“STOIKIOMETRI”
OLEH
KELOMPOK I
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
segala berkat yang telah di limpahkan-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas khusus mata kuliah Kapita Selekta Kimia SMA dengan baik
dan bersungguh-sungguh.
Adapun makalah yang akan kami bahas adalah “STOIKIOMETRI”. Kami
juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi setiap pembaca.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa – apa sajakah yang merupakan hukum dasar kimia?
2. Bagaimana konsep mol pada stoikiometri?
3. Bagaimana menentukan kadar zat kimia?
4. Bagaimana menentukan rumus empiris dan rumus molekul?
5. Apa – apa saja yang merupakan reaksi pembatas?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kita bisa menentukan tujuan yang
akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan hukum dasar kimia.
2. Untuk mengetahui konsep mol pada stoikiometri.
3. Untuk menentukan kadar zat kimia.
4. Untuk menentukan rumus empiris dan rumus molekul.
5. Untuk mengetahui apa saja yang merupakan reaksi pembatas.
2
BAB II
IDENTITAS
2.1 Buku I
Judul Buku : Rangkuman Intisari Kimia SMA
Pengarang : Yuliani S. Tp.
Tahun terbitan : 2012
Penerbit : Laskar Aksara
ISBN : 978-602-7732-01-8
2.2 Buku II
Judul Buku : Super Tips & Trik Kimia SMA
Pengarang : Swasti Endriani, S. Si
Tahun Terbitan : 2009
Penerbit : KawahMedia
ISBN : 979-795-188-8
2.3 Buku III
Judul Buku : Kimia
Pengarang : Budi Utami, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina
Mahardiani, Sri Yamtimah, Bakti Mulyani
Tahun Terbitan : 2009
Penerbit : Pusat Perbukuan Departement Pendidikan Nasional
ISBN : 978-979-068-179-8
2.4 Jurnal
Judul : Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Stoikiometri
Pada Pereaksi Pembatas Dalam Jenis-Jenis Reaksi Kimia Siswa Kelas
X Mia Sma Negeri 4 Malang
Penulis : Lailatul Maghfiroh, Santosa, Ida Bagus Suryadharma
Tempat Terbit : Malang
Tahun Terbit : 2016
ISSN : 2528-6536
3
BAB III
RINGKASAN
3.1 Ringkasan Buku I
Stoikiometri membahas tentang hubungan massa antar unsure dalam suatu
senyawa (stoikiometri senyawa) dan antar zat dalam suatu reaksi kimia
(stoikiometri reaksi).
Tata Nama Senyawa Sederhana
1. Tata Nama Senyawa Molekul (Kovalen) Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua jenis unsur.
Contohnya : air (H2O), ammonia (NH3).
a. Rumus Senyawa
Unsur yang terdapai leih dahulu dalam urutan berikut, ditulis di depan.
B-Si-C-Sb-As-P-N-H-Te-Se-S-I-Br-Cl-O-F
Contoh : SiO2
b. Nama Senyawa
Nama senyawa biner dari dua jenis unsure non logam adalah rangkaian
nama kedua jenis unsur tersebut dengan akhiran-ida (ditambahkan
pada unsur yang kedua).
Contoh : NH3
Catatan : jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari
sejenis senyawa, maka senyawa – senyawa yang terbentuk dibedakan
dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani.
2. Tata Nama Senyawa Ion
Kation = ion bermuatan positif (ion logam)
Anion = ion bermuatan negative (ion non logam atau ion poliatom)
a. Rumus Senyawa
Rumus senyawa ion ditemtukan oleh perbandingan muatan kation dan
anionnya. Kation dan anion diberi indeks sedemikian rupa sehingga
bersifat netral (£ 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑓 = £ 𝑚𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓).
b. Nama Senyawa
nama senyawa ion adalah rangkaian nama kation (didepan) dan nama
ion (dibelakang), sedangkan angka indeks tidak disebutkan.
4
Catatan :
Jika unsur logam mempunyai lebih dari sejenis bilangan oksidasi,
maka senyawa – senyawa dibedakan dengan menuliskan bilangan
oksidasinya (ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi di
belakang nama unsur logam itu).
Berdasarkan cara lama, senyawa dari unsure logam yang
mempunyai 2 jenis muatan dibedakan dengan member akhiran –o
untuk muatan yang lebih rendah dan akhiran –I untuk muatan yang
lebih tinggi.
3. Tata Nama Senyawa Terner
Senyawa terner sederhana meliputi : asam, basa, dan garam. Reaksi antara
asam dengan basa menghasilkan garam.
a. Tata Nama Asam
Rumus asam terdiri atas atom H (didepan, dianggap sebagai ion H+)
dan suatu anion yang disebut sisa asam
Contoh : H3PO4
b. Tata Nama Basa
Basa adalah zat jika dalam air dapat menghasilkan ion OH-.
Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida
c. Tata Nama Garam
Garam adalah senyawa ion terdiri dari kation basa dan anion sisa asam.
Rumus dan penamaannya = senyawa ion
d. Tata Nama Senyawa Organik
Senyawa ionic adalah senyawa – senyawa dengan sifat – sifat tertentu
dan mempunyai tata nama khusus yaitu nama lazim atau nama dagag
(nama trivial).
Hukum Dasar Kimia
1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lovoisier)
Yaitu : “Dalam system tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama”.
Contoh : 40 g Ca + 16 g O2 56 g CaO
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
5
Yaitu : “ Perbandingan massa unsur – unsur dalam suatu senyawa adalah
tertentu dan tetap”.
Contoh : air tersusun oleh unsur – unsur H2 dan O2 dengan perbandingan
yang selalu tetap yaitu : 11,91 % : 88,81 % = 1 : 8
6
b. Hubungan Mol Dengan Jumlah Partikel
Dirumuskan :
X = n . (6.02 . 1023)
n = jumlah mol
x = jumlah partikel
c. Massa Molar (mm)
Massa molar menyatakan massa 1 mol zat.
Satuannya adalah gram mol-1.
Massa molar zat berkaitan dengan Ar atau Mr zat itu, karena Ar
atau Mr zat merupakan perbandingan massa antara partikel zat itu
dengan atom C-12.
d. Hubungan Jumlah Mol (n) dengan Massa Zat (m)
Dirumuskan
m = n . mm
dengan :
m = massa
n = jumlah mol
mm = massa molar
e. Volum Molar Gas (Vm)
Volume molar adalah volum 1 mol gas.
Menurut Avogadro, pada suhu dan tekanan yang sama, gas – gas
bervolum sama akan mengandung jumlah molekul yang sama pula.
Pada suhu dan tekanan yang sama, gas – gas dengan jumlah
molekul yang sama akan mempunyai volum yang sama.
1 mol setiap gas mempunyai jumlah moleku yang sama yaitu 6,02 .
1023 molekul, maka pada suhu dan tekanan yang sama, 1 mol
setiap gas mempunyai volume yang sama.
Jadi pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas hanya
bergantung pada jumlah molnya.
Dirumuskan :
V = n . Vm
Dengan
7
V = volume gas
n = jumlah mol
Vm = volum molar
f. Pada Saat Tertentu Dengan Suhu dan Tekanan Yang Diketahui
Dirumuskan dengan persamaan gas ideal:
PV=nRT
nRT
V= P
8
3.2 Ringkasan Buku II
A. Konsep Mol
Mol adalah satuan dasar SI yang menyatakan jumlah zat yang
mengandung partikel.
massa Jumlah Partikel Vgas (STP)
Mol = = = 22,4 L = Molaritas . V
Mr/Ar 6,02 . 1023 ⁄mol
n x Ar A
%A= x 100%
Mr An Bn
9
“Pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan mol sama dengan
perbandingan volume”.
mol A Volume A
= Volume B
mol B
10
1 mol S bereaksi dengan 1 mol O2 membentuk 1 mol SO2. 32 gram S
bereaksi dengan 32 gram O2 membentuk 64 gram SO2. Massa total
reaktan sama dengan massa produk yang dihasilkan.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Pada tahun 1799 kimiawan Prancis, Joseph Proust, melalui
berbagai percobaan menemukan suatu ketetapan yang dikenal dengan
hukum Proust, yaitu sebagai berikut.
“perbandingan massa unsur-unsur pembentuk senyawa selalu tetap,
sekali pun dibuat dengan cara yang berbeda”
Contoh :
S(s) + O2(g) → SO2(g)
Perbandingan massa S terhadap massa O2 untuk membentuk
SO2 adalah 32 gram S berbanding 32 gram O2 atau 1 : 1. Hal ini
berarti, setiap satu gram S tepat bereaksi dengan satu gram
O2 membentuk 2 gram SO2. Jika disediakan 50 gram S, dibutuhkan 50
graM O2 untuk membentuk 100 gra- SO2.
3. Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)
Ketertarikan John Dalton mempelajari dua unsur yang dapat
membentuk lebih dari satu senyawa ternyata Menghasilkan suatu
kesimpulan yang disebut hukum perbandingan berganda:
’’Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka
perbandingan massa unsur yang satu, yang bersenyawa dengan
unsur lain yang tertentu massanya merupakan bilangan bulat dan
sederhana’’.
Contoh:
a. Karbon dan oksigen dapat membentuk dua senyawa
Karbon + oksigen → Karbon monoksida (I)
Karbon + oksigen → Karbon diosida (II)
senyawa karbon oksigen karbon : oksigen
I 42,8% 57,2% 1 : 1,33
II 27,3% 72,7% 1 : 2,6
11
b. Sulfur (belerang) dengan oksigan dapat membentuk dua senyawa
oksigen, yaitu sulfur oksida (I) dan sulfur trioksida (II)
senyawa belerang oksigen belerang : oksigen
I 50% 50% 1:1
II 40% 60% 1 : 1,
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturunkan
dengan keadaan harga n1 = n2 sehingga diperoleh persamaan :
P 1 . V 1/ T 1 = P 2 . V 2 / T 2
5. Hukum Avogadro (Hipotesis Avogadro atau Prinsip Avogadro)
Seorang ahli fisika dari Italia bernama Amadeo Avogadro
berpendapat bahwa ada hubungan antara jumlah partikel dalam gas
dan volume gas, yang tidak bergantung pada jenis gas. Untuk
memahaminya, perhatikan data percobaan penentuan jumlah molekul
beberapa gas pada volum 1L, suhu dan tekanan standar (0°C, 76
cmHg) pada tabel di bawah ini:
Dari data tersebut ternyata dalam volum yang sama dan keadaan
yang sama terdapat jumlah partikel yang sama pula. Artinya, jumlah
molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran
dari molekul gas.
Contoh :
12
1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang
sama, selama suhu dan tekanannya sama. Aspek ini dapat dinyatakan
secara matematis :
Dimana:
V adalah volume gas.
n adalah jumlah mol dalam gas tersebut.
k adalah tetapan kesebandingan.
Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa Konstanta gas
ideal memiliki nilai yang sama bagi semua gas. Artinya, konstan.
Dimana:
p adalah tekanan gas
T adalah temperatur
V adalah volume
N adalah jumlah mol
Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 Liter pada kondisi standar
(STP), dan angka ini sering disebut volum molar gas ideal. Gas-gas nyata
(non-ideal) memiliki nilai yang berbeda. Hipotesis Avogadro dijadikan
suatu hukum, yang dikenal sebagai Hukum Avogadro. Hipotesis Avogadro
berbunyi :
“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.
B. Konsep Mol
Dalam mereaksikan zat, banyak hal yang perlu kita perhatikan
misalnya wujud zat berupa gas, cair dan padat. Cukup sulit bagi kita untuk
13
mereaksikan zat dalam ketiga wujud zat tersebut, dalam bentuk padat
dipergunakan ukuran dalam massa (gram), dalam bentuk cair
dipergunakan volume zat cair dimana didalamnya ada pelarut dan ada zat
yang terlarut. Demikian pula yang berwujud gas memiliki ukuran volume
gas.
Kondisi ini menuntut para ahli kimia untuk memberikan satuan
yang baru yang dapat mencerminkan jumlah zat dalam berbagai wujud zat.
Avogadro mencoba memperkenalkan satuan baru yang disebut dengan
mol. Definisi untuk 1 (satu) mol adalah banyaknya zat yang mengandung
partikel sebanyak 6.023 x 1023. Bilangan ini dikenal dengan Bilangan
Avogadro yang dilambangkan dengan huruf N. berikut adalah konsep mol
pada perhitungan kimia yaitu:
Contoh Soal :
a. Pada suhu dan tekanan tertentu, volume dari 22 gram gas karbon
dioksida (CO2) adalah 10 liter. Pada suhu dan tekanan yang sama,
berapakah volume dari 8 gram gas oksigen (O2)? (Ar O = 16; C = 12)
Pembahasan:
Diketahui:
V CO2= 10 L
massa CO2= 22 gr
14
Mr CO2= 44
massa O2= 8 gr
Mr O2= 32
Ditanyakan: V O2…?
Jawaban:
n CO2= massa / Mr
n CO2= 22 / 44 = 0,5 mol
n O2= massa / Mr
n O2= 8 / 32 = 0,25 mol
Pembahasan:
Diketahui:
massa H2SO4 = 98 gr
Mr H2SO4 = 98
V larutan = 500 mL =0,5 L
Jawaban:
n H2SO4 = massa / Mr = 98 / 98 = 1 mol
n=MxV
M = n/V
M = 1/0,5 = 2 M
15
C. Kadar Zat
Dalam kehidupan ini termasuk dalam kimia, penentuan kadar zat
dalam campuran sangatlah penting. Kadar zat sangat dapat mempengaruhi
reaksi kimia yang terjadi. Sementara ini, kadar zat dalam campuran dapat
dinyatakan dalam beberapa bentuk, yaitu: persen massa, persen volume,
bagian per sejuta, molaritas, molalitas, dan fraksi mol.
1. Persen Massa (% m/m)
Persen massa menyatakan jumlah gram suatu zat dalam 100 gram
campuran. Misalnya: kadar emas 75%, berarti dalam campuran tersebut
mengandung 75 gram emas dalam setiap 100 gram campuran. Rumus
persen massa adalah sebagai berikut.
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒛𝒂𝒕
% 𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒎𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒄𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒂𝒏
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒛𝒂𝒕
% 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 = × 𝟏𝟎𝟎%
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏
16
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒛𝒂𝒕
𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒛𝒂𝒕 = × 𝟏𝟎𝟔 𝒑𝒑𝒎
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒂𝒎𝒑𝒖𝒓𝒂𝒏
1 % = 10.000 ppm
Contoh Soal :
Jawab:
Volume minyak tanah = 50 mL
Volume bensin = 200 mL
Volume campuran = 200 + 50 = 250 mL
Volume minyak tanah
% volume minyak tanah = × 100%
Volume campuran
50
% volume minyak tanah = × 100% = 20%
250
Jadi, kadar minyak tanah dalam larutan tersebut adalah 20%.
D. Rumus Empiris Dan Rumus Molekul
Rumus kimia suatu zat dapat menjelaskan atau menyatakan jumlah
relatif atom yang ada dalam zat itu. Rumus kimia dibedakan menjadi
rumus molekul dan rumus empiris.Rumus empiris adalah rumus yang
paling sederhana dari suatu senyawa. Rumus ini hanya menyatakan
perbandingan jumlah atom – atom yang terdapat dalam molekul.
Rumus empiris merupakan rumus molekul yang telah
disederhanakan sehingga dapat dikatakan bahwa rumus molekul ini
merupakan kelipatan dari rumus empiris. Secara matematis, perbandingan
rumus empiris dengan rumus molekul adalah sebagai berikut.
17
dikalikan dengan n maka menghasilkan Mr rumus molekul. Konsep inilah
yang menjadi acuan untuk menentukan rumus molekul dari rumus empiris
suatu senyawa. Untuk menentukan rumus empiris dan molekul senyawa,
perhatikan langkah-langkah berikut ini.
1. Tentukan perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa
2. Tentukan perbandingan mol unsur-unsur penyusun senyawa dengan
rumus sebagai berikut :
𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐔𝐧𝐬𝐮𝐫
Mol = 𝐌𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐀𝐭𝐨𝐦 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐟 (𝐀𝐫)
(Rumus Empiris)n = Mr
Contoh Soal
Suatu senyawa mengandung 40% karbon, 53,33% oksigen dan sisanya
hidrogen. Jika massa molekul relatif (Mr) senyawa tersebut adalah 180,
tentukan rumus molekul senyawa itu (Ar C = 12, Ar O = 16 dan Ar H = 1).
Jawab
SOAL
1. Pada suhu tetap reaksi :
18
1
SO3 (aq) ↔ SO2 (g) + O2 (g) bersifat endotermik. Kesetimbangan bergeser
2
Penyeesaian:
1) Gas O2 ditambahkan dalam sistem kesetimbangan
2) Volume campuran dimampatkan
3) Campuran pada kesetimbangan didinginkan
4) Gas inert ditambahkan ke dalam campuran
3. Pada suhu 270C terjadi reaksi penguraian 1 mol methanol dalam ruang 1
L, sesuai kesetimbangan berikut :
CH3OH (g) ⇌ CO (g) + 2 H2 (g)
Jika saat keadaan tercapai, terdapat 0,8 mol CH3OH, harga Kp dari reaksi
tersebut adalah….
Penyelesaian:
19
[𝐶𝑂][𝐻2 ]2
Kc = [𝐶𝐻3 𝑂𝐻]
[0,2/1][0,4/1]2
= [0,8/1]
0,2 .0,16
= 0,8
= 0,04
Kp = 𝐾𝑐 (𝑅𝑇)∆𝑛
Kp = 0.04 (0,082 . 300)2
Penyelesaian :
20
2HI(g) ⇌ H2 (g) + I2 (g)
m 1 mol - - -
b 0,4 mol 0,2mol 0,2 mol
s 0.6 mol 0,2mol 0,2 mol
0,5
[ HI ] = = 0,3 𝑀
2
0,2
[ H2 ] = = 0,1 𝑀
2
0,2
[ I2 ] = = 0,1 𝑀
2
[𝐻2 ][𝐼2 ]
Kc = [𝐻𝐼]2
[0,1][0,1]
= [0,3]2
= 0,1
6. Tentukan harga Kp jika diketahui reaksi :
2SO3(g) ⇌ 2SO2 (g) + O2 (g)
memiliki tetapan kesetimbangan Kc = 16. Pada suhu 27 0C
Penyelesaian :
Kp = 𝐾𝑐 (𝑅𝑇)∆𝑛
Kp = 16 (0,082 . 300)1
Kp = 393,6
TUJUAN
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa SMA
kelas X-MIA SMAN 4 Malang dalam memahami konsep persamaan reaksi, jenis-
jenis reaksi, dan stoikiometri pereaksi pembatas. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah deskriptif Sampel penelitian sebanyak 2 kelas yaitu kelas X-
MIA 1 dan X-MIA 2 yang berjumlah 66 siswa yang diambil secara cluster
random sampling. Instrumen penelitian berupa 27 soal pilihan ganda dengan 5
21
pilihan jawaban yang memiliki validitas isi sebesar 83,34% dan reliabilitas
dengan r = 0,833. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pemahaman siswa terhadap
konsep persamaan reaksi kimia tergolong cukup (46,2%), (2) jenis-jenis reaksi
kimia tergolong sangat tinggi (81,8%), dan (3) pereaksi pembatas tergolong tinggi
(70,7%).
METODE
Rancangan pada penelitian ini adalah menggunakan rancangan
penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini diambil dari siswa-siswi kelas
X MIA SMA Negeri 4 Malang sebanyak 7 kelas. Sampel yang digunakan yaitu
berasal dari kelas XMIA 1 dan X-MIA 2 yang berjumlah 66 siswa dengan teknik
cluster random sampling. Instrumen yang digunakan berupa 27 soal pilihan ganda
dengan 5 alternatif jawaban. Perhitungan validitas isi dan reliabilitas berturut-turut
adalah 83,34%
Teknik analisis data menggunakan statistika deskriptif dengan teknik
persentase. Perhitungan persentase pemahaman dilakukan dengan cara
membandingkan antara jumlah siswa yang menjawab
benar pada tiap butir soal dengan jumlah
keseluruhan siswa. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
Keterangan:
P = persentase siswa yang menjawab benar
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah keseluruhan siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyebab kesalahan siswa dalam menentukan rumus kimia dan
menyetarakan persamaan reaksi adalah siswa menganggap persamaan reaksi yang
diberikan sudah setara tanpa mengecek rumus kimia reaktan dan produk dalam
persamaan reaksi tersebut sudah benar atau tidak. Siswa juga menganggap unsur
Br terdiri dari atom-atom Br bukan molekul Br2, sehingga dapat dikatakan bahwa
siswa tidak dapat membedakan unsur-unsur yang terdiri atas molekul diatomik
dan monoatomik. Selain itu, siswa juga tidak dapat menyetarakan persamaan
reaksi.Penyebab kesalahan siswa dalam menuliskan persamaan reaksi setara
22
berdasarkan gambar molekul terjadinya reaksi adalah siswa menganggap
persamaan reaksi tersebut sudah setara dengan menuliskan pereaksi berlebih
sebagai hasil reaksi.
1. Tingkat pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 4 Malang pada
konsep persamaan reaksi kimia tergolong cukup (46,2%), meliputi: (1)
pemahaman siswa pada penentuan rumus kimia dan penyetaraan
persamaan reaksi tergolong tinggi yaitu sebesar 63,6%, (2) pemahaman
siswa pada penulisan persamaan reaksi setara berdasarkan gambaran
mikroskopik tergolong rendah yaitu sebesar 28,8%.
2. Tingkat pemahaman siswa pada konsep jenis-jenis reaksi kimia
tergolong sangat tinggi (81,8%), meliputi: (1) pemahaman siswa pada
reaksi penggabungan tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 89,4%, (2)
pemahaman siswa pada reaksi pembakaran tergolong sangat tinggi yaitu
sebesar 92,4%, (3) pemahaman siswa pada reaksi penguraian tergolong
sangat tinggi yaitu sebesar 90,9%, (4) pemahaman siswa pada reaksi
pendesakan tergolong tinggi yaitu sebesar 77,3% dan (5) pemahaman
siswa pada reaksi metatesis tergolong cukup yaitu sebesar 59,1%.
3. Tingkat pemahaman siswa pada konsep pereaksi pembatas tergolong
tinggi (70,7%), meliputi: (1) definisi pereaksi pembatas tergolong sangat
tinggi yaitu sebesar 96,9%, (2) penentuan pereaksi pembatas berdasarkan
massa tergolong tinggi yaitu sebesar 73,5%, (3) penentuan pereaksi
pembatas berdasarkan volume tergolong tinggi yaitu sebesar 71,2%, (4)
penentuan pereaksi pembatas berdasarkan jumlah partikel tergolong cukup
yaitu sebesar 56,8% dan (5) penentuan pereaksi pembatas berdasarkan mol
tergolong tinggi yaitu sebesar 64,4%.
23
BAB IV
PENILAIAN
4.1 Penilaian Buku
Buku Utama : Kelebihan dari buku utama ialah mengupas tuntas materi
Stoikiometri dengan jelas sehingga dapat membuat pembaca memahami
dengan mudah, menjabarkan satu demi satu materi yang dibahas dan
memberi penjelasan cukup mendalam. Jika kita lihat kelemahannya buku
ini sudah cukup baik dalam segi penuturan materinya sehingga tidak ada
kekurangan yang seknifikan dalam buku utama ini.
Buku Kedua : Kelebihan dari buku kedua ini ialah secara materi buku ini
memberikan tips dalam rumus yang diberikan untuk menjawab soal
dengan mudah tetapi kelemahannya adalah materi yang di sampaikan
dalam buku ini terlalu ringkas tidak terdapat jabatan secara khusus dalam
materinya , hanya memberikan rumus-rumus tanpa penjelasan secara
siknifikan. Sehingga jika di gunakan dalam sumber belajar utama buku ini
cukup membingungkan.
Buku Ketiga : kelebihan pada buku ini materi yang disajikan lengkap
dan materi Stoikiometri dengan jelas sehingga dapat membuat pembaca
memahami dengan mudah, menjabarkan satu demi satu materi yang
dibahas dan memberi penjelasan cukup mendalam.
Buku Utama : Tidak terdapat kelebihan dalam contoh soal di buku utama
ini. Kekurangannya karena dalam materi tidak didapatkan satupun contoh
soal sehingga pembaca akan bingung bagaimana cara penggunaan rumus-
rumus yang dimaksud dalam materinya.
24
Buku Kedua : Kelebihan dari contoh soal yang diberikan buku kedua ini
ialah sangat bagus karena diakhir materinya diberikan halaman khusus
untuk contoh soal berjumlah 20 soal yang mana setiap soal diberikan trik
dan cara menjawabnya, sehingga pembaca akan memahami dengan jelas
pengaplikasian rumus-rumus yang diberikan meskipun pada materi buku
utama sangat kurang.
Buku Ketiga : Kelebihan pada buku ini dilengkapi dengan contoh soal
yang banyak, sehingga pembaca akan memahami dengan jelas
pengaplikasian rumus-rumus yang diberikan meskipun pada materi buku
utama sangat kurang.
25
Buku Utama : Dari segi bahasa, buku ini sudah baik dengan bahasa baku
yang dapat di mengerti dengan mudah oleh pembaca. Jika kita lihat
kekurangannya buku ini tidak ada kekurangan dala. Segi bahasa.
Buku Kedua : Sama seperti buku utama , buku ini sudah baik dalam segi
bahasanya. Meski terlalu singkat dalam penyampaian materinya buku ini
juga sudah baik dengan menggunakan bahasa yang baku dan dengan
mudah dpat dipahami.
Buku Ketiga : Dari segi bahasa buku ini sudah baik dengan bahasa baku
yang dapat di mengerti dengan mudah oleh pembaca.
Buku Kedua : Sama dengan buku utama, buku kedua ini juga tidak
ditemukan praktikum untuk menunjang pembelajaran.
26
menyertainya seperti rumus kimia zat, persamaan reaksi, penyetaraan persamaan
reaksi, hukum-hukum dasar kimia, dan konsep mol. Apabila konsep-konsep dasar
ini dikuasai dengan baik oleh siswa, maka dalam memahami pereaksi pembatas
tidak akan mengalami kesulitan.Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
siswa kelas X MIA SMA Negeri 4 Malang, diperoleh informasi bahwa siswa
masih mengalami kesalahan dalam memahami konsep persamaan reaksi,
jenisjenis reaksi kimia, dan pereaksi pembatas. Berdasarkan informasi dari guru,
penelitian tentang konsep persamaan reaksi, jenis-jenis reaksi kimia, dan pereaksi
pembatas belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian dengan judul
“Identifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Stoikiometri pada Pereaksi Pembatas
dalam Jenis-jenis Reaksi Kimia Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 4 Malang”
perlu dilakukan
2. Aspek kelayakan isi
Isi yang tercantum pada jurnal yang berjudul "IDENTIFIKASI TINGKAT
PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS
DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA
NEGERI 4 MALANG" sudah layak karena susunan dan isi dari jurnal sudah
bagus. Mengandung materi dan juga penelitian yang dilakukan. Sehingga ketika
membaca jurnal tersebut pembaca langsung mengetahui tujuan dari peneliti.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi.
2. Konsep mol digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu senyawa,
baik rumus empiris (perbandingan terkecil atom dalam senyawa) maupun
rumus molekul (jumlah atom dalam senyawa)
3. Rumus empiris dihitung gram atau persen masing-masing penyusun
senyawa dan angka tersebut dibagi dengan Ar masing-masing diperoleh
perbandingan mol terkecil dari unsur penyusun senyawa.
4. Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama,
tetapi kebanyakan tidak sama.
5. Menentukan rumus molekul senyawa ada dua hal yang harus terlebih
dahulu diketahui yaitu rumus empiris senyawa dan Mr atau BM senyawa.
6. Koefisien reaksi : Perbandingan mol seluruh zat yang ada pada persamaan
reaksi, baik reaksi ruas kiri maupun hasil di ruas kanan.
7. Jika salah satu zat sudah diketahui molnya, mk zat lain pada persamaan
reaksi dapat dicari dengan cara membandingkan koefisien.
8. Hukum-hukum gas Yaitu:
9. Hukum Gay-Lussac (hukum perbandingan volume).
10. Hukum Avogadro (pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang
bervolume sama akan memiliki mol yang sama).
11. Keadaan Standar (setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 0oC dan tekanan 1
atm memiliki volume 22,4 liter (22,4 dm3)
5.2 Saran
Pada makalah ini mengenai stoikiometri adapun saran dari kelompok kami
yaitu pada ketiga buku untuk critical book report sudah layak untuk digunakan
sebagai referensi bahan ajar akan tetapi pada buku kedua lebih lengkap mengenai
kelengkapan isinya. Pada jurnal yang kami review mengenai identifikasi tingkat
pemahaman dalam pembelajaran stoikiometri seperti yang diketahui pada
28
pembahasan jurnal ini menyatakan bahwa siswa mengalami kendala atau
kesulitan mengenai materi stoikiometri. Karena materi ini cukup monoton dan
membosankan sehingga siswa merasa malas untuk mempelajarinya.
Dengan keluh kesah dari siswa mempelajari materi stoikiometri ini
terutama pada perhitungan kimianya. Oleh karena itu sebaiknya kita sebagai calon
pendidik atau pendidik (guru) menerapkan media pembelajaran (alat peraga)
stoikiometri agar untuk siswa mampu meningkatkan keingintahuan yang kuat
untuk mempelajari stoikiometri, tampilannya lebih menarik ketika siswa
melihatnya dan lebih semangat untuk mempelajari materi stoikiometri tersebut.
Disinilah kita sebagai calon pendidik atau pendidik (guru) seharusnya lebih kreatif
dalam memberikan materi yang sulit dipahami oleh siswa tersebut.
29
DAFTAR PUSTAKA
30