Abstrak
Pembelajaran Fisika yang di terapkan di SMA Warga Surakarta belum mengarahkan siswa pada pembelajaran
berbasis keterampilan proses dan cenderung teacher centered. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan
menyusun modul elektronik pembelajaran Fisika berbasis keterampilan proses sains, serta menguji efektivitas
modul terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Metode penelitian dan pengembangan
yang digunakan Research and Development (R&D). Model penelitian dan pengembangan menggunakan model
penelitian 4D Thiagarajan. Modul Fisika dikembangkan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains
dengan langkah: mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel,
melakukan eksperimen, menganalisis data, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, lembar validasi, lembar observasi dan soal pretest&post test. Analisis hasil
angket, kelayakan modul dan hasil observasi dianalisis dengan diskriptif kualitatif berdasarkan skor kriteria.
Analisis kemampuan berpikir kritis diuji dengan program SPSS dengan uji parametrik sampel berpasangan,
sedangkan motivasi belajar dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) modul elektronik telah dikembangkan dengan mengintegrasikan keterampilan proses
sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. 2) Modul elektronik Fisika
berbasis keterampilan proses sains memenuhi kriteria sangat baik, dilihat dari hasil validasi materi, media,
validasi praktisi pendidikan dan teman sejawat, dengan nilai rata-rata 3,80 lebih besar dari nilai minimum
kelayakan 3,78. 3) efektivitas modul berbasis keterampilan proses sains didapatkan nilai N-gain dari uji coba
besar 0,67 pada kelas sampel dan 0,59 pada kelas kontrol yang dikategorikan ˝sedang˝. 4) Implementasi modul
elektronik Fisika berbasis keterampilan proses sains ini dinilai efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,027 lebih rendah dari taraf signifikansi α =0,05, hal
ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar kelas sampel dan kelas kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa menggunakan modul Fisika berbasis keterampilan
proses sains lebih baik dari pembelajaran konvensional
Kata Kunci: Modul elektronik, Keterampilan Proses Sains, Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi Belajar Siswa
61
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
didik. Oleh karena itu proses pembelajaran Hasil wawancara dengan guru,
harus dirancang, dilaksanakan guru sebagai memperoleh informasi tentang modul yang
pendidik dapat memenuhi amanat peraturan diinginkan guru, yaitu: 1) isi modul sesuai
pemerintah tersebut. dengan kurikulum yang berlaku; 2) bahan ajar
Seiring dengan kompleknya yang digunakan dapat melatih siswa untuk
permasalahan pada kegiatan pembelajaran di membangun dan menemukan pengetahuannya
kelas, kompetensi yang dimiliki siswa tidak sendiri; 3) siswa dapat terlibat penuh dalam
terbatas pada keterampilan proses, tetapi perlu kegiatan pembelajaran yang berlangsung; 4)
memiliki kemampuan berpikir untuk praktis dan komunikatif; 5) terdapat kegiatan
menghadapi berbagai persoalan yang ada di praktikum/demonstrasi yang sesuai dengan
dalam kegiatan pembelajaran, dalam hal ini materi; 6) terdapat tugas/soal latihan yang
kemampuan berpikir kritis perlu adanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
penekanan. Sejalan dengan pengembangan siswa; 7) materi pelajaran yang disampaikan
kemampuan berpikir kritis, pemerintah melalui dapat menarik minat siswa, singkat, jelas dan
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 pasal mudah dipahami; 8) terdapat video aplikasi
77 I ayat I menjelaskan bahwa bahan kajian dalam kehidupan sehari-hari.
ilmu pengetahuan alam, antara lain, Fisika,
Biologi, dan Kimia dimaksudkan untuk Tabel 1. Analisis Kebutuhan Siswa Kelas X SMA Warga
Surakarta
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, Persentase (%)
No Aspek Yang Diamati
dan kemampuan analisis peserta didik terhadap Ya Tidak
lingkungan alam dan sekitarnya” dari 1. Siswa memiliki buku pelajaran 86% 14%
Fisika
pernyataan tersebut jelas bahwa pembelajaran 2. Bapak/ibu guru mengunakan 100% 0%
Fisika dimaksudkan untuk memperoleh bahan ajar khusus
kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan 3. Siswa mencari sumber lain 79% 21%
untuk mempelajari materi
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah 4. Siswa bisa merubah data dalam 48% 41%
secara kritis, kreatif, dan mandiri. bentuk tabel ke dalam bentuk
grafik
Berdasarkan hasil observasi di SMA 5. Siswa bisa merubah data dalam 41% 59%
Warga Surakarta yang ditunjukkan pada Tabel bentuk grafik kedalam bentuk
1, diketahui bahwa dalam melaksanakan persamaan
6. Siswa membutuhkan bahan ajar 97% 3%
kegiatan belajar mengajar guru sudah alternatif yang dapat digunakan
menggunakan modul rangkuman sendiri untuk untuk mempelajari konsep
membelajarkan materi Fisika. Guru mata Fisika secara lebih mudah dan
menarik
pelajaran Fisika juga sudah menggunakan Tidak
Sering
pendekatan keterampilan proses dalam Pernah
membelajarkan Fisika. Pendekatan 7. Siswa sering mengajukan 59% 41%
pertanyaan kepada guru jika
keterampilan proses sains dianggap sangat diberi kesempatan untuk
penting oleh guru, karena dinilai akan lebih bertanya
8. Siswa berani mengungkapkan 28% 72%
memberikan kesan mendalam pada siswa. ide baru kepada guru atau
Terdapat beberapa tahapan keterampilan teman
proses sains yang belum sering diterapkan 9. Siswa sering mengalami 66% 34%
kesulitan mempelajari konsep
oleh guru, salah satunya adalah tahapan Fisika dari buku sumber yang
mengklasifikasikan. Menurut hasil angket di gunakan
analisis guru, siswa kelas X MIA di SMA Menurut Briggs cit. Arif et al. (2010: 6),
Warga pada umumnya memiliki kemampuan media adalah segala alat fisik yang dapat
sedang dalam hal merubah data menjadi grafik, menyajikan pesan serta merangsang siswa
memiliki kemampuan rendah dalam hal untuk belajar. Contohnya adalah buku, film,
merubah grafik menjadi persamaan, selain itu kaset, film bingkai. Salah satu media ajar yang
memiliki kemampuan rendah dalam hal dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri
melakukan analisis grafik dan data. adalah dalam bentuk modul. Modul merupakan
bahan ajar yang dapat digunakan oleh siswa
62
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
untuk belajar secara mandiri dengan bantuan ingin tahu dan minat belajar siswa meningkat
seminimal mungkin dari orang lain (Yudhi maka aktivitas belajar siswa juga akan
Munadi, 2010: 99). Pendapat-pendapat berbanding lurus. Aktivitas siswa akan
tersebut menegaskan bahwa dalam proses meningkat seiring termotivasinya siswa
pembelajaran dibutuhkan sebuah modul dengan penggunakan modul yang
sebagai pelengkap dari buku pegangan siswa, dikembangkan, sehingga hasil belajarnya pun
dimana salah satu karakteristik dari sebuah akan meningkat.
media pembelajaran adalah menumbuhkan Sardiman (2008:75) mendefinisikan
motivasi dan rasa ingin tahu siswa. motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak
Pengembangan modul pembelajaran ditujukan di dalam diri siswa yang menimbulkan
untuk belajar mandiri siswa, sehingga dengan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
adanya modul yang diberikan kepada siswa dari kegiatan belajar yang memberikan arah
dapat membantu dalam memotivasi belajar dan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
Modul elektronik merupakan sebuah tercapai. Motivasi adalah perubahan dalam diri
bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang atau pribadi seseorang yang ditandai dengan
disusun secara sistematis kedalam unit timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan tujuan. Sebelum dilakukan proses
pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam pengembangan, siswa diberi angket motivasi
format elektronik yang di dalamnya terdapat sebanyak 40 butir pernyataan untuk mengukur
animasi, audio, navigasi yang membuat motivasi belajar siswa, serta dilakukan
pengguna lebih interaktif dengan program observasi sebagai data pendukung dari
(Sugianto, 2013). Media elektronik yang dapat pengisian angket motivasi siswa tersebut.
diakses oleh siswa mempunyai manfaat dan (Sardiman, 2011: 83) mengemukakan bahwa
karakteristik yang berbeda-beda. Jika ditinjau ciri-ciri orang yang bermotivasi ada 8 aspek.
dari manfaatnya media elektronik sendiri dapat Hasil observasi awal motivasi belajar siswa
menjadikan proses pembelajaran lebih yang ditunjukkan pada Tabel 2 menggunakan
menarik, interaktif, dapat dilakukan kapan dan skala likert dapat diketahui bahwa kondisi
dimana saja serta dapat meningkatkan kualitas awal motivasi belajar siswa masih perlu
pembelajaran (Wiyoko, 2014). ditingkatkan. Terbukti bahwa siswa masih
Pan et. al. (2010: 151) menyatakan cepat bosan terhadap tugas rutin yang dijalani,
bahwa motivasi adalah ketika alasan satu- senang bekerja secara mandiri, kurang dapat
satunya untuk memperoleh sesuatu diluar mempertahankan pendapat dan kurang senang
aktivitas itu sendiri, seperti lulus ujian. Dalam mencari dan memecahkan masalah soal.
penelitian ini dikembangan modul
pembelajaran yang salah satu karakteristik dari Tabel 2. Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa
No Aspek Motivasi Rerata
modul itu sendiri adalah memotivasi belajar 1. Tekun dalam menghadapi tugas 3.36
siswa. Motivasi yang ditimbulkan oleh modul 2. Ulet dalam menghadapi kesulitan 3.24
pembelajaran ini termasuk dalam motivasi 3. Menunjukkan minat 3.35
4. Senang bekerja mandiri 2.95
ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik menurut 5. Cepat bosan pada tugas rutin 1.70
Sardiman (2012: 90) adalah motif-motif yang 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 2.88
aktif dan berfungsinya karena adanya 7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini 3.28
8. Senang mencari dan memecahkan masalah 2.84
perangsang dari luar. Pendapat tersebut soal-soal
menjelaskan bahwa motivasi yang berasal dari
luar diri siswa adalah motivasi ekstrinsik, Salah satu solusi yang ditawarkan
sehingga motivasi yang ditimbulkan oleh adalah dengan mengembangkan modul
adanya modul pembelajaran ini termasuk elektronik Fisika berbasis keterampilan proses
motivasi ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari sains. Melalui modul elektronik ini, siswa
modul ini akan menimbulkan rasa ingin tahu diharapkan mampu mengamati, merumuskan
dan minat belajar siswa meningkat. Ketika rasa masalah, merumuskan hipotesis,
63
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
64
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
65
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
66
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
67
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
68
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
direvisi karena dapat memunculkan Hasil saran dan masukan dari uji coba
kebingungan siswa. Aspek ilustrasi kecil lima belas siswa digunakan sebagai
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,5. bahan perbaikan, setelah modul diperbaiki
Indikator kesesuaian penempatan maka digunakan uji coba besar. Saran yang
ilustrasi/gambar mendapatkan nilai 3. Jadi didapatkan sesuai dengan Tabel 7, yaitu
perlu dilakukan revisi modul agar isi lebih penambahan gambar ilustrasi pada beberapa
jelas dan modul dapat mudah digunakan oleh soal evaluasi dan soal diskusi. Setelah
siswa. dilakukan revisi, maka selanjutnya
Hasil rekap uji validasi seperti dilaksanakan uji besar untuk menerapkan
ditunjukkan Gambar 1. diperoleh rata-rata modul dalam pembelajaran.
validasi modul yang dilakukan oleh ahli Uji coba besar dilakukan pada kelas X-
materi, ahli media, praktisi pendidikan (guru) MIA 3 sebagai kelas sampel dan X-MIA 1
dan teman sejawat. Validasi yang dilakukan sebagai kelas kontrol. Pada kelas X-MIA 3
pada ahli materi mendapatkan nilai rata-rata terdiri dari 29 siswa, sedangkan pada kelas
sebesar 3,85 yang memenuhi kriteria sangat kontrol X-MIA 1 terdiri dari 28 siswa. Data
baik. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli diperoleh tahap uji coba besar adalah data hasil
media menghasilkan rata-rata 3,85 yang belajar kognitif, afektif, psikomotor, respon
memenuhi kriteria sangat baik. Hasil validasi siswa terhadap modul Fisika, hasil
pada praktisi pendidikan yang dilakukan pada keterampilan proses sains, kemampuan
2 guru Fisika menghasilkan rata-rata 3,78 yang berpikir kritis siswa serta motivasi belajar
memenuhi kriteria sangat baik. Selain itu siswa.
validasi yang dilakukan pada 2 teman sejawat Berdasarkan data hasil belajar kognitif
juga menghasilkan rata-rata 3,72 yang siswa yang ditunjukkan pada Tabel 8,
memenuhi kriteria sangat baik pula. Dari diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif
beberapa hasil validasi tersebut, rata-rata hasil siswa sebelum diterapkan pembelajaran
validasi dari keseluruhan validator sebesar menggunakan modul sebesar 35,7 dengan
3,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa modul standar deviasi 9,58 dan nilai minimum yang
telah memenuhi kriteria sangat baik didapatkan 15, serta nilai maksimum 50. Rata-
Revisi produk I berdasar validasi oleh rata yang didapatkan berdasarkan hasil belajar
para ahli dan praktisi yaitu didapatkan kognitif siswa setelah diterapkannya
masukan atau saran untuk diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan modul sebesar
sebelum diujikan pada uji coba kecil. Hasil 81,37 dengan standar deviasi 6,32 dan
saran dan masukan dari para ahli dan praktisi didapatkan nilai minimum 65, serta nilai
digunakan sebagai perbaikan pada materi, maksimum 90.
desain modul, dan perangkat, kemudian Berdasarkan data hasil belajar kognitif
dilakukannya revisi dan selanjutnya produk siswa yang ditunjukkan pada Tabel 9,
modul akan digunakan pada uji coba kecil. diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif
Uji coba kecil dilakukan oleh lima belas siswa sebelum diterapkan pembelajaran
orang siswa. Hasil data yang diperoleh berupa sebesar 36,61 dengan standar deviasi 9,335
tanggapan siswa terhadap modul yang tersaji dan nilai minimum yang didapatkan 15, serta
pada Tabel 7. Data hasil tanggapan siswa pada nilai maksimum 55. Rata-rata yang didapatkan
uji coba kecil tersebut, kemudian dilakukan berdasarkan hasil belajar kognitif siswa setelah
revisi sesuai dengan temuan siswa saat kegiatan pembelajaran sebesar 76,96 dengan
melakukan seluruh tahapan yang ada didalam standar deviasi 6,432 dan didapatkan nilai
modul, memperbaiki kalimat perintah dan minimum 65, serta nilai maksimum 90.
kalimat arahan dalam modul dan dalam Berdasarkan hasil nilai pretest dan
kegiatan praktikum. Setelah dilakukan revisi, posttest pada kelas sampel dan kelas kontrol,
maka selanjutnya dilaksanakan uji besar untuk kemudian dapat digunakan untuk mengetahui
menerapkan modul dalam pembelajaran. efektivitas pembelajaran menggunakan
penerapan modul dengan rumus N-gain
69
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
70
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
sampai skor terendah keterampilan proses Baik˝. Hilal Aktamis dan Omer Ergin (2008)
sains yaitu menyimpulkan (86,38%), mengungkapkan bahwa keterampilan proses
bereksperimen (84,86%), analisis data sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir
(84,58%), mengomunikasikan (83,61%), kritis siswa, sikap sains dan peningkatan
merumuskan hipotesis (83,47%), merumuskan kemampuan akademik.
masalah (80,14%), mengamati (77,36%), dan Setelah dilakukan pembelajaran
yang terendah yaitu identifikasi variable menggunakan modul elektronik berbasis
(72,22%). keterampilan proses sains pada materi
Penilaian kemampuan berpikir kritis dinamika gerak, dilakukan observasi pada
siswa dilakukan dengan menggunakan lembar akhir kegiatan belajar III untuk mengetahui
observasi yang dilakukan oleh dua orang peningkatan motivasi belajar siswa. Tabel 12
observer serta dengan test evaluasi dan uji menunjukkan perbandingan antara motivasi
kompetensi seperti pada hasil belajar siswa awal dan hasil observasi siswa setelah
pada ranah kognitif, pembuatan soal berpikir pembelajaran menggunakan modul elektronik
kritis merujuk pada aspek berpikir kritis dari berbasis keterampilan proses sains.
Facione (2011). Data kemampuan berpikir Nilai rata-rata motivasi belajar siswa
kritis yang diperoleh pada tahap uji coba besar sebelum pembelajaran sebesar 73,86%,
meliputi enam aspek antara lain fokus pada sedangkan nilai rata-rata motivasi belajar siswa
sebuah pertanyaan, mengajukan dan menjawab setelah pembelajaran menggunakan modul
pertanyaan klarifikasi, mengobservasi dan sebesar 94,68%. Dari hasil analisis didapatkan
mempertimbangkan hasil observasi, membuat bahwa hampir semua aspek dalam motivasi
induksi dan mempertimbangkan induksi, belajar meningkat setelah diberi pembelajaran
melakukan evaluasi percobaan, memutuskan menggunakan modul elektronik pembelajaran
sebuah tindakan dan berinteraksi dengan orang Fisika berbasis keterampilan proses sains.
lain. Data kemampuan berpikir kritis siswa Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dapat dilihat pada Tabel 11. dilakukan oleh Widi Hariyanto (2012) yang
Berdasarkan Tabel 11. diketahui bahwa menyatakan bahwa media pembelajaran
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada berbasis IT dapat meningkatkan motivasi
kegiatan belajar I sebesar 81,30, kegiatan belajar siswa.
belajar II sebesar 86,72 dan kegiatan belajar III Setelah tahap uji besar selesai
sebesar 88,80. Dari hasil observasi, diketahui dilaksanakan, siswa diberi angket untuk
bahwa rata-rata skor tertinggi sampai skor mengetahui tingkat keefektifan modul.
terendah kemampuan berpikir kritis yaitu Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan skor
fokus pada pertanyaan (95,41%), rata-rata untuk indikator perhatian siswa
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil adalah 99,3%, skor rata-rata untuk indikator
observasi (92,08%), berinteraksi dengan orang Keterkaitan adalah 95,7%, skor rata-rata untuk
lain (91,25%), membuat induksi dan indikator keyakinan adalah 95,0%, dan skor
mempertimbangkan induksi (89,17%), rata – rata untuk indikator kepuasan 97,9%.
mengajukan dan menjawab pertanyaan Total rata-rata keseluruhan adalah 97%
klasifikasi (88,75%), mengevaluasi percobaan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.
(82,5%), dan skor terendah yaitu memutuskan Berdasar hasil uji besar, diperoleh saran
sebuah tindakan (82,5%). Dari hasil observasi dan masukan siswa terhadap modul Fisika
ini diketahui bahwa modul sangat efektif untuk berbasis keterampilan proses sains. Data
merangsang siswa dalam merancang sebuah menunjukkan modul yang digunakan pada uji
pertanyaan dalam proses pembelajaran. besar tidak perlu diperbaiki karena menurut
Meskipun demikian, berdasarkan hasil pendapat siswa modul elektronik Fisika yang
observasi untuk setiap kali pertemuan digunakan sudah baik dari segi visual, materi,
menunjukkan bahwa hasil kemampuan gambar, keterbacaan, dan soal yang digunakan.
berpikir kritis siswa selalu mengalami Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
kenaikan yang memiliki kategori ˝Sangat yang dilakukan oleh Riduwan (2010) yang
71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
Aydinli, Emek, et. al. (2011). Turkish Elementary Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses.
School Students’ Performance on Integrated Jakarta: Peraturan Pemerintah Nasional.
Science Process Skills. Procedia Social and
Behavioral Sciences. Vol.15. hlm. 3469- Rauf, Abd Amnah Rose, et. al. (2013). Inculcation
3475. of Science Process Skills in a Science
Classroom. Canadian Center of Science and
Dimyati, Mudjiono. (2013). Belajar & Education, Asian Social Science: Vol.9(8),
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. ISSN 1911-2017 E-ISSN. Hlm.1911-2025.
Hake, R. (1998). Interactive-engagement methods Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar
in introductory mechanics courses. Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Diperoleh tanggal 7 September 2015, dari
sumber online. Sugianto, Dony dkk. (2013). Modul Virtual:
Multimedia Flip Book Dasar Teknologi
Hilal Aktamis dan Omer E. (2008). The Effect Of Digital. INVOTEC, Vol. IX No.2 Agustus
Scientific Process Skills Education On 2013 p.110-116
Students’ Scientific Creativity, Science
Attitudes And Achievements. Asia-Pacific Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.
Forum on Science Learning and Teaching. Bandung : Alfabeta.
vol. 9: 1-4.
Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Ince, A.E., Guven, E., and Aydogdu, M. (2010).
Rineke Cipta.
Effect of Problem Solving Method on
Science Process Skills and Academic Tim Penyusun. (2015). Panduan Penulisan Tesis.
Achievement. Journal of Turkish Science Surakarta: UNS.
Education, vol. 7 (4). Hlm. 13-25.
Thiagarajan, Sivasailam, DS, Semmel Melvyn.
Keil, Chris, et. al. (2009). Improvements in Student (1974). Instruction Development for
Achievement and Science Process Skills Training Teachers of Exceptional children.
Using Environmental Health Science Minneapolis: Indian University.
Problem-Based Learning Curricula.
Electronic Journal of Science Education. Valentino, Catherine. (2000). Developing Science
Vol.13.(1). Skills. Houghton Mifflin Company.
Diperoleh tanggal 31 Agustus 2015,dari
Lidy Alimah, Eko Setyadi. (2013). Studi tentang sumber online.
pengembangan modul fisika pada pokok
bahasan listrik dinamis berbasis domain Widi Hardiyanto. (2012). Pemanfaatan Media
pengetahuan sains untuk mengoptimalkan Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash 8
Mind-on Siswa. Jurnal Radiasi Universitas Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Muhamadiyah Purworejo. vol.3. no. 1. pada Poko Bahasan Sifat Mekanik Bahan.
Radiasi. Vol.1: 1.
Pan, Guirong, et. al. (2010). A Survey on English
Learning Motivation of Students in Qingdao Wiyoko, Tri dkk. 2014. Pengembangan Media
Agricultural University. Journal of Pembelajaran Fisika Modul Elektronik
Language Teaching and Research. Vol.1(2), Animasi Interaktif untuk Kelas XI SMA
151-156. ISSN. Hlm. 1798-4769. Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol. 2 No. 2 Juni 2014
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Standar p.11-15
Nasional Pendidikan. Jakarta: Peraturan
Pemerintah Nasional. Yudhi Munadi. (2010). Media Pembelajaran.
Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013.
Perubahan Standar Nasional Pendidikan. Yuliani, H, Widha Sunarno dan Suparmi. (2012).
Jakarta: Peraturan Pemerintah Nasional. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Dengan Metode
Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau
74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri
76