OLEH :
NAMA
: SRI HANDAYANI
NIM
: 4113131074
Jurusan
: Kimia
Program
: S1
Kelompok
: VIII (Delapan)
Tgl. Pelaksanaan
: 11 April 2013
JUDUL PERCOBAAN
II.
TUJUAN PERCOBAAN
: REAKSI ADISI
:
2. Mengamati hubungan antara jumlah bilangan iodium dengan ikatan rangkap suatu minyak.
3. Mengamati terjadinya reaksi pemutusan ikatan rangkap pada minyak bimoli dan minyak
curah.
4. Mengamati tujuan dilakukannya percobaan di tempat gelap.
5. Mengamati tujuan dilakukannya standarisasi larutan Na2S2O3.
III.
TINJAUAN TEORITIS
> C = C < + AB
A B
Molekul pengadisi (AB) dapat homogen (A=B) atau heterogen (AB) dan adisi dapat terjadi
pada alkena simetris dan alkena tidak simetris. Alkena simetri adalah alkena yang
mempunyai bidang simetri.
Adisi dengan pengadisi homogen
Adisi jenis ini banyak ditemui dalam senyawa organik misalkan adisi (H 2) atau
hidrogenasi dan adisi (X2) atau halogenasi seperti (Cl2 dan Br2). Adisi jenis ini tidak
mempermasalahkan arah adisi (orientasi) walaupun alkenanya tidak simetris. Contoh:
CH3CH=CH2 + H2
H
CH3CHCH2
H
CH3
CH3
+ Cl2
Cl
Cl
terikat pada kedua karbon sp2 tidak sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk
yang berlainan dari adisi HX:
CH3
CH3CH=CHCH3
alkena simetris
CH3CH=CH2
Cl
HCl
CH3CH=CHCH3
2 butena
simetris
CH3CHCHCH3
2-klorobutana
(Fessenden, 1982)
Alkena mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena
mempunyai rumus umum CnH2n dengan n = 2,3, alkena yang paling sederhana C 2H4,
etilena, dimana kedua atom karbonnya terngridasasi sp2 dan ikatan rangkap duanya terdiri
dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Reaksi adisi melibatkan senyawa tak jenuh yang
mengandung ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Hidrogenasi dan reaksi-reaksi hidrogen
halida dan halogen dengan alkena dan alkuna adalah contoh dari reaksi adisi.
(Chang, 2005)
Dalam suatu adisi elektrofilik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya satu
produk lebih melimpah dari pada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli kima Rusia,
Dalam adisi Hx kepada alkena tak simetris, H+ dari Hx menuju ke karbon berikatan rangkap
yang telah lebih banyak memiliki hidrogen.
Adisi HBr kepada alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan Markovnikov,
tetapi kadang-kadang tidak (efek ini tak dijumpai dengan HCl atau HI). Benzena merupakan
senyawa aromatik tersederhana dan senyawa yang telah seringkali dijumpai. Banyak senyawa
benzene biasa mempunyai nama diri, yakni nama yang tak perlu bersistem.
Benzena terdisubstitusi diberi nama dengan awalan orto, meta dan para dan tidak
dengan nomor-nomor posisi satu sama lain dalam suatu cincin benzene: orto menandai
hubungan 1,2; meta menandai hubungan 1,3; dan para berarti hubungan 1,4. Penggunaan
orto, meta, dan para sebagai ganti nomor-nomor posisi hanya dipertahankan khusus untuk
benzene terdisubstitusi. Dalam senyawa hidrokarbon terdapat senyawa hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh.
(Noor, 2012)
Reaksi ini digunakan untuk membedakan antara golongan alkana dengan alkena.
Ketika gas etena dilewatkan ke dalam air brom (berwarna coklat kemerahan), maka akan
mengalami reaksi adisi dan membentuk larutan 1,2-dibromoetana yang tidak berwarna.
Sedangkan senyawa alkana tidak mempengaruhi warna air brom ketika senyawa alkana
dilewati ke dalam brom. Alkena apabila direaksikan dengan halogen akan menghasilkan
haloalkana. Contoh:
CH2=CH2
etena
Cl2
CH2ClCH2Cl
klorin
1,2-dikloroetana
1,2-dikloroetana memiliki nama trivial vynil chlorida yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan plastik PVC.
(Putri, 2012)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Alat
Gelas ukur
Erlenmeyer
Buret
Erlenmeyer
Kaca arloji
Spatula
Ukuran
25 ml
250 ml
50 ml
100 ml
-
Jumlah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
B. BAHAN
No.
Nama Bahan
Konsentrasi
Warna
Wujud
Jumlah
1.
Minyak bimoli
Kuning
Cair
0,5383 gr
2.
Minyak curah
Kuning
Cair
0,5093 gr
3.
KI
15 %
Bening
Cair
45 ml
4.
Reagen wijs
Cokelat
Cair
45 ml
5.
Na2S2O3
0,1 N
Bening
Cair
58,2 ml
6.
Amilum
Putih
Cair
12 tetes
7.
HCl
2N
Bening
Cair
1 ml
8.
KIO3
Putih
Padat
0,0129 gr
9.
Akuades
Bening
Cair
305 ml
10.
KI
Putih
Padat
0,29 gr
V.
No.
1.
PROSEDUR KERJA
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan Na2S2O3 + H2O bening (Na2S2O3
standarisasi.
larut)
lemah,
lalu
ditambag
indikator
2.
-Menimbang
0,5
gr
minyak/lemak
-Dititrasi
dengan
Na2S2O3
yang
telah
larutan jernih.
VI.
Hasil Percobaan
Perlakuan
Pengamatan
Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan
standarisasi.
- Na2S2O3 + H2O
- KIO3 + akuades
+ KI
bening
+ HCl
coklat kemerahan
dititrasi
kuning lemah
bening
volume Na2S2O3 adalah 5,8 ml
larutan coklat
ditunggu 30 menit
+ KI 15%
warnanya memudar
+ akuades
warnanya tetap
dititrasi
bening
volume Na2S2O3 adalah 18,2 ml
larutan coklat
ditunggu 30 menit
+ KI 15%
warnanya memudar
+ akuades
warnanya tetap
dititrasi
bening
volume Na2S2O3 adalah 14,3 ml
- Blanko
larutan coklat
larutan wijs
ditunggu 30 menit
warnanya memudar
+ KI 15%
warnanya tetap
+ akuades
bening
Dititrasi
Reaksi-reaksi
1. Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan standarisasi
Na2S2O3.5H2O(s) + H2O(aq) Na2S2O3.6H2O(aq)
IO3- + 5I- + 6H- 3I2 + 3H2O
2S2O32- + I2
S4O62- + 2I-
Pembahasan
1. Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan standarisasi
=
=
= 0,06 N
Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku sekunder oleh
karena itu, larutan yang akan digunakan dalam titrasi perlu distandarisasi terlebih dahulu. Hal
ini disebabkan kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH rendah (<5), sinar matahari,
dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur (S). Pada pH yang rendah (<5),
kestabilan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) akan terganggu sebab S2O32- akan mengalami
penguraian menurut reaksi berikut:
S2O32- + H+ HS2O32- HSO3- + SReaksi penguraian yang terjadi pada S2O32- ini berjalan lambat, maka kesalah pada waktu
titrasi tidak perlu dikhawatirkan walaupun larutan yang dititrasi bersifat cukup asam, asal
titrasi dilakukan dengan penambahan titran yang tidak terlalu cepat. Selain disebabkan
adanya reaksi penguraian S2O32- ketidakstabilan larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) juga
dipengaruhi oleh adanya aktivitas dari bakteri yang menyebabkan terjadinya perubahan S 2O32menjadi SO3-, SO42-, dan S . S ini tampak sebagai endapan koloidal yang membuat larutan
menjadi keruh (tanda bahwa larutan harus diganti). Untuk mencegah aktivitas dari bakteri,
pada pembuatan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hendaknya digunakan air yang sudah
didihkan atau dapat pula ditambahkan pengawet seperti kloroform, natrium benzoat, atau
HgI2.
Standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) biasanya menggunakan larutan KIO3
yang mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga cukup memenuhi syarat sebagai larutan
baku primer. Namun sebagai larutan baku primer KIO3 juga mempunyai kelemahan yaitu
mempunyai berat ekivalen yang cukup rendah yaitu sebesar 35,67. Garam KIO 3 mampu
mengoksidasi iodida menjadi iod secara kuantitatif dalam larutan asam. Larutan KIO 3
memiliki kegunaan penting yaitu sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam
titrasi, ia harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat pada praktikum ini
digunakan asam klorida, ia tak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki
keasaman rendah.
2. Penetapan bilangan iodium berbagai minyak
Bilangan iod minyak bimoli =
=
=
=
= 7,92
Bilangan iod minyak curah =
=
=
=
= 2,54
Reaksi adisi merupakan reaksi penghilangan ikatan rangkap dari suatu senyawa
karbon. Pada reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom
sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan jenuh setelah mengalami reaksi adisi akan
menjadi senyawa jenuh.
Aturan markovnikov menyatakan bahwa apabila sebuah senyawa Hx diadisi
kesebuah senyawa alkena asimetris, maka atom hidrogen akan terikat pada atom karbon yang
sebelumnya mengikat lebih banyak atom hidrogen. Pada hukum anti markovnikov, jika pada
reaksi adisi bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan rangkap berbeda, maka atom H
akan berikatan pada atom karbon yang lebih sedikit atom H-nya.
Prinsip percobaan reaksi adisi adalah apabila suatu rantai hidrokarbon dapat
menerima tambahan atom atau gugus dari atom lain tanpa melebihi angka koordinasi
maksimum dari atomnya sendiri , hal tersebut akan mengakibatkan putusnya ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal.
Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau
minyak mengadisi halogen (I2) pada ikatan rangkapnya. Karena derajat absorpsi lemak atau
minyak sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap pada asam lemaknya, maka jumlah
halogen yang dapat bereaksi dengan lemak dipergunakan untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung
dalam lemak, diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah bilangan yang
menyatakan banyaknya gran iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Iodium
dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu makin banyak ikatan rangkap, maka
makin besar pula bilangan iodium. Bilangan iodium sama dengan banyaknya gram iodium
yang diadisi oleh 100 gram lemak.
Berdasarkan hasil percobaan maka bilangan iodium pada minyak bimoli lebih banyak
dibandingkan bilangan iodium pada minyak curah, oleh karena itu ikatan rngkap yang
terdapat pada minyak bimoli lebih banyak dibandingkan ikatan rangkap pada minyak curah.
VII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan percobaan bilangan iodium dari minyak bimoli adalah 7,92 dan bilangan
iodium dari minyak curah adalah 2,54.
2. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap sehingga makin
banyak ikatan rangkap, maka makin besar pula bilangan iodium.
3. Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau minyak
mengadisi halogen (I2) pada ikatan rangkapnya.
4. Tujuan dilakukannya percobaan di tempat gelap untuk menghindari terjadi oksidasi I 2
karena I2 mudah teroksidasi oleh sinar matahari.
5. Tujuan dilakukannya standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) karena termasuk
larutan baku sekunder karena kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH rendah (<5),
sinar matahari, dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur (S).
Chang, Raymond., (2005), Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden., (1982), Kimia Organik Jilid 1 Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Noor, Affif Riskani., (2012), Kimia Organik, http://semuacoretankuliah.blogspot.com/2012/1
2/laporan-kimia-dasar-ii-reaksi-adisi.html, (4 Desember 2012).
Putri, Chyntami., (2012), Kimia Organik, http://chyntamiputri.blogspot.com/2012/10/vbehaviorurldefaultvmlo.html, (20 Oktober 2012).
Sitorus, Marham., (2010), Kimia Organik Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Adisi Substitusi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reaksi subtitusi adalah pergantian suatu gugus atau atom dengan gugus atau atom
lain. Pada reaksi subtitusi atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain umumnya pada senyawa yang jenuh, tetapi pada
kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Reaksi adisi adalah penambahan masing-masing satu gugus kepada dua atom karbon
yang mempunyai ikatan rangkap sehingga menghilangkan ikatan atau rangkapnya. Pada
reaksi adiris, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus
atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal seperti reaksi antara heksana
dengan iodium (I2).
Berdasarkan prinsip di atas maka reksi-reaksi hidrokarbon di atas banyak di gunakan
untok kepentingan industri antara lain untuk memproduksi bahan kimia organik, seperti
industri bahan pengawetan makanan agar tidak mudah berbau tengik pada minyak cair.
Contoh lain yaitu asitilena. Asitilena merupakan zat berupa gas, tidak berwarna, tidak berbau.
Campuran gas asitilena dan oksigen digunakan untuk memperoleh suhu tinggi yang
diperlukan untuk memotong dan mengelas logam.
Oleh karena itu penting untuk mempelajari reaksi adisi substitusi sebab pada
umumnya, reaksi ini penting dalam produksi bahan kimia organik yang berharga, secara
industri dan salah satu penggunaan yang penting dalam mengubah minyak nabati yang cair
menjadi lemak padat.
1.2.Tujuan Percobaan
- Mengetahui hasil reaksi antara Benzena dengan I2 dan Benzena dengan KMnO4
- Mengetahui alasan KMnO4 tidak bisa bereaksi dengan Benzena
- Mengetahui alasan minyak goreng bisa berbau tengik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Alkana yang paling sederhana ialah metana. Semua alkana mempunyai rumus umum
CnH2n + 2 dengan n ialah banyaknya atom karbon. Alkana dengan rantai karbon yang tidak
bercabang disebut alkana normal. Setiap anggota deret ini berbeda dengan yang berada di
atasnya dan yang berada di bawahnya karena adanya gugus CH 2 (disebut gugus metuana).
Sederet senyawa yang anggotanya dibangun dengan mengulangi cara yang beraturan seperti
ini dinamakan deret homolog (homologous series). Anggota-anggota deret seperti ini
memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa, yang berubah berangsur-angsur jika
ditambahkan atom karbon pada rantai.
Pada masa awal ilmu kimia organik, setiap senyawa baru biasanya dinamai
berdasarkan sumber atau penggunaannya. Misalnya limonena (dari jeruk limau),
pinena
Nama umum untuk hidrokarbon jenuh asiklik ialah alkana. Akhiran ana digunakan untuk
substituen yang identik melekat pada karbon yang sama pada rantai utama.
Jika terdapat dua atau lebih jenis substituen, urutkan berdasarkan abjad, kecuali awalan
Alkana tidak larut dalam air. Ini karena molekul air bersifat polar, sedangkan alkana
bersifat non polar (semua ikatan C C dan C H nyaris kovalen murni). Ikatan O H dalam
molekul air terpolarisasi dengan kuat berkat tingginya elektronegativitas oksigen.
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen dan suatu atom halogen, dapat
dibagi dalam tiga kategori: alkil halida, aru halidah (dalam mana sebuah halogen terikat pada
sebuah karbon dari suatu cincin aromatik) dan hauda vinilik (dalam nama sebuah halogen
terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap).
Contoh
CH3I
(Iodometana)
:
(BromoBenzena)
Halida vinilik
CH = CHCl
Dalam reaksi kimia, struktur bagian alku (dari) suatu alku halida berperanan. Oleh
karena itu perlu diperbedakan empat tipe alku halida: metil, primer, skunder dan tersier.
Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam nama satu hidrogen dari metana telah
digantikan oleh sebuah halogen.
Metil halida CH3F (Fluorometana) CH3Cl (Klomometana). Karbon ujung sebuah alku
halide ialah atom karbon yang terikat pada halogen. Suatu akil halide primer (1 o)(RCH2x)
mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon ujung. Contoh CH3 CH2BR (erometana)
(alku halide ditandai garis bawah).
Suatu alku halide sekunder (2o)(R2CHx) mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada
karbon ujung dan suatu alku tersier (3o)(R3Cx) mempunyai tiga gugus alkil yang terikat pada
karbon ujung.
Contoh alkil halide sekunder:
(2 bromobutana)
Alkil Halida Tersier
(2 kloro 2
metal propana)
Atom karbon ujung suatu alkil halide mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini
rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang electron
menyendiri dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi substitusi = suatu reaksi dalam mana satu
atom ion atau gugus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, ion atau gugus lain.
Contoh:
HO + CH3CH2 Br
------>
CH3CH2 OH + Br
Dalam reaksi substitusi akil halide, halide itu disebut gugus pergi suatu istilah yang
berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon, ion
halide merupakan gugus pergi yang baik karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat
lemah. Basa kuat, bukat gugus pergi yang baik.
Bila suatu alkil halide diolah dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi
eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam
strukturnya. Produk organic suatu reaksi eliminasi suatu alkil halide adalah suatu alkena.
Dalam tipe reaksi eliminasi ini, unsur H dan x keluar dari dalam alkil halide: oleh karena itu
reaksi ini juga disebut dehidrohalogenasi (awalan de berarti minus atau hilangnya) (Ralp. J.
Fessenden., 1982).
ALKENA
Alkena mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena
mempunyai rumus umum CnH2n dengan n = 2,3, alkena yang paling sederhana C 2H4,
etilena, dimana kedua atom karbonnya terngridasasi Sp 2 dan ikatan rangkap duanya terdiri
dari satu ikatan sigma dan satu ikatan Pi, (Raymond Chang, 2005).
Dalam penamaan alkena terdapat beberapa aturan yaitu:
o Akhiran ena digunakan untuk menunjukkan ikatan rangkap karbon-karbon. Bila terdapat
lebih dari satu ikatan rangkap, gunkan akhiran diena, -triena dan sturusnya.
o Pilihlah rantai terpanjang yang mengandung baik karbon dengan ikatan rangkap maupun
ikatan rangkap tiga.
o Nomori rantai dari ujung terdekat dengan ikatan majuemuk, sehingga atom karbon pada ikatan
itu memperoleh nomor terkecil.
o Nyatakan posisi ikatan mejemuk menggunakan atom karbon dengan nomor terendah dari
ikatan tersebut.
o Jika terdapat lebih dari satu ikatan majemuk, nomori dari ujung terdekat dengan ikatan
majemuk.
Tiga reaksi lazim alkena adalah reaksi dengan hydrogen, dengan klor dan dengan
suatu hydrogen halide:
Tiap reaksi adalah reaksi adiri. Dalam tiap kasus suatu pereaksi diadikan kepada
alkena, tanpa terlepasnya atom-taom lain. Segera diketahui bahwa karakteristik utama
senyawa tak jenuh ialah adisi pereaksi kepada ikatan-ikatan Pi.
Dalam suatu reaksi adisi suatu alkena, ikatan Pi terputus dan pasangan elektronnya
digunakan untuk membentuk dua ikatan sigma baru. Dalam tiap kasus, atom karbon Sp 2
direhibridasi menjadi Sp3- senyawa yang mengandung ikatan Pi biasanya berenergi lebih
tinggi dari pada senyawa yang sepa dan yang mengandung hanya ikatan sigma. Oleh karena
itu suatu reaksi adisi biasanya eksoterm.
Hidrogen halide mengadisi ikatan Pi alkena dan menghasilkan alkil halide. Jika
sebuah alkena tak-simetris (yakni gugus-gugus yang terikat pada kedua karbon Sp 2 tidak
sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk yang berlainan dari adisi Hx:
Dalam suatu adisi elektrofelik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya satu
produk lebih melimpah dari pada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli kima Rusia,
Dalam adisi Hx kepada alkena tak simetris, H + dari Hx menuju ke karbon berikatan-rangkap
yang telah lebih banyak memiliki hydrogen.
Adisi HBr kepada alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan Markovnikov,
tetapi
kadang-kadang
tidak.
(efek
ini
tak
dijumpai
dengan
HCl
atau
HI)
NAMA
STRUKTUR
NAMA
Toluena
Asam Benzoat
P xliena
Benzil Alkohol
Stirena
P Toluenasulfanil
Asetofenon
Anilina
Asetaniliada
Fenol
Benzofenon
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.2.
3.2.1.
-
Bahan Bahan
Benzena
Minyak Goreng
KMnO4
I2
Heksena
Heptana
Prosedur Percobaan
Benzena + KMnO4
Diambil pipet C6H6
Ditambahkan 2 tetes KMnO4
Kemudian diamati
3.2.2. Benzena + I2
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Perlakuan
C6H6 + KMnO4
Pengataman
Terdapat dua fase, fase di atas Benzena dan
fase bawah KMnO4.
C6H6 + I2
Minyak Goreng + I2
minyak teroksidasi.
Terbentuk 2 fase di atas, warna terbentuk
4.2.
Reaksi Reaksi
4.3.
Pembahasan
Reaksi adisi merupakan reaksi penghilangan ikatan rangkap dari suatu senyawa
karbon. Pada reaksi adisi molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom
sehingga ikatan rangkap berubah, menjadi ikatan jenuh atau ikatan tunggal. Pada senyawa tak
jenuh setelah menglami reaksi adisi akan menjadi senyawa jenuh.
Contoh:
CH8 = CH + H2
CH2 = CH2 + H2
CH2 = CH2
CH3 CH3
CH3CH2Cl + H2O
Alkadiena adalah hidrokarbon yang memiliki dua buah ikatan rangkap dua.
BAB 5
PENUTUP
5.1
-
Kesimpulan
Benzena dengan KMnO4, larutan ini tidak bereaksi dapat terlihat dari hasil reaksinya yang
terdapat dua fase. Sedangkan pada Benzena dengan I2, larutan ini bereaksi, tetapi sangat
sedikit. Ini dapat terlihat perubahan warna reagen I 2 yang terdapat pada fase atas berwarna
stabil.
Minyak goreng bias berbau tengik dalam keadaan terbuka karena gugus atom atau senyawa
minyak goreng teroksidasi oleh udara, sehingga ikatan rangkap pada minyak goreng terodisi
menjadi ikatan tunggal. Kelama-lamaan berbau tengik karena pemutusan ikatan rangkap.
5.2.
Saran-Saran
Bagi praktikan bisa menggantikan senyawa I 2 dengan senyawa halogen yang lain,
DAFTAR PUSTAKA
Fressenden, Joan, R. 1982. Kimia Organik edisi ke 3 jilid 2 Erlangga : Jakarta
Hart. Harold, dkk. 2003. Kimia Organik ed. Kesebelas. Erlangga : Jakarta
Keenan, W Charles. 1986 Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Raymond, Chang. 2005. Kimdas Konsep 2. Erlangga : Jakarta