Anda di halaman 1dari 16

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)


http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK FISIKA BERBASIS


KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SMA/MA KELAS X PADA MATERI DINAMIKA GERAK

Fengky Adie Perdana1, Sarwanto2, Sukarmin3


1
Program Studi Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
fengkyadie@student.uns.ac.id.
2
Program Studi Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sarwanto@staff.fkip.uns.ac.id
3
Program Studi Pendidikan Sains FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sukarmin67@staff.fkip.uns.ac.id

Abstrak

Pembelajaran Fisika yang di terapkan di SMA Warga Surakarta belum mengarahkan siswa pada pembelajaran
berbasis keterampilan proses dan cenderung teacher centered. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan
menyusun modul elektronik pembelajaran Fisika berbasis keterampilan proses sains, serta menguji efektivitas
modul terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Metode penelitian dan pengembangan
yang digunakan Research and Development (R&D). Model penelitian dan pengembangan menggunakan model
penelitian 4D Thiagarajan. Modul Fisika dikembangkan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains
dengan langkah: mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel,
melakukan eksperimen, menganalisis data, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket, lembar validasi, lembar observasi dan soal pretest&post test. Analisis hasil
angket, kelayakan modul dan hasil observasi dianalisis dengan diskriptif kualitatif berdasarkan skor kriteria.
Analisis kemampuan berpikir kritis diuji dengan program SPSS dengan uji parametrik sampel berpasangan,
sedangkan motivasi belajar dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann Whitney. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) modul elektronik telah dikembangkan dengan mengintegrasikan keterampilan proses
sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. 2) Modul elektronik Fisika
berbasis keterampilan proses sains memenuhi kriteria sangat baik, dilihat dari hasil validasi materi, media,
validasi praktisi pendidikan dan teman sejawat, dengan nilai rata-rata 3,80 lebih besar dari nilai minimum
kelayakan 3,78. 3) efektivitas modul berbasis keterampilan proses sains didapatkan nilai N-gain dari uji coba
besar 0,67 pada kelas sampel dan 0,59 pada kelas kontrol yang dikategorikan ˝sedang˝. 4) Implementasi modul
elektronik Fisika berbasis keterampilan proses sains ini dinilai efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,027 lebih rendah dari taraf signifikansi α =0,05, hal
ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar kelas sampel dan kelas kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa menggunakan modul Fisika berbasis keterampilan
proses sains lebih baik dari pembelajaran konvensional

Kata Kunci: Modul elektronik, Keterampilan Proses Sains, Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi Belajar Siswa

Pendahuluan interaktif, inspiratif, menyenangkan,


menantang, memotivasi peserta didik untuk
Permendiknas No.19 tahun 2005 tentang berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
satuan pendidikan diselenggarakan secara perkembangan fisik serta psikologis peserta

61
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

didik. Oleh karena itu proses pembelajaran Hasil wawancara dengan guru,
harus dirancang, dilaksanakan guru sebagai memperoleh informasi tentang modul yang
pendidik dapat memenuhi amanat peraturan diinginkan guru, yaitu: 1) isi modul sesuai
pemerintah tersebut. dengan kurikulum yang berlaku; 2) bahan ajar
Seiring dengan kompleknya yang digunakan dapat melatih siswa untuk
permasalahan pada kegiatan pembelajaran di membangun dan menemukan pengetahuannya
kelas, kompetensi yang dimiliki siswa tidak sendiri; 3) siswa dapat terlibat penuh dalam
terbatas pada keterampilan proses, tetapi perlu kegiatan pembelajaran yang berlangsung; 4)
memiliki kemampuan berpikir untuk praktis dan komunikatif; 5) terdapat kegiatan
menghadapi berbagai persoalan yang ada di praktikum/demonstrasi yang sesuai dengan
dalam kegiatan pembelajaran, dalam hal ini materi; 6) terdapat tugas/soal latihan yang
kemampuan berpikir kritis perlu adanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
penekanan. Sejalan dengan pengembangan siswa; 7) materi pelajaran yang disampaikan
kemampuan berpikir kritis, pemerintah melalui dapat menarik minat siswa, singkat, jelas dan
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 pasal mudah dipahami; 8) terdapat video aplikasi
77 I ayat I menjelaskan bahwa bahan kajian dalam kehidupan sehari-hari.
ilmu pengetahuan alam, antara lain, Fisika,
Biologi, dan Kimia dimaksudkan untuk Tabel 1. Analisis Kebutuhan Siswa Kelas X SMA Warga
Surakarta
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, Persentase (%)
No Aspek Yang Diamati
dan kemampuan analisis peserta didik terhadap Ya Tidak
lingkungan alam dan sekitarnya” dari 1. Siswa memiliki buku pelajaran 86% 14%
Fisika
pernyataan tersebut jelas bahwa pembelajaran 2. Bapak/ibu guru mengunakan 100% 0%
Fisika dimaksudkan untuk memperoleh bahan ajar khusus
kompetensi lanjut akan ilmu pengetahuan dan 3. Siswa mencari sumber lain 79% 21%
untuk mempelajari materi
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah 4. Siswa bisa merubah data dalam 48% 41%
secara kritis, kreatif, dan mandiri. bentuk tabel ke dalam bentuk
grafik
Berdasarkan hasil observasi di SMA 5. Siswa bisa merubah data dalam 41% 59%
Warga Surakarta yang ditunjukkan pada Tabel bentuk grafik kedalam bentuk
1, diketahui bahwa dalam melaksanakan persamaan
6. Siswa membutuhkan bahan ajar 97% 3%
kegiatan belajar mengajar guru sudah alternatif yang dapat digunakan
menggunakan modul rangkuman sendiri untuk untuk mempelajari konsep
membelajarkan materi Fisika. Guru mata Fisika secara lebih mudah dan
menarik
pelajaran Fisika juga sudah menggunakan Tidak
Sering
pendekatan keterampilan proses dalam Pernah
membelajarkan Fisika. Pendekatan 7. Siswa sering mengajukan 59% 41%
pertanyaan kepada guru jika
keterampilan proses sains dianggap sangat diberi kesempatan untuk
penting oleh guru, karena dinilai akan lebih bertanya
8. Siswa berani mengungkapkan 28% 72%
memberikan kesan mendalam pada siswa. ide baru kepada guru atau
Terdapat beberapa tahapan keterampilan teman
proses sains yang belum sering diterapkan 9. Siswa sering mengalami 66% 34%
kesulitan mempelajari konsep
oleh guru, salah satunya adalah tahapan Fisika dari buku sumber yang
mengklasifikasikan. Menurut hasil angket di gunakan
analisis guru, siswa kelas X MIA di SMA Menurut Briggs cit. Arif et al. (2010: 6),
Warga pada umumnya memiliki kemampuan media adalah segala alat fisik yang dapat
sedang dalam hal merubah data menjadi grafik, menyajikan pesan serta merangsang siswa
memiliki kemampuan rendah dalam hal untuk belajar. Contohnya adalah buku, film,
merubah grafik menjadi persamaan, selain itu kaset, film bingkai. Salah satu media ajar yang
memiliki kemampuan rendah dalam hal dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri
melakukan analisis grafik dan data. adalah dalam bentuk modul. Modul merupakan
bahan ajar yang dapat digunakan oleh siswa

62
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

untuk belajar secara mandiri dengan bantuan ingin tahu dan minat belajar siswa meningkat
seminimal mungkin dari orang lain (Yudhi maka aktivitas belajar siswa juga akan
Munadi, 2010: 99). Pendapat-pendapat berbanding lurus. Aktivitas siswa akan
tersebut menegaskan bahwa dalam proses meningkat seiring termotivasinya siswa
pembelajaran dibutuhkan sebuah modul dengan penggunakan modul yang
sebagai pelengkap dari buku pegangan siswa, dikembangkan, sehingga hasil belajarnya pun
dimana salah satu karakteristik dari sebuah akan meningkat.
media pembelajaran adalah menumbuhkan Sardiman (2008:75) mendefinisikan
motivasi dan rasa ingin tahu siswa. motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak
Pengembangan modul pembelajaran ditujukan di dalam diri siswa yang menimbulkan
untuk belajar mandiri siswa, sehingga dengan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
adanya modul yang diberikan kepada siswa dari kegiatan belajar yang memberikan arah
dapat membantu dalam memotivasi belajar dan pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri. dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
Modul elektronik merupakan sebuah tercapai. Motivasi adalah perubahan dalam diri
bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang atau pribadi seseorang yang ditandai dengan
disusun secara sistematis kedalam unit timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan tujuan. Sebelum dilakukan proses
pembelajaran tertentu yang disajikan ke dalam pengembangan, siswa diberi angket motivasi
format elektronik yang di dalamnya terdapat sebanyak 40 butir pernyataan untuk mengukur
animasi, audio, navigasi yang membuat motivasi belajar siswa, serta dilakukan
pengguna lebih interaktif dengan program observasi sebagai data pendukung dari
(Sugianto, 2013). Media elektronik yang dapat pengisian angket motivasi siswa tersebut.
diakses oleh siswa mempunyai manfaat dan (Sardiman, 2011: 83) mengemukakan bahwa
karakteristik yang berbeda-beda. Jika ditinjau ciri-ciri orang yang bermotivasi ada 8 aspek.
dari manfaatnya media elektronik sendiri dapat Hasil observasi awal motivasi belajar siswa
menjadikan proses pembelajaran lebih yang ditunjukkan pada Tabel 2 menggunakan
menarik, interaktif, dapat dilakukan kapan dan skala likert dapat diketahui bahwa kondisi
dimana saja serta dapat meningkatkan kualitas awal motivasi belajar siswa masih perlu
pembelajaran (Wiyoko, 2014). ditingkatkan. Terbukti bahwa siswa masih
Pan et. al. (2010: 151) menyatakan cepat bosan terhadap tugas rutin yang dijalani,
bahwa motivasi adalah ketika alasan satu- senang bekerja secara mandiri, kurang dapat
satunya untuk memperoleh sesuatu diluar mempertahankan pendapat dan kurang senang
aktivitas itu sendiri, seperti lulus ujian. Dalam mencari dan memecahkan masalah soal.
penelitian ini dikembangan modul
pembelajaran yang salah satu karakteristik dari Tabel 2. Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa
No Aspek Motivasi Rerata
modul itu sendiri adalah memotivasi belajar 1. Tekun dalam menghadapi tugas 3.36
siswa. Motivasi yang ditimbulkan oleh modul 2. Ulet dalam menghadapi kesulitan 3.24
pembelajaran ini termasuk dalam motivasi 3. Menunjukkan minat 3.35
4. Senang bekerja mandiri 2.95
ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik menurut 5. Cepat bosan pada tugas rutin 1.70
Sardiman (2012: 90) adalah motif-motif yang 6. Dapat mempertahankan pendapatnya 2.88
aktif dan berfungsinya karena adanya 7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini 3.28
8. Senang mencari dan memecahkan masalah 2.84
perangsang dari luar. Pendapat tersebut soal-soal
menjelaskan bahwa motivasi yang berasal dari
luar diri siswa adalah motivasi ekstrinsik, Salah satu solusi yang ditawarkan
sehingga motivasi yang ditimbulkan oleh adalah dengan mengembangkan modul
adanya modul pembelajaran ini termasuk elektronik Fisika berbasis keterampilan proses
motivasi ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari sains. Melalui modul elektronik ini, siswa
modul ini akan menimbulkan rasa ingin tahu diharapkan mampu mengamati, merumuskan
dan minat belajar siswa meningkat. Ketika rasa masalah, merumuskan hipotesis,

63
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

mengidentifikasi variabel, melakukan mengukur, menyimpulkan, dan


percobaan, menganalisis data, menyimpulkan mengomunikasikan. Sesuai pendapat-pendapat
dan mengomunikasikan dalam proses tersebut, setiap siswa harus memiliki
pembelajaran untuk membuktikan suatu keterampilan-keterampilan dasar dalam
konsep, sehingga akan meningkatkan motivasi pembelajaran Fisika, sehingga keterampilan
belajar dan meningkatkan kemampuan berpikir proses sains tersebut dikemas dalam modul
kritis siswa. Proses pembelajaran idealnya pembelajaran yang nantinya dapat membantu
dapat melibatkan siswa secara aktif, dan siswa mengembangkan keterampilan proses
pendekatan pembelajaran yang inovatif itu sainsnya secara mandiri.
berpusat pada siswa (student centered) terkait Penelitian ini bertujuan untuk
dengan permasalahan dalam kehidupan sehari- merancang dan menyusun modul pembelajaran
hari. Fisika berbasis keterampilan proses sains, serta
Penerapan kurikulum 2013 menuntut menguji efektivitas modul terhadap
guru untuk meningkatkan keaktifan siswa kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar
dalam proses pembelajaran. Aydinli (2011) siswa.
menyatakan bahwa kurikulum menyarankan
bahwa banyak aktivitas sains membutuhkan
keterampilan proses sains dengan Metode Penelitian
mengharapkan guru menggunakan strategi
Penelitian ini dilakukan pada bulan
pembelajaran inkuiri. Kurikulum 2013
April 2015 sampai dengan bulan Desember
menekankan pada aktivitas siswa, sehingga
2015. Metode dan rancangan penelitian
pengembangan modul adalah salah satu
menggunakan desain Research and
pendukung dari keterlaksanaan kurikulum
Development (R&D) dari Thiagarajan dan
2013.
Sammel (1974), dengan langkah: pendefinisian
Dengan pengembangan modul
(define), perancangan (design), pengembangan
elektronik Fisika berbasis keterampilan proses
(develop), dan penyebaran (disseminate).
sains ini, siswa diharapkan mampu
Secara garis besar, instrumen pengumpulan
mengembangkan keterampilan-keterampilan
data dalam penelitian ini antara lain berupa:
berupa mengamati, merumuskan masalah,
angket, kuesioner, lembar validasi, soal tes,
merumuskan hipotesis, identifikasi variable,
dan lembar observasi. Instrumen penelitian
melakukan percobaan, analisis data,
merupakan alat atau fasilitas yang digunakan
menyimpulkan dan mengomunikasikan dalam
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
proses proses pembelajaan untuk membuktikan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
suatu konsep, dengan begitu siswa akan
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
berperan aktif dan tertarik sehingga motivasi
diolah (Suharsimi, 2010: 265). Langkah-
belajarnya akan meningkat, begitu pula dengan
langkah yang dilakukan dalam penelitian
kemampuan berpikir kritisnya. Padilla cit. Keil
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
(2009) bahwa keterampilan sebagai
1. Tahap pendefinisian (define)
kemampuan dipindahtangankan, sesuai dengan
merupakan tahap peneliti
berbagai disiplin ilmu, dan mencerminkan
mengidentifikasi masalah pada
perilaku ilmuwan serta menekankan bahwa
keterlaksanaan kegiatan
proses ilmiah meliputi keterampilan baik dasar
pembelajaran Fisika pada kelas X
dan terintegrasi. Rauf (2013) menyatakan
SMA Warga Surakarta. Identifikasi
bahwa di dalam sains, keterampilan proses
potensi dan masalah khususnya pada
sains dasar membantu anak-anak untuk
pembelajaran Fisika. Instrumen
mengembangkan pembelajaran mereka melalui
yang digunakan dalam tahap ini
pengalaman. Kemudian Dimyati dan Mudjiono
adalah angket untuk mengetahui
(2013: 140) menjelaskan bahwa keterampilan
kebutuhan siswa dan guru. Analisis
dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni:
yang digunakan adalah analisis
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

64
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

kualitatif berdasarkan hasil angket 4. Tahap penyebaran (disseminate)


yang diperoleh. merupakan merupakan tahap akhir
2. Tahap perancangan (design), pada pengembangan. Tahap penyebaran
tahap ini peneliti merancang modul dilakukan untuk mendapatkan
elektronik pembelajaran Fisika masukan, koreksi, saran, penilaian,
berbasis keterampilan proses sains untuk menyempurnakan produk
untuk meningkatkan kemampuan akhir pengembangan agar siap
berfikir kritis dan motivasi belajar diadopsi oleh para guru SMA/MA di
siswa. Pada tahap ini dirancang Surakarta. Instrumen yang
desain modul yang terdiri dari digunakan dalam tahap ini adalah
pendahuluan, isi dan penutup. Pada lembar angket kemudian dianalisis
tahap ini dirancang matrik yang secara diskriptif kualitatif.
mengintegrasikan modul elektronik
berbasis keterampilan proses sains
dengan aspek kemampuan berfikir Hasil Penelitian dan Pembahasan
kritis dan motivasi belajar.
Hasil penelitian dan pengembangan,
3. Tahap pengembangan (develop)
yaitu berupa modul elektronik Fisika berbasis
merupakan tahap pengembangan
keterampilan proses sains untuk meningkatkan
modul untuk menghasilkan modul
kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar
dan mengetahui tingkat kefektifan
siswa. Kajian pembelajaran yang
modul dalam pembelajaran. Dalam
dikembangkan sesuai dengan Kurikulum 2013
tahap pengembangan, instrumen
pada KD 5.1 merencanakan dan melaksanakan
yang digunakan terdiri dari: 1)
percobaan untuk menyelidiki hubungan gaya,
angket validasi yang terdiri dari
massa, dan percepatan dalam gerak lurus. Data
validasi ahli materi, validasi ahli
hasil dari tahap hasil validasi ahli materi dapat
media, praktisi pendidikan dan
dilihat pada Tabel 3.
teman sejawat, 2) lembar observasi
yang terdiri dari lembar observasi Tabel 3. Hasil Validasi Ahli Materi
afektif, lembar observasi No. Aspek Rata–rata Kategori
psikomotorik, lembar observasi 1. Kelayakan isi 3,78 Sangat baik
2. Kelayakan bahasa 4,00 Sangat baik
keterampilan proses sains, lembar 3. Kelayakan penyajian 3,79 Sangat baik
observasi kemampuan berfikir kritis, Rata – rata 3,85 Sangat baik
dan lembar observasi motivasi Hasil validasi ahli media mengasilkan
belajar siswa, 3) soal test berfikir nilai rata-rata 3,84, seperti yang ditunjukkan
kritis. Data yang diperoleh dari pada Tabel 4.
angket validasi dan lembar
observasi di analisis dengan analisis Tabel 4. Hasil Validasi Ahli Media
diskriptif kualitatif. Data hasil No. Aspek Rata-rata Kategori
1. Ukuran fisik modul 4,00 Sangat baik
belajar siswa berupa test kognitif 2. Tata letak cover modul 3,67 Sangat baik
yang berupa kemampuan berfikir 3. Tipografi cover modul 4,00 Sangat baik
4. Ilustrasi Kover Modul 3,34 Sangat baik
kritis dianalisis menggunakan 5. Tata Letak Isi Modul 3,93 Sangat baik
program SPSS dengan analisis uji 6. Tipografi Isi Modul 4,00 Sangat baik
parametrik sampel berpasangan. 7. Ilustrasi Isi Modul 4,00 Sangat baik
Rata – rata 3,84 Sangat baik
Sedangkan motivasi belajar siswa
yang didapatkan dari lembar Hasil validasi praktisi pendidikan
observasi pada saat proses mengasilkan nilai rata-rata 3,78, seperti yang
pembelajaran juga diuji melalui ditunjukkan pada Tabel 5.
program SPSS dengan analisis uji Tabel 5. Hasil Validasi Praktisi Pendidikan
Mann Whitney. No. Aspek Rata–rata Kategori
1. Aspek Isi 3,75 Sangat baik
2. Aspek Metode Penyajian 3,75 Sangat baik

65
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

No. Aspek Rata–rata Kategori dengan perintah sebelumnya


3. Aspek Bahasa 4,00 Sangat baik 2. Lebih diberi penjelasan pada
4. Aspek Ilustrasi 3,75 Sangat baik kegiatan praktikum
5. Aspek Kelengkapan 3,75 Sangat baik 3. Penambahan ilustrasi gambar pada
6. Aspek Fisik 3,50 Sangat baik soal diskusi
7. Aspek Keterlaksanaan 4,00 Sangat baik 3 Kegiatan 1. Terdapat kalimat perintah yang
Rata – Rata 3,78 Sangat baik belajar III kurang sesuai
2. Perbaikan pada tabel analisis data
3. Penambahan ilustrasi gambar pada
Hasil validasi teman sejawat contoh soal dan diskusi
mengasilkan nilai rata-rata 3,72, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 6. Setelah dilakukan uji kecil, langkah
Tabel 6. Hasil Validasi Teman Sejawat
selanjutnya adalah dilakukan proses uji besar.
No. Aspek Rata–rata Kategori Dalam uji besar, data yang didapat adalah hasil
1. Aspek Isi 3,67 Sangat baik belajar kognitif, hasil belajar afektif, hasil
2. Aspek Metode Penyajian 3,75 Sangat baik belajar psikomotor, hasil keterampilan proses
3. Aspek Bahasa 3,65 Sangat baik
4. Aspek Ilustrasi 3,50 Sangat baik sains, hasil kemampuan berpikir kritis,
5. Aspek Kelengkapan 3,75 Sangat baik motivasi belajar siswa dan hasil respon siswa
6. Aspek Fisik 4,00 Sangat baik
7. Aspek Keterlaksanaan 3,75 Sangat baik
terhadap modul. Data hasil belajar kognitif
Rata – rata 3,72 Sangat baik siswa kelas sampel dan kelas kontrol
ditunjukkan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Hasil rekap uji validasi modul
ditunjukkan pada Gambar 1. Tabel 8. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas Sampel
Jenis Jml. Nilai Nilai
Mean Std Dev
Tes Siswa Min Maks
Pretest 29 35,7 9,588 15 60
Posttest 29 81,37 6,322 65 90

Tabel 9. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa


Kelas Kontrol
Jml. Std Nilai Nilai
Jenis Tes Mean
Siswa Dev Min Maks
Pretest 28 36,61 9,335 15 55
Posttest 28 79,96 6,432 65 90

Hasil observasi keterampilan proses sains


Gambar 1. Histogram Hasil Validasi Ahli, Praktisi dan
Teman Sejawat mengasilkan nilai rata-rata 81,58, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 10.
Setelah revisi berdasarkan saran dan
Tabel 10. Hasil Observasi Keterampilan Proses
masukan dari masing-masing validator selesai Kegiatan Belajar Rata-rata
dilaksanakan, maka tahap selanjutnya adalah Tahapan KPS Kategori
I II III (%)
uji kecil. Uji kecil ini dilakukan untuk Mengamati 63,33 78,75 90,00 77,36 Sangat Baik
Merumuskan
mengetahui tingkat keterbacaan modul. Hasil Masalah
67,50 83,75 89,17 80,13 Sangat Baik
tanggapan siswa dari uji kecil ditunjukkan Merumuskan
73,75 86,67 90,00 83,47 Sangat Baik
pada Tabel 7. Hipotesis
Identifikasi
58,75 75,00 82,92 72,22 Baik
Variabel
Tabel 7. Hasil Uji Kecil Bereksperimen 76,25 87,50 90,83 84,86 Sangat Baik
No Kegiatan Analisis Data 77,50 87,08 89,17 84,58 Sangat Baik
Tanggapan
Belajar Menyimpulkan 81,25 88,33 89,58 86,39 Sangat Baik
1 Kegiatan 1. Masih terdapat pertanyaan yang Mengomunikasi
belajar I membingungkan siswa 79,58 88,92 88,33 83,61 Sangat Baik
kan
2. Penambahan ilustrasi gambar pada Rata-rata 72,24 83,75 88,75 81,58 Sangat Baik
soal evaluasi&diskusi
3. Siswa butuh soal arahan untuk
menarik kesimpulan Hasil observasi kemampuan berfikir kritis
2 Kegiatan 1. Pada lembar identifikasi variable, mengasilkan nilai rata-rata 85,61%, seperti
belajar II kata “jawaban” lebih baik diganti
dengan “hipotesis”, supaya sesuai yang ditunjukkan pada Tabel 11.

66
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Tabel 11. Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Pembahasan


Kegiatan Belajar Rata-
Observer Kategori
I II III rata(%)
Observer 1 83,57 87,02 89,17 86,59 Sangat Baik Tahap Pendefinisian (Define)
Observer 2 79,04 86,42 88,45 84,64 Sangat Baik Tahap pendefinisian ini merupakan
Rata-rata 81,30 86,72 88,80 85,61 Sangat Baik tahapan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang ada dalam
Hasil analisis motivasi belajar siswa proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk
mengalami peningkatan setelah dilakukan merancang produk berupa modul. Pada
pembelajaran dengan menggunakan modul, tahapan ini dilakukan analisis pada siswa,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12. materi dan kurikulum yang sudah berjalan di
SMA Warga Surakarta.
Tabel 12. Motivasi Belajar Siswa
Sebelum Sesudah a. Pada tahap studi pustaka, SK dan KD
No Indikator
(%) (%) dianalisis dan dipilih salah satu materi yang
1 Tekun dalam 84,14 93,53 memungkinkan untuk digunakan sebagai
menghadapi tugas
2 Ulet dalam menghadapi 81,03 94,83 acuan pengembangan modul pembelajaran.
kesulitan Analisis mengenai bahan ajar menunjukkan
83,97 95,40
3 Menunjukkan minat bahwa di sekolah masih menggunakan buku
73,79 94,83 ajar yang terbatas, buku yang menunjang
4 Senang bekerja mandiri
5 Cepat bosan pada tugas 42,59 96,98 belajar siswa berupa modul rangkuman
rutin pembelajaran yang dibuat guru dan handout
6 Dapat mempertahankan 72,07 94,40
pendapatnya yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
7 Tidak mudah melepas 82,07 94,83 Depdiknas, serta dalam proses pembelajaran
hal yang diyakini
8 Senang mencari dan 71,21 92,67
siswa tidak melakukan kegiatan eksperimen.
memecahkan masalah Sehingga keterampilan proses sains siswa
soal-soal belum bisa terlatih secara optimal.
Rata-rata 73,86 94,68 b. Hasil Survei Lapangan meliputi
kegiatan observasi, pemberian angket, dan
Hasil penilaian modul setelah dilakukan wawancara kepada guru Fisika dan siswa,
uji besar mengasilkan nilai rata-rata 96,40%, yaitu untuk pengambilan data mengenai
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13. pembelajaran di kelas. Dari hasil survei
lapangan diperoleh data diantaranya:
Tabel 13. Hasil Penilaian Modul pada Uji Besar pembelajaran cenderung menggunakan metode
No. Indikator Rata-rata (%) Kategori
1. Perhatian 96,45 Sangat Baik
ceramah, motivasi dan minat belajar siswa
2. Keterkaitan 95,00 Sangat Baik masih rendah, pembelajaran dengan percobaan
3. Keyakinan 98,12 Sangat Baik masih jarang dilakukan sehingga pemahaman
4. Kepuasan 96,04 Sangat Baik
Rata-rata 96,40 Sangat Baik
siswa mengenai materi kurang baik, sarana dan
prasarana cukup baik tetapi jarang digunakan
Tahapan terakhir setelah dilakukan uji dalam proses pembelajaran, siswa
coba besar adalah tahap disseminasi dan membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat
implementasi produk pada SMA/MA di kota digunakan untuk mempelajari konsep Fisika
Surakarta. Hasil dari tahap diseminasi secara lebih mudah dan menarik, dan siswa
ditunjukkan pada Tabel 14. sering mengalami kesulitan mempelajari
Tabel 14. Hasil Kuesioner Tahapan Diseminasi dan konsep Fisika dari buku sumber yang di
Implementasi Produk gunakan.
No. Aspek Rata-rata (%) Kategori
1. Isi Modul 3,93 Sangat Baik
2. Metode Penyajian 4,00 Sangat Baik Tahap Perancangan (Desain)
3. Bahasa 4,00 Sangat Baik Hasil dari studi pendahuluan digunakan
4. Ilustrasi 4,00 Sangat Baik sebagai dasar tahap perencanaan, tahap
5. Kelengkapan 4,00 Sangat Baik
6. Fisik 4,00 Sangat Baik perencanaan meliputi perencanaan awal bentuk
7. Keterlaksanaan 3,50 Sangat Baik akhir media, perencanaan template media,
Rata-rata 3,92 Sangat Baik

67
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

perencanaan penyajian materi, serta Validasi praktisi pendidikan dilakukan oleh


perencanaan menu akses dalam media. Tujuan dua guru Fisika. Validasi teman sejawat
Pembelajaran disesuaikan dengan dilakukan oleh mahasiswa yang menempuh
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang pendidikan magister dalam bidang keilmuan
standar proses, yang didalamnya pendidikan Fisika. Penelitian yang dilakukan
menggambarkan proses dan hasil belajar yang oleh Lidy Alimah (2013) dapat diketahui
diharapkan dapat tercapai oleh siswa sesuai bahwa modul yang telah teruji kelayakannya
dengan kompetensi dasar, dikembangkan mampu meningkatkan pemahaman siswa dan
sesuai hakikat sains dan terdiri dari tujuan layak digunakan dalam pembelajaran Fisika.
pembelajaran kognitif produk, kognitif proses, Berdasarkan hasil validasi ahli materi
psikomotor, dan afektif. yang ditunjukkan pada Tabel 3, diperoleh rata-
Hasil tahap perencanaan sebagai berikut: rata keseluruhan aspek sebesar 3,85 dan
a.Hasil draft berupa modul elektronik memiliki kategori “sangat baik”. Aspek
Fisika berbasis keterampilan proses kelayakan isi dan kedalaman materi dan
sains untuk meningkatkan ketepatan ilustrasi mendapatkan nilai kurang
kemampuan berpikir kritis dan dari 4 karena dinilai masih kurang
motivasi belajar siswa pada materi menggambarkan ilustrasi dari materi yang
dinamika gerak. Modul terdiri dari 3 disampaikan, sehingga perlu dilakukan revisi.
bagian yaitu pendahuluan, isi, dan Berdasarkan hasil validasi ahli media
penutup. Modul bersifat sistematis yang ditunjukkan pada Tabel 4, diperoleh rata-
karena disusun secara runtut rata keseluruhan aspek 3,84 dan memiliki
sehingga dapat memudahkan siswa kategori “sangat baik”. Aspek tata letak cover
dalam belajar. modul, ilustrasi cover modul, dan tata letak isi
b. Instrumen penelitian yang modul mendapat nilai kurang dari 4. Sehingga
digunakan yaitu angket dan dilakukan revisi pada tampilan cover modul
kuisioner, lembar validasi, lembar dan penulisan paragraf dalam modul.
observasi untuk penilaian, soal try Berdasarkan hasil validasi praktisi yang
out uji coba dan evaluasi. ditunjukkan pada Tabel 5, diperoleh rata-rata
c.Try out soal kemampuan berpikir kritis keseluruhan aspek 3,78 dan memiliki kategori
dan kognitif dilakukan pada 29 “sangat baik”. Aspek metode penyajian,
siswa kelas XI-MIA 2 SMA Warga ilustrasi, dan aspek fisik perlu dilakukan revisi.
Surakarta. Analisis butir soal Karena menurut guru, perlu ada alokasi yg
dilakukan dengan menggunakan jelas pada tahapan-tahapan yang terdapat
software SPSS untuk mengetahui didalam modul. Revisi juga dilakukan pada
validitas dan reliabilitas soal. Dalam gambar yang dimuat didalam modul.
melakukan proses rekap skor Berdasarkan hasil validasi oleh teman
terhadap jawaban siswa, setiap item sejawat pada Tabel 7, diperoleh rata-rata 3,67
soal hanya terdiri dari angka 1 untuk untuk aspek isi. Terdapat 3 indikator dalam
jawaban benar dan angka 0 untuk aspek isi yang mendapat nilai 3, diantaranya:
jawaban salah. Kesimpulan yang 1) menekankan kemampuan berpikir kritis, 2)
didapat 20 soal valid untuk kedalaman materi sesuai dengan taraf berpikir
digunakan sebagai tes kognitif dan siswa, dan 3) informasi yang dikemukakan
untuk menguji kemampuan berpikir mengikuti perkembangan zaman. Aspek yang
kritis siswa. kedua adalah metode penyajian menghasilkan
nilai rata-rata sebesar 3,75. Dalam aspek ini
Tahap Pengembangan (Develop) terdapat 2 indikator yang mendapat nilai 3,
Uji coba produk awal yang dilakukan yaitu memberikan pengalaman langsung dan
yaitu tahap validasi ahli, praktisi pendidikan mendorong siswa menyimpulkan konsep,
dan teman sejawat. Validasi ahli dilakukan hukum atau fakta. Hal ini karena terdapat
oleh ahli materi modul dan ahli media modul. beberapa kalimat dalam tabel yang perlu

68
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

direvisi karena dapat memunculkan Hasil saran dan masukan dari uji coba
kebingungan siswa. Aspek ilustrasi kecil lima belas siswa digunakan sebagai
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 3,5. bahan perbaikan, setelah modul diperbaiki
Indikator kesesuaian penempatan maka digunakan uji coba besar. Saran yang
ilustrasi/gambar mendapatkan nilai 3. Jadi didapatkan sesuai dengan Tabel 7, yaitu
perlu dilakukan revisi modul agar isi lebih penambahan gambar ilustrasi pada beberapa
jelas dan modul dapat mudah digunakan oleh soal evaluasi dan soal diskusi. Setelah
siswa. dilakukan revisi, maka selanjutnya
Hasil rekap uji validasi seperti dilaksanakan uji besar untuk menerapkan
ditunjukkan Gambar 1. diperoleh rata-rata modul dalam pembelajaran.
validasi modul yang dilakukan oleh ahli Uji coba besar dilakukan pada kelas X-
materi, ahli media, praktisi pendidikan (guru) MIA 3 sebagai kelas sampel dan X-MIA 1
dan teman sejawat. Validasi yang dilakukan sebagai kelas kontrol. Pada kelas X-MIA 3
pada ahli materi mendapatkan nilai rata-rata terdiri dari 29 siswa, sedangkan pada kelas
sebesar 3,85 yang memenuhi kriteria sangat kontrol X-MIA 1 terdiri dari 28 siswa. Data
baik. Hasil validasi yang dilakukan oleh ahli diperoleh tahap uji coba besar adalah data hasil
media menghasilkan rata-rata 3,85 yang belajar kognitif, afektif, psikomotor, respon
memenuhi kriteria sangat baik. Hasil validasi siswa terhadap modul Fisika, hasil
pada praktisi pendidikan yang dilakukan pada keterampilan proses sains, kemampuan
2 guru Fisika menghasilkan rata-rata 3,78 yang berpikir kritis siswa serta motivasi belajar
memenuhi kriteria sangat baik. Selain itu siswa.
validasi yang dilakukan pada 2 teman sejawat Berdasarkan data hasil belajar kognitif
juga menghasilkan rata-rata 3,72 yang siswa yang ditunjukkan pada Tabel 8,
memenuhi kriteria sangat baik pula. Dari diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif
beberapa hasil validasi tersebut, rata-rata hasil siswa sebelum diterapkan pembelajaran
validasi dari keseluruhan validator sebesar menggunakan modul sebesar 35,7 dengan
3,80 sehingga dapat disimpulkan bahwa modul standar deviasi 9,58 dan nilai minimum yang
telah memenuhi kriteria sangat baik didapatkan 15, serta nilai maksimum 50. Rata-
Revisi produk I berdasar validasi oleh rata yang didapatkan berdasarkan hasil belajar
para ahli dan praktisi yaitu didapatkan kognitif siswa setelah diterapkannya
masukan atau saran untuk diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan modul sebesar
sebelum diujikan pada uji coba kecil. Hasil 81,37 dengan standar deviasi 6,32 dan
saran dan masukan dari para ahli dan praktisi didapatkan nilai minimum 65, serta nilai
digunakan sebagai perbaikan pada materi, maksimum 90.
desain modul, dan perangkat, kemudian Berdasarkan data hasil belajar kognitif
dilakukannya revisi dan selanjutnya produk siswa yang ditunjukkan pada Tabel 9,
modul akan digunakan pada uji coba kecil. diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kognitif
Uji coba kecil dilakukan oleh lima belas siswa sebelum diterapkan pembelajaran
orang siswa. Hasil data yang diperoleh berupa sebesar 36,61 dengan standar deviasi 9,335
tanggapan siswa terhadap modul yang tersaji dan nilai minimum yang didapatkan 15, serta
pada Tabel 7. Data hasil tanggapan siswa pada nilai maksimum 55. Rata-rata yang didapatkan
uji coba kecil tersebut, kemudian dilakukan berdasarkan hasil belajar kognitif siswa setelah
revisi sesuai dengan temuan siswa saat kegiatan pembelajaran sebesar 76,96 dengan
melakukan seluruh tahapan yang ada didalam standar deviasi 6,432 dan didapatkan nilai
modul, memperbaiki kalimat perintah dan minimum 65, serta nilai maksimum 90.
kalimat arahan dalam modul dan dalam Berdasarkan hasil nilai pretest dan
kegiatan praktikum. Setelah dilakukan revisi, posttest pada kelas sampel dan kelas kontrol,
maka selanjutnya dilaksanakan uji besar untuk kemudian dapat digunakan untuk mengetahui
menerapkan modul dalam pembelajaran. efektivitas pembelajaran menggunakan
penerapan modul dengan rumus N-gain

69
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

ternormalisasi. Hasil N-gain ternormalisasi belajarnya, dengan kategori “Sangat Baik”.


hasil belajar kognitif siswa diperoleh rata-rata Yuliani (2012) dalam penelitiannya
sebesar 0,68. Menurut kriteria Hake (1998: 1) menyatakan bahwa terdapat interaksi
besaran capaian nilai tersebut menunjukkan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
bahwa hasil belajar kognitif siswa proses terhadap prestasi kognitif dan afektif
dikategorikan “sedang”. siswa.
Berdasarkan ringkasan mengenai Uji coba kelompok besar menunjukkan
analisis nilai kognitif siswa, diketahui bahwa peningkatan hasil belajar siswa ranah
normalitas data yang diuji menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
Kolmogorov-Smirnov diperoleh taraf dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
signifikasi sebesar 0,179 untuk nilai pretest oleh Hesbon E Abungu, Mark I dan Samuel W
dan 0,061 untuk nilai posttest. Kedua nilai (2014) yang menyatakan bahwa keterampilan
pretest-posttest lebih besar dari α=0,05, proses sains mampu memberikan
sehingga H0 diterima dan mempunyai arti nilai perkembangan hasil yang signifikan pada
pretest-posttest berdistribusi normal. pembelajaran. Penilaian hasil belajar
Berdasarkan hasil uji homogenitas dengan psikomotor selama pembelajaran dilakukan
taraf signifikasi sebesar 0,908>0,05, sehingga dengan penilaian menggunakan lembar
H0 diterima dan berarti variasi setiap sampel observasi yang dinilai dua orang observer.
sama (homogen). Berdasarkan hasil penilaian belajar psikomotor
Data nilai pretest-posttest berdistribusi siswa, diketahui bahwa rata-rata hasil
normal dan homogen, sehingga selanjutnya observasi psikomotor pada kegiatan
akan dilakukan analisis menggunakan uji one- pembelajaran I sebesar 84,13%, pertemuan
way ANOVA. Berdasarkan perhitungan kedua sebesar 85,17% dan pertemuan ketiga
diperoleh hasil t = -23,352 dengan probabilitas sebesar 88,39%. Dari hasil observasi juga
sebesar 0,000 (p-value<0,05), sehingga Ho didapatkan bahwa kemampuan psikomotor
ditolak. Data menunjukkan bahwa terdapat siswa tiap pertemuan mengalami kenaikan
perbedaan yang signifikan antara nilai hasil dengan kategori “Sangat Baik”.
belajar kognitif sebelum diterapkan Penilaian keterampilan proses sains
pembelajaran menggunakan modul dengan selama pembelajaran diambil dari penilaian
nilai hasil belajar kognitif setelah diterapkan menggunakan lembar observasi yang dinilai
pembelajaran menggunakan modul antara dua orang observer. Penilaian diambil
kelas sampel dan kelas kontrol. Sesuai dengan berdasarkan aspek keterampilan proses sains
penelitian yang dilakukan oleh Ince (2010) yaitu merumuskan masalah, mengidentifikasi
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan masalah, merumuskan hipotesis, identifikasi
yang signifikan dalam nilai akhir dari tes variabel, melakukan percobaan, menganalisis
keterampilan proses antara mahasiswa data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan
kelompok eksperimen dan kontrol, karena yang kemudian akan dirata-rata pada setiap
siswa memperoleh keterampilan seperti pertemuan. Berdasarkan hasil keterampilan
penelitian, penemuan, berpikir ilmiah. proses sains siswa pada Tabel 10, diperoleh
Penilaian hasil belajar afektif siswa bahwa rata-rata aktivitas siswa pada kegiatan
selama proses pembelajaran dilakukan dengan belajar I sebesar 72,24%, kegiatan belajar II
penilaian menggunakan lembar observasi sebesar 83,75%, dan kegiatan belajar sebesar
dinilai oleh dua observer. Berdasarkan data III 88,75%, dengan rata-rata keseluruhan
penilaian hasil belajar afektif siswa, diketahui 81,58%. Dari data hasil observasi juga
bahwa pada kegiatan belajar I rata-rata hasil didapatkan bahwa keterampilan proses sains
belajar afektif siswa sebesar 87,81%, kegiatan siswa juga meningkat dari tiap kegiatan
belajar II sebesar 93,67 dan kegiatan belajar III belajar. Berdasarkan rata-rata keseluruhan
sebesar 94,48%. Dari data hasil observasi keterampilan proses sains siswa dapat
didapatkan bahwa hasil belajar afektif siswa dikategorikan ˝Sangat Baik˝ Dari hasil
selalu mengalami kenaikan pada tiap kegiatan observasi, diketahui juga bahwa skor tertinggi

70
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

sampai skor terendah keterampilan proses Baik˝. Hilal Aktamis dan Omer Ergin (2008)
sains yaitu menyimpulkan (86,38%), mengungkapkan bahwa keterampilan proses
bereksperimen (84,86%), analisis data sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir
(84,58%), mengomunikasikan (83,61%), kritis siswa, sikap sains dan peningkatan
merumuskan hipotesis (83,47%), merumuskan kemampuan akademik.
masalah (80,14%), mengamati (77,36%), dan Setelah dilakukan pembelajaran
yang terendah yaitu identifikasi variable menggunakan modul elektronik berbasis
(72,22%). keterampilan proses sains pada materi
Penilaian kemampuan berpikir kritis dinamika gerak, dilakukan observasi pada
siswa dilakukan dengan menggunakan lembar akhir kegiatan belajar III untuk mengetahui
observasi yang dilakukan oleh dua orang peningkatan motivasi belajar siswa. Tabel 12
observer serta dengan test evaluasi dan uji menunjukkan perbandingan antara motivasi
kompetensi seperti pada hasil belajar siswa awal dan hasil observasi siswa setelah
pada ranah kognitif, pembuatan soal berpikir pembelajaran menggunakan modul elektronik
kritis merujuk pada aspek berpikir kritis dari berbasis keterampilan proses sains.
Facione (2011). Data kemampuan berpikir Nilai rata-rata motivasi belajar siswa
kritis yang diperoleh pada tahap uji coba besar sebelum pembelajaran sebesar 73,86%,
meliputi enam aspek antara lain fokus pada sedangkan nilai rata-rata motivasi belajar siswa
sebuah pertanyaan, mengajukan dan menjawab setelah pembelajaran menggunakan modul
pertanyaan klarifikasi, mengobservasi dan sebesar 94,68%. Dari hasil analisis didapatkan
mempertimbangkan hasil observasi, membuat bahwa hampir semua aspek dalam motivasi
induksi dan mempertimbangkan induksi, belajar meningkat setelah diberi pembelajaran
melakukan evaluasi percobaan, memutuskan menggunakan modul elektronik pembelajaran
sebuah tindakan dan berinteraksi dengan orang Fisika berbasis keterampilan proses sains.
lain. Data kemampuan berpikir kritis siswa Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dapat dilihat pada Tabel 11. dilakukan oleh Widi Hariyanto (2012) yang
Berdasarkan Tabel 11. diketahui bahwa menyatakan bahwa media pembelajaran
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada berbasis IT dapat meningkatkan motivasi
kegiatan belajar I sebesar 81,30, kegiatan belajar siswa.
belajar II sebesar 86,72 dan kegiatan belajar III Setelah tahap uji besar selesai
sebesar 88,80. Dari hasil observasi, diketahui dilaksanakan, siswa diberi angket untuk
bahwa rata-rata skor tertinggi sampai skor mengetahui tingkat keefektifan modul.
terendah kemampuan berpikir kritis yaitu Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan skor
fokus pada pertanyaan (95,41%), rata-rata untuk indikator perhatian siswa
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil adalah 99,3%, skor rata-rata untuk indikator
observasi (92,08%), berinteraksi dengan orang Keterkaitan adalah 95,7%, skor rata-rata untuk
lain (91,25%), membuat induksi dan indikator keyakinan adalah 95,0%, dan skor
mempertimbangkan induksi (89,17%), rata – rata untuk indikator kepuasan 97,9%.
mengajukan dan menjawab pertanyaan Total rata-rata keseluruhan adalah 97%
klasifikasi (88,75%), mengevaluasi percobaan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.
(82,5%), dan skor terendah yaitu memutuskan Berdasar hasil uji besar, diperoleh saran
sebuah tindakan (82,5%). Dari hasil observasi dan masukan siswa terhadap modul Fisika
ini diketahui bahwa modul sangat efektif untuk berbasis keterampilan proses sains. Data
merangsang siswa dalam merancang sebuah menunjukkan modul yang digunakan pada uji
pertanyaan dalam proses pembelajaran. besar tidak perlu diperbaiki karena menurut
Meskipun demikian, berdasarkan hasil pendapat siswa modul elektronik Fisika yang
observasi untuk setiap kali pertemuan digunakan sudah baik dari segi visual, materi,
menunjukkan bahwa hasil kemampuan gambar, keterbacaan, dan soal yang digunakan.
berpikir kritis siswa selalu mengalami Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
kenaikan yang memiliki kategori ˝Sangat yang dilakukan oleh Riduwan (2010) yang

71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

menghasilkan bahwa modul fisika berbasis dimunculkan dalam modul


keterampilan proses sains direspon sangat meliputi mengamati,
positif oleh siswa pada kelompok besar. merumuskan masalah,
Hasil tanggapan siswa terhadap modul merumuskan hipotesis,
sudah baik sehingga tidak perlu dilakukan mengidentifikasi variabel,
perbaikan dan layak untuk digunakan, melakukan eksperimen,
selanjutnya produk modul didesiminasi dan menganalisis data,
implementasikan ke sekolah di Kota Surakarta. menyimpulkan dan
mengomunikasikan.
Tahap Diseminasi (Disseminate) Keseluruhan tahapan
Diseminasi dan implementasi dilakukan keterampilan proses sains ini
untuk memperkenalkan produk modul ke masuk dalam tiap-tiap tahapan
sekolah SMA/MA di Kota Surakarta. Data kegiatan belajar. Aspek berpikir
diseminasi dan implementasi berupa kritis yang terdapat didalam
tanggapan, saran, dan masukan dari guru modul diantaranya: fokus pada
Fisika mengenai modul dan diharapkan modul pertanyaan, mengobservasi dan
Fisika berbasis keterampilan proses sains mempertimbangkan hasil
materi dinamika gerak dapat diterapkan observasi, berinteraksi dengan
sebagai bahan ajar baru. orang lain, membuat induksi
Hasil kuesioner tahapan diseminasi dan dan mempertimbangkan
implementasi produk oleh lima guru Fisika di induksi, mengajukan dan
Kota Surakarta yang ditunjukkan pada Tabel menjawab pertanyaan
14 diperoleh rata-rata sebesar 3,93 untuk aspek klasifikasi, mengevaluasi
isi modul. Untuk aspek metode penyajian, percobaan, dan skor terendah
bahasa, ilustrasi, kelengkapan dan aspek fisik yaitu memutuskan sebuah
sebesar 4,00. Untuk aspek keterlaksanaan tindakan. Modul elektronik ini
sebesar 3,50. Dalam tahap keterlaksanaan ini juga digunakan untuk
tidak mencapai nilai 4 karena menurut guru meningkatkan motivasi belajar
masih perlu informasi alokasi waktu yang jelas siswa. Aspek motivasi belajar
tentang tahapan-tahapan keterampilan proses siswa yang terdapat didalam
yang ada didalam modul. Berdasarkan modul diantaranya adalah: tidak
masukan tersebut, guru diberi RPP yang cepat bosan pada tugas rutin,
digunakan dalam mengaplikasikan modul. menunjukkan minat, tidak
Secara keseluruhan, data tahapan diseminasi mudah melepas hal yang
dan implementasi produk dari para guru Fisika diyakini, senang bekerja
mempunyai rata-rata dari keseluruhan aspek mandiri, ulet dalam menghadapi
sebesar 3,92 dikategorikan ˝Sangat Baik˝. kesulitan, dapat
mempertahankan pendapatnya,
tekun dalam menghadapi tugas,
Kesimpulan dan Rekomendasi dan senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal.
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan
2. Modul dikategorikan baik
hasil penelitian ini adalah:
karena telah melalui beberapa
1. Modul elektronik Fisika telah
uji kelayakan. Berdasarkan uji
kembangkan dengan
kelayakan modul memiliki
mengintegrasikan keterampilan
kategori layak digunakan, yang
proses sains untuk
didukung dengan hasil
meningkatkan kemampuan
perhitungan menunjukkan rata-
berpikir kritis dan motivasi
rata 3,80 lebih besar dari nilai
belajar siswa. Tahapan
minimum kelayakan 3,78. Hasil
keterampilan proses sains yang

72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

validasi oleh ahli materi pada Berdasarkan hasil tersebut dapat


komponen kelayakan isi dan disimpulkan bahwa modul fisika
kelayakan bahasa memiliki berbasis keterampilan proses
kategori sangat baik dengan sains pada materi dinamika
nilkai rata-rata 3,85. Hasil gerak efektif dalam
validasi oleh ahli media pada meningkatkan kemampuan
komponen kelayakan penyajian berpikir kritis siswa.
dan kegrafikan menunjukkan 4. Pengembangan modul
kategori sangat baik dengan elektronik Fisika berbasis
nilai rata-rata 3,84. Hasil keterampilan proses sains ini
validasi oleh guru Fisika dinilai efektif meningkatkan
menunjukkan kategori sangat motivasi belajar siswa. Hal
baik. Hasil validasi oleh peer tersebut dapat dilihat dari
review menunjukkan kategori kenaikan nilai rata-rata
sangat baik dengan nilai rata- peningkatan motivasi siswa
rata 3,72. Modul mendapatkan kelas sampel yang
kategori respon baik dari siswa menggunakan modul elektronik
setelah menggunakan modul Fisika berbasis keterampilan
dalam proses pembelajaran. proses sains yaitu 94,68. Nilai
Hasil angket respon siswa yang rata-rata ini telah meningkat
terdiri dari 4 aspek daripada motivasi belajar awal
menghasilkan kategori sangat siswa sebelum dilakukan proses
baik dengan persentase rata-rata kegiatan pembelajaran dengan
sebesar 3,85. Hasil disseminate menggunakan modul yang nilai
yang dilakukan pada 5 sekolah rata-ratanya sebesar 73,86. Hasil
di kota Surakarta menghasilkan uji statistik menunjukkan nilai
modul dengan kategori sangat signifikansi sebesar 0,027 lebih
baik, didukung dengan hasil rendah dari taraf signifikansi α
nilai rata-rata sebesar 3,92. =0,05 sehingga dapat
3. Hasil penelitian dan disimpulkan bahwa motivasi
pengembangan modul Fisika belajar siswa menggunakan
berbasis keterampilan proses modul Fisika berbasis
sains efektif meningkatkan keterampilan proses sains lebih
kemampuan berpikir kritis baik dari pembelajaran
siswa. Efektivitas modul konvensional.
didasarkan atas hasil
perhitungan N-gain yang
ditinjau dari kenaikan hasil tes
kognitif dan kemampuan Daftar Pustaka
berpikir kritis siswa sebesar Aktamis, Hilal dan Omer E. (2008). The Effect Of
0,67 pada kelas sampel dan 0,59 Scientific Process Skills Education On
pada kelas kontrol yang Students’ Scientific Creativity, Science
dikategorikan ”sedang”. Hasil Attitudes And Achievements. Asia-Pacific
signifikansi yang diperoleh Forum on Science Learning and Teaching
berdasarkan uji t berpasangan vol. 9, hlm.1-4.
sebesar p=0,000, yang berarti
Arief S. Sardiman, et. al. (2010). Media
terdapat perbedaan yang
Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
signifikan antara nilai hasil Persada.
belajar kognitif antara kelas
sampel dan kelas kontrol.

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Aydinli, Emek, et. al. (2011). Turkish Elementary Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Standar Proses.
School Students’ Performance on Integrated Jakarta: Peraturan Pemerintah Nasional.
Science Process Skills. Procedia Social and
Behavioral Sciences. Vol.15. hlm. 3469- Rauf, Abd Amnah Rose, et. al. (2013). Inculcation
3475. of Science Process Skills in a Science
Classroom. Canadian Center of Science and
Dimyati, Mudjiono. (2013). Belajar & Education, Asian Social Science: Vol.9(8),
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. ISSN 1911-2017 E-ISSN. Hlm.1911-2025.

Hake, R. (1998). Interactive-engagement methods Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar
in introductory mechanics courses. Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Diperoleh tanggal 7 September 2015, dari
sumber online. Sugianto, Dony dkk. (2013). Modul Virtual:
Multimedia Flip Book Dasar Teknologi
Hilal Aktamis dan Omer E. (2008). The Effect Of Digital. INVOTEC, Vol. IX No.2 Agustus
Scientific Process Skills Education On 2013 p.110-116
Students’ Scientific Creativity, Science
Attitudes And Achievements. Asia-Pacific Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.
Forum on Science Learning and Teaching. Bandung : Alfabeta.
vol. 9: 1-4.
Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.
Ince, A.E., Guven, E., and Aydogdu, M. (2010).
Rineke Cipta.
Effect of Problem Solving Method on
Science Process Skills and Academic Tim Penyusun. (2015). Panduan Penulisan Tesis.
Achievement. Journal of Turkish Science Surakarta: UNS.
Education, vol. 7 (4). Hlm. 13-25.
Thiagarajan, Sivasailam, DS, Semmel Melvyn.
Keil, Chris, et. al. (2009). Improvements in Student (1974). Instruction Development for
Achievement and Science Process Skills Training Teachers of Exceptional children.
Using Environmental Health Science Minneapolis: Indian University.
Problem-Based Learning Curricula.
Electronic Journal of Science Education. Valentino, Catherine. (2000). Developing Science
Vol.13.(1). Skills. Houghton Mifflin Company.
Diperoleh tanggal 31 Agustus 2015,dari
Lidy Alimah, Eko Setyadi. (2013). Studi tentang sumber online.
pengembangan modul fisika pada pokok
bahasan listrik dinamis berbasis domain Widi Hardiyanto. (2012). Pemanfaatan Media
pengetahuan sains untuk mengoptimalkan Pembelajaran Berbasis Macromedia Flash 8
Mind-on Siswa. Jurnal Radiasi Universitas Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Muhamadiyah Purworejo. vol.3. no. 1. pada Poko Bahasan Sifat Mekanik Bahan.
Radiasi. Vol.1: 1.
Pan, Guirong, et. al. (2010). A Survey on English
Learning Motivation of Students in Qingdao Wiyoko, Tri dkk. 2014. Pengembangan Media
Agricultural University. Journal of Pembelajaran Fisika Modul Elektronik
Language Teaching and Research. Vol.1(2), Animasi Interaktif untuk Kelas XI SMA
151-156. ISSN. Hlm. 1798-4769. Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol. 2 No. 2 Juni 2014
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005. Standar p.11-15
Nasional Pendidikan. Jakarta: Peraturan
Pemerintah Nasional. Yudhi Munadi. (2010). Media Pembelajaran.
Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013.
Perubahan Standar Nasional Pendidikan. Yuliani, H, Widha Sunarno dan Suparmi. (2012).
Jakarta: Peraturan Pemerintah Nasional. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan
Keterampilan Proses Dengan Metode
Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan


Analisis. Jurnal Inkuiri Universitas
Sebelas Maret Surakarta. vol. 1. Hlm.
207-216.

75
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 6, No. 3, 2017 (hal 61-76)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

76

Anda mungkin juga menyukai