Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No.

1 Oktober 2021

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI


KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL

Oleh:

Hanum Luthfiyah Salsabila1, Liliasari2, F.M. Titin Supriyanti3


Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA UPI – email: liliasari@upi.edu

Abstrak

Penelitian tentang “Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Materi Koloid
Menggunakan Model Pembealajaran POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning)” ini bertujuan
untuk menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran POGIL, meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif peserta didik SMA pada materi koloid menggunakan model pembelajaran POGIL,
serta mengukur penguasaan konsep koloid peserta didik. Dalam penelitian ini, digunakan metode
kuasi eksperimen, dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Instrumen yang digunakan
ialah soal pilihan berganda beralasan menggunakan 17 butir soal dan lembar penilaian kerja peserta
didik. Subjek penelitian adalah 30 peserta didik kelas XI program MIPA pada salah satu SMA
Negeri di Ngamprah, yang sedang mempelajari materi koloid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran POGIL dapat menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran
POGIL, meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peseta didik dan dapat mengukur penguasaan
konsep mereka. Rerata keterlaksanan model pembelajaran POGIL pada seluruh tahapannya ialah
sebagian besar (73,87%) kegiatan terlaksana. Dari 30 orang peserta didik, peningkatan rerata N-
Gain hasil belajar dengan kriteria sedang (76,67%) dan kriteria tinggi (23,33). Rata-rata N-Gain
pada peningkatan keterampilan berpikir kreatif ialah sebesar termasuk kategori sedang (0,38). Rerata
N-gain kemampuan berpikir kreatif yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah berpikir
flexibility (0,52) dan yang paling rendah adalah berpikir originality (0,31). Rata-rata N-Gain
penguasaan konsep yang diperoleh masuk kategori sedang (0,42). Peningkatan konsep paling
dikuasai adalah jenis koloid (rerata N-gain 0,46) dan yang kurang dikuasai adalah sifat koloid (rerata
N-gain 0,38). Model pembelajaran POGIL dapat diterapkan pendidik untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif peserta didik baik pada materi koloid atau mungkin pada materi
pelajaran lainnya. Model pembelajaran ini lebih baik dilakukan secara tatap muka, agar
pembelajaran lebih efektif dan efisien serta menjadikan peserta didik bersifat lebih aktif.

Kata Kunci : Model POGIL,keterampilan berpikir kreatif, koloid, penguasaan konsep

Abstract

The research of“Improving The Creative Thinking Skills of High School Students in Colloidal Matter Using
POGIL Learning Model" aims to analyze the feasibility of the POGIL learning model, to improve creative
thinking skills of high school students on colloid matter using the POGIL learning model, and measure
students' concepts mastery. This research using a quasi-experimental method of one group pretest-posttest
design. The instrument applied was reasonable multiple choice question of 17 questions and assessment of
students’ worksheets. The research subjects were 30 students of the XI class of Science and Math program
on one of public high school at Ngamprah city, those were studying colloid matter. The results showed that
the use of all stages POGIL learning model reach in high degree (73,87%), which is most activities are
performed. Out of the 30 students, the increase of N-Gain learning outcomes achieved moderate criteria

29
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

(76.67%) and high criteria (23.33%). The average N-Gain for students’ creative thinking skills were
increased by 0.38, which is at the medium category. The creative thinking ability that has increased, the
highest degree is flexibility (0.52) and the lowest is originality (0.31). The average N-Gain of concept mastery
obtained in the medium category (0.42). The highest concept mastery is colloid type (average N-gain 0.46)
and the lowest is colloid properties (average N-gain 0.38). The POGIL learning model can be applied by
educators to improve students' creative thinking skills in colloid matter or may be other subject matter. This
learning model is better applied in directly learning that will be more effective and efficient and also makes
students more active.

Keywords : POGIL Model, creative thinking skills, colloid, concepts mastery

PENDAHULUAN (divergen). Usaha untuk memenuhi harapan


tersebut pendidik perlu memperhatikan
Indonesia dituntut untuk menerapkan proses berpikir peserta didik dan
keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan pembelajaran di kelas yang dilakukan
dengan 4C (Critical Thinking and Problem seharusnya sudah sesuai dengan
Solving, Creativity and Innovation, karakteristik kimia yang menuntut peserta
Communication,dan Collaboration). Kita didik untuk berpikir mendalam dan kreatif
berada di era global, perkembangan agar peserta didik memiliki kemampuan
teknologi semakin pesat dan kebebasan berpikir dan bertindak berdasarkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah pengetahuan kimia yang dimilikinya
berlaku sejak beberapa tahun yang lalu, (Liliasari, 2008). Keterampilan berpikir
maka semua generasi muda khususnya lancar merupakan salah satu indikator
peserta didik harus dibiasakan berlatih keterampilan berpikir kreatif yang akan
berpikir kreatif (Widodo, 2016). Pentingnya diteliti, meliputi mencetuskan banyak
kreativitas juga terlihat dengan Kurikulum gagasan, jawaban, atau penyelesaian
2013 yang diperbaharui pada lingkungan masalah; memberikan banyak cara atau
pendidikan. Salah satu implementasinya saran untuk melakukan berbagai hal, selalu
yaitu mengembangkan kemampuan kreatif memikirkan lebih dari satu jawaban
peserta didik yang dipadukan dengan nilai (Munandar, 2008).
atau moral yang berkembang pada
masyarakat. Adanya kurikulum 2013 Santoso (2012) mengungkapkan
menandakan pentingnya perkembangan bahwa kebanyakan pendidik mengajar
kreativitas individu melalu pendidikan.Pada masih menggunakan pendekatan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 konvensional. Peserta didik hanya
tentang sistem pendidikan nasional menerima materi sebatas yang disampaikan
menyatakan bahwa salah satu tujuan oleh pendidik, sehingga peserta didik
pendidikan nasional adalah pengembangan cenderung pasif dan keaktifan peserta didik
nilai kreatif, sangat penting untuk kurang diperhatikan. Selain itu ketika
mengembangkan kreativitas diri maupun peserta didik diberi permasalahan, mereka
orang lain, agar mampu bersaing dengan cenderung memberikan jawaban yang sama,
bangsa lain. Siswono (2005) mengemukakan dan terkadang hanya mengikuti langkah
kemampuan peserta didik pada aspek yang ada pada buku paket atau cara yang
berpikir kreatif merupakan kemampuan telah ada. Saat ini, tampaknya belum ada
peserta didik dalam memahami suatu penemuan ide baru maupun mengaitkan
masalah dan menemukan penyelesaian materi dengan dunia nyata yang dilakukan
dengan berbagai cara yang berbeda oleh peserta didik, dikatakan ada namun

30
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

jarang sekali. Selain itu pendidik kurang hasil penelitian sebelumnya. Penelitian
mengarahkan dan memotivasi peserta didik Eberlein, dkk (2008), yaitu membandingkan
untuk mengaitkan permasalahan yang model pembelajaran problem based learning,
dihadapi dengan kehidupan sehari-hari dan peer-led team learning, dan POGIL, dimana
memunculkan ide-ide kreatif melalui hasilnya menunjukkan bahwa model POGIL
pembuatan suatu karya. Hal ini dapat meningkatkan nilai kinerja peserta
menyebabkan rendahnya kreativitas peserta didik, juga membuat kondisi kelas menjadi
didik dalam belajar, karena mereka tidak lebih aktif dalam mempelajari hal
diberi kesempatan untuk mengembangkan baru,sehingga terciptanya pembelajaran
potensinya. Menurut Jufri, dkk (2019) yang menyenangkan bagi para peserta didik.
bahwa kampuan berpikir kreatif peserta Rohmah dan Muchlis (2013) pun
didik yang baik dimungkinkan akibat dari menyatakan bahwa model pembelajaran
proses pembelajaran yaitu adanya diskusi POGIL jika diterapkan dalam pembelajaran
kelompok, latihan soal maupun presentasi akan meningkatkan keterampilan berpikir
kelompok. Menciptakan kerjasama yang kreatif peserta didik. Model POGIL ini juga
baik antar peserta didik, melatih peserta sesuai dengan Kurikulum 2013, karena
didik mengemukakan pendapat, dan menggunakan model-model pembelajaran
memberikan waktu yang cukup pada peserta yang menuntut peserta didik aktif dalam
didik untuk berpikir dapat meningkatkan pembelajaran dan kegiatan pembelajarannya
kreativitas peserta didik. tersebut harus memadukan ranah
pengetahuan, keterampilan, juga sikap
Sistem pembelajaran di Indonesia
melalui pendekatan saintifik berbasis
sudah harus berubah dari pembelajaran yang
penelitian atau inkuiri (Hanson, 2006).
berpusat pada pendidik ke pembelajaran
Pendidik telah mengakui pentingnya
yang berpusat pada peserta didik, dan
pembelajaran yang terpusat pada peserta
merupakan jawaban dari upaya untuk
didik. Peserta didik akan lebih aktif dan
mengembangkan keterampilan abad ke-21
lebih mudah dalam memahami materi
pada peserta didik. Hingga saat ini mata
ketika mereka terlibat dalam aktivitas kelas
pelajaran kimia dianggap sulit oleh para
(Lee, 2012). Karakteristik yang ada dan
peserta didik karena ketika di kelas
langkah-langkah pembelajaran dengan
pembelajaran yang dilaksanakan hanya
model POGIL mampu mendorong keaktifan
teoretik saja dan dianggap memaksa peserta
peserta didik secara mandiri dalam
didik untuk menghafal. Masih banyak
memperoleh pengetahuan, meningkatkan
pendidik belum yang mengaitkan materi
kemampuan bernalar dan pemahaman
kimia dengan fenomena sehari-hari ataupun
konsep serta pemecahan masalah, sehingga
masalah disekitar, sehingga peserta didik
peran guru hanya menjadi mediator dan
menganggap kimia sebagai mata pelajaran
fasilitator bagi peserta didik (Zawadzki,
yang abstrak. Jika mata pelajaran kimia
2010). POGIL memiliki penekanan pada
hanya melibatkan teori saja akan sulit untuk
konten dan proses, dengan demikian
mengembangkan keterampilan berpikir
memiliki kaitan dengan pemahaman dan
peserta didik di antaranya berpikir kreatif.
keterampilan proses. Model pembelajaran
Digunakannya model POGIL dalam POGIL memiliki tujuan yang luas yaitu
pembelajaran kimia yaitu sebagai alat untuk untuk mengembangkan penguasaan konten
mencapai tujuan menggunakan klasifikasi melalui pemahaman dan untuk
hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, mengembangkan serta meningkatkan
afektif dan psikomotorik. Keberhasilan keterampilan utama belajar seperti
model POGIL juga didukung oleh beberapa pemrosesan informasi, komunikasi lisan dan

31
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

tulisan, dan pemecahan masalah (Rustam, seperti orientasi, eksplorasi, pembentukan


2017). konsep, analisis konsep, dan penutup
sebagaian besar terlaksana. LKPD dibuat
METODOLOGI secara sistematis bertujuan agar peserta didik
Metode penelitian yang digunakan adalah lebih mudah mempelajari materi yang akan
penelitian kuasi eksperimen, dengan desain diberikan.
penelitian yang digunakan adalah one group LKPD koloid ini dibuat untuk
pretest-posttest design. Pretest dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
mengetahui kemampuan awal peserta didik peserta didik. Keterampilan berpikir kreatif
sebelum mempelajari materi, sedangkan dapat memunculkan ide-ide baru maupun
posttest dilakukan untuk melihat memperluas ide-ide yang sudah ada
kemampuan peserta didik setelah sebelumnya. Diharapkan ide-ide tersebut
mempelajari materi menggunakan model dapat mempermudah pemahaman konsep
pembelajaran tertentu. Dalam penelitian ini yang tepat. Model pembelajaran POGIL
kelas eksperimen tidak dipilih dengan menuntut peserta didik mandiri dan aktif
random. Kelas eksperimen diberi perlakuan dalam pembelajaran, dan pendidik dituntut
yaitu menggunakan model pembelajaran untuk menjadi fasilitator saat pembalajaran
POGIL pada materi koloid. Desain yang berlangsung. Selama langkah-langkah model
digunakan dapat diilustrasikan pada tabel di pembelajaran POGIL berlangsung, pendidik
bawah ini : mengarahkan ke arah yang seharusnya
peserta didik lalui. Jika terjadi miskonsepsi
Tabel 1. Desain penelitian One Group
diharapkan pendidik dapat mengarahkan
Pretest-Posttest (Wiersma, 2006)
peserta didik ke jawaban yang
Posttest tepat.Pengisian LKPD dilakukan
Kelas Pretest Treatment
perkelompok, walaupun berkelompok dan
Eksperimen O1 X1 O2 melalui daring, pengerjaan LKPD masih
dalam arahan dan pengawasan pendidik.
Keterangan :
Terdapat 5 kelompok dalam satu kelas.
O1 : kemampuan berpikir kreatif siswa saat
HASIL DAN PEMBAHASAN
pretest
O2 : kemampuan berpikir kreatif siswa a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran
setelah perlakuan POGIL
Xt : perlakuan (treatment) metode POGIL Dari analisis yang sudah dilakukan
keterlaksanaan model pembelajaran
Subyek penelitian adalah 30 orang peserta POGIL yang dilakukan kepada peserta
didik di suatu SMAN di Ngamprah. didik termasuk ke dalam kategori
Penelitian ini dilakukan secara daring sebagian besar kegiatan terlaksana, sesuai
karena saat itu sedang dilakukannya PSBB dengan tabel2. Nilai yang didapat
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) akibat dikelompokkan berdasarkan tahapannya.
Covid-19. Walaupun melalui daring, hasil Tabel 2 adalah perolehan nilai rata-rata
pembelajaran menunjukkan kategori setiap tahapan dalam pembelajaran
sebagian besar kegiatan terlaksana Yang POGIL:
artinya setiap tahapan pembelajaran POGIL

32
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

Tabel 2 Nilai Rata-rata Tahapan Model Pembelajaran POGIL

Tahapan Nilai Rata-rata (%)


Orientasi -
Eksplorasi 77,50
Pembentukkan Konsep 62,25
Aplikasi Konsep 85,75
Penutup 70,00
Rata-rata Keseluruhan 73,87

Dari tabel di atas, rata-rata keseluruhan pembelajaran Process Oriented Guided


tahapan model pembelajaran POGIL Inquiry Learning (POGIL). Dengan
sebesar 73,87%. Sesuai dengan kategori perhitungan N-Gain ini, hasil belajar
yang disebutkan oleh Zasmita & peserta didik akan dikategorikan menjadi
Karnawati (2015), keterlaksanaan model rendah, sedang dan tinggi. N-Gain
pembelajaran POGIL ini termasuk ke peningkatan hasil belajar keseluruhan
dalam kategori sebagian besar kegiatan peserta didik mencapai kategori sedang
terlaksana. dengan rerata N-gain 0,54Dari 30 siswa
terdapat 23 peserta didik dengan kategori
b. Peningkatan Keterampilan Berpikir sedang dan 7 peserta didik dengan
Kreatif kategori tinggi. Hal tersebut disimpulkan
dengan mengacu kepada teori Hake
Setelah melakukan Pretest dan Posttest,
(1998). Jika seluruh hasil N-Gain pada
diperlukan perhitungan N-Gain dimana
tabel diatas bila diubah menjadi persen
Nilai tujuannya ialah untuk
maka ada 76,67% dengan kategori
memperlihatkan gambaran secara umum
sedang dan 23,33% dengan kategori
peningkatan hasil belajar peserta didik
tinggi.
sebelum dan sesudah penerapan model

N-Gain Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik

100,00%
76,67%
80,00%
Peningkatan Hasil Belajar

60,00%

40,00%
23,33%
20,00%
0,00%
0,00%
Rendah Sedang Tinggi
Kriteria N-Gain

Gambar 1. Grafik N-Gain Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik

33
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

Grafik di atas menunjukkan bahwa test, hasil yang didapatkan ialah terdapat
perlakuan berupa penggunaan model perbedaan yang signifikan antara Pretest
pembelajaran POGIL yang diterapkan dan Posttest. Penelitian ini menguji 4
efektif digunakan pada kelas eksperimen keterampilan berpikir kreatif peserta
pada materi koloid.Walaupun tidak didik, diantaranya ada fluency, flexibility,
menunjukkan hasil yang signifikan, originality dan elaboration. Tujuan
setidaknya model pembelajara POGIL dilakukan analisis ini ialah agar
dapat meningkatkan keterampilan memperlihatkan kemampuan mana saja
berpikir kreatif peserta didik pada materi yang sudah dikuasai peserta didik setelah
koloid dalam pelajaran belajar dengan menggunakan model
kimia.Peningkatan keterampilan berpikir POGIL ini. Di bawah ini adalah tabel
kreatif peserta didik dapat dilihat dari peningkatan keterampilan berpikir
hasil Pretest dan Posttest peserta didik kreatif peserta didik setelah melakukan
setelah mengerjakan soal. Sesuai dengan Pretest dan Posttest.
uji beda menggunakan uji paired sample t-

Tabel 3.Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Berdasarkan Setiap Kemampuan

Rata-rata
Kemampuan Nomor Soal N-Gain Kategori
Pretest Posttest
Fluency 9,15,16,17 44,75 61,75 0,375 Sedang
Flexibility 7,8,14,19 31,75 62,25 0,523 Sedang
Originality 6,13,18 29,00 57,33 0,311 Sedang
Elaboration 1,3,4,5 36,25 60,25 0,314 Sedang

Rerata 35,43 60,39 0.381 Sedang

c. Penguasaan Konsep Materi Koloid soal untuk konsep jenis koloid dan 8
Peningkatan penguasaan konsep soal untuk konsep sifat koloid. Kedua konsep
pada materi koloid ini terfokus pada dua tersebut dianalisis berdasarkan skor
konsep yaitu jenis dan sifat koloid. Soal pretest dan skor posstestnya. Hasil analisis
dikelompokkan berdasarkan konsepnya. kedua konsep tersebut disajikan pada
Dari 17 butir soal yang termasuk ke tabel 4.
dalam konsep yang diteliti yaitu, 8 butir

Tabel 4. N-Gain Penguasaan Konsep Materi koloid


Skor
Konsep Soal N-Gain Kategori
Pretest Posttest
Jenis Koloid 1, 4, 9, 15, 16, 17, 18, 19 225 451 0,462 Sedang
Sifat Koloid 3, 6, 7, 8, 10 ,11, 13, 14 290 454 0,381 Sedang
Rerata 257,5 452,5 0,421 Sedang

34
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

N-Gain pada tabel atasmenyebutkan bahwa dituntut untuk terlibat aktif menemukan
rerata N-Gain yang diperoleh sebesar 0,421 pengetahuannya sendiri dan harus terampil
yang termasuk kategori sedang. Jadi, model menerapkan pengetahuannya dalam
pembelajaran POGIL dapat dikatakan menghadapi masalah kehidupan dan
membantu meningkatkan penguasaan teknologi. Juga menurut Lie (2005) yaitu
konsep peserta didik, karena sifat dari pembelajaran ini memungkinkan peserta
pembelajaran tersebut menuntut peserta didik aktif berinteraksi dengan peserta didik
didik aktif dan mengeksplor secara bebas lain akan memberi kesempatan kepada
konsep yang akan dibangun. Selaras dengan mereka untuk bekerja sama dalam
(Sen, 2016) bahwa model pembelajaran mendiskusikan suatu masalah, bertukar
POGIL berlangsung secara kelompok, pendapat, menentukan pemecahan masalah,
sehingga terjadi komunikasi yang baik juga menghubungkan masalah-masalah
selama diskusi pada saat pembelajaran. Dan tersebut dengan masalah-masalah yang
sesuai dengan Limantara & Rahayu (2013) sudah tuntas.
bahwa proses pembelajaran, peserta didik

SIMPULAN koloid adalah sedang (rerata N-Gain


0,54), dengan 76,67% peserta didik
Hasil penelitian peningkatan kemampuan dengan kategori sedang dan 23,33%
berpikir kreatif peserta didik pada materi dengan kategori tinggi. Keterampilan
koloid menggunakan model pembelajaran berpikir kreatif yang tertinggi adalah
POGIL, ialah sebagai berikut: berpikir flexibility (0,52) dan yang
1. Pembelajaran model POGIL pada terendah pada originality (0,31)
materi koloid dapat dilaksanakan 3. Penguasaan materi koloid peserta didik
dengan kategori sedang degan pada kedua konsep dikategorikan
persentase pencapaian sebesar 73.87 % sedang (rerata N-Gain 0,42). Dimana
2. Peningkatan keterampilan berpikir konsep jenis koloid memiliki N-Gain
kreatif peserta didik setelah mengikuti 0,46 dan konsep sifat koloid N-Gainnya
0,38.
pembelajaran model POGILpada materi

REFERENSI

Arifin, Z. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Eberlein, T., Kampmeier, J., Minderhout, V., Moog, R.S., Platt, T., Nelson, P.V., & White, H.B.
(2008). Article pedagogies of engagement in science: A comparison of PBL, POGIL
and PLTL. Biochemistry and Molecular Biology Education. 36(4):262-273.

Hanson D, Bunce D, Creegan F, Moog R, Padwa L, Spencer J, Wolfskill T. (2006). Instructor`s


Guide to Process-Oriented-Guided Inquiry Learning. [Online]. Diakses dari:
https://pogil.org/uploads/media_items/pogil-instructor-s-guide-1.original.pdf[diakses 02
Januari 2020]

Lee, H. H. (2012). Incorporating active learning and student inquiry into an introductory
merchandising class. Higher Education Studies. 2(1):55- 63.

35
ISSN: 2528-1178 Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 9 No. 1 Oktober 2021

Lie, A. (2005). Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang Kelas).


Diterjemahkan oleh Novita, Diane. Jakarta: Grasindo

Liliasari. (2008). Peningkatan Kualitas Pendidikan Kimia dari Pemahaman Konsep Kimia Menjadi
Berpikir Kimia. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu [diakses 02 Januari 2020].

Limantara, L.M & Rahayu, I. (2013). Upgrading The Availability Of Building Sentence On
Indonesian Language Learning By Using Series Pictures Media. Academic Research
International. 4(2):530-539.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalimun. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja Pressiondo.

Rohmah, Y. N., & Muchlis. (2013). Application of learning with POGIL strategy on soluble
material and solubility times to train critical thinking of students of class XI SMA
Negeri 1 Sooko Mojokerto. UNESA Journal of Chemical Education. 2(3):19-23.

Rusman. (2012). Managemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Santoso, S. (2012). Statistik Paramentrik. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Umum

Şen, Yilmaz, dkk. (2016). The effect of Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) on
11th Graders' conceptual understanding of electrochemistry. Asia-Pacific Forum on
Science Learning and Teaching, Volume 17, Issue 2, Article.
Siswono, T. Y. E. (2005). Upaya meningkatkan kemampuan siswa pada aspek berpikir kreatif
melalui pengajuan masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Universitas Negeri
Yogyakarta, 10(1): 1-9.

Widodo. (2016). Higher Order Thinking berbasis pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil
belajar berorientasi pembentukkan karakter siswa. Cakrawala Pendidikan. No 1:161-
171

Zamista AA, dan Kaniawati, I. (2015). Pengaruh model pembelajaran process oriented guided
inquiry learning terhadap keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif siswa
pada mata pelajaran fisika. Jurnal Edusains,7(1):193-201.

Zawadzki, R. (2010). Is Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) Suitable as a


Teaching Method in Thailand’s Higher Education. Asian Journal on Education and
Learning, 1(2):66-74.

36

Anda mungkin juga menyukai