Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FISIKA MODERN

KONFIGURASI ELEKTRON PADA ATOM

DISUSUN OLEH :

1. Maulydiah H.D Salma (A1E017023)


2. Selly Diani Sari (A1E017047)
3. Oktaviyani Rosniadi P (A1E017049)
4. Rokhimatul Mutia (A1E017051)
Kelompok : 3 (Tiga)
Semester : VA
Hari, tanggal : Selasa, 26 November 2019
Dosen : Drs. Nyoman Rohadi, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam
makalah ini Penulis dapat menyelesaikan makalah Fisika Modern yang berjudul
“Konfiigurasi Elektron Pada Atom” ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Makalah ini telah penulis susun dengan semaksimal
mungkin. Penulis juga berterima kasih kepada bapak DRs. Nyoman Rohadi, M.
SC selaku Dosen pengampu mata kuliah Fisika Modern yang telah memberikan
tugas ini kepada Penulis.

Melalui pengantar ini Penulis lebih dulu mohon maaf apabila di dalam isi
makalah terdapat kekurangan dan tulisan yang kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fisika Modern
terkhusus “Konfiigurasi Elektron Pada Atom”.
Dengan ini Penulis mempersembahkan makalah ini dengan rasa terima
kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat. Terimakasih

Bengkulu, 26 November 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Atom, Elektron Dan Konfigurasi Elektron Pada Atom................................. 3
2.2 Konfigurasi Elektron......................................................................................... 8
2.2.1 Aturan Aufbau........................................................................................... 8
2.2.2 Kaidah Hund............................................................................................ 10
2.2.3 Asas Larangan Pauli................................................................................11
2.3 Jenis Konfigurasi Elektron............................................................................ 12
2.3.1 Konfigurasi Kulit..................................................................................... 12
2.3.2 Konfigurasi Tingkat Energi.................................................................... 13
2.3.3 Konfigurasi Kestabilan............................................................................14
2.3.4 Konfigurasi Singkat (Gas Mulia)........................................................... 14
2.3.5 Konfigurasi Ion........................................................................................ 16
2.4 Bentuk Orbital atom........................................................................................16
2.4.1 Orbital s.................................................................................................... 16
2.4.2 Orbital p....................................................................................................17
2.4.3 Orbital d....................................................................................................17
2.4.4 Orbital f.....................................................................................................18
2.5 Bilangan Kuantum...........................................................................................18
2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (N)................................................................18
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L)...............................................................19
2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m).......................................................... 20
2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (S).................................................................... 21
BAB III PENUTUP..........................................................................................................22
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 22
3.2 Saran................................................................................................................. 22
DAPUS.............................................................................................................................. 23

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel dalam
penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam menyusun
dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel yang berukuran
mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan tersusun atas partikel
yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel
itulah yang disebut dengan atom.
Atom berasal dari kata atomos (dalam bahasa Yunani a = tidak, tomos =
dibagi), jadi atom merupakan partikel yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut
Dalton konsep atom ini tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan
Hukum Kekekalan Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang
salah satunya adalah materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak
dapat dibagi lagi. Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan
pada masa itu. Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam
atom menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom
Thomson, Rutherford, Bohr, dan Mekanika Kuantum. Atom atom ini juga
memiliki konfigurasi elektron yang mana adalah susunan elektron pada atom atau
molekul di orbital atom atau molekulnya.
Dan untuk lebih memahami lebih jelas mengenai konfigurasi elektron pada atom
ini maka dalan makalah ini akan dijelaskan lebih mendalam mengenai struktur
atom, elektron dan konfigurasi elektron pada atom, aturan Aufbau, Kaidah Hund,
Larangan Pauli, jenis konfigurasi elektron, bentuk Orbital atom, serta bilangan
Kuantum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Penemuan Elektron?
2. Bagaimana Konfigurasi Elektron ?
3. Apa saja jenis konfigurasi elektron ?
4. Bagaimana bentuk Orbital atom?
5. Jelaskan mengenai bilangan Kuantum ?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami struktur atom, elektron dan konfigurasi elektron pada
atom.
2. Dapat menjelaskan mengenai aturan Aufbau.
3. Dapat menjelaskan mengenai Kaidah Hund.
4. Dapat menjelaskan mengenai Larangan Pauli.
5. Dapat memahami apa saja jenis konfigurasi elektron.
6. Dapat menjelaskan bentuk Orbital atom.
7. Dapat menjelaskan mengenai bilangan Kuantum.
8. Dapat mengetahu Pengecualian Konfigurasi Elektron.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Atom, Elektron Dan Konfigurasi Elektron Pada Atom


Sebelum partikel dasar atom (elektron, proton, dan neutron)
ditemukan seorang ilmuan Inggris yang bernama John Dalton pada tahun
1804 membuat teori tentang struktur suatu materi. Teori tersebut dikenal
sebagai teori atom Dalton yang berbunyi sebagai berikut.
1. Suatu zat tersusun dari suatu partikel sangat kecil yang tidak dapat
dibagi lagi, yaitu atom.
2. Atom dari suatu unsur yang sama adalah identik dan memiliki berat,
ukuran, serta bentuk yang sama, tetapi berbeda dari atom-atom unsur
lain.
3. Atom suatu unsur bersifat permanen dan tidak dapat diuraikan.
4. Suatu senyawa terbentuk dari penggabungan dua atau lebih atom unsur.

Dengan teori tersebut, Dalton dapat menerangkan hukum kekekalan


massa. Karena menurut teori tersebut atom bersifat permanen dan tidak
terdekomposisi. Dalam reaksi kimia tidak akan ada perubahan massa atom.
Reaksi kimia terjadi karena adanya pengaturan penggabungan atom-atom.
Pengaturan penggabungan tersebut menghasilkan zat baru yang sifat-
sifatnya berbeda dengan zat-zat sebelumnya yang selanjutnya disbut
molekul. Molekul dapat tersusun dari atom-atom yang identik dan dapat
tersusun pula dari atom-atom yang berbeda. Sebagai contoh, atom hidrogen
(H) bergabung dengan atom klorin (Cl) membentuk molekul HCl, atom-
atom H bergabung membentuk molekul hidrogen (H2), dan atom-atom
klorin (Cl) bergabung membentuk molekul klorin (Cl2).
Dalam perkembangannya, isi teori atom Dalton tidak semuanya
benar. Ternyata atom masih dapat dibagi lagi menjadi partikel yang lebih
kecil (partikel subatomik). Partikel subatomik itu antara lain elektron,
proton, dan neutron. Penemuan adanya elektron dalam suatu unsur
menyempurnakan teori atom dalton. Ternyata dalam atom terdapat partikel

3
kecil dan bermuatan negatif, yaitu elektron. Berdasarkan penemun elektron,
j.j. Thomson (1904) mengemukakan atomnya sebagai berikut:

Atom merupakan suatu bola yang bermuatan positif. Di tempat-


tempat tertentu terdapat elektron yang bermuatan negatif. Jumlah muatan
positif sama dengan jumlah muatan negatif.

Gambar 2. 1 Model atom Thomson

Eksperimen yang menunjukkan adanya inti atom Pada tahun 1909,


Ernest Ruther Ford melakukan eksperimen dengan menambahkan partikel
alfa (α) pada suatu lempeng logam yang tipis sekali. Adanya partikel alfa
(partikel alfa merupakan inti helium bermuatan positif) yang dihamburkan
menujukkkan bahwa seluruh muatan positif dan hampir seluruh massa atom
terkonsentrasi pada pusat atom yang disebut inti atom. Berdasarkan
penemuan elektron dan inti atom Rutherford mengemukakan teorinya
sebagai berikut :

Atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif
hampir seluruh massa atom terpusat pada inti. Elektron mengelilingi inti
atom dalam orbit tertentu pada jarak yang relatif besar dari inti. Karena
atom bersifat netral, jumlah elektron didalam atom sama dengan jumlah
muatan inti atom.

4
Menurut tata cara penulisan internasional IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry) ada empat tempat disetiap lambang
unsur (a b c d):

a
b Z dc
Z = lambang unsur
a = nomor atom = jumlah proton = jumlah elektron
b = nomor masa = jumlah proton + neutron
c = muatan ion
d = jumlah atom

Model atom Rutherford mempunyai kelemahan karena bertentangan dengan


hukum fisika dari Maxwell. Jika partikel bermuatan (elektron) bergerak
mengelilingi inti atom, terjadilah pemancaran energi yang berupa
gelombang elektromagnetik. Hal ini menyebabkan tingkat energi elektron
menjadi makin berkurang dan gaya tarik inti lebih besar daripada gaya tolak
inti. Akibatnya, lintasan elektron makin kecil dan akhirnya elektron jatuh ke
inti. Pada keyataanya, elektron tidak bergabung dengan inti dan atom
bersifat stabil. Kelemahan model Ruterford berhasil diperbaiki oleh Neils
Bohr (1913). Neils bohr mengemukakan teori atomnya yang bertitik tolak
pada anggapan berikut:
1. Elektron dalam mengelilingi inti atom berada pada tingkat energi atau
lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Dengan demikian, elektron
berada pada tingkat energi tertentu. Tingkat energi yang paling rendah
adalah tingkat energi yang paling dekat inti atom dan disebut tingkat
energi pertama (kulit K). tingkat energi kedua berada lebih luar dari
tingkat energi pertama (kulit L). tingkat energi berikutnya berada lebih
luar lagi (kulit M,N,O dan seterusnya).
2. Selama elektron bergerak dalam lintasannya, elektron tidak
memancarkan energinya dalam bentuk radiasi.
3. Elektron dapat pindah dari tingkat energi (lintasan) yang rendah (dekat
dengan inti atom) ketingkat energi (lintasan) yang lebih tinggi (jauh dari

5
inti) jika menyerap energi disebut absorbsi sebaliknya, elektron dapat
melepaskan energi jika pindah dari tingkat energi ketingkat energi yang
lebih rendah.

Gambar 2. 2 Model Atom Bohr

Banyanya elektron maksimum yang ada di setiap kulit atom


dirumuskan = 2n2, n= nomor kulit atom (nilai n= 1, 2,3, 4,..). berdasarkan
rumus tersebut, jumlah elektron maksimum pada setiap kulit atom dapat
dihitung seperti ditunjukan dalam tabel 2.1

Tabel 2. 1 banyaknya elektron maksimum pada setiap kulit atom

Pengisian elektron selalu dimulai dari tingkat energi yang paling


rendah (dekat dengan inti), yaitu kulit K, kemudian baru tingkat energi
(kulit atom) berikutnya. Banyaknya elektron yang terdapat pada kulit terluar

6
disebut elektron valensi. Tunjukkan mana yang dimaksud elektron valensi
dari atom-atom pada tabel 2.2.

Tabel 2. 2 distribusi elektron beberapa atom


Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Keadaan elektron paling
stabil dicapai apabila elektron berada dalam keadaan dasar, yaitu pada
keadaan energi terendah. Dengan demikian, dapat dibayangkan
penyusunann elektron atau konfigurasi elektron dimulai dari orbital yang
tingkat energinya paling rendah, kemudian meningkat keorbital yang tingkat
energinya lebih tinggi. Begitu seterusnya hingga banyaknya elektron yang
ditambahkan sama dengan umur atomnya pauli menyebut proses
penyusunan elektron dengan cara tersebut sebagai prinsip aufbau (aufbau
istilah jerman yang berarti “penyusunan”).
Pada orbital-orbital setingkat terisi elektron sebagian maka atom
tersebut akan berada pada keadan energi terendah jika elektron menempati
orbital setingkat yang berbeda untuk memungkinkan memiliki bilangan
kuantum spin yang sama. Dengan demikian, dalam keadan dasar (ground
state) :
Elektron-elektron yang menempati orbital setingkat akan berada pada
keadan spin yang sama.

7
Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Hund (Friedrich
hund,1896).
Pada saat elektron-elektron dalam keadaan dasar disusun pada suatu
atom, tampak bawah pengisian elektron dimulai dari tingkat energi yang
paling rendah (1s) ke tingkat energi yang paling tinggi. Contohnya,
pengisian elektron pada atom Oksigen. Delapan elektron menempati tingkat
energi paling rendah : 2 elektron menempati orbital 1s, 2 lektron menempati
orbital 2s, 2 elektron dengan spin berlawanan menempati orbital 2px, 1
elektron menmpati orbital 2py, dan satu elektron menempati orbital 2pz
dengan arah spin yang sama dengan elektron pada 2py.
Contoh konfigurasi elektron atom 11 Na, 26 Fe, 20 Ca pengisian dimulai
dari tingkat energi terendah, kemudia ke tingkat energi yang lebih tinggi.

11 Na :1s 2 2s 2 2 p 6 3s1 /  Ne 3s1


20 Ca :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 6 4s 2 /  Ar  4s 2
26 Fe :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 6 4 s 2 3d 6 /  Ar  4s 2 3s 6
Konfigurasi unsur golongan I B dan VI B sedikit menyimpang dari
umumnya, misalnya Cr24 dan Cu29 .

24 Cr :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 2 3 p 6 3d 5 4s1 bukan 24 Cr :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 2 3 p6 3d 4 4s 2

29 Cu :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 2 3 p6 3d 10 4s1 bukan 29 Cu :1s 2 2s 2 2 p 6 3s 2 3 p 6 3d 9 4s 2


Dari contoh konfigurasi elektron Cr dan Cu , tampak bawah orbital
yang terisi setengah penuh (orbital d terisi 5 elektron) atau penuh (orbital d
terisi 10 elektron) lebih stabil daripada yang tidak setengah penuh.

2.2 Konfigurasi Elektron


2.2.1 Aturan Aufbau
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat dengan
inti atom. Makin jauh dari inti, makin tinggi tingkat energinya. Elektron
menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang terendah, dimulai
dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit. Untuk memudahkan
mengingat tingkatan energi orbital dan urutan pengisian elektronnya disusun
seperti yang terlihat pada gambar.

8
Gambar 2. 3 Urutan tingkat energi subkulit

Misalnya kita akan menuliskan konfigurasi elektron mulai dari unsur boron
ke neon yang sama-sama memiliki subkulit 2p
1. B (Z = 5) konfigurasinya 1s2 2s2 2p1
2. C (Z = 6) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
3. N (Z = 7) konfigurasinya 1s2 2s2 2p3
4. O (Z = 8) konfigurasinya 1s2 2s2 2p4
5. F (Z = 9) konfigurasinya 1s2 2s2 2p5
6. Ne (Z = 10) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
Ada beberapa pengecualian dalam pola konfigurasi elektron.
Contohnya ada 2 unsur pada 40 unsur pertama, yaitu Cu dan Cr Dalam
memenuhi aturan Afbau seharusnya konfigurasi elektronnya ialah seperti
berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s2 3d4
Cu (Z = 29): [Ar] 4s2 3d9
Penentuan Konfigurasi elektron sesungguhnya yang terjadi ada sedikit
perbedaan di beberapa sub kulit terluar. Lihat pada tabel berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s1 3d5
Cu (Z = 29): [Ar] 4s1 3d10
Dapat kita lihat bahwa ada perpindahan 1 elektron dari orbital 4s ke
orbital 3d, meskipun sebenarnya orbtal 3d ini memiliki energi yang lebih
tinggi daripada orbital 4s.

9
Hal ini terjadi karena dengan berpindahnya elektron dari orbtital 4s ke
orbital 3d akan menyebabkan meningkatkan kestabilan unsur. Akan lebih
jelas kalau kita beri contoh gambarnya sebagai beikut:

Gambar 2. 4 Perpindahan elektron dari orbital

2.2.2 Kaidah Hund


Aturan Hund diajukan oleh Seorang ilmuwan yang bernama
Friedrick Hund pada Tahun 1930. Jika ada orbital dengan tingkat energi
yang sama, konfigurasi elektron dengan energi terendah adalah dengan
jumlah elektron tak berpasangan dengan spin paralel yang paling banyak.
Untuk memperlihatkan distribusi susunan elektron-elektron pada
orbital-orbital di dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron ditulis dalam
bentuk diagram orbital. Orbital diberi gambar dalam bentuk kotak,
sedangkan elektron yang mengisi orbital di gambarkan seperti bentuk dua
anak panah berlawanan arah. Seandainya orbital hanya mengandung satu
elektron saja, anak panah yang ditulis harus mengarah ke arah atas.
Aturan hund didasarkan pada data valin spektroskopi atom. Atruan
ini mengikat bahwa:
Proses pengisian elektron ke dalam orbital pertama kali akan
mengisi semua orbital dengan tingkat energi yang sama terlebih dahulu
sebelum memasangkan dengan elektron lain di orbital yang setengah penuh.
Jadi tidak boleh mengisi langsung dua elektron pada satu orbital yang sama.
Contoh:

10
Konfigurasi elektron pada unsur Nitrogen (Z=7) adalah 1s2 2s2 2p3 maka
pengisian elektron pada orbitalnya yang tepat adalah

Gambar 2. 5 Aturan Hund

2.2.3 Asas Larangan Pauli


Konfigurasi elektron ini pertama kali muncul saat Niels Bohr,
mengajukan teori pada sekitar tahun 1923, bahwa periodisitas pada sifat-
sifat unsur kimia dapat dijelaskan oleh struktur elektronik atom yang
bersangkutan. Teori ini didasarkan pada sebuah model atom Bohr, yakni
Pada saat itu, Bohr telah mencetuskan teori konfigurasi elektron yang
memang sangat berbeda dengan yang ada sekarang ini. Banyak sekali
kelemahan yang menyebabkan konfigurasi elektron Bohr ini tidak di
gunakan lagi yaitu salah satunya adalah sistem konfigurasi atom Bohr ini
tidak dapat menjelaskan tentang perubahan-perubahan spektra atom dalam
sebuah medan magnet. Sistem konfigurasi elektron Bohr ini kemudian di
kaji ulang oleh ilmuan yaitu Wolfgang Pauli sehingga kemudian tercetuslah
sebuah teori yang disebut larangan pauli.
Aturan ini di utarakan oleh Wolfgang Pauli pada 1926. Tidak ada
dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat bilangan kuantum
yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang memiliki
spin yang berlawanan. Aturan larangan pauli ini menyatakan bahwa tidak
akan pernah ada dua elektron yang memiliki 4 bilangan kuantum yang
sama. Mungkin tiga bilangan kuantum pertama (n,l, dan m) masih bisa sama
tapi bilangan quantumnya tetap tidak bisa sama semua karena dalam satu
kotak orbital tunggal dapat menampung hingga dua elektron yang berputar
saling berlawanan. Satu elektron berputar ke atas (ms = +1/2) dan elektron
lain berputar ke bawah (ms=-1/2). Dengan adanya larangan pauli ini maka
masing-masing subkulit hanya memiliki 2 elektron dalam tiap orbitalnya.
 Sub Kulit s memiliki 1 orbital yang bisa menampung 2 elektron.

11
 Sub Kulit p memiliki 3 orbital yang bisa menampung 6 elektron
 Sub Kulit d memiliki 5 orbital yang mampu menampung 10 elektron.
 Sub Kulit f memiliki 7 orbital yang mempu menampung 14 elektron.

Contoh:
Misalnya pada subkulit 1s, pada subkulit tersebut maksimal 2 elektron.
Kedua elektron tersebut memiliki bilangan kuantum utama, kuantum
azimuth, dan kuantum magnetik yang sama yaitu
Kuantum Utama (n) = 1
Kuantum Azimut (l) = 0
Kuantum Magnetik (m) = 0
Akan tetapi untuk bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Satu
elektron punya kuantum spin +1/2 dan satunya punya bilangan kuantum
spin -1/2.

Gambar 2. 6 larangan pauli

2.3 Jenis Konfigurasi Elektron


2.3.1 Konfigurasi Kulit
Konfigurasi elektron adalah penataan elektron ke dalam kulit dan
subkulit atom. Sesuai pengertiannya, ada dua cara penulisan
konfigurasi elektron, yaitu berdasarkan kulit atom dan subkulit atom.
Konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom hanya berlaku untuk
unsur golongan utama, yaitu unsur golongan IA sampai VIIIA.
Jumlah elektron maksimum yang bisa ditampung oleh kulit atom
adalah 2n², dimana n adalah kulit ke-n. Kulit ke-1 dinamakan kulit K,
kulit ke-2 dinamakan kulit L, dan seterusnya sesuai dengan urutan
angka dan abjad.
Kulit K maksimum berisi 2 elektron
Kulit L maksimum berisi 8 elektron

12
Kulit M maksimum berisi 18 elektron
Kulit N maksimum berisi 32 elektron
Kulit O maksimum berisi 50 elektron
Dan seterusnya.
Berikut cara menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom.
1. Isikan elektron ke dalam kulit atom sesuai daya tampung
maksimumnya. Jika elektron yang tersisa kurang dari daya tampung
maksimum kulit atomnya, gunakan aturan di bawah ini.
2. Jika elektron yang tersisa kurang dari 8, maka seluruh sisa ini diisikan
pada kulit selanjutnya.
3. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 8 tetapi kurang
dari 18, maka 8 elektron diisikan pada kulit atom, sedangkan sisanya
mengikuti aturan pertama.
4. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 18 tetapi kurang
dari 32, maka 18 elektron diisikan, sedangkan sisanya mengikuti
aturan sebelumnya.
5. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 32, maka
diisikan 32 elektron, dan sisa elektron mengikuti aturan sebelumnya.
Contoh : 20 Ca = 2 8 8 2

2.3.2 Konfigurasi Tingkat Energi


pengisian elektron ke dalam orbital selalu dimulai dari orbital yang
mempunyai tingkat energi rendah ke orbital yang mempunyai tingkat
energi lebih tinggi. Aturan ini dilakukan agar atom berada pada
tingkat energi minimum sehingga dapat mencapai kondisi yang stabil.
Diagram tingkat energi menurut aturan Aufbau:

13
Gambar 2. 7 aturan Aufbau

Berdasarkan diagram tingkat energi Aufbau di atas maka urutan


pengisian elektron adalah sebagai berikut: 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s
4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p.

2.3.3 Konfigurasi Kestabilan


Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini
menyatakan bahwa : “suatu elektron mempunyai kecenderungan
untuk berpindah orbital apabila dapat membentuk susunan elektron
yang lebih stabil untuk konfigurasi elektron yang berakhiran pada sub
kulit d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih
memahamkan teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi,
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d5
dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d kurang satu
elektron untuk menjadi setengah penuh....maka elektron dari 4s akan
berpindah ke 3d. hal ini juga berlaku untuk kasus :
29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi ,
29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10

2.3.4 Konfigurasi Singkat (Gas Mulia)


untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan
diperlukan penyingkatan pada konfigurasi elektron. Penyingkatan ini

14
dilakukan dengan cara mengganti sebagian konfigurasi elektron
dengan gas mulia yang bersesuaian. Gas mulia ini dituliskan dengan
lambang unsur dalam kurung siku. Jadi, setelah lambang unsur gas
mulia ini, kita hanya perlu menuliskan elektron yang tersisa
berdasarkan aturan aufbau. Penyingkatan ini sangat membantu. Selain
karena efisiensinya, kita juga dipermudah dalam menentukan bilangan
kuantum. Sebab dalam penentuan bilangan bilangan kuantum, kita
hanya memerlukan konfigurasi elektron yang terakhir. Begitu pula
dalam penentuan elektron valensi.
Sebelum melangkah ke aturan penyingkatan, kita akan
mempelajari deretan subkulit setelah lambang unsur gas mulia beserta
cara penomorannya.

Gambar 2. 8 Konfigurasi Ion Gas Mulia

Contoh :
Unsur Ga memiliki nomor atom 31, dimana 18 < 31 < 36.
Berdasarkan aturan nomor 3 di atas kita menggunakan unsur [Ar]
sebagai penyingkat, kemudian konfigurasi selanjutnya dimulai dari
subkulit 4s.
31Ga : [Ar] 4s
[Ar] mempunyai 18 elektron, sehingga elektron yang tersisa adalah 31
- 18 = 13. Elektron sebanyak 13 ini didistribusikan ke deretan subkulit
sdp, atau jika diberi penomoran menjadi 4s 3d 4p.
31Ga : [Ar] 4s2 3d10 4p1

15
2.3.5 Konfigurasi Ion
Dalam suatu konfigurasi elektron ternyata terdapat beberapa
unsur yang terionisasi. Unsur-unsur yang dapat terionisasi ini jumlah
elektronnya akan berubah (berkurang). Misalnya, pada besi (Fe)
memiliki nomor atom 26 dengan konfigurasi elektron [Ar]3d64s2.
Akan tetapi penulisan konfigurasi elektronnya ini akan berubah jika
Fe terionisasi menjadi Fe2+. Fe2+ ini menunjukkan Fe akan
terionisasi sehingga mengalami pengurangan 2 buah elektron dari 26
elektronnya.
Sehingga penulisan konfigurasi elektron Fe2+ yakni [Ar]3d6.
Hal yang perlu dicatat jika sebuah unsur ini terionisasi, yang
berkurang adalah elektron valensinya. Elektron valensi suatu unsur
adalah suatu elektron terluar unsur tersebut.

2.4 Bentuk Orbital atom


Orbital atom adalah sebuah fungsi yang menggambarkan perilaku dari
elektron. Orbital juga sering disebut sebagai volume ruang atau ruang tiga
dimensi dimana 95% kemungkinan elektron ditemukan di ruang tiga
dimensi tersebut (probabilitas 95%). Ada 4 jenis orbital yaitu orbital s, p, d,
dan f. Masing-masing orbital memiliki bentuk dan jumlah maksimum
elektron yang berbeda-beda.

2.4.1 Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom
pada bagian tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua
orbital s hanya memiliki satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki
densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada bagian inti atom dan kemudian
densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah menjauh dari inti atom.
Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi. Di antara
kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas
menemukan elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ2 = 0).

16
Pada orbital 3s, terdapat tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua
simpul. Pola bertambahnya simpul orbital s ini masih terus berlanjut dengan
orbital 4s, 5s, dan seterusnya.

Gambar 2. 9 orbital s
2.4.2 Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin
dengan dua cuping. Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang
saling bersebrangan. Inti atom terletak pada bidang simpul orbital p, yakni
di antara dua cuping yang masing-masing memiliki densitas elektron tinggi.
Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan pz, sebagaimana
terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital p
tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat
Kartesius dengan bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat
dengan inti atom. Makin jauh dari inti makin tinggi tigkat energinya.
Konfigurasi elektron dalam atom.

Gambar 2. 10 Orbital p

2.4.3 Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis
orientasi, sebagaimana terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0,

17
+1, atau +2. Empat dari lima orbital d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2,
memiliki empat cuping seperti bentuk daun semanggi. Orbital d kelima, dz2,
memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu bagian berbentuk donat
pada bagian tengah.

Gambar 2. 11 orbital d

2.4.4 Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis
orientasi, sebagaimana terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7).
Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang kompleks dengan beberapa cuping.

Gambar 2. 12 Orbital f

2.5 Bilangan Kuantum


2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (N)
Bilangan kuantun utama (n) dalam konfigurasi elektron menggambarkan
tingkat dan ukuran dari energi orbital. Nilai n bisa memiliki bilangan bulat
yang positif. Bilangan kuantum untama menentukan tingkat energi
elektron dan sesuai dengan tingkat energi atom bohr (menunjukkan
lintasan elektron atau kulit atom). Pada umumnya, elektron yang tingkat

18
energinya lebih rendah adalah elektron yang dekat dengan inti atom,
sedangkan elektron yang tingkat energinya lebih tinggi adalah elektron
yang jauh dari intinya. Analoginya dapat dipikirkan tingkat energi elektron
dalam atom mirip dengan rak buku. Untuk meletakkan buku pada rak
pertama, diperlukan energi yang lebih sedikit dibanding rak ke empat.
Buku buku tidak dapat diletakkandiantara rak sebagai mana elektron tidak
dapat menempati ruangan diantara tingkat energi. Masing masing tingkat
energi terdiri atas satu atau lebih sub tingkat energi yang mengandung
elektron elektron dengan energi yang indentik (sama).
Harga bilangan kuatum utama merupakan bilangan bulat positif dalan
dimulai dari satu.
Harga bilangan kuantum utama(n) : 1,2,3,4…..
Tingkat energi ke : 1,2,3,4…...
Sesuai dengan lintasan ke : 1,2,3,4…..
Sesuai dengan kulit atom : K,L,M,N….

2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L)


Bilangan kuantum azimuth (l) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan bentuk orbitalnya. Nilai l bisa memiliki bilangan bulat
mulai dari 0 sampai n-1. Bilangan kuantum azimut merupakan ukuran
momentum sudut orbital elektron. Bilangan kuantum ini menunjukkan
disub tingkat energi/subkulit/sub lintasan mana elektron bergerak dan
menentukkan bentuk orbital. Harga bilangan kuantum azzimut bergantung
pada harga bilanagn kuantum utamanya. Untuk suatu harga n, terdapapt
bebrapa harga ℓ yang mungkin, yaitu dari ℓ = 0 hingga ℓ = n-1.

ℓ = 0, 1, 2, 3, ………., n-1

Orbital dengan harga ℓ = 0 disebut dengan orbital s (dari istilah

spektroskopi sharp). Orbital dengan harga ℓ = 1 disebut dengan orbital p (p

dari istilah spektroskopi pricipal). Otbital dengan harga ℓ = 2 disebut

dengan orbital d (d dari istilah spektroskopi diffuse). Orbital dengan harga

19
ℓ = 3 disebut dengan orbital f (f dari istilah spektroskopi fundamental).

Harga harga ℓ selanjutnya (ℓ = 4,5,6…..) mengikuti huruf alfabet (ℓ = 4

disebut orbital g, ℓ = 5 disebut orbital h).

Banyaknya harga ℓ disetiap harga n adalah 0,1,….,n-1.

n = 1 (tingkat energi ke-1 atau kulit ke-1) mempunyai harga ℓ = 0,1,….,

n-1.Tingkat energi ke-1 (kulit ke-1) mempunyai satu sub tingkat


energi (subkulit), Yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0).

n = 2 (tingkat energi ke-2 atau kulit ke-2) mempunyai harga ℓ = 0, (2-1)

= 0,1. Tingkat energi ke-2 (kulit ke-2) mempunyai dua sub tingkat
energi (subkulit), Yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0) dan

subkulit p (ℓ = 1)

n = 3 (tingkat energi ke-3 atau kulit ke-3) mempunyai harga ℓ = 0, (2-1)

= (3-1) =0,1,2. Tingkat energi ke-3 (kulit ke-3) mempunyai tiga


sub tingkat energi (subkulit), yaitu sub tingkat energi (subkulit) s
(ℓ = 0) dan subkulit p (ℓ = 1), dan subkulit d (ℓ = 2)

n =4 (tingkat energi ke-4 atau kulit ke-4) mempunyai harga ℓ = 0,…,(4-

1) = 0,1,3. Tingkat energi ke-4 (kulit ke-4) mempunyai empat sub


tingkat energi (subkulit), yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0)

dan subkulit p (ℓ = 1), subkulit d (ℓ = 2) dan sub kulit f (ℓ = 3)

2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik (m) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan orientasi orbital. Nilai m bisa memiliki bilangan mulai
dari -1 sampai +1. Bilangan kuantum magnetik menunjukkan kedudukan
atau orientasi orbital dan juga menunjukkan adanya satu atau beberapa
tingkat energi setingkat yang merupakan penyusun suatu sub kulit. Harga

20
bilangan kuantum magnetik dari -ℓ hingga + ℓ termasuk harga 0. Setiap

harga ℓ mempunyai mempunyai harga mℓ.

mℓ = - ℓ,(- ℓ +1),…..,-1,0,1,………(+ℓ -1), + ℓ

contoh :
Untuk n=3 maka harga ℓ = 0,1, dan 2

ℓ = 0 (subkulit s) mempunyai harga mℓ = 0, berarti subkulit s mempunyai

satu tingkat energi atau satu orbital.


ℓ = 1 (subkulit p) mempunyai harga mℓ = -1,0,+1, berarti subkulit p

mempunyai tiga tingkat energi yang setingkat atau tiga orbital.


Masing-masing orbital p diberi nama sesuai dengan arah
orientasinya terhadap sumbu X,Y dan Z. Orbital p, searah sumbu X,
orbital Py searah sumbu Y, dan orbital Pz searah sumbu Z.
ℓ = 2 (subkulit d) mempunyai harga mℓ = -2,-1,0,,+1,+2, berarti subkulit d

mempunyai lima tingkat energi yang setingkat atau lima orbital.


Masing-masing orbital d diberi nama sesuai dengan arah
orientasinya terhadap sumbu X,Y dan Z. Orbital dx-y terletak
antara sumbu X dan Y. Orbital dx-z terletak antara sumbu X dan
sumbu Z. Orbital dx2-z2 terletak antara sumbu X dan sumbu Y.
Orbital dz2 searah sumbu Z dan bidang x-y.

Wolfgang Pauli (1900-1958) merumuskan peristiwa tersebut dalam prinsip


eksklusi pauli (larangan pauli) yang berbunyi :
Dalam suatu atom tidak boleh ada dua elektron yang mempunyai
empat bilangan kuantum yang sama.

2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (S)


Bilangan kuantum spin (s) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan arah dari spin elektron orbital. Nilai s bisa memiliki
bilangan +1/2 atau -1/2.

21
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. konfigurasi elektron adalah elektron yang tersusun didalam setiap lintasan
atom. Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Jika kita dapat mengetahui
konfigurasi elektron, maka kita dengan mudah menentukan , nomor
periode, nomor golangan, dan elektron valensi pada setiap atom.
2. Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4
bilangan kuantum, diantaranya yaitu Bilangan kuantum utama(n),
Bilangan kuantum azimut(l), Bilangan kuantum magnetik(m), Bilangan
kuantum spin(s)
3. Konfigurasi elektron adalah distribusi elektron dari atom atau molekul
pada sebuah orbital. Konfigurasi suatu elektron tidak dituliskan secara
sembarangan, melainkan berdasarkan Aturan Penulisan Konfigurasi
Elektron ada tiga yaitu, aturan aufbau, kaidah hund dan asas larangan pauli.

3.2 Saran
Saran untuk materi konfigurasi pada atom ini adalah pembaca harus
memahami terlebih dahulu mengenai teori atom hingga penemuan elektron,
sehingga akan lebih mudah untuk memahami materi konfigurasi elektron dan
sebaiknya penyajian dari makalah ataupun presentasi dari materi ini lebih
detail dan tersusun rapi atau berurutan sehingga kita bisa memahami konsep
dari materi ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Sentot Budi. 1995. Kimia Berbasis Eksperimen. Jakarta: Platinum.


https://www.studiobelajar.com/konfigurasi-elektron/
https://dosenpintar.co.id/konfigurasi-elektron/
https://rumus.co.id/konfigurasi-elektron/
https://rumusbilangan.com/konfigurasi-elektron/
https://wanibesak.wordpress.com/tag/tingkatan-energi/

23

Anda mungkin juga menyukai