Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian dan Pembelajaran Fisika Indonesia

Original Research Paper

PENGEMBANGAN MEDIA POWTOON BERBASIS MODEL PROBLEM


BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
FISIKA PESERTA DIDIK

Nurmala Hidayah1, Muhammad Zuhdi2, Muhammad Taufik3, Ahmad Harjono4


1,2,3,4
Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Mataram, Mataram, Lombok, Indonesia

Article history Abstract: The purpose of this study is to determine the validity of developing powtoon media
Received: October 2nd, 2021 based on problem based learning model to increase understanding of student physics concept.
Revised: November 2nd, 2021 The research design used research and development (R&D) by Thiagarajan with 4d model
Accepted: December 12th, 2021 (define, design, develop, and disseminate). This study is limited only to validity tests by taking
the result of expertand practitioner validators and the results of questionnaire responses from
*Corresponding Author: students are not conducted limited trials. Limited trials are not conducted due to limitations of
Nurmala Hidayah, Program time and civility. The validity of powtoon media based on problem based learning model is
Studi Pendidikan Fisika, FKIP, analyzed using SBi (Ideal Standard Deviation).
Universitas Mataram, Nusa
Tenggara Barat Indonesia.
Keywords: Powtoon, problem based learning, understanding of student physics
Email:
nurmalahidayah67@gmail.com concept

PENDAHULUAN Kenyataannya proses pembelajaran saat ini


Abad 21 menjadi awal perkembangan masih berpusat pada guru atau masih menggunakan
kehidupan manusia, terutama dalam bidang ilmu proses pembelajaran satu arah (Basriyah &
pengetahuan dan teknologi. Abad 21 ditandai Sulisworo, 2018). Pembelajaran satu arah
sebagai abad keterbukaan atau globalisasi yang menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif,
artinya kehidupan manusia mengalami perubahan- membelenggu kekritisan peserta didik, dan
perubahan yang fundamental berbeda dengan tata pembelajaran merupakan suatu yang
kehidupan pada abad sebelumnya (Wijaya et membosankan, yang dapat menurunkan motivasi
al.,2016). Pembelajaran pada abad 21 belajar, inisiatif peserta didik untuk bertanya dan
mengharuskan peserta didik terampil dalam mengungkapkan ide, sehingga guru harus mampu
memecahkan masalah (problem solving), berpikir menghubungkan materi ajar dengan dunia nyata
kritis, kolaborasi, dan kecakapan dalam yakni dilakukan dengan cara mengajak peserta
berkomunikasi. Terampil dalam memecahkan didik untuk melihat kehidupan dalam dunia nyata.
masalah berarti mampu mengatasi permasalahan Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran, berpikir dalam kehidupan nyata penting untuk memotivasi
kritis berarti mampu menyikapi ilmu dan dalam belajar. Kemampuan guru menghubungkan
pengetahuan dengan kritis, terampil kolaborasi setiap materi ajar dengan kehidupan nyata membuat
berarti mampu menjalin kerjasama dengan pihak peserta didik aktif dalam bertanya dan menjadi
lain untuk meningkatkan sinergi dalam proses berpikir kritis dalam memahami materi yang
pembelajaran, dan keterampilan berkomunikasi diajarkan. Oleh karena itu, guru harus cermat dalam
merujuk pada kemampuan mengidentifikasi, memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
mengakses, memanfaatkan, mengoptimalkan abad 21. Salah satu model pembelajaran yang
perangkat untuk dapat menerima dan menurut peneliti sesuai dengan abad 21 adalah
menyampaikan informasi kepada pihak lain model problem based learning (PBL). Penelitian
(Rotherham & Willingham, 2009). Abad 21 salah satu model PBL yang sudah dilakukan oleh
menuntut pembelajaran tidak lagi berpusat kepada (Niami et al.,2018) didapatkan bahwa penguasaan
guru (teacher center) melainkan berpusat pada konsep fisika peserta didik meningkat setelah
peserta didik (student center) untuk mencapai menggunakan model PBL. Penelitian lainnya juga
keterampilan-keterampilan yang diharapkan. dilakukan oleh (Jiniarti et al., 2019) dengan model

© 2021 The Author(s). This open access article is distributed under a Lisensi
Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License.
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

pembelajaran berbasis masalah (PBM) didapatkan menyelesaikan berbagai permasalahan dan mampu
bahwa penguasaan konsep fisika peserta didik melakukan proses penemuan.
mengalami peningkatan setelah menggunakan Penguasaan konsep adalah kemampuan
model PBM. peserta didik untuk memahami konsep-konsep
Model PBL atau PBM merupakan model suatu materi pembelajaran baik secara teori maupun
pembelajaran yang diawali dengan suatu penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Arianti
permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata dan et al., 2016). Sedangkan menurut (Silaban, 2014)
akan dicari pemecahan masalahnya melalui suatu Penguasaan konsep didefinisikan sebagai usaha
kegiatan penyelidikan serta dilakukan proses yang dilakukan peserta didik dalam mentransfer
mengevaluasi penyelidikan. Kegiatan penyelidikan dan merekam kembali sejumlah informasi dari
ini bertujuan untuk membantu peserta didik materi pelajaran tertentu yang digunakan dalam
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan memecahkan masalah, menganalisis,
suatu permasalahan sehingga dapat memahami dan menginterprestasikan pada kejadian tertentu.
menguasai konsep pada materi yang dipelajari Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat
(Gunawan et al., 2017). Sedangkan menurut disimpulkan bahwa penguasaan konsep dapat
(Kosasih, 2014) model PBL merupakan suatu mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam
metode pembelajaran yang menantang peserta didik memecahkan berbagai masalah, baik yang terkait
untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya
berkelompok untuk mencari solusi dari dalam situasi yang baru.
permasalahan dunia nyata. Berdasarkan beberapa Peserta didik dapat menguasai konsep
pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa fisika secara baik dan benar apabila guru sebagai
model PBL merupakan model pembelajaran yang fasilitator dapat mengkreasikan penggunaan media
memusatkan pada masalah kehidupan nyata yang pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif
bermakna bagi peserta didik dengan sintak mulai dengan dipadukan model yang sesuai untuk
dari orientasi, mengorganisasikan, membimbing menyampaikan materi pembelajaran. Media dalam
penyelidikan, mengembangkan dan menyajikan pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu
hasil, menganalisis dan mengevaluasi. untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh (Ariyanti, 2019). Oleh karena itu, peneliti mencoba
peneliti di SMAN 1 Kediri guru masih memadukan model PBL dengan media
menggunakan buku paket sebagai media pembelajaran yang dapat membantu dalam
pembelajaran dalam menyampaikan materi tanpa meningkatkan penguasaan konsep dan salah satu
disertai dengan media pembelajaran yang lebih media yang direkomendasikan peneliti adalah
interaktif dan menarik minat peserta didik dalam media powtoon.
belajar serta kurangnya penggunaan model Powtoon merupakan animasi perangkat
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di lunak yang berbasis layanan online yang
kelas lebih di dominasi oleh guru atau pembelajaran memungkinkan pengguna dengan cepat dan mudah
masih bersifat teacher center. Hal tersebut dalam membuat persentasi animasi dengan
menyebabkan peserta didik menjadi mudah bosan memanipulasi objek, memasukkan gambar,
dan kurang fokus saat proses pembelajaran yang memasukkan musik dan dapat juga memasukkan
menyebabkan penguasaan konsep masih rendah. rekaman suara dari penggunanya (Mersand, 2014).
Rendahnya penguasaan konsep di SMAN 1 Mengacu pada teori Edgar Dale tentang kerucut
Kediri disebabkan karena sebagian besar peserta pengalaman (cone of experience) bahwa 50
didik menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pengalaman belajar seseorang didapatkan setelah
pelajaran yang sulit, banyak rumus yang harus orang tersebut membaca, mendengar dan melihat,
dihafal dan terdapat perhitungan yang rumit. Fisika sehingga dengan adanya media powtoon yang dapat
merupakan salah satu cabang IPA (Sains) yang mengintegrasikan tulisan, suara, gambar dan video
pada hakikatnya suatu kumpulan ilmu pengetahuan diharapkan pemahaman peserta didik dalam
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip- menyerap materi dapat lebih meningkat. Didukung
prinsip dan merupakan suatu proses penemuan oleh penelitian yang sudah dilakukan dengan media
(Fitriani et al., 2017). Berdasarkan hal tersebut powtoon oleh (Basriyah & Sulisworo, 2018) dengan
penguasaan konsep menjadi sangat penting hasil bahwa media powtoon layak digunakan ke
dikarenakan jika peserta didik telah benar-benar peserta didik sebagai bahan ajar.
menguasai konsep fisika maka akan mudah dalam Pemilihan media powtoon sebagai media
pembelajaran sangat tepat digunakan untuk
57
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

meningkatkan penguasaan konsep peserta didik


dalam proses pembelajaran. Hal tersebut Define (Pendefinisian)
dikarenakan powtoon memiliki berbagai fitur
animasi yang menarik diantaranya animasi tulisan
tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang lebih Design (Perancangan)
hidup serta pengaturan time line yang sangat
mudah. Selain itu, media powtoon ini mudah untuk
dijadikan penyampaian materi pembelajaran dengan Develop (Pengembangan)
cara yang menarik sehingga tidak membuat peserta
didik menjadi mudah bosan dan kurang fokus saat Gambar 1. Alur Model Pengembangan Penelitian
guru menyampaikan materi.
Dengan penggunaan media powtoon Instrumen penelitian terdiri dari angket
berbasis model PBL diharapkan peserta didik validasi untuk validator ahli dan praktisi yang
mampu memecahkan permasalahan dalam terdiri dari beberapa indikator serta angket respon
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi peserta didik. Angket validasi berguna untuk
yang akan dikembangkan oleh peneliti yaitu mendapatkan penilaian kalayakan media serta saran
momentum dan impuls, sehingga proses dan tanggapan untuk memperbaiki media yang
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru telah dikembangkan.
melainkan berpusat pada peserta didik. Hal tersebut Teknik analisis data menggunakan analisis
dikarenakan model PBL memfokuskan pada peserta data kualitatif dan data kuantitatif.
didik dengan mengarahkan menjadi pembelajar Analisis data kualitatif
yang mandiri dan terlibat langsung secara aktif Data kualitatif berupa komentar dan saran dari
dalam pembelajaran kelompok sehingga dapat validator ahli dan praktisi.
membantu untuk mengembangkan berpikir dalam Analisis data kuantitatif
mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan, Data kuantitatif berupa skor validasi dari
sehingga diperoleh solusi untuk suatu masalah validator ahli dan praktisi dari skala 1-4 Yang
dengan rasional dan autentik. Penggunaan media dianalisis menggunakan Simpangan Baku Ideal
powtoon diharapkan mampu memvisualkan dan dengan langkah sebagai berikut:
menjelaskan materi momentum dan impuls secara 1. Mengubah nilai kategori menjadi skor
lebih mudah, sehingga peserta didik dapat penialian
memahami materi yang disampaikan dan dapat a. Penilaian kualitas media
meningkatkan penguasaan konsep fisika peserta Tabel 1. Penilaian Kualitas Media
didik. No Kategori Skor Kriteria
1 Sangat Baik 4 Sangat sesuai
(SB) dengan indikator
Metode 2 Baik (B) 3 Sesuai dengan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan indikator
pengembangan atau Research and Development 3 Cukup Baik 2 Cukup sesuai
(R&D). Tahapan penelitian yang digunakan (CB) dengan indikator
mengacu pada metode penelitian dan 4 Kurang Baik 1 Kurang sesuai
pengembangan 4D yang dikembangkan oleh (KB) dengan indikator
Thiagarajan (1974) yang terdiri dari tahap define,
design, develop, dan disseminate. Karena Setelah didapatkan skor untuk setiap penilaian,
keterbatasan waktu dan keadaan peneliti hanya dihitung rata-rata dari setiap aspek yang dinilai
sampai pada tahap develop seperti pada gambar dengan rumus
berikut ini: ∑𝑥
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan:
𝑥̅ = skor rata-rata
∑ 𝑥 = jumlah skor
𝑛 = jumlah penilai

58
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

2. Mengubah skor rata-rata dari penilaian peneliti di SMAN 1 Kediri menunjukkan


media menjadi nilai kualitatif bahwa sebagian peserta didik menganggap
Nilai rata-rata total skor masing-masing fisika adalah pelajaran yang sulit, banyak
yang diperoleh kemudian dikonversikan rumus yang harus dihafal, dan terdapat
menjadi data kualitatif berupa tingkat perhitungan yang rumit, metode pelajaran
kelayakan produk. Adapun pedoman konversi yang monoton, serta kurangnya variasi
nilai pada tabel berikut: penggunaan media pembelajaran yang
interaktif dan menarik minat peserta didik
Tabel 2. Konversi Skor Media Pembelajaran dalam belajar.
b) Analisis peserta didik
No Persentase Nilai
Analisis peserta didik bertujuan
untuk menyesuaikan antara pengembangan
1 𝑋̅ > 𝑋̅𝑙 + 1 𝑠𝑏𝑖 Sangat
Baik media dengan materi yang akan diajarkan
2 𝑋̅𝑙 + 1 𝑠𝑏𝑖 > 𝑋̅ ≥ 𝑋̅𝑙 Baik ke peserta didik. Materi yang akan
3 𝑋̅𝑙 > 𝑋̅ ≥ 𝑋̅𝑙 − 1 𝑠𝑏𝑖 Kurang dikembangkan dalam media powtoon
Baik adalah momentum dan jmpuls untuk
4 𝑋̅ < 𝑋̅𝑙 − 1 𝑠𝑏𝑖 Tidak peserta didik kelas X SMA.
Baik c) Analisis tugas
(Mardapi, 2012) Materi yang dimuat dalam media
powtoon berbasis model PBL adalah
Keterangan: momentum dan impuls. Analisis tugas ini
𝑋 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ dilakukan pada analisis Kompetensi Inti
𝑋̅ = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang
1
= 6 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 min 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) kemudian menjabarkan Indikator
1 Pencapaian Kompetensi.
= 2 (4 + 1) = 2,5 d) Analisis konsep
𝑠𝑏𝑖 = 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 Analisis konsep terdiri dari konsep-
1
= 6 (𝑠𝑘𝑜𝑟 max 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 min 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙) konsep momentum dan impuls yang akan
1 dikembangkan dalam media powtoon
= 2 (4 − 1) = 0,5 berbais model PBL. Konsep-konsep
tersebut disusun secara sistematis
Hasil dan Pembahasan berdasarkan fakta atau fenomena yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Peta
kelayakan pengembangan media powtoon berbasis konsep dapat dilihat pada gambar di bawah
model problem based learning untuk meningkatkan ini:
penguasaan konsep fisika peserta didik. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
pengembangan media powtoon berbasis model PBL
untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika
peserta didik. Produk ahkir dari media powtoon
berupa video pembelajaran interaktif pada materi
momentum dan impuls. Adapun tahapan yang
dilakukan pada penelitian dan pengembangan ini
yaitu: 1) define (pendefinisian), 2) design
(perancangan), 3) develop (pengembangan), dan 4)
Gambar 2. Peta Konsep Momentum
disseminate (penyebaran). Karena keterbatasan
dan Impuls
waktu dan keadaan peneliti hanya sampai pada
tahap develop (pengembangan). e) Analisis tujuan pembelajaran
1) Define (pendefinisian)
Pada tahap ini dirumuskan tujuan
a) Analisis awal pembelajaran berdasarkan Kompetensi Inti
Analisis awal bertujuan untuk (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai
menentukan masalah dasar yang dihadapi dengan kurikulum 2013 serta Indikator
oleh peserta didik dalam pembelajaran Pencapaian Kompetensi yang diharapkan
fisika. Analisis awal yang dilakukan
59
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

tercapai dalam proses pembelajaran.


Tujuan pembelajaran tercantum di RPP.
2) Design (perancangan)
a) Pemilihan perangkat media
Media yang dibutuhkan dalam
membuat sebuah media pembelajaran
interaktif dan menarik adalah suatu
kombinasi gambar yang berupa gambar-
gambar pendukung sebagai pelengkap Gambar 4. Halaman pembukaan
untuk media pembelajaran, animasi- untuk memulai
animasi yang terkait dengan materi pembelajaran
momentum dan impuls, serta audio yang
mendukung finishing media pembelajaran
powtoon.
b) Pemilihan format
Pemilihan format dilakukan agar
format yang dipilih sesuai dengan materi
pembelajaran. Format yang digunakan
dalam RPP dan media powtoon mengacu
pada format RPP Kurikulum 2013 dan Gambar 5. Halaman tujuan
Pembelajaran
media powtoon yang mengadopsi dari
model PBL.
c) Rancangan awal
Rancangan awal media
pembelajaran dibuat untuk
memvisualisasikan media pembelajaran
yang telah disusun oleh peneliti. Rancangan
awal media pembelajaran ini terdiri dari
beberapa slide atau halaman dengan
Gambar 6. Halaman KD dan indikator
pembahasan yang berbeda-beda yaitu pembelajaran
halaman perkenalan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai halaman pembuka media
pembelajaran, halaman materi untuk
menampilkan pokok pembahasan, halaman
berisikan tujuan pembelajaran, KD, dan
indikator pencapaian kompetensi, contoh
soal, dan latihan soal. Rancangan awal
media powtoon berbasis model PBL dapat
dilihat sebagai berikut:
Gambar 7. Halaman animasi

Gambar 3. Tampilan awal media


Powtoon Gambar 8. Halaman materi
Pembelajaran

60
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

Tabel 3. Hasil validasi media powtoon berbasis


model PBL dari ahli materi
Validator Rata-rata Kategori

Dosen V1 3,40 Sangat baik


V2 2,45 Kurang baik
Gambar 9. Halaman contoh soal V3 2,80 Baik
Guru V1 3,10 Sangat baik
V2 3,00 Sangat baik
V3 2,65 Baik
Rata-rata 2,90 Baik

Gambar 10. Halaman latihan soal Tabel 4. Hasil validasi media powtoon berbasis
model PBL dari ahli media
Validator Rata-rata Kategori

Dosen V1 3,60 Sangat baik


V2 2,65 Baik

Gambar 11. Halaman penutup V3 2,70 Baik


pembelajaran Guru V1 3,20 Sangat baik
3) Develop (pengembangan)
Pada tahap pengembangan ini yang V2 3,25 Sangat baik
dilakukan oleh peneliti terdiri dari beberapa V3 2,60 Baik
langkah yaitu validasi ahli dan praktisi, revisi hasil
validasi ahli dan praktisi, serta menyebarkan angket Rata-rata 3,00 Sangat baik
respon ke peserta didik. Tahap validasi media
berfungsi untuk mengetahui apakah media yang
dikembangkan layak untuk diterapkan apa tidak. Tabel 5. Hasil respon peserta didik terhadap media
Pada tahap ini, peneliti menggunakan dua validator powtoon berbasis model PBL
Jumlah Total ̅
𝑿 Kategori
ahli yaitu validator ahli materi dan validator ahli
Pernyataan Responden Skor
media serta validator praktisi, dalam hal ini adalah
guru fisika. Validasi media powtoon berbasis model 15 20 3,3 Sangat
PBL menggunakan angket validator ahli dan Baik
praktisi. Kesimpulan dari angket validasi tersebut
menentukan kelayakan dari media powtoon
berbasis model PBL untuk meningkatkan
penguasaan konsep fisika peserta didik. Hasil dari
Kesimpulan
validasi, saran dan tanggapan, serta data dari
Berdasarkan hasil penelitian dan
validator ahli dan praktisi, serta hasil penilaian dari
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
respon peserta didik pada tahap pengembangan ini
bahwa media powtoon berbasis model PBL layak
dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5 berikut ini:
digunakan sebagai media pembelajaran dan mampu
membantu dalam meningkatkan penguasaan konsep
fisika peserta didik.

61
First Author et al, JPPFI 2021, Volume 3 No. 2: 56-62
DOI: 10.29303/jppfi.v3i2.123

Daftar Pustaka /jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPFT/article


/view/850/pdf
Arianti, B. I., Sahidu, H., Harjono, A., & Gunawan, Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan
G. (2017). Pengaruh Model Direct Instruction Pembelajaran Implementasi
Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Kurikulum2013. Bandung: Yrama Widya.
Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan Mardapi, D. 2012. Pengukuran Penilaian &
Fisika Dan Teknologi, 2(4), 159. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
https://doi.org/10.29303/jpft.v2i4.307 Medika.
Ariyanti, K. W., & Sulisworo, D. (2019). Integrasi Mersand, S. 2014. Product Review: Powtoon.
Tpack Dalam Pengembangan Multimedia Online:
Berbasis Powtoon Pada Pembelajaran Dengan http://www.techlearning.com/news/002/p
Pokok Bahasan Gelombang Berjalan Dan roduct-review-powtoon/63310. Diakses
Gelombang Stasioner Di SMA 29 Februari 2020.
Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Jurnal Riset Rotherham, A. J., & Willingham, D. (2009). 21st
Dan Kajian Pendidikan Fisika, 6(2), 1–6. century skills: The challenges ahead.
https://doi.org/10.12928/jrkpf.vxix.xxxx Educational Leadership, 67(1), 16–21.
Baiq Ewiq Jiniarti, Ahmad Harjono, M. Makhrus. Silaban, B. (2014). Hubungan antara penguasaan
(2019). Pengembangan Perangkat Model konsep fisika dan kreativitas dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan kemampuan memecahkan masalah pada
Virtual Eksperimen Untuk Meningkatkan materi pokok listrik statis. Jurnal Penelitian
Penguasaan Konsep Peserta Didik Pada Bidang Pendidikan, 20(1), 65–75.
Materi Alat-Alat Optik. Pijar MIPA, 14(2), Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I.
25–30. 1974. Instructional Development for
https://doi.org/10.29303/jpm.vl4i2.1233 Training Teachers of Expectional
Basriyah, K., Sulisworo, D., & Dahlan, U. A. Children. Minneapolis, Minnesota:
(2018). Pengembangan Video Animasi Leadership Training Institute/Special
Berbasis Powtoon Untuk Model Education, University of Minnesota.
Pembelajaran Flipped Classroom Pada Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A.
Materi Termodinamika. Prosiding SNE (2016). Transformasi pendidikan abad 21
(Seminar Nasional Edusaintek). Vol.4, pp sebagai tuntutan pengembangan sumber daya
152–156. manusia di era global. Prosiding Seminar
Fitriani, N., Gunawan, & Sutrio. (2017). Berpikir Nasional Pendidikan Matematika 2016, 1,
Kreatif Dalam Fisika Dengan Pembelajaran 263–278.
Conceptual Understanding Procedures ( Cups
) Berbantuan Lkpd. Jurnal Pendidikan Fisika
Dan Teknologi, III(1), 24–33.
Gunawan, Ahmad Harjono, Hairunnisyah Sahidu, I
Nyoman Sugiana, Ni Made Yeni Suranti,
Nina Nisrina, Ria Rizki Ekasari, Mahesti
Kusdiastuti, Andriyani Hastuti, Shinta
Mutiara Dewi, Baiq Ida Arianti, P. I. S.
(2017). Laboratorium Virtual dan Aplikasinya
dalam Pembelajaran Fisika (M. P. Dr. Agus
Setiawan, M.Si, Dr. Wahono Widodo, M.Si,
Dr. Gunawan (ed.)). Arga Puji Press.
http://eprints.unram.ac.id/4392/1/Laboratoriu
m Virtual dan Aplikasinya dalam
Pembelajaran Fisika.pdf
Khairun Niami, Kosim, & Gunawan. (2018). Model
Problem Based Learning Berbantuan Simulasi
Komputer Untuk Meningkatkan Penguasaan
Konsep Pada Materi Alat-Alat Optik.
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 4(3), 220–
225.
62

Anda mungkin juga menyukai