Anda di halaman 1dari 14

Penerapan Model Synectics, Mind Maps, Cooperative Learning (SM2CL) untuk Meningkatkan

Kemampuan Kreativitas pada Materi Biologi di Kelas XI Cerdas Istimewa di SMAN 1 Cikarang
Pusat

Oleh
Gabriel Evelin
432019002

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi tugas metodologi penelitian pendidikan

Dosen Pengampu: Desy Fajar Priyayi, S.Pd., M.Pd

Program Studi Pendidikan Pendidikan Biologi

Fakultas Biologi

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan sarana penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Upaya yang ingin diterapkan yaitu menciptakan sumber daya manusia yang andal dan
dapat berinovasi, bahkan pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar pada semua jenjang pendidikan untuk menciptakan sumber daya yang dapat menunjang
tujuan pendidikan nasional (Nurhayati & Rahardi, 2021).
Peran pendidikan pada era sekarang yaitu dapat menjawab tuntutan di era global atau di
abad 21. Pada era sekarang ini yang diperlukan adalah keterampilan dan pengetahuan dengan
didukungnya perkembangan teknologi yang sangat pesat atau disebut sebagai era intelektual
(intellectual capital). Perubahan pendidikan yang terjadi membuat pengetahuan perlu diwariskan
dengan cara inovatif dan adaptif. Menurut Raths et al. (1986) dalam Mustami (2001), dalam
mewujudkan tuntutan yang terpenting yaitu mengajar dengan membantu peserta didik berpikir
dalam merespon perkembangan yang cepat seperti ilmu dan teknologi, sehingga diperlukannya
keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan era sekarang salah satunya adalah daya cipta
atau pemikiran kreatif.
Kreativitas dan pemikiran kreatif ini merepresentasikan sebuah karakter keluwesan,
keterbukaan, dan kemauan untuk mencoba sesuatu. Kreatif merupakan kemampuan melahirkan
sesuatu yang unik sedangkan kreativitas merupakan kombinasi antara kemampuan, keterampilan,
dan sikap (Fachruddin, 2019). Menurut Safilu (2010) dalam Tendrita et al. (2016) berpikir kreatif
ini merupakan sebuah aktivites kognitif yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah
sehingga ditemukannya solusi dengan cara berpikir yang original dan reflektif yang mana peserta
didik dapat beradaptesi terhadap perspektif yang berbeda-beda. Menurut Salih (2010) dalam
Tendrita et al. (2016) keterampilan berpikir kreatif ini merupakan aspek penting bagi peserta
didik untuk dapat memecahkan suatu masalah ataupun memunculkan ide baru untuk
memecahkan suatu masalah.
Keterampilan berpikir kreatif ini masih cenderung kurang pada mata pelajaran biologi
seperti dalam penelitian Yuliani et al., (2018) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang
dikembangakan oleh lembaga pendidikan cenderung berorientesi pada hafalan dan pengulangan,
kurangnya dorongan bagi peserta didik dalam berpikir kreatif, serta pada pembelajaran biologi
cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi bersama dan dilaksanakan praktikum
sehingga hal ini sejalan dengan hasil observasi pada peserta didik kelas XI Cerdas Istimewa di
SMA Negeri 1 Cikarang Pusat.
Observasi dilakukan pada kelas XI Cerdas Istimewa SMA Negeri 1 Cikarang Pusat. Hasil
belajar peserta didik kelas XI Cerdas Istimewa dalam bidang biologi terkhusus pada materi
peredaran darah yang masih kurang maksimal dan guru biologi masih menerapkan metode
ceramah. Pada tanggal 30 November 2021 dilakukannya tes pra tindakan, hasil skor rata-rata
lembar kuesioner kreativitas peserta didik kelas XI CI SMAN 1 Cikarang Pusat sebesar 49,98%.
Indikator kemampuan kreativitas terdiri 4 aspek yang terdiri dari kelancaran 63,40%, keluwesan
59,21%, keaslian 47,20% dan elaborasi 30,12% sehingga terdapat 2 aspek dibawah 50% dan
digolongkan rendah.
Jika dilihat dari permasalahan berdasarkan observasi terletak pada gaya pembelajaran yang
menerapkan ceramah sehingga dapat dilihat pendidik juga masih belum bisa memadukan materi
dengan model pembelajaran yang tepat. Hal ini menjadi acuan peneliti dengan harapan
memunculkan model pembelajaran yang baik, serta dapat membangkitkan ketertarikan dalam
pelajaran sistem sirkulasi manusia dan juga membangkitkan kreativitas peserta didik. Pada
penelitian yang dilakukan, didukung oleh penelitian Siboro & Purba (2021) bahwa pendidik yang
dapat menerapkan metode pembelajaran yang baik saat pembelajaran, maka materi sistem
sirkulasi manusia yang sukar diterima ataupun diserap peserta didik, dapat dikatakan juga akan
berpengaruh baik karena dalam hasil penelitian peserta didik tidak mengalami kesulitan belajar.
Model pembelajaran yang akan diterapkan adalah memadukan model synectics, model
cooperative learning tipe Mind Maps sehingga harapannya model ini dapat menjadi solusi untuk
pengembangan kemampuan kreativitas peserta didik.
Pembelajaran pada model synectics menurut Mustami (2007) merupakan pembelajaran
yang dalam penekanannya pada kegiatan analogi dalam belajar sehingga dapat perolehan
pembelajaran dengan pemahaman yang baru dan lebih kompleks terhadap suatu konsep. Pada
model synectics yang dikembangkan oleh William Gordon ini sebuah model yang di desain
untuk mengembangkan kreativitas peserta didik dikarenakan merupakan proses berpikir kreatif
dapat juga dideskripsikan secara nyata atau konkret dan dapat mengembangkan metode
pembelajaran yang membangkitkan kreativitas secara individu maupun kelompok dan proses
kreativitas individu serupa dengan proses kreativitas kelompok (Mutmainah & Aquami, 2016).
Pada model ini terdapat kelebihan dan kekurangan menurut Purwanti (2020) beberapa kelebihan
model ini diantaranya peserta didik dapat mengembangkan pengertian baru dan kejelasan
mengenai materi baru, dapat menciptakan suasana intelektual yang bebas, dapat mengembangkan
cara berpikir kreatif, peserta didik dapat menjadi aktif dan interaktif dalam pembelajaran, serta
dapat membantu dalam menemukan pemecahan masalah dengan cara berpikir baru. Sedangkan
pada kekurangan model ini diantaranya membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptesi dari
belajar secara mandiri, membutuhkan lingkungan belajar yang mendukung, dan menitikberatkan
pada cara berpikir reflektif dan imajinatif dalam keadaan tertentu.
Pembelajaran selanjutnya dengan metode mind maps atau pemetaan pikiran yang menurut
buku yang dikemukakan Siberman (2012) metode ini merupakan cara berpikir kreatif bagi
peserta didik untuk mengungkapkan satu atau lebih ide atau gagasan, mencatat apa yang peserta
didik pelajari, dan merencanakan tugas baru, namun kelemahan dalam metode ini jika diterapkan
secara terpisah metode ini masih belum mampu menunjukkan kemampuan kreativitas seperti
pada penelitian Fatmawati (2014) bahwa peserta didik masih belum mampu meraih aspek
keluwesan (flexibility) dan aspek keaslian (originality) dikarenakan dalam mengerjakannya
masih terlihat kebingungan untuk menuangkan ide-idenya.
Pembelajaran dengan model cooperative learning merupakan model pembelajaran secara
berkelompok yang mana model ini akan membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil secara
acak atau heterogen. Pada buku cooperative learning karangan Huda (2011) bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki kelebihan diantaranya penekanannya relatif pada kelompok yang terdiri dari
peserta didik dengan tingkatan kemampuan yang berbeda, saling berbagi peran kepemimpinan,
model ini bertujuan untuk memaksimalkan pembelajaran setiap anggota kelompok, dapat
menjaga dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik, serta saling mengajarkan
keterampilan bekerja sama yang efektif.
Pada penelitian Mustami (2007) model synectics dan metode mind maps ini jika dipadukan
memiliki kekuatannya dalam mengembangkan kemampuan kreativitas karena keduanya
memiliki cara kerja yang dapat mengasosiasikan gagasan untuk penyelesaian masalah. Pada
penelitian Puspitesari et al., (2015) pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori belajar
kognitif konstruktivis yang dikembangkan oleh Vygotsky sebagai tokoh teori belajar, sehingga
pada model kooperatif tipe mind maps (peta pemikiran) menyatakan dalam aktivites dapat
meningkatkan kemampuan kreativitas dan ketuntesan hasil belajar peserta didik.
Solusi yang diberikan pada peneliti adalah dengan mengintegrasikan model pembelajaran
synectics, mind maps, dan cooperative learning dikarenakan dapat meningkatkan kemampuan
kreativitas peserta didik, terhadap penguasaan materi pelajaran sistem sirkulasi manusia dan hal
didukung pada penelitian Mustami (2001) & Sofyan et al. (2018) bahwa model synectics, mind
maps, dan cooperative learning (SM2CL) dapat meningkatkan sikap kreatif dan kemampuan
berpikir kreatif. Model pembelajaran synectics, mind maps, dan cooperative learning (SM2CL)
merupakan hasil pengembangan dari peneliti mustami yang memanfaatkan prasarana mind maps
sebagai strategi yang kooperatif dalam proses pembelajaran yang disinergikan dengan model
pembelajaran synectics yang dalam penerapannya dengan analogi (Taufik et al., 2018).
Pada model synectics, mind maps, dan cooperative learning ini memiliki kekurangan dan
kelebihan, maka perlu dilakukan penelitian dengan modifikasi model pembelajaran untuk
menunjang target tercapainya kemampuan peserta didik di abad 21.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah
- Apakah dalam penerapan model Synectics, Mind Maps, Cooperative Learning
(SM2CL) dapat meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik kelas XI CI
SMAN 1 Cikarang Pusat ?
- Seberapa besar peningkatan kemampuan kreativitas dalam penerapan model
Synectics, Mind Maps, Cooperative Learning (SM2CL) pada peserta didik kelas XI
CI SMAN 1 Cikarang Pusat?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
- Mengetahui peningkatkan kemampuan kreativitas di kelas XI Cerdas Istimewa SMAN 1
Cikarang Pusat setelah diterapkan model pembelajaran Synectics, Mind Maps,
Cooperative Learning (SM2CL) pada materi sistem sirkulasi manusia.
- Mengetahui besar peningkatan kemampuan kreativitas dalam penerapan model
Synectics, Mind Maps, Cooperative Learning (SM2CL) pada peserta didik kelas XI CI
SMAN 1 Cikarang Pusat.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah
1.4.1 Manfaat Teoritis
Pada manfaat hasil penelitian secara teoritis diharapkan bermanfaat, sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi sebuah permasalahan pada proses
belajar dan mengajar yang terciptanya kondisi yang menyenangkan, dapat melatih
kemampuan kreativitas, dapat menginspiratif, inovatif, interaktif, kontekstual pada
mata pelajaran biologi dengan materi sistem sirkulasi manusia. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau kajian yang relevan dan efektif bagi para
peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis


Pada manfaat hasil penelitian secara praktis diharapkan bermanfaat, seperti :
a. Bagi Peserta Didik
Pada manfaat penelitian ini untuk peserta didik yaitu setelah penerapan model
pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan kreativitas peserta didik
dalam mata pelajaran biologi terkhusus materi sistem sirkulasi manusia sehingga
proses pembelajaran semakin interaktif.
b. Bagi Pendidik dan atau Calon Pendidik
Pada manfaat penelitian ini untuk pendidik dan calon pendidik dapat
mengembangkan model pembelajaran yang sesuai pada bidang biologi dan
pendidik. Adanya pada penelitian ini pendidik dan atau calon pendidik dapat
mengetahui salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif sehingga secara langsung maupun
tidak langsung pendidik dan atau calon pendidik dapat mengetahui sebuah
kekurangan dan kelebihan pada model yang diterapkan peneliti, sehingga dapat
menjadi acuan atau referensi untuk perbaikan hasil yang lebih baik.
c. Bagi Sekolah
Pada manfaat penelitian untuk sekolah yang akan menerapkan model ini menjadi
sumbangsi model pembelajaran yang dapat bermanfaat baik bagi perbaikan
proses belajar mengajar dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat pelaksanaan SMAN 1 Cikarang Pusat, Kab. Bekasi, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan
penelitian 24 November 2021 sampai dengan 17 Januari 2022.

2.2 Sumber Data


Sumber Data yang digunakan SMAN 1 Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi terdiri dari guru
biologi, kelas XI Cerdas Istimewa jumlah 28 peserta didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-
laki dan 15 peserta didik perempuan, serta dokumen lembar observasi.

2.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah peserta didik SMAN 1 Cikarang Pusat Kabupaten Bekasi, pada
kelas XI Cerdas Istimewa berjumlah 28 peserta didik terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan
15 peserta didik perempuan, pada mata pelajaran biologi dengan materi sirkulasi manusia.
Sampel yang digunakan terdiri dari 24 peserta didik dengan taraf kesalahan 1%.

2.4 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk investigasi refleksi diri yang dilakukan
oleh partisipan dalam situasi sosial (termasuk bidang pendidikan) untuk meningkatkan
rasionalitas dan kesetaraan (Hopkins, 2011).
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Taggart.
Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus sebagai berikut,

Gambar 1. Spiral penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
(Hopkins, 2011).

2.5 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


Prosedur penelitian ini yang digunakan terdiri dari 4 tahapan untuk setiap siklus, diantaranya :
1. Tahap perencanaan penelitian:
a. Pembuatan surat permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah SMA Negeri 1
Cikarang Pusat.
b. Dilakukannya observasi awal di sekolah yang dijadikan lokasi penelitian.
c. Kemudian dilakukannya penentuan kelas yang dibagi menjadi 2 yaitu sebagai kelas
eksperimen dan kelas control.
d. Pembuatan dan penyusunan RPP atau rencana pelaksanaan pembelajaran untuk
kelas eksperimen dan kelas control yang sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan seperti kelas control dengan penerapan model pembelajaran konvensional
sedangkan kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran Synectics,
Mind maps, dan Cooperative learning.
e. Persiapan dalam instrumen yang akan digunakan dalam penelitian seperti buku
paket, LKS, serta soal uraian mengenai sistem sirkulasi manusia.
2. Tahap pelaksanaan penelitian:
a. Pada penelitian ini, masing-masing kelas dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran yang telah ditentukan yaitu model Synectics, Mind Maps, dan
Cooperative learning.
3. Tahap pengamatan penelitian:
a. Kegiatan mengamati aktivites siswa dan guru dalam pelaksanaan tindakan.
b. Data pendukung observasi dilakukannya tes awal (pretest) yang telah selesai
dilakukannya pengujian prasyarat berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji kesukaran,
dan daya beda terhadap masing-masing soal sehingga tes ini dilakukan pada masing-
masing kelas.
c. Data pendukung observasi dilakukannya tes akhir (posttest) pada masing-masing
kelas dengan menggunakan soal yang sama.
d. Pengamatan ini membandingkan hasil tes dengan melihat perkembangan peserta
didik terhadap hasil belajar setelah dilakukan penerapan model.
4. Tahap analisis dan refleksi :
a. Pengumpulan, pengelolaan, dan dianalisisnya data hasil penelitian dengan bantuan
aplikasi microsoft excel dan SPSS versi 23.
b. Pengecekkan pedoman observasi keseluruhan kelas yang menjadi sampel penelitian,
apabila hasil observasi penelitian belum mencapai indikator pencapaian PTK yang
telah ditetapkan maka pada peneliti mengidentifikasi kekurangan dalam pelaksanaan
sehingga bisa diperbaiki pada siklus selanjutnya.

2.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas, yaitu:
- Tes yang digunakan terdapat 2 jenis yaitu pilihan ganda dan uraian. Soal uraian ini
menggunakan uraian tak terbatas dan konsep mind maps. Teknik tes ini jika ingin
mendapatkan data mengenai hasil kemampuan kreativitas melalui pelaksanaan tes/ulangan
harian. Tes/Ulangan harian akan dilakukan pada setiap akhir siklus I dan II.
- Observasi adalah sebuah kegiatan mengamati aktivitas guru dan peserta didik dalam
melakukan tindakan berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran synectics, mind
maps, dan cooperative learning. Observasi ini dapat betujuan untuk memantau proses dan
mengevaluasi perbaikan kekurangan yang ditemukan dalam kegiatan belajar mengajar
untuk memperoleh data kemampuan kreativitas dengan penerapan model pembelajaran
synectics, mind maps, dan cooperative learning (Sundari, 2018).
- Angket atau kuesioner, menurut Sugiyono (2018) merupakan teknik memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan terbuka maupun tertutup untuk dijawab oleh responden.
- Bukti dokumenter meliputi dokumen tertulis seperti memo, surat, kertas ujian, dan
dokumen gambar atau pun dokumen karya. Pada pengumpulan data ini yang mana bukti
dokumenter yang digunakan yaitu kertes ujian, lembar RPP, silabus, map transkip nilai,
foto, gambar, dan lain-lain yang menyangkut bidang pendidikan yang dapat memberikan
rasionalisasi dan tujuan observasi dengan cara menarik Hopkins (2011).
2.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini merupakan alat pengukur parameter sehingga terdiri dari 1 instrumen
tes dan 2 instrumen nontes (kuesioner dan observasi) seperti berikut ini :
2.7.1 Lembar tes peserta didik untuk mengukur kemampuan kreativitas peserta didik.
Kompetensi dasar yang digunakan sebagai berikut :
3.6 menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi
dalam kaitannya dengan bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem
sirkulasi manusia.

Tabel 1. Kisi-kisi tes untuk mengukur kemampuan kreativitas peserta didik.


Bentuk Nomor
Aspek Kreativitas Nomor
No. Sub Materi Indikator Pencapaian Soal Item
yang diukur Item PG
Uraian

1. Fluency Bagian-bagian Dapat menentukan Tes Pilihan 1,2,3 1a


darah (sel-sel jenis-jenis sel darah Ganda dan
darah dan putih (leukosit). Uraian
plasma darah) 7,8,9
Dapat membandingkan
perbedaan sel darah
putih, granulosit, dan 13,14,15
agranulosit.
19

2. Fleksibilites  Golongan Dapat Tes Pilihan 4,5,6 1b


darah mengklasifikasikan Ganda dan
 Pembekuan golongan darah Uraian
darah manusia
10,11,12
Dapat merasionalkan
perbedaan golongan
darah dalam implikasi
nya terhadap 16,17,18
mekanisme transfusi
darah

Dapat mengkaitkan 20
faktor-faktor
pembekuan darah

3. Originalites Struktur Dapat menganalisis Uraian 2


jaringan alat- faktor aliran darah
alat peredaran dalam konsep mind
darah serta maps.
ruang dan
katup jantung Mencari 5 sumber
yang mendukung
struktur jaringan dan
fungsi pada alat-alat
peredaran darah
khususnya jantung
dalam konsep mind
maps.
4. Elaborasi  Mekanisme Dapat membuat Uraian 2
Peredaran rangkaian skema
Darah mekanisme peredaran
darah dalam konsep
 Kelainan dan mind maps.
gangguan
pada sistem Dapat
peredaran mengkategorikan
darah kelainan dan gangguan
manusia pada sistem peredaran
darah pada manusia
dalam konsep mind
maps.

2.7.2 Kuesioner untuk mengukur kemampuan kreativitas peserta didik.


Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyajikan
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden. Teknik
penilaian yang digunakan pada kuesioner dengan skala Likert 1-4 dan skala Thurstone 1-4.

Tabel 1. Keterangan skala pada kuesioner.


Skala Keterangan
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak Setuju
3 Setuju
4 Sangat Setuju

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner untuk mengukur kemampuan kreativitas peserta didik.


Nomor Item
Aspek Kreativitas
No. Indikator Jumlah
yang diukur Pernyataan Pernyataan
Positif Negatif

1. Fluency ● Mencetuskan banyak 1


gagasan, jawaban, 4
penyelesaian masalah
atau pertanyaan dengan 3
5
lancar.
● Memberi banyak cara 5
atau saran untuk 7
melakukan berbagai hal.

2. Fleksibilitas ● Menghasilkan banyak 5


ide, pertanyaan, dan 2
jawaban yang bervariasi.
● Dapat melihat suatu
14
pandangan dari sudut 6
yang berbeda-beda.
● Mencari banyak
alternatif atau arah yang
berbeda-beda.
● Dapat mengubah cara 11
pendekatan atau cara 15
pemikiran

3. Originalitas 8 9
● Mampu mencetuskan
ungkapan baru dan unik.
● Memikirkan cara 10 6
mengekspresikan diri 12,13
yang tidak biasanya.
18

4. Elaborasi ● Dapat memperkaya dan


mengembangkan suatu 19
gagasan atau produk. 16,17
● Menambah atau
20 4
memperluas detail
mengenai suatu objek,
ide atau gagasan atau
situasi agar lebih
menarik.

Total Pernyataan 20

2.7.3 Lembar observasi untuk mengukur kemampuan kreativitas peserta didik


Observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2018) Observasi
terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati.
Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi untuk mengukur kemampuan kreativitas.
Aspek Kreativitas
No. Butir Pengamatan
yang diukur
● Menghasilkan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian
masalah atau pertanyaan dengan lancar.
1. Fluency
● Memberi berbagai banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal.
● Menghasilkan banyak ide, pertanyaan, dan jawaban
yang bervariasi.
● Dapat melihat suatu pandangan dari sudut yang berbeda-
2. Fleksibilitas
beda.
● Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
● Dapat mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
● Mampu mencetuskan ungkapan baru dan unik.
3. Originalitas ● Memikirkan cara mengekspresikan diri yang tidak
biasanya.

● Dapat memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan


atau produk.
4. Elaborasi
● Menambah atau memperluas detail mengenai suatu
objek, ide atau gagasan atau situasi agar lebih menarik.
2.8 Teknik Analisis Data
2.8.1 Analisis Deskriptif
Teknik analisis data yang mendeskripsikan data yang sudah ada dan disajikan
berupa diagram, grafik, tabel, dan uraian singkat lainnya. Teknik analisis deskriptif
ini berdasarkan skor hasil belajar kognitif sebelum dan sesudah diterapkannya model
synectics, mind mapping, dan cooperative learning. Pedoman untuk mengukur soal
tes, seperti berikut :
Total Skor Perolehan
Nilai= x 100 (Gantini & Suhendar, 2017).
Total Skor Maksimal

2.8.2 Analisis Data Inferensial


Teknik analisis data ini meliputi pengujian persyaratan yaitu dengan digunakan
aplikasi IBM SPSS Statistics versi 23 terdapat pengujian instrument butir soal dengan
dilakukannya uji validasi, uji reliabilitas, uji kesukaran, dan uji daya beda, sedangkan
pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hasil tes dari variabel yaitu dengan
pengujian normalitas, homogenitas, dan uji hipotesis ini dengan analisis pengujian t-
tes satu sampel. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan bates taraf signifikan
α = 0,05. Setelah adanya hasil pengujian independent T-tes dilanjutkan dengan
analisis kelas eksperimen dan kelas control yang digunakan analisis N-Gain.
Pengujian N-Gain ini untuk mengetahui peningkatan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol seperti rumus berikut ini :
Skor Posttest−Skor Pretest
N−Gain Score= (Sarasati et al., 2016).
Skor Ideal−Skor Pretest

Tabel 1. Kriteria perolehan N-Gain Score


Perolehan N-Gain Kriteria N-Gain

N-Gain > 0,70 Tinggi

0,30 ≤ N-Gain ≤ 0,70 Sedang

N-Gain < 30 Rendah


(Sarasati et al., 2016)
2.8.3 Ketercapaian pembelajaran
Ketercapaian ini dibuat persentese dan tabel kriteria yang mengacu ketercapaian
pembelajaran serta ketercapaian kemampuan kreativitas, sehingga dapat mengetahui
batesan nilai untuk keberhasilan yang mengacu pada Huda (2013) dalam Triani et al.,
(2018) seperti pada rumus berikut :
P = (E/N) x 100%
Keterangan :
P = Persentese ketercapaian;
E = Total skor yang diperoleh (berdasarkan yang teramati)
N = Skor maksimal
Tabel 1. Kriteria persentese kemampuan kreativitas.
Persentese (%) Kriteria

86-100 Sangat Baik

76-85 Baik

60-75 Cukup

0-59 Tidak Baik

Kriteria persentese pada penelitian tindakan kelas ini yang merupakan tolak
ukur untuk mengetahui kriteria penelitian tindakan pada variabel kemampuan
kreativitas, sehingga terdapat skor nilai ketuntesan yang dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2. Kriteria skor nilai ketuntesan peserta didik.


Nilai Kriteria

75-100 Tuntes

55-74,9 Cukup

0-54,9 Kurang Tuntes

Indikator ketuntesan skor nilai ini dinyatakan berhasil jika nilai yang
diperoleh 75 hingga 100 sehingga subjek penelitan dapat mencapai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah. Jika hasil sudah mencapai dengan target nilai maka
penelitian selesai dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, F. (2019). Dunia Pendidikan dan Pengembangan Daya Kreatif. Sukma: Jurnal
Pendidikan, 3(1), 57–92. https://doi.org/10.32533/03104.2019
Fatmawati, B. (2014). Identifikasi Berpikir Kreatif Mahasiswa Melalui Metode Mind Mapping
Identification of Student ’ s Creative Thinking trough Mind Mapping. Bioedukasi, 7(2), 1–52.
Gantini, P., & Suhendar, D. (2017). Penilaian Hasil Belajar. In Penerbit Erlangga.
Hopkins, D. (2011). Panduan Guru : Penelitian Tindakan Kelas. Pustaka Pelajar.
Huda, M. (2011). Cooperative Learning : Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Pustaka
Pelajar.
Mustami, M. K. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Synectics dipadu Mind Maps Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif, Sikap Kreatif, dan Penguasaan Materi Biologi. Lentera
Pendidikan, X(2), 173–184.
Mustami, M. K. (2001). Model sm2cl untuk pembelajaran biologi yang inovatif. Biologi Dan
Pembelajaran Biologi Inovatif, 1–15.
Nurhayati, N., & Rahardi, R. (2021). Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam
Mengembangkan Media Pembelajaran Matematika Saat Pandemi Covid-19. Pembelajaran
Matematika Inovatif, 4(2), 331–342. https://doi.org/10.22460/jpmi.v4i2.331-342
Purwanti, S. (2020). Model Pembelajaran Synectics Untuk Peningkatan Synectics Learning Model To
Increase the Activity. 5(2), 107–112.
Puspitesari, D., Zainuddin, Z., & Wati, M. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6
Banjarmasin Pada Pokok Bahasan Usaha Dan Energi. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 3(2),
102. https://doi.org/10.20527/bipf.v3i2.751
Sarasati, A., Harlanu, M., & Sutarno. (2016). Implementesi Model Student Facilitator and Explaining
Materi Microsoft Excel Untuk Meningkatkan Motivasi, Sikap Dan Hasil Belajar Siswa Di Smp
Negeri 2 Patebon. Edu Komputika Journal, 3(2), 37–37. https://doi.org/10.15294/edukomputika
Siberman, M. L. (2012). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. In Nuansa (p. 200).
Siboro, T. D., & Purba, S. T. (2021). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami Materi
Sistem Regulasi Manusia Di Kelas XI SMA Swasta Kartika I-4 Pematangsiantar. Best Journal :
Biology Education Science & Technology, 4(1), 161–165.
Sofyan, Mansyur, & Muhiddin. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Synectics, Mind Maps,
Cooperative Learning terhadap Hasil Belajar Biologi Berdasarkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Kelas X SMAN 17 Makassar.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sundari, S. G. (2018). PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN MODEL
DISCOVERY LEARNING. Edusains: Jurnal Pendidikan Biologi Dan Sains, 1(2), 143–154.
Taufik, M. S., Mustami, M. K., & Damayanti, E. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Synectics,
Mind Maps, Cooperative Learning (Sm2Cl) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Biotek, 6(2), 61. https://doi.org/10.24252/jb.v6i2.5378
Tendrita, M., Mahanal, S., & Zubaidah, S. (2016). Pemberdayaan Keterampilan Berpikir Kreatif
melalui Model Remap Think Pair Share. Proceeding Biology Education Conference (ISSN:
2528-5742), 13(1), 285–291.
Triani, L., Wahyuni, S., Purwanti, E., Hudha, A. M., Fatmawati, D., & Husamah, H. (2018).
Pembelajaran I-CARE berbantuan praktikum : Peningkatan problem- solving skills dan hasil
belajar siswa pada materi jaringan hewan. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 4(2), 158–168.
Yuliani, A., Naparin, A., & Zaini, M. (2018). Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan
Biologi dalam Penyelesaian Masalah Ekologi Tumbuhan. BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan
Biologi, 11(1), 29–34.

Anda mungkin juga menyukai