Anda di halaman 1dari 42

PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING
(Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Bisnis Kelas X MPLB SMK
Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2022/2023)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Ekonomi

Oleh
Indah Ayu Fauziah
NPM 195020027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Seiring berkembangannya
zaman pendidikan selalu mengalami perubahan, perkembangan dan perbaikan
sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan dan
perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat
didalamnya baik pelaksanaan pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan
kualitas tenaga pendidik), mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan dan mutu manajemen pendidikan termasuk perubahan
dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif. Upaya perubahan
dan perbaikan tersebut bertujuan membawa kualitas pendidikan Indonesia
lebih baik.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya unutk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

Namun, pada kenyataannya pendidikan di Indonesia tidak sesuai dengan


Undang-Undang. “Kenyataannya pembelajaran disekolah berbeda dengan apa
yang diharapkan. Proses pembelajaran hanya sekedar mendengarkan,
mengerjakan tugas, dan hanya terfokus pada buku saja, sehingga pembelajaran
didalam kelas sangat pasif” (Ariyani & Kristin, 2021, hlm. 354).
Menurut hasil survey PISA (Programme for International Student
Assesment) mengenai sistem pendidikan menengah di dunia pada tahun 2018
menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi yang rendah yakni ke-74 dari
79 negara. Dengan kata lain, Indonesia berada di posisi ke-6 terendah
dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Hal ini merupakan kondisi yang
sangatlah memprihatinkan. Tentu sangat disayangkan, dengan sumber daya

1
manusia (SDM) yang cukup banyak, seharusnya pendidikan bisa
meningkatkan kualitas SDM Indonesia namun nyatanya tidak seperti itu.
Banyak faktor yang mempegaruhi pendidikan di Indonesia. Erita (2017,
hlm. 73) mengungkapkan bahwa “Dalam keseluruhan proses pendidikan,
proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses
pembelajaran yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.”
Dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat siswa yang tidak optimal
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga mempengaruhi hasil
belajar siswa tersebut. Hal ini terlihat dari adanya beberapa siswa yang belum
bisa mencapai nilai minimal yang sudah ditetapkan sekolah. Berdasarkan data
yang diproleh dari hasil ulangan akhir semester ganjil masih cukup banyak
peserta didik yang mendapatkan nilai kurang dari KKM yang telah ditetapkan
dengan jumlah minimal yang harus dicapai adalah 75 untuk mata pelajaran
ekonomi bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar ekonomi bisnis
masih tergolong rendah.
Tabel 1.1
Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Semester
Kelas Rata-Rata
MPLB 1 71
MPLB 2 66
Rata-Rata 68,5

Tabel 1.1 menunjukan bahwa nilai rata-rata ujian akhir semester pada mata
pelajaran Ekonomi Bisnis yaitu 68,5 yang dimana nilai rata-rata tersebut masih
tergolong belum maksimal atau masih dibawah KKM. Hal ini terjadi karena
siswa masih belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran didalam kelas.
Siswa kurang dalam memahami materi pembelajaran dikarenakan siswa
merasa bosan dengan penyampaian materi oleh guru dengan ceramah.
Sjamsulbachri (2020, hlm. 108) mengatakan bahwa guru harus memperhatikan
hal-hal yang mempengaruhi proses belajar mengajar dan guru harus bisa
mengatur proses belajar mengajar. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru

2
3

harus mampu menyediakan model pembelajaran yang variatif agar peserta


didik tidak merasa bosan dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Azizah (2022, hlm. 4.236) mengungkapkan bahwa “Menyediakan model
pembelajaran yang variatif dan inovatif adalah salah satu keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan maksimal”. Salah satu model pembelajaran yang variatif dan inovatif
yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model
pembelajaran problem based learning dan discovery learning. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Sahyar dalam Yuli Febrianti, M. Khairuddin
(2019, hlm. 27) “Model pembelajaran problem based learning dan discovery
learning adalah dua diantara banyak model pembelajaran yang melibatkan
aktifitas siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa”. Hasil
penelitian dari (Purnasari & Sadewo, 2019; Widayanti, 2020) menunjukan
bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Begitu juga hasil penelitian dari (Laia, 2020;
Windrati, 2022) dimana hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penerapan
model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
Menurut Duch dalam Hotimah (2020, hlm. 6) “Problem based learning
merupakan model pembelajaran yang menantang siswa bagaimana belajar,
bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia
nyata. Sedangkan “Discovery learning merupakan proses pembelajaran yang
mampu menempatkan peran kepada siswa sehingga ia lebih mampu
menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan materi yang
dipelajarinya serta sesuai dengan kerangka pembelajaran yang disuguhkan oleh
guru” (Darmawan & Din dalam Marisya & Sukma, 2020, hlm. 2.191).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lajut dan lebih dalam terkait permasalahan diatas dengan judul penelitian
“Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Problem Based
Learning Dan Discovery Learning (Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran
Ekonomi Bisnis Kelas X MPLB di SMK Pasundan 3 Cimahi Tahun Pelajaran
2022/2023)”.
4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang muncul sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran dikelas terlalu sering menggunakan metode
konvensional.
2. Suasana belajar yang kurang menarik.
3. Peserta didik kurang memahami materi.

C. Batasan Masalah Dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar penulis dapat membatasi ruang lingkup
penelitiannya dalam menggali dan mengatasi permasalahan yang ada.
Penelitian ini membatasi pada masalah proses pembelajaran di kelas
melalui Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Problem Based Learning Dan Discovery Learning (Quasi Eksperimen
Pada Mata Pelajaran Ekonomi Bisnis Kelas X MPLB di SMK Pasundan 3
Cimahi Tahun Pelajaran 2022/2023)
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah, maka diperoleh rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model problem based learning?
2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model discovery learning?
3) Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan
menggunakan discovery learning?
5

D. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti berdasarkan rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model problem based learning.
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model discovery learning.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran problem based learning dengan menggunakan discovery
learning.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan
hasil belajar siswa menggunakan problem based learning dan
discovery learning.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi
penelitian selanjutnya terkait dengan perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan problem based learning dan discovery learning.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam
proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning dan discovery learning
b. Bagi Siswa
1) Terciptanya suasana belajar yang lebih inovatif dan tidak
membosankan.
2) Meningkatkan peran aktif siswa di dalam kelas saat proses
pembelajaran berlangsung.
3) Melatih siswa untuk bekerja sama dan menumbuhkan semangat
saat proses pembelajaran.
6

4) Melatih dan membimbing siswa untuk berani mengemukakan


pendapat sesuai dengan pemahamannya.
c. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pemilihan model
pembelajaran di dalam kelas agar lebih inovatif dan
menyenangkan pada mata pelajaran ekonomi.
2) Memberikan pengetahuan untuk guru perbedaan hasil belajar
siswa menggunakan problem based learning dan discovery
learning.

F. Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2015, hlm. 38) mengatakan bahwa “Definisi
operasional adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Definisi operasional
bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran yang
berkaitan dengan istilah-istilah judul peneliti yaitu “Perbandingan Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Menggunakan Problem Based Learning Dan Discovery
Learning (Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Bisnis Kelas X
MPLB di SMK Pasundan 3 Cimahi Tahun Pelajaran 2022/2023)”. Maka
definisi operasional yang perlu dijelaskan yaitu :
1. Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman dalam Suprapti (2021, hlm. 267) mengatakan
“Hasil belajar adalah kemapuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar”. Menurut Nugraha dalam Lestari et al. (2021, hlm.
5.090) “Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah
menyelesaikan latihan latihan dalam pembelajaran. Perubahan yang
terjadi dari diri siswa baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor”.
2. Problem Based Learning
Menurut Alpen Aslan dalam Ariyani & Kristin (2021, hlm. 354)
Model pembelajaran problem based learning merupakan sebuah model
7

pembelajaran yang diawali dengan masalah yang ditemukan dalam suatu


lingkungan pekerjaan untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan yang baru yang dikembangkan oleh siswa secara mandiri.
3. Discovery Learning
Menurut Hosan dalam Prasetyo & Abduh (2021, hlm. 1.718)
“Discovery learning ialah model pengembangan cara belajar aktif dengan
mendapatkan dan mengkaji sendiri, maka hasil yang didapatkan bisa terus
di ingat. Dengan menggunakan metode belajar ini, siswa juga dapat belajar
berpikir menganalisa dan memecahkan masalahnya”.
Berdasarkan pengertian diatas hasil belajar adalah kemapuan siswa
setelah melakukan kegiatan belajar. Problem based learning adalah model
pembelajaran yang diawali dengan masalah dan siswa dapat memecahkan
masalah tersebut. Discovery Learning adalah model pembelajaran yang
dimana siswa menganalisan dan mengkaji masalah.

Jadi maksud dari judul penelitian “Perbedaan Hasil Belajar Siswa


Menggunakan Problem Based Learning dan Discovery Learning” yaitu untuk
mengetahui hasil kegiatan belajar siswa sebelum menggunakan model problem
based learning dan sesudah menggunakan model discovery learning,
mengetahui hasil kegiatan belajar siswa sebelum menggunakan model problem
based learning dan sesudah menggunakan model discovery learning, dan
mengetahui perbedaan hasil belajar siswa menggunakan problem based
learning dan discovery learning.

G. Sistematika Skripsi
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan bermaksud untuk mengantarkan pembaca ke dalam
pembahasan suatu masalah. Esensi dari bagian pendahuluan adalah
pernyataan tentang masalah penelitian. Sebuah penelitian diselenggarakan
karena terdapat masalah yang perlu dikaji lebih mendalam. Masalh
penelitian timbul karena terdapat kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan. Dengan membaca bagian pendahuluan, pembara mendapat
8

gambaran arah permasalahan dan pembahasan. Pendahuluan hendaknya


memudahkan pembaca dalam memahami pokok-pokok isi skripsi secara
ilmiah.
2. Bab II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran
Kajian teori berisi deskripsi teoritis yang memfokuskan kepada hasl
kajian atas teori, konsep, kebijakan, dan peraturan yang ditunjang oleh
hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui
Kajian teori peneliti merumuskan definisi konsep. Kajian teri dilanjutkan
dengan perumusan kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan dari
variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian. Dengan demikian, kajian
teori bukan hanya menyajikan teori yang ada, tetapi juga mengungkapkan
alur pemikiran peneliti tentang masalah yang diteliti dan dipecahkan
dengan ditopang atau dibangun oleh teori-teori, konsep, kebijakan dan
peraturan yang ada. Kajian teoritis yang disajikan dalam Bab II pada
tatanan skripsi dipergunakan sebagai teori yang dipersiapkan untuk
membahas hasil penelitian.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah
dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh
simpulan.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian
berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dengan berbagai
kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.
5. Bab V Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Simpulan merupakan uraian menyajikan penafsiran dan
pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan hasil penelitian. Simpulan
harus menjawab rumusan asalah atau pertanyaan penelitian. Oleh
karena itu, pada bagian simpulan disajikan pemaknaan peneliti terhadap
9

semua hasil dan temuan penelitian. Penulisan simpulan dapat dilakukan


dengan menggunakan salh satu cara dari dua cara berikut, yaitu
simpulan butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Untuk
memudahkan penulisan simpulan, peneliti dapat merumuskannya
sebanyak butir-butir rusmusan masalah atau pertanyaan penelitian.
b. Saran
Saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para
pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang
berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah
masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Menurut Wingkel dalam Octavia (2020, hlm. 1) “Belajar adalah
suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi ligkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap”.
Menurut Selamet dalam Octavia (2020, hlm. 1) “Belajar yaitu suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dengan hasil
individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Jadi belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu yang
dapat menghasilkan perubahan pengetahuan pemahaman, keterampilan
daan nilai sikap.
b. Pengertian Pembelajaran
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 ayat 20,
“Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
Menurut Rusman dalam Lismaya (2019, hlm. 3) “Pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks karena dalam kegiatan
pembelajaran senantiasa mengintegritaskan berbagai komponen dan
kegiatan, yaitu siswa dengan lingkungan belajar untuk diperolehnya
perubahan perilaku (hasil belajar) sesuai dengan tujuan (kompetensi)
yang diharapkan”.
Jadi pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dilingkungan belajar yang bertujuan untuk memperoleh perubahan
perilaku (hasil belajar).

10
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Sugiono dalam Kaban et al. (2020, hlm. 105) “Model
pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses
rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa
berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri
siswa”.
Menurut Choiriyah dalam Putra et al. (2019, hlm. 318) “Metode
pembelajaran adalah macam-macam pendekatan yang digunakan guru
dalam interaksi dengan peserta didik (siswa), dalam proses
pembelajaran yang menghasilkan perubahan sikap dan tingkah laku”.
Jadi model pembelajaran adalah rincian cara guru melakukan
interaksi dengan peserta didik guna menghasilkan perubahan atau
perkembangan dalam diri peserta didik.
3. Problem Based Learning
a. Pengertian Problem Based Learning
Menurut Alpen Aslan dalam Ariyani & Kristin (2021, hlm. 354)
“Model pembelajaran problem based learning merupakan sebuah
model pembelajaran yang diawali dengan masalah yang ditemukan
dalam suatu lingkungan pekerjaan untuk mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan yang baru yang dikembangkan oleh
siswa secara mandiri”.
Menurut Abidin dalam Robiyanto (2021, hlm. 116) “Problem
based learning merupakan model pembelajaran yang menyediakan
pengalaman autentik yang mendorong peserta didik untuk belajar aktif,
mengkonstruksikan pengetahuan dan mengintergrasikan konteks
belajar disekolah dan belajar dikehidupan yang nyata secara alami”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang diawali dengan
masalah dimana peserta didik didorong untuk belajar aktif.

11
12

b. Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Arends dalam Lismaya (2019, hlm. 28) menjelaskan
tentang sintak model problem based learning sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sintak Problem Based Learning
No Langkah-Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Orientasi masalah Guru membahas tujuan Siswa diberi
pelajaran lalu guru permasalahan
mendeskripsikan oleh guru
berbagai kebutuhan berdasarkan
logistic kemudian guru pengalaman
memberikan motivasi siswa
ke pada siswa untuk
terlibat secara aktif.
2. Mengorganisis Guru membantu siswa Siswa
siswa untuk untuk mendefinisikan melakukan
meneliti dan mengorganisasikan diskusi
tugas belajar yang kelompok
terkait. untuk
mengklarifikasi
masalah yang
diberikan,
mendefinisikan
masalah, saling
bertukar
pendapat,
menetapkan
hal-hal yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan
masalah, dan
menetapkan hal
hal yang harus
dilakukan
untuk
menyelesaikan
masalah
3. Membantu Guru mendorong siswa Siswa
menyelidiki secara untuk mendapatkan melakukan
mandiri dan informasi yang tepat, kajian secara
kelompok melaksanakan mandiri
eksperimen dan berkaitan
mencari penjelasan dengan
solusi. masalah yang
harus
diselesaikan
13

4. Mengembangkan Guru mrmbantu siswa Siswa kembali


dan dalam merencanakan kepada
mempresentasikan dan menyiapkan hasil kelompok
hasil kerja kerja yang tepat untuk
seperti: laporan, melakukan
rekaman video, dll. tukar informasi
Guru membantu siswa dan bekerja
untuk sama dalam
mempresentasikannya. menyelesaikan
masalah.
5. Menganalisis dan Guru membantu siswa Siswa dibantu
mengevaluasi untuk melakukan oleh guru
proses mengatasi refleksi terhadap melakukan
masalah investigasinya dan evaluasi
proses-proses yang berkaitan
mereka gunakan. dengan seluruh
kegiatan
pembelajaran

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Tan dalam Zainal (2022, hlm. 3.587) menjelaskan
problem based learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Masalah merupakan titik awal pembelajaran.
2) Masalah dalam problem based learning merupakan masalah
dunia nyata yang tampak tidak terstruktur dan otentik.
3) Masalah dalam problem based learning membutuhkan banyak
perspektif, sehingga problem based learning mendorong
penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan
pengetahuan dari berbagai topik dan mata pelajaran.
4) Masalah dalam problem based learning menantang
pengetahuan, sikap, dan kompetensi siswa, sehingga
menyerukan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang
pembelajaran baru.
5) Pembelajaran mandiri adalah hal utama. Dengan demikian,
siswa memikul tanggung jawab utama untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan.
6) Pemanfaatan berbagai sumber pengetahuan dan evaluasi
sumber daya informasi.
7) Pembelajaran bersifat kolaboratif, komunikatif dan kooperatif,
8) Pengembangan keterampilan penyelidikan dan pemecahan
masalah. Oleh karena itu, tutor memfasilitasi dan melatih
peserta didik melalui pertanyaan dan pelatihan kognitif.
9) Penutupan dalam proses problem based learning meliputi
sintesis dan integrasi pembelajaran.
10) Problem based learning diakhiri pula dengan evaluasi dan
review terhadap pengalaman peserta didik dan proses
pembelajaran.
14

d. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Akinoglu & Tandogan dalam Zainal (2020, hlm. 3.588)
kelebihan problem based learning yaitu:
1) Pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik.
2) Meningkatkan pengendalian diri peserta didik.
3) Peserta didik berpeluang mempelajari/menyelidiki peristiwa
multidimensi dengan perspektif yang lebih dalam.
4) Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta
didik.
5) Peserta didik terdorong untuk mempelajari materi dan konsep
baru pada saat memecahkan masalah.
6) Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi peserta
didik sehingga dapat belajar dan bekerja dalam kelompok.
7) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah
peserta didik.
8) Memadukan teori dan praktik sehingga peserta didik
berpeluang memadukan pengetahuan lama dan baru.
9) Mendukung proses pembelajaran.
10) Peserta didik memperoleh keterampilan mengatur waktu,
fokus, mengumpulkan data, menyiapkan laporan dan evaluasi.
11) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar
sepanjang hayat.

Menurut Lestariningsih dalam Ati et al (2020, hlm. 295) kelebihan


problem based learning, yaitu:
Pemecahan masalah merupakan teknik yang baik untuk lebih dapat
memahami pembelajaran, dapat menstimulus serta memberi
kepuasan untuk menemukan pengetahuan lain bagi siswa,
membantu siswa untuk mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan pembelajaran yang mereka lakukan,
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, dapat mendorong
siswa untuk berpikir kritis dengan menyesuaikan pengetahuan
yang baru didapatnya, dan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mengalami secara langsung pengetahuan atau permasalahan
yang mereka dapat dalam dunia nyata.

e. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Akinoglu & Tandogan dalam Zainal (2020, hlm. 3.588)
kekurangan problem based learning yaitu:
1) Guru berpeluang mengalami kendala dalam mengubah gaya
mengajar.
15

2) Siswa berpeluang membutuhkan lebih banyak waktu untuk


menyelesaikan masalah ketika pertama kali dikemukakan di
kelas.
3) Individu atau kelompok dapat menyelesaikan pekerjaan
mereka lebih awal atau terlambat.
4) Problem based learning membutuhkan materi yang kaya dan
penyelidikan/riset.
5) Problem based learning cukup sulit diterapkan di semua kelas.
6) Cukup sulit untuk menilai pembelajaran.

Menurut Hamdani dalam Masrinah et al. (2019, hlm. 927)


kekurangan problem based learning yaitu:
1) Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
2) Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
ini.
4) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa
yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
5) Problem based learning kurang cocok untuk diterapkan di
sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam
kelompok.
6) Problem based learning biasanya mebutuhkan waktu yang
tidak sedikit.
7) Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong
kerja siswa dalam kelompok secara efektif.

4. Discovery Learning
a. Pengertian Discovery Learning
Menurut Hosan dalam Prasetyo & Abduh (2021, hlm. 1.718)
“Discovery learning ialah model pengembangan cara belajar aktif
dengan mendapatkan dan mengkaji sendiri, maka hasil yang didapatkan
bisa terus di ingat. Dengan menggunakan metode belajar ini, siswa juga
dapat belajar berpikir menganalisa dan memecahkan masalahnya”.

Menurut Hamalik dalam Prasetyo & Abduh (2021, hlm. 1.718)


bahwa “Discovery learning merupakan suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan dan
menyelidiki maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan
tidak akan mudah dilupakan siswa”.
16

Berdasarkan menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa discovery


learning adalah model pembelajaran yang dimana siswa menentukan
dan mengkaji sendiri yang pada akhirnya dapat diingat oleh siswa.
b. Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Sinambela dalam Khasinah (2021, hlm.406) ada enam
tahapan dalam pembelajaran discovery learning yang harus diterapkan
secara sistematis, yaitu:
Tabel 2.2.
Sintak Discovery Learning
No Langkah-Langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Stimulation Guru mengajukan, Siswa diberi
(stimulus) pertanyaan, pertanyaan oleh
membuat guru dan diberi
rekomendasi untuk referensi
membaca buku, mengenai
dan melakukan permasalahan.
penjelasan singkat
yang mengarah
pada persiapan
pemecahan
masalah.
2. Problem statement Guru memberikan siswa
(identifikasi kesempatan kepada memberikan
masalah) siswa untuk pendapat atau
memberikan jawaban
pendapat atau sementara terkait
jawaban sementara dengan topik
terkait dengan pembahasan.
topik pembahasan.
3. Data collection Guru membantu Siswa melakukan
(pengumpulan siswa untuk pengumpulan
data) mengumpulkan informasi relevan
17

informasi yang sebanyak-


relevan untuk banyaknya
membuktikan
apakah jawaban
sementara yang
mereka berikan
sudah tepat atau
belum.
4. Data processing Guru membantu Siswa mengolah
(pengolahan siswa mengolah informasi yang
data) informasi yang sudah didapatkan
telah diperoleh dan
yang kemudian menafsirkannya.
ditafsirkan oleh
siswa.

5. Verification Guru melakukan Siswa


(pembuktian) pemeriksaan secara menyapaikan
cermat untuk hasil pengolahan
membuktikan data.
benar atau tidaknya
hipotesis yang
ditetapkan,
dihubungkan
dengan hasil
pengolahan data.
6. Generalization Guru membantu Siswa menarik
(generalisasi) siswa menarik kesimpulan dari
kesimpulan dari persoalan yan
persoalan yang dihadapi.
dihadapi.
18

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Discovery Learning


Fajri (2019, hlm. 65) mengungkapkan bahwa ciri utama discovery
learning yaitu ”Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
berpusat pada siswa; kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada”.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Thorset dalam Khasinah (2021, hlm. 409) kelebihan
discovery learning, yaitu:
1) Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
2) Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik.
3) Memungkinkan pengembangan keterampilan belajar sepanjang
hayat.
4) Mempersonalisasi pengalaman belajar.
5) Memberikan motivasi tinggi kepada peserta didik karena
mereka memiliki kesempatan untuk bereksperimen.
6) Metode ini dikembangkan di atas pengetahuan dan pemahaman
awal siswa.

Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kekuatan pembelajaran


discovery learning adalah seperti berikut:
1) Metode ini dapat membantu peserta didik memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif mereka.
2) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
3) Karena adanya kegiatan diskusi, siswa jadi lebih saling
menghargai.
4) Memberikan rasa senang dan bahagia bila peserta didik berhasil
melakukan penelitian.
5) Kegiatan pembelajaran menumbuhkan optimisme karena hasil
belajar atau temuan mengarah pada kebenaran yang final dan
lebih pasti.

e. Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning


Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kekurangan discovery
learning, yaitu:
1) Metode ini mengharuskan peserta didik memiliki pemahaman
awal terhadap konsep yang dibelajarkan, bila tidak maka
mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar penemuan,
bahkan bisa menyebabkan mereka merasa kecewa.
19

2) Penerapan metode ini membutuhkan waktu yang lama, sehingga


kurang sesuai untuk pembelajaran dengan durasi waktu pendek
dan juga kelas dengan peserta didik yang besar.
3) Guru dan peserta didik harus terbiasa dengan metode ini dan
harus konsisten dalam pelaksanaannya.
4) Metode ini lebih sesuai digunakan untuk membelajarkan konsep
dan pemahaman (kognitif), dibandingkan aspek lainnya.

Menurut Westwood dalam Khasinah (2021, hlm. 410)


mengemukakan beberapa kekurangan discovery learning antara lain:
1) Penggunaan metode ini menghabiskan banyak waktu.
2) Penerapan metode ini membutuhkan lingkungan belajar yang
kaya sumber daya
3) Kualitas dan keterampilan peserta didik menentukan hasil atau
efektifitas metode ini.
4) Kemampuan memahami dan mengenali konsep tidak bisa
diukur hanya dari keaktifan siswa di kelas.
5) Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam membentuk
opini, membuat prediksi, atau menarik kesimpulan.
6) Sebagian guru belum tentu mahir mengelola pembelajaran
discovery.
7) Tidak semua guru mampu memantau kegiatan belajar secara
efektif.

5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman dalam Suprapti (2021, hlm. 267)
mengatakan “Hasil belajar adalah kemapuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar”. Sedangkan menurut Nugraha dalam
Lestari et al. (2021, hlm. 5.090) “Hasil belajar adalah kemampuan
siswa yang diperoleh setelah menyelesaikan latihan latihan dalam
pembelajaran. Perubahan yang terjadi dari diri siswa baik
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor”.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Husni dalam Tasya & Abadi (2019, hlm. 661)
menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
sebagai berikut:
Hasil belajar antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Perbedaan itu sebabkan oleh faktor-faktor yang
20

mempengaruhinya, antara lain: a) Faktor-faktor yang bersumber


dari diri sendiri faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap
kemajuan studi peserta didik, misalnya minat, bakat, kesehatan,
kebiasaan belajar, dan kemandirian.b) Faktor-faktor yang berasal
dari luar diri peserta didik faktor ini mempengaruhi terhadap
kemajuan studi peserta didik lingkungan, studi dari lingkungan
alam, lingkungan dari keluarga, lingkungan masyarakat dan faktor
lain yaitu sekolah dan peralatan sekolah.

c. Macam Macam Hasil Belajar


Menurut Gagne dalam Abdullah, (2015 hlm. 2) menetapkan
ketegori hasil belajar kedalam lima macam, yakni:
(1) Informasi verbal, adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
guna menyampaikan fakta- fakta atau peristiwa dengan cara lisan
atau tulisan, (2) Keterampilan intelektual, adalah suatu kemampuan
yang dapat menyebabkan seseorang bisa membedakan,
menggabungkan, mentabulasi, menganalisis, menggolong-
golongkan, mengkuantifikasikan benda, kejadian dan lambang, (3)
Keterampilan motorik, adalah keterampilan seseorang untuk dapat
melakukan sesuatu gerakan dalam banyak gerakan yang
terorganisasi, (4) Strategi kognitif, adalah kemampuan. seseorang
perihal teknik berfikir, pendekatan-pendekatan dalam menganalisis
dan pemecahan masalah dan, (5) Sikap, adalah kemampuan bagi
seseorang untuk menerima atau menolak terhadap sesuatu objek
tertentu berdasarkan penilaian tentang objek tersebut.

d. Kategori Hasil Belajar


Menurut Romiszowski dalam Abdullah (2015 hlm. 3) “hasil belajar
memiliki tiga kategori, yaitu: kognitif, psikomotorik, dan afektif”.
Sedangkan menurut Syamsudin dalam Abdullah (2015 hlm. 3)
mengungkapkan bahwa “perbuatan dan hasil belajar ditentukan dalam
bentuk: (1) pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, (2)
penguasaan bentuk psikomotorik, dan (3) Perbekalan dalam kaitannya
dengan kepribadian”.

e. Teknik Penilaian Hasil Belajar


1) Tes
Menurut Allen & Yan dalam Sumardi (2020, hlm. 2)
menyatakan bahwa “Tes merupakan alat untuk menentukan sampel
dari perilaku peserta didik”. Sedangkan menurut Brown dalam
21

Sumardi (2020, hlm. 2) mengungkapkan bahwa “Tes merupakan


metode untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, dan kinerja
seseorang dalam domain tertentu”.
Ada beberapa jenis tes yang biasa digunakan dalam bidang
pendidikan diantaranya yaitu sebagai berikut:
a) Tes Sumatif
Dalam Sumardi (2020, hlm. 5) diungkapkan bahwa “tes
sumatif ini biasa diberikan di akhir semester dan bertujuan
untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran seperti yang dinyatakan dalam silabus untuk mata
pelajaran tertentu”. Tes ini bayak dimanfaatkan untuk
menentukan apakah peserta didik dapat naik kelas atau tidak.
b) Tes Formatif
Tes formatif diberikan dengan maksud untuk memberikan
informasi berkaitan dengan efektivitas dan efesiensi proses
pembelajaran. Tes ini diberikan pada saat pembelajaran
berlangsung atau setelah pembelajaran berlangsung. Hasil tes
ini digunakan sebagai dasar untuk memberikan feedback
terhadap proses belajar peserta didik dan juga feedback terhadap
efektivitas metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
oleh guru (Sumardi, 2020, hlm. 6)
2) Pengukuran
Pengukuran merupakan aktivitas yang dimaksudkan untuk
menentukan ukuran suatu benda dalam bentuk angka (Sumardi,
2020, hlm. 8). Pengukuran merupakan prosedur sistematik yang
digunakan untuk menentukan angka yang mempresentasikan
karakteristik individu atau objek tertentu (Allen & Yan dalam
Sumardi, 2020, hlm. 9). Dalam pembelajaran angka-angka itu
mengacu pada skor yang diperoleh oleh peserta didik setelah
mengikuti ujian atau tes tertentu.
Menurut Sumardi (2020, hlm. 10) agar pengukuran hasil belajar
peserta didik akurat, alat ukur (tes) yang digunakan oleh guru untuk
22

mengukur hasil belajar peseta didik harus pun baik, yaitu alat ukur
harus valid dan reliabel.
3) Penilaian/Asesmen
Menurut Dorobat dalam Sumardi (2020, hlm. 11) “asesmen
mengacu pada berbagai macam cara untuk mengumpulkan informasi
yang berkaitan dengan kompetensi dan prestasi peserta didik”. Pada
dasarnya, ada dua bentuk asesmen yang perlu dilakukan oleh guru
dalam rangka mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik
yaitu, asesmen formal, asesmen informal (Harris & McCann dalam
Sumardi, 2020, hlm. 12).
a) Asesmen Formal
Asesmen formal adalah bentuk penilaian yang biasa disebut
dengan tes. Dalam asesmen formal, guru harus menciptakan
kondisi yang sedemikian rupa agar tes sebagai bentuk asesmen
formal dapat dilaksanakan dengan baik. Penciptaan kondisi ini
meliputi menyiapkan soal, melaksanakan tes, mengawasi
pelaksanaan tes dan sebagainya (Sumardi, 2020, hlm. 12).
Harris & McCann dalam Sumardi (2020, hlm. 13)
menjelaskan ada beberapa alasan mengapa tes sebagai bentuk
asesmen formal perlu dilakukan, di antaranya:
1) untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal setiap
peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran dalam
materi tertentu. 2) Untuk mengetahui daya serap peserta
didik terhadap materi yang telah diajarkan. 3) untuk
membandingkan kinerja setiap peserta didik dengan peserta
didik lain dikelas tertentu. 4) untuk mengetahui sejauh
mana kemajuan belajar setiap peserta didik setelah proses
pembelajaran berlangsung dibandingkan dengan sebelum
proses pembelajaran berlangsung.

b) Asesmen Informal
Asesmen informal adalah upaya untuk mengumpulkan
informasi mengenai penguasaan materi, kinerja, sikap,
kemampuan bekerjasama, kemandirian, dan kreativitas peserta
didik pada kondisi kelas normal Sumardi (2020, hlm. 13).
23

Asesmen ini dilakukan tanpa harus menciptakan kondisi


tertentu seperti yang dilakukan pada saat asesmen formal pada
umumnya. Melalui proses pengamatan, guru dapat menilai
mana peserta didik yang telah memiliki kinerja baik dan mana
yang masil memiliki kendala belajar.

6. Keterkaitan Model Pembelajaran Problem Based Learnig dan Discovery


Learning Terhadap Hasil Belajar
Menurut Abidin dalam Robiyanto (2019, hlm. 116) menyatakan bahwa
“Problem based learning merupakan model pembelajaran yang
menyediakan pengalaman autentuk yang mendorong peserta didik untuk
belajar aktif, mengkonstruksikan pengetahuan dan mengintergrasikan
konteks belajar disekolah dan belajar dikehidupan yang nyata secara alami.”
Menurut Hamalik dalam Prasetyo & Abduh (2021, hlm. 1.718) bahwa
“Discovery learning merupakan suatu model untuk mengembangkan cara
belajar siswa aktif dengan menemukan dan menyelidiki maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan
siswa”.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa seorang guru harus
menerapkan model pembelajaran problem based learning dan discovery
learning yang dimana dengan model tersebut akan membuat siswa menjadi
lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran problem
based learning dan discovery learning berkaitan dengan hasil belajar karena
dengan menerapkan model pembelajaran tersebut siswa menjadi lebih aktif
dan mampu memecahkan masalah sehingga hasil belajar siswa akan lebih
maksimal.
Dari uraian diatas, penelitian mengenai keterkaian hasil belajar dengan
model pembelajaran problem based learning dan discovery learning.
Dimana hasil belajar merupakan variabel Y, problem based learning
variabel X1, dan discovery learning variabel X2.
24

B. Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti/Tahun
1. Satriani, Perbandingan Hasil analisis data menunjukkan Adanya persamaan Terletak pada lokasi yang
(2017) Model hasil pretest dan posttest pada mengenai topic penelitian diteliti itu berbeda dan
Pembelajaran kelompok eksperimen (model yang dilakukan yakni adanya perbedaan pada
Discovery pembelajaran Discovery model Pembelajaran topik penelitian yang
Learning dan Learning) diperoleh nilai discovery learning dan dilakukan yakni terhadap
Problem Based rata-rata hasil belajar biologi problem based learning hasil belajar biologi.
Learning meningkat setelah dilakukan terhadap hasil belajar.
Terhadap Hasil perlakuan, yakni nilai rata-rata
Belajar Biologi pretest adalah 48,9 sedangkan
Siswa Kelas X nilai rata-rata posttest adalah
SMA Negeri 14 84,5 dengan selisih sebanyak
Bulukumba 35,6. Sedangkan hasil analisis
Tahun 2019 data menunjukkan hasil pretest
dan posttest pada kelompok
kontrol (model pembelajaran
Problem Based Learning)
25

diperoleh nilai rata-rata hasil


belajar biologi juga meningkat
setelah dilakukan perlakuan,
yakni nilai rata-rata pretest
adalah 48,87 sedangkan nilai
rata-rata posttest adalah 80
dengan selisih sebanyak 31,13.
2. (Santosa, Perbandingan Hasil data rata-rata keaktifan Adanya persamaan Terletak pada lokasi yang
2017) Model menulis siswa berdasarkan mengenai topic penelitian di teliti itu berbeda dan
Pembelajaran indikator yang ditentukan adalah yang dilakukan yakni adanya perbedaan pada
Problem Based menuliskan jawaban di LKS model pembelajaran topic penelitian yang
Learning dan menunjukkan bahwa nilai rata- discovery learning dan dilakukan yakni terhadap
Guided Discovery rata keaktifan menulis (writing problem based learning. keaktifan siswa.
Learning activities) kelas eksperimen 1
Terhadap dengan model Problem Based
Keaktifan Siswa Learning lebih tinggi daripada
Kelas X SMA kelas eksperimen 2 dengan
model guided discovery
learning.
26

C. Kerangka Pemikiran
Siswa menghadapi permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu hasil
belajar siswa yang masih tergolong rendah. Hal ini terjadi karena siswa masih
belum aktif dalam mengikuti proses pembelajaran didalam kelas dan kurang
dalam memahami materi pembelajaran dikarenakan peserta didik merasa bosan
dengan penyampaian materi oleh guru dengan ceramah. Dengan demikian
belum diketahui hasil belajar siswa jika guru menerapan model pembelajaran
problem based learning dan discovery learning.
Dari permasalah diatas hal yang diperlukan yaitu penerapan model
pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan
ini melakukan penerapan model pembelajaran problem based learning dan
discovery learning karena model pembelajaran tersebut mendorong agar siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memecahkan masalah. Sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Sahyar dalam Yuli Febrianti, M. Khairuddin
(2019, hlm. 27) bahwa “Model pembelajaran problem based learning dan
discovery learning adalah dua diantara banyak model pembelajaran yang
melibatkan aktifitas siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
Dengan ini nantinya akan terlihat perbedaan hasil belajar yang diperoleh
siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan
hasil belajar menggunakan model pembelajaran discovery learning. Dengan
demikian kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka komparatif
perbandingan.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata


pelajaran ekonomi bisnis

Solusi
Penerapan model pembelajaran problem
based learning dan discovery learning

Hasil belajar siswa meningkat


27

D. Asumsi dan Hipotesis


1. Asumsi
Dalam buku paduan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas
(2022, hlm. 23) mengatakan bahwa asumsi merupakan titik tolak
pemikiran yang kebenarannya diteria peneliti. Dalam penelitian ini
peneliti menentukan asumsi sebagai berikut:
a. Minat belajar siswa meningkat dengan penerapan model
pembelajaran problem based learning dan discovery learning.
b. Lingkungan belajar mendukung dalam penerapan model
pembelajaran problem based learning dan discovery learning.
2. Hipotesis
Dalam buku pandua penulisan Karya Tulis Ilmah (KTI) Unpas
(2022, hlm. 23) mengatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara dari masalah atau submasalah yang secara teori telah
dinyatakan dalam kerangka pemikiran dan masih harus diuji
kebenarannya secara empiris.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti
dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran problem based learning.
H2 : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran discovery learning.
H3 : Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan problem based learning dan discovery learning.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Menurut TIM Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa


(2022, hlm. 41) Metode penelitian merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam buku panduan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas (2022, hlm.
24) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif menekankan kepada fenomena-
fenomena objektif untuk kemudian dikaji/dianalisis dengan menggunakan
angka-angka, hasil pengolahan statistik, model, struktur, ataupun percobaan
yang terkontrol.
Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode quasi eksperimen. Menurut Sugiyono (2018, hlm. 72) “Penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran problem based learning dan discovery
learning pada mata pelajaran ekonomi bisnis kelas X SMK Pasundan 3 Cimahi.

B. Desain Penelitian

Menurut Nasution dalam Karlina (2015, hlm. 43) “desain penelitian


merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar
dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”.
Desain penelitian yang digunakan yaitu desain eksperimen Nonequivalent
Pretest Posttest Group Design. Arikunto (2010, hlm. 124) mengatakan, bahwa
“group pretest-posttest design adalah kegiatan penelitian yang memberikan tes
awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan
barulah memberikan tes akhir (posttest)”.
Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan membagi
dua kelompok penelitian, yaitu kelompok kelas eksperimen yang belajar

28
29

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan


kelompok kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran discovery learning. Kedua kelas tersebut akan diberikan pretest
dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum mendapatkan
perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Desain penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test


X MPLB 1 O1 X1 (PBL) O2

X MPLB 2 O3 X2 (DL) O4

Keterangan:
O1 : Tes awal sebelum diberi perlakuan model Problem Based Learning
O2 : Tes akhir setelah diberi perlakuan model Problem Based Learning
O3 : Tes awal sebelum diberi perlakuan model Discovery Learning
O4 : Tes akhir setelah model Discovery Learning
X1 : Perlakuan berupa model pembelajaran Problem Based Learning
X2 : Perlakuan berupa model pembelajaran Discovery Learning

C. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek Penelitian
Dalam buku panduan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas
(2022, hlm. 24) menjelaskan bahwa subjek penelitian adalah sesuatu yang
diteliti, baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi), yang akan
dikenai simpulan hasil penelitian. Subjek penelitiaan ini adalah siswa kelas
X MPLB SMK Pasundan 3 Cimahi.
30

Tabel 3.2
Subjek Penelitian
Kelas Model pembelajaran Jumlah siswa
X MPLB 1 Problem Based Learning 36

X MPLB 2 Discovey Learning 34


Total Siswa 70

2. Objek Penelitian
Dalam buku panduan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas
(2022, hlm. 24) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah sifat, keadaan
dari suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran
penelitian. Sifat atau keadaan yang dimaksud bisa berupa kuantitas dan
kualitas yang berupa perilaku, kegiatan, pendapat, penilaian, sikap pro-
kontra, simpati-antipasti, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.
Objek dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran problem based
learning dan discovery learning, kedua tersebut digunakan untuk
mengetahui perbandingan hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa
diambil dari pretest yang dilakukan sebelum mulai pembelajaran dan
posttest yang dilakukan setelah proses pembelajaran.
D. Operasional Variabel
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2017, hlm. 38) adalah “suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Adapun variable penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah “model pembelajaran problem based learning”
(X1) dan “discovery learning” (X2).
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikan ialah variabel yang ditentukan oleh adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu “hasil belajar siswa
kelas X di SMK Pasundan 3 Cimahi”.
31

Tabel 3.3
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Keterangan
Model Sintak model Sintak model Perlakuan
pembelajaran pembelajaran pembelajaran problem
problem problem based based learning adalah
based learning a. Orientasi masalah
learning Menurut b. Mengorganisis siswa
Arends dalam untuk meneliti
Lismaya c. Membantu
(2019, hlm. menyelidiki secara
28) mandiri dan
kelompok
d. Mengembangkan
dan
mempresentasikan
hasil kerja
e. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Model Sintak Model Sintak model Perlakuan
pembelajaran pembelajaran pembelajaran Discovery
discovery discovery Learning ada enam
learning learning meliputi ;
Menurut a. Stimulus
Sinambela b. Identifikasi
dalam masalah
Khasinah c. Pengumpulan data
(2021, d. Pengolahan data
hlm.406) e. Pembuktian
f. Generalisasi
32

Hasil Belajar Memahami a. Menjelaskan Hasil


bentuk-bentuk pengertian badan belajar dari
badan usaha usaha Kompetensi
b. Menjelaskan jenis Dasar
badan usaha
c. Menjelaskan bentuk
badan usaha
d. Mengklasifikasikan
jenis badan usaha
e. Mengklasifikasikan
bentuk badan usaha

E. Rancangan Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam buku Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas


(2022, hlm. 33) Teknik pengumpulan data yaitu berupa cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menggali data yang
bersumber dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tes
Menurut Ridwan dalam Dewi (2020, hlm. 765) “Tes adalah
serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan tes kepada siswa kelas X MPLB SMK Pasundan 3 Cimahi.
Pada tes ini peneliti melakukan tes untuk mengetahui hasil belajar
pada salah satu kompetensi dasar yaitu memahami bentuk-bentuk
badan usaha. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu:
33

1) Pretest
Sebelum dimulai pembelajaran siswa diberikan tes berupa
soal pretest yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa
sebelum diberi perlakuan.
2) Posttest
Setelah pembelajaran dimana siswa diberi perlakuan dengan
model pembelajaran siswa akan diberi tes berupa soal posttest
yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
diberi perlakuan.
b. Dokumentasi
Dalam buku panduan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Unpas
(2022, hlm. 33) dokumentasi dilakukan dengan menghimpun
dokumen, memilih dokumen sesuai dengan tujuan dan keperluan
peneliti, menerangkan dan mencatat, serta menafsirkannya dan
menghubungkannya dengan fenomena lain. Dokumentasi yang
digunakan yaitu hasil belajar siswa pada ujian akhir semester ganjil
tahun ajaran 2022/2023.
2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen tes berupa


soal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) soal adalah
pertanyaan sesuatu hal yang sulit yang harus dipecahkan, masalah. Jenis
soal yang digunakan yaitu pilihan ganda. Pilihan ganda menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pilihan dalam beberapa
alternatif.
Instrumen tes yang digunakan peneliti berupa soal pilihan ganda
tentang lembaga keuangan. Instrumen ini diberikan kepada siswa
sebelum pembelajaran dimulai yaitu pretest yang dimana diberikan
kepada siswa sebelum diberi perlakuan untuk mengetahui pengetahuan
awal tentang lembaga keuangan. Sedangkan posttest diberikan kepada
siswa untuk mengetahui pengetahuan siswa setelah diberikan perlakuan.
34

3. Data Penelitian
Data penelitian untuk variabel X “model pembelajaran problem
based learning dan discovery learning” adalah data kategori nominal.
Data penelitian untuk variabel Y “hasil belajar siswa” adalah continue
interval yang diperoleh dari pretest dan posttest dengan menggunakan
soal pilihan ganda.
4. Rancangan Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2019, hlm. 68) “uji validitas digunakan
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut”.
Uji validitas ini akan menggunakan bantuan Microsoft excel.
Instrumen dikatakan valid jika memenuhi nilai sebagai berikut:
Tabel 3.4
Koefisiensi Validitas Butir Soal
Rentang Keterangan
0,8 – 1,0 Validitas sangat tinggi
0,6 – 0,8 Validitas tinggi
0,4 – 0,6 Validitas sedang
0,2 – 0,4 Validitas rendah
0,0 – 0,2 Validitas sangat rendah

b. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2019, hlm. 176) “Hasil penelitian yang
reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama”. Uji validitas ini akan menggunakan bantuan
Microsoft excel.
35

Tabel 3.5
Klasifikasi Niai Reabilitas Butir Soal

Rentang Keterangan
0,8 – 1,0 Sangat reliabel
0,6 – 0,8 Reliabel
0,4 – 0,6 Cukup reliabel
0,2 – 0,4 Kurang reliabel
0,0 – 0,2 Tidak reliabel

c. Uji Kesukaran Soal


Menurut Arikunto (2006, hlm. 207) “Tingkat kesukaran
adalah persentase jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
atau salah”. Uji kesukasan soal ini akan menggunakan Microsoft
Excel.
Tabel 3.6
Klasifikasi Kesukaran Pada Soal
Tingkat Kesukaran Keterangan
0,0 – 0,3 Sukar
0,3 – 0,7 Sedang
0,7 – 1,0 Mudah

d. Uji Daya Pembeda


Menurut Arikunto (2015, hlm. 226) “daya pembeda soal
adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah”. Uji daya pembeda akan menggunakan Microsoft Excel.
36

Tabel 3.7
Klasifikasi Daya Pembeda
Rentang Keterangan
0,0 – 0,2 Jelek
0,2 – 0,4 Cukup
0,4 – 0,7 Baik
0,7 – 1,0 Baik sekali

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2019, hlm. 98) “Metode penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau nilai
satu atau lebih variabel secara mandiri”. Analisis deskriptif yang digunakan
adalah analisis deskriptif pretest dan analisis deskriptif posttest
menggunakan teknik statistik perhitungan rata rata.
2. Analisis N-gain
N-gain (normalized gain) digunakan untuk mengukur peningkatan
keterampilan proses sains dan hasil belajar antara sebelum dan setelah
pembelajaran. Analisis N-gain yang digunakan adalah pretest posttest hasil
belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning dan analisis
N-gain yang digunakan adalah pretest posttest hasil belajar siswa pada
model pembelajaran discovery learning.
N-gain = (Skor posttest – skor pretest) / (skor maksimum – skor pretest)
Keterangan:
N-gain = Gain yang dinormalisir
Posttest = Tes diakhir pembelajaran
Pretest = Tes diawal pembelajaran
37

Tabel 3.8
Kriteris Indeks N-gain
Skor Kategori
(g) > 0,70 Tinggi
0,30 < (g) < 0,70 Sedang
(g) < 0,30 Rendah

3. Uji Asumsi Klasik


Menurut Ghozali (2018, hlm 876) “uji asumsi klasik adalah metode
statistic pada analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menilai
apakah terdapat masalah asumsi klasik atu tidak pada model regresi linier
Ordinary Least Square (OLS)”.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2017, hlm. 145) menyatakan bahwa “uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggunaan atau residual memiliki distribusi normal”.
Pengujian kenormalan data dilakuan dengan batuan aplikasi SPSS.
b. Uji Homogenitas
Menurut Sudjana (2015, hlm. 65) “Uji homogenitas
adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih”. Uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Jika level signifikasi >α5% maka data tersebut homogen.
2) Jika level signifikasi <α5% maka data tersebut tidak homogen.
3) Jika F hitung < F tabel maka kedua sampel homogen
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang
didasarkan dari analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol,
maupun dari observasi (tidak terkontrol).
38

1) Uji T-test
Menurut Sugiyono (2018, hlm. 223) “Uji T-test merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah, yaitu yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih”.
a) Uji paired sample t-test
Menurut Widiyanto (2013, hlm. 35), “paired sample t-test
merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk
mengkaji keefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan
rata-rata sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan”.
Uji paired sample t-test digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama dan kedua.

Rumusan masalah pertama diuji menggunakan paired


sample t-test dengan hipotesis:

H0 : πO1 = πO2 = tidak terdapat perbedaan hasil belajar


siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model
problem based learning
H1 : πO1 ≠ πO2 = terdapat perbedaan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan model problem based
learning
Rumusan masalah kedua diuji menggunakan paired
sample t-test dengan hipotesis:

H0 : πO3 = πO4 = tidak terdapat perbedaan hasil belajar


siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan model
discovery learning
H1 : πO3 ≠ πO4 = terdapat perbedaan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan model discovery
learning
39

b) Uji Independen sample t-test

Menurut Ghozali (2015, hlm. 45) ”tujuan dari uji


Independent Sample T-Test adalah untuk dapat
membandingkan rata-rata dari kedua grup yang tidak saling
berhubungan”.

Rumusan masalah ketiga diuji diuji menggunakan


Independen sample t-test dengan hipotesis:

H0 : πO3 = πO6 = tidak terdapat perbedaan peningkatan


hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran problem based learning
dengan menggunakan discovery
learning
H1 : πO3 ≠ πO6 = terdapat perbedaan peningkatan hasil
belajar siswa menggunakan model
pembelajaran problem based learning
dengan menggunakan discovery
learning
2) Kriteria Pengujian

Kriteria pengujian dari setiap hipotesis menggunakan kriteria


signifikansi dengan kaidah.
H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 dan sebaliknya H0 diterima dan H1 tidak digunakan jika
skor signifikansi lebih besar dari 0,05.
40

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan untuk penelitian ini ada beberapa tahap


antara lain:
1. Tahapan Persiapan
a. Menentukan Judul Penelitian
Dalam penentuan judul peneliti harus mengetahui fenomena
permasalahan apa yang akan dijadikan sebagai judul dengan didasari
oleh kajian teori.
b. Menentukan Tempat Penelitian
Setelah peneliti mempunyai topik dan tujuan yang akan
dilaksanaka kemudian peneliti menentukan tempat penelitian. Tempat
penelitian yang akan menjadi tempat peneliti yaitu SMK Pasundan 3
Cimahi.
c. Melakukan Wawancara Tidak Terstruktur
Peneliti melakukan wawancara secara tidak testruktur dengan guru
mata pelajaran ekonomi bisnis kelas X MPLB yaitu Bapak Iwan
Setiawan, S.E. wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih jelas
mengenai fenomena yang dijadikan latar belakang permasalahan awal.
d. Menentukan Populasi dan Sampel Penelitian
Peneliti menetapkan siswa yang akan dijadikan sampel yaitu siswa
kelas X MPLB 1 dan X MPLB 2 SMK Pasundan 3 Cimahi.
e. Menentukan Identifikasi
Identiikasi masalah ditentukan dengan melakukan pengamatan
dilapangan dengan dukungan teori serta penelitian terdahulu.
f. Menentukan Metode Penelitian
Peneliti menetapkan metode penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode quasi eksperimen.
g. Membuat Instrumen Penelitian
Peneliti membuat instrument peelitian berupa soal sebelum
melakukan penelitian.
41

h. Mengurus Perizinan Penelitian


Peneliti mengurus surat permohonan izin untuk penelitian di
sekolah tersebut yang telah disetuju oleh Fakultas, badan kesatuan dan
politik dinas pendidikan serta SMK Pasundan 3 Cimahi.
2. Tahap pelaksanaan
Peneliti mendatangi subjek yang akan diteliti dengan melakukan
eksperimen model pembelajaran problem based learning dan discovery
learning dan memberikan soal pretest dan posttest untuk mendapatkan hasil
penelitian.
3. Tahap Mengolah dan Menyimpulkan
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS
sehingga dapat diketahui hasilnya. Setelah itu, penulis mengambil
kesimpulan dari hasil analisis yang telah diuji tersebut.

4. Jadwal Prosedur Penelitian


Tabel 3.11
Jadwal Penelitian
Tahun Akademik 2022/2023
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penyusunan Proposal
2. Seminar Ujian Proposal
3. Penulisan Bab I - Bab III
4. Bimbingan Bab I - Bab III
5. Observasi Lapangan
6. Pengumpulan Data
7. Penulisan Bab IV
8. Pengolahan Data
9. Penulisan Bab V
10. Penyelesaian Skripsi
11. Pengandaan Skripsi
12. Pendaftaran Sidang
13. Sidang Skripsi
14. Wisuda

Anda mungkin juga menyukai