Anda di halaman 1dari 5

9.

Anda telah mengkaji terkait dengan NGSS melalui tugas kajian buku NGSS, anda diminta memberikan penjelasan kajian secara
komprehensif antara konsep terkait dengan prinsip implementasi NGSS dengan kurikulum IPA terbaru tingkat SMP dan SMA yang
berlaku di negeri Indonesia tercinta.
JAWABAN:
Next generation sience standar (NGSS) adalah standar dengan tujuan. K- 12 standar isi ilmu mencakup setiap kelas dan setiap
disiplin ilmu, pengaturan harapan untuk apa siswa harus tahu dan mampu melakukan dalam ilmu.
Melalui pembelajaran NGSS menekankan bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya serangkaian fakta terisolasi. Kesadaran ini
memungkinkan siswa untuk melihatilmu lebih sebagai dunia yang saling terkait penyelidikan dan fenomena daripada set statis
disiplin ilmu.
NGSS merupakan pergeseran mendasar dalam pendidikan sains dan memerlukan pendekatan yang berbeda untuk ilmu mengajar dari
memilikitelah dilakukan di masa lalu. Ke depan, guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk melibatkan siswa dan menciptakan
peluang untukmenunjukkan pemikiran dan pembelajaran mereka.
Pembelajaran NGSS lebih menekankan pada:
1. Belajar dari ide terputus daripertanyaan tentang fenomena
2. Guru memberikan informasi kepadaseluruh kelas
3. Guru mengajukan pertanyaan dengan hanya satujawaban benar
4. Peserta didik membaca buku teks dan menjawabpertanyaan di akhir setiap bab
5. Lembar kerja
6. Penyederhanaan kegiatan untuk siswayang dianggap "kurang mampu" untuk melakukansains dan teknik

Prinsip implementasi kurikulum IPA tingkat SMP dan SMA antara lain:
1. Menekankan pada pembelajaran IPA yang seimbang antara konsep, proses dan aplikasinya;
2. Mengembangkan kemampuan kerja ilmiah yang mencakup proses dan sikap ilmiah;
3. Memungkinkan siswa mengkonstruksi dan mengembangkan konsep IPA (dan saling keterkaitannya) serta nilai, sikap dan kerja
ilmiah siswa;
4. Memberikan siswa kesempatan untuk mendemostrasikan kemampuan dalam mencari, memilih, memilah, dan mengolah informasi
serta memaknainya selama proses pembelajaran, sehingga dapat dinilai potensi dan hasil belajarnya secara adil.

Dari perbedaan antara konsep dan prinsip terkait antara kurikulum Next generation science standar dan kurikulum 2013 di atas
bahwa pada proses pembelajaran

10. Negara maju termasuk USA sudah mempublikasikan tentang NGSS termasuk negara tetangga Indonesia dengan Kurikulum masa
depan. Kurikulum mata pelajaran sains/IPA hampir di banyak negara merupakan satu mata pelajaran penting terkait dengan
kemajuan negara dalam bidang teknologi khususnya. Selain itu hasil tes internasional anak bangsa Indonesia berada di kelompok
sangat bawah dari peserta lainnya. Berikan kajian bersifat evaluatif terkait dengan kurikulum pendidikan sains (SMP dan SMA) di
tingkat satuan pendidikan di Indonesia yang didukung fakta-fakta terbaru dari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga
generasi bangsa Indonesia tidak tertinggal dalam semua aspek khsusnya terkait dengan sains.
JAWABAN:

Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam.Hakikat sains meliputi empat unsur, yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahutentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifat open
ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4)
aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini ditambah lagi satu yaitu kreativitas (Kemendiknas:
2011).
Kurikulum sains (IPA) mencakup ruang lingkup bahan ajar, proses pembelajaran, dan assessment atau penilaian. Ruang lingkup
bahan ajar untuk peserta didik kelas 1 9 walaupun terpadu dan kelihatannya sama, namun sebenarnya beda, yang membedakan adalah dari
segi dimensi pengetahuan (knowlege) dan dimensi proses. Di samping itu, bahan ajar sains untuk siswa kelas 10 12 diberikan tidak secara
terpadu, namun terpisah sesuai dengan cabang sains. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung, kontekstual
dan berpusat kepada siswa, guru bertindak sebagai fasilitator. Asesmen pada pembelajaran IPA SD, SMP dan SMA ditekankankan
pada: authentic assessment dan problem solving.
Pembelajaran sains yang selama ini terjadi di sekolah belum mengembangkan kecakapan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Pernyataan senada disampaikan Conny Semiawan (2000: 22) bahwa pembelajaran lebih banyak memaparkan
fakta, pengetahuan, dan hukum, kemudian biasa dihafalkan, bukan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata di
lingkungan dan masyarakat. Hal di atas disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran di kelas yang tidak berusaha mengaitkan konten
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan dan masyarakat.
Data kuantitatif hasil studi TIMSS (The Third International Mathematics and Science Study) dan PISA (Programe for International
Student Assessment). TIMSS tahun 2015yang menunjukkan Indonesia baru bisa menduduki peringkat 69 dari 76 negara. Ini merupakan hasil
yang kurang baik. Dalam hal ini pendidikan sains di Indonesia kurang dalam memperkenalkan kerja ilmiah, padahal ini merupakan ciri
penting pada mata pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA sebaiknya secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Dengan minimnya
pembelajaran IPA dengan kerja ilmiah tersebut berarti sikap ilmiah juga menjadi minim. Untuk siswa kelas 7 12, nampak bahwa kerja
ilmiah, pemecahan masalah dan menggunakan cara berpikir lebih tinggi (analisis) banyak digunakan dalam pembelajaran IPA.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/06/18/peringkat-pendidikan-indonesia-masih-rendah-37218

Kurikukulum pendidikan sains masa depan yaitu kurikulum pendidikan sains yang sesuai dengan hakikat sains.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dibangun dengan prinsip-prinsip sains adalah pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang berusaha mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
peserta didik menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka sehari-hari (Blancard, 2001 dan Johnson, 2002). Untuk
mewujudkan pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti di atas, proses pembelajaran harus menekankan pada: making meaningful
connection, constructivism, inquiry, critical and creative thinking, learning community, dan using authentic assessment.
Menurut University of Washington, beberapa strategi pembelajaran berikut ini menempatkan peserta didik dalam konteks sesuai
CTL. Pembelajaran autentik, yakni pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dalam konteks sebenarnya, yaitu kehidupannya
sehari-hari (daily lives). Pembelajaran berbasis inkuiri, yakni strategi pembelajaran yang berpola pada metode ilmiah, observasi dilakukan,
masalah ditemukan, dirumuskan hipotesis, kemudian hipotesis diuji dengan eksperimen, sehingga diperoleh kesimpulan. Pembelajaran
berbasis masalah, yakni pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata (real-world) sebagai konteks bagi peserta didik
untuk berpikir kritis dan melatih keterampilan problem solving.
Pembelajaran berbasis kerja, yakni pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari konten mata pelajaran (subject matter) dan bagaimana sebaliknya, menggunakan konten di tempat kerja Nur (2001).
Pembelajaran kontekstual, dapat mengubah kebiasaan guru dalam mendominasi kelas pem-belajaran. Dengan berbagai aktivitas,
misalnya: praktikum, diskusi, presentasi, mengerjakan tugas, mengerjakan LKS, atau membaca untuk menemukan kata atau kalimat-kalimat
kunci, atau merancang tugas-tugas kelompok di rumah, 70% dari waktu di kelas menjadi dimanfaatkan oleh peserta didik untuk membangun
pengetahuannya sendiri secara konstruktivis. Memang dalam berbagai kegiatan tersebut, guru tetap terlibat dalam proses pembimbingan
tetapi pembimbingan itu bersumber dari pertanyaan atau kebutuhan peserta didik.
Penilaian tidak hanya menilai produk tetapi juga menilai proses yang dialami peserta didik selama kegiatan pemebelajaran. Penilaian
yang hanya mengunggulkan produk, apalagi hanya kognitif, jelas tidak cukup dan sering bersifat artifisial. Maka, penilaian performan,
proyek, jurnal sains, dan portofolio yang merupakan bentuk-bentuk penilaian autentik menjadi amat penting dilakukan oleh seorang guru.
Dengan penilaian autentik, guru tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih mendalam, yaitu menilai apa yang
dapat dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Budi Jatmiko (2007), kurikulum sains masa depan terkait konten, proses pembelajaran, dan penilaian yaitu sebagai berikut:
1. Konten
a. IPA harus diajarkan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu produk, proses, dan aplikasi metode ilmiah dalam kehidupan sehari-
hari;
b. Kerja ilmiah mulai diajarkan kepada siswa kelas 4 dan terus berkelanjutan sampai kelas 12;
c. Menekankan pada pembelajaran Inkuiri, kontekstual, dan pemecahan masalah;
d. Penggolongan materi dari seluruh jenjang kelas sebaiknya sama, yang membedakan hanyalah dimensi pengetahuan dan
dimensi kognitif.
e. Kerja ilmiah sebaiknya diberikan pada seluruh jenjang untuk seluruh level kelas, yaitu untuk menumbuhkan pengertian dan
kemampuan yang berhubungan dengan konsep-konsep melalui pengalaman pendidikan.
2. Pembelajaran
a. Perencanaan pembelajaran diarahkan kepada pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah;
b. Berpusat kepada siswa, guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator;
c. Pengembangan lingkungan belajar sebagai sumber belajar kontekstual
d. Menciptakan komunitas pebelajar IPA;
e. Menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan pendekatan keterampilan proses, untuk
mengembangkan kemampuan menafsirkan data, dan informasi (narasi, gambar, bagan, tabel) serta menarik kesimpulan;
3. Sistem Penilaian
a. Penilaian mengukur konsep dan proses IPA;
b. Menggunakan penilaian keterampilan proses dan portofolio;
c. Penilaian terhadap pengetahuan tingkat tinggi dan pemecahan masalah perlu digalakkan;
d. Perlu digalakkan penilaian terhadap kreativitas siswa melalui tugas-tugas mandiri (proyek dan produk);
e. Perlu digalakkan penilaian kinerja;
f. Penilaian dilakukan secara authentik, berbasis data dan jujur.

Anda mungkin juga menyukai