Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam
makalah ini Penulis dapat menyelesaikan makalah Fisika Modern yang berjudul
“Konfiigurasi Elektron Pada Atom” ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Makalah ini telah penulis susun dengan semaksimal
mungkin. Penulis juga berterima kasih kepada bapak DRs. Nyoman Rohadi, M.
SC selaku Dosen pengampu mata kuliah Fisika Modern yang telah memberikan
tugas ini kepada Penulis.

Melalui pengantar ini Penulis lebih dulu mohon maaf apabila di dalam isi
makalah terdapat kekurangan dan tulisan yang kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fisika Modern
terkhusus “Konfiigurasi Elektron Pada Atom”.
Dengan ini Penulis mempersembahkan makalah ini dengan rasa terima
kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat. Terimakasih

Pematang Siantar, 26 oktober 2022

Penulis,

DAFTAR ISI

i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Atom, Elektron Dan Konfigurasi Elektron Pada Atom.............................................3
2.2 Konfigurasi Elektron.................................................................................................9
2.2.1 Aturan Aufbau.....................................................................................................9
2.2.2 Kaidah Hund.....................................................................................................10
2.2.3 Asas Larangan Pauli..........................................................................................11
2.3 Jenis Konfigurasi Elektron.......................................................................................12
2.3.1 Konfigurasi Kulit...............................................................................................12
2.3.2 Konfigurasi Tingkat Energi...............................................................................13
2.3.3 Konfigurasi Kestabilan......................................................................................14
2.3.4 Konfigurasi Singkat (Gas Mulia)......................................................................14
2.3.5 Konfigurasi Ion.................................................................................................16
2.4 Bentuk Orbital atom.................................................................................................16
2.4.1 Orbital s.............................................................................................................16
2.4.2 Orbital p............................................................................................................17
2.4.3 Orbital d............................................................................................................17
2.4.4 Orbital f.............................................................................................................18
2.5 Bilangan Kuantum...................................................................................................18
2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (N)..........................................................................18
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L).........................................................................19
2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m).....................................................................20
2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (S)..............................................................................21
BAB III PENUTUP............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................22

DAPUS.............................................................................................................................. 23

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala sesuatu benda dalam alam ini mempunyai unsur dan partikel dalam
penyusunannya. Suatu zat atau benda memiliki beberapa partikel dalam menyusun
dirinya, mulai dari partikel dalam ukuran makro hingga partikel yang berukuran
mikro. Dalam partikel berukuran mikro, zat-zat itu akan tersusun atas partikel
yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Partikel itulah
yang disebut dengan atom.
Atom berasal dari kata atomos (dalam bahasa Yunani a = tidak, tomos =
dibagi), jadi atom merupakan partikel yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Menurut
Dalton konsep atom ini tidak bertentangan dengan Hukum Kekekalan Massa dan
Hukum Kekekalan Energi, sehingga Dalton membuat teori tentang atom yang
salah satunya adalah materi tersusun atas partikel-partikel terkecil yang tidak dapat
dibagi lagi. Tetapi konsep atom Dalton belum memuaskan para ilmuwan pada
masa itu. Ditemukannya elektron, proton, neutron, dan radioaktivitas dalam atom
menyebabkan timbulnya teori baru tentang atom. Mulai dari teori atom Thomson,
Rutherford, Bohr, dan Mekanika Kuantum. Atom atom ini juga memiliki
konfigurasi elektron yang mana adalah susunan elektron pada atom atau molekul
di orbital atom atau molekulnya.
Dan untuk lebih memahami lebih jelas mengenai konfigurasi elektron pada atom
ini maka dalan makalah ini akan dijelaskan lebih mendalam mengenai struktur
atom, elektron dan konfigurasi elektron pada atom, aturan Aufbau, Kaidah Hund,
Larangan Pauli, jenis konfigurasi elektron, bentuk Orbital atom, serta bilangan
Kuantum.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Penemuan Elektron?
2. Bagaimana Konfigurasi Elektron ?
3. Apa saja jenis konfigurasi elektron ?
4. Bagaimana bentuk Orbital atom?
5. Jelaskan mengenai bilangan Kuantum ?

1.3 Tujuan
1. Dapat memahami struktur atom, elektron dan konfigurasi elektron pada
atom.
2. Dapat menjelaskan mengenai aturan Aufbau.
3. Dapat menjelaskan mengenai Kaidah Hund.
4. Dapat menjelaskan mengenai Larangan Pauli.
5. Dapat memahami apa saja jenis konfigurasi elektron.
6. Dapat menjelaskan bentuk Orbital atom.
7. Dapat menjelaskan mengenai bilangan Kuantum.
8. Dapat mengetahu Pengecualian Konfigurasi Elektron.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Atom, Elektron Dan Konfigurasi Elektron Pada Atom


Sebelum partikel dasar atom (elektron, proton, dan neutron) ditemukan
seorang ilmuan Inggris yang bernama John Dalton pada tahun 1804
membuat teori tentang struktur suatu materi. Teori tersebut dikenal sebagai
teori atom Dalton yang berbunyi sebagai berikut.
1. Suatu zat tersusun dari suatu partikel sangat kecil yang tidak dapat dibagi
lagi, yaitu atom.
2. Atom dari suatu unsur yang sama adalah identik dan memiliki berat,
ukuran, serta bentuk yang sama, tetapi berbeda dari atom-atom unsur
lain.
3. Atom suatu unsur bersifat permanen dan tidak dapat diuraikan.
4. Suatu senyawa terbentuk dari penggabungan dua atau lebih atom unsur.

Dengan teori tersebut, Dalton dapat menerangkan hukum kekekalan


massa. Karena menurut teori tersebut atom bersifat permanen dan tidak
terdekomposisi. Dalam reaksi kimia tidak akan ada perubahan massa atom.
Reaksi kimia terjadi karena adanya pengaturan penggabungan atom-atom.
Pengaturan penggabungan tersebut menghasilkan zat baru yang sifatsifatnya
berbeda dengan zat-zat sebelumnya yang selanjutnya disbut molekul.
Molekul dapat tersusun dari atom-atom yang identik dan dapat tersusun pula
dari atom-atom yang berbeda. Sebagai contoh, atom hidrogen (H) bergabung
dengan atom klorin (Cl) membentuk molekul HCl, atomatom H bergabung
membentuk molekul hidrogen (H2), dan atom-atom klorin (Cl) bergabung
membentuk molekul klorin (Cl2).
Dalam perkembangannya, isi teori atom Dalton tidak semuanya
benar. Ternyata atom masih dapat dibagi lagi menjadi partikel yang lebih
kecil (partikel subatomik). Partikel subatomik itu antara lain elektron,
proton, dan neutron. Penemuan adanya elektron dalam suatu unsur
menyempurnakan teori atom dalton. Ternyata dalam atom terdapat partikel

3
kecil dan bermuatan negatif, yaitu elektron. Berdasarkan penemun elektron,
j.j. Thomson (1904) mengemukakan atomnya sebagai berikut:

Atom merupakan suatu bola yang bermuatan positif. Di


tempattempat tertentu terdapat elektron yang bermuatan negatif. Jumlah
muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif.

Gambar 2. 1 Model atom Thomson

Eksperimen yang menunjukkan adanya inti atom Pada tahun 1909,


Ernest Ruther Ford melakukan eksperimen dengan menambahkan partikel
alfa (α) pada suatu lempeng logam yang tipis sekali. Adanya partikel alfa
(partikel alfa merupakan inti helium bermuatan positif) yang dihamburkan
menujukkkan bahwa seluruh muatan positif dan hampir seluruh massa atom
terkonsentrasi pada pusat atom yang disebut inti atom. Berdasarkan
penemuan elektron dan inti atom Rutherford mengemukakan teorinya
sebagai berikut :

Atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif
hampir seluruh massa atom terpusat pada inti. Elektron mengelilingi inti
atom dalam orbit tertentu pada jarak yang relatif besar dari inti. Karena
atom bersifat netral, jumlah elektron didalam atom sama dengan jumlah
muatan inti atom.
Menurut tata cara penulisan internasional IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry) ada empat tempat disetiap lambang
unsur (a b c d):

4
a Zc
b
d
Z = lambang unsur a = nomor atom = jumlah
proton = jumlah elektron b = nomor masa =
jumlah proton + neutron c = muatan ion d =
jumlah atom

Model atom Rutherford mempunyai kelemahan karena bertentangan dengan


hukum fisika dari Maxwell. Jika partikel bermuatan (elektron) bergerak
mengelilingi inti atom, terjadilah pemancaran energi yang berupa gelombang
elektromagnetik. Hal ini menyebabkan tingkat energi elektron menjadi
makin berkurang dan gaya tarik inti lebih besar daripada gaya tolak inti.
Akibatnya, lintasan elektron makin kecil dan akhirnya elektron jatuh ke inti.
Pada keyataanya, elektron tidak bergabung dengan inti dan atom bersifat
stabil. Kelemahan model Ruterford berhasil diperbaiki oleh Neils Bohr
(1913). Neils bohr mengemukakan teori atomnya yang bertitik tolak pada
anggapan berikut:
1. Elektron dalam mengelilingi inti atom berada pada tingkat energi atau
lintasan tertentu yang disebut kulit atom. Dengan demikian, elektron
berada pada tingkat energi tertentu. Tingkat energi yang paling rendah
adalah tingkat energi yang paling dekat inti atom dan disebut tingkat
energi pertama (kulit K). tingkat energi kedua berada lebih luar dari
tingkat energi pertama (kulit L). tingkat energi berikutnya berada lebih
luar lagi (kulit M,N,O dan seterusnya).
2. Selama elektron bergerak dalam lintasannya, elektron tidak
memancarkan energinya dalam bentuk radiasi.
3. Elektron dapat pindah dari tingkat energi (lintasan) yang rendah (dekat
dengan inti atom) ketingkat energi (lintasan) yang lebih tinggi (jauh dari
inti) jika menyerap energi disebut absorbsi sebaliknya, elektron dapat
melepaskan energi jika pindah dari tingkat energi ketingkat energi yang
lebih rendah.

5
Gambar 2. 2 Model Atom Bohr

Banyanya elektron maksimum yang ada di setiap kulit atom


dirumuskan = 2n2, n= nomor kulit atom (nilai n= 1, 2,3, 4,..). berdasarkan
rumus tersebut, jumlah elektron maksimum pada setiap kulit atom dapat
dihitung seperti ditunjukan dalam tabel 2.1

Tabel 2. 1 banyaknya elektron maksimum pada setiap kulit atom

Pengisian elektron selalu dimulai dari tingkat energi yang paling


rendah (dekat dengan inti), yaitu kulit K, kemudian baru tingkat energi (kulit
atom) berikutnya. Banyaknya elektron yang terdapat pada kulit terluar
disebut elektron valensi. Tunjukkan mana yang dimaksud elektron valensi
dari atom-atom pada tabel 2.2.

6
Tabel 2. 2 distribusi elektron beberapa atom
Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Keadaan elektron paling
stabil dicapai apabila elektron berada dalam keadaan dasar, yaitu pada
keadaan energi terendah. Dengan demikian, dapat dibayangkan penyusunann
elektron atau konfigurasi elektron dimulai dari orbital yang tingkat energinya
paling rendah, kemudian meningkat keorbital yang tingkat energinya lebih
tinggi. Begitu seterusnya hingga banyaknya elektron yang ditambahkan
sama dengan umur atomnya pauli menyebut proses penyusunan elektron
dengan cara tersebut sebagai prinsip aufbau (aufbau istilah jerman yang
berarti “penyusunan”).
Pada orbital-orbital setingkat terisi elektron sebagian maka atom
tersebut akan berada pada keadan energi terendah jika elektron menempati
orbital setingkat yang berbeda untuk memungkinkan memiliki bilangan
kuantum spin yang sama. Dengan demikian, dalam keadan dasar (ground
state) :
Elektron-elektron yang menempati orbital setingkat akan berada pada
keadan spin yang sama.
Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Hund (Friedrich
hund,1896).

7
Pada saat elektron-elektron dalam keadaan dasar disusun pada suatu
atom, tampak bawah pengisian elektron dimulai dari tingkat energi yang
paling rendah (1s) ke tingkat energi yang paling tinggi. Contohnya,
pengisian elektron pada atom Oksigen. Delapan elektron menempati tingkat
energi paling rendah : 2 elektron menempati orbital 1s, 2 lektron menempati
orbital 2s, 2 elektron dengan spin berlawanan menempati orbital 2p x, 1
elektron menmpati orbital 2py, dan satu elektron menempati orbital 2p z
dengan arah spin yang sama dengan elektron pada 2py.

Contoh konfigurasi elektron atom 11Na Fe Ca, 26 , 20 pengisian dimulai

dari tingkat energi terendah, kemudia ke tingkat energi yang lebih tinggi.

11Na s s p s:1 22 22 63 1 /Ne s3

1
Ca s s p s s:1 22 22 63 64 2 /Ar

s4 2
20

Fe s s p s s d:1 2222 63 64 23 6 /Ar s s4 23 6


26

Konfigurasi unsur golongan I B dan VI B sedikit menyimpang dari


umumnya, misalnya Cr24 dan Cu29 .

Cr s s p s p d s:1 22 2 63 3263 54 1 bukan Cr s s p s p d


2

s:1 22 2 3 32
2 6
3 4
6 4 2

24 24

Cu s s p s p d:1 22 2
2 63 3263 104s1bukan Cu s s p s p d
s:1 22 2 3 32
2 6
3 4
6 9 2

29 29

Dari contoh konfigurasi elektron Cr dan Cu , tampak bawah orbital


yang terisi setengah penuh (orbital d terisi 5 elektron) atau penuh (orbital d
terisi 10 elektron) lebih stabil daripada yang tidak setengah penuh.

8
2.2 Konfigurasi Elektron
2.2.1 Aturan Aufbau
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat dengan
inti atom. Makin jauh dari inti, makin tinggi tingkat energinya. Elektron
menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang terendah, dimulai
dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit. Untuk memudahkan
mengingat tingkatan energi orbital dan urutan pengisian elektronnya disusun
seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar 2. 3 Urutan tingkat energi subkulit

Misalnya kita akan menuliskan konfigurasi elektron mulai dari unsur boron
ke neon yang sama-sama memiliki subkulit 2p 1. B (Z = 5) konfigurasinya 1s 2
2s2 2p1
2. C (Z = 6) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
3. N (Z = 7) konfigurasinya 1s2 2s2 2p3
4. O (Z = 8) konfigurasinya 1s2 2s2 2p4
5. F (Z = 9) konfigurasinya 1s2 2s2 2p5
6. Ne (Z = 10) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
Ada beberapa pengecualian dalam pola konfigurasi elektron.
Contohnya ada 2 unsur pada 40 unsur pertama, yaitu Cu dan Cr Dalam
memenuhi aturan Afbau seharusnya konfigurasi elektronnya ialah seperti
berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s2 3d4
Cu (Z = 29): [Ar] 4s2 3d9

9
Penentuan Konfigurasi elektron sesungguhnya yang terjadi ada sedikit
perbedaan di beberapa sub kulit terluar. Lihat pada tabel berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s1 3d5
Cu (Z = 29): [Ar] 4s1 3d10
Dapat kita lihat bahwa ada perpindahan 1 elektron dari orbital 4s ke
orbital 3d, meskipun sebenarnya orbtal 3d ini memiliki energi yang lebih
tinggi daripada orbital 4s.
Hal ini terjadi karena dengan berpindahnya elektron dari orbtital 4s ke
orbital 3d akan menyebabkan meningkatkan kestabilan unsur. Akan lebih
jelas kalau kita beri contoh gambarnya sebagai beikut:

Gambar 2. 4 Perpindahan elektron dari orbital

2.2.2 Kaidah Hund


Aturan Hund diajukan oleh Seorang ilmuwan yang bernama
Friedrick Hund pada Tahun 1930. Jika ada orbital dengan tingkat energi
yang sama, konfigurasi elektron dengan energi terendah adalah dengan
jumlah elektron tak berpasangan dengan spin paralel yang paling banyak.
Untuk memperlihatkan distribusi susunan elektron-elektron pada
orbital-orbital di dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron ditulis dalam
bentuk diagram orbital. Orbital diberi gambar dalam bentuk kotak,
sedangkan elektron yang mengisi orbital di gambarkan seperti bentuk dua
anak panah berlawanan arah. Seandainya orbital hanya mengandung satu
elektron saja, anak panah yang ditulis harus mengarah ke arah atas.

10
Aturan hund didasarkan pada data valin spektroskopi atom. Atruan
ini mengikat bahwa:
Proses pengisian elektron ke dalam orbital pertama kali akan
mengisi semua orbital dengan tingkat energi yang sama terlebih dahulu
sebelum memasangkan dengan elektron lain di orbital yang setengah penuh.
Jadi tidak boleh mengisi langsung dua elektron pada satu orbital yang sama.
Contoh:
Konfigurasi elektron pada unsur Nitrogen (Z=7) adalah 1s2 2s2 2p3 maka
pengisian elektron pada orbitalnya yang tepat adalah

Gambar 2. 5 Aturan Hund

2.2.3 Asas Larangan Pauli


Konfigurasi elektron ini pertama kali muncul saat Niels Bohr,
mengajukan teori pada sekitar tahun 1923, bahwa periodisitas pada sifatsifat
unsur kimia dapat dijelaskan oleh struktur elektronik atom yang
bersangkutan. Teori ini didasarkan pada sebuah model atom Bohr, yakni
Pada saat itu, Bohr telah mencetuskan teori konfigurasi elektron yang
memang sangat berbeda dengan yang ada sekarang ini. Banyak sekali
kelemahan yang menyebabkan konfigurasi elektron Bohr ini tidak di
gunakan lagi yaitu salah satunya adalah sistem konfigurasi atom Bohr ini
tidak dapat menjelaskan tentang perubahan-perubahan spektra atom dalam
sebuah medan magnet. Sistem konfigurasi elektron Bohr ini kemudian di
kaji ulang oleh ilmuan yaitu Wolfgang Pauli sehingga kemudian tercetuslah
sebuah teori yang disebut larangan pauli.
Aturan ini di utarakan oleh Wolfgang Pauli pada 1926. Tidak ada dua
elektron dalam satu atom yang memiliki keempat bilangan kuantum yang
sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang memiliki spin
yang berlawanan. Aturan larangan pauli ini menyatakan bahwa tidak akan
pernah ada dua elektron yang memiliki 4 bilangan kuantum yang sama.
Mungkin tiga bilangan kuantum pertama (n,l, dan m) masih bisa sama tapi

11
bilangan quantumnya tetap tidak bisa sama semua karena dalam satu kotak
orbital tunggal dapat menampung hingga dua elektron yang berputar saling
berlawanan. Satu elektron berputar ke atas (ms = +1/2) dan elektron lain
berputar ke bawah (ms=-1/2). Dengan adanya larangan pauli ini maka
masing-masing subkulit hanya memiliki 2 elektron dalam tiap orbitalnya.
• Sub Kulit s memiliki 1 orbital yang bisa menampung 2 elektron.
• Sub Kulit p memiliki 3 orbital yang bisa menampung 6 elektron  Sub
Kulit d memiliki 5 orbital yang mampu menampung 10 elektron.
• Sub Kulit f memiliki 7 orbital yang mempu menampung 14 elektron.

Contoh:
Misalnya pada subkulit 1s, pada subkulit tersebut maksimal 2 elektron.
Kedua elektron tersebut memiliki bilangan kuantum utama, kuantum
azimuth, dan kuantum magnetik yang sama yaitu
Kuantum Utama (n) = 1
Kuantum Azimut (l) = 0
Kuantum Magnetik (m) = 0
Akan tetapi untuk bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Satu
elektron punya kuantum spin +1/2 dan satunya punya bilangan kuantum spin
-1/2.

Gambar 2. 6 larangan pauli

2.3 Jenis Konfigurasi Elektron


2.3.1 Konfigurasi Kulit
Konfigurasi elektron adalah penataan elektron ke dalam kulit dan
subkulit atom. Sesuai pengertiannya, ada dua cara penulisan
konfigurasi elektron, yaitu berdasarkan kulit atom dan subkulit atom.

12
Konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom hanya berlaku untuk
unsur golongan utama, yaitu unsur golongan IA sampai VIIIA.
Jumlah elektron maksimum yang bisa ditampung oleh kulit atom
adalah 2n², dimana n adalah kulit ke-n. Kulit ke-1 dinamakan kulit K,
kulit ke-2 dinamakan kulit L, dan seterusnya sesuai dengan urutan
angka dan abjad.
Kulit K maksimum berisi 2 elektron
Kulit L maksimum berisi 8 elektron
Kulit M maksimum berisi 18 elektron
Kulit N maksimum berisi 32 elektron
Kulit O maksimum berisi 50 elektron
Dan seterusnya.
Berikut cara menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom.
1. Isikan elektron ke dalam kulit atom sesuai daya tampung
maksimumnya. Jika elektron yang tersisa kurang dari daya tampung
maksimum kulit atomnya, gunakan aturan di bawah ini.
2. Jika elektron yang tersisa kurang dari 8, maka seluruh sisa ini diisikan
pada kulit selanjutnya.
3. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 8 tetapi kurang
dari 18, maka 8 elektron diisikan pada kulit atom, sedangkan sisanya
mengikuti aturan pertama.
4. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 18 tetapi kurang
dari 32, maka 18 elektron diisikan, sedangkan sisanya mengikuti
aturan sebelumnya.
5. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 32, maka
diisikan 32 elektron, dan sisa elektron mengikuti aturan sebelumnya.
Contoh : 20 Ca = 2 8 8 2

2.3.2 Konfigurasi Tingkat Energi


pengisian elektron ke dalam orbital selalu dimulai dari orbital yang
mempunyai tingkat energi rendah ke orbital yang mempunyai tingkat
energi lebih tinggi. Aturan ini dilakukan agar atom berada pada tingkat
energi minimum sehingga dapat mencapai kondisi yang stabil.

13
Diagram tingkat energi menurut aturan Aufbau:

Gambar 2. 7 aturan Aufbau

Berdasarkan diagram tingkat energi Aufbau di atas maka urutan


pengisian elektron adalah sebagai berikut: 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s
4d 5p 6s 4f 5d 6p 7s 5f 6d 7p.

2.3.3 Konfigurasi Kestabilan


Sifat ini berhubungan erat dengan hibridisasi elektron. Aturan ini
menyatakan bahwa : “suatu elektron mempunyai kecenderungan untuk
berpindah orbital apabila dapat membentuk susunan elektron yang
lebih stabil untuk konfigurasi elektron yang berakhiran pada sub kulit
d berlaku aturan penuh setengah penuh. Untuk lebih memahamkan
teori ini perhatikan juga contoh di bawah ini :
24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d4 menjadi, 24Cr = 1s2 2s2 2p6 3s2
3p6 4s1 3d5 dari contoh terlihat apabila 4s diisi 2 elektron maka 3d
kurang satu elektron untuk menjadi setengah penuh....maka elektron
dari 4s akan berpindah ke 3d. hal ini juga berlaku untuk kasus :
29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d9 menjadi ,
29Cu = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1 3d10

2.3.4 Konfigurasi Singkat (Gas Mulia)


untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan diperlukan
penyingkatan pada konfigurasi elektron. Penyingkatan ini dilakukan

14
dengan cara mengganti sebagian konfigurasi elektron dengan gas mulia
yang bersesuaian. Gas mulia ini dituliskan dengan lambang unsur
dalam kurung siku. Jadi, setelah lambang unsur gas mulia ini, kita
hanya perlu menuliskan elektron yang tersisa berdasarkan aturan
aufbau. Penyingkatan ini sangat membantu. Selain karena efisiensinya,
kita juga dipermudah dalam menentukan bilangan kuantum. Sebab
dalam penentuan bilangan bilangan kuantum, kita hanya memerlukan
konfigurasi elektron yang terakhir. Begitu pula dalam penentuan
elektron valensi.
Sebelum melangkah ke aturan penyingkatan, kita akan
mempelajari deretan subkulit setelah lambang unsur gas mulia beserta
cara penomorannya.

Gambar 2. 8 Konfigurasi Ion Gas Mulia

Contoh :
Unsur Ga memiliki nomor atom 31, dimana 18 < 31 < 36.
Berdasarkan aturan nomor 3 di atas kita menggunakan unsur [Ar]
sebagai penyingkat, kemudian konfigurasi selanjutnya dimulai dari
subkulit 4s.
31Ga : [Ar] 4s
[Ar] mempunyai 18 elektron, sehingga elektron yang tersisa adalah 31
- 18 = 13. Elektron sebanyak 13 ini didistribusikan ke deretan subkulit
sdp, atau jika diberi penomoran menjadi 4s 3d 4p.
31Ga : [Ar] 4s2 3d10 4p1

15
2.3.5 Konfigurasi Ion
Dalam suatu konfigurasi elektron ternyata terdapat beberapa
unsur yang terionisasi. Unsur-unsur yang dapat terionisasi ini jumlah
elektronnya akan berubah (berkurang). Misalnya, pada besi (Fe)
memiliki nomor atom 26 dengan konfigurasi elektron [Ar]3d64s2.
Akan tetapi penulisan konfigurasi elektronnya ini akan berubah jika Fe
terionisasi menjadi Fe2+. Fe2+ ini menunjukkan Fe akan terionisasi
sehingga mengalami pengurangan 2 buah elektron dari 26 elektronnya.
Sehingga penulisan konfigurasi elektron Fe2+ yakni [Ar]3d6.
Hal yang perlu dicatat jika sebuah unsur ini terionisasi, yang
berkurang adalah elektron valensinya. Elektron valensi suatu unsur
adalah suatu elektron terluar unsur tersebut.

2.4 Bentuk Orbital atom


Orbital atom adalah sebuah fungsi yang menggambarkan perilaku dari
elektron. Orbital juga sering disebut sebagai volume ruang atau ruang tiga
dimensi dimana 95% kemungkinan elektron ditemukan di ruang tiga dimensi
tersebut (probabilitas 95%). Ada 4 jenis orbital yaitu orbital s, p, d, dan f.
Masing-masing orbital memiliki bentuk dan jumlah maksimum elektron
yang berbeda-beda.

2.4.1 Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom
pada bagian tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua
orbital s hanya memiliki satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki
densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada bagian inti atom dan kemudian
densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah menjauh dari inti atom.
Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi. Di antara
kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas
menemukan elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ2 = 0).

16
Pada orbital 3s, terdapat tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua
simpul. Pola bertambahnya simpul orbital s ini masih terus berlanjut dengan
orbital 4s, 5s, dan seterusnya.

Gambar 2. 9 orbital s
2.4.2 Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin
dengan dua cuping. Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang
saling bersebrangan. Inti atom terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di
antara dua cuping yang masing-masing memiliki densitas elektron tinggi.
Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan pz, sebagaimana
terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital p
tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat
Kartesius dengan bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat
dengan inti atom. Makin jauh dari inti makin tinggi tigkat energinya.
Konfigurasi elektron dalam atom.

Gambar 2. 10 Orbital p

2.4.3 Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis
orientasi, sebagaimana terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0,

17
+1, atau +2. Empat dari lima orbital d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2,
memiliki empat cuping seperti bentuk daun semanggi. Orbital d kelima, dz2,
memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu bagian berbentuk donat
pada bagian tengah.

Gambar 2. 11 orbital d

2.4.4 Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis
orientasi, sebagaimana terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7).
Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang kompleks dengan beberapa cuping.

Gambar 2. 12 Orbital f

2.5 Bilangan Kuantum


2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (N)
Bilangan kuantun utama (n) dalam konfigurasi elektron menggambarkan
tingkat dan ukuran dari energi orbital. Nilai n bisa memiliki bilangan bulat
yang positif. Bilangan kuantum untama menentukan tingkat energi elektron
dan sesuai dengan tingkat energi atom bohr (menunjukkan lintasan
elektron atau kulit atom). Pada umumnya, elektron yang tingkat energinya

18
lebih rendah adalah elektron yang dekat dengan inti atom, sedangkan
elektron yang tingkat energinya lebih tinggi adalah elektron yang jauh dari
intinya. Analoginya dapat dipikirkan tingkat energi elektron dalam atom
mirip dengan rak buku. Untuk meletakkan buku pada rak pertama,
diperlukan energi yang lebih sedikit dibanding rak ke empat. Buku buku
tidak dapat diletakkandiantara rak sebagai mana elektron tidak dapat
menempati ruangan diantara tingkat energi. Masing masing tingkat energi
terdiri atas satu atau lebih sub tingkat energi yang mengandung elektron
elektron dengan energi yang indentik (sama).
Harga bilangan kuatum utama merupakan bilangan bulat positif dalan
dimulai dari satu.
Harga bilangan kuantum utama(n) : 1,2,3,4…..
Tingkat energi ke : 1,2,3,4…...
Sesuai dengan lintasan ke : 1,2,3,4…..
Sesuai dengan kulit atom : K,L,M,N….
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L)
Bilangan kuantum azimuth (l) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan bentuk orbitalnya. Nilai l bisa memiliki bilangan bulat
mulai dari 0 sampai n-1. Bilangan kuantum azimut merupakan ukuran
momentum sudut orbital elektron. Bilangan kuantum ini menunjukkan
disub tingkat energi/subkulit/sub lintasan mana elektron bergerak dan
menentukkan bentuk orbital. Harga bilangan kuantum azzimut bergantung
pada harga bilanagn kuantum utamanya. Untuk suatu harga n, terdapapt
bebrapa harga ℓ yang mungkin, yaitu dari ℓ = 0 hingga ℓ = n-1.

ℓ = 0, 1, 2, 3, ………., n-1

Orbital dengan harga ℓ = 0 disebut dengan orbital s (dari istilah

spektroskopi sharp). Orbital dengan harga ℓ = 1 disebut dengan orbital p (p

dari istilah spektroskopi pricipal). Otbital dengan harga ℓ = 2 disebut

dengan orbital d (d dari istilah spektroskopi diffuse). Orbital dengan harga

ℓ = 3 disebut dengan orbital f (f dari istilah spektroskopi fundamental).

19
Harga harga ℓ selanjutnya (ℓ = 4,5,6…..) mengikuti huruf alfabet (ℓ = 4

disebut orbital g, ℓ = 5 disebut orbital h).

Banyaknya harga ℓ disetiap harga n adalah 0,1,….,n-1.

n = 1 (tingkat energi ke-1 atau kulit ke-1) mempunyai harga ℓ = 0,1,…., n-

1.Tingkat energi ke-1 (kulit ke-1) mempunyai satu sub tingkat energi

(subkulit), Yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0). n = 2 (tingkat

energi ke-2 atau kulit ke-2) mempunyai harga ℓ = 0, (2-1)

= 0,1. Tingkat energi ke-2 (kulit ke-2) mempunyai dua sub tingkat

energi (subkulit), Yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0) dan subkulit

p (ℓ = 1) n = 3 (tingkat energi ke-3 atau kulit ke-3) mempunyai harga ℓ = 0,

(2-1)

= (3-1) =0,1,2. Tingkat energi ke-3 (kulit ke-3) mempunyai tiga sub
tingkat energi (subkulit), yaitu sub tingkat energi (subkulit) s
(ℓ = 0) dan subkulit p (ℓ = 1), dan subkulit d (ℓ = 2) n =4

(tingkat energi ke-4 atau kulit ke-4) mempunyai harga ℓ = 0,…,(4-

1) = 0,1,3. Tingkat energi ke-4 (kulit ke-4) mempunyai empat sub

tingkat energi (subkulit), yaitu sub tingkat energi (subkulit) s (ℓ = 0)

dan subkulit p (ℓ = 1), subkulit d (ℓ = 2) dan sub kulit f (ℓ = 3)

2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik (m) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan orientasi orbital. Nilai m bisa memiliki bilangan mulai
dari -1 sampai +1. Bilangan kuantum magnetik menunjukkan kedudukan
atau orientasi orbital dan juga menunjukkan adanya satu atau beberapa
tingkat energi setingkat yang merupakan penyusun suatu sub kulit. Harga

20
bilangan kuantum magnetik dari -ℓ hingga + ℓ termasuk harga 0. Setiap
harga ℓ mempunyai mempunyai harga mℓ.
mℓ = - ℓ,(- ℓ +1),…..,-1,0,1,………(+ℓ -1), + ℓ

contoh :

Untuk n=3 maka harga ℓ = 0,1, dan 2 ℓ = 0 (subkulit s) mempunyai

harga mℓ = 0, berarti subkulit s mempunyai satu tingkat energi atau satu

orbital.

ℓ = 1 (subkulit p) mempunyai harga mℓ = -1,0,+1, berarti subkulit p


mempunyai tiga tingkat energi yang setingkat atau tiga orbital.
Masing-masing orbital p diberi nama sesuai dengan arah
orientasinya terhadap sumbu X,Y dan Z. Orbital p, searah sumbu
X, orbital Py searah sumbu Y, dan orbital Pz searah sumbu Z.
ℓ = 2 (subkulit d) mempunyai harga mℓ = -2,-1,0,,+1,+2, berarti subkulit d
mempunyai lima tingkat energi yang setingkat atau lima orbital.
Masing-masing orbital d diberi nama sesuai dengan arah
orientasinya terhadap sumbu X,Y dan Z. Orbital d x-y terletak antara
sumbu X dan Y. Orbital d x-z terletak antara sumbu X dan sumbu Z.
Orbital dx2-z2 terletak antara sumbu X dan sumbu Y. Orbital dz2
searah sumbu Z dan bidang x-y.

Wolfgang Pauli (1900-1958) merumuskan peristiwa tersebut dalam prinsip


eksklusi pauli (larangan pauli) yang berbunyi :
Dalam suatu atom tidak boleh ada dua elektron yang mempunyai
empat bilangan kuantum yang sama.

2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (S)


Bilangan kuantum spin (s) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan arah dari spin elektron orbital. Nilai s bisa memiliki
bilangan +1/2 atau -1/2.

21
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. konfigurasi elektron adalah elektron yang tersusun didalam setiap lintasan
atom. Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Jika kita dapat mengetahui
konfigurasi elektron, maka kita dengan mudah menentukan , nomor
periode, nomor golangan, dan elektron valensi pada setiap atom.
2. Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4
bilangan kuantum, diantaranya yaitu Bilangan kuantum utama(n), Bilangan
kuantum azimut(l), Bilangan kuantum magnetik(m), Bilangan kuantum
spin(s)
3. Konfigurasi elektron adalah distribusi elektron dari atom atau molekul
pada sebuah orbital. Konfigurasi suatu elektron tidak dituliskan secara
sembarangan, melainkan berdasarkan Aturan Penulisan Konfigurasi
Elektron ada tiga yaitu, aturan aufbau, kaidah hund dan asas larangan pauli.

3.2 Saran
Saran untuk materi konfigurasi pada atom ini adalah pembaca harus
memahami terlebih dahulu mengenai teori atom hingga penemuan elektron,
sehingga akan lebih mudah untuk memahami materi konfigurasi elektron dan
sebaiknya penyajian dari makalah ataupun presentasi dari materi ini lebih
detail dan tersusun rapi atau berurutan sehingga kita bisa memahami konsep
dari materi ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Sentot Budi. 1995. Kimia Berbasis Eksperimen. Jakarta: Platinum.


https://www.studiobelajar.com/konfigurasi-elektron/
https://dosenpintar.co.id/konfigurasi-elektron/ https://rumus.co.id/konfigurasi-
elektron/ https://rumusbilangan.com/konfigurasi-elektron/
https://wanibesak.wordpress.com/tag/tingkatan-energi/

23
MAKALAH

KONFIGURASI ELEKTRON

Disusun Oleh :
Kelompok 1 : - Glorya Pasaribu
- Candy Panjaitan
- Jessica Frisella Simanjuntak
- Rafi Aldiansyah
- Frans Junior Sibarani
- Rayhan Fahrizi
Kelas : X RPL
Mapel : KIMIA

SMK Negeri 1 Pematang Siantar


2022

24

Anda mungkin juga menyukai