Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE

STAD TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

BAGI SISWA KELAS V SDK CEWONIKIT

PROPOSAL

Diajukan kepada Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana

OLEH:

PATRIA KANISIA TONDA

NPM : 19103020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, maka guru harus mampu
menarik perhatian serta membuat peserta didik berpartisipasi aktif selama proses
pembelajaran. Guru juga harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat agar
memudahkan peserta didik dalam memahami serta menguasai materi pelajaran. Strategi
pembelajaran dalam hal ini adalah penguasaan guru mengenai model, metode, serta media
pembelajaran. Dengan demikian, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik agar pembelajaran menjadi aktif dan
tidak membosankan. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru agar peserta didik aktif
dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan media maupun model pembelajaran yang
menarik agar peserta didik merasa antusias, aktif, serta memahami maupun menguasai materi
pelajaran.(Kusumawardani et al., 2018)
Namun dalam kenyataannya banyak guru yang masih menggunakan model
pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga peserta didik menjadi pasif terkesan
monoton dan kurang memperhatikan hubungan sosial antar siswa. Oleh karena itu, guru perlu
memilah model yang cocok untuk menumbuhkan peserta didik secara aktif di dalam kelas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan pembelajaran aktif
yaitu model pembelajaran cooperative learning.(Kamal, 2022)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa
secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik, guru dan lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan sebuah perencanaan
pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar
dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Masing-masing
kelompok memiliki kemampuan akedemik yang heterogen, sehingga dalam satu kelompok
akan terdapat satu siswa berkemapuan tingggi, satu orang berkemampuan sedang, dan satu
siswa lagi berkemampuan rendah. Pembelajaran STAD merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif paling baik untuk tahap permulaan bagi guru yang menggunakan
pendekatan kooperatif. (Sutarti, 2021)
Langkah Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD:
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotifasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan
informasi atau materi kepada iswa dengan jalan demontrasi atau melalui bahan bacaan. Fase
3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok
agar melakukan taransisi secara efektif dan efesien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja
dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan
Penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik proses maupun hasil belajar
individu dan kelompok.(Junistira, 2022)
Berdasarkan hal ini, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD Terhadap hasil belajar bagi Siswa
Kelas V SDK Cewonikit”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah penelitian, penulis mendapatkan
beberapa identifikasi masalah diantaranya:
1. Selama proses belajar mengajar berlangsung, gurulah yang banyak berbicara dan
menyampaikan informasi.
2. Siswa dalam proses pembelajaran masih pasif sebagai penerima informasi.
3. Semangat belajar siswa rendah siswa jenuh dan banyak bermain saat proses
pembelajaran berlangsung.
4. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung, terkadang peserta didik merasa jenuh
sehingga siswa sibuk sendiri dan mengobrol dengan teman yang lain saat
pembelajaran sedang berlangsung.
5. Hasil belajar siswa belum optimal dan belum mencapai tujuan pembelajaran yang
dapat dilihat dengan hasil Ulangan Harian banyak yang belum mencapai KKM, dari
17 siswa hanya 41 % yang mencapai KKM. Dikelas V hanya 7 siswa yang tuntas dan
10 siswa sisanya tidak tuntas (belum mencapai KKM).

1.3 Batasan Masalah


Sebagaimana telah dikemukakan pada latar belakang dan identifikasi masalah,
untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti, maka penulis
membatasi permasalahan dalam penelitian yaitu : pengaruh penggunaan model pembelajaran
cooperative Tipe STAD terhadap hasil belajar siswa kelas v SDK Cewonikit. Model yang
digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas v.

1.4 Rumusan Masalah


Melihat dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumusakan
permasalahan, yaitu: “Apakah Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe
STAD terhadap Peningkatan Hasil Belajar bagi Siswa Kelas V SDK Cewonikit?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD terhadap Peningkatan
Hasil Belajar bagi Siswa Kelas V SDK Cewonikit.

1.6 Manfaat penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, memberikan infromasi dan pemahaman kepada siswa untuk dapat
mengembangkan potensi dirinya menjadi lebih aktif, banyak mengeksplorasikan materi
bersama guru, maupun diskusi bersama teman selama pembelajaran berlangsung.
2. Bagi guru, dapat dijadikan suatu alternatif dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar
matematika melalui model pembelajaran STAD. Untuk meningkatkan kemampuan
berdiskusi dalam kelompok dan bekerja sama dalam matematika siswa sehingga dapat
mengingkatkan prestasi belajar.
3. Bagi sekolah, sebagai salah satu masukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
mengembangkan serta mengambil kebijakan terutama mengenai metode yang tepat,
sebagai sarana dalam kerja sama dan diskusi dalam pembinaan dan pengelolaan proses
pembelajaran sehingga dapat mengingkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDK
Cewonikit.
4. Bagi peneliti, hasil peneliti ini dapat landasan berpijak, bahan referensi dan sumber
informasi dalam rangka menindak lanjuti penelitian ini atau penelitian selanjutnya dalam
ruangan yang lebih luas.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori


2.1.1 pembelajaran Kooperatif
2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja secara berkelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang besifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif menurut Nurul Hayati adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja
sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung
jawab, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar.
Menurut Sanjaya Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa
yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa secara berkelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan
pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.
Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang didalamnya
siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan
kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama
untuk memaksimalkan belajar meraka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli
pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Slavin dinyatakan bahwa:
1) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.
2) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman. Dengan alasan tersebut, pembelajaran kooperatif diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif


adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, setiap anggota
kelompok harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.1.2 . Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Pembelajaran ini
terdapat lima unsur penting, yaitu:

1) Ketergantungan yang positif antar siswa.


Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai
satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari
kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.
2) Interaksi antar siswa yang semakin meningkat.
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini, terjadi dalam hal
seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
membantu akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok
mempengaruhi suksesnya kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah
dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3) Tanggung jawab.
Tanggung jawab individual dalam belajar kooperatif dapat berupa tanggung jawab siswa
dalam membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa tidak sekedar “membonceng”
pada hasil kerja teman satu kelompok.
4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang
siswa dituntut untuk bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam
kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5) Proses kelompok.
Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi
jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik
dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain lima unsur penting yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif,


pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip utama, yaitu:

1) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang
ditentukan.
2) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar
individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk
membantu orang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi
evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok
dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama- sama tertantang untuk melakukan yang
terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
2.1.1.3 Model-model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari
pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut adalah sebagai berikut.

1) Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)


Model yang dikembangkan Slavin ini melibatkan kompetisi antar kelompok. Siswa
dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-
pertama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya,
kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap
anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota
harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin
mendapatkan skor tertinggi. Slavin menyatakan bahwa metode STAD ini dapat
diterapkaan untuk beragam materi pelajaran termasuk sains yang didalamnya terdapat
unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang benar.
2) TGT (Team Game Tournament) Dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya,
penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi kelompok, format
instruksional, dan lembar kerjanya. Bedanya, jika STAD fokus pada komposisi kelompok
berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan gender, maka TGT umumnya fokus hanya pada
level kemampuan saja. Selain itu, jika dalam STAD yang digunakan adalah kuis, maka
dalam TGT istilah tersebut biasanya berganti menjadi game akademik.
3) Jigsaw
Pada model jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
5 anggota. Setiap anggota kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik
dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap
kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda
dari informasi tersebut. Kemudian anggota kelompok berkumpul dengan anggota
kelompok lain yang disebut dengan kelompok ahli. Kelompok ahli saling berdiskusi dan
mencari cara terbaik bagaimana cara menjelaskan kepada teman satu kelompok. Setelah
masingmasing anggota menjelaskan bagiannya kepada teman-teman satu kelompok.
Mereka kemudian diuji secara individu dengan kuis. Skor yang diperoleh dari kuis
individu akan menjadi skor untuk team mereka.
4) TAI (Team Accelerated Instruction) Dalam model TAI setiap kelompok diberi
serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakan secara bersama-sama. Poin-poin dalam tugas
dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota. Semua anggota harus saling mengecek
jawaban teman-teman kelompoknya dan saling memberi bantuan jika dibutuhkan. Setelah
itu, setiap anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota lain. Penghargaan
diberikan kepada kelompok yang paling banyak menjawab soal-soal dengan benar.
5) CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Dalam CIRC, siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil, baik homogen maupun heterogen.
Pertama-tama, mereka mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan
membaca dan menulis, kemudian praktik, lalu pra-penilaian, dan kuis. Setiap anggota
kelompok tidak bisa mengikuti kuis hingga anggota-anggota di dalamnya menyatakan
bahwa mereka benar-benar siap. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang
menunjukkan performa yang meningkat dalam aktivitas membaca dan menulis

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “cooperative” yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Menurut Effandi Zakaria, pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan
dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil. Pembelajaran ini memerlukan siswa
bertukar pendapat, memberi tanya-jawab serta mewujudkan dan membina proses
penyelesaian kepada suatu masalah. Anita Lie menyebut pembelajaran kooperatif
dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa
lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. Tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif yang
mengelompokkan siswa secara heterogen dan melibatkan pengakuan tim serta
tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran setiap anggota. Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah kerangka konseptual yang melibatkan siswa secara aktif
mengerjakan tugas dengan kelompok yang heterogen dan setiap anggota
bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:

1) Presentasi Kelas presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
Tahap presentasi kelas dimulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan
memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang
telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan
pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam mengembangkan materi pelajaran perlu
ditekankan hal-hal sebagai berikut:
a) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa
secara berkelompok.
b) Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hapalan.
c) Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa.
d) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah.
e) Beralih ke materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.
Perbedaan antara presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah pada
presentasi kelas siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi
kelas. Dengan begitu siswa akan terbantu dalam mengerjakan tugas secara
berkelompok maupun individu
2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal
kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan khususnya lagi adalah
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis individu dengan baik. Setelah
guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau
materi lainnya. Kegiatan yang paling sering dilakukan adalah bersama-sama membahas
permasalahan, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman
apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting
dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim
melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya.
3) Kuis
Kuis dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang telah dicapai.
Kuis ini dilakukan secara individu mengenai materi yang telah dibahas. Para siswa tidak
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap siswa
bertanggung jawab secara individu untuk memahami materinya.
4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada siswa
tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila siswa berusaha lebih giat dan memberikan
kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi
poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang
dapat melakukannya tanpa memberikan usaha yang terbaik. Tiap siswa diberi skor awal
yang diperoleh dari rata-rata skor kelompok. Selanjutnya siswa akan mengumpulkan poin
untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis individu dibandingkan dengan
skor awal siswa.
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1Pengertian Hasil Belajar
Menurut (Junistira, 2022) Hasil belajar merupakan faktor penting dalam
pendidikan. Secara umum hasil belajar selalu dipandang sebagai perwujudan nilai yang
diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa
dalam bentuk angka-angka setelah diberikan suatu tes hasil belajar pada akhir suatu
pertemuan, pertengahan semester maupun akhir semester. Dari pengertian hasil belajar
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perubahan tingkah laku dari belum mampu atau tidak mampu menjadi mampu setelah
proses pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Menurut (Buaton et al., 2021) Hasil belajar adalah suatu pernyataan yang spesifik
yang dinyatakan dalam prilaku dan penampilan yang diwujudkan dengan bentuk tulisan
angka maupun tulisan agar dapat mengukur keberhasilan dari proses belajar yang telah
diharapkan untuk mengetahui akan keberhasilan siswa sejauh mana siswa dapat memahami
dan dapat menerima akan pelajaran yang telah mereka terima dari guru. Oleh karena
itu,hasil belajar adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan penampilan atau
keterampilan serta pengetahuan dalam belajar siswa tertentu yang telah diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar. Hasil belajar bertujuan untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam pembelajaran yang dilakukan guru dan sekaligus mengukur keberhasilan belajar
siswa dalam memahami materi pembelajaran. Guru juga bisa melakukan refleksi dan
evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi yang bisa dilakukan
guru meliputi: metode, strategi, media, model pembelajaran yang mungkin seorang guru
dapat menerapkan atau melakukannya dalam proses pembelajaran berlangsung. Agar materi
itu dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa. Jika hasil belajar siswa meningkat maka dapat
dikatakan guru berhasil. Apabila hasil belajar siswa turun berarti dapat dikatakan guru gagal
dalam melakukan proses pembelajaran.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Susetiyono dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar
Lingkaran dengan Memanfaatkan CD Interaktif dan Who Wants To Be A Millionaire
Bagi Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 33 Purworejo Semester Genap Tahun Pelajaran
2009/2010”, menunjukkan bahwa pemanfatan CD interaktif dan Who Wants to be a
Millionaire dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi dan
penguasaan konsep matematika siswa pada materi lingkaran, serta dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Ni Made Sunilawati, Nyoman Dantes, dan I Made Candiasa dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar
Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD”, menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdampak lebih baik secara
signifikan terhadap hasil belajar matematika dibandingkan dengan konvensional.
3. Asmawati R. dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Bunyi”,
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif
terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi.
4. Chumi Zahroyl F. dan Charisyah Widya Y. dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran IPS melalui Teknik Pick
Up Cards Game di SDN Kebonsari 04 Kabupaten Jember”, menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran melalui teknik pick up cards game dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran di Indonesia masih bersikap individualis dan kompetitif.


Hal tersebut mengakibatkan berbagai permasalahan yaitu: pertama, menimbulkan
kompetisi antar siswa yang tidak sehat. Kedua, siswa yang berkemampuan rendah
kurang termotivasi. Ketiga, siswa yang berkemampuan rendah sulit untuk sukses dan
semakin tertinggal. Keempat, dapat menimbulkan frustasi pada siswa lain. Kelima, siswa
sulit untuk bersosialisasi dan bekerjasama. Hal tersebut dapat berdampak pada
rendahnya hasil belajar. Untuk itu perlu sebuah cara yang dapat meningkatkan
kemampuan dalam bersosialisasi, kerjasama, dan berkompetisi sekaligus meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa untuk bersosialisasi, bekerjasama dan lebih bergairah
dalam belajar. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis,
skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Namun dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD banyak masalah yang timbul pada tahapan tim yaitu:
pertama, perilaku siswa yang melalaikan tugas dalam kelompok. Kedua, gagal untuk
mencapai kebersamaan. Ketiga pemanfaatan waktu kelompok yang tidak efektif. Untuk
itu perlu sebuah inovasi untuk mengatasi masalah yang sering terjadi pada tahapan tim.

Anda mungkin juga menyukai