Anda di halaman 1dari 49

PENGEMBANGAN MODUL AJAR MUATAN MATEMATIKA

PADA MATERI TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN

PECAHAN KELAS VI UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL ADDIE

PROPOSAL

Diajukan kepada Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

OLEH:

ELFRIDA SURYANI

NPM : 19103022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Manik (2017), Matematika merupakan salah satu pelajaran yang

ditakuti oleh peserta didik, hal tersebut disebabkan karena mereka mengalami

kesulitan dalam hal menghafal maupun menyelesaikan masalah. Yudhautama &

Ratu (2019); Dahlan(2018) mengatakan bahwa sebagian peserta didik mengakui

bahwa matematika itu penting, namun sebagian dari peserta didik masih

mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal tersebut dikarenakan

matematika bersifat abstrak. Karena sifat abstrak tersebut pada akhirnya banyak

peserta didik yang kurang tertarik terhadap matematika (Rahmayani & Amalia

2020). Lebih lanjut, Santi & Kurnia (2019) mengatakan guru juga mengalami

kendala dalam mengajarkan matematika terkait sifatnya yang abstrak. Terutama

gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal tersebut berakibat

langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai oleh para

peserta didik.
Sebagai salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

berargumentasi, matematika berperan pentimg untuk memberikan dukungan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ofori et al., 2020). Oleh

karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai baik oleh siswa,

terutama sejak usia sekolah dasar (Amaliyah et al., 2021).

Penanaman konsep pada jenjang Sekolah Dasar (SD) merupakan faktor

terpenting bagi peserta didik khususnya mata pelajaran matematika agar

kedepannya menekankan pemahaman pada konsep matematika (Maharani, 2017).

Dalam hal ini, saat guru mengajar harus sesuai dengan konsep matematika. Salah

satu konsep prasarat yang utama dalam mata pelajaran matematika adalah operasi

hitung dasar yang terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian bilangan asli, maupun bilangan pecahan (Rachman, 2018).

Wahyuningtyas & Shinta, (2017) menyebutkan bahwa salah satu penyebab siswa

mengalami sesulitan atau kekeliruan dalam menyelesaikan permasalahan

matematika adalah kesalahan pada prinsip operasi hitung.

Umumya pembelajaran matematika di sekolah masih cenderung terfokus

pada ketercapaian target materi menurut kurikulum atau buku ajar yang dipakai

sebagai buku wajib, bukan pada pemahaman materi yang dipelajari (Surya et al.,

2020; Yusnaldi et al., 2021). Hal ini mengakibatkan siswa cenderung hanya

menghapal konsep-konsep matematika, tanpa memahami maksud dan isinya

(Darmani et al.,2020; Renaldie al., 2018; Radillah et al., 2019; Ni’mah et al.,

2019). Selanjutnya Rizqi, (2018), mengatakan adapun masalah yang dihadapi


oleh peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika,

sehingga tidak terlalu memahami materi yang sedang dipelajarinya adalah

pembelajaran cenderung lebih bersifat konvensional, sehingga peserta didik tidak

mendapatkan kebebasan untuk mengekspresikan ide-ide yang mereka miliki

karena pembelajaran didominasi oleh guru dari awal sampai selesainya proses

pembelajaran.

Hal ini juga dialami penulis saat magang I dan magang II, di sekolah dasar

kegiatan belajar siswa yang banyak ditemui sampai saat ini hanyalah kegiatan

pembelajaran konvesional dengan metode ceramah yang dianggap paling efektif

dalam proses pembelajaran (Fitra et al., 2022). Di sekolah dasar masih

menggunakan buku paket dari pemerintah dan LKPD. Pada dasarnya

menggunakan buku paket tentunya pemahaman siswa kurang aktif dalam belajar

matematika operasi hitung bilangan pecahan. Di sekolah dasar bahan ajar yang

digunakan hanya berisi antara lain 1) hanya berisi rangkuman; 2) berisi soal-soal

rutin; 3) tampilan kurang menarik; 4) Bahasa yang digunakan tidak komunikatif.

Selain itu, LKPD hanya mengembangankan pengetahuan dan kecepatan siswa

dalam berhitung tetapi belum mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan

kreatif peserta didik hal ini ditemukan oleh (Maulida et al., 2022).

Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien jika

menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,

mendukung kompetensi yang hendak dicapai peserta didik, memiliki uraian yang

sistematis, tes yang terstandar serta strategi pembelajaran yang cocok bagi peserta
didik (Yanala et al., 2021). Hal ini, agar guru memiliki banyak waktu untuk

membimbing siswa daam memahami suatu topik pembelajaran dan metode yang

digunakan lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cendrung berceramah.

Sedangkan bagi siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri dan

membantu potensi untuk menjadi pelajar sendiri (Fajri, 2018).

Dalam penelitian ini akan mengembangkan modul ajar dengan

menggunakan model ADDIE. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar

yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik

menguasai atau memahami tujuan belajar yang spesifik (Rachman, 2018). Modul

ini berisi aktivitas dengan membuat keterkaitan yang makna, penyajian masalah

dalam bentuk open-ended, penerapan problem possing, bekerja sama, pemberian

layanan secara individu melalui cek pemahaman, dan penelitian mandiri. Modul

yang disusun dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran bilangan pecahan

untuk kelas VI. Materi yang diberikan yaitu penanaman konsep operasi hitung

bilangan pecahan (Febriana & Putri 2022). Materi ini menjadi salah satu dasar

dalam membelajarkan konsep bilangan yang lebih kompleks. Kompetensi yang

harus dimiliki yaitu meliputi : mengoperasi hitung bilangan pecahan (Novyanti,

2020).

Tahap pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada

model ADDIE. Menurut (Mahiroh et al., 2020) Model pengembangan ADDIE

terdapat lima tahap rencana untuk mengembang satu produk, yaitu analysis
(menganalisis), desain (merancang), development (mengembang), implementation

(mengimplementasikan), dan evaluation (mengevaluasi). ADDIE merupakan

suatu konsep untuk mengembangkan suatu produk berupa modul ajar. Konsep

ADDIE diterapkan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis kinerja

atau menghasilkan produk. Manfaat model ADDIE adalah dapat memudahkan

kerangka kerja dalam situasi rumit, sangat tepat untuk mengembangkan produk

pendidikan dan sumber daya pembelajaran (kurnia et al., 2019).

1.2 Indetifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diindentifikasikan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

a. Materi yang dibelajarkan keada peserta didik bersifat abstrak.

b. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi.

c. Ketergantungan terhadap buku paket yang tersedia menjadi bahan pokok

pembelajaran seperti LKS sehinga diperlukan media atau bahan ajar lain

sebagai pendamping.

d. Minimnya bahan ajar yang tersedia, seperti bahan ajar berupa modul

matematika.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti ini akan difokuskan

pada Pengembangan Modul Ajar Matematika Kelas VI Materi Tentang Operasi


Hitung Bilangan Bulat Agar Dapat Meingkatkan Pemahaman Peserta Didik

Menggunakan Metode ADDIE.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam peneliti ini

dirumuskan sebagai berikut : apakah modul ajar muatan matematika pada

materi tentang operasi hitung bilangan bulat kelas VI menggunkan model

ADDIE dapat meningkatkan pemahaman peserta didik?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan maslah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari

peneliti ini adalah untuk mengembangkan modul ajar muatan matematika

pada materi tentang operasi hitung bilangan bulat dalam meningkatkan

pemahaman peserta didik menggunakan model ADDIE tingkat SD/MI.

1.6 Spesifik Produk Yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan adalah produk yang berupa modul

ajar dengan menggunakan model ADDIE. Spesifikasi yang ingin dicapai

dalam produk penelitian ini yaitu:

1. Indikator pembelajaran

2. Sintaks pembelajaran

3. Tujuan pembelajaran

4. Instrument penilaian
5. LKPD

6. Materi ajar

1.7 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diharapkan :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis modul ajar ini memberikan manfaat bagi dunia Pendidikan

khususnya Sekolah dasar dalam pembelajaran Matematika operasi hitung

bilangan bulat, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk penelitian-

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan modul ajar

Matematika.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan berupa pengembangan modul ajar untuk

belajar secara mandiri bagi peserta didik dan sebagai bahan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran tentang operasi hitung bilangan bulat

pada kelas VI. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru, sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pengajaran. 

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk

mendorong guru selalu menggali kreatifitas diri dalam penyampaian


materi menggunakan modul ajar yang menarik pada pelajaran Matematika

khususnya pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.

3. Bagi peseta didik

Modul ajar yang dikembangkan sebagai salah satu sumber belajar peserta

didik kuhususnya muatan matematika pada materi operasi hitung bilangan

bulat, membantu meningkatkan pemahaman peserta didik, serta membantu

peserta didik untuk belajar secara mandiri dengan tingkat kemampuan

kognitif masing-masing peserta didik.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil pengembangan modul ajar muatan matematika pada materi tentang

operasi hitung bilangan bulat menggunakan model ADDIE ini diharapkan

mampu memperkaya keberadaan modul yang dapat memperkaya

pengalaman, membangun konsep matematika pada diri siswa dan

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Selain itu, modul ini juga dapat melengkapi dan memfasilitasi siswa

dalam pembelajaran operasi hitu bilangan bulat di SD/MI.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Melalui produk berupa modul ajar yang dikembangkan, ada bebrapa

asumsi dan keterbatasan sebagai berikut: pengembagan modul ajar dapat

digunakan oleh peserta didik agar mampu meningkatkan pemahaman peserta

didik. Namun pengembangan modul ajar ini memiliki keterbatasan hanya sampai

pada tahap evaluasi dan pengembangan. Cakupan materi dalam modul ajar ini
hanya pada muatan Matematika pada materi tentang operasi hitung bilangan bulat

di sekolah dasar.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Deskripsi Konseptual Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Hakikat pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Afani (2017), matematika merupakan ilmu yang membahas

angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik,

mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan

struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat . Hal ini berarti

bahwa objek yang dibahas dalam matematika hanyalah pada permasalah

angka saja, baik dalam permasalahan angka-angka yang memiliki nilai

maupun sebagai sarana dalam memecahkan suatu masalah (Muttaqin &

Darmawan, 2022).

Primatika (2020), mengatakan bahwa matematika merupakan salah

satu mata pelajaran yang dalam proses pembelajarannya membutuhkan

tingkat pemahaman yang lebih, karena matematika tidak hanya sebatas

persoalan hitung menghitung dan bukan hanya hapalan, tetapi cakupannya


jauh lebih luas dari presepsi kebanyakan orang selama ini. Salah satu

materi dalam pembelajaran matematika ialah pecahan (Suciati & Wahyuni,

2018). Pecahan merupakan salah satu materi dalam matematika yang terasa

sulit bagi siswa SD. Selain itu (Afani 2017), mengemukan bahwa

konsepnya yang abstrak membuat materi ini merupakan materi dianggap

sulit oleh siswa. Butuh waktu yang lama dalam menanamkan konsep

pecahan pada siswa SD

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa matematika adalah suatu pembelajaran menghitung

untuk meningkatkan pemahaman peserta didik serta memahami konsep-

konsep yang abstrak dalam matematika. Serta membahas tentang masalah

pada angka yang terdapat pada materi bilangan pecahan yang sulit untk

dimengerti oleh peserta didik.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar

Menurut Ginanjar (2019), Tujuan umum pendidikan matematika di SD

adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Adapun

tujuan matematika di SD secara khusus menurut Depdiknas (Mizaniya, 2020)

sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep algoritme


2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media

lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari

Selanjutnya (Di & Dasar 2019), adapun tujuan yang hendak dicapai

dari pembelajaran matematika sekolah adalah.

1) Menumbuhkan dan Mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat digunakan melalui kegiatan

matematika

3) Pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di sekolah tingkat

pertama.

4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.


Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum 2013

(Kemendikbud, 2013) menekanan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran yaitu :

1) Menggunakan pendekatan ilmiah.

2) Dalam pembelajaran matematika kegiatan yanng dilakukan agar

pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar,

menyaji, dan mencipta.

Lebih lanjut (Pratamawati 2021), Pembelajaran matematika di

sekolah dasar (SD) mempunyai tujuan utama, yaitu :

1) mempersiapkan siswa agar mampu serta terampil dalam

penggunaan matematika serta memberikan pembelajaran dalam

proses penalaran yang terkait dengan matematika.

2) Memahami definisi matematika dan dapat menerapkan algoritma atau

konsep serta dapat mengurai konsep yang terkait,

3) Menerapkan penalara pada pola dan sifat dalam melangsungkan

manipulasi matematika secara umum, mengorganisasikan bukti,

atau menguraikan ide dan perbuatan dalam pernyataan

matematika,

4) Mengatasi masalah yang termasuk kemampuan memahami dengan

benar sebuah masalah, membentuk dan mengatasi pola matematika,

serta upaya menemukan solusi,


5) Memahami ide melalui diagram, simbol matematika, tabel, untuk

memahami suatu situasi atau masalah,

6) Mempunyai sikap menghargai penerapan matematika dalam

keseharian (Pratamawati et al., 2021). Pembelajaran matematika

semestinya menjadi kegiatan yang

Adapu tujuan dari belajar matematika selain mendapatkan

pengetahuan juga melatih kemampuan berpikir siswa, menggiring siswa agar

memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi tidaklah semudah membalikkan

telapak tangan, perlu proses dan ketelatenan guru dalam membimbingnya

(Arini 2017). Tujuan belajar matematika yaitu untuk mendorong peserta didik

mampu memecahkan masalah melalui proses berpikir yang kritis, logis, dan

rasional. Tujuan tersebut sekaligus menjawab bahwa kemampuan matematika

tidak terbatas pada angka dan rumus saja (Ofori, 2020).

Berdasarkan tujuan dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa tujuan matematika adalah untuk untuk melatih berpikir siswa dalam

memahami konsep matematika dan mengaplikasikan konsep algoritma

menggunkan penalaran pada pola dan sifat pada matematika serta memahami

pembelajaran matematika. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan

menghitung dalam pengetahuan dasar matematika untuk membentuk sikap

logis, kritis, cermat, kretif dan disiplin.


Mempersiapkan siswa agar mampu memahami definisi matematika

dan mengatasi masalah serta memahami ide melalui diagram, simbol

matematika, dan tabel untuk memahami situasi atau masalah dalam

menghitung angka.

c. Ruang Lingkup Pembelan Matematika di Sekolah Dasar

Menurut (Suciati & Wahyuni, 2018) Ruang lingkup matematika terdapat

berbagai jenis himpunan bilangan yaitu :

1) Himpunan bilangan kompleks.

2) Himpunan bilangan real.

3) Himpunan bilangan rasional.

Pada himpunan bilangan rasional, khususnya himpunan bilangan

pecahan, masih banyak siswa maupun mahasiswa yang melakukan

kesalahan pada operasi hitung pecahan, baik operasi penjumlahan,

pengurangan, perkalian, maupun pembagian.

Selain itu, Permendikbud nomor 21 tahun 2016 dalam (Mizaniya,

2020) tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah untuk ruang lingkup

materi matematika pada jenjang SD/MI yaitu:

1) Bilangan asli dan pecahan sederhana,.

2) Geometri dan pengukuran sederhana.

3) Statistika dan peluang (Kemendikbud, 2016).


Lebih lanjut Menurut Karso (2007: 2.10) dalam GBPP Matematika SD

menjelaskan bahwa ruang lingkup materi atau kajian matematika SD ada

lima, yaitu:

1) Unit Aritmatika (Berhitung)

Unit aritmatika dasar atau berhitung mendapat porsi dan

penekanan utama. Sebagian besar dari bahan kajian matematika

SD adalah berhitung yaitu bagian dari matematika yang

membahas bilangan dengan operasinya beserta sifat-sifatnya.

2) Unit Pengantar Aljabar

Unit pengantar aljabar adalah perluasan terbatas dari unit

aritmatika dasar. Dengan dasar pemahaman tentang

bilangan, dilakukan rintisan pengenalan aljabar.

3) Unit Geometri

Unit geometri mengutamakan pengenalan bangun datar dan

bangun ruang. Bangun-bangun datar diantaranya, segitiga,

lingkaran, persegi, persegi panjang, trapesium, jajargenjang, dan

macam-macam sudut. Sedangkan bangun-bangun ruangnya

seperti, kubus, balok, limas, kerucut, bola, tabung, dan macam-

macam prisma.

4) Unit Pengukuran
Pengukuran diperkenalkan sejak kelas I sampai dengan kelas

VI dan diawali pengukuran tanpa satuan baku. Adapun konsep-

konsep yang diperkenalkan dalam pengukuran mencakup

pengukuran panjang, keliling, luas, berat, volume, sudut dan

waktu dengan satuan-satuan ukurannya.

5) Unit Kajian Data

Yang dimaksud dengan kajian data adalah pembahasan

materi statistik secara sederhana di SD.

Menurut (Lisnani, 2019) Ruang lingkup matematika SD ada tiga

yaitu :

1) Bilangan

Bilangan cacah, bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor,

pangkat dan akar sederhana

2) Geometri dan pengukuran

Bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,

pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu,

kecepatan, dan debit, letak dan koordinat suatu benda),

3) Statistika

Menyajikan dan menafsirkan data tunggal dalam penyelesaian

masalah kehidupan sehari-hari.


Berdasarkan uraian ruang lingkup matematika diatas

menjelelaskan tentang bilangan real, bilangan rasional, bilangan

asli dan bilangan pecahan sedehana, serta bilangan geometri

sederhana untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.2 Deskripsi Konseptual Modul Ajar Model ADDIE

a. Modul Ajar

1) Pengertian Modul

Menurut (Harahap & Fauzi, 2018) merupakan salah satu bahan ajar

yang memuat seperangkat pengalaman belajar dengan terencana dan

didesain secara utuh untuk membantu peserta didik menguasai materi

belajar dan evaluasi. Selanjutnya Utaminingsih & Wasitohadi, (2017)

modul yaitu bahan ajar yang disusun secara sistematis menggunakan

bahasa yang mudah dipahami peserta didik, agar bisa belajar mandiri

dengan bimbingan atau bantuan minimal dari guru. modul adalah bentuk

dari bahan ajar cetak yang dimanfaatkan untuk membantu pendidik dan

peserta didik dalam proses pembelajaran.

2) Kelebihan dan Kekurangan Modul Ajar

a. Kelebihan Modul ajar

Menurut Feriyanti, (2019) mengungkapkan beberapa keuntungan yang

diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain:


1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan

tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan

kemampuan.

2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul

yang mana mereka belum berhasil.

3. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

5. Penyajian yang bersifat statis pada modul cetak dapat diubah

menjadi lebih interaktif dan lebih dinamis.

Selain itu Alperi, (2020) juga menyebutkan beberapa

keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan

modul adalah sebagai berikut: Meningkatkan motivasi siswa, karena

setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan

sesuai dengan kemampuan.

1. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul

yang mana mereka belum berhasil.

2. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.


3. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik

b. Kelemahan Modul Ajar

Menurut Sari, (2017) adapun kelemahan dalam pembuatan

modul, kelemahan modul yaitu :

1. Dari segi pembuatan modul memerlukan waktu yang tidak singkat.

2. Kurangnya disiplin belajar yang tinggi yang mungkin dimiliki oleh

beberapa siswa.

Adapun kekurangan modul ajar yang ditemukan oleh Suryanto, (2017)

sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa gambar dan karakter yang ada dalam

buku modul yang kurang tepat, namun sudah direvisi

sehingga relevan dengan materi.

2. Terdapat beberapa teks yang salah dalam pengetikan, namun

sudah diperbaiki dan sesuai dengan penggunaan kata baku.

c. Model ADDIE

Model pengembangan ini menggunakan model ADDIE yang

dikembangkan (Anugraheni, 2018). Menurut Mahardika & Agustiana, (2021)

Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu tahap analyse, tahap

development, tahap implemenation, tahap evaluation. Berikut adalah tahap


pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh (Sugiharni,

2018).

a. Tahap Analyse

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang

dikembangkan. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu analisis

ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan

perumusan tujuan pembelajaran (Kristianti, & Julia, 2017).

b. Tahap Development

Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari empat langkah yaitu: (1) penyusunan

tes acuan, (2) pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan, dan

(3) pemilihan format, pemilihan format dilakukan dengan mengkaji

format bahan ajar yang sudah ada (Sugiharni, 2018)

c. Tahap Implementaion

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dari pakar.

Tahap ini meliputi: 1) Validasi perangkat oleh para pakar diikuti

dengan revisi. 2) Simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan


rencana pengajaran. 3) Uji coba terbatas dengan siswa yang

sesungguhnya. Hasil tahap 2 dan 3 digunakan sebagai dasar revisi.

Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut (uji coba lapangan)

dengan mahasiswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya

(Sugiharni, 2018).

d. Tahap Evaluation

Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di

sekolah lain, oleh pengajar yang lain. Tujuan lain adalah untuk

menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam kegiatan belajar

mengajar (Sugiharni, 2018).

Selanjutnya Maskur, (2020) mengatakan model ADDIE

mencakup lima tahapan yakni:

1) Analisis (Analyze)

Bertujuan untuk melakukan analisis yang berkaitan dengan

produk yang akan dikembangkan, dimana tahap analisis ini

terdiri dari dua tahap, yaitu analisis kinerja (performance

analysis) dan analisis kebutuhan (need analysis).

2) Perancangan (Design)

Fase desain berhubungan dengan tujuan pembelajaran,


instrumen penilaian, latihan, konten, analisis materi

pelajaran, perencanaan pelajaran dan pemilihan bahan ajar.

Fase desain harus sistematis dan spesifik

3) Pengembangan (Development)

Bertujuan untuk mewujudkan desain yang telah dirancang

menjadi produk yang nyata (Farhatin, Pujiastuti, &

Mutaqin, 2020). Kemudian bertujuan untuk memproduksi,

membeli, atau merevisi bahan-bahan ajar yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang

sebelumnya sudah dirancang, kemudian memilih bahan ajar

terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran

4) Penerapan (Implementation), fase ini akan di jalankan

program yang sudah di siapkan guna melihat sistem

maupun instruktur sudah siap di gunakan, data yang di

dapat akan di gunakan untuk melakukan proses perbaikan

selanjutnya,

5) Evaluation

Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi

formatif dan sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan


pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan

evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara

keseluruhan.

Model ADDIE dikembangkan oleh (Sari, 2017), untuk

merancang sistem pembelajaran. Berikut ini diberikan contoh

kegiatan pada setiap tahap pengembangan model atau metode

pembelajaran, yaitu:

1) Analysis

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis

perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru

dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat

pengembangan model/metode pembelajaran baru.

2) Design

Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap

desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan

belajar mengajar. Kegiatan ini merupakan proses

sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar,

merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar,

merancang perangkat pembelajaran, merancang materi

pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar.


3) Development

Development dalam model ADDIE berisi kegiatan

realisasi rancangan produk. Dalam tahap desain, telah

disusun kerangka konseptual penerapan model/metode

pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka

yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi

produk yang siap diimplementasikan.

4) Implementation

Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode

yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di

kelas.

5) Evaluation

Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi

formatif dan sumatif. Evaluation formatif dilaksanakan

pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan

evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir

secara keseluruhan.

2.1.3 Deskripsi Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning


Adapun pendekatan yang dapat digunakan yaitu problem

based learning(PBL). Salah satu jenis pendekatan pembelajaran

yang dapat meningkatkan kretifitas berpikir siswa dalam belajar

matematika yaitu model pembelajaran berbasis masalah (Daming &

Saman, 2022). Menurut Nyoman, (2022) mengatakan problem based

learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari

(autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat

terbuka untuk mengembangkan keterampilan siswa menyelesaikan

masalah yang diberikan dan membuat siswa bisa berpikir secara

cepat atau kritis. Selanjutnya Zainal, (2022) Problem-Based

Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar

peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belaajar

sendiri serta memiliki berpartisipasi dalam tim.

Akan tetapi Kusumawati, 2018) juga mengatakan Problem

Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada siswa dimana siswa mengelaborasikan pemecahan

masalah dengan pengalaman sehari-hari.

Model Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model

untuk membentuk struktur kurikulum yang melibatkan pelajar


menghadapi masalah dengan latihan yang memberikan stimulus untuk

belajar (Setiana, 2019).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Problem Based Learning(PBL) merupakan

model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal

cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari

penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah

digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai

mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir

secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan

menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran

2. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Haryanti, (2017) mengatakan bahwa seorang guru

hendaknya mampu untuk mengenal dan mengetahui karakteristik

siswa, sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa

akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa.

Setiap siswa memiliki cara khas saat berpikir, dan salah satu faktor

yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa adalah

karakteristik cara berpikir siswa, yang merupakan cara khas yang

digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas mental, yakni

mengatur dan mengolah informasi di bidang kognitif.


Selanjutnya Suhendar & Ekayanti, (2018) menyatakan

karakteristik PBL sebagai berikut.

1. Masalah digunakan untuk mengawali pembelajaran.

2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata

yang disajikan secara mengambang.

3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk.

4. Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan

pembelajaran yang baru.

5. Sangat mengutamakan belajar mandiri.

6. Memanfaatka sumber pengetahuan yang bervariasi.

7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Dari 7 karakteristik PBLtersebut, sangat dimungkinkan dapat

meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Dikarenakan

PBLmelatih mahasiswa untuk menemukan, mengembangkan,

maupun mengaplikasikan konsep yang dimiliki secara aktif

dari berbagai sumber pengetahuan dengan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Dewi & Wardani (2019), mengemukakan bahwa

Karakteristik Problem Based learning yaitu :

1) Pembelajaran berpusat pada siswa


2) Masalah otentik dari fokus pengorganisasian untuk belajar

3) Informasi baru diperoleh melalui pembelajaran mandiri

4) Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil

5) Guru bertindak sebagai fasilitator

Karakteristik dari problem based learning yang dikembangkan

oleh (Darwati & Purana, 2021) yaitu :

1) Masalah atau isu-isu : titik awal pembelajaran dan aktivitas

problem based learningadalah masalah atau isu yang menarik.

2) Otentik : peserta didik mencari solusi yang realistik dengan dunia

nyata dan masalah yang autentik.

3) Penyelidikan dan pemecahan masalah. Peserta didik dalam

pembelajaran problem based learningsecara aktif terlibat dalam

belajar melalui penyelidikan dan pemecahan masalah daripada

memproleh pengetahuan dan ketrampilan melalui mendengarkan

atau membaca.

4) Pandangan interdisipliner. Peserta didik mengeksplorasi berbagai

disiplin ilmu dan memberikan gambaran dari beberapa perspektif

mereka ketika terlibat dalam penyelidikan problem based

learning.

5) Kolaborasi kelompok kecil. Pembelajaran terjadi dalam

kelompok yang terdiri dari 5-6 orang anggota kelompok.


6) Produk, artefak, exhibitions, dan presentasi. Peserta didik

menunjukkan hasil pembelajaran mereka dengan menciptakan

produk, artefak, dan pameran.

Selain itu (Hotimah, 2020) juga mengatakan bahwa karakteristik

problem based learning adalah sebagai berikut :

1) Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata

siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.

2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam artitidak

menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan

penyelesaian siswa.

3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah

dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa.

4) Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah

tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaranyang akan diajarkan

sesuai dengan waktu, ruang, dansumber yang tersedia.

5) Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai

pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah.

6) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu masalah yang diajukan

hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.


Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses

Problem Based Learning dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang

esensial dalam proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu

permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam

kelompok kecil.

3. Sintaksis Problem Based Learning

Menurut Shofiyah (2018), Guru atau pengajar akan dapat

melakasanakan proses Pembelajaran Berbasis Masalah jika seluruh

perangkat pembelajaran (masalah, formulir pelengkap, dan lain –lain)

sudah siap. Siswa juga harus sudah memahami prosesnya, dan telah

membentuk kelompok–kelompok kecil. Sintaks dalam PBL secara

umum adalah sebagai berikut:

Fase Satu Tahap Perilaku Guru

Fase 1 Guru menginorasikan tujuan-tujuan

Mengorientasikan siswa pada masalah pembelajaran, mendeskripsikan

kebutuhan-kebutuhan logistik peting, dan

memotivasikan agar terlibat dalam

kegiatan pemecahan masalah yang

mereka pilih sendiri.

Fase 2 Guru membantu siswa menentukan dan

mengatur tugas-tugas belajar yang


Mengorganisasikan siswa untuk belajar berhubungan dengan masalah itu.

Fase 3 Guru mendorong siswa mengumpulkan

Membantu penyelidikan mandiri dan informasi yang sesuai, menlaksanakan

kelompok eksperimen, mencari penjelasan dan

solusi.

Fase 4 Guru membantu siswa dalam

Mengembangkan dan menyajikan hasil merencanakan dan menyiapkan hasil

karya serta memaerkannya. karya siswa yang sesuai seperti laporan.

Fase 5 Guru membanu siswa melakukan refleksi

Menganalisis dan mengevaluasi proses atau penyelidikan dan proses-proses yang

pemecahan masalah. mereka gunakan.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran PBL

Selanjutnya (Fauni 2019), untuk meningkatkan hasil belajar serta berhasil

memberikan kontribusi yaitu model pembelajaran PBL dengan menerapkan 5

sintak sutama yang dikembangkan yaitu :

a. Siswa diajarkan mengenai permasalahan yangberkaitan pembelajaran.

b. Mengenal prinsip operasi hitung denganmencari informasi guna

menyelesaikan suatupermasalahan.

c. Membantu penyelidikan baik mandiri maupunkelompok dengan

memecahkan permasalahanpada soal yang di dapat.


d. Aktivitas lebih mengarahkan kepada penyajian hasil pekerjaan kelompok

dengan mempresentasikannya di depan kelas.

e. Aktivitas lebih mengarahkan siswa untuk berinteraksi lebih aktif

melalui penerapan konsep yang mereka dapat dan konsep yang sudah

mereka miliki melalui aktivitas komunikatif, seperti tanya jawab, kuis

individu maupun kelompok, dan berdiskusi.

Berdasarkan uraian sintaks diatas dapat disimpulkan bahwa sintaks

problem based learning guru harus membimbing agar siswa dapat memahami

serta mendorong siswa untuk melakukan aktivitas dalam mengerjakan

kelompok maupun individu.

4. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning

Menurut Hotimah (2020), Sebagai suatu model pembelajaran, Problem

Based Learning memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

a. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

b. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.

c. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk

memahami masalah dunia nyata.

d. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.


e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

f. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

g. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar

sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

h. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari

guna memecahkan masalah dunia

Selanjutnya adapun kelemahan model problem based learning

(Darwati & Purana, 2021) adalah sebagai berikut :

a. Ketika peserta didik tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa

masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa

enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan pembelajaran melalui problem based learning

membutuhkan cukup banyak waktu untuk mempersiapkan.

c. Tanpa adanya pemahaman dari masalah yang dipelajari maka peserta

didik tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Selain itu Kelebihan dan kelemahan problem based learning adalah

sebagai berikut :
a. Kelebihan

1) Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga

pengetahuannyabenar-benar diserap dengan baik.

2) Siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain

3) Siswa dapat memperoleh pemecahan masalah dari

berbagai sumber.

Sementara itu Rerung (2017) menambahkan kelebihan PBL

sebagai berikut:

1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan

masalah dalam situasi nyata.

2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya

sendiri melalui aktivitas belajar.

3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi

yang tidak ada hubungannya tidak perlu saat itu

dipelajari oleh siswa

4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok -

Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan

baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.

d. Kekurangan

1) Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak

dapat tercapai.
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana; dan tidak semua

mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.

3) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman

siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian

tugas

4) PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah

dasarkarena masalah kemampuan bekerja dalam

kelompok.

5) PBLbiasanya mebutuhkan waktu yang tidak sedikit

6) Membutuhkan kemampuan guru yang mampu

mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif.

Lebih lanjut (Alan & Afriansyah 2017), ada juga kelebihan

Problem Based Learning diantara lain yaitu

Kelebihan :

a. Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan

pendapat(Auditory).

b. Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif

(Intellectually).

c. Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah

dipelajari (Repetition).
d. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif

Menurut (Purana 2021), kelemahan prolem based learning diantara

lain sebagai berikut :

a. Ketika peserta didik tidak memiliki minat atau kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

b. Meberhasilan pembelajaran melalui problem based learning

membutuhkan cukup banyak waktu untuk mempersiapkan.

c. Tanpa adanya pemahaman dari masalah yang dipelajari maka

peserta didik tidak akan belajar apa yang mereka ingin

pelajari.

Berdasarkan beberapa uraian tentang kelebihan dan kelemahan

problem based learning diatas adalah Kelebihan dari model PBL adalah

membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan diluar

sekolah, melatih keterampilan siswa untuk memecahkan masalah secara kritis

dan ilmiah serta melatih siswa berpikir ktiris, analisis, kreatif dan menyeluruh

karena dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk menyoroti

permasalahan dari berbagai aspek.

Kekurangan dari model PBL adalah seringnya siswa menemukan

kesulitan dalam menentukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat


berpikir siswa, selain itu juga model PBL memerlukan waktu yang relatif

lebih lamadari pembelajaran konvensional serta tidak jarang siswa

menghadapi kesulitan dalam belajar karena dalam pembelajaran berbasis

masalah siswa dituntut belajar mencari data, menganalisis, merumuskan

hipotesis dan memecahkan masalah. Di sini peran guru sangat penting dalam

mendampingi siswa sehingga diharapkan hambatan- hambatan yang ditemui

oleh siswa dalam proses pembelajaran dapat diatasi.

2.1. Deskripsi Kontekstual Pemahaman Peserta Didik

Matematika merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari kehidupan

manusia karena matematika pada awalnya lahir dari kebutuhan manusia untuk

memenuhi kehidupannya sehari-hari (Amaliah & Sudihartinih, 2019). Tujuan

pembelajaran matematika salah satunya adalah mengembangkan kemampuan

pemahaman konsep peserta didik. Menurut (Unaenah & Sumantri, 2019)

mengartikan bahwa pemahaman konsep (conceptual understanding) ialah

kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika.

Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis

apabila siswa tersebut memenuhi indikator yang telah ditentukan. Indikator-

indokator tersebut diimplementasikan pada soal yang harus dijawab oleh

siswa untuk mengukur kemampuan yang dimiliki masingmasing. Berdasarkan

observasi ditemukan 10 dari 20 siswa masih menjawab soal pemahaman


konsep pada materi pecahan dengan salah. Hal ini terjadi karena pemahaman

konsep matematis siswa yang kurang. Salah satu sebabnya dikarenakan siswa

belum memiliki konsep prasyarat untuk mengerjakan materi pecahan hal ini

ditemukan oleh (Unaenah & Sumantri, 2019).

2.2 Kajian Penelitian yang Relavan

Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada penelitian terdahuu yang

relavan debgan penelitian yang sedang dilaksanakan saat ini. Berikut di bawah

ini beberapa hasil penelitian yang relavan :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Merlin Yuniar, (2018) dengan judul,

“Pengembangan Modul Pembelajaran Dengan Scaffolding Pada Problem

Based Learning (PBL) Untuk Materi Operasi Hitung Pecahan Kelas V

SD/MI.” persamaan dengan pengembangan modul, sedangkan

perbedaannya pada penelitian yang dilakukan Merlin Yuniar adalah

dengan menggunakan model PBL, sedangkan pada penelitian yang

dilakukan adalah membahas mengenai modul pembelajaran matematika

materi pecahan kelas VI SD/MI untuk meningkatkan pemahaman peserta

didik dengan menggunakan model ADDIE.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Carina Dewi Tri Utaminingsih (2020),

dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Dengan

Menerapkan Pendekatan Saintifik Dalam Materi Pecahan Untuk Kelas V

SD”. Hasil dari penelitian ini yaitu menghasilkan bahan ajar berupa modul
matematika kelas V SD. Persamaan dari penelitian ini yaitu

pengembangan modul. Sedangkan perbedaannya adalah menggunakan

model pembelajaran saintifik, sedangkan pada peneliti yang dilakukan

adalah membahas mengenai modul pembelajaran matematika materi

pecahan kelas VI SD/MI untuk meningkatkan pemahaman peserta didik

dengan menggunkan model ADDIE.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Muliani (2019) dengan judul

“Pengembangan Modul Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan

Peserta Didik Kelas IV SD/MI”. hasil dari penelitian ini yaitu

menghasilkan bahan ajar berupa modul, perbedaan dari penelitian ini yaitu

dilakukan di kelas IV SD/MI, sedangkan pada peneliti yaitu dilakukan di

kelas VI SD/MI untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dengan

menggunakan model ADDIE.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Desri Aini (2021) dengan judul

“Pengembangan Modul Pemelajaran Matematika Materi Pecahan Untuk

Kelas V SD/MI”. Hasil dari penelitian ini yaitu menghasilkan bahan ajar

berupa modul, perbedaan dari peneliti ini yaitu dilakukan di kelas V

SD/MI, sedangkan pada peneliti yaitu dilakukan di kelas VI SD/MI untuk

meningkatkan pemahaman peerta didik dengan menggunkan model

ADDIE.

e. Penelitian yang dilakukan oleh Adelia Maharani (2021), dengan judul

“Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Cerita Bergambar Pada Materi


Operasi Hitung Pecahan Di Kelas V Sd”. Hasil dari penelitian ini yaitu

menghasilkan bahan ajar, perbedaan dari peneliti ini yaitu dilakukan di

kelas V SD/MI, sedangkan pada peneliti yaitu dilakukan di kelas VI

SD/MI untuk meningkatkan pemahaman peerta didik dengan menggunkan

model ADDIE.

2.3 Kerangka Berpikir

2.4 Pernyataan Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Afani, A., Studi, P., Matematika, P., Purworejo, U. M., & Together, N. H. (2017).

Penerapan model nht terhadap pemahaman konsep matematika dan kerjasama

belajar pada siswa smp. 48–53.

Alan, U. F., & Afriansyah, E. A. (2017). Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Dan Problem

Based Learning. Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1).

https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.3890.67-78

Alperi, M. (2020). Peran Bahan Ajar Digital Sigil Dalam Mempersiapkan

Kemandirian Belajar Peserta Didik. Jurnal Teknodik, 99–110.

https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i1.479

Amaliah, I., & Sudihartinih, E. (2019). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

KONSEP PECAHAN BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA

DI SEKOLAH INKLUSI Ikhlasul Amaliah , Eyus Sudihartinih Abstrak. Jurnal

Pendidikan, 4(2), 6–10.


Amaliyah, A., Rini, C. P., Hartantri, S. D., & Yuliani, S. (2021). Analisis Kesulitan

Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Taman Cibodas Kecamatan

Periuk Kota Tangerang. Indonesian Journal of Elementary Education (IJOEE),

2(1), 11. https://doi.org/10.31000/ijoee.v2i1.3228

Darwati, I. M., & Purana, I. M. (2021). Jurnal PBL (jurnal 1). Widya ACCARYA:

Jurnal Kajian Pendidikan FKIP Universitas Dwijendra, Vol 12 N0(1), 61–69.

Dewi, T. A., & Wardani, N. S. (2019). Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan

Peningkatan hasil belajar tematik melalui pendekatan problem based learning

siswa kelas 2 SD. Jurnal Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan, 2(1), 234–

242.

Di, K., & Dasar, S. (2019). A l y s. 2, 483–490.

Fajri, Z. (2018). Bahan Ajar Tematik Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013.

Pedagogik, 05(01), 100–108.

Fauni, A. M. (2019). Peningkatan hasil belajar matematika melalui model Problem

Based Learning (PBL) berbantuan card sort siswa kelas lima. Math Didactic:

Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1), 52–64.

https://doi.org/10.33654/math.v5i1.518

Feriyanti, N., Raya, J., & Km, S. (2019). PENGEMBANGAN e-MODUL

MATEMATIKA UNTUK SISWA SD ( The Development of E-Modul Mathematics


For Primary Students ). 1–12.

Fitra, N. V., Maysuri, L., Dewanti, S., Jati, A. R., Guru, P., Dasar, S., Pendidikan, F.

I., & Semarang, U. N. (n.d.). PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING

( PBL ) TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA

SEKOLAH DASAR. 4.

Ginanjar, A. Y. (2019). Pentingnya Penguasaan Konsep Matematika Dalam

Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jurnal Pendidikan UNIGA, 13(1), 121–

129. https://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/822

Harahap, M. S., & Fauzi, R. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika

Berbasis Web. Jurnal Education and Development, 4(5), 13.

https://doi.org/10.37081/ed.v4i5.153

Haryanti, Y. D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun. Cakrawala

Pendas, 3(2), 57–63.

Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning

Dalam Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal

Edukasi, 7(3), 5. https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599

Kristianti, D. & Julia, S. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Model 4D Untuk Kelas Inklusi Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Belajar

Siswa. Jurnal MAJU, Volume 4 No. 1,Maret 2017 ISSN: 2355-3782, 4(1), 40.
http://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/71/61

Kusumawati, R., Banjarnahor, H., & Dharma. (2018). Penerapan model problem

based learning (pbl) dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam

materi pecahan kelas VII smp. Jurnal Numeracy, 5(April), 102–118.

Lisnani, L. (2019). Pemahaman Konsep Awal Calon Guru Sekolah Dasar Tentang

Pecahan. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 61–70.

https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.388

Mahiroh, I. S., Wahyuningtyas, D. T., & Yulianti. (2020). Pengembangan Modul

Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah Berbasis Realistic

Mathematic Education (RME) Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Seminar

Nasional PGSD UNIKAMA, 4, 567–573.

Maskur, R., Permatasari, D., & Rakhmawati, R. M. (2020). Pengembangan Bahan

Ajar Matematika Berbasis Rhythm Reading Vocal pada Materi Konsep Pecahan

Kelas VII SMP. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 11(1), 78–87.

https://doi.org/10.15294/kreano.v11i1.23562

Maulida, M., Sari, P., & Purwanto, S. (2022). Pengembangan Modul Pembelajaran

Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Menggunakan Model Neutralization on a Number Line (NNL). Griya Journal of

Mathematics Education and Application, 2(1), 56–69.

https://doi.org/10.29303/griya.v2i1.131
Mizaniya, M. (2020). Analisis Materi Pokok Matematika Mi/Sd. AULADUNA:

Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 98.

https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i1a10.2020

Muttaqin, Q., & Darmawan, P. (2022). Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan

Masalah Program Linear Berdasarkan Teori Piaget.

Nyoman, N., Anggreni, D., Ngurah, G., & Agustika, S. (2022). Pengembangan E-

modul Berbasis Problem Based Learning Materi Pecahan Kelas IV di SD No . 2

Sembung. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION Research & Learning in

Faculty of Education, 3, 35–43.

Ofori, D. A., Anjarwalla, P., Mwaura, L., Jamnadass, R., Stevenson, P. C., Smith, P.,

Koch, W., Kukula-Koch, W., Marzec, Z., Kasperek, E., Wyszogrodzka-Koma,

L., Szwerc, W., Asakawa, Y., Moradi, S., Barati, A., Khayyat, S. A., Roselin, L.

S., Jaafar, F. M., Osman, C. P., … Slaton, N. (2020). No 主観的健康感を中心

とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Molecules, 2(1), 1–12. http://clik.dva.gov.au/rehabilitation-library/1-

introduction-rehabilitation%0Ahttp://www.scirp.org/journal/doi.aspx?

DOI=10.4236/as.2017.81005%0Ahttp://www.scirp.org/journal/

PaperDownload.aspx?DOI=10.4236/as.2012.34066%0Ahttp://dx.doi.org/

10.1016/j.pbi.201

Pendidikan, T. J., & Volume, P. D. (2017). No Title. 4(20), 143–156.


Primatika, J. (2020). Jurnal PRIMATIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2020. 9,

61–70.

Rachman, T. (2018). Pengembangan Modul Pemelajaran Matematika Materi Pecahan

Untuk Kelas V Sd/Mi. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–

952., 10–27.

Sari, B. K. (2017). Desain Pembelajaran Model Addie Dan Implementasinya Dengan

Teknik Jigsaw. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 87–102.

Sari, R. D. M. (2017). Pengembangan modul pembelajaran berbasis problem based

learning pada kd mendeskripsikan bank sentral, sistem pembayaran dan alat

pembayaran dalam …. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), Pasal 3.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/21601%0Ahttps://

ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/download/21601/19800

Setiana, F., Rahayu, T. S., & , W. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Media Puzzle Siswa Kelas

Iv Sd. Jurnal Karya Pendidikan Matematika, 6(1), 8.

https://doi.org/10.26714/jkpm.6.1.2019.8-14

Shofiyah, N., Sidoarjo, U. M., & Reasoning, S. (2018). MODEL PROBLEM BASED

LEARNING ( PBL ) DALAM MELATIH SCIENTIFIC REASONING SISWA,

Jurnal Penelitian Pendidikan Ipa. 3(1), 33–38.


Suciati, I., & Wahyuni, D. S. (2018). Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan

soal matematika pada operasi hitung pecahan pada siswa kelas v sdn pengawu.

11(2), 129–144.

Sugiharni, G. A. D. (2018). Pengembangan Modul Matematika Diskrit Berbentuk

Digital Dengan Pola Pendistribusian Asynchronous Menggunakan Teknologi

Open Source. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI),

7(1), 58. https://doi.org/10.23887/janapati.v7i1.12667

Suhendar, U., & Ekayanti, A. (2018). Problem Based Learning Sebagai Upaya

Peningkatan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan

Pembelajaran, 6(1), 15–19. https://doi.org/10.24269/dpp.v6i1.815

Suryanto, MS, Z., Noornia, A., & Lasha, V. (2017). Pengembangan Modul

Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Tentang Pengukuran

Di Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 8(2), 124–134.

Unaenah, E., & Sumantri, M. S. (2019). Analisis Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Pada Materi Pecahan. Jurnal Basicedu, 3(1), 106–

111. https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.78

Utaminingsih, C. D. T., & Wasitohadi. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran

Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik dalam Materi Pecahan

untuk Kelas 5 SD. E-Jurnal Mitra Pendidikan, 1(4), 408–419.


Wahyuningtyas, D. T., & Shinta, R. N. (2017). Penggunaan Modul Pembelajaran

Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Pendekatan CTL

(Contextual Teaching And Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(1), 12.

https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p12-20

Yanala, N. C., Uno, H. B., & Kaluku, A. (2021). Analisis Pemahaman Konsep

Matematika pada Materi Operasi Bilangan Bulat di SMP Negeri 4 Gorontalo.

Jambura Journal of Mathematics Education, 2(2), 50–58.

https://doi.org/10.34312/jmathedu.v2i2.10993

Zainal, N. F. (2022). Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika di

Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(3), 3584–3593.

https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2650

Anda mungkin juga menyukai