of MTsN Binjai ini the second 2014 /2015. The sample of this study were two
classes, consisted of 71 students in which determined by using cluster random
sampling, the first was grade VIII-4 as experimental class used the inquiry
training which consisted of 35 students, and the second was grade VIII-3 as
the control class used the conventional learning model which consisted of 36
students. The instruments of this study were the science process skills test and
logical thinking ability test. The analysis results that the inquiry training use
macromedia flash was better than that conventional learning method in
improving the student’s science process skills. The results also explain that the
inquiry training use macromedia flash was better than that conventional
learning method in improving the student’s logical thinking ability.
Key words: inqiry training, science proccess scills, logical thinking ability,
macromedia flash
kualitas yang baik. Proses pembelajaran fisika Penilaian terhadap pembelajaran fisika
yang diterapkan di sekolah sebahagian besar belum memperhatikan kemampuan berpikir
hanya menekankan pada proses menghafal logis siwa. Hasil wawancara yang peneliti
konsep, prinsip atau rumus. peroleh dari wakil kepala bidang kurikulum
Hasil studi pendahuluan di MTsN Binjai MTsN Binjai, Bapak Wahyudi, menyatakan
yang dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 5 bahwa penilaian tentang kemampuan berpikir
Januari 2015 dengan cara penyebaran angket logis siswa belum dilakukan (Hifni, 2015).
kepada siswa serta wawancara langsung dengan Penilaian selama ini masih pada unsur kognitif.
guru mata pelajaran Sains peneliti menemukan Nilai yang dicantumkan oleh guru dalam rapor
bahwa motivasi siswa terhadap pelajaran fisika masih berasal dari unsur pengetahuan siswa
masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan data terhadap materi IPA. Seharusnya kemampuan
hasil penyebaran angket kepada 60 siswa kelas berpikir logis siswa juga mendapatkan penilaian
IX MTsN Binjai, Fisika termasuk mata pela- dari guru. Kemampuan berpikir logis memiliki
jaran yang kurang disenangi siswa. Hanya hubungan yang erat dengan pembelajaran sains.
20,29% dari siswa (responden) yang menyenangi Rao (2008) menjelaskan bahwa sains tersusun
fisika, selebihnya 52,17% menjawab tidak suka dari proses dan produk dimana prosesnya
dan 26,09% menjawab biasa saja. 49,28% siswa adalah metode ilmiah dan produknya adalah
(responden) menganggap fisika sebagai pela- pengetahuan ilmiah dan sikap ilmiah dengan
jaran yang sulit, 24,64% siswa yang mengang- pengembangan kemampuan berpikir logis siswa.
gap fisika sebagai pelajaran yang biasa dan Hal ini membuktikan bahwa kemampuan
26,09% yang lainnya menganggap fisika pela- berpikir logis sangat penting untuk mendapatkan
jaran yang mudah tapi susah, sedikit sulit, dan perhatian dalam pembelajaran sains di sekolah.
lain-lain (Hifni, 2015). Beberapa alasan mereka Dari fakta tersebut terlihat bahwa masalah
yang menganggap fisika itu sulit adalah karena utama yag dihadapi oleh siswa adalah hasil
fisika banyak hitungan, banyak hapalan, belajar yang masih rendah serta keterampilan
membosankan, dan banyak rumusnya. Hal ini proses sains yang masih lemah dan kemampuan
berakibat terhadap rendahnya motivasi belajar berpikir logis yang belum diperhatikan. Patut
siswa. diduga sumber masalahnya adalah proses belajar
Pembelajaran fisika di MTsN Binjai belum siswa yang hanya menghapal informasi, hal ini
memperhatikan aspek keterampilan proses sains ditunjukkan dengan fakta bahwa pembelajaran
siswa. Hasil wawancara dengan salah satu guru di kelas kebanyakan menggunakan metode
sains fisika kelas IX di MTsN Binjai, yaitu ceramah. Dalam menerima informasi, ada
Bapak M.Alfian menyatakan bahwa selama ini kemungkinan siswa lebih cenderung mengha-
belum pernah dilakukan pembelajaran fisika palkan informasi yang didapatkan tanpa
yang memperhatikan keterampilan proses sains mencoba mengaitkan dengan konsep yang
siswa (Hifni, 2015). Praktikum fisika yang pernah dimiliki sebelumnya (Dahar, 1996).
dilakukan oleh guru selama ini belum memper- Maka solusi yang harus dilakukan oleh guru
hatikan aspek-aspek keterampilan proses sains. adalah meningkatkan penerapan model pembe-
Permasalahan ini juga disebabkan jarangnya lajaran yang berpusat pada siswa.
siswa melakukan eksperimen di laboratorium Salah satu model yang cocok untuk
sekolah. Dampaknya dapat dilihat saat siswa pembelajaran fisika dimana siswa diberikan
melakukan praktikum, siswa terlihat bingung kesempatan secara langsung untuk menemukan,
dalam mengikuti langkah-langkah dalam lembar meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuannya
kerja siswa yang diberikan guru. Kenyataan adalah model Inquiry Training. Model pembe-
yang peneliti dapat di lapangan memberikan lajaran Inquiry Training dirancang untuk
kesimpulan bahwa siswa belum memiliki membantu siswa mengembangkan disiplin dan
keterampilan proses sains yang baik. mengembangkan keterampilan intelektual yang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
April sampai Mei 2015 di Semester Genap
Kelas VIII MTsN Binjai Tahun Pembelajaran
2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah
kedua siswa seluruh siswa kelas VIII semester II di MTsN
Binjai yang terdiri dari 5 kelas berjumlah 150
diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya (Joyce, 2003). Model Inquiry training memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains siswa sehingga sangat tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran sains. Model ini terdiri dari lima fase. Fase pertama siswa dihadapkan pada masalah melalui demonstrasi yang memiliki unsure puzzling
event sehingga siswa merasa bingung dan bertanya akan demonstrasi tersebut. Fase orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara cluster random class dimana setiap kelas
memberikan pertanyaan untuk melakukan (acak kelas) memiliki kesempatan yang sama
pengumpulan data atau verifikasi terhadap untuk menjadi sampel penelitian. Sampel
fenomena tersebut. Fase ketiga, setelah fakta diambil sebanyak 2 kelas dari jumlah populasi
dikumpulkan, siswa mulai diminta untuk yaitu satu kelas menjadi kelas eksperimen
mencoba mengembangkan hipotesis-hipotesis dengan menggunakan model pembelajaran
yang seluruhnya dapat menjelaskan apa yang Inquiry Training dan kelas yang lain menjadi
sebenarnya terjadi melalui eksperimen. Pada kontrol dengan menggunakan pembelajaran
fase kempat, siswa mengolah informasi yang konvensional.
mereka dapatkan selama pengumpulan meru- Variabel dalam penelitian ini ditinjau dari
muskan hipotesis. Pada tahap kelima, siswa peranannya, terdiri atas variabel bebas dan
menganalisis strategi-strategi pemecahan masalah variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas
yang telah mereka gunakan selama penelitian. dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
Melalui pelaksanaan fase dalam Inquiry Inquiry Training dengan menggunakan media
Traininng Karena hal tersebut peneliti yakin, Macromedia Flash dan pembelajaran konven-
jika model ini diterapkan dalam pembelajaran sional. Variabel terikat dalam penelitian ini
di kelas, maka hasil belajar dan keterampilan adalah keterampilan proses sains dan kemam-
proses sains siswa akan meningkat. Hal ini puan berpikir logis.
pernah dibuktikan oleh beberapa peneliti dalam Penelitian ini termasuk jenis penelitian
penelitian model Inquiry Training mampu quasi eksperimen, yaitu merupakan penelitian
meningkatkan pemahaman konsep belajar yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari
fisika dan keterampilan proses sains siswa “sesuatu” yang dikenakan pada “subyek” yaitu
(Fatmi, 2014; dan Liana, 2013). siswa. Desain penelitiannya berupa Two Group
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Pretes-Postes Design.
hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir Tabel 1. Rancangan Penelitian
logis. Kemampuan berpikir logis adalah suatu Sampel Pretes Perlakuan Postes
proses menalar tentang suatu objek dengan cara Kelas Eksperimen T1 X T2
T
menghubungkan serangkaian pendapat untuk Kelas Kontrol T1 Y 2
Y : Perlakuan (treatment) untuk pembela- analisis data yaitu uji normalitas, uji homoge-
jaran konvensional. nitas dan uji t.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Pretes
Metode pengumpulan data dalam pene- Hasil Kolmogorov-Smirnov
litian ini berupa tes meliputi tes keteram-pilan Dk
Statistik Sig.
proses sains dalam bentuk obyektif dan tes Pretes KPS 0,134 35 0,111
kemampuan berpikir logis dalam bentuk Eksperimen
pilhihan berganda untuk, metode observasi Pretes Logis 0,133 35 0,119
untuk mengukur aspek psikomotor siswa, serta Eksperimen
metode dokumentasi digunakan untuk menge- Pretes KPS Kontrol 0,106 36 0,200
tahui daftar nama siswa dan untuk mengum- Pretes_Logis_Kontrol 0,113 36 0,200
pulkan data nilai ujian akhir semester ganjil a. Lilliefors Significance Correction
mata pelajaran IPA.
Analisis data yang digunakan uji prasyarat Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 3,
analisis data yakni uji normalitas, homogenitas, data pretes nilai signifikansi pada kolom sig data
dan uji t dua pihak. Uji normalitas yang nilai pretes keterampilan proses sains dan
digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov, uji kemampuan berpikir logis, diperleh nilai
homogenitas ini digunakan uji Levene dan uji t signifikansi kedua kelas lebih besar dari 0,05,
digunakan untuk mengetahui kesamaan kemam- maka dapat dikatakan bahwa data pretes kelas
puan awal. Setelah uji prasyarat memenuhi kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi
maka dilakukan uji hipotesis menggunakan uji t normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas.
dua pihak. Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Pretes
Statistik
Hasil
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Levene dk1 dk2 Sig.
Dari hasil pengolahan data pretes untuk Postes Keterampilan 0,632 1 69 0,429
masing-masing kelas diperoleh nilai nilai rerata Proses Sains
dan simpangan baku seperti terdapat dalam Pretes Kemampuan 0,286 1 69 0,594
ringkasan data pretes kelompok sampel pada Berpikir Logis
Tabel 2.
Tabel 2. Rekap Hasil Pretes Berdasarkan hasil output uji homogenitas
Hasil Pretes Kelompok N Rerata SD varians dengan menggunakan uji Levene pada
Keterampilan Eksperimen 35 36,60 7,64 Tabel nilai sig > 0,05, maka dapat disimpulkan
Proses Sains Kontrol 36 36,37 6,77
Kemampuan Eksperimen 35 40,71 10,44
bahwa siswa kelas kontrol dan kelas ekspe-
Berpikir Logis Kontrol 36 39,17 11,37 rimen berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians yang sama, atau kedua
Data yang disajikan pada Tabel 2 kelas tersebut homogen. Dari hasil pengolahan
menampilkan bahwa rata-rata nilai pretes data postes untuk masing-masing kelas diper-
ketermpilan proses sains pada kelas eksperimen oleh nilai nilai rerata dan simpangan baku
dan kelas kontrol masing-masing adalah 36,60 seperti terdapat dalam ringkasan data postes
dan 36,37. Sementara itu, simpangan baku kelompok sampel pada Tabel 5.
untuk kelas eksperimen adalah 7,64 sedangkan Tabel 5. Rekap Hasil Postes
untuk kelas kontrol adalah 6,77. Berdasarkan Hasil Postes Kelompok N Rerata SD
Keterampilan Eksperimen 35 77,21 8,89
data tersebut terlihat bahwa rata-rata nilai pretes Proses Sains Kontrol 36 70,10 7,54
keterampilan proses sains kelas eksperimen Kemampuan Eksperimen 35 76,14 11,70
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata- Berpikir Logis Kontrol 36 69,86 11,92
rata nilai pretes kelas kontrol. Setelah diperoleh
data maka dilakukan pengujian prasyarat
Data yang disajikan pada Tabel 5 menam- Hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh
pilkan bahwa rata-rata nilai postes keterampilan output uji statistik data hasil postes keteram-
proses sains pada kelas eksperimen dan kelas pilan proses sains siswa yang menggunakan
kontrol masing-masing adalah 77,21 dan 70,10. model pembelajaran Inquiry Training menggu-
Sementara itu, simpangan baku untuk kelas nakan macromedia flash dapat dilihat pada
eksperimen adalah 8,89, untuk kelas kontrol Tabel 8 berikut.
adalah 7,54. Berdasarkan data pada Tabel 5 Tabel 8. Hasil Uji t Postes Keterampilan Proses
terlihat bahwa rata-rata nilai postes kemampuan Sains
berpikir logis pada kelas eksperimen dan kelas Hasil Uji t dk Sig (2 tailed)
kontrol masing-masing 76,14 dan 69,86. Semen- Postes Keterampilan 3,63 69 0,001
tara itu, simpangan baku untuk kelas eksperimen Proses Sains
adalah 11,70 sedangkan untuk kelas kontrol
adalah 11,92. Setelah diperoleh data maka Berdasarkan Tabel 8 diperoleh nilai Sig. sebesar
dilakukan pengujian prasyarat analisis data 0,001. Oleh karena, nilai Sig. 0,000 < 0,05,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. maka dapat dikatakan bahwa hasil pengujian
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Pretes menolak Ho atau menerima Ha dalam taraf
Hasil Kolmogorov-Smirnov alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan
Statistik Dk Sig. bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
Postes KPS Eksperimen 0,125 35 0,183 keterampilan proses sains siswa yang dibela-
Postes Logis Eksperimen 0,139 35 0,085 jarkan dengan model Inquiry Training menggu-
Postes KPS Kontrol 0,120 36 0,200 nakan media Macromedia Flash dengan siswa
Postes_Logis_Kontrol 0,134 36 0,099
yang dibelajarkan dengan pembelajaran konven-
a. Lilliefors Significance Correction
sional. Keterampilan proses sains pada kedua
kelompok siswa ini dapat ditampilkan dalam
Uji normalitas pada tabel 6, data pretes
Gambar 1.
nilai signifikansi pada kolom sig data nilai
pretes keterampilan proses sains dan kemam-
puan berpikir logis, diperoleh nilai signifikansi
kedua kelas lebih besar dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa data pretes kelas kontrol dan
kelas eksperimen berdistribusi normal. Selan-
jutnya dilakukan uji homogenitas.
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Pretes
Statistik
Hasil
Levene dk1 dk2 Sig.
Postes Keterampilan 0,500 1 69 0,482
Proses Sains
Pretes Kemampuan 0,286 1 69 0,594 Gambar 1. Grafik Hubungan antara Nilai
Berpikir Logis Keterampilan Proses Sains dengan Model
Pembelajaran
Berdasarkan hasil output uji homogenitas
varians dengan menggunakan uji Levene pada Gambar 1 menampilkan rata-rata hasil
Tabel nilai sig > 0,05, maka dapat disimpulkan postes keterampilan proses sains siswa yang
bahwa siswa kelas kontrol dan kelas dibelajarkan dengan model pembelajaran Inquiry
eksperimen berasal dari populasi-populasi yang Training menggunakan media Macromedia
mempunyai varians yang sama, atau kedua Flash yaitu ( ) lebih
kelas tersebut homogen. tinggi dari rata-rata hasil postes keterampilan proses
1. Uji Hipotesis Pertama
Vol. 4 No. 1 Juni 2015 14 http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpf
Hifni, M. dan Turnip, BM.: Efek Model Pembelajaran Jurnal Pendidikan Fisika
Inquiry Training Menggunakan Media Macromedia p-ISSN 2252-732X
Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains dan e-ISSN 2301-7651
Kemampuan Berpikir Logis.
sains siswa yang dibelajarkan dengan pembe- Hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh
lajaran konvensional yaitu ( output uji statistik data hasil postes kemampuan
70,10). Hasil ini membuktikan model berpikir logis siswa yang menggunakan model
pembelajaran Inquiry Training memberikan hasil pembelajaran Inquiry Training menggunakan
yang baik dalam keterampilan proses sains siswa. macromedia flash dan hasil keterampilan proses
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran sains siswa yang menggunakan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konven- konvensional dapat dilihat pada Tabel berikut.
sional kurang efektif untuk memudahkan siswa Tabel 9. Uji-t Postes Kemampuan Berpikir
dalam belajar, karena dalam pembelajaran ini Logis
siswa kurang dilibatkan secara keseluruhan Hasil Uji t dk Sig (2 tailed)
sehingga mempengaruhi dalam proses daya Postes Kemampuan 2,24 69 0,028
tangkap siswa terhadap materi pembelajaran. Berpikir Logis sains
Sehingga dengan demikian pengetahuan yang Berdasarkan Tabel 9 hasil uji t diperoleh nilai
mereka peroleh tidak sebanyak yang diperoleh Sig.sebesar 0,028. Oleh karena, nilai Sig. 0,000
siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa hasil
model pembelajaran inquiry training berbantuan pengujian menolak Ho atau menerima Ha
media macromedia flash. Hasil Penelitian ini dalam taraf alpha 5%. Dengan demikian dapat
sejalan dengan penelitian terdahulu yang disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
dilakukan oleh Ambarsari (2013) di SMPN 7 kemampuan berpikir logis siswa yang diberikan
Surakarta. Hasil keterampilan proses sains dasar pembelajaran dengan model pembelajaran
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang inquiry training menggunakan media macro-
signifikan antara pendekatan konvensional dan media flash dengan kelas kontrol yang diajar
pendekatan inkuiri terbimbing terhadap kete- dengan pembelajaran konvensional.
rampilan proses sains dasar. Signifikan di sini
berarti terdapat perbedaan aktivitas siswa
sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu
penerapan pendekatan inkuiri dalam pembela-
jaran.
Hasil keterampilan proses sains yang
diperoleh siswa di kelas eksperimen menun-
jukkan bahwa model pembelajaran inquiry
training mengedepankan pada pengalaman
langsung oleh siswa melalui pengamatan. Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Rao (2008).
Beliau berpendapat bahwa sains adalah tubuh Gambar 2. Grafik Hubungan Kemampuan
dari pengetahuan, sebuah cara berpikir melalui Berpikir logis dengan Model Pembelajaran
pengamatan dan eksperimen dalam tujuan
mengeksplorasi alam. Pembelajaran sains Hasil penelitian juga mengungkapkan
seharusnya mengedepankan pengalaman secara bahwa kemampuan berpikir logis siswa yang
langsung kepada siswa. Penelitian ini juga diajar dengan model inquiry training lebih baik
sejalan dengan pendapat Harlen (2004) yang dari pada kemampuan berpikir logis siswa yang
menjelaskan bahwa prinsip dasar untuk diajar dengan pembelajaran konvensional. Hasil
mengembangkan keterampilan proses sains penelitian ini sejalan dengan oenelitian yang
siswa tingkat dasar adalah dengan mengamati dilakukan Purwanto (2010). Penelitian yang
dan menggunakan sumber-sumber informasi dilakukan beliau menunjukkan bahwa terdapat
yang tersedia. perbedaan kemampuan berpikir logis siswa
2. Uji Hipotesis Kedua antara kelas yang diberikan pembelajaran dengan