Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Larutan adalah campuran homogeny zat terlarut dan


pelarut. Larutan dapat berbentuk gas, padatan, dan cairan. Pelarut
berperan sebagai media bagi zat terlarut serta berperan dalam
reaksi kimia dalam larutan karena pengendapan atau penguraian.
Pelarut yang umum digunakan adalah air (Chang, 2005).
Distribusi zat terlarut pada dua pelarut yang tidak
bercampur dapat diaplikasikan pada keja obat. Sistemnya yaitu
obat dapat didistribusikan dan diadsorbsi ke seluruh bagian tubuh.
Koefisien distribusi dapat didefinisikan sebagao suatu
perbandingan kelarutan suatu sampel di dalam dua pelarut yang
berbeda dan tidak saling bercampur. Koefisien distribusi
merupakan nilai tetap pada suhu tertentu.
Pada proses pelarutan, interaksi molekul yang berupa
tarikan antar partikel komponen terpisah dan tergantikan dengan
tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Ketika pelarut dan zat
terlarut sama-sama polar, maka akan terbentuk struktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara
zat terlarut dan pelarut menjadi tetap stabil (Oxtoby, 2001).

1.2 Tujuan Praktikum


Menentukan konstanta kesetimbangan asam asetat terhadap 2
pelarut yaitu air dan 2-propanol
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut hukum distribusi Nerst, bila pada larutan terdapat dua


pelarut yang saling tak bercampur dimasukan solut yang dapat larut
dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian kelarutan.
Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap,
dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut disebut
tetapan distribusi atau koefisien distribusi.
Ekstraksi adalah pemisahan dan penarikan komponen campuran
dari campuran lainnya. Ekstraksi campuran-campuran merupakan
suatu teknik dimana suatu larutan dibuat saling kontak dengan pelarut
lain yang tidak tercampurkan dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut ke dalam pelarut kedua tersebut (Basset, 1994).
Tujuan dari proses ekstraksi pelarut yaitu untuk mengekstrak zat
terlarut dari suatu fasa cair yang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk
memisahkan dua zat terlarut yang berbeda atau untuk memurnikan fasa
cair dari zat pengotor (Engdahl, 2010).
Jika suatu solute dapat bercampur baik dalam pelarut I maupun II
ditambahkan ke dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi
pembagian solute ke dalam dua pelarut tersebut (Castellan, 1983).
Potensial kimia solute dalam pelarut I dapat dinyatakan :
(2.1)

Dan dalam pelarut II dapat dinyatakan :

(2.2)

Dimana merupakan aktivitas solute dalam kedua pelarut.

Pada saat terjadi kesetimbangan kecepatan solute yang keluat dari


pelarut yang satu sama dengan kecepatan solut yang masuk kepelarut
lain dan sebaliknya sehingga harga kedua potensial akan sama :

(2.3)

(2.4)
(2.5)

Karena harga konstan pada temperatur dan


tekanan tertentu, persamaan menjadi :

dengan K = konstan (2.6)

Sehingga didapat persamaan konstanta koefisien distribusi :

(2.7)

(2.8)

(2.9)

III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
a. Corong pecah 250 mL
b. Erlenmeyer 100 mL
c. Buret 50 mL
d. Pipet ukur 100 mL dan 25 mL
e. Pipet tetes
f. Pipet volumetric 25 mL
g. Labu takar
h. Kaca arloji
i. Batang pengaduk
j. Corong kaca
k. Statif dan klem
l. Botol semprot
m. Bulb
n. Gelas beaker
3.2 Bahan
a. Larutan asam asetat 1 M
b. Asam oksalat
c. Larutan NaOH 0,2 M
d. Indikator PP
e. Kertas saring
f. Isopropanol
g. Aquades

3.3 Prosedur Kerja

 Pembakuan NaOH

Larutan NaOH

- Dimasukan kedalam buret


sebanyak 50 mL

Larutan NaOH

Padatan Oksalat

- Ditimbang sebanyak 0,1575 g


dengan neraca analitik
- Dimasukan ke dalam Erlenmeyer
- Diencerkan dengan aquades
- Ditambahkan indikator PP
sebanyak 2 tetes
- Dititrasi dengan larutan NaOH
- Dilakukan secara duplo

Volum NaOH
 Ekstraksi CH3COOH dengan 2 pelarut

Larutan CH3COOH

- Dipipet sebanyak 50 mL
- Dibuat pada konsentrasi 1; 0,8; 0,6;
0,4; 0,2 M
- Dipipet sebanyak 10 mL dan
dipindahkan ke dalam Erlenmeyer
- Dilakukan titrasi dengan NaOH 0,25 M
secara duplo

Volum NaOH

Larutan CH3COOH

- Larutan masing-masing dipipet


sebanyak 25 mL ke corong pisah
- Ditambahkan 25 mL isopropanol
- Dihomogenkan selama 10 menit dan
didiamkan
- Diambil fasa bawah sebanyak 10 mL
- Dititrasi dengan NaOH 0,25 M secara
duplo

Volum NaOH
IV. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 4.1.1 data titrasi pembakuan NaOH


No . Massa oksalat (g) Volum NaOH (mL)

1 0,1563 9,7

2 0,1574 9,5

Tabel 4.1.2 data titrasi pembakuan CH3COOH


Volum NaOH (mL) Rerata volum
[CH3COOH] NaOH (mL)
I II

1 41,03 41,35 41,19


0,8 33,80 34.03 33,915

0,6 24,40 24,53 24,465


0,4 16,27 16,85 16,56

0,2 7,55 7,67 7,61

Tabel 4.1.3 data titrasi dari ekstraksi CH3COOH pada dua pelarut
Volum NaOH (mL) Rerata volum
[CH3COOH] NaOH (mL)
I II

1 21,10 21,37 21,235


0,8 17,23 17,55 17,39

0,6 12,40 - 12,40


0,4 8,57 8,66 8,615

0,2 4,30 3,73 4,015


4.2 Hasil Perhitungan
Tabel 4.2.1 data pembakuan konsentrasi awal CH3COOH
Volum NaOH (mL) Rerata
[CH3COOH] volum [CH3COOH]
I II NaOH (mL) Awal
1 41,03 41,35 41,19 1,0680
0,8 33,80 34,03 33,915 0,8794

0,6 24,40 24,53 24,465 0,6343


0,4 16,27 16,85 16,56 0,4294

0,2 7,55 7,67 7,61 0,1973

Tabel 4.2.2 data perhitungan konsentrasi CH3COOH pada pelarut air


Volum NaOH Rerata
[CH3COOH] (mL) volum [CH3COOH] Ln[CH3COOH]
I II NaOH awal Air
(mL)
1 21,10 21,37 21,235 0,5506 -0,5967

0,8 17,23 17,55 17,39 0,4509 -0,7965


0,6 12,40 - 12,40 0,3215 -1,1347

0,4 8,57 8,66 8,615 0,2233 -1,4992


0,2 4,30 3,73 4,015 0,1041 -2,2624

Tabel 4.2.3 data perhitungan konsentrasi CH3COOH pada pelarut 2-


propanol
[CH3COOH] [CH3COOH]2-propanon Ln [CH3COOH]2-propanol

1 0,5174 -0,6589

0,8 0,4285 -0,8474

0,6 0,3128 -1,1621

0,4 0,2061 -1,5793

0,2 0,0932 -2,3730


4.3 Pembahasan

Titrasi adalah salah satu teknik analisis yang

memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu

larutan dengan mereaksikannya pada larutan lain yang

konsentrasinya telah diketahui. Analisis ini berdasarkan pada

pengukuran larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi

secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan, analisa ini disebut

analisis volumetri.

Pada titrasi ini digunakan larutan NaOH 0,25 M dengan

standarisasi primer asam oksalat. Larutan standar sekunder dapat

berubah atau mudah bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Maka

dari itu dilakukan pembakuan dengan asam oksalat. Pemilihan

asam oksalat sebagai standar primer adalah karena dia tidak mudah

bereaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Penambahan indikator PP bertujuan untuk mengetahui titik

akhir dari titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan

yaitu, dari tak berwarna menjadi merah muda seulas. Indikator PP

merupaka suatu asam atau basa organik lemah yang dapat berubah

pHnya sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Trayek pH

untuk indikator ini adalah 8-10.

Reaksi yang terjadi pada titrasi NaOH dengan H2C2O4 :

(4.1)
Ekstraksi dapat menentukan nilai koefisien distribusi.

Ekstraksi yang baik dilakukan secara bertahap dan seberapa lama

larutan ketika dihomogenkan. Semakin lama ekstraksi yang

dilakukan akan semakin banyak zat terlarut yang terdistriusi ke

salah satu pelarut. Hal ini dapat ditandai dengan terpisahnya dua

fasa yaitu air dan organik. Pada fasa organik terdapat asam asetat

yang berikatan dengan pelarut 2-propanol.

Ketika dua fasa telah terbentuk, maka dilakukan titrasi

dengan larutan NaOH yang telah dibakukan. Sehingga didapatkan

nilai [CH3COOH]air yang merupakan setengah dari

[CH3COOH]awal. Sedangkan nilai [CH3COOH]air lebih besar

dari [CH3COOH]2-propanol. Hal ini dikarenakan asam asetat

lebih banyak larut ke pelarut air dibandingkan pelarut 2-propanol.

Reaksi yang terjadi ketika titrasi NaOH dengan CH3COOH :

(4.2)

Diperoleh nilai persamaan regresi linear dari grafik

dengan nilai K yang didapatkan sebesar

pada pelarut 2-propanol. Sedangkan pada pelarut

diklorometana didapatkan nilai K sebesar 11,67. Perbedaan ini

terjadi karena nilai K pada pelarut 2-propanol mempunyai gaya

tarik antar senyawa air dan 2-propanol sangat besar terhadap asam

asetat. Perbedaan ini dihasilkan karena pemisahan ketika ekstraksi

terjadi secara tak sempurna.


V. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan distribusi solut antara dua pelarut tak


bercampur telah didapat nilai K distribusi asam asetat pada pelarut air
dan 2-propanol sebesar

VI. DAFTAR PUSTAKA


Basset, J. et. al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Basri, 2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta.
Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry, Edisi 3, Addison-Wesley,
Singapore, hal ; 222-223, 285-287, 337-339, 760-761.
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi 3. Jilid 2.
Penerjemah : Sukminar. Erlangga. Jakarta.
Engdahl, E.L, et. Al. 2010. Diluent Effect In Solvent Extraction.
Department of Chemical and Biological Engineering
Chalmers University of Technology Gothenburg. Sweden
Oxtoby, D. W. Gillis, et. Al. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi 4. Jilid 1. Penerjemah : Suminar. Erlangga. Jakarta
LAMPIRAN
 Perhitungan
Menghitung pembakuan NaOH dengan asam Oksalat
- Mol NaOH = 2 mol C2H2O4

( )

- Mol NaOH = 2 mol C2H2O4

( )

- Rerata konsentrasi NaOH

Menghitung konsentrasi CH3COOH awal

- Mol CH3COOH = mol NaOH


- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

Menghitung konsentrasi CH3COOH pada ekstraksi dengan


pelarut air

- Mol CH3COOH = mol NaOH


- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

- Mol CH3COOH = mol NaOH

Menghitung nilai konstanta kesetimbangan CH3COOH pada 2


pelarut air dan isopropanol

Telah didapat persamaan regresi linear sebesar


dengan R = 0,9423

Maka dapat dihitung nilai koefisien distribusi :

Dengan nilai :

n = a dan

sehingga,

 Grafik

Grafik Distribusi Solut 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 Dengan 2 Pelarut


Air dan 2-Propanol

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
ln[CH3COOH]2propanol

-0.5

-1

-1.5

-2 y = 3.9079x - 2.5418
R² = 0.9423
-2.5
ln [CH3COOH]air

Anda mungkin juga menyukai