Anda di halaman 1dari 5

Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869

Volume 11, Nomor 1, Januari 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA


MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHDAN
PEMBELAJARANICARE
Hadiansah1), Tresna Asriani Safitri2), Idad Suhada3)
1
Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN SGD Bandung
Email :hadiansah@uinsgd.ac.id
23
Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN SGD Bandung

APA Citation: Hadiansah, H. (2019). Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran ICARE. Quagga: Jurnal
Pendidikan dan Biologi, 11(1), 1-5. doi: 10.25134/quagga.v11i1.1525.

Received: 06-12-2018 Accepted: 03-01-2019 Published: 04-01-2019

Abstrak: Penelitian ini bertujuan membandingkan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang
mengikuti pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Pembelajaran ICARE
(Introduce, Connect, Apply, Reflect, Extend) pada konsep pencemaran lingkungan. Metode penelitian yang
digunakan adalah weak experiment dengan desain penelitian static-group comparison design. Sampel
penelitian menggunakan dua kelas di salah satu SMA Swasta terakreditasi A di kawasan Bandung Timuryang
memiliki kedudukan yang sama sebagai kelas eksperimen. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data
adalah soal kemampuan pemecahan masalah sebanyak 8 soal esai,angket respon siswa dan format observasi
proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan pemecahan masalah pada
kelas eksperimen 1 (PBL) sebesar 75.8 dengan kategori baik, dan pada kelas eksperimen 2 (ICARE) sebesar
62,3 dengan kategori cukup baik. Pelaksanaan kedua proses pembelajaran berjalan dengan baik serta
mendapat tanggapan yang positif dari siswa.Pembelajaran yang dilakukan memberikan kontribusi positif
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
Kata kunci: Kemampuan pemecahan masalah, PBL, ICARE

Abstract: This study aims to compare problem solving abilities between students who take part in learning using
the Problem Based Learning (PBL) and ICARE (Introduce, Connect, Apply, Reflect, Extend) Learning models
on the concept of environmental pollution. The research method used is a weak experiment with the design of
research group comparison design. The study sample used two classes in one of the A-accredited Private High
Schools in the East Bandung area which had the same position as the experimental class. The instruments used
for data retrieval are problem solving skills as many as 8 essay questions, student response questionnaires and
the learning process observation format. The results showed that the achievement of problem solving abilities in
the experimental class 1 (PBL) was 75.8 with good categories, and in the experimental class 2 (ICARE) of 62.3
with a fairly good category. The both implementation of the learning process went well and received positive
responses from students. Good Learning contributes positively to students' problem solving abilities.
Keywords :Problem solving ability, PBL, ICARE

1. PENDAHULUAN didik (Kamdi, 2012). Johnson (2000),


Proses pembelajaran pada satuan pendidikan mengemukakan keterampilan berpikir dapat
idealnya diselenggarakan secara interaktif, dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir
inspiratif, menyenangkan, menantang, kreatif. Kedua jenis berpikir ini disebut juga
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi (Liliasari, 2002).
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik yang banyak dibutuhkan pada proses-proses
serta psikologis peserta didik (Mulyasa, 2013). berpikir yang terjadi dalam short-termmemory.
Sesuai dengan tuntutan jaman yang semakin Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir
modern, kurikulum 2013 menyiratkan pesan tingkat tinggi meliputi evaluasi, sintesis, dan
bahwa pembelajaran harus dapat analisis (Anderson & Krathwohl, 2010).
mengembangkan kemampuan berpikir dengan Kemampuan berpikir tingkat tinggi terdiri atas
proses pengayaan pengalaman belajar peserta pengetahuan (knowledge), berpikir kreatif

1
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 1, Januari 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

(creative thinking), berpikir kritis (critical dan teknik untuk bertukar pendapat dan
thinking) dan pemecahan masalah (problem berinteraksi dengan orang lain (Munir, 2008).
solving) (Haladyna, 1997). Disisi lain pembelajaran ICARE meliputi 5
Kemampuan pemecahan masalah (KPM) langkah utama merupakan pembelajaran yang
merupakan salah satu kemampuan berpikir mirip dengan pembelajaran saintifik yang
tingkat tinggi yang harus dikembangkan sebagai menjadi standar proses pembelajaran pada
output dari proses pembelajaran untuk kurikulum 2013. Penggunaan ICARE sangat
membekali peserta didik kemampuan dalam memberi peluang kepada para peserta didik
memecahkan permasa-lahan sehari-hari di masa memiliki kesempatan mengaplikasikan apa yang
yang akan datang, baik secara mandiri maupun telah mereka pelajari dalam belajar (Kemdiknas,
berkelompok (Trianto, 2014). Sejalan dengan hal 2010). Pembelajaran ICARE merupakan proses
itu kemampuan pemecahan masalah didefinisi pembelajaran yang bersifat berbasis life
kan sebagai mencari jalan keluar dari kesulitan skillseperti yang disiratkan dalam kurikulum.
guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu Salah satu kecakapan hidup yang bisa
segera dicapai (Polya, 1985). dikembangkan adalah kemampuan pemecahan
Terdapat beberapa indikator kemam-puan masalah (problem solving).
pemecahan yang dapat dijadikan acuan dalam Oleh karena itu, kedua model tersebut akan
pengukuran KPM siswa, antara lain: 1) diimplementasikan dalam pembelajaran biologi
pemahaman terhadap masalah, 2) perencanaan pada topik pencemaran lingkungan. Sejalan
penyelesaian masalah, 3) melaksanakan dengan kemampuan yang diharapkan
penyelesaian masalah, 4) melihat kembali berkembang, konsep pencemaran lingkungan
(review) penyelesaian (Polya, 1985). menuntut pengembangan kompetensi pemecahan
Kemampuan pemecahan masalah di atas, masalah. Hal ini sesuai dengan Kompetensi
pada dasarnya dapat dikembangkan dalam dasar: menganalisis data perubahan lingkungan
pembelajaran. Terdapat beberapa strategi dan dampak dari perubahan tersebut bagi
pembelajaran yang dapat membantu kehidupan dan mengajukkan gagasan pemecahan
mengembangkan KPM siswa, diantaranya masalah perubahan lingkungan sesuai dengan
Problem Based Learning (PBL) dan ICARE konteks permasalahan lingkungan didaerahnya.
(Introduce, Connect, Apply, Reflect and Extend). Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu
PBL dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas Bagaimana perbandingan Kemampuan
pembelajaran yang menekankan kepada proses Pemecahan Masalah siswa antara yang
penyelesaian masalah yang dihadapi secara menggunakan PBL dan Pembelajaran ICARE.
ilmiah (Sanjaya, 2008). PBL merupakan
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam 2. METODOLOGI PENELITIAN
pembelajaran biologi untuk mencapai tujuan Metode penelitian yang digunakan
pembelajaran dan melatih kecakapan berpikir adalahweak experiment dengan desain penelitian
kritis dan berpikir kreatif siswa. Melalui model static-group comparison designyang
PBL peserta didik dirangsang untuk melakukan menggunakan dua kelompok perlakuan yang
penyelidikan atau inkuiri dalam menemukan berbeda (Fraenkel & Wallen, 2009). Kelas
solusi-solusi terhadap masalah yang dihadapinya dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL)
(Ibrahim & Nur, 2000). sebagai kelas Eksperimen 1 (kelas X MIA 1) dan
Selain itu, dengan proses pembelajaran kelas dengan pembelajaran ICARE sebagai kelas
berbasis masalah (PBL) siswa dirangsang untuk Eksperimen 2 (kelas XMIA 2). Penelitian ini
mampu menjadi: 1) Explorer, yaitu mencari dilakukan di salah satu SMA Swasta terakreditasi
penemuan terbaru; 2) Inventor, yaitu kemampuan A di Kawasan Bandung timur dengan masing-
mengembangkan ide/gagasan dan pengujian baru masing kelas eksperimen mendapatkan dua kali
yang inovatif. 3) Designer, yaitu kemampuan perlakuan. Adapun desain penelitian
untuk mengkreasi rencana dan model terbaru digambarkan pada tabel 1 berikut
berdasarkan hasil kajianya; 4) Decision maker
atau Pengambil keputusan, yaitu kemampuan Tabel 1.Desain Penelitian
untuk mengambil keputusan secara cepat, tepat static-group comparison design
dan akurat dengan pilihan alternatif solusi X1 O1
terhadap permasalahan secara bijaksana; dan e) X2 O1
Communicator, yaitu mengembangkan metode

2
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 1, Januari 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

Adapun Instrumen yang digunakan dalam baik. Tingginya capaian kemampuan


pengumpulan data penelitian ini antara lain: tes pemahaman masalah karena indicator ini
kemampuan pemecahan masalah dan penguasaan merupakan indicator yang paling sederhana dari
konsep pencemaran lingkungan dengan soal KPM. Sedangkan kelas ICARE capaian KPM
berbentuk pilihan berganda variasi sebanyak 25 perindikatornyaberada pada kategori cukup baik
soal, format observasi pembelajaran, dan angket. dengan rata-rata capaian semua indikatornya 60;
Adapun teknik sampling yang digunakan adalah 65; 61 dan 63 dengan kategori cukup baik
teknik purposive sampling. (Purwanto, 2008).
Baiknya capaian KPM pada kelas PBL tidak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terlepas dari proses pembelajaran yang bejalan
Hasil Penelitian dengan sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil
Penjaringan datakemampuan peme-cahan observasi pembelajaran para observer yang
masalah (KPM) siswa diukur berda-sarkan mencapai angka 88% dengan kategori
indikator KPM yang meliputi pema-haman pelaksanaan yang sangat baik, sedangkan pada
terhadap masalah, perencanaan penye-lesaian kelas ICARE capaian proses pembelajarannya
masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, sebesar 82% dengan kategori baik (Purwanto,
melihat kembali (review) solusi. Adapun hasil 2008). Hal ini berarti bahwa guru sudah mampu
capaian kemampuan siswa menggunakan mengelola proses pembelajaran dan memahami
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran tahapan/sintaks pembelajaran yang harus
ICARE akan dituangkan dalam tabel 2 berikut dilaksanakan. Guru telah mampu memegang
ini. peranan penting dalam proses pembelajaran,
dimana proses pembelajaran merupakan inti dari
Tabel 2.Perolehan Kemampuan Pemecahan proses pendidikan yang tecantum dalam Rencana
Masalah Siswa Pelaksanaan Pembelajaran yang sistematik
(Ratumanan, 2004).
Kelas Kelas Baiknya capaian KPM pada kelas PBL juga
No Indikator KPM
PBL ICARE didukung oleh aktivitas siswa yang sangat baik.
1 Kemampuan pemahaman Hal ini karena pembelajaran berbasis masalah
82 60
terhadap masalah merupakan suatu model pembelajaran yang
2 Kemampuan perencanaan melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
72 65
terhadap masalah masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah
3 Kemampuan sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
melaksanakan 74 61 yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
penyelesaian masalah sekaligus memiliki keterampilan untuk
4 Meninjau kembali memecahkan (Gallagher & Stepien, 1995).Hal
75 63
(review) penyelesaian senada ditunjang Hasil penelitian menunjukkan
Rata-rata 75.8 62.3 bahwa dengan model pembelajaran Problem
Based Learningmelatih kemampuan pemecahan
Dari Tabel 2. di atas diperoleh informasi masalah siswa (Widyastutik, 2012).
bahwa capaian KPM siswa pada kelas Baiknya pencapaian KPM juga tidak terlepas
eksperimen 1 (PBL) dengan rata-rata sebesar dari karakteristik pembelajaran berbasis masalah
75,8 dengan kategori baik, lebih baik dibanding yang memiliki fitur: 1) Pertanyaan atau masalah
dengan capaian KPM siswa pada kelas perangsang; 2) fokus interdisipliner; 3)
eksperimen 2 (ICARE) dengan rata-rata capaian investigasi autentik; 4) produksi artefak atau
sebesar 62,3 dengan kategori cukup baik exhibit; dan 5) kolaborasi (Arends, 2012). Lebih
(Purwanto, 2008). Capaian KPM per indikator lanjut dijelaskan bahwa orientasi kompetensi
pun menunjukkan kelas PBL lebih baik dari PBL mengarah pada pembentukan kemampuan
kelas ICARE. Capaian terbaik pada indikator berfikir dan pemecahan masalah, kemampuan
kemampuan pemahaman masalah dengan nilai berperan sebagai orang dewasa, dan kemampuan
rata-rata 82 dengan kategori sangat baik, belajar mandiri.
sedangkan capaian indikator kemampuan Pencapaian KPM yang baik pada kelas PBL
perencanaan terhadap masalah, kemampuan tidak lepas juga dari tanggapan siswa terhadap
melaksanakan penyelesaian masalah, meninjau persipaan dan pelaksanaan pembelajaran yang
kembali (review) penyelesaian dengan capaian dilakukan.Dari hasil penyebaran angket keapda
masing-masing 72; 74 dan 75 dengan kategori

3
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 1, Januari 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

siswa, siswa merespon sangat positif banyak melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran PBL dengan persentase 86,5% pembelajarannya.
dengan kriteria sangat baik.Hal ini menunjukkan
bahwa motivasi siswa mengikuti pembelajaran 5. REFERENSI
sangat antusias, sehingga capaian KPM pada Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010).
kelas PBL berada pada kategori baik.Hal ini Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
sesuai dengan hasil penelitian bahwa bahwa Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi
siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka
hasilnya juga tinggi dibandingkan dengan siswa Pelajar.
yang memiliki minat belajar yang rendah Arends, R. I. (2012). Learning to Teach, ninth
(Syamwil, 2011). edition. . New York: Mc Graw-Hill
Di sisi lain capaian rata-rata KPM pada kelas Companies.
ICARE sebesar 62,3 yang termasuk ke dalam Fraenkel, J. R., & Wallen, N. E. (2009). How to
kategori cukup (Purwanto, 2008). Pencapaian Design and Evaluate Research in Education
KPM pada kelas ICARE ini juga dipengaruhi 7th Edition. New York: Mc Graw Hill.
berbagai faktor, antara lain faktor pembelajaran, Gallagher, S., & Stepien, W. J. (1995).
proses dan juga respon siswa. Pembelajaran Implementing Problem Based Learning in
ICARE pada dasar merupakan pembelajaran Science Classroom. -: School Science and
yang simpel dan mirip dengan pendekatan Mathematics.
saintifik. Pendekatan ICARE dirancang untuk Haladyna, T. M. (1997). Writing test items to
dengan mengedepankan aspek kontekstual dan evaluate higher order thinking. Boston:
dan penguatan life skills secara lebih holistik, Allyn and Bacon.
sistemik, dan terpadu dengan mengorganisasikan Ibrahim, M., & Nur, M. (2000). Pembelajaran
pengalaman belajar yang lebih bermakna Berdasar Masalah. Surabaya: UNESA-
(meaningful) yang mengedepankan ciri: aktif, University Press.
kreatif, dan menyenangkan (enjoyful)(Wahyudin, Kamdi, W. (2012). Mengajar Berdasarkan Model
Darmawan, & Ruhimat, 2010). Hasil penelitian Dimensi Belajar. Jurnal Guruan Dasar dan
Yumiati dan Wahyuningrum (2015) menyatakan Menengah , 29-35.
bahwa pembelajaran ICARE efektif Kemdiknas, K. P. (2010). Panduan
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Pengembangan Pendekatan Belajar.
mahasiswa. Jakarta: Kemendiknas.
Selain itu, capaian proses pembelajaran Liliasari. (2002). Pengembangan Keterampilan
ICARE yang dilaksanakan mencapai 78% Berpikir Kritis dan Kreatif untuk
dengan kategori baik (Purwanto, 2008). Hal ini Meningkatkan Mutu Pendidikan Guru
menunjukkan guru telah menguasai sintaks dan Kimia. Jurnal Penelitian Pendidikan .
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan
sesuai dengan pendapat Ratumanan (2004) yang Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
menyatakan guru menjadi sosok penting dalam Remaja Rosda Karya.
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Munir. (2008). Prinsip Dasar Pembelajaran
Aktif. Bandung: CV Alfabeta.
4. SIMPULAN Polya, G. (1985). How to Solve it A New
Dari hasil analisis perbandingan pembelajaran Aspectof Mathematics method. Princeton:
berbasis masalah (PBL) dan pembelajaran University Press.
ICARE dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Purwanto, N. (2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik
berbasis masalah atau Problem based Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
learninglebih baik dalam memfasilitasi siswa Rosdakarya.
mencapai kemampuan pemecahan masalah Ratumanan, T. G. (2004). Belajar dan
dengan capaian yang baik dibanding dengan Pembelajaran. Surabaya: UNESA-
pencapaian kemampuan pemecahan masalah University Press.
dengan pembelajaran ICARE dengan capai yang Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran
cukup baik. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Dari hasil penelitian ini, kedua bentuk Jakarta: Putra Grafika.
pembelajaran yang dilakukan dapat digunakan Syamwil. (2011). Pengaruh Model Kooperatif
sebagai pembelajaran alternatif dengan lebih tipe Pair check dan Minat Siswa terhadap

4
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 11, Nomor 1, Januari 2019 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

hasil belajar dalam mata pelajaran


akuntansi.
Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Wahyudin, D., Darmawan, D., & Ruhimat, T.
(2010). ICARE Based Instructional Model
on ICT in Junior Hugh School. Bandung:
Jurnal Penelitian Pendidikan, UPI.
Widyastutik, I. (2012). Penerapan Model
Problem Based Instruction (PBI) Pada Tema
Pencemaran Air Untuk melatih Kemampuan
Penyelesaian Masalah. Jurnal Pendidikan
Biologi , 1-7.
Yumiati, & Wahyuningrum, E. (2015).
Pembelajaran ICARE dalam Tutorial Online
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa
UT. Infinity, Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Matematika , 182-189.

Anda mungkin juga menyukai