Anda di halaman 1dari 8

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH
PADA MATERI POLUSI SERTA DAMPAKNYA PADA MANUSIA DAN
LINGKUNGAN SISWA KELAS XI SMK PANCASILA PURWODADI

Mingle A Pistanty1, Widha Sunarno2, Maridi3


1 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
minglepistanty@gmail.com
2 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
widhasunarno@gmail.com

3 Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
Maridi_uns@yahoo.co.id

Abstrak

Pelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan
lingkungan, mengetahui kelayakan modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan lingkungan,
mengetahui efektivitas modul IPA berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada manusia dan lingkungan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan Research and Development yang dikemukakan oleh Thiagarajan,
meliputi tahapan define, design, develop, disseminate. Pengembangan modul dinilai berdasarkaan kelayakan
materi, perangkat pembelajaran, media, dan bahasa oleh 3 dosen, 1 pakar bahasa, dan 1 guru. Pengumpulan
data kemampuan memecahkan masalah menggunakan tes. Tahap pengembangan modul IPA berbasis
Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta
dampaknya pada manusia dan lingkungan menggunakan model 4D meliputi tahapan define berupa analisis
kebutuhan, tahap design berupa penyusunan draft modul, tahap develop berupa validasi draft modul, setelah
valid dilakukan uji coba skala terbatas pada 10 siswa yang kemudian memperoleh kritik dan saran. Perbaikan
draft modul dilakukan sesuai kritik dan saran menjadi draft 2 produk dan tahap terakhir dilakukan
disseminate pada 30 siswa untuk mengetahui efektivitas modul. Modul yang dikembangkan memiliki
kualitas dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran IPA. Ada peningkatan
kemampuan memecahkan masalah selama pembelajaran menggunakan modul IPA berbasis Problem Based
Learning untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada materi polusi serta dampaknya pada
manusia dan lingkungan, ditunjukkan oleh besarnya N-gain sebesar 0,62 dengan kategori sedang.

Kata kunci: Modul, Problem Based Learning, dan Kemampuan Memecahkan Masalah

Pendahuluan obyektif dan jujur. Ketiga komponen tersebut


Sains memiliki komponen yang terdiri harus terpenuhi secara menyeluruh, agar
dari produk, proses dan sikap. Produk dapat dikatakan secara utuh sebagai sains.
mencakup semua fakta, konsep, prinsip, Pembelajaran sains tidak hanya terbatas pada
hukum, teori dan pengetahuan. Proses belajar fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi
mencakup proses berpikir dan proses ilmiah juga belajar tentang cara memperoleh
untuk menemukan dan mengembangkan informasi, menerapkan teknologi dalam
konsep dan pengetahuan. Sedangkan sikap sains, bekerja secara ilmiah, dan kemampuan
mencakup sikap ilmiah seperti ingin tahu, berpikir (Izaak, 2008). Toharudin, dkk

68
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

(2011), menyatakan tujuan dari pendidikan High School”. Penelitian-penelitian tersebut


sains adalah meningkatkan kompetensi yang menunjukkan bahwa kemampuan
dibutuhkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah siswa perlu di
memenuhi kebutuhan dalam berbagai situasi. tingkatkan untuk mempersiapkan siswa di
Pembelajaran sains juga dituntut untuk masa mendatang.
menyiapkan siswa agar memiliki kemampuan Rendahnya kemampuan memecahkan
berpikir tingkat tinggi sehingga akan masalah siswa juga dialami oleh siswa di
terbentuk sumber daya manusia yang dapat SMK Pancasila Purwodadi. Hal tersebut
berpikir kritis, berpikir kreatif, inovatif, dapat disimpulkan dari hasil wawancara
membuat keputusan dan memecahkan dengan guru IPA dan beberapa siswa di
masalah (Liliasari, 2011). sekolah tersebut. Setelah kegiatan wawancara
Trilling & Hood (1999) secara tegas maka didapatkan kesimpulan bahwa guru
menunjuk kemampuan memecahkan masalah jarang melakukan kegiatan yang mendorong
sebagai bagian dari 7 jenis keterampilan yang siswa memecahkan suatu masalah, dalam
dituntut untuk dijadikan student’s Learning mencari referensi tentang suatu masalah
outcome di sekolah-sekolah lanjutan. Para masih sangat terbatas, siswa merasa bosan
ahli pendidikan dari Yosemite Community dengan metode pembelajaran yang digunakan
College District (YCCD) dari Mesa College guru, siswa kurang peduli terhadap masalah
juga menegaskan bahwa untuk abad lingkungan di sekitar mereka, tidak terdapat
pengetahuan, hasil belajar (student Learning bahan ajar yang melatihkan kemampuan
outcome) yang dituntut mulai disiapkan di memecahkan masalah. Fakta tersebut
sekolah menengah mencakup kemampuan menjadi faktor rendahnya kemampuan
pemecahan masalah, keterampilan memecahkan masalah siswa.
berkomunikasi global, keterampilan IT, dan Penelitian yang dilakukan oleh King
kemampuan soft skill lainnya (YCCD, 2005). (1993) menemukan bahwa pendekatan
Kemampuan memecahkan masalah konstruktivisme sangat efektif digunakan
dapat membantu siswa membuat keputusan untuk mengajarkan sains dan matematika
yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan dalam membantu peserta didik untuk
mempertimbangkan berbagai sudut pandang. mengkonstruksi dan memahami ilmu
Sebaliknya, kurangnya kemampuan- pengetahuan. Toharudin (2011), menyatakan
kemampuan ini mengakibatkan siswa pada bahwa salah satu model pembelajaran
kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa dengan teori konstruktivisme dan mampu
mengetahui tujuan dan alasan melakukannya meningkatkan literasi sains siswa Indonesia
(Takwim, 2006). Nurhadi & Senduk, (2004), yang masih rendah adalah Problem Based
menyatakan bahwa kenyataan yang terjadi Learning. Problem Based Learning
dilapangan, menunjukkan kemampuan konsisten dengan pandangan filosofi
pemecahan masalah sains yang dimiliki pembelajaran sekarang terutama
siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari konstruktivisme. Teori-teori konstruktivis
beberapa penelitian antara lain: penelitian tentang belajar yang menekankan pada
yang dilakukan oleh Vandalita Maria (2013) kebutuhan peserta didik untuk
dengan judul penelitian “Pengembangan menginvestigasi lingkungan dan
Paket Media Pembelajaran Berbasis mengkonstruksi pengetahuan secara personal
Lingkungan untuk Memfasilitasi Kemampuan memberi dasar teoritis pada model Problem
Pemecahan Masalah Kehidupan Terkait Based Learning. Beberapa teori konstruktivis
Konsep IPA Biologi Siswa Kelas VII SMP”, adalah Piaget dengan teori kognitifnya,
Wasiso (2013) dengan judul penelitian Vygotsky dengan konsep zona of proximal
“Bervisi Sets Untuk Meningkatkan development, dan Brunner yakni teori tentang
Kemampuan Pemecahan Masalah IPA Dan scaffolding.
Kebencanaan Oleh Siswa”. Wan Syafii1 & Problem Based Learning
Ruhizan Mohd Yasin (2013) dengan judul membantu peserta didik membangun
“Problem Solving Skills and Learning penalaran dan komunikasi agar peserta didik
Achievements through Problem-Based dapat bersaing pada abad 21. Problem Based
Module in teaching and learning Biology in Learning memberikan banyak manfaat bagi

69
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

peserta didik untuk mengembangkan materi alam sekitar. Modul IPA di SMK
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti tidak mengandung materi tentang fisika
berpikir kritis,menemukan dan menggunakan seperti pada SMP karena pelajaran fisika
sumber-sumber belajar, mengembangkan menjadi materi tersendiri. Hasil wawancara
kemampuan bekerja kooperatif, dan belajar guru dan siswa mengenai modul IPA di SMK
sepanjang hayat. Tan (2003) menyatakan Pancasila mendapatkan hasil bahwa guru
bahwa pendidikan di abad 21 berkaitan sering dibingungkan dalam menggunakan
dengan masalah dunia nyata sehingga model/ metode pengajaran yang sesuai
Problem Based Learning relevan untuk dengan hakikat sains pada kegiatan dalam
diterapkan. Problem Based Learning dapat modul, ketersediaan materi pada modul
diaplikasikan di tingkat pendidikan SMP- membuat siswa malas mencari sumber
Perguruan Tinggi karena Problem Based belajar lain, kurang meningkatkan
Learning berbasiskan pada masalah, yang kemampuan memecahkan masalah siswa.
melibatkan aktivitas berpikir untuk Siswa merasa bosan belajar dengan modul
memecahkan masalah, berkorelasi dengan karena sifatnya yang tekstual, tidak memiliki
fungsi kognitif yang berisi berbagai macam daya adaptif yang tinggi terhadap
aktivitas berpikir (Izzaty, 2006). Selain itu perkembangan ilmu dan teknologi, modul.
Problem Based Learning memanfaatkan Ketepatan model/metode pembelajaran akan
intelegensi dari individu, kelompok, dan mempermudah guru dalam membelajarkan
lingkungan untuk memecahkan masalah yang materi dan tercapainya tujuan pembelajaran
bermakna, relevan, dan kontekstual dalam IPA (Depdiknas 2008). Tercapainya tujuan
proses pembelajaran sehingga diperlukannya pembelajaran IPA salah satunya adalah
bahan ajar yang sesuai dengan model mengembangkan keterampilan menyelidiki
pembelajaran Problem Based Learning alam, memecahkan masalah, dan membuat
tersebut (Duch, dkk ,1999). keputusan memerlukan model/metode
Toharudin (2011), bahan ajar dapat pembelajaran yang tepat (Depdiknas 2008).
menjembatani, bahkan memadukan antara Pemilihan materi dilakukan dengan
pengalaman dan pengetahuan peserta didik. menggunakan analisis pada soal UAS tahun
bahan ajar secara sederhana dapat 2012/2013. Metode ini digunakan karena
dirumuskan sebagai segala sesuatu yang pada tingkat SMK tidak terselenggaranya
dapat memberi kemudahan kepada peserta ujian nasional (UN) IPA, sehingga penentuan
didik dalam upaya memperoleh sejumlah materi pada modul yang akan dikembangkan
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan didapat dari hasil analisis soal IPA pada
ketrampilan dalam proses belajar mengajar kegiatan UAS. Hasil analisis soal diperoleh
(Toharudin, 2011). Bahan ajar yang dari jumlah siswa yang menjawab benar dan
memudahkan tercapainya tujuan salah pada tiap item soal, dengan jumlah
pembelajaran efektif, efisien dan dimiliki siswa yang mengikuti UAS sebanyak 220
guru dan siswa adalah modul (Depdiknas, anak. Analisis soal UAS berdasarkan kisi-kisi
2008). Modul merupakan bahan ajar cetak dan dengan kategori siswa yang menjawab
yang dirancang untuk dapat dipelajari secara salah > 100 anak. Dari penetapan kategori
mandiri oleh peserta pembelajaran. Guru tersebut didapatkan hasil bahwa soal pada no
tidak secara langsung memberi pelajaran atau 17-27 memiliki jawaban dengan jumlah
mengajarkan sesuatu kepada siswa dengan siswa menjawab salah > 100 anak. Dengan
tatap muka, tetapi cukup dengan modul berisi jumlah siswa menjawab salah terbanyak
materi, metode, batasan-batasan, dan cara yaitu 207 siswa terdapat pada nomor 20 dan
mengevaluasi yang dirancang secara 193 anak menjawab salah pada soal no. 21.
sistematis dan menarik untuk mencapai Berdasarkan kisi-kisi soal pada no 20 dan 21
kompetensi yang diharapkan tentunya dengan membahas tentang polusi serta dampaknya
karakteristik modul (Depdiknas, 2008). pada manusia dan lingkungan.
Salah satu modul yang terdapat di Berdasarkan latar belakang di atas,
SMK adalah modul IPA. Penggunaan istilah maka perlu diadakan penelitian untuk
modul IPA dalam SMK dimaksudkan meningkatkan kemampuan memecahkan
sebagai modul pembelajaran sains dengan peserta didik dengan langkah pada model

70
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Problem Based Learning yang dimuat dalam pembelajaran, bahasa dan pengembangan
suatu modul yang memanfaatkan teknologi modul oleh 3 dosen, 1 pakar bahasa, dan 1
sebagai tempat peserta didik mencari sumber guru. Pengumpulan data kemampuan
belajarnya sendiri. Maka perlu diadakan memecahkan masalah menggunakan tes. Tes
suatu penelitian pengembangan dengan judul digunakan untuk mengumpulkan data
“Pengembangkan Modul IPA Berbasis kemampuan memecahkan masalah sebelum
Problem Based Learning untuk dan sesudah penerapan modul IPA berbasis
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan problem based learning untuk meningkatkan
Masalah pada Materi Polusi serta kemampuan memecahkan masalah pada
Dampaknya pada Manusia dan Lingkungan. materi polusi serta dampaknya pada manusia
Tujuan dari penelitian ini sebagai dan lingkungan.
berikut: (1) Untuk mengetahui karakteristik Analisis data hasil tes kemampuan
modul IPA berbasis problem based learning memecahkan masalah yang diperoleh dari
untuk meningkatkan kemampuan pretest dan postest dengan jumlah soal
memecahkan masalah pada materi polusi sebanyak 30 butir soal multiple choice. Tes
serta dampaknya pada manusia dan ini digunakan untuk mengukur kemampuan
lingkungan; (2) untuk mengetahui kelayakn memecahkan masalah terhadap materi polusi
modul IPA berbasis problem based learning serta dampaknya pada manusia dan
untuk meningkatkan kemampuan lingkungan. Soal digunakan sebagai
memecahkan masalah pada materi polusi instrument pengambilan data berdasarkan
serta dampaknya pada manusia dan indicator tujuan belajar dan indicator
lingkungan; (3) untuk mengetahui efektivitas kemampuan memecahkan masalah.
modul IPA berbasis problem based learning Peningkatan kemampuan memecahkan
untuk meningkatkan kemampuan masalah sebelum dan sesuadah menggunakan
memecahkan masalah pada materi polusi modul IPA berbasis problem based learning
serta dampaknya pada manusia dan pada materi polusi serta dampaknya pada
lingkungan. manusia dan lingkungan dianalisis
menggunakan gain faktor ternormalisasi (N-
Metode Penelitian Gain).

Penelitian dilaksanakan di SMK Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pancasila Purwodadi dari bulan September
2013 sampai dengan Oktober 2014. Analisis ujung depan pada tahap define
Penelitian ini merupakan penelitian research yang terdiri dari tahap studi lapangan dan
and development (R&D) menggunakan analisis materi. Tahap observasi
model 4D meliputi tahapan define, design, menggunakan pedoman Standart Nasional
develop, dan disseminate yang dikemukakan Pendidikan (SNP) yang terdiri dari 8 standar.
oleh Thiagarajan (1974) untuk menghasilkan Hasil observasi menunjukkan adanya selisih/
produk berupa modul IPA berbasis problem GAP yang terdapat pada standart 1, 2, 3, 4,
based learning untuk meningkatkan dan 8. Selisih antara skor maksimal dan skor
kemampuan memecahkan masalah pada yang diperoleh paling banyak terdapat pada
materi polusi serta dampaknya pada manusia standart no. 4 yaitu sebesar 3,71%, lalu pada
dan lingkungan. standart no. 3 dan standart no. 5 yaitu sebesar
Subyek penelitian terdiri dari subyek 3,24%, standart no. 8 terdapat selisih sebesar
uji coba skala terbatas sebanyak 10 anak 2,78, dan pada standart no. 1 terdapat selisih
siswa kelas XI TAV SMK Pancasila sebesar 2,31%. Dari hasil SNP tersebut maka
Purwodadi yang diperoleh dengan teknik nilai GAP tertinggi terdapat pada standart no.
random sampling dan subyek uji coba skala 4 yaitu standart pendidik dan tenaga
luas pemakaian produk sebanyak 25 anak kependidikan. Nilai GAP tertinggi berikutnya
siswa kelas XI TKR 1 SMK Pancasila terdapat pada standart no. 3 yaitu standart
Purwodadi dengan teknik classter sampling. kompetensi lulusan dan pada standart no. 5
Pengembangan modul dinilai yaitu standart sarana dan prasarana.
berdasarkan kelayakan materi, perangkat

71
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Setelah melakukan studi lapangan, dipahami, berwarna, materinya lengkap dan


untuk menentukan materi dengan tingkat selalu terbaharui tapi tata bahasa yang
ketuntasan rendah maka dilakukan analisis digunakan mudah dipahami serta tidak
pada hasil UAS mapel IPA tahun 2012/2013. membingungkan. Fasilitas yang digunakan
Hasil analisis soal dengan jumlah siswa terkadang menggunakan internet atau bahkan
sebanyak 220 anak, diperoleh hasil bahwa tidak sama sekali. Internet digunakan bila
jumlah tertinggi siswa yang menjawab salah diperlukan untuk mencari materi. Guru
sebesar 207 siswa pada nomor 20 dan nomor terkadang mengajarkan siswa memecahkan
21 sebanyak 193 siswa yang menjawab salah. masalah namun usaha meningkatkan
Berdasarkan kisi-kisi. Soal nomor 20 dan 21 kemampuan memecahkan masalah dirasa
membahas tentang polusi serta dampaknya kurang optimal. Evaluasi hasil belajar siswa
pada manusia dan lingkungan. Berdasarkan hanya dilihat dari aspek kognitif dan afektif.
hasil analisis tersebut maka modul yang Hal ini terjadi karena kurangnya kegiatan
dikembangkan membahas materi polusi serta praktikum atau percobaan sehingga aspek
dampaknya pada manusia dan lingkungan. psikomotorik siswa tidak di evaluasi oleh
Pengumpulan informasi dilanjutkan guru.masalah yang dihadapi siswa ketika
dengan analisis kebutuhan yang dilakukan KBM antara lain, guru menerangkan hanya
dengan wawancara guru dan siswa Hasil dengan ceramah terkadang malah tidak
wawancara diperoleh kesimpulan bahwa guru sesuai materi, contoh-contoh yang diberikan
menggunakan metode mengajar ceramah, guru juga tidak up to date, siswa malas
diskusi dan terkadang PBL, hal tersebut belajar karena sudah ada modul, sarana
dikarenakan siswa lebih mudah memahami seperti LCD kurang dan Wifi masih lambat.
materi jika di jelaskan. Buku ajar yang Tahap perencanaan (design) dimulai
dipakai menggunakan buku ajar dari dengan penyusunan perangkat pembelajaran,
kementrian pendidikan dan menggunakan penyusunan soal evakuasi kemampuan
modul yang ada dipasaran. Guru hanya memecahkan masalah, penyusunan modul
sesekali menggunakan internet. Internet berbasis Problem Based Learning, dan
digunakan untuk mencari materi atau pembatasan pada lingkup penelitian.
digunakan siswa untuk mencari jawaban Tahap pengembangan (develop)
yang tidak ada di buku atau modul yang melalui dua langkah yaitu; 1) penilaian ahli
digunakan. Guru terkadang mengajarkan cara yang diikuti dengan revisi; 2) uji joba skala
memecahkan masalah, namun masih terbatas. Tujuan kedua tahapan tersebut
kesulitan dalam penilaian kemampuan untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat
memecahkan masalah karena tidak pembelajaran setelah melalui revisi
mengetahui jenis soal dan alat ukur yang berdasarkan masukan para ahli dan praktisi
tepat dalam menganalisis peningkatan serta data hasil uji coba skala terbatas. Pada
kemampuan memecahkan masalah siswa. penilaian validitas ahli dimulai dengan 3
valuasi yang dilakukan guru masih terbatas dosen dan 1 ahli bahasa. Hasil validasi pada
pada kognitif dan afektif. Hal ini terjadi komponen materi diperoleh presentase 95%
karena kurangnya jam pelajaran sehingga dengan kategori sangat layak. Hasil validasi
jarang dilakukan praktikum atau percobaan. pengembangan modul diperoleh 84,6%
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kategori sangat layak untuk penilaian
terhadap siswa SMK Pancasila didapatkan modul, 95,8% dengan kategori sangat layak
hasil bahwa guru sering menggunakan untuk bahasa/ keterbacaan, 89,3% dengan
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan kategori sangat layak untuk penyajian modul,
jarang menggunakan pemecahan masalah. 95% dengan kategori sangat layak untuk
Siswa lebih mudah memahami materi jika pengembangan modul, 93,2% dengan
guru menerangkan secara jelas kemudian kategori sangat layak untuk desain dan
diskusi. Buku dan bahan ajar yang digunakan keterbacaan. Hasil validasi penilaian
guru dan siswa memakai buku yang ada di perangkat pembelajaran diperoleh hasil
pasaran dan menggunakan modul yang ada di 76,4% dengan kategori layak untuk silabus,
pasaran bila diperlukan saja. Menurut siswa 77,9% dengan kategori layak untuk RPP,
modul yang baik adalah modul yang mudah 78,1% dengan kategori layak untuk

72
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pengembangan soal kemampuan didapatkan hasil sebesar 0,62 dengan


memecahkan masalah. Hasil validasi kategori sedang. Hasil analisis pretest dan
penilaian bahasa diperoleh hasil 90,6% postest dapat dilihat pada tabel 1.
dengan kategori sangat layak. Perbaikan Tabel 1. Hasil Kemampuan Memecahkan
modul dilakukan berdasarkan saran validator Masalah Siswa Pretest dan Postest.
sehingga diperoleh draft 2 produk yang siap Hasil kemampuan Hasil evaluasi siswa
di uji cobakan pada skala terbatas yang No. memecahkan
Pre-test Post-test
terdiri dari 10 siswa dan 1 guru sebagai masalah
praktisi pendidikan. Hasil respon pada uji 1 Rata-rata 4,78 7,96
coba skala terbatas diperoleh rata-rata 3,4 2 Jumlah siswa 25 25
pada skala maksimal 4 dengan kategori baik. Nilai ketuntasan
3 7,5 7,5
Draft 2 produk modul diperbaiki sesuai saran minimal
4 Nilai tertinggi 7,7 9,7
yang diberikan siswa dan guru sehingga
5 Nilai terendah 2 5,3
diperoleh draft 3 produk yang siap di
6 Siswa tuntas 1 18
implementasikan pada uji coba skala luas.
7 Siswa tidak tuntas 24 7
Tahap terakhir dari penelitian ini
adalah penyebaran (disseminate) produk
berupa modul IPA berbasis Problem Based
Learning untuk meningkatkan kemampuan Kesimpulan dan Rekomendasi
memecahkan masalah pada materi polusi
serta dampaknya pada manusia dan Hasil temuan pada penelitian ini dapat
lingkungan siswa kelas XI SMK Pancasila disimpulkan bahwa: (1) Modul IPA berbasis
Purwodadi. Penyebaran produk dilakukan Problem Based Learning untuk
pada 2 guru IPA di 2 sekolah yaitu SMK meningkatkan kemampuan memecahkan
Pembangunan Nasional dan di SMK masalah pada materi polusi serta dampaknya
Muhammadiyah Purwodadi sekaligus dengan pada manusia dan lingkungan siswa kelas XI
uji coba skala luas yang bertujuan SMK Pancasila Purwodadi dikembangkan
mengetahui keefektivitasan modul IPA dengan karakteristik model pembelajaran
berbasis Problem Based Learning untuk Problem Based Learning.
meningkatkan kemampuan memecahkan Modul IPA berbasis Problem Based
masalah pada materi polusi serta dampaknya Learning untuk meningkatkan kemampuan
pada manusia dan lingkungan siswa kelas XI memecahkan masalah pada materi polusi
SMK Pancasila Purwodadi. Hasil penilaian serta dampaknya pada manusia dan
guru dan siswa dalam uji coba skala luas lingkungan siswa kelas XI SMK Pancasila
pada draft 3 modul sebesar 3,7 pada skala Purwodadi dikembangkan dengan model 4D
maksimum 4 dengan kategori sangat baik. yang meliputi define, design, develop, dan
Uji efektivitas modul dilakukan disseminate. Berdasarkan tahap define berupa
dengan membandingkan hasil pretest dan analisis ujung depan yang terdiri dari study
postest. rata-rata hasil belajar sebelum lapangan dan analisis materi. Tahap design
diberikan pembelajaran dengan modul adalah berupa penyusunan draft produk berupa
4,78, namun setelah diberikan pembelajaran modul IPA berbasis Problem Based Learning
menggunakan modul rata-ratanya menjadi untuk meningkatkan kemampuan
7,96. Nilai pretest dan postest kemudian memecahkan masalah pada materi polusi
diolah lagi untuk mengetahui tingkat serta dampaknya pada manusia dan
kenaikan hasil belajar untuk mengetahui lingkungan. Tahap develop, draft modul yang
efektifitas pembelajaran menggunakan modul divalidasi oeh dosen, ahli bahasa, dan guru
dengan rumus N-gain ternormalisasi. Hasil menjadi draft 2 produk, setelah di uji coba
perhitungan rata-rata kenaikan hasil belajar skala terbatas pada 10 siswa menjadi draft 3
dari 25 siswa adalah 3,176 dengan kualifikasi produk. Tahap terakhir dilakukan
kenaikan hasil kemampuan memecahkan disseminate, dengan penyebaran modul pada
masalah siswa sedang (Hake cit 2 guru IPA di 2 sekolah yaitu SMK
Widyaningrum, 2013).Setelah dilakukan Pembangunan Nasional dan uji coba skala
perhitungan N-gain ternormalisasi luas. (2) Modul IPA berbasis Problem Based

73
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Learning untuk meningkatkan kemampuan Daftar Pustaka


memecahkan masalah pada materi polusi
serta dampaknya pada manusia dan
lingkungan pada penilaian validasi ahli Djasmen Pandjaitan. 2008. Pelatihan
dimulai dengan 3 dosen dan 1 ahli bahasa. Pemanfaatan TIK untuk Pembelajaran.
Hasil validasi pada komponen materi Departemen Pendidikan Nasional.
Izaak H. Wenno. 2010. Pengembangan Model
diperoleh presentase 95% dengan kategori
Modul IPA Berbasis Problem Solving
sangat layak. Hasil validasi pengembangan Method Berdasarkan Karakteristik
modul diperoleh 84,6% dengan kategori Siswa dalam Pembelajaran Di
sangat layak untuk penilaian modul, 95,8% Smp/Mts. Cakrawala Pendidikan, Juni
dengan kategori sangat layak untuk bahasa/ 2010, Th. XXIX, no. 2. Ambon: FKIP
keterbacaan, 89,3% dengan kategori sangat Pattimura.
layak untuk penyajian modul, 95% dengan King, A. 1994. “Guiding Knowledge
kategori sangat layak untuk pengembangan Construction in the Classroom: Effects
modul, 93,2% dengan kategori sangat layak of Teaching Children How to Question
untuk desain dan keterbacaan. Hasil validasi and How to Explain.” American
Educational Research Journal, 34(2),
penilaian perangkat pembelajaran diperoleh
338-368.
hasil 76,4% dengan kategori layak untuk Liliasari. 2003. Peningkatan Mutu Guru dalam
silabus, 77,9% dengan kategori layak untuk Keterampilan Berpikir TingkatTinggi
RPP, 78,1% dengan kategori layak untuk Melalui Model Pembelajaran Kapita
pengembangan soal kemampuan Selekta Kimia Sekolah Lanjutan. Jurnal
memecahkan masalah. Hasil validasi Pendidikan Matematika dan Sains.
penilaian bahasa diperoleh hasil 90,6% Edisi III Tahun VIII,hal: 174 -181.
dengan kategori sangat layak. Hasil respon Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual
pada uji coba skala terbatas diperoleh rata- dan Penerapannya Dalam KBK.
rata 3,4 pada skala maksimal 4 dengan Malang: UM Press.
Takwim, Bagus. 2006. Mengajar Anak Berpikir
kategori baik. (3) Modul IPA berbasis
Kritis. (Online). (www.kompas.-com/-
Problem Based Learning untuk kesehatan/news/0605/05/093521.htm,
meningkatkan kemampuan memecahkan diakses 26 November 2013).
masalah pada materi polusi serta dampaknya Thiagarajan, S, Semmel, D dan Semmel, M.
pada manusia dan lingkungan terbukti dapat 1974. Instructional Development for
meningkatkan kemampuan memecahkan Training Teachers of Exceptional
masalah. Hal ini dapat dilihat pada hasil N- Children. Indiana: Indiana University.
Gain ternormalisasi sebesar 0,62 dengan Toharudin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A.,
kategori sedang. (2011). Membangun Literasi Sains
Rekomendasi dari hasil penelitian Peserta Didik. Bandung : Pendidikan.
Trilling, B. & Hood, P. 1999. Learning,
yang telah dilakukan adalah (1) Modul IPA
Technology, and Education Reform in
berbasis Problem Based Learning untuk the Knowledge Age (“We’re Wired,
meningkatkan kemampuan memecahkan Webbed, and Windowed, Now What?”
masalah pada materi polusi serta dampaknya (Online article).
pada manusia dan lingkungan dapat (www.wested.org/cs/we/view/rs/654,
dimanfaakan dalam pembelajaran untuk diakses 9 Juli 2013).
meningkatkan kemampuan memecahkan Vandalita Maria Magdalena Rambitan. 2013.
masalah; (2) hasil penelitian ini dapat Pengembangan Paket Media
digunakan sebagai acuan untuk Pembelajaran Berbasis Lingkungan
mengembangkan penelitian sejenis pada untuk Memfasilitasi Kemampuan
Pemecahan Masalah Kehidupan
materi berbeda. Pada tahap penyebaran,
Terkait Konsep IPA Biologi Siswa
peneliti dapat menyebarkan produk yang Kelas VII SMP. Naskah Dipublikasikan
dikembangkan lebih luas lagi sehingga dalam Proceding Jilid 1 UNS.
produk mudah dikenal oleh banyak peminat Surakarta: Universitas Mulawarman.
untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Wan Syafii1 & Ruhizan Mohd Yasin. 2013.
Problem Solving Skills and Learning
Achievements through Problem-Based

74
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 2, 2015 (hal 68-75)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Module in teaching and learning


Biology in High School. Canadian
Center of Science and Education,
Asian Social Science; Vol. 9, No. 12
tahun 2013, ISSN 1911-2017 E-ISSN
1911-2025. Universitas Riau:
Indonesia
Wasiso, S.J. 2013. Bervisi Sets Untuk
Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah IPA Dan
Kebencanaan Oleh Siswa. Journal of
Innovative Science Education.
Diterima Januari 2013 Disetujui
Februari 2013, Dipublikasikan Juni
2013, JISE 2 (1) (2013). UNNES:
Semarang
YCCD. 2005. Student Learning Outcomes.
(Online). (www.mt.liu.se/edu/-
Bologna/LO/-slo.pdf . diakses tanggal
27 Juni 20013)

75

Anda mungkin juga menyukai