasi, yang terjadi pada suhu tinggi. Gaya-
gaya antar molekul yang diciptakan oleh gaya tarik dan tolak ion-ion memberikan keadaan
ini sifat-sifat berbeda, sehingga plasma dideskripsikan sebagai wujud zat keempat.
Meskipun padatan, cairan, dan gas adalah wujud zat yang paling umum di Bumi,
kebanyakan materi baryon di alam semesta berada dalam wujud plasma panas, baik sebagai
medium jarang antar bintang maupun sebagai bintang rapat.

10
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase.Sebuah transisi fase
menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari perubahan drastis dari sifat-sifatnya.
Menggunakan definisi ini, wujud zat yang berbeda adalah tiap keadaan termodinamika yang
dibedakan dari keadaan lain dengan sebuah transisi fase. Air dapat dikatakan memiliki
beberapa wujud padat yang berbeda. Munculnya sifat superkonduktivitas dihubungkan
dengan suatu transisi fase, sehingga ada keadaan superkonduktif. Begitu pula, keadaan kristal
cair dan feromagnetik ditandai oleh transisi fase dan memiliki sifat-sifat berlainan. Setiap zat
akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan akan mencair. Air dipanaskan
akan menguap menjadi uap air (gas). Apabila uap air didinginkan menjadi embun dan
kembali menjadi air. Air didinginkan menjadi es. Perubahan wujud benda terjadi karena
proses pemanasan dan pendinginan.
Fase dari Zat Murni :
Solid (padat) : jarak antar molekul sangat dekat sehingga gaya tarik antar
molekul sangat kuat, maka bentuknya tetap. Gaya tarik antara molekul-molekul cenderung
untuk mempertahankannya pada jarak yang relatif konstan.Pada temperatur tinggi molekul
melawan gaya antar molekul dan terpencar.
Liquid (cair) : Susunan molekul mirip dengan zat padat , tetapi terhadap yang lain
sudah tidak tetap lagi. Sekumpulan molekul akan mengambang satu sama lain.
Gas : Jarak antar molekul berjauhan dan susunannya acak. Molekul bergerak secara
acak.Semua zat murni mempunyai kelakuan umum yang sama. Sebagai contoh air (water).

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpula
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya
tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik
atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit
dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam praktiknya, para kimiawan biasanya
bergantung pada teori kuantum atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih
mudah untuk dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia yang
kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu
ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat. Materi atau zat dikelompokan menjadi zat
tunggal (murni) dan campuran. Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil
oleh berbagai fase materi berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan
perbedaan kualitatif dalam sifat bulk Dalam keadaan padatan zat mempertahankan bentuk
dan volume; dalam keadaan cairan zat mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan
bentuk wadah tersebut dan sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun
yang tersedia.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37813974/makalah_perubahan_wujud_zat_docx
https://www.granmedia.com/kimia/wujud-zat
https://profilbaru.com/Sublimasi_(perubahan_wujud_zat)
http://termosulastri.blogspot.com/2015/03/perubahan-fase-zat.html
https://jurnal.ft.uns.ac.id/index.php/mekanika/article/download/379/159

13

Anda mungkin juga menyukai