Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KIMIA DASAR

“TEORI ATOM”
Dosen Pengampu:
Dr. Dwi Atmanto, M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 1
1. Candrika Ratih Pramudila 1510521001
2. Josephine Andrea 1510521003
3. Sandra Astriya Rahayu 1510521014

PROGRAM STUDI
D4 KOSMETIKA DAN PERAWATAN KECANTIKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, kehendak, dan
kuasanya yang telah memberikan kemampuan sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Paper Semester 3 Mata Kuliah Kimia Dasar yang berjudul
“Teori Atom” dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang memberikan semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan paper ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Dwi Atmanto, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Kimia Dasar
2. Teman-teman anggota kelompok yang turut membantu mengerjakan paper
ini dengan sebaik-baiknya
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari Bapak
Dr. Dwi Atmanto, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila
agar menjadi acuan dalam bekal pengalaman kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang. Semoga paper ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan serta peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 14 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Teori Atom.............................................................
2.2 Partikel Penyusun Atom ................................................................
2.3 Struktur Atom ................................................................................
2.4 Nomor Atom dan Nomor Massa.....................................................
2.5 Elektron Valensi ............................................................................
2.6 Isotop, Isobar, dan Isoton................................................................
2.7 Kasus teori atom dan solusi

BAB III PENUTUPAN


3.1Kesimpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atom adalah satuan unit terkecil dari sebuah unsur yang memiliki sifat-sifat
dasar tertentu. Setiap atom terdiri dari sebuah inti kecil yang terdiri dari proton
dan neutron dan sejumlah elektron pada jarak yang jauh. Mempelajari tentang
teori atom sangatlah penting sebab atom merupakan penyusun materi yang ada di
alam semesta. Dengan memahami atom kita dapat mempelajari bagaimana satu
atom dengan yang lain berinteraksi, mengetahui sifat-sifat atom, dan sebagainya
sehiggakita dapat memanfaatkan aam semesta untuk kepentingan umat manusia.
Nama “atom” berasal dari bahasa Yunani yaitu “atomos” diperkenalkan oleh
Democritus yang artinya tidak dapat dibagi lagi atau bagain terkecil dari materi
yang tidakdapat dibagi lagi. Konsep atom yang merupakan penyusun materi yang
tidak dapat dibagi lagi pertama kali diperkenalkan oleh ahli filsafat Yunani dan
India.Konsep atom yang lebih modern muncul pada abab ke 17 dan 18 dimana
saat itu ilmukimia mulai berkembang. Para ilmuwan mulai menggunakan teknik
menimbang untukmendapatkan pengukuran yang lebih tepat dan menggunakan
ilmu fisika untuk mendukung perkembangan teori atom.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah perkembangan sejarah teori atom?
2. Apa saja partikel penyusun atom?
3. Sebutkan struktur atom, nomor atom, dan nomor massa?
4. Jelaskan dari eklektro valensi?
5. Jelaskan isotop, isobar, dan isoton?
6. Berikan contoh kasus teori atom dan beserta solusinya?

1.3 Tujuan
1. Tujuan dari makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Kimia Dasar.
2. Supaya kita tahu perkembangan sejarah teori atom beserta struktur dan
bagaimana cara menghitung atom sendiri.
3. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu kimia
terutama yang berkaitan dengan teori atom.
4. Agar mampu menjelaskan dan memahami tentang perkembangan teori
atom.
BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Teori Atom


Partikel-partikel kecil yang menyusun materi kali pertama ditemukan oleh
dua orang ahli filsafat Yunani yaitu Leucippus dan Democritus sekitar 450
tahun sebelum masehi. Dua orang filsuf Yunani yaitu Leucippus dan
Democritus mengatakan bahwa setiap semua materi disusun oleh partikel-
partikel yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi-bagi. Partikel-partikel
kecil.itu diberi nama atom. Jadi, atom berasal dari bahasa Yunani
yaitu atomos (berarti tidak dan tomos berarti terbagi).
pengembangan konsep - konsep atom secara ilmiah dimulai dari Jhon
Dalton (1805). Eksperimen dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford
(1914). Eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan
gambaran mengenai susunan partikel -partikel didalam atom. Gambaran ini
berfungsi untuk memudahkan dalam memahami sifat - sifat kimia suatu atom.
Gambaran susunan partikel - partikel dasar dalam atom disebut model atom.
A. Teori Atom Dalton

Tokoh pertama yang mengawali perkembangan teori atom ialah John


dalton. John Dalton adalah seorang ilmuwan Inggris pada abad
pertengahan menggunakan konsep atom untuk menjelaskan reaksi-
reaksi kimia. Menurutnya, reaksi kimia terjadi akibat penggabungan
dan pemisahan atom-atom. Jumlah atom-atom yang terlibat dalam
reaksi kimia adalah tertentu dan persenyawaan serta pemisahan atom-
atom tersebut memenuhi hukum perbandingan tertentu yang tetap. Ia
menyatakan pendapatnya tentang atom pada tahun 1803. Teori atom
Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum Lavoisier atau
hukum kekekalan massa dan hukum Proust atau hukum susunan tetap.
Isi teori atom John Dalton adalah seperti berikut ini:
1) Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak
dapat dibagi lagi.
2) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil. Suatu
unsur memilki atom - atom yang identik dan berbeda untuk unsur
yang berbeda.
3) Atom bergabung membentuk seyawa dengan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air yang terdiri dari atom -
atom hidrogen dan atom - atom oksigen.
4) Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan kembali
atom - atom. Suatu atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
serta diubah menjadi atom unsur lain pada suatu reaksi.

Dalam praktiknya, teori atom Dalton memiliki beberapa kekurangan


di antaranya:

1) Tidak bisa menggambarkan bagaimana cara atom saling


bergabung.
2) Atom unsur yang satu dengan atom unsur lainnya tidak bisa
dideskripsikan.
3) Hubungan senyawa antara larutan senyawa dengan daya hantar
arus listrik tidak bisa dideskripsikan.
4) Sifat listrik materi tidak bisa dideskripsikan.

Teori atom Dalton hanya mampu bertahan selama 90 tahun. Hal itu
dikarenakan pada tahun 1886, Eugene Goldstein telah menemukan
partikel listrik yang memiliki muatan positif dan yang sekarang
dikenal dengan nama proton. Meskipun teori atom milik John Dalton
masih mempunyai kekurangan, tetapi Dalton merupakan bapak
pencetus teori atom modern. Dan yang lebih penting lagi, teori atom
Dalton mampu menjelaskan hukum kekekalan massa Lavoisier
(massa zat sebelum dan sesudah reaksi sama) dan hukum
perbandingan tetap Proust (perbandingan massa unsur-unsur dalam
suatu senyawa adalah tetap dan tertentu).

B. Teori Atom J.J Thomson

Tokoh perkembangan teori atom selanjutnya adalah teori atom


Thomson. Dalam perkembangannya, Thomson memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada pada teori atom Dalton sebleumnya.
Pada tahun 1897, Thomson menemukan partikel yang bermuatan
negatif dan disebut dengan elektron.
Elektron merupakan penemuan yang bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan teori atom sebelumnya. Teori atom Thomson berawal dari
penemuan tabung katode oleh William Crookes. Dari penelitian yang
sudah dilakukan Crookes, Thomson mengembangkan penelitiannya
tentang sinar katode di Laboratorium Cavendish.
Setelah selesai dan mendapatkan hasil dari penelitian yang
dilakukan, Thomson menemukan bahwa sinar katode adalah sebuah
partikel. Hal ini disebabkan karena sinar katode mampu memutar
baling-baling yang diletakkan antara katode dan anode. Setelah
mengetahui hal itu, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
termasuk ke dalam partikel penyusun atom (partikel subatom) yang
memiliki muatan negatif dan sekarang disebut dengan elektron.
Partikel yang bermuatan negatif atau elektron inilah yang akan
memuat isi dari teori atom Thomson. Isi dari teori atom yang dimiliki
oleh Thomson adalah sebuah bola pejal atau bola biliar yang
bermuatan positif yang memuat beberapa partikel bermuatan negatif
atau elektron. Elektron-elektron ini akan tersebar pada bola seperti
kismis pada roti.
Teori atom Thomson bisa disebut dengan sebutan teori roti kismis.
Dinamakan teori roti kismis karena muatan negatifnya atau elektron
(kismis) mengelilingi atom yang bermuatan positif (roti). Secara garis
besar teori atom J.J Thomson dapat disimpulkan menjadi beberapa
garis besar. Berikut inti dari teori atom Thomson:
1) Atom bukanlah bagian terkecil dari suatu zat.
2) Massa elektron atom lebih kecil dari massa atom.
3) Secara keseluruhan atom bersifat netral. Hal ini dikarenakan
muatan atom positif dan negatif yang ada pada atom sama dan
suatu atom tidak memiliki muatan positif dan negatif yang
berlebihan.
4) Atom dengan muatan positif akan tersebar secara merata ke seluruh
bagian atom, kemudian atom itu dinetralkan oleh elektron-elektron
yang tersebar diantara muatan positif.
Sama seperti teori atom Dalton, teori atom Thomson juga memiliki
kekurangan. Berikut beberapa kekurangan teori atom Thomson:
1) Teori atom Thomson tidak bisa menjelaskan bagaimana susunan
muatan positif dan jumlah elektron yang ada di dalam bola.
2) Inti atom tidak dapat dijelaskan.
C. Teori Atom Rutherfod

Teori atom selanjutnya adalah teori dari Ernest Rutherford.


Rutherford lahir di Selandia Baru dan berkebangsaan Inggris. Ia adalah
murid sekaligus partner dari Thomson. Meskipun Rutherford seorang
murid dari Thomson, tetapi ia mengembangkan teori atom dan
memperbaiki teori milik gurunya yaitu Thomson.
Rutherford dan kedua asistennya menemukan inti atom pada tahun
1910. Inti atom memiliki jari-jari yang lebih kecil dari jari-jari
atomnya. Teori yang ditemukan oleh Rutherford berasal dari
eksperimen penembakan inti atom lempengan emas dengan partikel
alfa (sebuah partikel dengan massa empat kali massa atom hidrogen
dan muatan positif sebesar dua kali muatan elektron). Eksperimen ini
dinamakan Geiger-Marsden. Penamaan eksperimen ini diambil dari
dua murid Rutherford yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden).
Ketika melakukan eksperimen, Rutherford membuat rancangan
percobaan penembakan atom emas dengan partikel alfa yang
dipancarkan unsur radioaktif. Setelah dipancarkan maka hasilnya
adalah radioaktif itu ada yang dipantulkan, diteruskan, dan dibelokkan.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, Rutherford memiliki
kesimpulan bahwa inti atom yang terkena partikel alfa maka akan
terjadi tumbukan yang menyebabkan pembelokan atau pemantulan
partikel alfa. Penyebab terjadinya hal itu adalah massa dan muatan
atom terpusat pada inti (nukleus). Dengan demikian, Rutherford
berpendapat bahwa muatan inti atom sama dengan massa atom
dalam sma (satuan massa atom).
Berikut beberapa inti atau garis besar dari teori atom Rutherford:
1) Atom terdiri atas inti atom yang bermuatan positif dan dikelilingi
elektron-elektron yang bermuatan nehatif seperti model tata surya.
2) Atom bersifat netral karena muatan positif sebanding dengan
muatan negatif.
3) Selama mengitari inti, gaya sentripetal pada elektron terbentuk
oleh gaya tarik menarik antara elektron dengan gaya inti atom
(gaya Coulomb).
4) Sebagian besar volume atom adalah ruang kosong (bukan pejal).
Hal itu disebabkan oleh Jari-jari inti atom jauh lebih kecil dari jari-
jari atom.
Meskipun teori atom Rutherford sudah menggugurkan gagasan teori
atom Thomson, tetapi teori Rutherford masih memiliki kekurangan,
yaitu:

1) Teori atom ini tidak bisa mendeskripsikan cara rotasi dari inti atom
dan letak dari elektron.
2) Teori atom ini tidak bisa mendeskripsikan spektrum garis yang ada
pada atom hidrogen.
3) Energi atom menjadi tidak stabil karena elektron yang bergerak
akan memancarkan energi.
D. Teori Atom Niels Bohr

Niels Bohr merupakan fisikawan asal Denmark dan peraih Nobel


Fisika pada tahun 1922. Bohr memulai penelitian tentang atom pada
tahun 1913 dan nama dari hasil penelitian itu adalah spektrum atom
hidrogen.
Setelah teori Rutherford sudah mulai tersebar dan digunakan, para
ilmuwan sepakat bahwa sebuah atom terdiri dari elektron dan inti
atom. Teori atom Bohr berawal dari kelemahan teori atom Rutherford.
Kelemahan itu adalah lintasan elektron yang disampaikan Rutherford
belum sempurna untuk menjelaskan struktur suatu atom karena
dianggap bertentangan dengan teori elektrodinamika klasik Maxwell.
Dari kelemahan itulah maka Bohr berusaha mengembangkan dan
menyempurnakan teori atom Rutherford dengan menggunakan model
atom nuklir Rutherford dan teori kuantum Planck dan mengajukan
teori atom yang saat ini dikenal dengan sebutan Teori Atom Bohr.
Bentuk dari teori atom Bohr bisa dikatakan seperti peredaran planet
saat mengitari tata surya. Eksperimen yang dilakukan Bohr
menghasilkan elektron-elektron yang mengelilingi inti atom yang
terdiri dari Proton dan Neutron dan di lintasan-lintasan tertentu disebut
dengan kulit elektron atau tingkat energi. Setelah mengelilingi inti
atom, elektron itu bisa berpindah dari satu kulit ke kulit lainnya dengan
penyerapan atau pemancaran dari beberapa energi tertentu.
Inti dari teori atom Bohr dapat disimpulkan menjadi empat inti, yaitu:
1) Elektron mengelilingi atom pada orbit tertentu.
2) Selama berada dalam lintasan, energi elektron tetap sehingga tidak
ada energi yang diserap atau dipancarkan.
3) Elektron hanya bisa berpindah dari satu kulit ke kulit lainnya
dengan menyerap atau memancarkan energi.
4) Lintasan-lintasan yang diperbolehkan elektron adalah lintasan-
lintasan yang mempunyai momentum sudut kelipatan bulat dari
h2π (π=3,14).

Dalam parktiknya, teori atom Bohr memiliki beberapa kelemahan


yaitu:

1) Teori atom ini tidak dapat menerangkan spektrum atom yang lebih
besar daripada hidrogen.
2) Teori atom ini tidak bisa menjelaskan efek Zeeman.
E. Teori Atom Mekanika Kuantum

Teori mekanika kuantum dikembangkan adalah untuk


menyempurnakan teori atom Bohr. Teori mekanika kuantum
disempurnakan oleh Erwin Schrödinger yang merupakan fisikawan
dari Austria dan peraih Nobel Fisika pada tahun 1933. Pengembangan
teori atom modern berdasarkan hipotesis de Broglie. Menurut Louis de
Broglie, berlaku sifat dualisme pada elektron, yaitu elektron bukan
hanya sekadar sebagai partikel, tetapi juga sebagai gelombang. Dengan
kata lain, elektron akan bergerak seperti gelombang dan memiliki
lintasan yang juga merupakan gelombang. Bukan hanya Schrödinger
yang mengembangkan teori atom modern, tetapi ada peneliti yang
bernama Werner Heisenberg. Heisenberg dan Schrödinger bekerja
sama untuk mengembangkan teori atom modern. Teori yang sudah
dikembangkan oleh dua peneliti ini saat ini disebut dengan teori atom
mekanika kuantum.
Jika penelitian yang dilakukan Schrödinger berdasarkan hipotesis de
Broglie maka penelitian Heisenberg berdasarkan pada asas
ketidakpastian Werner Heisenberg. Dari asas ini Heisenberg
menyimpulkan bahwa terdapat suatu keterbatasan dalam menentukan
posisi dan momentum elektron. Teori atom mekanika kuantum bisa
dikatakan sebagai teori paling mutakhir dari beberapa teori atom yang
sudah dikembangkan.

2.2 Partikel Penyusun Atom


Model atom terus berkembang, mulai dari model atom Dalton, Thomson,
Rutherford, hingga Bohr. Di dalam perkembangan teori atom, dinyatakan
bahwa partikel dasar atom terdiri dari proton, elektron, dan neutron.
A. Proton
Proton ditemukan oleh Eugene Goldstein pada tahun 1886. Eugene
Goldstein menemukan proton dengan cara melakukan eksperimen
menggunakan tabung sinar katode (Tabung Cookes).
Anode dan katode dihubungkan dengan sumber arus listrik bertekanan
tinggi. Berdasarkan hasil percobaanya, Goldstein menemukan fakta jika
katode diberi lubang dan diisi gas hidrogen bertekanan rendah, maka has
dibelakang katode akan berflouresensi (berpendar).

Peristiwa ini disebabkan karena radiasi sinar dari anode yang memendar
tersebut. Sinar tersebut dinamakan sinar anode (sinar positif) atau dikenal
juga dengan sinar terusan. Hasil percobaan Goldstein menunjukkan bahwa
sinar katode merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif, dimana
sinar anode bergantung pada jenis gas di dalam tabung.
Goldsten menyimpulkan sifat-sifat sinar anode (sinar positif) sebagai
berikut:
1) Sinar anode merupakan radiasi partikel yang disebut proton
2) Sinar anode jika diuji dengan medan listrik atau medan magnet
(dibelokkan ke kutub negatif) akan menjadi bermuatan positif,
sehingga disebut juga sinar positif.
3) Apabila tabung diisi dengan gas lain, seperti helium, oksigen, dan
nitrogen, akan menghasilkan sinar positif yang berbeda. Hal ini
membuktikan bahwa sinar positif yang dihasilkan tergantung pada
jenis gas dalam tabung.

Goldstein juga memperoleh hasil dari percobaanya bahwa massa 1 atom


proton = 1 sma = 1,67 10 -24 gram dengan muatan 1 proton = +1 = 1,6 x 10 -
19
 C.

B. Elektron
Joseph Jhon Thomson melalui percobaannya pada tahun1897
menemukan elektron. JJ Thomson melakukan percobaan dengan tabung
sinar katode pada tekanan udara sangat rendah Kedua ujung tabung
dipasang plat elektrode yang dihubungkan dengan arus listrik bertegangan
tinggi.
JJ Thomson melakukan percobaan tersebut menggunakan pompa vakum,
sehingga tekanan udara dalam tabung dapat diatur. Apabila tekanan udara
dalam tabung bertekanan rendah, maka gas akan berpijar dan warna yang
dihasilkan tergantung jenis gas dalam tabung.

Jika tekanan gas dalam tabung dibuat semalin kecil, maka tabung menjadi
gelap, tetapi di depan katode (kutub positif) akan berpendar warna hijau.
Perbendaran ini berasal dari radiasi katode menuju anode yang membentur
gelas berpendar dengan warna hijau. Sinar inilah yang selanjutnya disebut
sinar katode.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, maka JJ Thomson membuat
simpulan tentang sifat-sifat sinar katode sebagai berikut:
1) 2Sinar katode dapat dibelokkan oleh medan magnet ke arah positif,
sehingga menunjukkan sinar tersebut bermuatan negatif.
2) Sinar katode tidak tergantung pada bahan elektrodanya, artinya setiap
elektroda dapat memancarkan sinar katode.
3) Sinar katode adalah partikel dasar dari setiap atom, yang selanjutnya
disebut elektron.
Thomson juga berhasil menghitung perbandingan e/m (e = muatan, m =
massa) berdasarkan data banyaknya sinar yang dapat dibelokkan oleh
medan magnet dan energi yang dibawa. Dengan menggunakan
spektrospkopi, maka partikel elektron memiliki perbandingan e/m = -1,76
x 108 C/g.
C. Neutron
Penemuan proton dan elektron ternyata menimbulkan adanya masalah
baru, yaitu massa atom terhimpun semua pada inti atom ternyata tidak
sesuai kenyataan. Pasti ada partikel selain proton dan elektron di dalam
atom, karena massa kedua partikel tersebut sangat kecil. Kecurigaan ini
kemudian membuat beberapa ilmuwan tertarik untuk mencari tahu partikel
lain tersebut.
Penemuan inti atom oleh Rutherford membangkitkan keinginan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut, seperti penelitian yang dilakukan oleh
W. Bothe dan H. Becker. Kedua ilmuwan tersebut melakukan percobaan
dengan menembakkan sinar alfa pada belerium yang dihasilkan dari
radiasi partikel berkekuatan daya tembus sangat tinggi.
Percobaan tersebut kemudian dilanjutkan oleh James Chadwick pada
tahun 1932. Chadwick melakukan percobaan yang dapat membuktikan
bahwa radiasi tersebut merupakan partikel netral (tidak bermuatan) yang
massanya hampir sama dengan proton. Partikel tersebut selanjutnya
dinamakan neutron, yang merupakah salah satu partikel dasar penyusun
atom.
James Chadwick menyimpulkan sifat-sfat neutron dari hasil percobaannya
sebagai berikut:
1) Di dalam medan magnet, neutron tidak dibelokkan ke kutup positif
atau kutup negatif, sehingga neutron bermuatan netral.
2) Massa sinar neutron hampir sama dengan massa sinar anode, yaitu =
1,6728 10-24 gram = 1 sma.

2.3 Struktur Atom

Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dipecah-
pecah lagi dengan metode konvensional. Istilah atom pertama kali
dikemukakan oleh Democritusdan dikukuhkan kembali oleh Dalton, sehingga
dikenal dengan teori dalton. Atom dibangun oleh partikel-partikel subatom,
yaitu elektron, proton, dan neutron. Proton dan neutron berada dalam inti
atom, sedangkan elektron berada disekeliling inti atom. Ketiga macam
partikel subatom ini tergolong partikel dasar penyusun atom, sebab atom-
atom unsur dibentuk dari partikel-partikel tersebut. Massa dan muatan
masing-masing partikel subatom dapat dilihat pada tabel dibawah ini
2.4 Nomor Atom dan Nomor Massa

Partikel subatomik sebagai penyusun dasar dalam atom terdiri dari proton,
elektron, neutron dengan kombinasi tertentu akan membentuk menjadi suatu
unsur sebagai berikut:

A = Nomor Atom
B = Nomor Massa
X = Lambang Unsur
C = Muatan/bilangan oksidasi (biloks)
 Nomor atom (A)

Nomor atom (A) merupakan jumlah proton (muatan positif) atau


jumah elektron dalam atom. Oleh karena atom bersifat netral maka jumlah
proton = jumlah elektronnya. Sehingga nomor atom juga menunjukkan
jumlah elektronnya, dan nantinya merupakan hal yang menentukan sifat suatu
unsur.

 Nomor Massa (B)

Nomor massa (B) merupakan jumlah proton dan neutron. Nomor


massa atau massa atom suatu unsur menyatakan banyaknya proton dan
neutron yang menyusun inti atom suatu unsur.

Nomor Massa (B) = Jumlah Proton + Jumlah Neutron.

 Lambang Unsur (X)


Lambang unsur (X) merupakan susunan suatu unsur netral, contohnya
Oksigen lambang unsurnya (O).

 Muatan/bilangan oksidasi (biloks) (C)

Terdiri dari melepas elektron (positif) dan menangkap elektron atau


bertambah (negatif).

Contoh Soal:

Tentukan jumlah proton, neutron, elektron, dan nomor massa

Jawaban :
Proton = 11
Nomor massa = 23
Neutron = nomor massa – proton = 23 – 11 = 12
Elektron = 11

Jawaban :
Proton = 20
Nomor massa = 40
Neutron = nomor massa – proton = 40 – 20 = 20
Elektron = 20 – 2 = 18

Jawaban :
Proton = 17
Nomor massa = 36
Neutron = nomor massa – proton = 36 – 17 = 19
Elektron = 20 + 1 = 21
2.5 Elektron Valensi
a. Pengertian

Dalam ilmu kimia, elektron valensi adalah elektron pada kelopak terluar
yang terhubung dengan suatu atom, dan dapat berpartisipasi dalam
pembentukan ikatan kimia jika kelopak terluar belum penuh. Dalam ikatan
kovalen tunggal, kedua atom yang berikatan menyeimbangkan satu elektron
valensi untuk membentuk pasangan bersama. Kehadiran elektron valensi
dapat menentukan sifat kimia unsur, seperti valensinya yang menentukan
apakah dapat berikatan dengan unsur lain dan, jika dapat, seberapa cepat dan
seberapa banyak ia dapat berikatan. Untuk unsur golongan utama, elektron
valensi hanya dapat ada di kelopak elektron terluar; pada logam transisi,
elektron valensi dapat juga berada di kelopak dalam.

Sebuah atom dengan kelopak elektron valensi tertutup (sesuai dengan


konfigurasi elektron s2p6) cenderung bersifat lembam secara kimia. Atom
dengan satu atau dua elektron valensi lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk kelopak "tertutup" sangat reaktif karena alasan berikut:

1. Ia memerlukan energi yang relatif rendah (dibandingkan energi kisi)


untuk menghilangkan elektron valensi membentuk ion positif.
2. Karena kecenderungannya untuk mendapatkan maupun menghilangkan
elektron valensi (sehingga membentuk ion negatif), atau untuk berbagi
elektron valensi (membentuk ikatan kovalen).

Serupa dengan elektron pada kelopak bagian dalam, elektron valensi


memiliki kemampuan untuk menyerap maupun melepaskan energi dalam
bentuk foton. Penyerapan energi dapat memicu elektron untuk berpindah
(melompat) ke kelopak yang lebih luar; hal ini dikenal sebagai eksitasi atom.
Atau elektron dapat terlepas dari kelopak valensinya meninggalkan atom; ini
yang disebut sebagai ionisasi membentuk ion positif. Ketika elektron
kehilangan energinya (yang menyebabkan emisi foton), ia dapat berpindah ke
kelopak bagian dalam yang belum terisi penuh.
Tingkat energi valensi sesuai dengan bilangan kuantum utama (n = 1, 2, 3, 4,
5, ...) atau diberi label alfabetis dengan huruf yang digunakan dalam notasi
sinar-X (K, L, M, ...).

b. Jumlah elektron valensi

Jumlah elektron valensi suatu unsur dapat ditentukan berdasarkan


golongan tabel periodik (kolom vertikal) di mana unsur tersebut
dikategorikan. Selain golongan 3–12 (logam transisi), unit digit nomor
golongan menandakan jumlah elektron valensi yang terkait dengan atom
netral suatu unsur yang terdafatar dalam kolom tersebut.

Golongan tabel periodik Elektron valensi


Golongan 1 (I) (logam alkali) 1
Golongan 2 (II) (logam alkali tanah) 2
Golongan 3-12 (logam transisi) 3–12*
Golongan 13 (III) (golongan boron) 3
Golongan 14 (IV) (golongan karbon) 4
Golongan 15 (V) (pniktogen atau golongan nitrogen) 5
Golongan 16 (VI) (kalkogen atau golongan oksigen) 6
Golongan 17 (VII) (halogen) 7
Golongan 18 (VIII or 0) (gas mulia) 8**
* Terdiri dari elektron ns dan (n-1)d. Sebagai alternatif, digunakan hitungan
elektron d [en].
** Kecuali helium, yang hanya memiliki dua elektron valensi.

c. Konfigurasi elektron
Elektron yang menentukan cara atom bereaksi kimia adalah yang
memiliki jarak rata-rata paling jauh dari inti atom; yaitu, yang memiliki
energi terbesar. Untuk unsur golongan utama, elektron valensi didefinisikan
sebagai elektron-elektron yang berada pada kelopak elektron dengan bilangan
kuantum utama, n, tertinggi.[1] Oleh sebab itu, jumlah elektron valensi yang
dimiliki suatu atom, sederhananya, bergantung pada konfigurasi elektronnya.
Sebagai contoh, konfigurasi elektron fosforus (P) adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3
sehingga terdapat 5 elektron valensi (3s2 3p3), sesuai dengan valensi
maksimum untuk P yaitu 5 seperti pada molekul PF5; konfigurasi ini jamak
disingkat sebagai [Ne] 3s2 3p3, dengan [Ne] menunjukkan elektron utama
yang konfigurasinya identik dengan gas mulia neon.

Namun, unsur transisi memiliki tingkat energi (n − 1)d yang sebagian


terisi, yaitu sangat dekat dengan energi tingkat ns .[2] Berlawanan dengan unsur
golongan utama, elektron valensi untuk logam transisi didefinisikan sebagai
elektron yang berada di luar konfigurasi inti gas mulia.[3] Sehingga, secara
umum elektron d pada logam transisi berperilaku sebagai elektron valensi
meskipun mereka tidak berada pada kelopak valensi. Sebagai contoh, mangan
(Mn) memiliki konfigurasi 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5; yang disingkat [Ar] 4s2
3d5, dengan [Ar] menandakan konfigurasi inti yang identik dengan gas mulia
argon. Dalam atom ini, elektron 3d memiliki energi yang mirip dengan
elektron 4s, dan lebih tinggi daripada elektron 3s atau 3p. Akibatnya, terdapat
7 elektron valensi (4s2 3d5) yang mungkin di luar inti seperti argon; ini
konsisten dengan fakta kimia bahwa mangan dapat memiliki tingkat oksidasi
hingga +7 (dalam ion permanganat: MnO−4).

Semakin ke kanan dalam deret logam transisi, semakin rendah energi


elektronnya dalam subkelopak d dan elektronnya semakin kurang bersifat
sebagai elektron valensi. Oleh karena itu meskipun atom nikel secara prinsip
memiliki sepuluh elektron valensi (4s2 3d8), keadaan oksidasinya tidak pernah
lebih dari empat. Untuk seng, subkelopak 3d sudah lengkap dan berperilaku
seperti elektron inti.
Oleh karena sulit memperkirakan jumlah elektron valensi yang
berpartisipasi nyata dalam reaksi kimia, konsep elektron valensi kurang
bermanfaat untuk logam transisi daripada unsur golongan utama; hitungan
elektron d adalah panduan alternatif dalam memahami kimia logam transisi.

d. Reaksi kimia

Jumlah elektron dalam kelopak valensi terluar mengatur perilaku


ikatannya. Oleh karena itu, unsur-unsur yang atomnya memiliki jumlah
elektron valensi yang sama dikelompokkan bersama dalam tabel periodik
unsur kimia. Sesuai aturan umum, unsur golongan utama (kecuali hidrogen
dan helium) cenderung bereaksi untuk membentuk kelopak tertutup, sesuai
konfigurasi elektron s2p6. Kecenderungan ini disebut aturan oktet, karena
masing-masing atom yang berikatan memiliki delapan elektron valensi
termasuk elektron yang digunakan bersama.

Unsur logam yang paling reaktif adalah logam alkali Golongan 1


(misalnya, natrium atau kalium); hal ini karena atom golongan ini hanya
memiliki elektron valensi tunggal; selama pembentukan ikatan ionik yang
menyediakan energi ionisasi yang diperlukan, satu elektron valensi ini mudah
sekali dilepaskan membentuk ion positif (kation) dengan kelopak tertutup
(misalnya Na+ atau K+). Logam alkali tanah Golongan 2 (misalnya
magnesium) kurang reaktif (dibandingkan logam alkali), karena masing-
masing atom harus kehilangan dua elektron valensi untuk membentuk kation
dengan kelopak tertutup (misalnya Mg2+).

Dalam masing-masing golongan (kolom tabel periodik) logam,


semakin ke bawah reaktivitas semakin meningkat (dari unsur ringan ke unsur
yang lebih berat), karena unsur yang lebih berat memiliki kelopak elektron
lebih banyak daripada unsur yang lebih ringan; elektron valensi unsur yang
lebih berat berada pada bilangan kuantum utama yang lebih tinggi (mereka
lebih jauh dari inti atom, sehingga energi potensialnya juga lebih tinggi, yang
berarti kurang terikat kuat).
Atom nonlogam cenderung untuk menarik elektron valensi tambahan
agar kelopak valensinya terisi penuh; hal ini dapat dicapai melalui salah satu
dari dua cara berikut: Sebuah atom dapat berbagi elektron dengan atom
tetangganya (membentuk ikatan kovalen), atau menarik elektron dari atom
lain (membentuk ikatan ionik). Unsur nonlogam yang paling reaktif adalah
halogen (misalnya fluor (F) atau klorin (Cl)). Atom semacam ini memiliki
konfigurasi elektron s2p5; ini hanya memerlukan satu elektron valensi
tambahan untuk membentuk kelopak tertutup. Untuk membentuk ikatan
ionik, atom halogen dapat menarik elektron dari atom lain membentuk suatu
anion (misalnya, F−, Cl−, dll.). Untuk membentuk ikatan kovalen, satu
elektron dari halogen dan satu elektron dari atom lain membentuk pasangan
bersama (misalnya, dalam molekul H–F, garis mewakili elektron valensi yang
digunakan bersama, satu dari H dan satu dari F).

Dalam setiap golongan nonlogam, semakin ke bawah (dari unsur


ringan ke unsur berat) dalam tabel periodik, reaktivitas semakin menurun
karena elektron valensi mengalami peningkatan energi secara progresif
sehingga kurang terikat kuat. Faktanya, oksigen (unsur paling ringan dalam
Golongan 16) adalah nonlogam paling reaktif setelah fluorin, meskipun
oksigen tidak termasuk halogen, karena kelopak valensi halogen berada pada
bilangan kuantum utama yang lebih tinggi.

Dalam kasus sederhana ini di mana aturan oktet dipatuhi, valensi


suatu atom sama dengan jumlah elektron yang diperoleh, hilang, atau
digunakan bersama untuk membentuk oktet yang stabil. Namun, banyak juga
molekul yang menyimpang dari aturan oktet, sehingga valensinya tidak dapat
didefinisikan dengan jelas.

e. Konduktivitas listrik

Elektron valensi juga bertanggung jawab terhadap konduktivitas


listrik suatu unsur; akibatnya, unsur dapat diklasifikasikan sebagai logam,
nonlogam, atau semikonduktor (atau metaloid).
Unsur logam umumnya memiliki konduktivitas listrik yang tinggi
ketika berada dalam keadaan padat. Pada masing-masing baris tabel periodik,
logam terletak di sebelah kiri nonlogam, sehingga logam memiliki lebih
sedikit elektron valensi yang mungkin daripada nonlogam. Namun, elektron
valensi atom logam memiliki energi ionisasi kecil, dan dalam keadaan padat
elektron valensi ini relatif bebas meninggalkan satu atom untuk bergabung
dengan atom lain di dekatnya. Elektron "bebas" semacam ini dapat
dipindahkan di bawah pengaruh medan listrik, dan gerakannya mengandung
arus listrik; ia bertanggung jawab terhadap konduktivitas listrik logam.
Tembaga, aluminium, perak, dan emas adalah contoh konduktor yang baik.

Unsur nonlogam memiliki konduktivitas listrik rendah; ia bertindak


selaku isolator. Unsur semacam ini dapat dijumpai di sebelah kanan tabel
perodik, dan memiliki kelopak valensi sekurang-kurangnya setengah penuh
(terkecuali boron). Energi ionisasinya besar; elektron tidak dapat
meninggalkan atom dengan mudah ketika diberi perlakuan dengan medan
listrik, sehingga unsur semacam ini sangat kecil menghantarkan arus. Contoh
isolator unsur padat adalah intan (suatu alotrop karbon) dan belerang.

Senyawa padat yang mengandung logam dapat juga merupakan


isolator jika elektron valensi atom logam digunakan untuk membentuk ikatan
ionik. Misalnya, meskipun unsur natrium adalah suatu logam, natrium klorida
padat adalah isolator, karena elektron valensi natrium ditransfer kepada klorin
untuk membentuk ikatan ionik, sehingga elektron tidak dapat bergerak bebas.

Semikonduktor memiliki konduktivitas listrik di antara logam dan


nonlogam; suatu semikonduktor juga berbeda dari logam dalam hal
konduktivitas semikonduktor yang meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
Unsur semikonduktor yang umum adalah silikon dan germanium, masing-
masing atom mempunyai empat elektron valensi. Sifat semikonduktor dapat
dijelaskan dengan baik menggunakan teori pita, sebagai konsekuensi dari
kesenjangan energi yang kecil antara pita valensi (yang mengandung elektron
valensi pada nol mutlak) dan pita konduksi (tujuan eksitasi elektron valensi
karena energi termal).
Contoh soal:

Tentukan jumlah proton, neutron, dan elektron yang terdapat pada:

Jawaban:

Diketahui:

Z = 11

A = 23

Muatan = + 1

Ditanya:

Jumlah proton

Jumlah neutron

Jumlah elektron

Jawaban:

Jumlah proton = Z = 11

Jumlah neutron = A - Z = 23 - 11 = 12

Jumlah elektron = jumlah proton - muatan = 11 - 1 = 10

2.6 Isotop, Isobar, dan Isoton


a. Pengertian Isotop
Pertama adalah membahas mengenai isotop. Isotop diketahui berasal dari
bahasa Yunani, yakni dari kata isos yang artinya “sama” dan kata topos yang
artinya “tempat”. Dilihat dari asal katanya, isotop kemudian bisa diartikan
sebagai sebuah unsur yang memiliki nomor atom sama dengan massa yang
berbeda. Perbedaan pada massa dan nomor ini dikarenakan jumlah muatan
yaitu proton dan neutron yang berbeda. Jadi, jika di alam atau di suatu
lingkungan ada unsur yang massanya berbeda maka dipastikan jumlah proton
dan neutron tidak sama atau tidak seimbang.
Unsur yang ada di alam bisa tergolong ke dalam isotop, ketika memiliki
massa dan nomor atom yang berbeda. Isotop kemudian menentukan sifat
kimia dari unsur di alam tersebut. Saat unsur-unsur isotop ini saling bertemu
maka akan membentuk suatu unsur dengan sifat kimia yang lebih khas. Isotop
yang terdapat di alam pertama kali diketahui dimiliki oleh unsur hidrogen.
Pada hidrogen kandungan atau kadar isotop kemudian berbeda-beda karena
memiliki massa dan nomor atom yang berbeda tadi. Berikut jenis isotop pada
hidrogen yang dimaksud:
 Isotop pada Hidrogen
Pertama, adalah isotop pada hidrogen yang memiliki 1 proton dan
kemudian tidak memiliki neutron. Sehingga isotop yang ada di alam pada
beberapa unsur memang tidak memiliki neutron. Apabila dijumpai maka
termasuk kategori hidrogen.
 Isotop pada Deuterium
Deuterium merupakan jenis isotop yang mengandung atau memiliki 1
proton dan juga 1 neutron. Sifatnya kemudian lebih netral karena ada
keseimbangan jumlah antara proton dengan neutron.
 Isotop pada Tritium
Merupakan jenis isotop yang memiliki 1 proton dan 2 neutron. Sehingga
setiap unsur yang memiliki jumlah seperti ini akan dikategorikan ke dalam
tritium.
Contoh Unsur Isotop
Sedangkan untuk contoh dari isotop sendiri tentu sangat beragam karena
terbagi menjadi tiga jenis di atas. Masyarakat umum bisa mengenal unsur
isotop tertentu karena sering digunakan untuk berbagai kebutuhan. Contohnya
adalah:
 Hidrogen,
 Helium,
 Karbon,
 Nitrogen,
 Oksigen,
 Besi,
 Belerang,
 Klorin,
 Neon, dan juga
 Natrium.
b. Pengertian Isobar
Pembahasan yang kedua adalah mengenai isobar, isobar merupakan
kebalikan dari isotop. Isobar merupakan unsur di alam yang memiliki nomor
atom berbeda namun memiliki massa yang sama. Jika diamati di dalam tabel
periodik, unsur isotop memiliki atom dalam posisi yang sama. Sementara pada
isobar tidak, karena setiap unsur isobar di dalam tabel periodik memiliki atom
atau tempat yang berbeda. Satu-satunya persamaan pada unsur isobar adalah
pada massa unsur tersebut. Sehingga nomor atomnya berbeda dan letak setiap
unsur isobar di tabel periodik tidak selalu berada di satu baris atau satu
golongan yang sama. Hal ini terjadi karena massa yang berbeda tadi.
Contoh Unsur Isobar
Di alam tentu ada banyak unsur kimia yang termasuk ke dalam jenis
isobar. Unsur pada isobar tidak selalu memiliki sifat yang sama, hal ini juga
dipengaruhi oleh massa yang berbeda pada atomnya. Ada banyak sekali jenis
isobar di sekitar kita, dan berikut adalah beberapa contoh yang terbilang
familiar:
 Hidrogen dan helium,
 Karbon dan Nitrogen, dan juga
 Natrium dan Magnesium.
Massa pada atom unsur isobar ditunjukan oleh angka di bagian atas pada
setiap unsur. Contohnya adalah pada Natrium dan Magnesium, maka
penulisan unsurnya dalam ilmu Kimia maupun Fisika adalah sebagai berikut:
Contoh Unsur Isobar

Angka 24 di depan nama unsur menunjukan massa dari unsur tersebut, dan
memiliki nilai yang yang sama. Pada Natrium ada massa 24 dan begitu juga
pada Magnesium. Jadi, jika memperhatikan tabel periodik dan menjumpai
unsur atom dengan massa yang sama. Maka unsur ini sudah termasuk ke
dalam isobar.

c. Pengertian Isoton
Pembahasan terakhir adalah mengenai isoton. Isoton diketahui sebagai
unsur yang di dalam inti atomnya memiliki jumlah nomor massa dan dan
nomor atom yang berbeda. Sehingga unsur isoton ini pada bagian inti atom
akan memiliki neutron yang sama. Akan tetapi jumlah protonnya berbeda.
Dalam situs zenius.net dijelaskan, bahwa isoton adalah sebuah atom yang
memiliki nomor atom dan nomor massa berbeda namun memiliki jumlah
neutron yang sama. Perbedaan pada jumlah proton inilah yang membuat
nomor atom maupun nomor massa pada unsur isoton berbeda. Adapun
letaknya pada tabel periodik sama seperti isobar, yakni tidak selalu terletak di
satu golongan yang sama. Perbedaan ini kemudian membuat setiap unsur
memiliki perbedaan yang khas di alam.
Contoh Unsur Isoton
Adapun contoh-contoh unsur dari isoton ini juga beragam, bisa dilihat
semuanya di tabel periodik. Berikut beberapa diantaranya:
 Hidrogen dan Helium, yang nomor dan massa atom berbeda namun
sama-sama memiliki 2 neutron pada inti atom.
 Kalium dan Kalsium, yang jumlah neutronnya sama-sama ada 20.
 Nitrogen dan Karbon yang memiliki neutron berjumlah 7.
 Natrium dan Magnesium yang kemudian diketahui sama-sama
memiliki neutron berjumlah 12.
 Argon dan Kalsium yang jumlah neutronnya sama-sama 22.
d. Perbedaan Isotop Isobar dan Isoton
Melalui penjelasan di atas maka bisa ditemukan sejumlah perbedaan antara
unsur isoton, isotop, dan juga isobar. Perbedaan paling mencolok adalah dari
segi definisi yang menunjukan jumlah nomor atom dan nomor massa di
masing-masing unsur. Berikut rangkumannya:
- Isotop adalah atom-atom yang memiliki nomor atom sama tetapi berbeda
nomor massanya.
- Isobar adalah atom yang mempunyai nomor atom berbeda tetapi memiliki
nomor massa yang sama.
- Isoton adalah atom yang mempunyai nomor atom dan nomor massa
berbeda tetapi memiliki jumlah neutron yang sama.
Dalam dunia Kimia, pembahasan mengenai atom kemudian membahas
mengenai persaudaraan antara beberapa unsur. Unsur yang memiliki jumlah
neutron yang sama merupakan satu saudara, disebut sebagai isoton.
Sedangkan unsur yang inti atomnya memiliki nomor atom sama dan nomor
massa yang berbeda nantinya akan saling bersaudara. Disebut sebagai isotop.
Setiap atom yang bersaudara akan memiliki karakter yang sama. Namun tidak
selalu berada di golongan yang sama dalam tabel periodik (Pujianti).

2.7 Kasus teori atom dan solusi


BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa teori atom mengalami perkembangan yang
sangatlama dengan perlahanlahan yakni dari teori atom Dalton hingga teori
atom mekanika kuantum dan sampai sekarang yang masih terus dilakukan
penelitian. Teori atom berkembang mulai dari teori yang paling sederhana
yang kemudian berkembang secara perlahan dengan berdasar kelemahan
teori tersebut hingga sampai saat ini yang teorinya benarbenar terperinci dan
cukup komplek.

3.2 Saran
Sebuah ilmu di dunia tidak ada yang tidak mungkin. Untuk
mempertahankan sebuah pendapat kita dalam ilmu pengetahuan tidak bisa
hanya dengan dengan duduk diam saja. Tetapi buktikan ilmu tersebut supaya
kita tidak dianggap sebagai pengecut. Suatu konsepsains bisa saja berubah
ketika ada penemuan baru dengan dasar bahwa konsep yang telahditemukan
sebelumnya harus tetap berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2020, Oktober 12). 3 Partikel Dasar Penyusun Atom. Retrieved from
amongguru: https://www.amongguru.com/3-partikel-dasar-penyusun-
atom-proton-elektron-neutron/
Ahmad. (n.d.). Perkembangan Teori Atom dan Tokoh-Tokohnya. Retrieved from
Gramedia: https://www.gramedia.com/literasi/perkembangan-teori-atom/

1. Petrucci R.H., Harwood W.S. and Herring F.G., General Chemistry (8th edn,
Prentice-Hall 2002), p.339.
2. THE ORDER OF FILLING 3d AND 4s ORBITALS. chemguide.co.uk
3. Miessler G.L. and Tarr, D.A., Inorganic Chemistry (2nd edn. Prentice-Hall
1999). p.48.
https://dosenpintar.com/5-contoh-isotope-isobar-dan-isoton/
https://www.zenius.net/prologmateri/kimia/a/1139/isobar
https://kumparan.com/kabar-harian/pengertian-isotop-dan-jenis-jenisnya-yang-
berhubungan-dengan-atom-1xHngvgK5ri/1
https://www.academia.edu/34644270/
MAKALAH_STRUKTUR_ATOM_and_SISTEM_PERIODIK_UNSUR_COVE
R_Diajukan_untuk_Memenuhi_Tugas_Mandiri
https://iup-ugm.com/struktur-atom/
https://www.zenius.net/blog/materi-kimia-struktur-atom
https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-partikel-dan-notasi-atom

Anda mungkin juga menyukai