Anda di halaman 1dari 12

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING


PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
Sodikun1, Sugiyarto2, Baskoro Adi Prayitno3
1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sodikun.dikun@yahoo.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
sugiyarto_ys@yahoo.com
3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
baskoro_ap@fkip.uns.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui karakteristik modul berbasis inkuiri terbimbing untuk
meningkatkan KPS.Selain memiliki karakteristik seperti modul pada umumnya, modul siswa yang
dikembangkan memiliki karakteristik yang berbeda dengan modul yang ada, modul ini bisa digunakan untuk
pembelajaran kelompok yang dilengkapi dengan sintak- sintak inkuiri terbimbing.Modul guru dilengkapi dengan
rubrik penilaian kognitif, psikomotor dan afektif yang disertai pedoman penskoran (2) mengetahui kelayakan
modul berbasis inkuiri termbibing untuk meningkatkan KPS ,kelayakan modul siswa dan guru diukur dengan
hasil validasi ahli materi, media, bahasa dan perangkat pembelajaran (3) mengetahui efektivitas modul berbasis
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan KPS. Efektivitas modul siswa dapat dilihat dari kenaikan nilai KPS
setelah pembelajaran dengan mengguakan modul. Prosedur pengembangan yang dilakukan merujuk pada model
pengembangan 4- D yang dikembangkan oleh Thiagarajan yang meliputi 4 tahap, yaitu defin, design, develop,
dan dessiminate. Instrumen yang digunakan meliputi: lembar observasi, lembar penilaian, angket dan tes pilihan
ganda. Analisis data yang digunakan selama penelitian dan pengembangan adalah analisis deskriptif, uji
independen sample t-tes Hasil penelitian ini adalah (1) karakteristik modul berbasis inkuiri terbimbing ini adalah
modul ini tidak hanya digunakan untuk pembelajaran mandiri tetapi dapat juga untuk pembelajaran kelompok,
modul ini dapat melatihkan kemampuan KPS peserta didik. (2) berdasarkan hasil validasi ahli terhadap modul
berbasis inkuiri terbimbing ini adalah sangat layak digunakan dalam pembelajaran biologi khususnya pada
materi sistem pencernaan makanan. (3) kemampuan KPS siswa mengalami kenaikan sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan modul inkuiri terbimbing. Nilai rerata kemampuan KPS sebelum pembelajaran
menggunakan modul sebesar 70,69 sedangkan nilai rerata kemampuan KPS sesudah pembelajaran dengan modul
sebesar 84,66. Keterlasanaan sintak oleh guru terjadi peningkatan pada setiap pertemuan, pada pertemuan
pertama dengan rerata 71,88, pertemuan kedua 75, dan pertemuan ke tiga 81,25
Kunci Kata: modul, inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains

Pendahuluan terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-


prinsip dan teori yang sudah diterima
Biologi sebagai bagian dari sains kebenarannya. Sains sebagai proses atau
mengandung empat hal yang tidak terpisahkan metode berarti sains merupakan metode atau
antar satu dengan yang lainnya yaitu konten proses untuk mendapatkan pengetahuan. Sains
atau produk, proses atau metode, sikap dan sebagai sikap berarti dalam sains juga
teknologi (Nuryani 2005: 74). Sains sebagai terkandung sikap seperti tekun, jujur, terbuka
konten atau produk berarti bahwa dalam sains dan objektif. Sains sebagai teknologi berarti

122
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

bahwa sains mempunyai keterkaitan dengan bahwa KPS peserta didik SD di kecamatan
keterpakaiannya dalam kehidupan sehari- hari. Buleleng Bali masih rendah terutama pada
Tujuan pembelajaran biologi salah KPS menyusun hipotesis, merencanakan
satunya adalah memahami konsep, prinsip, percobaan/ penyelidikan, dan mengajukan
hukum, dan teori biologi serta saling pertanyaan tingkat tinggi yang menuntut
keterkaitannya dan penerapannya untuk penyelidikan tergolong rendah, dengan rerata
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari skor kinerja masing-masing 1,61; 1,45, dan
dan teknologi. Proses pembelajaran dapat 1,46 (skor maksimum 3,0), serta rerata skor tes
dipadankan dengan proses ilmiah. Dalam KPS masing-masing 2,53; 2,25; dan 2,46 (skor
Permendikbud No. 81 a Tahun 2013 lampiran maksimum 5,0). Penelitian Chrisyanto (2013)
IV dijelaskan, bahwa proses pembelajaran di SMP N 22 Bandar Lampung menunjukkan
terdiri atas lima pengalaman belajar pokok bahwa KPS peserta didik masih rendah yang
yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) dibuktikan dengan rata-rata pretes pada kelas
mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasi, eksperimen 13,07 ± 6,12; rata-rata postes
dan 5) mengkomunikasikan. 25,75 ± 10,26; dan rata-rata N-gain sebesar
Jika sains mengandung empat hal 0,15 ± 0,12. Rata-rata N-gain pada aspek
seperti konten atau produk, proses atau observasi 0,17± 0,14, pada aspek interpretasi
metode, sikap dan teknologi, maka ketika 0,08 ± 0,20 dan pada aspek komunikasi
belajar sains peserta didik pun akan mengalami sebesar 0,33 ± 0,31. Sedangkan rata-rata
keempat hal tersebut. Fakta yang terjadi saat aktivitas belajar siswa dalam semua aspek
ini pembelajaran biologi masih banyak yang yang diamati pada kelas eksperimen yaitu
berorientasi pada produk, kurang melatihkan 60,25% yang berkriteria sedang. Penelitian
aspek yang lain seperti proses, sikap dan Subali (2011) hasil pengukuran kreativitas
teknologi. Penelitian yang dilakukan oleh peserta didik menunjukkan baik pada
Prayitno (2011), menyebutkan bahwa keterampilan dasar, keterampilan
pembelajaran yang terbatas pada aspek produk mengolah/memproses, dan keterampilan
menyebabkan pembelajaran berbasis isi. investigasi dengan rentang skala -5,05 sampai
Pembelajaran berbasis isi berakibat +4,84 pada skala logis yang dihasilkan secara
kemampuan keterampilan proses sains dan empiris, untuk kelas X dengan rerata dan
berpikir tingkat tinggi menjadi rendah. simpangan baku -2,02 ± 0,51, kelas XI IPA
Pembelajaran berbasis isi belajar diukur dari dengan rata-rata dan simpangan baku -1,78 ±
banyaknya konsep yang berhasil dihafalkan 0,54, dan kelas XII dengan rata-rata dan
oleh peserta didik. Pembelajaran yang simpangan baku -1,75 ± 0,50 masih tergolong
demikian menjadi kurang bermakna. dituntut rendah. Hal ini menggambarkan bahwa
untuk mampu menguasai sains. kreativitas keterampilan proses sains kurang
Pembelajaran yang hanya berorientasi dikembangkan oleh guru di sekolah.
pada produk tentunya juga kurang melatihkan Keadaan yang sama juga terjadi di
keterampilan proses sains (KPS). Banyak data SMA Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas.
yang diperoleh dari hasil penelitian tentang Data hasil tes KPS di SMA Negeri Sumpiuh
rendahnya KPS di beberapa daerah di pada observasi awal menunjukkan bahwa nilai
Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan oleh KPSnya rendah dengan rincian sebagai
Haryono (2006) yang dilakukan di 3 (tiga) berikut: 1) Mengamati 41,43% kategori
kabupaten di Jawa Tengah (Kabupaten Pati, kurang; 2) Menafsirkan 40,00% kategori
Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten kurang; 3) Klasifikasi 38,66% kategori gagal;
Sukoharjo) menunjukan bahwa penguasaan 4) Meramalkan 33,33% kategori gagal; 5)
KPS siswa SD sangat rendah yaitu hanya Mengkomunikasikan hasil kegiatan 46,66%
4,08% sedangkan penguasaan KPS guru SD di kategori kurang; 6) Pengukuran 90% kategori
3 (tiga) kabupaten tersebut juga masih rendah sangat baik; 7) merumuskan masalah
yaitu 65,79%. Penelitian yang senada 60%kategori cukup; 8) Merumuskan hipotesis
dilakukan oleh Suja (2006), menunjukan 60% kategori cukup; 9) Merencanakan

123
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

percobaan 52% kategori kurang; 10) Metode Penelitian


Mengajukan pertanyaan 53,33% kategori
kurang. Dari observasi awal yang dilakukan Prosedur pengembangan yang
oleh peneliti di sekolah tempat dilakukannya dilakukan merujuk pada model pengembangan
penelitian diperoleh data bahwa nilai UN tahun 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan,
2012/ 2013 juga belum seperti yang (Trianto, 2009) yang meliputi 4 tahap, yaitu
diharapkan. Misalnya pada materi pokok define, design, develop, dan disseminate.
sistem pencernaan makanan diperoleh data Model ini juga sering disebut model 4 P
sebagai berikut: tingkat sekolah= 71,31, Kab/ (pendifinisian, perancangan, pengembangan,
Kota= 74, 67, Prop= 64,44, dan Nas= 64,68. dan penyebaran).
Nilai rata- rata ulangan harian pada materi Subjek uji coba pada penelitiaan ini
pokok sistem pencernaan juga masih rendah terdiri dari 3 kelompok subjek yang meliputi
yaitu 65 dengan KKM 76. (Biro Akademik uji coba awal yaitu 4 orang validator ahli, uji
SMAN Sumpiuh: 2013). coba kelompok kecil yaitu 2 orang guru
Dari hasil analisis buku ajar yang SMA/praktisi dan 10 orang siswa serta uji coba
dilakukan yang digunakan di SMAN Sumpiuh lapangan operasional dilakukan pada siswa
diperoleh nilai rerata sebesar 77,78 dengan kelas XII IPA SMA Negeri Sumpiuh yang
kategori cukup. Kesimpulan yang diperoleh memiliki 5 kelas paralel kelas XII IPA (kelas
bahwa buku ajar yang ada dapat digunakan yang sudah mendapatkan materi sistem
sebagai buku ajar tetapi perlu perbaikan- pencernaan makanan). Subyek uji coba
perbaikan, karena pada buku ajar tersebut lapangan adalah 2 kelas dari kelas XI IPA
belum memberikan pembelajaran dengan yang akan menjadi kelas model (kelas yang
pendekatan sainstifik. Pada buku ajar tersebut diajarkan menggunakan modul biologi
juga belum banyak melatihkan KPS, hasil berbasis inkuiri terbimbing) dan exsisting class
analisis KPS pada buku tersebut diperoleh (kelas yang tidak mengguanakan modul).
rerata sebesar 76 dengan kategori cukup. Dari Siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 29 menjadi
sisi penilaian, belum ada instrumen penilaian kelas model sedangkan siswa kelas XI IPA 2
sikap dan keterampilan, yang kesemuanya berjumlah 26 menjadi exsisting class. Teknik
merupakan salah satu yang diharapkan ada mengambilan sample menggunakan teknik
dalam kurikulum 2013. Modul adalah salah cluster random sampling.
satu bahan ajar yang bisa digunakan dalam Data analisis kebutuhaan diperoleh
proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian dari kuisioner dan wawancara terhadap peserta
yang dilakukan oleh Putri (2013), menjelaskan didik dan guru tentang kondisi pembelajaran di
bahwa modul interkatif berbasis inkuiri kelas, sedangkan data hasil ujian nasional dari
terbimbing pada pokok bahasan fluida yang kemendiknas, dan data ketercapaian 8 SNP di
dikembangkan efektif untuk meningkatkan SMAN Sumpiuh yang diperoleh dari hasil
prestasi belajar siswa. wawancara dan observasi. Data hasil validasi
Bertolak dari latar belakang masalah ahli dan praktisi pendidikan diperoleh melalui
tersebut dan dalam rangka meningkatkan angket kelayakan modul. Data hasil uji terbatas
kualitas pembelajaran biologi di SMAN berupa data kualitatif yang diperoleh melalui
Sumpiuh maka perlu kiranya dilakukan angket kelayakan modul oleh siswa dan
penelitian dengan judul “Pengembangan kuisioner tanggapan siswa terhadap modul
Modul Biologi Berbasis Inkuiri Terbimbing pembelajaran.
Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan pada Instrumen pengumpulan data berupa
Manusia untuk Meningkatkan Keterampilan lembar observasi untuk mengetahui hasil
Proses Sains Siswa Kelas XI MIPA SMA analisis kebutuhan, lembar penilaian untuk
Negeri Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun mengetahui penilaian dari validasi ahli, angket
Pelajaran 2014/2015. diberikan untuk mengetahui respon guru dan
peserta didik terhadap modul yang
dikembangkan dan tes pilihan ganda untuk

124
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

mengetahui kemampuan keterampilan proses


sains siswa.
Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data analisis deskriptif kualitatif
digunakan untuk analisis data validasi
perorangan praktisi pendidikan (guru) dan uji
kelompok kecil (siswa) yang berupa masukan,
tanggapan, saran, dan kritik yang terdapat pada
angket. Analisis deskriptif kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data yang
berbentuk persentase. Teknik persentase
digunakan untuk menyajikan data frekuensi
atas tanggapan subjek uji coba terhadap Gambar 1. Histogram Hasil Validasi
produk pengembangan berbasis inkuiri
terbimbing. Pada gambar 1dapat diambil kesimpulan
Data hasil kemampuan keterampilan bahwa hasil validasi dari semua validator
proses sains dihitung menggunakan uji dikategorikan sangat baik. Rata-rata persentase
Independen Sample t- Test menggunakan dari ahli materi 88,5% kategori sangat baik,
bantuan SPSS 21. Uji ini khusus digunakan ahli media sebesar 97,25% kategori sangat
untuk menentukan apakah ada perbedaan yang baik, ahli bahasa/ keterbacaan 80% baik, ahli
signifikan rata-rata dari dua kelompok yang perangkat pembelajaran sebesar 94% kategori
diamati. Kriteria pengujian yang digunakan sangat baik.
adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari 2. Uji Coba Lapangan Terbatas
0,05 maka ditolak. Uji lapangan terbatas bertujuan untuk
memperoleh evaluasi dari pengguna lapangan
atas produk modul yang telah direvisi
Hasil Penelitian dan Pembahasan berdasarkan hasil uji validasi ahli. Uji coba
Hasil pengembangan lapangan terbatas yaitu uji kelompok kecil (10
Hasil penelitian dan pengembangan siswa) dengan instrumen berupa angket terkait
modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi tanggapan siswa terhadap modul. Hasil uji
sistem pencernaan makanan kelas XI MIPA coba kelompok kecil.
SMA Negeri Sumpiuh diawali dengan
Tabel 1. Hasil uji coba lapangan tahap awal
mengidentifikasi potensi dan masalah yang Aspek Penilaian Nilai (%) Kategori
akan dijadikan objek penelitian yaitu analisis Isi Modul 86 Sangat Baik
kebutuhan dan analisis produk yang akan Penyajian 91.75 Sangat Baik
dikembangkan. Bahasan/keterbacaan 82.5 Baik
Kegiatan awal yang dilakukan adalah Rata-rata 86.73 Sangat Baik
analisis pemenuhan 8 standar nasional
pendidikan, analisis hasil Ujian Nasional tahun Tabel 1 memuat hasil penilaian aspek
2012/2013, analisis bahan ajar yang digunakan modul, meliputi: skor isi modul rata-rata
guru dan siswa, hasil angket tanggapan guru adalah 86% dengan kategori sangat baik, skor
dan siswa mengenai bahan ajar serta aspek isi penyajian rata-rata adalah 91.75%
wawancara guru dan siswa. dengan kategori sangat baik, skor aspek
1. Validasi Produk Awal bahasa/keterbacaan modul rata-rata adalah
Hasil validasi oleh ahli disajikan pada 82.5% dengan kategori baik dan secara
gambar 1. keseluruhan siswa memberikan skor rata-rata
86.73% dengan kategori sangat baik.

125
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Hasil Uji Coba Lapangan Operasional Tabel 3. Analisis Hasil Kemampuan KPS
1. Data Hasil Kemampuan KPS Std.
Mi M
N Rerata Devi
Data kemampuan KPS kelas model n ak
asi
dan kelas exiting, disajikan pada Tabel 2. Pretest
kelas 29 55 90 70.69 8.63
Tabel 2. Analisis KPS kelas model dan kelas existing. model
Kelas Model Kelas Existing Posttest
Nilai Nilai Nilai Nilai kelas 29 75 95 84.66 6.53
Aspek KPS
Pretes Postes Pretes Postes model
(%) (%) (%) (%) Pretest
66.6 89.6 59.7 81.6 kelas 26 60 75 68.65 6.09
Mengamati
7 6 7 1 existing
Mengkomunikasi 48.2 86.2 41.3 75.8 Posttest
kan hasil kegiatan 8 1 8 6 kelas 26 70 95 79.62 7.34
46.5 86.2 44.8 78.1 existing
Klasifikasi
5 1 3 6
90.8 47.1 82.7 Berdasarkan Tabel 3 diketahui rerata
Meramalkan 50
0 3 6
Merumuskan 48.2 96.5 27.5 82.7 kemampuan KPS peserta didik pada kelas
masalah 8 5 9 6 model sebelum diberikan pembelajaran dengan
Merumuskan
62.0 82.7 41.3 75.8
modul berbasis inkuiri terbimbing sebesar
hipotesis 70.69% dengan standar deviasi 8.63, nilai
7 6 8 6
minimum 55,00 dan nilai maksimum 90,00.
Merencanakan 44.8 82.7 43.9 73.2 Rerata kemampuan KPS peserta didik sesudah
percobaan 2 6 0 7 diberikan pembelajaran dengan modul berbasis
Menafsirkan
41.3 82.7 48.2 72.4 inkuiri terbimbing adalah sebesar 84.66%,
8 6 8 1 dengan standar deviasi 6,53, nilai minimum
62,0 79.3 62.0 72.4 75,00 dan nilai maksimum 95,00.
Pengukuran
9 1 7 1
Menerapkan 70.6 84.4 60.3 74.1
Kemampuan KPS kelas existing
konsep 9 8 4 4 berdasarkan tabel 3 diketahui rerata
kemampuan KPS sebelum diberikan
Berdasarkan Tabel 2 diketahui pembelajaran biasa tanpa modul adalah sebesar
kemampuan KPS peserta didik pada semua 68.65, dengan standar deviasi 6,09, nilai
aspek sebelum diberikan pembelajaran dengan minimum 60,00 dan nilai maksimum 75,00.
modul berbasis inkuiri terbimbing dan sesudah Rerata kemampuan KPS peserta didik sesudah
diberikan pembelajaran dengan modul berbasis pembelajaran biasa adalah sebesar 79,62%,
inkuiri terbimbing pada kelas model dal kelas dengan standar deviasi 7,34, nilai minimum
existing terjadi kenaikan. Kenaikan terbesar 70,00 dan nilai maksimum 95,00.
pada kelas model maupun kelas exiting terjadi Nilai pretest dan postest tersebut
pada aspek KPS merumuskan masalah. kemudian dihitung tingkat kenaikan hasil
Kenaikan terkecil baik pada kelas model kemampuan KPS untuk mengetahui
ataupun kelas existing terjadi pada asepk KPS efektivitasnya. Rumus yang digunakan adalah
pengukuran. N-gain ternormalisasi. Pada kelas model hasil
Deskripsi data kemampuan KPS perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh
peserta didik diperoleh dari nilai pretestdan rerata kenaikan sebesar 0,57. Setelah dilakukan
posttest kelas model dan kelas existing, perhitungan N-gain ternormalisasi, selanjutnya
disajikan pada Tabel 3. diuji prasyarat seperti uji normalitas dan
homogenitas. Apabila uji prasyarat telah
memenuhi maka akan dilakukan uji berikutnya
untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
hasil uji kelas model dan kelas existing.

126
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tabel 4. Hasil Analisis Data kurikulum 2013 dan 3 (tiga) sekolah yang
N Penguji Hasil keputus kesimpul masih menggunakan kurikulum 2006. Sekolah
o an an an
1 Normali Sig. Postest = Ho Data
yang sudah melaksanakan kurikulum 2013
tas 0,200 (kelas diterima normal meliputi: 1) SMA Negeri Banyumas, 2) SMA
model) Negeri 1 Purwokerto, 3) SMA Negeri 4
Sig. Postest = Purwokerto, sedangkan sekolah yang masih
0,200 (existing mengggunakan kurikulum2006 meliputi: 1)
class)
2 Homog Sig.postest = Ho Data SMA Maarif NU 1 Kemranjen Banyumas, 2)
enitas 0,611 diterima homogen MAN 1 Purwokerto, dan MAN Sumpiuh.
3 Hasil Thitung 0,037 Ho Hasil Hasil penilaian modul saat dessiminate seperti
postest ditolak tidak pada Tabel 4. 21.
sama (ada
perbedaa
n) Tabel 4. Data Hasil Desiminate
Nilai
Aspek Penilaian Kategori
(%)
Dari tabel 4 diketahui bahwa hasil Pengembangan
analisis normalitas dengan menggunakan 91,375 Sangat baik
Modul
kolmogorov-Smirnov test, diperoleh signifikan Materi 82,250 Baik
postest hasil belajar kelas modul dan existing Bahasa/ Keterbacaan 81,925 Baik
class yaitu 0,200>0,05, dan 0,200>0,05 maka Rerata 85,183 Sangat Baik
disimpulkan menerima H0. Hal tersebut berarti
sampel berdistribusi normal. Homogenitas data Pembahasan
postest yang diuji dengan lavine’s test 1. Karakteristik Modul Berbasis Inkuiri
menghasilkan nilai taraf signifikan sebesar Terbimbing.\.
0,611 taraf signifikan tersebut menunjukkan Modul pada umumnya digunakan untuk
bahwa Ho diterima karena besar taraf pembelajaran mandiri. Produk modul berbasis
signifikannya lebih besar dari α = 0,05 (sig> inkuiri terbimbing yang dikembangkan
0.05) sehingga dapat disimpulkan data postest memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik
berasal dari populasi yang homogen atau yang membedakan modul beredar di pasaran
variasi tiap sampel sama. dengan modul yang dikembangkan antara lain
Data nilai postest selanjutnya modul ini selain dapat digunakan untuk
dianalisis menggunakan Independen sample t pembelajaran mandiri modul ini juga
tes untuk mengetahui keefektifan modul. dirancang untuk membelajaran kelompok.
Berdasarkan data hasil analisis tersebut Karakteristik lain modul berbasis inkuiri
diperoleh signifikan 0,037, perolehan taraf terbimbing ini adalah modul ini diperuntukan
signifikan tersebut menunjukan bahwa Ho untuk peserta didik yang belum berpengalaman
ditolak (0,037< 0,05), sehingga dapat belajar dengan pendekatan inkuiri, yang di
disimpulkan bahwa hasil analisis tersebut, dalamnya memuat sintak- sintak inkuiri
menunjukkan pemberian modul berbasis terbimbing. Penemuan konsep hampir
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan diperoleh melalui kerja kelompok mulai dari
kemampuan KPS peserta didik. Berdasarkan identifikasi masalah sampai kegiatan
mean atau rerata nilai posttest lebih tinggi menyimpulkan hasil kegiatan sehingga dalam
dibandingkan nilai pretest sehingga dapat modul ini melatihkan sikap- sikap ilmiah
disimpulkan bahwa kemampuan KPS peserta seperti sikap terbuka, sikap terbuka ini dapat
didik mengalami peningkatan. Pada kelas dilihat pada kebiasaan mau mendengarkan
kontrol kemampuan KPS peserta didik juga pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan
meningkat berdasarkan nilai reratanya tetapi orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,
peningkatannya dibawah kelas model.. argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain
Tahap penyebaran (disseminate) tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak
dilakukan pada beberapa sekolah diantaranya 3 sesuai. Modul yang dikembangkan ini juga
(tiga) sekolah yang sudah melaksanakan dapat gunakan untuk meningkatkan

127
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kemampuan Keterampilan Proses Sains peserta prosedur pembelajaran diorganisasi menjadi


didik. urutan yang bermakna, bahan disajikan dalam
2. Kelayakan Modul Berbasis Inkuiri bagian-bagian yang bergantung pada
Terbimbing kedalaman dan kesulitannya. Untuk tujuan
Kelayakan sebuah modul ditentukan tersebut diperlukan langkah sintesis
oleh beberapa validator, praktisi dan user/ pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan
pengguna dalam hal ini adalah peserta didik topik-topik suatu bidang studi dengan
dan guru. Ciri-ciri modul yang dianggap layak keseluruhan isi bidang studi, sehingga isi yang
menurut Santyasa (2009), antara lain: 1) disajikan lebih bermakna menyebabkan peserta
Didahului oleh pernyataan sasaran belajar; 2) didik memiliki ingatan yang baik dan lebih
Pengetahuan disusun sedemikian rupa, tahan lama terhadap topik-topik yang
sehingga dapat menggiring partisipasi siswa dipelajari. Materi pembelajaran yang tepat
secara aktif; 3) Memuat sistem penilaian untuk disajikan dalam kegiatan pembelajaran,
berdasarkan penguasaan; 4) Memuat semua diantaranya: 1) Relevan dengan sasaran
unsur bahan pelajaran dan semua tugas pembelajaran; 2) Tingkat kesukaran sesuai
pelajaran; 5) Memberi peluang bagi perbedaan dengan taraf kemampuan pebelajar; 3) Dapat
antar individu siswa; dan 6) Mengarah pada memotivasi belajar; 4) Mampu mengaktifkan
suatu tujuan belajar tuntas. pikiran dan kegiatan belajar; 5) Sesuai dengan
Modul hendaknya dapat memfasilitasi prosedur pengajaran yang ditentukan; dan 6)
peserta didik untuk menjadi lebih aktif selama sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.
proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik Berkaitan dengan pengembangan modul, isi
didorong oleh keinginan dari dalam diri pembelajaran diorganisasikan menurut struktur
peserta didik untuk semangat dalam belajar isi pembelajaran dengan analisis sasaran
dan hal itu tergantung stimulus eksternal yang khusus pembelajaran. Ketiga, berdasarkan
diterima peserta didik. Stimulus dapat berupa aspek kebahasaan sebagai gaya komunikasi
bahan ajar yang menarik sehingga siswa modul kepada peserta didik dan guru. Bahasa
memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi bahasa simbolik yang penting sebagai
berinteraksi dengan bahan ajar berupa modul sarana mengkomunikasikan maksud yang
tersebut. hendak dicapai dari modul yang
Kelayakan sebuah modul dapat dilihat dikembangkan.
dari berbagai aspek. Pertama, berdasarkan 3. Efektivitas Modul Inkuiri Terbimbing
aspek penyajian modul. Pada aspek penyajian Efektifitas modul berbasis inkuiri
modul ini didapatkan hasil bahwa modul sudah terbimbing untuk meningkatkan KPS
memenuhi kriteria sebagai modul yang sangat didasarkan pada ada tidaknya kenaikan
baik untuk digunakan oleh peserta didik dan kemampuan KPS peserta didik pada kelas
guru. Kedua, berdasarkan materi/isi modul. model dibandingkan dengan kelas existing.
Uraian isi pembelajaran menyangkut masalah Efektifitas modul juga dilihat dari perbedaan
strategi pengorganisasian isi pembelajaran, data signifikansi atara sebelum dan sesudah
strategi diartikan sebagai strategi yang penerapan modul berbasis inkuiri terbimbing
mengacu kepada cara untuk membuat urutan Proses pembelajaran yang optimal
(squencing) dan mensintesis (synthesizing) akan berkorelasi dengan hasil belajar peserta
fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip didik, karena pada dasarnya belajar merupakan
yang berkaitan. Squencing mengacu kepada proses peserta didik dalam membangun
upaya pembuatan urutan penyajian isi bidang pengetahuannya sendiri melalui berbagai
studi, sedangkan synthesizing mengacu kepada stimulus dan daya dukung (opportunity),
upaya untuk menunjukkan kepada peserta dalam pandangan konstruktivis, belajar adalah
didik keterkaitan antara fakta, konsep, proses yang aktif yaitu peserta didik
prosedur, dan prinsip yang terkandung dalam membangun sendiri pengetahuan yang
bidang studi. Proses pembelajaran dapat dimiliki. Implikasi teori Vygotsky dalam
meningkatkan hasil belajar jika isi dan pembelajaran menggunakan modul ini selain

128
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

modul digunakan sebagai bahan ajar mandiri, 89,66% mengalami kenaikan 22.99%, pada
modul juga terintegrasi dalam pembelajaran kelas existing nilai pre tes 57.77%, post tes
melalui diskusi dan eksperimen yang 81.66%, kenaikan 21.84%. Kenaikan
dilakukan dalam kelompok kecil. Pemberian prosentase penguasaan keterampilan
bantuan berupa petunjuk, peringatan, dorongan mengamati lebih tinggi kelas model
yang dilakukan oleh guru selama tahap awal dibandingkan kelas existing.
pembelajaran dilakukan agar semakin lama Keterampilan berkomunikasi bisa
peserta didik dapat mengambil alih tanggung dilakukan melalui tulisan, gambar, grafik, atau
jawab secara mandiri. Pengetahuan dibentuk bagan. Membaca dan berbicara termasuk
oleh peserta didik melalui pemecahan masalah dalam keterampilan ini. Kemampuan
yang dikaitkan dengan lingkungan, hal tersebut keterampilan berkomunikasi juga mengalami
erat kaitannya dengan pengalaman dalam kenaikan baik pada kelas eksperimen maupun
kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan kelas existing. Pada kelas model nilai pretes
peserta didik memperoleh pembelajaran yang dari 48.28% menjadi 86.21% pada post tes,
bermakna. kenaikan 37.93%. Pada kelas exiting nilai
a. Kemampuan Keterampilan Proses Sains pretes 41.38% menjadi 75.86% kenaikan
Peran guru dalam mengembangkan sebesar 34.48%. Menurut Nuryani: 2005 yang
keterampilan proses sains adalah memberikan termasuk ke dalam keterampilan
kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi meliputi: membaca grafik, tabel
mengeksplorasi materi dan fenomena. atau diagram dari hasil percobaan.
Pengalaman langsung memungkinkan peserta Menjelaskan hasil percobaan juga termasuk
didik menggunakan seluruh indranya untuk dalam keterampilan ini.
melakukan observasi atau pemgamatan dalam Keterampilan mengelompokkan
rangka mengumpulkan informasi- informasi (klasifikasi). Kegiatan ini bisa dilakukan oleh
untuk kemudian ditindak lanjuti dengan peserta didik setelah peserta didik mengetahui
pertanyaan- pertanyaan ataupun dengan ciri- ciri yang akan dikelompokkan. Yang
percobaan- percobaan dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalah
Hasil belajar untuk kemampuan mencari perbedaan, mengkontraskan ciri- ciri,
keterampilan proses sains peserta didik mencari kesamaan, membandingkan dan
menunjukkan peningkatan setelah dilakukan mencari dasar penggolongan. Perolehan nilai
pembelajaran dibandingkan dengan sebelum kemampuam keterampilan mengelompokan
pembelajaran dilakukan pada kelas model (klasifikasi) untuk kelas model pretes sebesar
maupun kelas existing. Modul yang dikemas 46,55%, post tes sebesar 86.21% dan terjadi
dengan teknik praktikum dan diskusi membuat kenaikan sebesar 40.66%. Sedangkan pada
peserta didik menjadi lebih termotivasi dan kelas existing perolehan nilai pre tes sebesar
mengasah kemampuan keterampilan proses 44.83% dan nilai post tes 78.16% dengan
sains. kenaikan 33.33%.
Keterampilan mengamati (observasi) Kemampuan keterampilan
dilakukan dengan menggunakan seluruh meramalkan (prediksi), keterampilan
indranya. Menggunakan fakta yang relevan meramalkan atau prediksi mencakup
dan memadai dari hasil pengamatan juga keterampilan mengajukan perkiraan tentang
termasuk keterampilan proses mengamati sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu
(Nuryani: 2005). Untuk mengembangkan kecenderungan atau pola yang sudah ada
keterampilan mengamati membutuhkan waktu (Nuryani: 2005). Kemampuan ketrampilan
yang lebih banyak dari pada keterampilan yang memprediksi pada kelas model dan kelas
lain. Dalam pengukuran ini peneliti existing mengalami kenaikan sebelum
menggunakan soal mengamati gambar. dansesudah pembelajaran. Prosentase nilai di
Keterampilan mengamati pada kelas model kelas model pre tes sebesar 50% sedangkan
dan kelas exiting mengalami kenaikan. Pada post tes sebesar 90.80% kenaikan sebesar
kelas model nilai pretes, 66.67%, post tes, 48.8%. pada kelas existing pre tes 47.13%

129
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sedangkan post tes 82.76%, kenaikan sebesar keterampilan ini kelas model nilai pre tes
53.61%. sebesar 41.38% dan nilai post tes sebesar
Kemampuan keterampilan 82.76% dengan kenaikan sebesar 41.38%.
merumuskan masalah, pada kelas model pre Sedangkan pada kelas existing nilai pre tes
tes sebesar 48.28% dan post tes sebesar 48.28% dan nilai post tes 72.41% dengan
96.55%, kenaikan 48.27%. Pada kelas existing kenaikan 24.13%.
nilai pre tes sebesar 29.59% dan nilai post tes Keterampilan pengukuran, pengukuran
sebesar 82.75% dengan kenaikan 55,17%. dalam pembelajaran sains sangatlah penting,
Merumuskan masalah dilakukan peserta didik keterampilan ini mulai dari memilih dan
mengidentifikasi masalah dari wacana yang menentukan alat ukur yang sesuai sampai
disajikan. Pada penelitian ini terjadi kenaikan proses/ cara pengukurannya. Perolehan nilai
yang sangat berarti dari pre tes ke post tes, keterampilan pengukuran pada kelas model
terutama pada kelas existing. Berarti modul nilai pretes 62.09% dan nilai post tes 79.31%
tidak berpengaruh pada keterampilan dengan kenaikan sebesar 17.22%, sedangkan
merumuskan masalah. Semakin banyak kelas model nilai pre tes 62.07%, dan nilai post
dilatihkan keterampilan merumuskan masalah tes 72.41% dengan kenaikan 10.34%.
ini akan semakin meningkat kemampuannya. Keterampilan menerapkan konsep atau
Kemampuan keterampilan menyusun prinsip, kemampuan keterampilan ini salah
hipotesis, dari hasil pre tes pada kelas model satunya ditunjukan oleh kemampuan peserta
62.07% sedangkan pada post tes 82.76% didik menjelaskan hal yang baru berdasarkan
kenaikan 20.69%. Pada kelas existing nilai pre konsep yang sudah dimiliki. Atau menerapkan
tes sebesar 41.38% dan hasil post tes sebesar konsep- konsep yang sudah dimilikinya untuk
75.56% dengan kenaikan sebesar 34.18%. diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Nilai
pada keterampilan ini peserta didik diharapkan keterampilan ini untuk kelas model dengan
dapat menyatakan hubungan antara dua nilai pre tes 70.69% dan post tes 84.48%
variabel atau mengajukan perkiraan penyebab dengan kenaikan 13.79%. sedangkan kelas
sesuatu terjadi, Nuryani: 2005. Masalah yang existing nilai pre tes 60.34% nilai post tes
sudah dirumuskan akan dijawab pada rumusan 74.14% dengan kenaikan 13.8%.
hipotesis. b. Keterkaitan Inkuiri Terbimbing dengan
Keterampilan merencanakan Kemampuan KPS
percobaan, keterampilan ini sangat dipengaruhi Inkuiri merupakan model
oleh kemampuan merumuskan masalah dan pembelajaran yang melatih peserta didik untuk
menyusun hipotesis. Rancangan percobaan memperoleh pengetahuan seperti halnya para
disusun berdasarkan rumusan masalah dan peneliti biologi melakukan penelitian (Wena,
hipotesis yang disusun. Rancangan percobaan 2009). Pada inkuiri terbimbing guru
ini biasanya berisi tujuan, alat dan bahan yang membimbing peserta didik melakukan
diperlukan, serta langkah kegiatan. kegiatan dengan memberikan pertanyaan awal
Kemampuan merencanakan percobaan pada dan mengarahkan pada suatu diskusi. Menurut
kelas model nilai pre tes 44.82% dengan nilai Nuryani: 2005, inkuiri terbimbing biasanya
post tes 82.76% dengan kenaikan 37.94% dilakukan oleh peserta didik yang belum
sedangkan pada kelas existing nilai pre tes terbiasa melakukan kegiatan inkuiri, setelah
43.40% dan nilai post tes 73.27% dengan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan
kenaikan 29.37%. inkuiri terbimbing barulah dilatihkan inkuiri
Keterampilan menafsikan atau bebas.
interpretasi, merupakan keterampilan yang Pembelajaran inkuiri terbimbing
sangat kompleks. Mulai dari mencatat hasil memiliki kelebihan dan kekurangan. Terlepas
pengamatan dan memisah- misahkan hasil dari kelebihan dan kekurangannya,
pengamatan beradasarkan kelompoknya, pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
menghubung- hubungkan hasil pengamatan membangkitkan gairah peserta didik karena
misalnya alat gerak dengan habitat. Pada peserta didik terlibat langsung dalam belajar

130
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sehingga termotivasi untuk belajar dan pada sebelum pembelajaran (pre-test) sebesar
akhirnya akan dapat meningkatkan 70,69% dengan standar deviasi 8.63 dan rerata
kemampuan KPS peserta didik. Terbukti kemampuan KPS setelah pembelajaran (post-
dalam penelitian ini terjadi peningkatan test) menggunakan modul berbasis inkuiri
kemampuan KPS sebelum dan sesudah terbimbing sebesar 84,66% dengan standar
pembelajaran dengan modul berbasis inkuiri deviasi 6,53.
terbimbing ini. Rerata kemampuan KPS Upaya meningkatkan hasil penelitian
sebelum pembelajaran (pre-test) menggunakan maka penulis memberikan saran sebagai
modul berbasis inkuiri terbimbing pada kelas berikut: 1)Penelitian pengembangan ini
model sebesar 70,69%, sedangkan rerata terbatas pada materi sistem pencernaan
sesudah pembelajaran (post-tes) menggunakan makanan pada manusia, peneliti lain dapat
modul berbasis inkuiri terbimbing pada kelas mengembangkan lebih banyak materi sehingga
model sebesar 84,66%. kebutuhan guru dan peserta didik akan bahan
ajar dapat perpenuhi, 2)Hasil penelitian ini
sudah dilakukan sampai tahap penyebaran
Kesimpulan dan Rekomendasi (dessiminate) tetapi implementasinya baru
Setelah dilakukan penelitian, analisis, pada sekolah tempat peneliti mengajar, semoga
dan pembahasan maka dapat disimpulkan sekolah- sekolah lain dapat
bahwa: 1) Karakteristik modul biologi berbasis mengimplementasikannya pada pembelajaran,
inkuiri terbimbing pada materi sistem 3) Hasil penelitian pengembangan ini yang
pencernaan makanan ini dapat dilihat dari berupa modul dapat digunakan di SMA/ MA
basis modul yaitu inkuiri terbimbing yang pada kelas XI MIPA.
diperuntukan untuk peserta didik yang belum
terbiasa belajar dengan pendekatan inkuiri, Daftar Pustaka
pada modul ini juga tidak hanya untuk
pembelajaran mandiri tetapi dalam proses Anderson, L. W. 2010. Kerangka Landasan
penemuan konsep dilakukan secara untuk Pembelajaran, Pengajaran dan
berkelompok. Pembelajaran inkuiri yang ada Asesment. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
pada modul ini juga dapat meningkatkan Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu
kemampuan Keterampilan Proses Sains peserta Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
didik, 2) Kelayakan modul biologi berbasis Cipta
inkuiri terbimbing pada materi sistem ................., 2005. Dasar-dasar Evaluasi
pencernaan makanan ini dapat dilihat dari hasil Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
validasi yang dilakukan oleh validator ahli. Astuti, U. 2014.Peningkatan Keterampilan
Hasil validasi yang dilakukan ahli materi Proses Sains Menggunakan Pendekatan
mendapat skor rata- rata 88,5%, dengan SAVI di SMAN 1 Bangguntapan Kelas
kriteria sangat baik, artinya modul ini dilihat XI (skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan
dari sisi materi sangat relevan sebagai modul Kalijaga.
pembelajaran. Hasil validasi ahli media Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010.
menunjukkan skor rata- rata 97,26%, dengan Paradigma Pendidikan Nasional Abad
kriteria sangat baik, artinya modul ini sangat XXI.Jakarta: BNSP.
layak digunakan oleh peserta didik maupun Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.
guru. Hasil validasi ahli bahasa Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus
menunjukakkan skor rata- rata 80%, dengan dan Contoh/Model Silabus MA/SMA
kriteria baik, artinya modul ini dilihat dari segi Mata Pelajaran Biologi. Jakarta:
bahasa/ keterbacaan modul layak sebagai Departemen Pendidikan Nasional.
modul pembelajaran, 3) Keefektivan modul Balitbang Kementerian Pendidikan dan
inkuiri terbimbing ditunjukan oleh adanya Kebudayaan. 2013. Hasil Ujian
kenaikan kemampuan KPS peserta didik. Nasional SMA/SMK se-Indonesia.
Rerata kemampuan KPS pada kelas model Jakarta: Kemendikbud.

131
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Bell, T. 2009. Collaborative Inquiry Learning: Impementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Models, Tools, and Challenges, Kemendikbud.
International Journal of Science Kimball, J. W, 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:
Education. 32 (3) :349-377. Erlangga.
Brotowidjoyo, M. D. 1994.Zoologi Dasar. Prayitno, B, A, 2011.Pengembangan
Jakarta: Erlangga. Perangkat Pembelajaran IPA SMP
Chrisyanto, P, 2013. Pengaruh Penggunaan Berbasis Inkuiri Terbimbing Dipadu
Lembar Kerja siswa (LKS) Berbasis Kooperatif STAD Serta Pengaruhnya
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat
Materi Pokok Keragaman Sistem Tinggi, Metakognisi, Dan Keterampilan
Organisasi Kehidupan. (Kuasi Proses Sains Pada Siswa Akademik Atas
Eksperimental pada Siswa Kelas VII Dan Bawah. (disertasi). Malang:
Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar program pasca sarjana UM.
Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Purwanto.2007. Pengembangan Modul.
(abstrak). Bandar Lampung: UNILA Jakarta: Depdiknas Pusat Informasi dan
Dahar, RW. 2006. Teori Teori Belajar & Komunikasi Pendidikan.
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Putri, 2013. Pengembangan Modul Interaktif
Daryanto, 3013. Menyusun Modul (bahan ajar Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Pokok
untuk persiapan guru dalam mengajar). Bahasan Fluida di SMKN 6 Surakarta
Yogyakarta: Gava Media. (tesis). Surakarta: Prodi Pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Sains PPs UNS.
Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta: Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Mengajar Biologi. Malang: Universitas
Feyzioglu, B.2009. An Investigation of the Negeri Malang.
Relationship between Science Process Siska, M, 2013.Peningkatan Keterampilan
Skills with Efficient Laboratory Use and Proses Sains Siswa SMA Melalui
Science Achievement in Chemistry Pembelajaran Praktikum Berbasis
Education. Journal of Turkish Science Inkuiri pada Materi Laju
Education, 6 (3): 114- 132. Reaksi(abstrak). Jurnal Riset dan
Hake, R.R. 1998. Interactive Engagement Praktikum Pendidikan Kimia FPMIPA
Versus Traditional Method: A Six UPI. 1(1)
Thousand Student Survey of Mechanics Subali, B, 2011. Pengukuran Kreativitas
Test Data for Introductory Physics Keterampilan Proses Sainsn dalam
Course. Am. J. Phus. Konteks Assesment for Learning. Jurnal
Haryono, 2006. Model Pembelajaran Berbasis Cakrawala Pendidikan, 1 (XXX): 141
Peningkatan Keterampilan Proses Sains Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Jurnal Online Universitas Negeri Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Surabaya, 7(1): 1-13. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Johnson, EB. 2009. Contextual Teaching and Suja, 2006. Profil Kompetensi Keterampilan
Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Proses Sains Siswa Sekolah Dasar di
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan
Bandung: Mizan Media Utama. dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 4(XXXIX):775.
2013. 8 Standar Nasional Pendidikan. Suprijono, A, 2012. Cooperative learnng Teori
Jakarta: Kemendikbud. dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakartan:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pustaka Pelajar.
2014. Dokumen Kurikulum 2013. Toharudin, U., Hendrawati, S., Rustaman, A.
Jakarta: Kemenndikbud. 2011. Membangun Literasi Sains
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
2014. Materi Pelatihan Guru

132
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 5, No. 2, 2016 (hal 122-133)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran


Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
............., 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progersif. Jakarta: Kencana
............, 2010. Model Pembelajaran Terpadu
Konsep, Strategi dan Implementasinya
dalam KTSP. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wardani, S, 2009. Peningkatan Hasil Belajar
Siswa melalui pendekatan Keterampilan
Proses Sains Siswa Berorientasi
Problem-Based Instruction (skripsi).
Semarang: Pendidikan Kimia Unnes
Wena, M, 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi
Aksara.
Wenning, J. C, 2012. Levels of inquiry: using
inquiry spectrum learning squences to
teach science. Illionis, USA:
Department of Physics, Illionis State
University.
Wenning, J. C, 2012. Levels of inquiry:
Hierarchies of pedagogical practices
and inquiry processes. Illionis, USA:
Department of Physics, Illionis State
University.
Wenno, I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar
Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta:
Inti Media.
Winataputra, U. S, 1994. Stategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

133

Anda mungkin juga menyukai