Anda di halaman 1dari 10

SEL.06.

2-T6-3-a Ruang Kolaborasi - Implementasi Pembelajaran dalam UbD

Kelompok 2:
1. Achlis Rizkiya
2. Afrisa Ardianty
3. Desy Nurma Rizqiana
4. Dicky Ahmad Nor Sidiq
5. Llili Nurindah
6. Eva Tri Mahmudi
7. Regita Dyah
8. Risqi Emawidiasari
9. Tanda Dewi Purnasari
10. Tunjung Tamarin

Link video:
https://drive.google.com/file/d/1CdEQqRZMeDJ98ZLr_fvvKwvk_2OuoMEm/view?usp=sharin
g
Link PPT:
https://docs.google.com/presentation/d/1HiLYW3tXFoJJ1L6iqZJOLdEBb98Phjo2/edit?usp=shar
ing&ouid=102656773097148917623&rtpof=true&sd=true

1. Kegiatan mana yang sering Anda lakukan (1,2 atau 3) dan mengapa kelompok Anda
memilih kegiatan tersebut? Jelaskan.
Jawab: Saya sering melakukan Demonstrasi atau Pemodelan karena kegiatan ini
memberikan manfaat yang besar dalam pembelajaran siswa. Demonstrasi memberikan
contoh konkret yang memperjelas konsep atau keterampilan yang diajarkan, sehingga
membantu siswa memahami dengan lebih baik. Interaksi langsung dengan guru selama
demonstrasi juga memungkinkan siswa untuk bertanya dan mendapatkan klarifikasi
secara langsung, yang dapat memperkuat pemahaman mereka. Selain itu, melalui
demonstrasi, siswa dapat melihat bagaimana konsep atau keterampilan tersebut
diterapkan dalam konteks praktis, yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk
belajar. Dengan melihat hasil langsung dari apa yang dipelajari, siswa lebih mungkin
merasa termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan
Demonstrasi atau Pemodelan tidak hanya memfasilitasi pemahaman konsep yang lebih
baik, tetapi juga memperkuat pembelajaran dan motivasi siswa secara keseluruhan.

2. Kegiatan mana yang menurut Anda cocok dan sesuai untuk peserta didik kekinian?
Jelaskan.
Jawab: Menurut kami, kegaitan yang cocok dan sesuai untuk peserta didik kekinian yaitu
kegiatan 2 (membangun, memerika, memperluas). Kegiatan 2 sesuai dengan peserta didik
kekinian dikarenakan kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun, memeriksa, dan
memperluas motivasi belajar peserta didik dengan meningkatkan keaktifan atau
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga dapat
membangun pemahaman materi serta kompetensi yang dimilikinya. Setelah itu, pendidik
ataupun peserta didik dapat memeriksa dan mengetahui diri mereka berkaitan dengan
kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka. Dengan begitu, peserta didik dapat
memperluas wawasan, melengkapi kekurangan, serta mengembangkan kelebihan atau
potensi diri mereka. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara serta
kurikulum merdeka saat ini, dimana Pendidikan harus berpusat kepada peserta didik guna
memenuhi kebutuhan serta pemahaman dari peserta didik tersebut.

Ringkasan Individu

Afrisa Ardianty
Model RADEC dapat menstimulus peserta didik untuk memahami konsep secara menyeluruh.
Tahapan model RADEC diawali dengan kegiatan membaca untuk mengkontruksi pemahaman
yang pada akhirnya peserta didik diharapkan mampu menuangkan ide atau gagasan
berdasarkan pemahamannya tersebut. Hal ini ditunjukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara pretets dan posttest. Nilai N-gain yang diperoleh sebesar 0.5356 pada siklus
ke-1 dan 0.6802 pada siklus ke-2 dengan kategori sedang. Hasil lembar observasi pemahaman
peserta didik.
Refensi :
Saodah Siti,dkk. (2023). UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
KELAS IV MATERI GAYA DENGAN RANCANGAN UNDERSTANDING BY
DESIGN (UbD) MELALUI PENERAPAN MODEL RADEC. Didaktik: Jurnal Ilmiah
PGSD FKIP Universitas Mandiri ISSN.Vo.9(01)
Desy Nurma Rizqiana
Saya sebagai guru lebih sering melukakan kegiatan demonstrasi untuk mencontohkan terlebih
dahulu sehingga peserta didik mendapat gambaran konsep awal atas materi yang akan
dikerjakan serta mengurangi melencengnya materi. Proses kegitan siswa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik kekinian dengan melakukan unjuk kerja seperti hipotesis, penelitian,
implementasi, simpulan dan terakhir merevisi sehingga terlibat langsung dalam pembuatan
projek dan belajar sambil melakukan, kesalahan yang terjadi setelah proses akhir akan direvisi
kembali dan diambil simpulan yang benar.

Pendapat saya didukung dengan literasi oleh pendapat Suharman (2021), bahwa Metode
Learning By Doing sangat efektif dalam menaikkan hasil belajar atau prestasi peserta didik
dengan menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu peserta didik perlu terlibat pada
proses belajar secara spontan. berasal rasa keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum
diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif pada suatu proses belajar.
Referensi :
Suharman, Y T., & Fauziati E. (2021). Maksimalisasi Kualitas Belajar Peserta Didik
Menggunakan Metode Learning By DoingPragmatisme By John Dewey. Jurnal Papeda:
Vol.
3, No 2, Juli 2021
Tanda Dewi Purnasari
Saya sebagai guru sering melakukan Demonstrasi atau Pemodelan karena kegiatan ini
memberikan manfaat yang besar dalam pembelajaran siswa. Demonstrasi memberikan contoh
konkret yang memperjelas konsep atau keterampilan yang diajarkan, sehingga membantu
siswa memahami dengan lebih baik. Interaksi langsung dengan guru selama demonstrasi juga
memungkinkan siswa untuk bertanya dan mendapatkan klarifikasi secara langsung, yang dapat
memperkuat pemahaman mereka. Selain itu, melalui demonstrasi, siswa dapat melihat
bagaimana konsep atau keterampilan tersebut diterapkan dalam konteks praktis, yang dapat
meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Dengan melihat hasil langsung dari apa yang
dipelajari, siswa lebih mungkin merasa termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, kegiatan Demonstrasi atau Pemodelan tidak hanya memfasilitasi pemahaman
konsep yang lebih baik, tetapi juga memperkuat pembelajaran dan motivasi siswa secara
keseluruhan. Hal ini sesuai dengan refrensu artiel yang saya temukan.
Belajar adalah aktivitas yang disengaja dan sadar untuk memperoleh pemahaman atau
pengetahuan baru, dengan tujuan mengubah perilaku secara relatif tetap. Motivasi belajar,
sebagai daya penggerak, sangat penting dalam memastikan kelangsungan aktivitas belajar.
Namun, banyak peserta didik yang hanya belajar karena kewajiban sekolah tanpa motivasi
intrinsik. Untuk menumbuhkan motivasi belajar, guru perlu menciptakan stimulasi, terutama
melalui kreativitas dalam manajemen pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran.
Kreativitas guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan insentif seperti penilaian,
hadiah, dan pujian, serta melalui kompetisi atau pengungkapan tujuan pembelajaran. Hal ini
membantu siswa mengembangkan minat dan hasrat untuk belajar, serta meningkatkan hasil
pembelajaran secara keseluruhan.
Referensi :
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/jurnalkependidikan/article/view/1939/1435
Oktiani, Ifni. 2017. Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal
Kependidikan Vol. 5 No. 2

Eva Tri Mahmudi


Ada keterkaitan antara tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran pembelajaran dan
kegiatan kegiatan pembelajaran pembelajaran yang cocok bagi siswa. Dalam pembelajaran,
guru memang sebaiknya menggunakan pembelajaran kooperatif (metode fasilitatif atau
konstruktivis). Dalam pembelajaran kooperatif, siswa berkolaborasi, mendukung orang
lain, dan mengajar. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa berkolaborasi berkolaborasi
dalam kelompok kelompok untuk menyelesaikan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Kelompok yang dibentuk adalah kelompok siswa dengan kemampuan yang heterogen
sehingga siswa harus saling mendukung satu sama lain. Siswa yang ahli dan sudah menguasai
materi dapat mengajarkan materi kepada siswa lain yang belum menguasai materi. Siswa yang
kurang ahli dan belum menguasai materi pun tidak boleh diam saja, tetapi aktif bertanya dan
mengambil peran sesuai apa yang dirasa bisa dilakukan. Dengan kata lain, pembelajaran
kooperatif dapat menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu
pokok bahasan tersebut.
Selain itu, pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan 9 hasil belajar siswa. Sudah ada
penelitian yang membuktikan hal itu, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Astuti (2018) yang terpublikasi pada artikel jurnal berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Stad dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara siswa
yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang mengikuti model
pembelajaran konvensional di mana model pembelajaran pembelajaran kooperatif kooperatif
tipe STAD lebih unggul daripada daripada model pembelajaran pembelajaran konvesional.
konvesional. Artinya, Artinya, pembelajaran pembelajaran kooperatif, kooperatif, khususnya
tipe STAD, berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada
siswa. Oleh karena itu, guru disarankan untuk menggunakan pembelajaran kooperatif yang
cocok bagi siswa kekinian kekinian dan sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran
pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered learning ).
Referensi : Astuti, Dini Indri. (2018). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia”. Diskursus: Diskursus: Jurnal
Pendidikan Pendidikan Bahasa Indonesia Indonesia, 1 (3). DOI:
http://dx.doi.org/10.30998/diskursus.v1i03.6688
Lili Nurindah Sari
Rendahnya minat belajar siswa disebabkan pembelajaran yang tidak terfokus kepada peserta
didik dan kebutuhan pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik. Oleh
karena itu, guru harus menyadari bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan, minat, gaya
belajar, dan tingkat keterampilan yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan minat belajar siswa melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi
menggunakan rancangan understanding by design (UbD). Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus
terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, refleksi. Tempat pelaksanaan
penelitian di SDN 037 Sabang dengan subjek penelitian siswa kelas III yang berjumlah 30
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari pra siklus, ke siklus
I lalu siklus II. Persentase minat belajar siswa pada pra siklus sebesar 49,91%. Pada siklus I
sebesar 81,40%, dan pada siklus II mencapai 96,79%. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi menggunakan rancangan understanding by
design (UbD) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas III Sekolah Dasar. Oleh karena itu
peneliti juga menyimpulkan bahwa penelitian menggunakan pembelajaran berdiferensiasi
menggunakan rancangan Undestanding by Design (UbD) dinyatakan berhasil.

Referensi: Naldi Wahyu,dkk. (2023). Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Rancangan


Understanding by Design (UbD) terhadap Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar. JIIP (Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan. Vol 6(01)
Regita Dyah Ayu Sutrisno
Proses pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan proses kegiatan belajar dan
pembelajaran sehingga tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Kegiatan pembelajaran ini
dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan peserta didik (Dimyati & Mudjiono, 2015;
Rusman, 2018), Guru berperan untuk membelajarkan peserta didik sedangkan peran peserta
didik yaitu sebagai subjek pembelajaran. Tentunya, peran guru yang terpenting adalah
meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik atau motivasi untuk belajar (Marta, 2020). Untuk
mencapai pembelajaran yang ideal, maka guru dituntut untuk mengaktualisasikan
kompetensinya sehingga peserta didik memiliki motivasi dalam belajarnya. Motivasi belajar
peserta didik dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Jika motivasi belajar
peserta didik rendah, maka strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak dapat
meningkatkan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran, begitu pun sebaliknya.
Mengingat hal tersebut, motivasi belajar peserta didik perlu ditingkatkan secara
kontinyu. Dengan cara meningkatkan motivasi belajar, tentunya akan berkorelasi dengan
peningkatan minat yang berdampak terhadap keberhasilan pembelajaran. Diantara banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik, salah satunya adalah motivasi
yang besar. Motivasi ini berperan sebagai pendorong dalam membangkitkan semangat belajar
di sekolah (Pratama, Firman Neviyani, 2019). Untuk menyikapi permasalahan mengenai
rendahnya motivasi belajar peserta didik, maka perlu melakukan pemugaran pada proses
pembelajaran. Dalam melakukan pemugaran proses pembelajaran tersebut, guru sebagai
pengajar dan pendidik harus dapat menciptakan. kondisi belajar yang kondusif,
menyenangkan, dan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Referensi:
Nurjanah Siti, dkk (2023). PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN STEM MENGGUNAKAN
RANCANGAN UNDERSTANDING BY DESIGN (Ubd) DI KELAS IV SEKOLAH
DASAR.
Nurjannah, S., Mulyasari, E., & Rahman, G. A. (2023). Peningkatan Motivas Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaan IPA Melalui Pembelajaran STEM menggunakan Rancangan. Jurnal
Ilmiah PGSD FKIP Ubiversitas Mandiri, 09.
Achlis
Pemahaman adalah kemampuan peserta didik untuk menerima, menyerap pelajaran
yang diajarkan oleh guru, serta sejauh mana peserta didik mampu memahami informasi dari
berbagai sumber. Dalam meningkatkan pemahaman peserta didik dapat dilakukan melalui
penerapan model RADEC (Read-Answer-Discuss-Explain-And Create). Model pembelajaran
RADEC memiliki karakteristik yang dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan abad ke 21 dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep
pembelajaran.
Model RADEC dapat memberikan stimulus kepada peserta didik untuk memahami
konsep secara menyeluruh. Adapun tahapan model RADEC diawali dengan kegiatan
membaca untuk mengkontruksi pemahaman yang pada akhirnya peserta didik diharapkan
mampu menuangkan ide atau gagasan berdasarkan pemahamannya tersebut. Penerapan model
RADEC dengan rancangan UbD dapat digunakan pada materi pembelajaran yang berbeda
agar dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik pada semua mata Pelajaran.
Refensi :
Saodah Siti,dkk. (2023). UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK
KELAS IV MATERI GAYA DENGAN RANCANGAN UNDERSTANDING BY DESIGN
(UbD) MELALUI PENERAPAN MODEL RADEC. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD FKIP
Universitas Mandiri ISSN.Vo.9(01)
Dicky Ahmad Nor Sidiq
Peningkatan aktivitas pembelajaran dengan audiovisual dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dan memperkuat pemahaman konsep secara menyeluruh. Melalui penggunaan gambar, video,
dan audio, siswa dapat memvisualisasikan informasi dengan lebih baik, memperkaya
pengalaman belajar mereka, dan meningkatkan retensi informasi. Selain itu, audiovisual juga
dapat memicu minat siswa dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan audiovisual secara efektif dapat memberikan
kontribusi positif terhadap hasil pembelajaran siswa secara keseluruhan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Jampel, I. N., & Puspita, K. R. (2017) Penelitian ini
menemukan bahwa aktivitas pembelajaran mengamati berbantuan audiovisual dalam
pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas V Di Kabupaten
Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017. Aktivitas pembelajaran mengamati berbantuan
audiovisual dalam pendekatan saintifik menunjukkan hasil belajar yag lebih baik dibandingkan
dengan aktivitas pembelajaran konvensional. Oleh karena itu disarankan kepada guru-guru
mengajar hendaknya menggunakan aktivitas pembelajaran mengamati berbantuan audioviual
di dalam kelasnya sebagai salah satu alternatif pembelajaran sehingga lebih ekfektif. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam kategori mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta dapat meningkat apabila
diberikan inovasi pembelajaran berupa aktivitas pembelajaran mengamati I Nyoman Jampel,
Kadek Riza Puspita (2017). International Journal of Elementary Education. Vol.1 (3) pp. 197-
205 205 berbantuan audiovisual. Serta penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dengan pokok bahasan yang berbeda
Link Jurnal : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJEE/article/view/10156/7553
Tunjung Tamarin Rahmadani
Kegiatan yang sering dilakukan sebagai pendidik yaitu kegiatan 2 (menggunakan metode
fasilitatif atau konstruktivitis). Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yaitu pembelajaran
yang menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pengetahuan mereka sendiri.
Proses pembelajarannya melibatkan pengalaman, refleksi, dan keterlibatan aktif peserta didik
untuk memahami dan menciptakan pemahaman baru berdasarkan pengetahuan sebelumnya.
Alasan kami memilih kegiatan tersebut yaitu memicu keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran, mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan 4C, memberikan
kesempatan peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran dan membangun pengetahuan
mereka, serta mengakomodir berbagai kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Adapun kegaitan
yang cocok dan sesuai untuk peserta didik kekinian yaitu kegiatan 2 (membangun, memerika,
memperluas). Kegiatan 2 sesuai dengan peserta didik kekinian dikarenakan kegiatan tersebut
bertujuan untuk membangun, memeriksa, dan memperluas motivasi belajar peserta didik
dengan meningkatkan keaktifan atau keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Selain itu, peserta didik juga dapat membangun pemahaman materi serta kompetensi yang
dimilikinya. Setelah itu, pendidik ataupun peserta didik dapat memeriksa dan mengetahui diri
mereka berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri mereka. Dengan
begitu, peserta didik dapat memperluas wawasan, melengkapi kekurangan, serta
mengembangkan kelebihan atau potensi diri mereka. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Ki
Hadjar Dewantara serta kurikulum merdeka saat ini, dimana Pendidikan harus berpusat kepada
peserta didik guna memenuhi kebutuhan serta pemahaman dari peserta didik tersebut.
Referensi:
Suparlan. (2019). Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Islamika: Jurnal Keislaman
dan Ilmu Pendidikan, Volume 1, Nomor 2, hlm. 79-88.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika
Risqi Emawidiasari

Menurut Jerome Brunner, belajar adalah proses yang bersifat aktif, yaitu siswa berinteraksi
dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan
menyelenggarakan eksperimen. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk
memulai belajar konsep dan prinsip dalam diri siswa adalah dengan mengkonstruksi sendiri
konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Dalam kegiatan pembelajaran saya selalu berupaya agar
pembelajaran berpusat kepada peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang menurut
saya dapat menunjang aktivitas pembelajaran yang aktif dan bermakna adalah model
pembelajaran inkuiri. Hal ini selaras dengan artikel yang saya temukan, bahwa pembelajaran
inkuiri hendaknya menciptakan suasana emosional yang menyenangkan dan efektif yang
memungkinkan kerjasama para anggotanya, bukan suasana persaingan. Setiap peserta didik
dapat menyampaikan pendapatnya secara bebas dan terbuka bersifat luwes dalam berbagai
situasi. Salah satu pendekatan inkuiri yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran IPA anak usia sekolah dasar yaitu dengan melakukan pengamatan serta
percobaan-percobaan sederhana, misalnya: melakukan percobaan mengenai „gerakan air‟.
Pembelajaran tersebut sangat menarik minat siswa daripada hanya sekedar duduk
mendengarkan penjelasan dari guru sehingga keterampilan yang didapat siswa akan lebih baik.
Melaksanakan observasi langsung ke lingkungan sekolah serta melakukan percobaan-
percobaan sederhana, dengan dibekali pertanyaan-pertanyaan atau Lembar Kegiatan Peserta
Didik (LKPD), diharapkan kegiatan belajar peserta didik akan lebih menarik dan
menyenangkan dengan melatih peserta didik berpikir kritis dan kreatif sehingga konsep serta
materi pembelajaran yang baru dapat tertanam di benak peserta didik. Dampak yang
diinginkan dengan meningkatnya pemahaman peserta didik.

Referensi:
Muakhirin, Binti. 2014. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran
Inkuiri Pada Siswa SD. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No.1 Hal.51-57.

Anda mungkin juga menyukai