Anda di halaman 1dari 31

REAKSI ADISI

OLEH :
NAMA

: SRI HANDAYANI

NIM

: 4113131074

Jurusan

: Kimia

Program

: S1

Kelompok

: VIII (Delapan)

Tgl. Pelaksanaan

: 11 April 2013

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
I.

JUDUL PERCOBAAN
II.

TUJUAN PERCOBAAN

: REAKSI ADISI
:

1. Menentukan bilangan iodium dari minyak bimoli dan minyak curah.

2. Mengamati hubungan antara jumlah bilangan iodium dengan ikatan rangkap suatu minyak.
3. Mengamati terjadinya reaksi pemutusan ikatan rangkap pada minyak bimoli dan minyak
curah.
4. Mengamati tujuan dilakukannya percobaan di tempat gelap.
5. Mengamati tujuan dilakukannya standarisasi larutan Na2S2O3.

III.

TINJAUAN TEORITIS

Reaksi Adisi (Penambahan)


Reaksi adisi adalah reaksi penambahan suatu atom atau gugus atom dalam
suatu ikatan rangkap (alkena), dimana akan terjadi transformasi molekul tidak jenuh menjadi
jenuh. Secara umum persamaan reaksi adisi adalah sebagai berikut.
CC

> C = C < + AB
A B

Molekul pengadisi (AB) dapat homogen (A=B) atau heterogen (AB) dan adisi dapat terjadi
pada alkena simetris dan alkena tidak simetris. Alkena simetri adalah alkena yang
mempunyai bidang simetri.
Adisi dengan pengadisi homogen
Adisi jenis ini banyak ditemui dalam senyawa organik misalkan adisi (H 2) atau
hidrogenasi dan adisi (X2) atau halogenasi seperti (Cl2 dan Br2). Adisi jenis ini tidak
mempermasalahkan arah adisi (orientasi) walaupun alkenanya tidak simetris. Contoh:
CH3CH=CH2 + H2
H

CH3CHCH2
H

CH3

CH3

+ Cl2

Cl

Cl

Reaksi polimerisasi terhadap alkena pada dasarnya adalah reaksi adisi


sehingga disebut polimerisasi adisi yang secara umum reaksinya adalah sebagai berikut.
n > C = C < + katalis [ CC]n
dengan n pada polimer sintetik adalah derajat polimerisasi (ukuran polimer).
Reaksi adisi lain yang juga sering dilakukan di laboratorium adalah hidroborasi
alkena yaitu adisi boran (H3B) terhadap alkena menghasilkan trialkil boran. Reaksi ini juga
mengikuti markovnikov karena hidrogen sebagai - dan boron sebagai + dengan persamaan
umum sebagai berikut.
RCH=CH2 + BH3 R[ CHCH2]3B
H
(Sitorus,
2010)
Aturan Markovnikov
Jika sebuah alkena tak simetris (yakni gugus-gugus yang

terikat pada kedua karbon sp2 tidak sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk
yang berlainan dari adisi HX:
CH3
CH3CH=CHCH3

alkena simetris

CH3CH=CH2

alkena tak simetris


H

Cl

HCl

CH3CH=CHCH3
2 butena
simetris

CH3CHCHCH3
2-klorobutana

hanya satu produk yang mungkin

(Fessenden, 1982)
Alkena mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena
mempunyai rumus umum CnH2n dengan n = 2,3, alkena yang paling sederhana C 2H4,

etilena, dimana kedua atom karbonnya terngridasasi sp2 dan ikatan rangkap duanya terdiri
dari satu ikatan sigma dan satu ikatan pi. Reaksi adisi melibatkan senyawa tak jenuh yang
mengandung ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Hidrogenasi dan reaksi-reaksi hidrogen
halida dan halogen dengan alkena dan alkuna adalah contoh dari reaksi adisi.
(Chang, 2005)
Dalam suatu adisi elektrofilik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya satu
produk lebih melimpah dari pada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli kima Rusia,
Dalam adisi Hx kepada alkena tak simetris, H+ dari Hx menuju ke karbon berikatan rangkap
yang telah lebih banyak memiliki hidrogen.
Adisi HBr kepada alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan Markovnikov,
tetapi kadang-kadang tidak (efek ini tak dijumpai dengan HCl atau HI). Benzena merupakan
senyawa aromatik tersederhana dan senyawa yang telah seringkali dijumpai. Banyak senyawa
benzene biasa mempunyai nama diri, yakni nama yang tak perlu bersistem.
Benzena terdisubstitusi diberi nama dengan awalan orto, meta dan para dan tidak
dengan nomor-nomor posisi satu sama lain dalam suatu cincin benzene: orto menandai
hubungan 1,2; meta menandai hubungan 1,3; dan para berarti hubungan 1,4. Penggunaan
orto, meta, dan para sebagai ganti nomor-nomor posisi hanya dipertahankan khusus untuk
benzene terdisubstitusi. Dalam senyawa hidrokarbon terdapat senyawa hidrokarbon jenuh dan
tak jenuh.
(Noor, 2012)
Reaksi ini digunakan untuk membedakan antara golongan alkana dengan alkena.
Ketika gas etena dilewatkan ke dalam air brom (berwarna coklat kemerahan), maka akan
mengalami reaksi adisi dan membentuk larutan 1,2-dibromoetana yang tidak berwarna.
Sedangkan senyawa alkana tidak mempengaruhi warna air brom ketika senyawa alkana
dilewati ke dalam brom. Alkena apabila direaksikan dengan halogen akan menghasilkan
haloalkana. Contoh:
CH2=CH2
etena

Cl2

CH2ClCH2Cl

klorin

1,2-dikloroetana

1,2-dikloroetana memiliki nama trivial vynil chlorida yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan plastik PVC.
(Putri, 2012)

IV. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Alat
Gelas ukur
Erlenmeyer
Buret
Erlenmeyer
Kaca arloji
Spatula

Ukuran
25 ml
250 ml
50 ml
100 ml
-

Jumlah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah

B. BAHAN
No.

Nama Bahan

Konsentrasi

Warna

Wujud

Jumlah

1.

Minyak bimoli

Kuning

Cair

0,5383 gr

2.

Minyak curah

Kuning

Cair

0,5093 gr

3.

KI

15 %

Bening

Cair

45 ml

4.

Reagen wijs

Cokelat

Cair

45 ml

5.

Na2S2O3

0,1 N

Bening

Cair

58,2 ml

6.

Amilum

Putih

Cair

12 tetes

7.

HCl

2N

Bening

Cair

1 ml

8.

KIO3

Putih

Padat

0,0129 gr

9.

Akuades

Bening

Cair

305 ml

10.

KI

Putih

Padat

0,29 gr

V.
No.
1.

PROSEDUR KERJA

Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan Na2S2O3 + H2O bening (Na2S2O3
standarisasi.

larut)

- Menimbang 8,3 gr Na2S2O3 5H2O dan KIO3 + akuades bening (KIO3


mengencerkan dalam labu takar 500 ml.

larut) + KI tetap + HCl coklat


kemerahan dititrasi kuning lemah
+ amilum tetap dititrasi lagi
bening.

- Selanjutnya di tempat lain dalam erlenmeyer


dibuat larutan 10 mg KIO3 dalam 50 ml air

Volume Na2S2O3 = 5,8 ml

lalu ditambahkan 0,2 gr KI dan 1 ml HCl 2N.

- Memasukkan larutan tiosulfat dalam buret


dan titrasi dilakukan hingga intensitas warna
kuning

lemah,

lalu

ditambag

indikator

amilum 2%. Titrasi dilanjutkan hingga jernih.

2.

Penetapan bilangan iodium berbagai lemak.

Minyak curah + larutan wijs

-Sampel minyak/lemak adalah berbagai lemak larutan coklat setelah ditunggu 30


nabati kemasan dan curah, lemak sapi dan menit ada minyak pada lapisan
kambing.

atas + KI 15% warna memudar +

-Membuat 100 ml KI 15% (15 gr KI/100 ml akuades tetap dititrasi bening


air)

Volume Na2S2O3 = 18,2 ml.


Minyak bimoli + larutan wijs
larutan coklat setelah ditunggu 30

-Menimbang

0,5

gr

minyak/lemak

dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambah 15


ml larutan wijs. Dan disimpan dalam tempat
gelap selama 30 menit. Menambahkan KI
15% dan 85 ml air.

menit ada minyak pada lapisan


atas + KI 15% warna memudar +
akuades tetap dititrasi bening
Volume Na2S2O3 = 14,3 ml.
Blanko
Larutan wijs ditunggu 30 menit +
KI 15% warna memudar +
akuades tetap dititrasi bening

-Dititrasi

dengan

Na2S2O3

yang

telah

distandarisasi dan indikator amilum hingga

Volume Na2S2O3 = 19,9 ml.

larutan jernih.

-Hal yang sama dilakukan terhadap blanko.

VI.

HASIL PERCOBAAN/ REAKSI-REAKSI/ PEMBAHASAN

Hasil Percobaan
Perlakuan
Pengamatan
Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan
standarisasi.
- Na2S2O3 + H2O

bening (Na2S2O3 larut)

- KIO3 + akuades

bening (KIO3 larut)

+ KI

bening

+ HCl

coklat kemerahan

dititrasi

kuning lemah

+ amilum dan dititrasi lagi

bening
volume Na2S2O3 adalah 5,8 ml

Penetapan bilangan iodium berbagai lemak.


- Minyak curah + larutan wijs

larutan coklat

ditunggu 30 menit

terdapat minyak pada lapisan atas

+ KI 15%

warnanya memudar

+ akuades

warnanya tetap

dititrasi

bening
volume Na2S2O3 adalah 18,2 ml

- Minyak bimoli + larutan wijs

larutan coklat

ditunggu 30 menit

terdapat minyak pada lapisan atas

+ KI 15%

warnanya memudar

+ akuades

warnanya tetap

dititrasi

bening
volume Na2S2O3 adalah 14,3 ml

- Blanko

larutan coklat

larutan wijs
ditunggu 30 menit

warnanya memudar

+ KI 15%

warnanya tetap

+ akuades

bening

Dititrasi

volume Na2S2O3 adalah 19,9 ml

Reaksi-reaksi
1. Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan standarisasi
Na2S2O3.5H2O(s) + H2O(aq) Na2S2O3.6H2O(aq)
IO3- + 5I- + 6H- 3I2 + 3H2O
2S2O32- + I2

2S2O32- S4O62- + 2eOksidator + KI I2


I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
2. Penetapan bilangan iodium berbagai minyak

S4O62- + 2I-

Pembahasan
1. Pembuatan Na2S2O3 0,1 N (standar) dan standarisasi

=
=
= 0,06 N
Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) termasuk dalam larutan baku sekunder oleh
karena itu, larutan yang akan digunakan dalam titrasi perlu distandarisasi terlebih dahulu. Hal
ini disebabkan kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH rendah (<5), sinar matahari,
dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur (S). Pada pH yang rendah (<5),
kestabilan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) akan terganggu sebab S2O32- akan mengalami
penguraian menurut reaksi berikut:
S2O32- + H+ HS2O32- HSO3- + SReaksi penguraian yang terjadi pada S2O32- ini berjalan lambat, maka kesalah pada waktu
titrasi tidak perlu dikhawatirkan walaupun larutan yang dititrasi bersifat cukup asam, asal
titrasi dilakukan dengan penambahan titran yang tidak terlalu cepat. Selain disebabkan
adanya reaksi penguraian S2O32- ketidakstabilan larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3) juga
dipengaruhi oleh adanya aktivitas dari bakteri yang menyebabkan terjadinya perubahan S 2O32menjadi SO3-, SO42-, dan S . S ini tampak sebagai endapan koloidal yang membuat larutan
menjadi keruh (tanda bahwa larutan harus diganti). Untuk mencegah aktivitas dari bakteri,
pada pembuatan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hendaknya digunakan air yang sudah
didihkan atau dapat pula ditambahkan pengawet seperti kloroform, natrium benzoat, atau
HgI2.
Standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) biasanya menggunakan larutan KIO3
yang mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga cukup memenuhi syarat sebagai larutan
baku primer. Namun sebagai larutan baku primer KIO3 juga mempunyai kelemahan yaitu

mempunyai berat ekivalen yang cukup rendah yaitu sebesar 35,67. Garam KIO 3 mampu
mengoksidasi iodida menjadi iod secara kuantitatif dalam larutan asam. Larutan KIO 3
memiliki kegunaan penting yaitu sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam
titrasi, ia harus ditambahkan kepada larutan yang mengandung asam kuat pada praktikum ini
digunakan asam klorida, ia tak dapat digunakan dalam medium yang netral atau memiliki
keasaman rendah.
2. Penetapan bilangan iodium berbagai minyak
Bilangan iod minyak bimoli =
=
=
=
= 7,92
Bilangan iod minyak curah =
=
=
=
= 2,54
Reaksi adisi merupakan reaksi penghilangan ikatan rangkap dari suatu senyawa
karbon. Pada reaksi adisi, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom
sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan jenuh setelah mengalami reaksi adisi akan
menjadi senyawa jenuh.
Aturan markovnikov menyatakan bahwa apabila sebuah senyawa Hx diadisi
kesebuah senyawa alkena asimetris, maka atom hidrogen akan terikat pada atom karbon yang
sebelumnya mengikat lebih banyak atom hidrogen. Pada hukum anti markovnikov, jika pada

reaksi adisi bila jumlah atom H pada kedua atom C ikatan rangkap berbeda, maka atom H
akan berikatan pada atom karbon yang lebih sedikit atom H-nya.
Prinsip percobaan reaksi adisi adalah apabila suatu rantai hidrokarbon dapat
menerima tambahan atom atau gugus dari atom lain tanpa melebihi angka koordinasi
maksimum dari atomnya sendiri , hal tersebut akan mengakibatkan putusnya ikatan rangkap
menjadi ikatan tunggal.
Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau
minyak mengadisi halogen (I2) pada ikatan rangkapnya. Karena derajat absorpsi lemak atau
minyak sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap pada asam lemaknya, maka jumlah
halogen yang dapat bereaksi dengan lemak dipergunakan untuk menentukan derajat
ketidakjenuhan. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung
dalam lemak, diukur dengan bilangan iodium. Bilangan iodium adalah bilangan yang
menyatakan banyaknya gran iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Iodium
dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan
reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu makin banyak ikatan rangkap, maka
makin besar pula bilangan iodium. Bilangan iodium sama dengan banyaknya gram iodium
yang diadisi oleh 100 gram lemak.
Berdasarkan hasil percobaan maka bilangan iodium pada minyak bimoli lebih banyak
dibandingkan bilangan iodium pada minyak curah, oleh karena itu ikatan rngkap yang
terdapat pada minyak bimoli lebih banyak dibandingkan ikatan rangkap pada minyak curah.

VII. KESIMPULAN

1. Berdasarkan percobaan bilangan iodium dari minyak bimoli adalah 7,92 dan bilangan
iodium dari minyak curah adalah 2,54.
2. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap sehingga makin
banyak ikatan rangkap, maka makin besar pula bilangan iodium.
3. Asam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau minyak
mengadisi halogen (I2) pada ikatan rangkapnya.
4. Tujuan dilakukannya percobaan di tempat gelap untuk menghindari terjadi oksidasi I 2
karena I2 mudah teroksidasi oleh sinar matahari.
5. Tujuan dilakukannya standarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) karena termasuk
larutan baku sekunder karena kestabilan larutan ini mudah dipengaruhi oleh pH rendah (<5),
sinar matahari, dan adanya daya bakteri yang memanfaatkan sulfur (S).

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond., (2005), Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden., (1982), Kimia Organik Jilid 1 Edisi Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Noor, Affif Riskani., (2012), Kimia Organik, http://semuacoretankuliah.blogspot.com/2012/1
2/laporan-kimia-dasar-ii-reaksi-adisi.html, (4 Desember 2012).
Putri, Chyntami., (2012), Kimia Organik, http://chyntamiputri.blogspot.com/2012/10/vbehaviorurldefaultvmlo.html, (20 Oktober 2012).
Sitorus, Marham., (2010), Kimia Organik Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Adisi Substitusi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reaksi subtitusi adalah pergantian suatu gugus atau atom dengan gugus atau atom
lain. Pada reaksi subtitusi atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul
digantikan oleh atom atau gugus atom lain umumnya pada senyawa yang jenuh, tetapi pada
kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
Reaksi adisi adalah penambahan masing-masing satu gugus kepada dua atom karbon
yang mempunyai ikatan rangkap sehingga menghilangkan ikatan atau rangkapnya. Pada
reaksi adiris, molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom atau gugus
atom sehingga ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal seperti reaksi antara heksana
dengan iodium (I2).
Berdasarkan prinsip di atas maka reksi-reaksi hidrokarbon di atas banyak di gunakan
untok kepentingan industri antara lain untuk memproduksi bahan kimia organik, seperti
industri bahan pengawetan makanan agar tidak mudah berbau tengik pada minyak cair.
Contoh lain yaitu asitilena. Asitilena merupakan zat berupa gas, tidak berwarna, tidak berbau.
Campuran gas asitilena dan oksigen digunakan untuk memperoleh suhu tinggi yang
diperlukan untuk memotong dan mengelas logam.
Oleh karena itu penting untuk mempelajari reaksi adisi substitusi sebab pada
umumnya, reaksi ini penting dalam produksi bahan kimia organik yang berharga, secara
industri dan salah satu penggunaan yang penting dalam mengubah minyak nabati yang cair
menjadi lemak padat.
1.2.Tujuan Percobaan
- Mengetahui hasil reaksi antara Benzena dengan I2 dan Benzena dengan KMnO4
- Mengetahui alasan KMnO4 tidak bisa bereaksi dengan Benzena
- Mengetahui alasan minyak goreng bisa berbau tengik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Alkana yang paling sederhana ialah metana. Semua alkana mempunyai rumus umum
CnH2n + 2 dengan n ialah banyaknya atom karbon. Alkana dengan rantai karbon yang tidak
bercabang disebut alkana normal. Setiap anggota deret ini berbeda dengan yang berada di
atasnya dan yang berada di bawahnya karena adanya gugus CH 2 (disebut gugus metuana).
Sederet senyawa yang anggotanya dibangun dengan mengulangi cara yang beraturan seperti
ini dinamakan deret homolog (homologous series). Anggota-anggota deret seperti ini
memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa, yang berubah berangsur-angsur jika
ditambahkan atom karbon pada rantai.
Pada masa awal ilmu kimia organik, setiap senyawa baru biasanya dinamai
berdasarkan sumber atau penggunaannya. Misalnya limonena (dari jeruk limau),

pinena

(dari pohon pinus).


Aturan IUPAC untuk penamaan alkana.
-

Nama umum untuk hidrokarbon jenuh asiklik ialah alkana. Akhiran ana digunakan untuk

semua hidrokarbon jenuh.


Alkana tanpa cabang dinamai sesuai dengan banyaknya atom karbon.
Untuk alkana dengan cabang, nama dasarnya ialah rantai lurus terpanjang yang terbentuk

dari atom-atom karbon.


Gugus yang melekat pada rantai utama dinamakan substituen. Substituen jenuh yang hanya
mengandung karbon dan hidrogen dinamakan gugus alkil. Gugus alkil dinamai dengan
mengambil nama alkana yang mempunyai jumlah atom karbon yang sama dan mengubah

akhiran ana menjadi il.


Rantai utama dinomori sehingga substituen pertama yang dijumpai di sepanjang rantai
memperoleh nomor terendah. Setiap substituen kemudian diberi nama dan nomor atom
karbon dilekatinya. Bila dua atau lebih gugus identik melekat pada rantai utama, digunakan
awalan seperti oli, tri dan tetra. Setiap substituen harus dinamai dan dinomori meskipun dua

substituen yang identik melekat pada karbon yang sama pada rantai utama.
Jika terdapat dua atau lebih jenis substituen, urutkan berdasarkan abjad, kecuali awalan

seperti di dan tri yang tidak dianggap sewaktru pengurutan abjad.


Tanda baca merupakan hal penting bila menuliskan nama IUPAC. Nama IUPAC untuk
hidrokarbaon ditulis sebagai satu kata. Nomor dipisahkan satu dengan lainnya dengan
menggunakan tanda baca koma dan dipisahkan dengan huruf oleh tanda hubung. Tidak ada
spasi di antara substituen yang dinamai terakhiran dan nama alkana induk yang mengikutinya
(Harold Hart, 2003).

Alkana tidak larut dalam air. Ini karena molekul air bersifat polar, sedangkan alkana
bersifat non polar (semua ikatan C C dan C H nyaris kovalen murni). Ikatan O H dalam
molekul air terpolarisasi dengan kuat berkat tingginya elektronegativitas oksigen.
Senyawa yang mengandung hanya karbon, hidrogen dan suatu atom halogen, dapat
dibagi dalam tiga kategori: alkil halida, aru halidah (dalam mana sebuah halogen terikat pada
sebuah karbon dari suatu cincin aromatik) dan hauda vinilik (dalam nama sebuah halogen
terikat pada sebuah karbon berikatan rangkap).
Contoh

: Alkil Halida (Rx)


Aril Hauda (Arx)

CH3I

(Iodometana)

:
(BromoBenzena)
Halida vinilik

CH = CHCl

Dalam reaksi kimia, struktur bagian alku (dari) suatu alku halida berperanan. Oleh
karena itu perlu diperbedakan empat tipe alku halida: metil, primer, skunder dan tersier.
Suatu metil halida ialah suatu struktur dalam nama satu hidrogen dari metana telah
digantikan oleh sebuah halogen.
Metil halida CH3F (Fluorometana) CH3Cl (Klomometana). Karbon ujung sebuah alku
halide ialah atom karbon yang terikat pada halogen. Suatu akil halide primer (1 o)(RCH2x)
mempunyai satu gugus alkil terikat pada karbon ujung. Contoh CH3 CH2BR (erometana)
(alku halide ditandai garis bawah).

Suatu alku halide sekunder (2o)(R2CHx) mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada
karbon ujung dan suatu alku tersier (3o)(R3Cx) mempunyai tiga gugus alkil yang terikat pada
karbon ujung.
Contoh alkil halide sekunder:
(2 bromobutana)
Alkil Halida Tersier

(2 kloro 2

metal propana)

Atom karbon ujung suatu alkil halide mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini
rentan terhadap serangan oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang electron
menyendiri dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi substitusi = suatu reaksi dalam mana satu
atom ion atau gugus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, ion atau gugus lain.
Contoh:

HO + CH3CH2 Br

------>

CH3CH2 OH + Br

Dalam reaksi substitusi akil halide, halide itu disebut gugus pergi suatu istilah yang
berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom karbon, ion
halide merupakan gugus pergi yang baik karena ion-ion ini merupakan basa yang sangat
lemah. Basa kuat, bukat gugus pergi yang baik.
Bila suatu alkil halide diolah dengan suatu basa kuat, dapat terjadi suatu reaksi
eliminasi. Dalam reaksi ini sebuah molekul kehilangan atom-atom atau ion-ion dari dalam
strukturnya. Produk organic suatu reaksi eliminasi suatu alkil halide adalah suatu alkena.
Dalam tipe reaksi eliminasi ini, unsur H dan x keluar dari dalam alkil halide: oleh karena itu
reaksi ini juga disebut dehidrohalogenasi (awalan de berarti minus atau hilangnya) (Ralp. J.
Fessenden., 1982).
ALKENA
Alkena mengandung sedikitnya satu ikatan rangkap dua karbon-karbon. Alkena
mempunyai rumus umum CnH2n dengan n = 2,3, alkena yang paling sederhana C 2H4,
etilena, dimana kedua atom karbonnya terngridasasi Sp 2 dan ikatan rangkap duanya terdiri
dari satu ikatan sigma dan satu ikatan Pi, (Raymond Chang, 2005).
Dalam penamaan alkena terdapat beberapa aturan yaitu:
o Akhiran ena digunakan untuk menunjukkan ikatan rangkap karbon-karbon. Bila terdapat
lebih dari satu ikatan rangkap, gunkan akhiran diena, -triena dan sturusnya.
o Pilihlah rantai terpanjang yang mengandung baik karbon dengan ikatan rangkap maupun
ikatan rangkap tiga.
o Nomori rantai dari ujung terdekat dengan ikatan majuemuk, sehingga atom karbon pada ikatan
itu memperoleh nomor terkecil.
o Nyatakan posisi ikatan mejemuk menggunakan atom karbon dengan nomor terendah dari
ikatan tersebut.
o Jika terdapat lebih dari satu ikatan majemuk, nomori dari ujung terdekat dengan ikatan
majemuk.

Tiga reaksi lazim alkena adalah reaksi dengan hydrogen, dengan klor dan dengan
suatu hydrogen halide:
Tiap reaksi adalah reaksi adiri. Dalam tiap kasus suatu pereaksi diadikan kepada
alkena, tanpa terlepasnya atom-taom lain. Segera diketahui bahwa karakteristik utama
senyawa tak jenuh ialah adisi pereaksi kepada ikatan-ikatan Pi.
Dalam suatu reaksi adisi suatu alkena, ikatan Pi terputus dan pasangan elektronnya
digunakan untuk membentuk dua ikatan sigma baru. Dalam tiap kasus, atom karbon Sp 2
direhibridasi menjadi Sp3- senyawa yang mengandung ikatan Pi biasanya berenergi lebih
tinggi dari pada senyawa yang sepa dan yang mengandung hanya ikatan sigma. Oleh karena
itu suatu reaksi adisi biasanya eksoterm.
Hidrogen halide mengadisi ikatan Pi alkena dan menghasilkan alkil halide. Jika
sebuah alkena tak-simetris (yakni gugus-gugus yang terikat pada kedua karbon Sp 2 tidak
sama), akan terdapat kemungkinan diperoleh dua produk yang berlainan dari adisi Hx:

Dalam suatu adisi elektrofelik yang dapat menghasilkan dua produk, biasanya satu
produk lebih melimpah dari pada produk yang lain. Dalam 1869, seorang ahli kima Rusia,
Dalam adisi Hx kepada alkena tak simetris, H + dari Hx menuju ke karbon berikatan-rangkap
yang telah lebih banyak memiliki hydrogen.
Adisi HBr kepada alkena kadang-kadang berjalan mematuhi aturan Markovnikov,
tetapi

kadang-kadang

tidak.

(efek

ini

tak

dijumpai

dengan

HCl

atau

HI)

Benzena merupakan senyawa aromatic tersederhana dan senyawa yang telah


seringkali dijumpai. Banyak senyawa benzene biasa mempunyai nama diri, yakni nama yang
tak perlu bersistem.
Benzena terdisubstitusi diberi nama dengan awalan orto, meta dan para dan tidak
dengan nomor-nomor posisi satu sama lain dalam suatu cincin benzene: meta menandai
hubungan 1,2; dan para berarti hubungan 1,4. Penggunaan orto, meta, dan para sebagai ganti
nomor-nomor posisi hanya dipertahankan khusus untuk benzene terdisubstitusi (Keenan,
1986).

STRUKTUR DAN NAMA-NAMA


BEBERAPA SENYAWA BENZENA UMUM
STRUKTUR

NAMA

STRUKTUR

NAMA

Toluena

Asam Benzoat

P xliena

Benzil Alkohol

Stirena

P Toluenasulfanil

Asetofenon
Anilina

Asetaniliada

Fenol

Benzofenon

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
3.1.1.

Alat dan Bahan


Alat Alat
- Tabung Reaksi
- Pipet Tetes
- Gelas ukur

3.1.2.
3.2.
3.2.1.
-

Bahan Bahan
Benzena
Minyak Goreng
KMnO4
I2
Heksena
Heptana
Prosedur Percobaan
Benzena + KMnO4
Diambil pipet C6H6
Ditambahkan 2 tetes KMnO4
Kemudian diamati

3.2.2. Benzena + I2

- Diambil 1 pipet C6H6


- Ditambahkan 2 tetes I2
- Kemudian diamati
3.2.3. Minyak Goreng + KMnO4
- Diambil 1 pipet minyak goreng
- Ditambahkan 2 tetes KMnO4
- Kemudian diamati
3.2.4. Minyak Goreng + I2
- Diambil 1 pipet minyak goreng
- Ditambahkan 2 tetes I2
- Kemudian diamati
3.2.5. Heksena + I2
- Diambil 1 pipet Heksena
- Ditambahkan 2 tetes I2
- Kemudian diamati
3.2.6. Heptana + I2
- Diambil 1 pipet heptana
- Ditambahkan 2 tetes I2
- Kemudian diamati

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Perlakuan
C6H6 + KMnO4

Pengataman
Terdapat dua fase, fase di atas Benzena dan
fase bawah KMnO4.

C6H6 + I2

Terdapat dua fase, fase atas Benzena dan fase


bawah I2 pada fase atas Benzena bereaksi
dengan I2 maka terjadi perubahan warna
menjadi merah lembayung.
Minyak goreng dengan KMnO4 mengalami

Minyak Goreng + KMnO4

reaksi adisi dan terbentuk endapan coklat (K+


+ MnO2).
Minyak goreng I2 mengalami reaksi adisi dan

Minyak Goreng + I2

minyak teroksidasi.
Terbentuk 2 fase di atas, warna terbentuk

1 pipet heksena + 3 tetes I2 (reaksi adisi)

warna merah lembayung 1,2 diodo heksena


dan di bawah terdapat I2 berwarna kuning dan
tidak dapat menyatu.
Terjadi reaksi substitusi dan terbentuk 2 fase di

1 pipet heptana + 3 tetes I2

bawah terdapat I2 berwarna kuning dan fase


atas berupa heptana yang tersubstitusi berupa
ioda heptana berwarna lembayung.

4.2.

Reaksi Reaksi

4.2.1. Reaksi Benzena dan KMnO4

4.2.2. Reaksi Benzena dan I2

4.2.3. Reaksi Minyak Goreng dan KMnO4

4.2.4. Reaksi minyak goreng dan I2

4.2.5. Reaksi Heksena dan I2

4.2.6. Reaksi Heptana dan I2

4.3.

Pembahasan
Reaksi adisi merupakan reaksi penghilangan ikatan rangkap dari suatu senyawa

karbon. Pada reaksi adisi molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap menyerap atom
sehingga ikatan rangkap berubah, menjadi ikatan jenuh atau ikatan tunggal. Pada senyawa tak
jenuh setelah menglami reaksi adisi akan menjadi senyawa jenuh.
Contoh:
CH8 = CH + H2
CH2 = CH2 + H2

CH2 = CH2

CH3 CH3

Adisi: (penjenuhan) etuna dan etana oleh hydrogen.


Reaksi substitusi, merupakan atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu
molekul digantikan oleh atom atau gugus atom lain. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada
senyawa yang jenuh (semua ikatan karbon-karbon merupakan ikatan tunggal), tetapi dengan
kondisi tertentu dapat juga terjadi pada senyawa tak jenuh.
CH3CH2OH + HCl (pekat)

CH3CH2Cl + H2O

Penggantian gugus OH oleh halogen.


Dalam senyawa hidrokarbon terdapat senyawa hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon jenuh
adalah semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal yang terjadi pada senyawa
alkana.
Contoh:

CH3 CH2 CH2 CH2 CH3


Sedangkan senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah ikatan karbon-karbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap tiga yang terjadi pada senyawa alkena dan
alkana.
Contoh:
CH3 CH = CH2
Pada percobaan pertama, Benzena direaksikan dengan KMnO4, pada percobaan ini
KMnO4 dan Benzena tidak bereaksi dikarenakan KMnO4 tidak mampu memutuskan ikatan
rangkap pada Benzena yang merupakan senyawa hidrokarbon aromatic yang artinya ikatan
rangkap pada Benzena berputar (berpindah) yang disebut delokalisasi. Tetapi walaupun
Benzena dan KMnO4 tidak bereaksi tetapi pada percobaan laruatan terdapat dua fase, pada
atas adalah larutan Benzena dan pada fase bawah adalah KMnO4.
KMnO4 tidak dapat bereaksi dengan Benzena yang seifatnya satbil karena KMnO 4
tidak bias memutuskan ikatan rangkap yang terdapat dalam Benzena yang sering disebut
cincin aromatic yang bersifat stabil.
Larutan tidak bereaksi dapat terlihat dari hasil reaksinya yang terdapat dua fase yang berarti
kedua senyawa tersebut tidak bereaksi.
Pada percobaan kedua, benzene direaksikan dengan I2. Pada percobaan ini I2 berhasil
bereaksi dengan Benzena dan hasilnay pada perxobaan ini terjadi perubahan warna dari
bening menjadi merah lembayung, akan tetapi yang bereaksi sangat sedikit. Itu dikarenakan
kemampuan I2 untuk memutuskan ikatan rangkap pada Benzena hanya sedikit. Dan yang
berfungsi sebagai reagen adalah KMnO4 dan I2 yang digunakan untuk memutuskan ikatan
rangkap. Pada percobaan kedua Benzena direaksikan dengan I 2. Larutan bereaksi dan itu
termasuk reaksi adisi.
Pada percobaan ketiga, minyak goreng direaksikan dengan KMnO 4. Pada percobaan
ini minyak bereaksi dengan KMnO4 berubah menjadi warna cokelat dan terdapat endapan.
Terjadinya endapan dikarenakan minyak teroksidasi dan fungsi reagen sebagai oksidator pada
minyak yang berfungsi sebagai reagen adalah KMnO 4. Minyak goreng direaksikan dengan
KMnO4 bereaksi dan terjadi reaksi adisi. KMnO4 merupakan reduktor yang kuat sehingga
bias melepaskan ikatan rangkap pada minyak goreng. Pada percobaan ketiga terjadi reaksi
adisi.
Pada percobaan keempat, minyak goreng ditambhakan I2. Minyak goreng I2 pun
bereaksi dan terjadinya perubahan warna menjadi orange dan terdapat endapatn. Fungsi I 2
yang menjadi reagen sebagai oksidator pada minyak. Pada percobaan ke empat merupakan
reaksi adisi.

Pada percobaan kelima, heksena direaksikan dengan I 2. Percobaan bereaksi dan


terdapat dua fase. Di fase atas berwarna merah lembayung yang disebabkan yang bereaksi
dengan heksena sebagian dan pada fase bawah terdapat I 2 yang masih dengan warna asalnya
yaitu kuning dan ini merupakan reaksi adisi I2 berfungsi untuk memutuskan ikatan rangkap.
Pada percobaan keenam, heptana dengan I2. Heptana bereaksi dengan heptana dan
terjadi reaksi substitusi. Hasil percobaan terdapat dua fase pada fase atas terjadi perubahan
warna menjadi merah lembayung dan fase bawah terdapat larutan I 2 yang berwarna kuning.
Terjadi dua fase karena terjadinya perbedaan, pada heptana bersifat non polar dan I2
merupakan polar. Perambatan I2 berdungsi untuk menggantikan atom H.
Minyak goreng akan berbau tengik pada keadaan terbuak karena gugus atom atau
senyawa minyak goreng teroksidasi oleh udara, sehingga ikatan rangkap pada minyak goreng
terodisi menjadi ikatan tunggal. Kelama-lamaan minyak goreng berbau tengik kerna
pemutasan ikatan rangkap.
Pada Benzena tidak dapt diadisi karena ikatan rangkap pada Benzena berputar yang
disebut delokalisasi dan itu juga dikarenakan ikatan pada Benzena itu stabil. Oleh karena itu
ikatan rangkap digunakan KMnO4 sebagai oksidator dalam percobaan itu karena KMnO4
merupakan oksidator yang kuat.
Kita dapat mengetahui reaksi adisi atau substitusi dari reaksi struktur awal senyawa
tersebut, bila senyawa memiliki rangkap 2 bila direaksikan dengan halogen atau hidroksida
ikatan rangkap tersebut dilepas dan mengikat halogen maka senyawa tersebut mengalami
adisi. Sedangkan reaksi substitusi bila terjadi penggantian dari atom hydrogen dari senyawa
hidrokarbon dengan senyawa lain seperti halogen.
Senyawa aromatic sederhana merupakan senyawa organic aromatic yang terdiri dari
struktur cicin planar berkonjugasi dengan awan electron Pi yang berdelokalisasi. Banyak
senyawa cincin aromatic sederhana yang mempunyai nama trivial. Biasanya, ia ditemukan
sebagai substruktur molekul molekul yang lebih kompleks. Senyawa aromatic sederhana
yang umumnya ditemukan adalah Benzena dan indola.
Cincin aromatic sederhana dapat berupa senyawa heterosiklik apabila ia mengandung
atom bukan karbon, ia dapat berupa monosiklik seperti benzene, bisiklik seperti naftalena
ataupun polisiklik seperti antarasena.
o Alkuna adalah hidrokarbon yang memiliki sebuah ikatan rangkap tiga.
o Alkena adalah hifrokasbon yang memiliki ikatan rangkap dua.

Alkadiena adalah hidrokarbon yang memiliki dua buah ikatan rangkap dua.

BAB 5
PENUTUP
5.1
-

Kesimpulan

Benzena dengan KMnO4, larutan ini tidak bereaksi dapat terlihat dari hasil reaksinya yang
terdapat dua fase. Sedangkan pada Benzena dengan I2, larutan ini bereaksi, tetapi sangat
sedikit. Ini dapat terlihat perubahan warna reagen I 2 yang terdapat pada fase atas berwarna

merah lembayung. Sedangkan fase bawah I2 berubah warna.


Karena KMnO4 tidak dapat bereaksi dengan Benzena yang sifatnya stabil karena KMnO 4
tidak mampu memutuskan ikatan rangkap yang terdapat dalam cincin benzene yang bersifat

stabil.
Minyak goreng bias berbau tengik dalam keadaan terbuka karena gugus atom atau senyawa
minyak goreng teroksidasi oleh udara, sehingga ikatan rangkap pada minyak goreng terodisi
menjadi ikatan tunggal. Kelama-lamaan berbau tengik karena pemutusan ikatan rangkap.

5.2.

Saran-Saran
Bagi praktikan bisa menggantikan senyawa I 2 dengan senyawa halogen yang lain,

untuk memperluas pengetahuan kita seperti Cl2.

DAFTAR PUSTAKA
Fressenden, Joan, R. 1982. Kimia Organik edisi ke 3 jilid 2 Erlangga : Jakarta
Hart. Harold, dkk. 2003. Kimia Organik ed. Kesebelas. Erlangga : Jakarta
Keenan, W Charles. 1986 Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Raymond, Chang. 2005. Kimdas Konsep 2. Erlangga : Jakarta

Kimia Dasar Jl. 2 Ed. 3

Anda mungkin juga menyukai