Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)


http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DENGAN PENDEKATAN


KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LISTRIK
DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA

Ayang Kinasih1, Widha Sunarno2 dan Sukarmin3


1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
kinasih.ayang@student.uns.ac.id
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
widhasunarno@staff.uns.ac.id
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sukarmin67@staff.uns.ac.id

Abstrak

Karakteristik ilmu fisika adalah ilmu yang di dalamnya terdapat prinsip, hukum, dan konsep. Proses untuk
mendapatkan prinsip, hukum, dan konsep diperlukan metode ilmiah. Pengembangan bahan ajar yang relevan
berdasarkan metode ilmiah diperlukan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga dapat
memaksimalkan hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan cara penyusunan modul fisika
melalui pendekatan keterampilan proses sains hasil pengembangan 2) menganalisis kelayakan modul fisika
melalui pendekatan keterampilan proses sains yang dikembangkan 3) efektivitas modul fisika dengan
pendekatan keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa
kelas X SMA. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development)
termodifikasi dari Thiagarajan (1974), Pengembangan dilakukan dengan mengacu pada model 4-D dengan
tahapan Define, Design, Develop, dan Disseminate. Instrumen yang digunakan adalah angket, lembar observasi,
dan tes. Uji lapangan operasional menggunakan one group pretest-posttest design. Analisis data yang digunakan
pada tahap define adalah analisis data deskriptif, pada tahap design dengan analisis KD, pada tahap develop
untuk data hasil validasi modul menggunakan nilai cut off yang dikonversi menjadi kategori kualitas dengan
pedoman skor skala 4 dan data kemampuan berpikir kreatif (hasil belajar kognitif) menggunakan uji t
berpasangan dan dihitung dengan n-gain ternormalisasi, dan pada tahap disseminate menggunakan nilai cut off
yang dikonversi menjadi kategori kualitas dengan pedoman skor skala 4. Berdasarkan analisa data diperoleh
hasil penelitian dan pengembangan sebagai berikut: 1) modul Pembelajaran fisika dengan pendekatan
keterampilan proses sains pada materi listrik dinamis dikembangkan berdasarkan komponen pembelajaran
melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari pendapat
Vembriarto dan merujuk pada standar yang telah ditetapkan BSNP tentang standar pengembangan modul dan
buku teks pelajaran dengan model pengembangan modul menggunakan model 4-D meliputi define, design,
develop, and disseminate, 2) kelayakan modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains setelah
dilakukan uji coba produk awal, uji coba lapangan terbatas, uji lapangan operasional, dan diseminasi didapatkan
rata-rata persentase sebesar 77,87% yang dikategorikan “Baik”, 3) efektivitas modul fisika dengan pendekatan
keterampilan proses sains pada materi listrik dinamis dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif (hasil
belajar kognitif) siswa dengan nilai N-Gain sebesar 0,7 dikategorikan “Sedang”.

Kata Kunci: Penelitian dan Pengembangan, Modul, Keterampilan Proses Sains, dan Kemampuan Berpikir Kreatif.

29
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Pendahuluan Namun demikian, agar siswa terbiasa dengan


sikap ilmiah, maka pembelajaran fisika di
Ilmu Fisika adalah ilmu yang sekolahpun harus menggunakan pendekatan
mempelajari gejala alam dan dijelaskan ke pembelajaran yang mendukung mereka untuk
dalam bahasa matematika. Karakteristik ilmu terbiasa bersikap ilmiah.
fisika seperti Ilmu Pengetahuan Alam lainnya Tujuan dari setiap kurikulum adalah
adalah ilmu yang di dalamnya terdapat prinsip, untuk meningkatkan seluruh aspek
hukum, dan konsep. Namun demikian, dalam kemampuan siswa dengan maksimal. Dalam
proses untuk mendapatkan prinsip, hukum dan hal ini, aspek peningkatan kemampuan tidak
konsep diperlukan metode ilmiah. Metode hanya terkonsentrasi pada peningkatan
ilmiah tidak dapat dipisahkan dari proses pengetahuan saja, namun juga pada aspek
pembelajaran fisika, karena dengan metode sikap dan keterampilan. Untuk itu, dalam
ilmiah siswa dapat dituntun untuk menemukan pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran
prinsip, hukum, dan konsep secara mandiri. yang akan digunakan adalah keterampilan
Peraturan Menteri Pendidikan dan proses sains. Pembelajaran dengan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang menggunakan pendekatan ini, membuat siswa
Standar Proses menerangkan bahwa terbiasa bersikap ilmiah, karena proses
karakteristik kompetensi beserta perbedaan pelaksanaan keterampilan proses sains sesuai
lintasan perolehan turut serta mempengaruhi dengan proses pelaksanaan metode ilmiah.
karakteristik standar proses. Untuk Hasil Ujian Nasional (BSNP SMA/MA
memperkuat pendekatan ilmiah, tematik T.P 2013/2014) di SMA Negeri 1 Sekampung
terpadu, dan tematik perlu diterapkan tahun pelajaran 2013/2014 pada materi listrik
pembelajaran berbasis penyingkapan / dinamis lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian. nilai provinsi Lampung dan Nasional. Hal ini
Gambaran dari hasil studi internasional, terlihat dari daya serap siswa pada tingkat
yakni PISA (Programme for International nasional sebesar 54,80; di tingkat provinsi
Student Assessment) menyatakan bahwa pada (Lampung) sebesar 46,70; dan di tingkat
tahun 2012 skor yang dicapai anak Indonesia sekolah sebesar 23,00 yang merupakan nilai
dalam bidang sains masih di bawah rata-rata terendah diantara semua kompetensi materi
skor internasional, yakni 382 (skor rata-rata UN. Rendahnya hasil UN tersebut, menjadi
internasional adalah 501). Pencapaian ranking salah satu bukti bahwa banyak siswa yang
anak Indonesia dalam bidang sains berada belum bisa memahami materi listrik dinamis
pada urutan ke-64 dari 65 negara peserta. dengan baik.
Sedangkan TIMSS (Trends in International Data hasil analisis kebutuhan guru
Mathematics and Science Study) dengan koresponden guru Sekolah Menengah
memperlihatkan bahwa pada tahun 2011 Atas Negeri 1 Sekampung Lampung Timur,
pencapaian skor sains anak Indonesia adalah menyatakan bahwa di SMA N 1 Sekampung
406, sedangkan skor rata-rata Internasional memerlukan bahan ajar berdasarkan kurikulum
adalah 500. Ranking anak Indonesia dalam KTSP. Selain itu juga, perlu tersedianya bahan
bidang sains berada pada posisi ke 40 dari 42 ajar yang sesuai dengan kurikulum KTSP
negara peserta. secara memadai dalam bentuk cetak,
Pembelajaran Fisika pada siswa SMA pembelajaran belum menggunakan pendekatan
tidak hanya sekedar mempelajari prinsip, keterampilan proses sains, belum melatih
hukum, dan konsep saja, namun sudah mulai siswa pada keterampilan berpikir kreatif, dan
diberikan aplikasi-aplikasi yang dapat mereka materi pada bahan ajar yang digunakan belum
kembangkan untuk kemajuan teknologi yang memuat materi yang lengkap.
saat ini sudah semakin maju. Selain itu, dengan Guru kurang memperhatikan
pembelajaran Fisika, siswa dapat membiasakan keterampilan berpikir kreatif siswa, hal ini
diri bersikap ilmiah untuk diterapkan dalam terbukti dalam proses pembelajaran metode
bersikap pada kehidupan sehari-hari mereka. pembelajaran yang diterapkan belum melatih

30
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

keterampilan berpikir kreatif siswa. Siswa disusun secara sistematis, yang menampilkan
hanya menerima materi yang disampaikan oleh sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
guru. peserta didik dan digunakan dalam proses
Penggunaan keterampilan proses sains pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan
sebagai metode yang akan digunakan dalam penelaahan implementasi pembelajaran”.
pembelajaran Fisika pada Kurikulum ini dapat Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dalam
mengubah pola proses pembelajaran Fisika di suatu bahan ajar harus terdapat kesesuaian
kelas yang selama ini Teacher Centered dengan karakteristik masing-masing materi.
menjadi Student Centered. Metode ini selain Anderson cit. Sukiman (2012: 28)
bisa membuat siswa menjadi lebih aktif juga menyatakan bahwa “media pembelajaran
dapat membiasakan siswa untuk bersikap adalah media yang memungkinkan
ilmiah. Sehingga diharapkan kemampuan terwujudnya hubungan langsung antara karya
berpikir kreatif siswa meningkat dan prestasi seorang pengembang mata pelajaran dengan
belajar siswa juga semakin baik. para siswa”. Salah satu media pembelajaran
Banyak faktor lain yang dapat yang dapat digunakan siswa untuk belajar
berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Guru mandiri adalah dalam bentuk modul. “Modul
memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara
siswa dalam membentuk dan memahami suatu sistematis dengan bahasa yang mudah
konsep serta hasil belajar siswa. Untuk dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat
mempermudah dan memfasilitasi guru dalam pengetahuan dan usia mereka, agar mereka
berinteraksi dengan siswa maka diperlukan dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan
sumber belajar yang dijadikan sebagai panduan atau bimbingan yang minimal dari pendidik”
yang sesuai dengan pembelajaran yang akan (Prastowo, 2014:106).
dilakukan. Dengan adanya bahan ajar ini Pembelajaran fisika dengan
diharapkan dapat membantu dalam mencapai menggunakan pendekatan keterampilan proses
tujuan pembelajaran. sains akan terlaksana lebih baik jika didukung
Banyak sumber belajar yang dapat dengan modul dengan pendekatan
dijadikan sebagai bahan ajar dalam keterampilan proses sains, sehingga dapat
pembelajaran seperti tempat, benda, orang, dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran
bahan, buku, peristiwa, dan fakta. Itu semua yang diharapkan. Tujuan pembelajaran yang
tidak akan menjadi sumber belajar yang dimaksud tidak hanya mencakup kemampuan
bermakna bagi siswa maupun guru apabila pengetahuan, namun juga mencakup
tidak diorganisasi melalui satu rancangan yang kemampuan sikap dan keterampilan. Dengan
memungkinkan seseorang dapat demikian, diharapkan kemampuan berpikir
memanfaatkannya sebagai bahan ajar. kreatif siswa dan prestasi belajar fisika
Sehingga penting bagi guru untuk terus semakin meningkat.
mengembangkan media sebagai penunjang
pembelajaran. Pengembangan yang dimaksud
adalah pengembangan modul. Modul berperan Metode Penelitian
sebagai suplemen atau buku penunjang siswa
Penelitian ini merupakan penelitian
untuk belajar mandiri. Modul berperan sebagai
dan pengembangan (research and development
pelengkap sumber belajar siswa.
/ R & D) yang bertujuan untuk
Faktor yang diungkapkan di atas
mengembangkan modul fisika melalui
memberi kesimpulan bahwa perlu adanya
pendekatan keterampilan proses sains pada
suatu inovasi dalam proses pembelajaran, salah
materi listrik dinamis bagi siswa kelas X SMA,
satunya adalah dengan pembuatan bahan ajar
mengetahui kelayakan modul, dan
sesuai dengan karakteristik materi yang akan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
disampaikan. Menurut Prastowo (2014 : 16)
siswa setelah menggunakan modul fisika
bahwa “bahan ajar merupakan segala bahan
melalui pendekatan keterampilan proses sains
(baik informasi, alat, maupun teks) yang
yang dikembangkan. Model yang digunakan

31
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

sebagai dasar untuk mengembangkan modul posttest, nilai sikap dan keterampilan, angket
fisika melalui pendekatan keterampilan proses respon serta angket diseminasi. Data validasi
sains ini merupakan hasil adaptasi model 4-D ahli, praktisi pendidikan dan teman sejawat,
(four-D model) yang dikemukakan oleh angket respon serta angket diseminasi
Thiagarajan (1974 : 5).Prosedur dianalisis menggunakan kategori skala empat.
pengembangan modul fisika melalui Nilai pretest dan posttest dianalisis dengan uji t
pendekatan keterampilan proses sains berpasangan dan uji n-gain. Nilai sikap dan
menggunakan model 4-D. Model 4-D meliputi keterampilan dianalisis dengan melakukan
define, design, develope, and disseminate. tabulasi nilai yang dikonversi menjadi
Desain eksperimen yang digunakan persentase.
adalah one group pretest and posttest,
sehingga penelitian hanya melibatkan
sekelompok subjek yang diberi pretest Hasil Penelitian dan Pembahasan
sebelum dikenai perlakuan, dan posttest
Penelitian ini merupakan penelitian dan
setelah dikenai perlakuan untuk diketahui
pengembangan (research and development / R
hasil akibat perlakuan tersebut.
& D) yang bertujuan untuk mengembangkan
Metode pengumpulan data yang
modul fisika melalui pendekatan keterampilan
digunakan pada penelitian dan pengembangan
proses sains pada materi listrik dinamis bagi
modul fisika dengan pendekatan keterampilan
siswa kelas X SMA, mengetahui kelayakan
proses sains pada materi listrik dinamis adalah
modul, dan meningkatkan kemampuan
teknik tes, angket, dan observasi. Teknik tes
berpikir kreatif siswa setelah menggunakan
dilakukan menggunakan instrumen penilaian
modul fisika melalui pendekatan keterampilan
aspek kognitif (instrumen soal diintegrasi
proses sains yang dikembangkan. Model yang
dengan indikator kemampuan berpikir kreatif)
digunakan sebagai dasar untuk
yang telah dianalisis menggunakan Microsoft
mengembangkan modul fisika melalui
Excel. Berdasarkan analisis yang dilakukan,
pendekatan keterampilan proses sains ini
instrumen tes memenuhi kriteria valid dan
merupakan hasil adaptasi model 4-D (four-D
reliabel. Teknik angket dilakukan
model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan
menggunakan instrumen angket kebutuhan,
(1974 : 5). Prosedur pengembangan modul
angket respon, dan lembar validasi. Angket
fisika melalui pendekatan keterampilan proses
kebutuhan dan respon telah divalidasi oleh
sains menggunakan model 4-D. Model 4-D
pembimbing penelitian, sedangkan lembar
meliputi define, design, develope, and
validasi menggunakan instrumen dengan
disseminate. Setiap tahapan menunjukkan
kriteria penilaian. Teknik observasi dilakukan
hasil sebagai berikut.
untuk memperoleh penilaian sikap,
1. Define
keterampilan siswa dan keterlaksanaan sintaks
Tahap penelitian dan pengumpulan
pembelajaran. Instrumen yang digunakan pada
informasi dilakukan dengan studi pustaka dan
penilaian sikap, dan keterampilan adalah
survei lapangan. Hasil studi pustaka
lembar observasi yang disesuaikan dengan
menunjukkan bahwa nilai Ujian Nasional
indikator yang akan muncul dalam
tahun 2013/2014 pada materi kelistrikan di
pembelajaran menggunakan skala Likert 4.
SMA Negeri 1 Sekampung masih di bawah
Lembar observasi telah divalidasi oleh
rata-rata nilai nasional dan provinsi. Hasil
pembimbing.
survei lapangan menunjukkan bahwa: 1)
Data yang diperoleh pada penelitian dan
pembelajaran fisika di SMA Negeri 1
pengembangan modul fisika dengan
Sekampung belum menggunakan bahan ajar
pendekatan keterampilan proses sains untuk
yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
siswa SMA/MA kelas X pada materi listrik
pendidikan (KTSP), 2) pembelajaran fisika
dinamis adalah data validasi ahli (materi,
belum menggunakan pembelajaran berbasis
media, bahasa dan instrumen), praktisi
keterampilan proses sains, 3) belum melatih
pendidikan dan teman sejawat, nilai pretest
siswa pada kemampuan berpikir kreatif, serta

32
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

4) materi pada bahan ajar yang digunakan dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas lebih
belum memuat materi yang lengkap. besar dari 0,7. Hasil analisis dari 11 soal yang
Hal ini juga dilakukan oleh valid didapatkan nilai sebesar 0,91, jadi soal
Sukardiyono (2013) dalam mengumpulkan reliabel. Analisis indek kesukaran didapatkan
informasi proses pembelajaran fisika pada 11 soal sedang. Analisis daya beda didapatkan
penelitiannya yakni dengan studi literatur dan 11 soal baik. Berdasarkan analisis validitas,
studi lapangan sehingga diperoleh deskripsi reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda
proses pembelajaran di lapangan. didapatkan 11 instrumen soal yang siap
Hasil penelitian menuju pada digunakan.
kesimpulan bahwa untuk mencapai KKM Tahap Uji Coba Produk Awal
pada materi listrik dinamis dapat merupakan tahap dilakukan validasi oleh 2
dikembangkan modul fisika dengan ahli materi, 2 ahli media, 2 ahli bahasa (guru
pendekatan keterampilan proses sains. fisika) dan 2 teman sejawat. Menurut
Pencapaian KKM meliputi aspek Daryanto (2013: 23) validasi dilakukan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. dengan cara meminta bantuan ahli yang
2. Design menguasai kompetensi yang dipelajari.
Desain menurut Oemar Hamalik cit Validasi materi diperoleh rata-rata presentase
Daryanto (2013: 11) adalah suatu petunjuk sebesar 77,22% dari skor ideal. Berdasarkan
yang memberikan dasar, arah, tujuan, dan hasil validasi diketahui bahwa kesesuaian
teknik yang ditempuh dalam memulai dan materi dengan kompetensi dasar, kebenaran
melaksanakan suatu kegiatan. Tahap konsep, keakuratan fakta, koherensi dan
perancangan dilakukan dengan penyusunan keruntutan alur pikiran, kesesuaian contoh
matrik pola keterkaitan antara kegiatan di yang digunakan dengan materi, materi mudah
modul dengan keterampilan proses sains dan dipahami, kebaharuan materi dan kesesuaian
kemampuan berpikir kreatif, SK, KD dan dengan perkembangan psikologi anak usia
indikator materi listrik dinamis disesuaikan SMA memiliki kriteria “Baik”. Pada validasi
dengan KTSP yang berlaku di sekolah SMA media diperoleh rata-rata presentase sebesar
Negeri 1 Sekampung, kedalaman materi listrik 80,38% dari skor ideal. Maka dari validasi
dinamis yang akan dimasukkan dalam modul. media (aspek penyajian) modul memiliki
3. Develop kriteria “Sangat Baik”. Validasi bahasa
Tahap Pengembangan Produk Awal dilakukan oleh ahli bahasa dengan rata-rata
dilakukan dengan membuat draf modul fisika presentase yang diperoleh sebesar 75% dari
dengan pendekatan keterampilan proses sains, skor ideal. Berdasarkan kategori nilai skala 4,
instrumen penelitian {silabus, RPP, lembar maka dari aspek bahasa, modul fisika dengan
angket, lembar validasi (beserta rubrik pendekatan keterampilan proses sains
penilaian), lembar observasi hasil belajar memiliki kriteria “Baik”. Validasi oleh ahli
afektif dan psikomotorik (beserta rubrik instrumen berupa validasi instrumen soal
penilaian), dan soal evaluasi sebagai hasil kemampuan berpikir kreatif yang dibutuhkan
belajar kognitif (11 soal kemampuan berpikir dalam proses uji coba lapangan luas. Soal
kreatif)}. Instrumen penelitian {angket kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan
keterbacaan modul, angket diseminasi produk, mengisi check list pada lembar validasi
lembar validasi (beserta rubrik penilaian), instrumen soal kemampuan berpikir kreatif.
lembar observasi hasil belajar afektif dan Validasi instrumen tes diperoleh rata-rata
psikomotorik} menggunakan skala likert 4. presentase sebesar 73% dari skor ideal.
Instrumen soal berpikir kreatif disusun dalam Berdasarkan kategori nilai skala 4
bentuk isian. Soal dianalisis dengan program menunjukkan bahwa soal tes (dalam aspek
excel dan SPSS 16. Validasi butir soal dinilai materi, konstruksi dan bahasa) memiliki
dengan validitas isi. Hasil analisis kriteria “Baik”.
menunjukkan 11 soal valid dengan revisi.
Reliabilitas soal dianalisis dengan Alpha. Soal Tahap Revisi Produk I dilaksanakan
sesuai dengan saran dan masukan dari para

33
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

ahli, praktisi dan teman sejawat mengenai Tahap uji lapangan operasional
keseluruhan modul. Materi yang diperbaiki dilakukan kepada 30 siswa kelas X6 di SMA
adalah dalam perumusan matematis Negeri 1 Sekampung. Pada tahap ini diperoleh
disesuaikan dengan definisi atau konsep- data pretest, posttest, nilai afektif dan
konsep fisika. Visualisai modul yang psikomotorik sesudah menggunakan modul
diperbaiki adalah dari segi gambar cover fisika, dan respon siswa terhadap modul fisika
supaya lebih menarik, jelas dan sesuai, jenis yang dikembangkan. Berdasarkan data pretest
huruf yang digunakan, sumber pengambilan dan posttest diketahui bahwa hasil belajar
gambar dan kajian harus dicantumkan sumber siswa meningkat. N-gain dari pretest dan
pengambilannya, serta penggunaan kalimat posttest tersebut sebesar 0,7 termasuk pada
supaya menggunakan kalimat yang baik dan kriteria sedang.
benar, sehingga mudah dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Novak
Perangkat yang menunjang modul diperbaiki dan Levinger cit Maria (2011) mengatakan
dengan menyesuaikan waktu pembelajaran yg “how to learn atau thinking to learn, learning
ada di silabus dan RPP dan untuk instrumen to think”. Jika pengajar mampu mengajarkan
soal diperbaiki dengan menambahkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka
keterangan pada gambar, menggunakan pembelajar akan memiliki kemampuan
kalimat yang mudah dipahami oleh siswa dan berpikir kreatif yang sangat dibutuhkan dalam
jawaban yang kurang tepat diperbaiki. Hasil membangun kepribadian yang mandiri yang
dari praktisi pendidikan berupa perbaikan isi mampu mengelola sendiri proses belajarnya
yang harus disesuaikan dengan tingkat (self regulated learning), dan mengkonstruksi
kemampuan siswa kelas X, dan perhatikan sendiri pengetahuannya.
tanda baca titik, koma, tanya saat membuat
kalimat bertujuan supaya siswa mudah
memahami kalimat tersebut.
Tahap Uji Coba Lapangan Terbatas
dilakukan kepada 10 orang siswa dari kelas X5
di SMA Negeri 1 Sekampung. Pada tahap ini
bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran,
dan tanggapan dari siswa terhadap modul
fisika yang dikembangkan, data yang
didapatkan kemudian dirata-rata. Hasil
penilaian menunjukkan presentase rata-rata
keseluruhan sebesar 78% dari skor ideal,
berada pada kategori ˝Baik˝.
Tahap Revisi Produk II dilakukan
berdasarkan saran dan pendapat siswa ketika
pelaksanaan uji coba lapangan terbatas. Saran Gambar 1. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
yang didapatkan, yaitu beberapa siswa yang Siswa pada Uji Lapangan Operasional
memberikan saran pada penggunaan bahasa
yang masih menyulitkan siswa, tetapi ada Penilaian afektif dan psikomotorik yang
siswa juga berpendapat bahasa mudah dilakukan oleh guru fisika dan observer. Hasil
dipahami, sehingga peneliti mengkaji kembali belajar afektif siswa terdapat peningkatan. Hal
modul mengenai keterbacaan yang masih sulit tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar
dipahami siswa. Gambar yang kurang jelas afektif siswa (rasa ingin tahu, kerja keras,
diganti dengan gambar yang lebih jelas. Saran jujur, peduli dan kreatif) meningkat seiring
yang diberikan siswa pada uji coba lapangan dengan pelaksanaan pembelajaran
terbatas hanya sebatas saran teknis penyajian menggunakan modul. Hasil belajar
modul, sehingga tidak menyangkut konten psikomotor siswa juga mengalami
dari keseluruhan modul. peningkatan setelah penerapan modul fisika
pada pembelajaran. Kenaikan hasil belajar

34
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

psikomotorik siswa (menyiapkan alat, meningkatkan hasil belajar dan kemampuan


merangkai percobaan dan mengomunikasikan) berpikir kreatif siswa.
disebabkan pada pertemuan selanjutnya siswa Tahap revisi produk akhir dilakukan
sudah terbiasa melakukan kegiatan yang berdasarkan pada tahap uji lapangan
sesuai dengan indikator dengan baik. operasional, yaitu tanggapan dan saran
mengenai modul yang telah digunakan siswa
dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
modul fisika sudah bagus, gambar dan materi
sudah lengkap, bahasa yang digunakan mudah
dipahami, kegiatan yang ada pada modul
memudahkan siswa untuk menemukan konsep
fisika dengan sendiri, soal evaluasi sudah
bagus karena sudah terdapat kunci jawaban
dan modul mudah dipahami baik isi, materi,
dan soal. Hasil tanggapan siswa terhadap
modul sudah baik, sehingga tidak perlu
dilakukan revisi kembali dan sudah layak
untuk digunakan.
4. Disseminate
Gambar 2. Hasil Belajar Psikomotor Uji Lapangan Tahap diseminasi dilaksanakan untuk
Operasional menyebarkan produk modul ke sekolah yang
ada di Kabupaten Lampung Timur dan
Sedangakan hasil belajar afektif siswa sekitarnya. Keterbatasan waktu, biaya, dan
ditunjukkan pada Gambar 4. jarak antar sekolah yang jauh, sehingga tahap
diseminasi dilakukan hanya pada 6 guru fisika
dari 5 sekolah di kabupaten Lampung Timur
dan sekitarnya (SMAN 1 Sekampung, SMAN
2 Sekampung, SMAN 1 Batanghari, MA
Ma’arif 5 Sekampung dan SMAN 5 Metro),
yang akan diambil datanya berupa penilaian
dan tanggapan guru terhadap modul fisika
dengan pendekatan keterampilan proses sains.
Hasil tanggapan oleh guru sebagai berikut: a)
Format Penulisan perlu diperbaiki agar lebih
menarik dan lebih mudah untuk dibaca, b)
Ilustrasi gambar masih perlu dibuat semenarik
mungkin agar anak-anak punya keinginan
untuk selalu membuka materi fisika c) Modul
sudah layak digunakan.
Gambar 3. Hasil Belajar Afektif Uji Lapangan Hasil tanggapan guru diperjelas dengan
Operasional
penilaian yang didapatkan saat kegiatan
Uji lapangan operasional yang
menunjukkan peningkatan hasil belajar diseminasi dilakukan. Data yang didapatkan
akan dirata-rata berdasarkan aspek isi modul,
(kognitif (berpikir kreatif), psikomorik dan
afektif) setelah menggunakan modul fisika penyajian, dan keterbacaan modul. Hasil
dengan pendekatan keterampilan proses sains keseluruhan persentase rata-rata yang
diperoleh sebesar 77,87% dari persentase
sesuai dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan E. Rahayu dkk (2011). Menurut E. keidealan dan dikategorikan relevan, sehingga
modul sudah layak untuk dijadikan buku ajar
Rahayu dkk (2011) penerapan pembelajaran
dengan pendekatan keterampilan proses dapat yang baru bagi guru di sekolah.

35
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Hal ini sama dengan yang dilakukan penilaiannya sebesar 82,5% dikategorikan
oleh Sukardiyono (2013) dalam penelitiannya ˝Sangat Baik˝.
yakni disseminate dilakukan dengan Secara keseluruhan rata-rata persentase
menyosialisasikan hasil penelitian ke guru kualitas modul fisika dengan pendekatan
fisika yang lain. Peneliti berharap agar guru keterampilan proses sains sebesar 77,87%
fisika tersebut mau mengimplementasikan dengan kategori “Baik”.
hasil penelitian dalam proses pembelajaran di Modul fisika dengan pendekatan
kelas. keterampilan proses sains efektif digunakan
sebagai bahan ajar baru di sekolah, keefektifan
modul didasarkan atas:
Kesimpulan dan Rekomendasi a. Modul fisika dengan pendekatan
keterampilan proses sains efektif
Kesimpulan
digunakan sebagai bahan ajar baru,
Karakteristik pengembangan modul efektivitas modul didasarkan atas hasil
fisika dengan pendekatan keterampilan proses perhitungan N-gain yang ditinjau dari
sains untuk meningkatkan kemampuan kenaikan hasil tes kemampuan berpikir
berpikir kreatif siswa kelas X SMA/MA yaitu kreatif siswa (hasil belajar kognitif)
menggunakan teknik R&D (research and sebesar 0,7 yang dikategorikan ˝Sedang˝,
development) dari Thiagarajan (1974: 5) b. Hasil belajar afektif dan psikomotor siswa
termodifikasi melalui 4 tahap. Prosedur juga mengalami kenaikan menjadi semakin
pengembangan modul fisika, yaitu integrasi membaik dari pertemuan sebelumnya.
antara pendekatan keterampilan proses sains
yang akan mewarnai modul dengan Rekomendasi
kemampuan berpikir kreatif. Sintaks Berdasarkan kesimpulan di atas,
keterampilan proses sains dapat menguatkan rekomendasi yang diajukan yaitu:
kemampuan berpikir kreatif siswa yang 1. Guru
dirancang pada pola keterkaitan sebagai dasar Guru harus memahami karakteristik
dan warna modul yang dikembangkan. pendekatan pembelajaran yang digunakan
Modul fisika dengan pendekatan sebelum menerapkannya pada pembelajaran di
keterampilan proses sains layak digunakan kelas.
sebagai bahan ajar baru di sekolah, kelayakan 2. Peneliti
modul didasarkan atas penilaian terhadap Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
modul, yaitu: acuan untuk mengembangkan penelitian
a. Hasil uji coba produk awal berdasarkan sejenis, terutama penelitian pengembangan
validasi teman sejawat, guru fisika, ahli modul dalam pembelajaran fisika.
bahasa, ahli media dan ahli materi
didapatkan rata-rata persentase sebesar
78% dikategorikan “Baik˝. Daftar Pustaka
b. Hasil uji coba lapangan terbatas yang Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Ajar
dilakukan penilaian oleh 10 siswa yang untuk Persiapan Guru dalam
didapatkan rata-rata persentase sebesar Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.
78% dikategorikan ˝Baik˝.
c. Hasil uji lapangan operasional yang Maria, Eni. (2011). Analisis Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dan Hubungannya
dilakukan penilaian terhadap 30 siswa dan
dengan Hasil Belajar Kimia pada
rata-rata persentase sebesar 73% Konsep Termokimia di Kelas XI IPA
dikategorikan ˝Baik”. SMA N 10 Kota Jambi. Skripsi.
d. Hasil diseminasi oleh 6 guru fisika di Universitas Jambi. (Unpublished).
Kabupaten Lampung Timur dan
sekitarnya, dengan rata-rata presentase Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat
Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta :
DIVA Press.

36
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

Rahayu, E., dkk. (2011). Pembelajaran Sains


Dengan Pendekatan Keterampilan
Proses Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia. ISSN: 1693-1246,
2011 (33-37).
Sukardiyono dan Yeni Ristya Wardani. (2013).
Pengembangan Modul Fisika Berbasis
Kerja Laboratorium dengan
Pendekatan Science Process Skills
untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, 1(2), 185-195.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media
Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Thiagarajan & Semmel. (1974). Instructional
development for training teacher of
exceptional children. Bloomington
Indiana: Indiana University

37
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol. 7, No. 1, 2018 (hal 29-38)
http://jurnal.uns.ac.id/inkuiri

38

Anda mungkin juga menyukai