Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam
makalah ini Penulis dapat menyelesaikan makalah Fisika Modern yang berjudul
“Konfiigurasi Elektron Pada Atom” ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Makalah ini telah penulis susun dengan semaksimal
mungkin. Penulis juga berterima kasih kepada bapak DRs. Nyoman Rohadi, M.
SC selaku Dosen pengampu mata kuliah Fisika Modern yang telah memberikan
tugas ini kepada Penulis.
Melalui pengantar ini Penulis lebih dulu mohon maaf apabila di dalam isi
makalah terdapat kekurangan dan tulisan yang kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Fisika Modern
terkhusus “Konfiigurasi Elektron Pada Atom”.
Dengan ini Penulis mempersembahkan makalah ini dengan rasa terima
kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat. Terimakasih
Penulis,
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Atom, Elektron Dan Konfigurasi Elektron Pada Atom.............................................3
2.2 Konfigurasi Elektron.................................................................................................9
2.2.1 Aturan Aufbau.....................................................................................................9
2.2.2 Kaidah Hund.....................................................................................................10
2.2.3 Asas Larangan Pauli..........................................................................................11
2.3 Jenis Konfigurasi Elektron.......................................................................................12
2.3.1 Konfigurasi Kulit...............................................................................................12
2.3.2 Konfigurasi Tingkat Energi...............................................................................13
2.3.3 Konfigurasi Kestabilan......................................................................................14
2.3.4 Konfigurasi Singkat (Gas Mulia)......................................................................14
2.3.5 Konfigurasi Ion.................................................................................................16
2.4 Bentuk Orbital atom.................................................................................................16
2.4.1 Orbital s.............................................................................................................16
2.4.2 Orbital p............................................................................................................17
2.4.3 Orbital d............................................................................................................17
2.4.4 Orbital f.............................................................................................................18
2.5 Bilangan Kuantum...................................................................................................18
2.5.1 Bilangan Kuantum Utama (N)..........................................................................18
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L).........................................................................19
2.5.3 Bilangan Kuantum Magnetik (m).....................................................................20
2.5.4 Bilangan Kuantum Spin (S)..............................................................................21
BAB III PENUTUP............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................22
DAPUS.............................................................................................................................. 23
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Penemuan Elektron?
2. Bagaimana Konfigurasi Elektron ?
3. Apa saja jenis konfigurasi elektron ?
4. Bagaimana bentuk Orbital atom?
5. Jelaskan mengenai bilangan Kuantum ?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami struktur atom, elektron dan konfigurasi elektron pada
atom.
2. Dapat menjelaskan mengenai aturan Aufbau.
3. Dapat menjelaskan mengenai Kaidah Hund.
4. Dapat menjelaskan mengenai Larangan Pauli.
5. Dapat memahami apa saja jenis konfigurasi elektron.
6. Dapat menjelaskan bentuk Orbital atom.
7. Dapat menjelaskan mengenai bilangan Kuantum.
8. Dapat mengetahu Pengecualian Konfigurasi Elektron.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
kecil dan bermuatan negatif, yaitu elektron. Berdasarkan penemun elektron,
j.j. Thomson (1904) mengemukakan atomnya sebagai berikut:
Atom terdiri atas inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif
hampir seluruh massa atom terpusat pada inti. Elektron mengelilingi inti
atom dalam orbit tertentu pada jarak yang relatif besar dari inti. Karena
atom bersifat netral, jumlah elektron didalam atom sama dengan jumlah
muatan inti atom.
Menurut tata cara penulisan internasional IUPAC (International
Union of Pure and Applied Chemistry) ada empat tempat disetiap lambang
unsur (a b c d):
4
a Zc
b
d
Z = lambang unsur a = nomor atom = jumlah
proton = jumlah elektron b = nomor masa =
jumlah proton + neutron c = muatan ion d =
jumlah atom
5
Gambar 2. 2 Model Atom Bohr
6
Tabel 2. 2 distribusi elektron beberapa atom
Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Keadaan elektron paling
stabil dicapai apabila elektron berada dalam keadaan dasar, yaitu pada
keadaan energi terendah. Dengan demikian, dapat dibayangkan penyusunann
elektron atau konfigurasi elektron dimulai dari orbital yang tingkat energinya
paling rendah, kemudian meningkat keorbital yang tingkat energinya lebih
tinggi. Begitu seterusnya hingga banyaknya elektron yang ditambahkan
sama dengan umur atomnya pauli menyebut proses penyusunan elektron
dengan cara tersebut sebagai prinsip aufbau (aufbau istilah jerman yang
berarti “penyusunan”).
Pada orbital-orbital setingkat terisi elektron sebagian maka atom
tersebut akan berada pada keadan energi terendah jika elektron menempati
orbital setingkat yang berbeda untuk memungkinkan memiliki bilangan
kuantum spin yang sama. Dengan demikian, dalam keadan dasar (ground
state) :
Elektron-elektron yang menempati orbital setingkat akan berada pada
keadan spin yang sama.
Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Hund (Friedrich
hund,1896).
7
Pada saat elektron-elektron dalam keadaan dasar disusun pada suatu
atom, tampak bawah pengisian elektron dimulai dari tingkat energi yang
paling rendah (1s) ke tingkat energi yang paling tinggi. Contohnya,
pengisian elektron pada atom Oksigen. Delapan elektron menempati tingkat
energi paling rendah : 2 elektron menempati orbital 1s, 2 lektron menempati
orbital 2s, 2 elektron dengan spin berlawanan menempati orbital 2p x, 1
elektron menmpati orbital 2py, dan satu elektron menempati orbital 2p z
dengan arah spin yang sama dengan elektron pada 2py.
dari tingkat energi terendah, kemudia ke tingkat energi yang lebih tinggi.
1
Ca s s p s s:1 22 22 63 64 2 /Ar
s4 2
20
s:1 22 2 3 32
2 6
3 4
6 4 2
24 24
Cu s s p s p d:1 22 2
2 63 3263 104s1bukan Cu s s p s p d
s:1 22 2 3 32
2 6
3 4
6 9 2
29 29
8
2.2 Konfigurasi Elektron
2.2.1 Aturan Aufbau
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat dengan
inti atom. Makin jauh dari inti, makin tinggi tingkat energinya. Elektron
menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang terendah, dimulai
dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit. Untuk memudahkan
mengingat tingkatan energi orbital dan urutan pengisian elektronnya disusun
seperti yang terlihat pada gambar.
Misalnya kita akan menuliskan konfigurasi elektron mulai dari unsur boron
ke neon yang sama-sama memiliki subkulit 2p 1. B (Z = 5) konfigurasinya 1s 2
2s2 2p1
2. C (Z = 6) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
3. N (Z = 7) konfigurasinya 1s2 2s2 2p3
4. O (Z = 8) konfigurasinya 1s2 2s2 2p4
5. F (Z = 9) konfigurasinya 1s2 2s2 2p5
6. Ne (Z = 10) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
Ada beberapa pengecualian dalam pola konfigurasi elektron.
Contohnya ada 2 unsur pada 40 unsur pertama, yaitu Cu dan Cr Dalam
memenuhi aturan Afbau seharusnya konfigurasi elektronnya ialah seperti
berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s2 3d4
Cu (Z = 29): [Ar] 4s2 3d9
9
Penentuan Konfigurasi elektron sesungguhnya yang terjadi ada sedikit
perbedaan di beberapa sub kulit terluar. Lihat pada tabel berikut :
Konfigurasi Elektron: Cr (Z = 24): [Ar] 4s1 3d5
Cu (Z = 29): [Ar] 4s1 3d10
Dapat kita lihat bahwa ada perpindahan 1 elektron dari orbital 4s ke
orbital 3d, meskipun sebenarnya orbtal 3d ini memiliki energi yang lebih
tinggi daripada orbital 4s.
Hal ini terjadi karena dengan berpindahnya elektron dari orbtital 4s ke
orbital 3d akan menyebabkan meningkatkan kestabilan unsur. Akan lebih
jelas kalau kita beri contoh gambarnya sebagai beikut:
10
Aturan hund didasarkan pada data valin spektroskopi atom. Atruan
ini mengikat bahwa:
Proses pengisian elektron ke dalam orbital pertama kali akan
mengisi semua orbital dengan tingkat energi yang sama terlebih dahulu
sebelum memasangkan dengan elektron lain di orbital yang setengah penuh.
Jadi tidak boleh mengisi langsung dua elektron pada satu orbital yang sama.
Contoh:
Konfigurasi elektron pada unsur Nitrogen (Z=7) adalah 1s2 2s2 2p3 maka
pengisian elektron pada orbitalnya yang tepat adalah
11
bilangan quantumnya tetap tidak bisa sama semua karena dalam satu kotak
orbital tunggal dapat menampung hingga dua elektron yang berputar saling
berlawanan. Satu elektron berputar ke atas (ms = +1/2) dan elektron lain
berputar ke bawah (ms=-1/2). Dengan adanya larangan pauli ini maka
masing-masing subkulit hanya memiliki 2 elektron dalam tiap orbitalnya.
• Sub Kulit s memiliki 1 orbital yang bisa menampung 2 elektron.
• Sub Kulit p memiliki 3 orbital yang bisa menampung 6 elektron Sub
Kulit d memiliki 5 orbital yang mampu menampung 10 elektron.
• Sub Kulit f memiliki 7 orbital yang mempu menampung 14 elektron.
Contoh:
Misalnya pada subkulit 1s, pada subkulit tersebut maksimal 2 elektron.
Kedua elektron tersebut memiliki bilangan kuantum utama, kuantum
azimuth, dan kuantum magnetik yang sama yaitu
Kuantum Utama (n) = 1
Kuantum Azimut (l) = 0
Kuantum Magnetik (m) = 0
Akan tetapi untuk bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Satu
elektron punya kuantum spin +1/2 dan satunya punya bilangan kuantum spin
-1/2.
12
Konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom hanya berlaku untuk
unsur golongan utama, yaitu unsur golongan IA sampai VIIIA.
Jumlah elektron maksimum yang bisa ditampung oleh kulit atom
adalah 2n², dimana n adalah kulit ke-n. Kulit ke-1 dinamakan kulit K,
kulit ke-2 dinamakan kulit L, dan seterusnya sesuai dengan urutan
angka dan abjad.
Kulit K maksimum berisi 2 elektron
Kulit L maksimum berisi 8 elektron
Kulit M maksimum berisi 18 elektron
Kulit N maksimum berisi 32 elektron
Kulit O maksimum berisi 50 elektron
Dan seterusnya.
Berikut cara menuliskan konfigurasi elektron berdasarkan kulit atom.
1. Isikan elektron ke dalam kulit atom sesuai daya tampung
maksimumnya. Jika elektron yang tersisa kurang dari daya tampung
maksimum kulit atomnya, gunakan aturan di bawah ini.
2. Jika elektron yang tersisa kurang dari 8, maka seluruh sisa ini diisikan
pada kulit selanjutnya.
3. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 8 tetapi kurang
dari 18, maka 8 elektron diisikan pada kulit atom, sedangkan sisanya
mengikuti aturan pertama.
4. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 18 tetapi kurang
dari 32, maka 18 elektron diisikan, sedangkan sisanya mengikuti
aturan sebelumnya.
5. Jika elektron yang tersisa lebih dari atau sama dengan 32, maka
diisikan 32 elektron, dan sisa elektron mengikuti aturan sebelumnya.
Contoh : 20 Ca = 2 8 8 2
13
Diagram tingkat energi menurut aturan Aufbau:
14
dengan cara mengganti sebagian konfigurasi elektron dengan gas mulia
yang bersesuaian. Gas mulia ini dituliskan dengan lambang unsur
dalam kurung siku. Jadi, setelah lambang unsur gas mulia ini, kita
hanya perlu menuliskan elektron yang tersisa berdasarkan aturan
aufbau. Penyingkatan ini sangat membantu. Selain karena efisiensinya,
kita juga dipermudah dalam menentukan bilangan kuantum. Sebab
dalam penentuan bilangan bilangan kuantum, kita hanya memerlukan
konfigurasi elektron yang terakhir. Begitu pula dalam penentuan
elektron valensi.
Sebelum melangkah ke aturan penyingkatan, kita akan
mempelajari deretan subkulit setelah lambang unsur gas mulia beserta
cara penomorannya.
Contoh :
Unsur Ga memiliki nomor atom 31, dimana 18 < 31 < 36.
Berdasarkan aturan nomor 3 di atas kita menggunakan unsur [Ar]
sebagai penyingkat, kemudian konfigurasi selanjutnya dimulai dari
subkulit 4s.
31Ga : [Ar] 4s
[Ar] mempunyai 18 elektron, sehingga elektron yang tersisa adalah 31
- 18 = 13. Elektron sebanyak 13 ini didistribusikan ke deretan subkulit
sdp, atau jika diberi penomoran menjadi 4s 3d 4p.
31Ga : [Ar] 4s2 3d10 4p1
15
2.3.5 Konfigurasi Ion
Dalam suatu konfigurasi elektron ternyata terdapat beberapa
unsur yang terionisasi. Unsur-unsur yang dapat terionisasi ini jumlah
elektronnya akan berubah (berkurang). Misalnya, pada besi (Fe)
memiliki nomor atom 26 dengan konfigurasi elektron [Ar]3d64s2.
Akan tetapi penulisan konfigurasi elektronnya ini akan berubah jika Fe
terionisasi menjadi Fe2+. Fe2+ ini menunjukkan Fe akan terionisasi
sehingga mengalami pengurangan 2 buah elektron dari 26 elektronnya.
Sehingga penulisan konfigurasi elektron Fe2+ yakni [Ar]3d6.
Hal yang perlu dicatat jika sebuah unsur ini terionisasi, yang
berkurang adalah elektron valensinya. Elektron valensi suatu unsur
adalah suatu elektron terluar unsur tersebut.
2.4.1 Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom
pada bagian tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua
orbital s hanya memiliki satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki
densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada bagian inti atom dan kemudian
densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah menjauh dari inti atom.
Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi. Di antara
kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas
menemukan elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ2 = 0).
16
Pada orbital 3s, terdapat tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua
simpul. Pola bertambahnya simpul orbital s ini masih terus berlanjut dengan
orbital 4s, 5s, dan seterusnya.
Gambar 2. 9 orbital s
2.4.2 Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin
dengan dua cuping. Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang
saling bersebrangan. Inti atom terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di
antara dua cuping yang masing-masing memiliki densitas elektron tinggi.
Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, px, py, dan pz, sebagaimana
terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital p
tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat
Kartesius dengan bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Energi orbital yang paling rendah adalah orbital yang paling dekat
dengan inti atom. Makin jauh dari inti makin tinggi tigkat energinya.
Konfigurasi elektron dalam atom.
Gambar 2. 10 Orbital p
2.4.3 Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis
orientasi, sebagaimana terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0,
17
+1, atau +2. Empat dari lima orbital d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2,
memiliki empat cuping seperti bentuk daun semanggi. Orbital d kelima, dz2,
memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu bagian berbentuk donat
pada bagian tengah.
Gambar 2. 11 orbital d
2.4.4 Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis
orientasi, sebagaimana terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7).
Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang kompleks dengan beberapa cuping.
Gambar 2. 12 Orbital f
18
lebih rendah adalah elektron yang dekat dengan inti atom, sedangkan
elektron yang tingkat energinya lebih tinggi adalah elektron yang jauh dari
intinya. Analoginya dapat dipikirkan tingkat energi elektron dalam atom
mirip dengan rak buku. Untuk meletakkan buku pada rak pertama,
diperlukan energi yang lebih sedikit dibanding rak ke empat. Buku buku
tidak dapat diletakkandiantara rak sebagai mana elektron tidak dapat
menempati ruangan diantara tingkat energi. Masing masing tingkat energi
terdiri atas satu atau lebih sub tingkat energi yang mengandung elektron
elektron dengan energi yang indentik (sama).
Harga bilangan kuatum utama merupakan bilangan bulat positif dalan
dimulai dari satu.
Harga bilangan kuantum utama(n) : 1,2,3,4…..
Tingkat energi ke : 1,2,3,4…...
Sesuai dengan lintasan ke : 1,2,3,4…..
Sesuai dengan kulit atom : K,L,M,N….
2.5.2 Bilangan Kuantum Azimut (L)
Bilangan kuantum azimuth (l) dalam konfigurasi elektron
menggambarkan bentuk orbitalnya. Nilai l bisa memiliki bilangan bulat
mulai dari 0 sampai n-1. Bilangan kuantum azimut merupakan ukuran
momentum sudut orbital elektron. Bilangan kuantum ini menunjukkan
disub tingkat energi/subkulit/sub lintasan mana elektron bergerak dan
menentukkan bentuk orbital. Harga bilangan kuantum azzimut bergantung
pada harga bilanagn kuantum utamanya. Untuk suatu harga n, terdapapt
bebrapa harga ℓ yang mungkin, yaitu dari ℓ = 0 hingga ℓ = n-1.
ℓ = 0, 1, 2, 3, ………., n-1
19
Harga harga ℓ selanjutnya (ℓ = 4,5,6…..) mengikuti huruf alfabet (ℓ = 4
1.Tingkat energi ke-1 (kulit ke-1) mempunyai satu sub tingkat energi
= 0,1. Tingkat energi ke-2 (kulit ke-2) mempunyai dua sub tingkat
(2-1)
= (3-1) =0,1,2. Tingkat energi ke-3 (kulit ke-3) mempunyai tiga sub
tingkat energi (subkulit), yaitu sub tingkat energi (subkulit) s
(ℓ = 0) dan subkulit p (ℓ = 1), dan subkulit d (ℓ = 2) n =4
20
bilangan kuantum magnetik dari -ℓ hingga + ℓ termasuk harga 0. Setiap
harga ℓ mempunyai mempunyai harga mℓ.
mℓ = - ℓ,(- ℓ +1),…..,-1,0,1,………(+ℓ -1), + ℓ
contoh :
orbital.
21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. konfigurasi elektron adalah elektron yang tersusun didalam setiap lintasan
atom. Konfigurasi elektron dalam atom menggambarkan lokasi elektron
elektron menurut orbital-orbital yang ditempati. Jika kita dapat mengetahui
konfigurasi elektron, maka kita dengan mudah menentukan , nomor
periode, nomor golangan, dan elektron valensi pada setiap atom.
2. Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4
bilangan kuantum, diantaranya yaitu Bilangan kuantum utama(n), Bilangan
kuantum azimut(l), Bilangan kuantum magnetik(m), Bilangan kuantum
spin(s)
3. Konfigurasi elektron adalah distribusi elektron dari atom atau molekul
pada sebuah orbital. Konfigurasi suatu elektron tidak dituliskan secara
sembarangan, melainkan berdasarkan Aturan Penulisan Konfigurasi
Elektron ada tiga yaitu, aturan aufbau, kaidah hund dan asas larangan pauli.
3.2 Saran
Saran untuk materi konfigurasi pada atom ini adalah pembaca harus
memahami terlebih dahulu mengenai teori atom hingga penemuan elektron,
sehingga akan lebih mudah untuk memahami materi konfigurasi elektron dan
sebaiknya penyajian dari makalah ataupun presentasi dari materi ini lebih
detail dan tersusun rapi atau berurutan sehingga kita bisa memahami konsep
dari materi ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
MAKALAH
KONFIGURASI ELEKTRON
Disusun Oleh :
Kelompok 1 : - Glorya Pasaribu
- Candy Panjaitan
- Jessica Frisella Simanjuntak
- Rafi Aldiansyah
- Frans Junior Sibarani
- Rayhan Fahrizi
Kelas : X RPL
Mapel : KIMIA
24