DP-2:
Melakukan perencanaan dengan pendekatan belajar siswa, atau student centered
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dengan begitu, selama pembelajaran, guru akan berorientasi kepada murid, sehingga yang berperan dalam
pengembangan kognitif siswa adalah termasuk murid itu sendiri. Dalam student centered learning akan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa lebih efektif dibandingkan dengan teacher centered learning. (Putu
Widyanto, Raisa Vienlentia, 2021)
Referensi:
Putu Widyanto, Raisa Vienlentia. (2021). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta
Didik menggunakan Student Centered Learning. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
PengembanganVolume: 7 Nomor: 4 Bulan April Tahun 2022Halaman:149—157, 153.
DP-3:
Guru akan memperbanyak kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi, menukar informasi dan saling bertukar
pikiran
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Metode diskusi juga salah satu cara belajar yang mengedepantan proses kognitivisme, dalam berdiskusi akan
terjadi banyak sekali pertukaran informasi. Dalam proses pertukaran informasi tersebut akan banyak pula terjadi
perbedaan sudut pandang, perbedaan pemahaman, yang nantinya akan menemukan titik tengah dan pemahaman
baru yang lebih baik. Terbukti dengan metode diskusi ini dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dan
meningkatkan prestasi siswa dalam belajar. (Marsitin, 2013)
Referensi:
Marsitin, R. (2013). PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA METODE DISKUSI DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 3
KEPANJEN MALANG. urnal Inspirasi PendidikanUniversitas Kanjuruhan Malang, 210.
Referensi:
Cucu Cahyati. (2021). MANFAAT MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA (Systematic Literature Review). S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia, 13.
DP-5:
Melatih siswa untuk perfikir kritis dengan memberikan kritik dan saran terhadap suatu permasalahan.
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Di saat kita mengkritik sesuatu, tentunya kita tak bisa asal mengkritik sesuatu tersebut, diperlukan alasan, sumber
dan data yang jelas, serta alasan harus logis, hal tersebut hanya bisa tercapai jika terjadi proses informasi dan
pemikiran dari siswanya masing-masing
Referensi:
Eli Marlina Harahap, Lili Herawati Parapat. (2017). PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARANCONTEXTUAL TEACHINGAND LEARNINGTERHADAP HASIL BELAJAR
KRITIK SASTRAMAHASISWA UMTS PADANGSIDIMPUAN. Jurnal Bahasa dan Sastra, 8.
DP-6:
Menerapkan pembelajaran berbasis proyek Project Based Learning
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Pembelajaran berbasis projek akan mnciptakan lingkungan belajar yang rill, karena siswa mengalami langsung
proses pembelajaran, dengan ini siswa lebih percaya diri dan trampil dalam memecahkan masalah dan mampu
meningkatkan kemampuan abad 21.
Referensi:
Tantri Mayasari, Asep Kadarohman, Dadi Rusdiana, Ida Kaniawati. (2016). APAKAH MODEL
PEMBELAJARANPROBLEM BASED LEARNINGDANPROJECT BASED LEARNINGMAMPU
MELATIHKAN KETERAMPILANABAD 21? JPFK, Vol.2No.1,Maret 2016, hal48-55, 52.
DP-7:
Guru memenuhi kebutuhan belajar siswa, dengan praktik langsung
Teori atau pemikiran yang mendasari: Pembelajaran berdifrensiasi adalah upaya yang dilakukan guru untuk
memenuhi kebutuhan dan harapan murid terhadap belajar, sederhananya pembelajaran ini adalah serangkaian
keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid (Herwina, 2021)
Referensi:
Herwina, W. (2021). OPTIMALISASI KEBUTUHAN MURID DAN HASIL BELAJAR DENGAN
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175-182.
https://doi.org/10.21009/PIP.352.10
DP-9:
Mengaitkan pembelaajran dengan masalah di kehidupan nyata, termasuk belajar dari pengalaman
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Problem Based Learning juga slah satu model yang populer digunakan, menekankan pada sifat aktif peserta didik,
dan menggunakan pendekatan kontruktivisme.
Referensi:
Tantri Mayasari, Asep Kadarohman, Dadi Rusdiana, Ida Kaniawati. (2016). APAKAH MODEL
PEMBELAJARANPROBLEM BASED LEARNINGDANPROJECT BASED LEARNINGMAMPU
MELATIHKAN KETERAMPILANABAD 21? JPFK, Vol.2No.1,Maret 2016, hal48-55, 52.
DP-10:
Menggunakan metode diskusi, debat, dalam pembelajaran
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dengan metode debat, akan meningkatkan keaktifan siswa di kelas (Wijayanto, 2017), karena siswa masuk
kedalam suasana belajar yang aktif sehingga menuntuk siswa untuk aktif juga. Dari debat ini akan melatih
kemampuan siswa beargumen dan meningkatkan pemahaman.
Referensi:
Wijayanto, P. A. (2017). EFEKTIVITAS METODE DEBAT AKTIF DAN STRATEGI PENERAPANNYA
DALAMMENGOPTIMALKAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Vol 2, Nomor 1, Juni 2017, 101.
DP-1
Mampu bekerjasama dengan baik dengan teman kelompoknya
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dalam kelompok yang sehat akan ada pembagian tugas yang baik dan kontribusi seimbang dari tiap anggotanya,
hal ini harus didasari dari kesadaran individu masing-masing dalam setiap kelompoknya, jika inisiatif hanya
diambil oleh sebagian orang dalam kelompok saja, maka sebagian anggota kelompok lain akan menjadi pasif di
kelompok.
Referensi:
Cucu Cahyati. (2021). MANFAAT MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA (Systematic Literature Review). S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia, 13.
DP-3
Berbagi informasi serta ilmu yang di dapatkan, atau mengklarifikasikan pemahaman kepada teman di kelas nya
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Pertukaran informasi terjadi di proses ini, manfaatnya siswa dapat mengetahui informasi dengan lebih mudah
karena disampaikan langsung oleh teman nya lewat bahasa dan pemahaman teman nya, dalam hal lain bisa juga
terjadi proses klarifikasi, siswa yang kurang paham akan materi atau yang mengalami miss konsepsi, akan
menemukan pembenaran pemahaman dari sebelumnya.
Referensi:
Rehalat, A. (2014). MODEL PEMBELAJARAN PEMROSESAN INFORMASI. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Volume 23, No. 2, Edisi Desember 2014, 4.
DP-4
Siswa berperan aktif dalam kelompok
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dalam suatu kelompok tidak di perbolehkan ada yang pasif, karena orang yang pasif pasti akan mendapatka
pengetahuan yang lebih sedikit darpada anggota yang aktif, atau bahkan tidak memahami materi sama sekali,
sedangkan siswa yang aktif akan mendapatkan manfaat lebih banyak. Maka dengan berperan aktif siswa akan
mendapatkan pemahaman secara maksimal.
Referensi:
Cucu Cahyati. (2021). MANFAAT MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW TERHADAP
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA (Systematic Literature Review). S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia, 13.
DP-5
Siswa berpikir lebih dalam terkait apa masalah yang sedang dihadapi
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Keterampilan abad 21 menjadikan critical thingking sebagai salah satu poinnya, deskripsi perilaku ini dimaksud
agar siswa selalu menelaah lebih dalam tentang solusi dari masalah yang akan dihadapi, shingga siswa mampu
menghadapi masalah tersebut dengan kemapuan berfikirnya sendiri.
Referensi:
Tantri Mayasari, Asep Kadarohman, Dadi Rusdiana, Ida Kaniawati. (2016). APAKAH MODEL
PEMBELAJARANPROBLEM BASED LEARNINGDANPROJECT BASED LEARNINGMAMPU
MELATIHKAN KETERAMPILANABAD 21? JPFK, Vol.2No.1,Maret 2016, hal48-55, 52
DP-7
Setiap anggota kelompok berdiskusi untuk mencapai kesimpilan yang sama
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Di sini siswa dihadapkan dengan perbedaan pendapat dan pandangan, yang nantinya dari perbedaan pendapat
tersebut siswa akan belajar untuk menerima pendapat orang lain dan memperbaiki pemahamanya, sehingga
tercapai satu kesimpulan.
Referensi:
Moma, L. (2017). PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
MAHASISWA MELALUI METODE DISKUSI. Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Februari
2017, Th. XXXVI, No. 1, 133-134.
DP-8
Siswa memiliki motivasi dan tujuan belajarnya
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dari motifasi, kemudian berlanjut ke realisasi atau tindakan, ketika siswa sudah menemukan motivasinya dan
tujuan belajarnya, maka siswa akan mampu menjalankan motivasinya dan mencapai tujuanya. Seperti teori
motivasi bealajr Abraham
Referensi:
Prihartanta, W. (2015). TEORI-TEORI MOTIVASI. Jurnal Adabiya, Vol. 1 No. 83 Tahun 2015 , 10.
DP-9
Siswa mau dan mampu untuk menjalin interaksi dengan siapa saja
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Tak hanya di dalam kelompoknya, siswa juga harus bisa berinteraksi dengan lingkungan, guru-gurunya, bahkan
orang lain, maka dengan interaksi yang tak terbatas, siswa dapat lebih banyak mendapatkan informasi dan
pemahaman baru.
Referensi:
Lalu Moh. Fahri, Lalu A. Hery Qusyairi. (2019). INTERAKSI SOSIAL DALAM PROSES PEMBELAJARAN.
PALAPA Jurnal Study Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 152-154
DP-10
Mampu membuat kesimpulan dari apa yang telah dipahami
Teori atau pemikiran yang mendasari:
Dari berbagaimacan informasi, siswa tak luput juga harus membuat pemahaman dengan kesimpulan yang ia buat
sendiri. Mencapai dan membuat kesimpulan adalah kemampuan yang sangat penting yang belum banyak dimiliki
dari hasil sistem pendidikan di Indonesia.
Referensi:
Yuliana. (2021). Peningkatan Kemampuan Menyimpulkan Hasil Pengamatan . Jurnal Educatio, 1918.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menentukan kandungan dan manfaat serealias, kacang kacangan dan
umbi.
2. Peserta didik dapat membuat produk jadi dari olahan serealia, umbi dna kacang-kacangan.
C. Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Indikator tercapainya tujuan pembelajaran oleh peserta didik meliputi:
1. Memahami keragaman serelia, umbi dan kacang-kacangan serta manfaatnya bagi kehidupan sehari-
hari.
2. Memahami tahapan mengolah serealia, umbi, dan kacang-kacangan.
3. Membuat suatu produk jadi dari olahan serealia, umbi, dan kacang-kacangan.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pendekatan : Student Centered
Model Pembelajaran : Project Based Learning
Metode Pembelajaran : Demonstrasi, krja cipta, kompetisi
Guru menampilkan sebuah video di depan Siswa mengamati video yang diberikan
kelas mengenai pengelolahan serealia, umbi
dan kacang-kacangan
Sumber : Quiziz
Engage Guru membagi kelompok siswa sesuai resep Siswa mampu bekerjsama dengan baik
(Melibatkan) yang mereka pilih antar anggota kelompoknya.
Guru menyiapkan dan membagikan bahan- Siswa mengam,bilk bahan dan peralatan
bahan dan alat yang akan digunakan kepada yang mereka perlukan.
setiap kelomkpok.
Explore Guru meminta siswa untuk praktik langsung Siswa mampu bekerja sama dengan baik
(Mengeksplorasi pembuatan olahan. dengan kelompoknya dalam mengelola
) olahan serealia, umbi dan kacang-
kacangan.
Guru meminta siswa memulai bekerjasama Siswa mampu berpikir lebih dalam
untuk membuat olahan mengenai bagaimana nantinya makanan
ini akan diolah
Guru meminta siswa untuk menata olahan Siswa menata hasil olahan kedalam piring
yang telah jadi di atas piring
Evaluate Guru mengumpulkan hasil olahan dan Siswa berkumpul di tempat masing-
(Evaluasi) melakukan penilaian, masing secara berkelompok.
Guru meminta perwakilan kelompok untuk Siswa berperan aktif dalam kelompok,
mepresentasikan makananya kepada dengan bmenjadi perwakilan untuk
kelompok lain mempresentasikan olahanya.
Guru meminta siswa berkomentar membalas Siswa berperan aktif dalam kelompok,
komentar dengan argumen (debat) mengenai dengan mengomentari dan menanggapi
kandungan dari makanan masing-masing masukan dan komentar dari kelompok
lain.
Extend Guru menjelaskan bahwa pembelajaran pada Siswa mendengarkan nasehat guru dan
(Memperpanjan hari ini akan terpakai dalam kehidupan membuat kesimpulan pada pembelajaran
g) nyata, karena serealia, umbi, dan kacang- hari ini
kacangan adalah bahan makanan sehari hari
Guru meminta siswa merapikan kembali Siswa merapikan bekas masak, dan
peralatan memasak dan menutup pulang
pembelajaran.
2. Rasional
Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek adalah salah satu
pendekatan pembelajaran yang sangat relevan dan efektif untuk berjalanya skenario pembelajaran yang
disebutkan di atas. Model ini secara khusus dipilih karena secara alami mendukung dan sejalan dengan tujuan
pembelajaran prakarya yang diambil dalam konteks tersebut. Prakarya sebagai salah satu mata pelajaran memiliki
ciri khas di mana pembelajarannya didominasi oleh kegiatan praktik. Oleh karena itu, penggunaan model
pembelajaran PBL dalam pembelajaran prakarya adalah pilihan yang sangat tepat.
PBL menekankan pada penggunaan proyek atau tugas berbasis proyek sebagai landasan utama dalam
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran prakarya, hampir semua materi yang dipelajari terkait dengan
prosedur dan praktik. Misalnya, jika dilihat dari karakteristik materi, prakarya dalam banyak materinya sebagian
besar yang dipelajari adalah berupa prosedur yang harus diikuti. Sementara itu, sisanya mungkin berupa fakta-
fakta terkait alat dan bahan yang digunakan, atau konsep-konsep dasar yang diperlukan untuk memahami praktek
tersebut. Dalam model pembelajaran PBL, proyek atau tugas berbasis proyek dirancang untuk mereplikasi
konteks dunia nyata sebanyak mungkin. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan yang relevan dengan situasi kehidupan nyata. Misalnya, dalam konteks pembelajaran prakarya,