Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

KIMIA FISIK 1
‘’ TERMODINAMIKA KIMIA ‘’

KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK :

1. M. ALJAZIRI BADRUZAMAN ( A1C116024 )

2. HERI GUNAIDI ( A1C116062 )

3. LINGGONILUS MASTURANDA ( A1C116082 )

4. MELLYCHA LIANI PUTRI (A1C116064)

DosenPengampu Mata Kuliah :

Dra. WILDA SYAHRI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Termodinamika Kimia sebagai tugas mata kuliah kimia fisika .

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Jambi, 31 Agustus 2017

2|Page
DAFTAR ISI

COVER

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4

BAB II Isi ............................................................................................................................... 5

2.1 Pengantar Termodinamika Kimia ............................................................................. 5

2.2 Hukum Termodinamika ke Nol .................................................................................6

2.3 Kerja dan Kalor ..........................................................................................................7

2.4 Kerja Ekspansi .........................................................................................................10

2.4.1 Kerja Ekspansi Dua Tahap ....................................................................................11

2.4.2 Kerja Ekspansi Multi tahap ...................................................................................11

2.5 Kerja Kompresi ........................................................................................................12

2.6 Kerja Maksimum dan Minimum .............................................................................12

2.7 Perubahan Reversibel dan Irevesibel ......................................................................14

2.8 Properties Of The Energy ........................................................................................15

2.9 Mathematical Interclude; Exact and Inexact Differentials ......................................16

BAB III Penutup ...................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................18

3.2 Saran ......................................................................................................................18

Daftar Pustaka

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan atau berjumpa dengan hal-hal

yang panas. Misalnya ketika kita memasak air, proses pemanasan air dari dingin hingga

mendidih memerlukan kalor sebagai energi untuk meningkatkan suhu air. Dalam kimia,

proses ini merupakan contoh kecil dari salah satu bidang kimia yaitu termokimia.

Termokimia merupakan cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan timbal balik

panas dengan reaksi kimia atau dengan perubahan keadaan fisika. Secara umum,

termokimia ialah penerapan termodinamika untuk kimia. Termokimia ialah sinonim dari

termodinamika kimia. Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic =

'perubahan') adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses.

Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan

termodinamika berasal.

Selain sebagai syarat kelulusan dalam mata kuliah Kimia Dasar, melihat

banyaknya hal-hal atau kegiatan dan peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari yang

berhubungan dengan termokimia maka makalah ini disusun sebagai sumber referensi baru

bagi pembaca.

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PengantarTermodinamika Kimia

Di awal ketika kita mempelajari termodinamika sangatlah penting untuk mengerti pemahaman
termodinamik dari istilah yang dipergunakan. Istilah-istilah yang dipergunakan oleh J. A. Beattie
berikut telah memberikan ungkapan yang singkat dan jelas.

Sistem, Batas, Lingkungan. Suatu sistem termodinamik merupakan bagian dari alam semesta
yang sifat-sifatnya sedang diselidiki.

Sistem terletak pada suatu tempat tertentu dalam suatu ruang dengan batas yang
memisahkannya dari bagian alam semesta yang lain, lingkungan.

Suatu sistem terisolasi ketika batasnya mencegah sembarang interaksi dengan lingkungannya.
Suatu sistem yang terisolasi tidak menghasilkan efek atau gangguan yang dapat dideteksi pada
lingkungannya.

Suatu sistem disebut terbuka jika massa dapat melewati batas, tertutup ketika tidak ada massa
yang melewati batas……

Sifat-sifat dari suatu Sistem. Sifat dari sistem merupakan penampakan fisik yang dapat
nampak oleh indra, atau dapat diketahui dengan metode tertentu. Sifat terbagi menjadi dua: (1)
tidak terukur, ketika jenis zat tertentu menyusun suatu sistem dan keadaan agregasi dari bagian-
bagiannya; dan (2) terukur; seperti tekanan dan volume, yang mana dapat dinyatakan dalam suatu
nilai numerik baik dengan perbandingan langsung maupun tidak langsung dengan standar.

Keadaan dari Sistem. Suatu sistem merupakan keadaan tertentu dimana setiap sifatnya
memiliki nilai tertentu. Kita harus mengetahuinya baik melalui suatu studi eksperimental dari
sistem tersebut atau dari pengalaman dengan sistem yang serupa, sifat-sifat yang harus
diperhatikan untuk mendefinisikan suatu sistem.

Perubahan Keadaan, Langkah, Siklus, Proses. Anggaplah suatu sistem mengalami perubahan
keadaan dari keadaan awal tertentu hingga suatu keadaan akhir tertentu.

Perubahan keadaan didefinisikan sepenuhnya ketika keadaan awal dan akhir ditentukan.

Langkah perubahan keadaan didefinisikan dengan menentukan keadaan awal, rangkaian


keadaan antara yang disusun oleh oleh sistem, dan keadaan akhir.

5|Page
Proses merupakan metode operasi yang mempengaruhi oleh perubahan keadaan. Deskripsi
mengenai proses terdiri dari penyataan menganai hal-hal berikut ini: (1) batas; (2) perubahan
keadaan; langkah, efek yang dihasilkan oleh sistem pada setiap tahapan proses; dan (3) efek yang
dihasilkan pada lingkungan pada tiap langkah proses.

Anggaplah bahwa suatu sistem mengalami perubahan keadaan dan dikembalikan ke keadaan
awalnya. Langkah-langkah ini disebut sebagai sebuah siklus, dan proses yang terjadi disebut
sebagai proses siklik.

Variabel Keadaan, Suatu variabel keadaan merupakan variabel yang memiliki nilai tertentu
ketika suatu sistem ditetapkan.

2.2. HukumTermodinamikakeNol

Hukum kesetimbangan termal, hukum kenol termodinamik merupakan prinsip lain yang
penting. Pentingnya hukum ini pada konsep temperatur tidak disadari hingga bagian lain dari
termodinamik telah mencapai perkembangan di tingkat yang advance; sehingga dinamakan hukum
kenol.

Untuk menggambarkan hukum kenol kta membayangkan dua sampel gas. Kedua sampel berada
pada wadah terpisah dan masing-masing memiliki volume dan tekanan V1, p1 dan V2, p2. Pada
permulaan kedua sistem diisolasi satu sama lain dan keduanya sepenuhnya berada dalam
kesetimbangan. Kedua wadah ini dilengkapi dengan pengukur tekanan. (Gbr 6.1 a)

Kedua sistem dihubungkan melalui suatu dinding. Muncul dua buah kemungkinan: ketika
dihubungkan melalui dinding sistem dapat saling mempengaruhi atau tidak saling mempengaruhi.
Jika sistem tidak saling mempengaruhi, maka dinding merupakan dinding pengisolasi, atau
dinding adiabatik, akan tetapi dalam situasi seperti tekanan tidak dipengaruhi. Jika sistem saling
mempengaruhi satu sama lain dan tekanan pada keduanya berubah menjadi p’1 dan p’2 (Gbr 6.1 b).

Pada keadaan ini dinding merupakan dinding penghantar termal (thermal conducting wall); dan
sistem berada dalam kontak termal. Saat dimana kedua nilai tekanan sistem tetap, maka kedua
sistem berada dalam kesetimbangan termal.

6|Page
Bayangkanlah tiga sistem A, B,dan C, disusun seperti pada Gbr 6.2(a). Sistem A dan B berada
dalam kontak termal, sementara sistem B mengalami kontak termal dengan sistem C. Sistem
komposit ini dibiarkan mencapai kesetimbangan termal, sehingga A berada dalam kesetimbangan
temral dengan Bdan B berada dalam kesetimbangan termal dengan C. Sekarang kita memisahkan
sistem A dan C dengan B dan membiarkan keduanya kontak secara langsung satu sama lain (Gbr
6.2b). Kita mengamati bahwa tidak ada perubahan baik pada A maupun C seiring dengan waktu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa A dan B berada dalam kesetimbangan satu sama lain. Pengalaman
ini merupakan penyusun dari hukum kenol termodinamik: Dua sistem yang keduanya berada
dalam kesetimbangan termal dengan suatu sistem ketiga berada dalam kesetimbangan termal satu
sama lainnya.

Konsep mengenai temperatur dapat dinyatakan sebagai berikut: (1) Sistem yang berada dalam
kesetimbnagan termal satu sama lainnya memiliki temperatur yang sama; dan (2) sistem yang tidak
berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain memiliki temperatur yang berbeda.

2.3 Kerja Dan Kalor


Konsep mengenai kerja dan kalor merupakan dasar yang sangat penting dalam termodinamik
dan definisinya harus dapat dipahami secara keseluruhan; penggunaan istilah kalor dan kerja yang
dipergunakan dalam termodinamik sedikit berbeda dengan yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam bidang ilmu yang lain. Pengertian kedua istilah ini kembali akan
diberikan oleh J. A. Beattie.

Kerja. Dalam termodinamik kerja didefinisikan sebagai sembarang kuantitas yang mengalir
melewati batas dari suatu sistem selama perubahan keadaan sistem tersebut dan sepenuhnya
dapat diubah menjadi peningkatan dari berat di lingkungannya.

Beberapa hal harus diperhatikan dalam pengertian kerja ini.

1. Kerja hanya terjadi di batas sistem.


2. Kerja hanya terjadi selama terjadi perubahan keadaan.
3. Kerja diwujudkan dengan suatu efek pada lingkungannya.

7|Page
4. Kuantitas kerja sama dengan mgh, dimana m merupakan massa yang dipindahkan, g
merupakan percepatan gravitasi, h merupakan ketinggian yang dicapai oleh berat.
5. Kerja merupakan suatu jumlah aljabar, akan positif jika massa diangkat (h bernilai +), dimana
hal ini kita sebut kerja telah dihasilkan diskeliling; nilainya akan negatif jika jika massa
diturunkan (h bernilai -), dalam hal ini kerja kita anggap mengalir dari lingkungan.
Kalor. Kita menjelaskan pencapaian kesetimbangan termal dari dua sistem dengan menyatakan
bahwa suatu kuantitas kalor Q telah mengalir dari sistem dengan temperatur yang lebih tinggi ke
sistem dengan temperatur yang lebih rendah.

Dalam termodinamik kalor didefinisikan sebagai suatu kuantitas yang mengalir melewati
batasan dari suatu sistem selama perubahan keadaannya dengan jalan perbedaan
temperatur antara sistem dan lingkungannya dan mengalir dari titik dengan temperatur
yang lebih tinggi ke titik yang temperaturnya lebih rendah.

Beberapa hal yang harus diingat.

1. kalor hanya terjadi di batas sistem.


2. kalor hanya terjadi selama ada perubahan pada keadaan.
3. kalor dimanifestasikan dengan efek pada lingkungannya.
4. Kuantitas dari massa berbanding lurus dengan massa air dilingkungannya yang dinaikkan
temperaturnya pada suatu tekanan tertentu.
5. kalor merupakan suatu jumlah aljabar, bernilai positif jika massa air dilingkungannya
didinginkan dan sebaliknya bernilai negatif jika massa air dilingkungannya menghangat.

Dalam definisi pekerjaan dan panas ini, sangat penting bahwa penghakiman mengenai apakah
aliran panas atau arus kerja telah terjadi dalam transformasi didasarkan pada pengamatan efek yang
dihasilkan di sekitarnya, bukan pada apa yang terjadi di dalam sistem. Contoh berikut menjelaskan
hal ini, juga perbedaan antara pekerjaan dan panas. Perhatikan sebuah sistem yang terdiri dari 10 g
air cair yang terkandung dalam gelas pembuka terbuka di bawah tekanan konstan 1 atm. Awalnya
air berada pada suhu 25 ° C, sehingga kita menggambarkan keadaan awal dengan p = 1 atm, t = 25
° C. Sistem sekarang terbenam, katakanlah, 100 g air pada suhu tinggi, 90 ° C. Sistem ini dijaga
kontak dengan 100 g air ini sampai suhu 100 g telah turun sampai 89 ° C, kemudian sistem
dihilangkan. Kami mengatakan bahwa 100 unit panas telah mengalir dari sekitarnya, karena 100 g
air di sekitarnya turun 1 ° C pada suhu. Keadaan akhir sistem digambarkan oleh p = 1 atm, t = 35 °
C. Sekarang perhatikan sistem yang sama, 10 g air, p = 1 atm, t = 25 ° C, dan rendam dayung
pengaduk yang digerakkan oleh massa yang jatuh (Gambar 7.1).

8|Page
Dengan mengatur massa massa jatuh dengan benar dan tinggi yang melaluinya, percobaan
dapat diatur sehingga setelah massa turun satu kali, suhu sistem naik sampai 35 ° C. Maka keadaan
akhir adalah p = 1 atm, t = 35 ° C. Dalam percobaan ini perubahan keadaan sistem sama persis
dengan percobaan sebelumnya. Tidak ada aliran panas, tapi ada aliran kerja. Massa lebih rendah di
sekitarnya. Jika kita berpaling dari eksperimen sementara perubahan keadaan telah dilakukan,
namun telah mengamati sistem sebelum dan sesudah perubahan keadaan, kita tidak dapat
menyimpulkan apa pun tentang aliran panas atau arus kerja yang terlibat. Kita bisa menyimpulkan
hanya bahwa suhu sistem lebih tinggi dari sebelumnya; Seperti yang akan kita lihat nanti, ini
menyiratkan bahwa energi sistem meningkat. Di sisi lain, jika kita mengamati sekeliling sebelum
dan sesudahnya, kita akan menemukan badan air dan / atau massa yang lebih dingin di ketinggian
yang lebih rendah. Dari pengamatan di sekitar ini, kita dapat segera menyimpulkan jumlah panas
dan pekerjaan yang mengalir dalam transformasi. * Harus jelas bahwa fakta bahwa sistem lebih
panas, yaitu memiliki temperatur yang lebih tinggi, setelah beberapa transformasi tidak berarti
bahwa ia memiliki lebih banyak "panas"; Itu bisa sama baiknya memiliki lebih banyak
"pekerjaan". Sistem tidak memiliki "panas" atau "pekerjaan"; Penggunaan istilah ini harus
dihindari dengan segala cara. Penggunaan ini mencerminkan kebingungan antara konsep panas dan
suhu. Percobaan pada Gambar 7.1 adalah eksperimen klasik Joule tentang "suhu ekuivalen
mekanis." Eksperimen ini bersama dengan Rumford sebelumnya berperan penting dalam
menghancurkan teori kalor panas dan menetapkan bahwa "panas" setara dalam arti tertentu
terhadap energi mekanik biasa. Bahkan saat ini eksperimen ini digambarkan dengan kata-kata
"pekerjaan diubah menjadi 'panas'." Dalam definisi kata modern, tidak ada "panas" yang terlibat
dalam percobaan Joule. Saat ini pengamatan Joule digambarkan dengan mengatakan bahwa
penghancuran pekerjaan di sekitarnya menghasilkan peningkatan tempera keistimewaan sistem.
Atau, kurang kaku, bekerja di sekitarnya diubah menjadi energi panas sistem. Dua percobaan,
perendaman sistem di air panas dan memutar dayung di sistem yang sama, melibatkan perubahan
keadaan tapi panas dan efek kerja yang berbeda. Jumlah panas dan kerja yang mengalir bergantung
pada proses dan karena itu pada jalur yang menghubungkan keadaan awal dan akhir. Panas dan
kerja disebut pathfunctions.

9|Page
2.4 KERJA EKSPANSI
Jika suatu sistem menyesuaikan volumenya dengan suatu tekanan yang berlawanan, suatu
akibat dari kerja dihasilkan pada lingkungannya. Kerja ekspansi ini terjadi hampir pada semua
keadaan pada kehidupan sehari-hari. Sistemnya merupakan sekumpulan gas yang ditampung dalam
suatu silinder yang ditutup dengan suatu piston D. Piston tersebut diasumsikan tidak memiliki
massa dan tidak mengalami gesekan. Silinder tersebut dimasukkan kedalam suatu termostat
sehingga suhunya konstan selama terjadi perubahan keadaan. Terkecuali dibuat suatu pernyataan
khusus yang berkebalikan, dianggap tidak ada tekanan udara yang menekan piston ke bawah.

Pada keadaan awal piston D ditahan oleh serangkaian penahan S oleh tekanan dari gas.
Suatu penahan kedua S’ dipakai untuk menahan piston setelah rangkaian pertama ditarik. Keadaan
awal dari sistem digambarkan dengan T, p1,V1. Ketika menempatkan sejumlah kecil massa M pada
piston; massa ini haruslah cukup kecil sehingga ketika penahan S ditarik, piston akan naik dan
disorong melawan penahan S’. Keadaan akhir dari sistem adalah T, p2,V2. Batasnya merupakan
dinding bagian dalam dari silinder dan piston; dimana perubahan batas meningkatkan volume
menjadi lebih besar V2. Kerja dihasilkan dalam perubahan ini, karena massa M disekelilingnya,
telah diangkat vertikal ke atas sejauh h melawan gaya gravitasi Mg. Jumlah kerja yang dihasilkan
adalah

W =Mgh. (7.1)

Jika luas dari piston adalah A, tekanan kearah bawah yang memberikan aksi pada piston adalah
Mg/A = Pop, tekanan yang melawan gerakan dari piston (op=opposite, lawan). Oleh karenanya Mg
= PopA. Mempergunakan nilai ini pada pers 7.1 kita peroleh,

W = PopAh.

Nilai Ah dapat didapatkan dari pertambahan volume sebagai akibat perubahan keadaan, dimana Ah
= V2 – V 1 , dan kita mendapatkan

W = Pop(V2 – V1). (7.2)

10 | P a g e
Kerja yang dihasilkan pada perubahan keadaan dalam pers (7.2), digambarkan pada luas wilayah
yang diarsir dalam diagram p – V pada gambar 7.2(c). Kurva putus-putus merupakan isoterm dari
gas dimana ditunjukkan nilai awal dan akhirnya. Terbukti bahwa M dapat bernilai dari nol hingga
batas atas tertentu dan masih memungkinkan piston untuk naik hingga penahan S’. Hal ini sesuai
dengan pop yang dapat memiliki nilai antara 0≤ pop ≤ p2, dan oleh karenanya jumlah kerja yang
dihasilkan dapat bernilai nol hingga beberapa nilai yang lebih tinggi. Kerja merupakan fungsi dari
langkah. Haruslah diingat bahwa pop merupakan suatu perkiraan dan tidak berhubungan dengan
tekanan dari sistem.

Oleh karena itu tanda dari W ditentukan oleh oleh tanda dari V, karena pop = mg/A selalu bernilai
positif. Pada ekspansi, V = + dan W = +; massa naik. Pada kompresi, V=-, W = -; massa
turun.

2.4.1 Ekspansi Dua Tahap


Persamaan 7.2 hanya berlaku jika nilai pop tetap selama perubahan keadaan. Jika ekspansi
terjadi dalam dua tahap maka persaman akan berubah menjadi penjumlahan dari total kerja yang
dihasilkan untuk kedua tahap:

W = Wtahap 1 + Wtahap2 = pop’(V’ – V1) + pop”(V” – V2)

Jumlah kerja yang ditunjukan dengan daerah yang diarsir pada gambar 7.3 untuk p” = p2.

Perbandingan dari gambar 7.2 (c) dan gambar 7.3 menujukkan bahwa kerja yang
dihasilkan oleh ekspansi dengan dua tahap menghasilkan kerja lebih banyak dibandingkan dengan
ekspansi satu tahap.

2.4.2 Ekspansi Multi Tahap


Suatu ekspansi multi tahap menghasilkan penjumlahan dari sejumlah kecil kerja yang
dihasilkan pada setiap tahapan. Jika Pop konstan dan volume meningkat dengan jumlah kecil dV,
kemudian jumlah kerja dW diberikan oleh

dW = PopdV (7.3)

11 | P a g e
Jumlah keseluruhan kerja yang dihasilkan untuk ekspansi dari V1hingga V2merupakan integral dari

2 V2
W   dW   PopdV (7.4)
1 V1

yang merupakan ungkapan umum untuk ekspansi dari sembarang sistem. Jika Pop diketahui sebagai
fungsi dari volume, integralnya dapat dicari dengan mempergunakan cara biasa.

perhatikanlah bahwa diferensial dW tidak berintegrasi dengan cara yang biasa. Integral dari suatu
diferensial biasa dx antar limit menghasilkan suatu perbedaan tertentu, ∆x,

x2
x1
dx  x2  x1  x,

akan tetapi integral dari dW merupakan penjumlahan dari sejumlah kecil kerja yang dihasilkan
oleh setiap elemen dari rangkaian tersebut,

2
1
dW  W

dimana W merupakan jumlah total kerja yang dihasilkan. Diferensial dW merupakan diferensial
tidak eksak dan diferensial dx merupakan diferensial eksak.

2.5 KERJA KOMPRESI


Kerja yang dipergunakan pada kompresi diperhitungkan mempergunakan persamaan yang
sama dengan yang dipergunakan untuk memperhitungkan kerja yang dihasilkan oleh ekspansi.
Volume akhir pada kompresi lebih kecil dari volume awal, sehingga setiap tahapan ∆V bernilai
negatif; sehingga kerja yang dipergunakan bernilai negatif.

Kompresi satu tahap dapat digambarkan sebagai berikut, suatu sistem yang sama seperti
sebelumnya, dipertahankan pada suhu konstan –T, akan tetapi keadaan awalnya merupakan
keadaan terekspansi T,p2,V2, sementara keadaan akhirnya merupakan keadaan terekspansi T,p1,V1.

Kerja yang dipergunakan dalam kompresi satu tahap akan jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan kerja yang dihasilkan dalam ekspansi satu tahap (Gbr. 7.2c).

2.6 KERJA MAKSIMUM DAN MINIMUM


Pada ekspansi dua tahap lebih banyak kerja dihasilkan dibandingkan dengan ekspansi satu
tahap. Hal ini cukup beralasan karena ekspansi dilakukan dalam banyak tahapan mempergunakan
massa yang besar pada awalnya dan membuatnya semakin kecil ketika ekspansi terlaksana, bahkan
lebih banyak kerja dapat dihasilkan. Hal ini merupakan sebuah kebenaran, akan tetapi terdapat
pembatasan untuk hal ini. Massa yang dipergunakan tidaklah terlalu besar sehingga dapat menekan

12 | P a g e
sistem disamping dapat membiarkannya untuk berekspansi. Dengan berekspansi melalui sejumlah
besar tahapan akan dihasilkan rangkaian tahapan yang terus menerus kerja yang dihasilkan dapat
ditingkatkan hingga suatu nilai maksimum tertentu. Sama halnya kerja yang dipakai dalam
kompresi dua tahap kurang dari yang yang dipergunakan dalam kompresi satu tahap. Dalam suatu
kompresi banyak tahap dipergunakan kerja yang lebih sedikit lagi.

Kerja ekspansi diberikan oleh

Vf
W   Pop dV
Vi

Agar integral menghasilkan suatu nilai maksimum, maka Pop haruslah memiliki nilai terbesar yang
mungkin untuk setiap tahapan dari proses. Akan tetapi jika gas berekspansi, Pop harus kurang dari
tekanan gas p. Oleh karenanya untuk menghasilkan kerja maksimum, kita menyesuaikan tekanan
lawan menjadi Pop = p – dp, suatu nilai yang lebih kecil dari tekanan gas. Kemudian

Vf Vf
Wm   ( p  dp)dV   ( pdV  dpdV ) ,
Vi Vi

dimana Vi dan Vf merupakan volume awal dan volume akhir. Pernyataan kedua dalam integral
adalah suatu bentuk yang lebih besar dari pertama yang mempunyai limit nol. Oleh karenanya
untuk kerja maksimum pada ekspansi

Vf
Wm   pdV . (7.5)
Vi

Sama halnya ketika kita mencari kerja minimum yang diperlukan untuk kompresi dengan
menetapkan nilai Pop untuk setiap tahapan sedikit lebih kecil dari tekanan dari gas; Pop = p+
dp. Ungkapan ini sebelumnya menghasilkan pers. (7.5) yang tentunya merupakan bentuk umum
dan tidak dibatasi untuk gas.

13 | P a g e
Untuk gas ideal, jumlah maksimum kerja yang dihasilkan pada ekspansi atau yang dipakai untuk
kompresi sama dengan daerah yang diarsir pada daerah dibawah isoterm pada Gbr. 7.6. Untuk gas
ideal kerja maksimum atau minimum pada suatu perubahan keadaan isotermal dapat dengan
mudah dievaluasi, karena p = nRT/V. Menggunakan nilai tekanan ini untuk pers. (7.5), kita
mendapatkan

Vi nRT Vi dV V
Wmax, min   dV  nRT   nRT ln f .
Vf V Vf V Vi

Pada kondisi yang digambarkan, n dan T akan bernilai konstan selama perubahan sehingga dapat
dikeluarkan dari tanda integral. Ingatlah bahwa pada ekspansi Vf> Vi, sehingga rasio logaritmanya
positif; pada kompresi Vf< Vi, rasionya lebih kecil dari satu sehingga logaritmanya negatif. Dengan
cara inilah tanda dari W berubah dengan sendirinya.

2.7 PERUBAHAN REVERSIBEL DAN IREVERSIBEL


Bayangkanlah suatu sistem yang sama dengan sistem sebelumnya; sejumlah gas yang berada di
dalam silinder pada temperatur konstan T. Kita mengekspansi gas dari keadaan T, p1,V1 ke keadaan
T, p2,V2 dan kemudian kita mengkompresi gas ke keadaan asalnya. Gas telah dikenakan suatu
perubahan siklik yang mengembalikannya ke keadaan awalnya. Anggaplah bahwa kita melakukan
siklus ini dengan dua proses yang berbeda dan memperhitungkan efek langlah Wcy untuk setiap
proses.

Proses 1. Ekspansi satu tahap dengan Pop = p2; kemudian ekspansi satu tahap dengan pop = p1.

Kerja yang dihasilkan dalam ekspansi oleh karenanya dengan pers (7.4),

Wexp  p 2 (V2  V1 ) ,

sedangkan kerja yang dihasilkan pada kompresi adalah

Wcomp  p1 (V1  V2 ) .

Efek jaringan pada siklus ini merupakan penjumlahan dari keduanya:

Wcy  p 2 (V2  V1 )  p1 (V1  V2 )  ( p 2  p1 )(V2  V1 ) .

Karena V1 – V2 bernilai positif, dan p2 – p1 bernilai negatif, maka Wcy bernilai negatif. Jaring kerja
telah dipergunakan dalam proses ini. Sistem telah dikembalikan ke keadaan semula, akan tetapi
tidak dengan lingkungannya; massa menjadi lebih kecil dilingkungannya setelah siklus.

14 | P a g e
Proses 2. Pembatasan ekspansi banyak tahap dengan Pop = p; kemudian membatasi kompresi multi
tahap dengan Pop = p.

Dengan pers. (7.5), kerja yang dihasilkan pada ekspansi adalah

V2
Wexp   pdV ,
V1

sementara kerja yang dihasilkan pada kompresi adalah, dengan pers. (7.5),

V1
Wcomp   pdV .
V2

Efek langkah kerja pada siklus adalah

V2 V1 V2 V2
Wcy   pdV   pdV   pdV   pdV  0 ,
V1 V2 V1 V1

Jika perubahan dilakukan dengan metode kedua, sistem dikembalikan ke keadaan semula, dan
demikian juga dengan lingkungannya dikembalikan ke keadaan semula, karena tidak dihasilkan
efek kerja jaringan.

Bayangkan sistem mengalami perubahan keadaan melalui serangkaian keadaan intermediet


tertentu dan kemudian dikembalikan dengan melalui rangkaian keadaan yang sama dengan urutan
yang berkebalikan. Kemudian jika lingkungan juga dikembalikan ke keadaan semula, perubahan
dalam kedua arah reversibel. Proses yang demikian disebut proses reversibel. Jika lingkungan tidak
dikembalikan ke keadaan semula setelah siklus, perubahan dan prosesnya ireversibel.

Kita tidak dapat melakukan suatu perubahan secara reversibel. Suatu rentang waktu yang tidak
tentu diperlukan jika peningkatan volume pada setiap tahap sangat kecil. Proses reversibel
karenanya bukanlah merupakan proses yang sebenarnya, akan tetapi suatu proses ideal. Proses
yang sebenarnya selalu merupakan proses yang ireversibel

2.8 PROPERTIES OF THE ENERGY

For a specified change in state, the increase in energy I1U of the system depends only on
the initial and final states of the system and not upon the path connecting those states. Both Q and
W depend upon the path, but their difference Q - W = I1U is independent of the path. This is
equivalent to the statement that r;lQ and r;lW are inexact differentials, while dU is an exact
differential. The energy is an extensive state property of the system; under the same conditions of
T and p, 10 mol of the substance composing the system has ten times the energy of 1 mol. The
energy per mole is an intensive state property of the system. Energy is conserved in all

15 | P a g e
transformations. A perpetual motion machine of the first kind is a machine that by its action creates
energy by some transformation of a system. The first law of thermodynamics asserts that it is
impossible to construct such a machine; not that people have not tried! No one has ever succeeded,
but there have been some famous frauds in this field.

2.8Sifat-sifatEnergi

Untuk perubahan status yang ditentukan, peningkatan energi I1U sistem hanya bergantung
pada keadaan awal dan akhir sistem dan tidak pada jalur yang menghubungkan bagiantersebut.
Baik Q dan W bergantung pada jalan, namun perbedaannya Q - W = I1U tidak bergantung pada
jalan. Ini sama dengan pernyataan bahwa r; lQ dan r; lW adalah perbedaan yang tidak nyata,
sementara dU adalah diferensial yang tepat. Energi adalahsifatekstensif yang luas dari sistem;
Dengan kondisi yang sama dari T dan p, 10 mol zat yang menyusun sistem memiliki energi
sepuluh kali lipat dari 1 mol. Energi per mol adalah sifat yang intensif dari sistem. Energi
dilestarikan dalam semua transformasi. Mesin gerak abadi jenis pertama adalah mesin yang oleh
akarnya menciptakan energi dengan beberapa transformasi sistem. Hukum pertama termodinamika
menegaskan bahwa tidak mungkin membangun mesin semacam itu; Bukan berarti orang belum
mencobanya! Tidak ada yang pernah berhasil, tapi ada beberapa kecurangan terkenal di bidang ini.

2.9 MATHEMATICAL INTERLUDE; EXACT AND INEXACT DIFFERENTIALS

An exact differential integrates to a finite difference, Ii dU = U2 - U1, which is inde-


pendent of the path of integration. An inexact differential integrates to a total quantity, Ii r;lQ = Q,
which depends on the path of integration. The cyclic integral of an exact differential is zero for any
cycle, Eq. C7.7). The cyclic integral of an inexact differential is usually not zero. Note that the
symbolism I1Q and I1W is meaningless. If I1W meant anything, it would mean W2 - JVi; but the
system in either the initial state or the final state does not have any work W1 or W2, nor does it
have any heat Q1 or Q2. Work and heat appear during a change in state; they are not properties of
the state, but properties of the path.

Energy and the First law of Thermodynamics Properties of the state of a system, such as T,
p, V, U, have differentials that are exact. Differentials of properties of the path, such as Q and W,
are inexact.

2.9Intermud Matematika; Exact Dan Inexact Differentials

Perbedaan yang tepat berintegrasi dengan perbedaan yang terbatas, Ii dU = U2 - U1, yang
bergantung pada jalur integrasi. Perbedaan yang tidak pasti menyatu dengan jumlah total, Ii r; lQ =
Q, yang bergantung pada jalur integrasi. Inti siklik dari diferensial yang tepat adalah nol untuk
setiap siklus, Persamaan. C7.7). Inti siklik dari diferensial yang tidak pasti biasanya tidak nol.

16 | P a g e
Perhatikan bahwa simbolisme I1Q dan I1W tidak ada artinya. Jika I1W berarti apa-apa, itu berarti
W2 - JVi; Tetapi sistem di negara bagian atau negara akhir tidak memiliki pekerjaan W1 atau W2,
dan juga tidak memiliki panas Q1 atau Q2. Pekerjaan dan panas muncul saat terjadi perubahan
keadaan; Mereka bukan sifat negara, tapi sifat jalannya.Energi dan Hukum Pertama
Termodinamika Sifat keadaan sistem, seperti T, p, V, U, memiliki perbedaan yang tepat.
Perbedaan sifat dari jalur, seperti Q dan W, tidak tepat.

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Terdapat 2 Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:

a. Hukum Pertama Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor
yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

b. Hukum kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

3.2 saran

a. Penulis dapat menambahkan lagi materi (menambahkan rumusan masalah) agar


pengetahuan pembaca menjadi lebih luas
b. Penulis juga dapat memperbanyak lagi sumber / referensi, agar makalah yang akan
dibuat lebih lengkap lagi.

18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry edisi ke-3, Addison-Wesley Publishing Company,
Singapore.

Drs. Iqmal Tahir, M.Si., diktat terjemahan castellan . Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai