Anda di halaman 1dari 49

PENGEMBANGAN E-MODUL MENGHIAS CAKE

DEKORASI BUTTER CREAM UNTUK SISWA KULINER


FASE F SMK KEAHLIAN PARIWISATA

SKRIPSI

OLEH

AGNES YUNIAR ASTI RANTI

21050394085

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA

2022
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan

Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi


dan berjalannya suatu proses komunikasi selalu
melibatkan tiga komponen pengirim pesan (guru),
penerima pesan (siswa) dan pesan itu sendiri (materi
pembelajaran) (Rakhmawati dkk, 2016). Menurut (Ihsan,
2017) pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan
oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta
didik. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang
menciptakan intraksi antara guru dan sumber belajar
sehingga memungkinkan siswa memproses informasi
nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Tercapainya tujuan pembelajaran dikarenakan


berpedoman kepada kurikulum. Kurikulum adalah
seperangkat rencana dengan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Fachri,2020).
Semakin bekembangnya jaman kurikulum dikembangkan
dari kurikulum KTSP, kurikulum 2013 hingga kurikulum
merdeka. Kurikulum merdeka adalah independensi atau
memerdekakan peserta didik dan pendidik untuk
membentuk mental independent yang tangguh dalam
menghadapi era disrupsi ini (Syahrian, 2020). Kurikulum
merdeka merupakan kurikulum yang mengedepankan
pendekatan bakat dan minat peserta didik, sehingga
peserta didik dapat mempelajari sesuatu dengan passion
yang dimilikinya. Kurikulum merdeka memiliki tujuan
untuk memerdekakan pendidikan dengan cara bebas
berpikir dan bebas berinovasi. Dengan demikian
karakteristik peserta didik harus memiliki keterampilan
komunikasi yang baik, berfikir kreatif, inovatif, dan dapat
menyelesikan permasalahan dalam proses pembelajaran
(Purwanti dkk, 2022).

Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa


membutuhkan bahan ajar sebagai alat yang dijadikan
sumber informasi belajarnya. Dalam hal ini timbul
interaksi dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik
serta sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Adapun komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu
proses pembelajaran yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi
pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) media
pembelajaran, dan 6) evaluasi pembelajaran. Proses
pembelajaran disekolah menjadi suatu yang hal yang
penting, karena dengan pembelajaran peserta didik
mendapatkan pengetahuan baru, mengasah keterampilan,
dan pemahaman yang lebih. Perhatian peserta didik
kepada materi sepenuhnya adalah tugas dari pendidik
(Sudarti, 2019). Berbagai cara bisa digunakan untuk
memusatkan perhatian peserta didik akan materi yang
diajarkan, salah satunya dengan menggunakan media
pembelajaran.

Media adalah alat bantu berupa fisik dan non fisik


yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan
siswa dalam memahami proses pembelajaran agar lebih
efektif dan efisien sehingga dapat membantu
meningkatkan hasil belajar (Faizal, 2019). Perlunya media
pembelajaran yang baik menarik ini karena pendidikan
zaman sekarang dituntut untuk menciptakan pembelajaran
yang menarik sekaligus menghibur agar tidak kalah
dengan teknologi informasi dan dunia hiburan yang
semakin canggih. Bentuk media dapat bervariasi dan dapat
diinovasikan sesuai dengan perkembangan teknologi.
Bentuk bervariasi, dapat dibentuk modul cetak, e-modul,
video atau kombinasi dari berbagai format yang dapat
digunakan oleh siswa atau guru dalam pembelajaran
(Fatkurohman, 2019). Pemilihan media yang sesuai
tentunya akan membantu mempermudah pendidik dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga akan
membantu mempermudah siswa dalam menerima materi
belajar.

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa


SMK Negeri 3 Jember sudah menggunakan kurikulum
merdeka untuk mata pelajaran dekorasi kue, namun masih
ditemui permasalahan yakni rendahnya pemahaman
materi. Dapat dilihat dari data hasil belajar menunjukkan
bahwa dari 31 siswa diantaranya memperoleh nilai
dibawah 75 sebanyak 87% sedangkan yang mendapat nilai
diatas 75 sebanyak 13% siswa. Nilai kriteria ketuntasan
minimum siswa yaitu 70. Hal ini berarti pencapaian hasil
belajar siswa masih kurang memuaskan. Rendahnya nilai
yang diperoleh siswa diantaranya dipengaruhi oleh
kurangnya bahan ajar yang belum mendukung, masih sulit
dipahami oleh siswa dan terbatasnya waktu penyampaian
materi. Diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan di
SMK Negeri 3 Jember berupa power point dan quizizz saja
sehingga terasa membosankan dan materi yang
disampaikan masih belum dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Berdasarkan hasil dari wawancara, selaku guru
program keahlian kuliner cake dekorasi SMK Negeri 3
beliau mengatakan, belum pernah melakukan
pengembangan ataupun menggunakan bahan ajar berupa
e-modul pembelajaran cake dekorasi atau lebih tepatnya
belum memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi dalam
proses pembelajaran. Pada saat diluar jam pembelajaran,
pernah melakukan wawancara kepada beberapa siswa
bahwa siswa membutuhkan bahan ajar elektronik berupa
e-modul pembelajaran cake dekorasi yang memuat materi,
gambar-gambar, video, atau multimedia lainnya sebagai
pendukung dalam proses pembelajaran berlangsung.

E-modul dapat memfasilitasi siswa untuk


memudahkan dalam memahami materi dan memberikan
motivasi siswa untuk belajar secara mandiri. E-modul
adalah suatu modul yang mempunyai beberapa kelebihan
yaitu bersifat interaktif, dapat menyisipkan materi, resep,
Langkah-langkah pembuatan, gambar, video, serta
terdapat link yang bisa langsung diakses melalui internet.
Memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi, peneliti akan
mengembangkan bahan ajar berupa e-modul yang akan
dirancang dan disusun sehingga menarik serta
menumbuhkan semangat belajar siswa. Selain itu, dapat
dijadikan pedoman dan membantu mengarahkan siswa
dalam belajar secara mandiri.

Berdasarkan pertimbangan di atas maka dalam


pembelajaran ini menyiapkan materi dalam bentuk e-
modul sebagai bahan rujukan pada pembelajaran. Sebelum
membuat pengembangan e-modul peneliti mencari data
yang relevan yang telah meneliti penggunaan e-modul
sehingga peneliti dapat mengembangkan e-modul sesuai
dengan hasil yang memuskan dari uji coba pada peneliti
sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan (Hamid
dkk, 2017). Penelitian ini mengembangkan sebuah modul
berbasis elektronik pada mata pelajaran elektronik dengan
menggunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
modul pembelajaran elektonik dasar berdasarkan model
pemecahan masalah yang dikembangkan secara
keseluruhan dinyatakan layak digunakan. Hasil rata-rata
validasi ahli materi dan media sangat layak. Hasil belajar
siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Penelitian
yang dilakukan (Rofiyadi, dkk, 2020). Penelitian ini
mengembangkan produk e-modul pada mata pelajaran
kimia. Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh
dua orang ahli materi dan media dinyatakan sangat layak.
Kemudian diuji cobakan penilaian pada kelompok kecil
didapatkan penilaian sangat layak dilihat dari hasil belajar
siswa meningkat. Diharapkan dengan pembuatan e-modul
untuk materi ini dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas kepada siswa tentang alat, bahan, prosedur, dan
Langkah dalam proses menghias butter cream.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan


melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan E-
Modul Menghias Cake Dekorasi Butter Cream Untuk
Siswa Kuliner Fase F Smk Keahlian Pariwisata”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat
diidentifikasika masalah sebagi berikut :
1. Guru di SMK Negeri 3 Jember program keahlian
kuliner cake dekorasi belum pernah melakukan
pengembangan ataupun menggunakan bahan ajar e-
modul.
2. Media yang digunakan oleh guru masih terbatas yaitu
hanya menggunakan power point dan quiziz. Media
tersebut cukup membantu namun kurang menarik
perhatian siswa data pembelajaran. Oleh karena itu
perlu adanya media pembelajaran yang menarik
sehingga siswa lebih termotifasi dan fokus dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Terdapat 87% siswa dari 31 siswa yang mendapat nilai
dibawah 75 dan sisanya sebanyak 13% siswa
memperoleh nilai diatas 75, sedangkan kriteria
ketuntasan minimum siswa yaitu 70. Hal ini berarti
pencapaian hasil belajar siswa masih kurang
memuaskan.

C. Batasan Masalah
Pengembangan e-modul berkaitan denga isi e-
modul tersebut dengan respon dari penggunaan modul
tersebut. Penulis membatasi penelitian hanya pada:
1. Menguji kelayakan materi e-modul yang sudah
dikembangkan pada pembelajaran menghias cake
dekorasi butter cream untuk siswa kuliner fase F SMK
keahlian Pariwisata.
2. Menguji kelayakan media menggunakan e-modul
yang sudah dikembangkan pada pembelajaran
menghias cake dekorasi butter cream untuk siswa
kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata.
3. Data yang diambil kelayakan media dan materi serta
respon siswa.
4. Pengambilan data diambil di SMK Negeri 3 Jember
dan UNESA.
5. Waktunya penelitian dilakukan pada tanggal 30 April
2023
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil pengembangan e-modul menghias
cake dekorasi butter cream
2. Bagaimana kelayakan materi e-modul menghias cake
dekorasi butter cream untuk siswa kuliner fase F SMK
keahlian Pariwisata.
3. Bagaimana kelayakan media e-modul menghias cake
dekorasi butter cream untuk siswa kuliner fase F SMK
keahlian Pariwisata.
4. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan e-
modul menghias cake dekorasi butter cream untuk
siswa kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hasil pengembangan e-modul
menghias cake dekorasi butter cream untuk siswa
kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata
2. Untuk mengetahui kelayakan materi e-modul
menghias cake dekorasi butter cream untuk siswa
kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata yang telah
dikembangkan.
3. Untuk mengetahui kelayakan media e-modul
menghias cake dekorasi butter cream untuk siswa
kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata yang telah
dikembangkan.
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan
e-modul menghias cake dekorasi butter cream untuk
siswa kuliner fase F SMK keahlian Pariwisata yang
telah dikembangkan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara
lain :
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
dalam pembuatan bahan ajar e-modul menghias
cake dekorasi butter cream untuk siswa kuliner
fase F SMK keahlian Pariwisata sebagai bahan
ajar.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
guru sebagai referensi pembelajaran yang baru
dalam pembelajaran menghias cake dekorasi
dengan butter cream.
b. Media pembelajaran e-modul dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran menghias cake dekorasi dengan
butter cream.
3. Bagi Siswa
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran cake dekorasi menghias kue dengan
butter cream.
b. Media pembelajaran e-modul yang dikembangkan
dapat melatih kemandirian siswa dalam menghias
cake dekorasi dengan butter cream.

4. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana pembelajaran dan nantinya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Model Pengembangan


1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan yaitu penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
dan menguji keefektifan produk tersebut. Secara
istilah peneletian dan pengembangan atau Research
and Development adalah suatu proses atau Langkah-
langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau menyempurnakan produk yang telah ada yang
dapat dipertanggung jawabkan (Purnama, 2016).
Menurut (Soenarto, 2011) mengartikan bahwa
pengembangan sebagai suatu prosesuntuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
yang akan digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa
pengembangan adalah suatu metode yang digunakan
untuk mengembangkan suatu produk menjadi produk
baru yang lebih baik dan menguji keefektifan serta
kevaidnnya.
2. Macam macam model penelitian pengembangan
Terdapat beberapa macam model penelitian yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian
Research and Development, berikut macam-macam
model yang digunakan dalam penelitian dan
pengembangan (Amali, 2019)
a. Model Pengembangan Borg dan Gall
Model pengembangan ini menggunakan alur air
terjun atau disebut (waterfall) pada tahap
pengembangannya. Model pengembangan Borg
dan Gall ini memiliki tahap-tahap yang relatif
panjang karena terdapat 10 langkah pelaksanaan
yaitu:
1) Penelitian dan pengumpulan data (research
and information colleting).
2) Perencanaan (planning).
3) Pengembangan draft produk (develop
preliminary form of product).
4) Uji coba lapangan (preliminary field testing).
5) Penyempurnaan produk awal (main product
revision).
6) Uji coba lapangan (main field testing).
7) Menyempurnakan produk hasil uji lapangan
(operational product revision).
8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field
testing).
9) Penyempurnaan produk akhir (final product
revision).
10) Diseminasi dan implementasi (disemination
and implementation)
Model pengembangan Borg dan Gall ini
memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan dari model ini yaitu mampu
menghasilkan suatu produk dengan nilai
validasi yang tinggi dan mendorong proses
inovasi produk yang tiada henti, sedangkan
untuk kelemahan dari model ini yaitu
memerlukan waktu yang relatif panjang,
karena prosedur realtif kompleks dan
memerlukan sumber dana yang cukup besar
(Hamdani, 2011).
b. Model Pengembangan 4D
Model pengembangan 4D terdiri dari empat
tahap pengembangan. Tahap pertama Define
atau sering disebut sebagai tahap analisis
kebutuhan, tahap kedua adalah Design yaitu
menyiapkan kerangka konseptual model dan
perangkat pembelajaran, lalu tahap ketiga
Develop, merupakan tahap pengembangan
melibatkan uji validasi atau menilai kelayakan
media, dan terakhir adalah tahap Disseminate,
implementasi pada sasaran sesungguhnya
yaitu subjek penelitian. Kelebihan model 4D
yaitu tidak membutuhkan waktu yang realtif
lama, karena tahapan relatif tidak terlalu
kompleks. Kelemahan Model 4D yaitu di
dalam model 4D hanya sampai pada tahapan
penyebaran saja, dan tidak ada evaluasi,
dimana evaluasi yang dimaksud adalah
mengukur kualitas produk yang telah diujikan,
uji kualitas produk dilakukan untuk hasil
sebelum dan sesudah menggunakan produk.
c. Model pengembangan ADDIE
Model pengembangan ADDIE terdiri dari
lima tahapan yaitu pengembangan. Tahap-
tahap pengembangan model dengan lima
Langkah / fase pengembangan meliputi:
Analysis, Design, Development or Production,
Implementation or Delivery and Evaluations.
Model ini dapat digunakan untuk berbagai
macam bentuk pengembangan produk seperti
model, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran media dan bahan ajar. Model
ADDIE dikembangkan oleh dick and carry
(1996) yang digunakan untuk merancang
sistem pembelajara. Berikut ini diberikan
contoh kegiatan pada setiap tahap
pengembangan model atau metode
pembelajaran, yaitu:
1) Analysis
Pada tahap ini, kegiatan utama adalah
menganalisis perlunya pengembangan
model/metode pembelajaran baru,
menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
untuk pengembangan model/metode
pembelajaran baru. Pengembangan
metode pembelajaran baru diawali oleh
adanya masalah dalam model/metode
pembelajaran yang sudah diterapkan.
Masalah terjadi karena model/metode
pembelajaran yang ada sekarang sudah
tidak relevan dengan kebutuhan sasaran
yaitu lingkungan pembelajar, teknologi,
karakteristik peserta didik, dsb. Setelah
analisis masalah perlunya pengembangan
model/metode pembelajaran yang baru,
peneliti juga perlu menganalisis
kelayakan dan syarat pengembangan
model/metode pembelajaran baru
tersebut. Proses analisis misalnya
dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini:
a) Apakah model/metode baru mampu
mengatasi masalah pembelajaran
yang dihadapi,
b) Apakah model/metode yang baru
mendapat dukungan fasilitas untuk
diterapkan;
c) Apakah guru mampu menerapkan
model/metode pembelajaran baru
tersebut. Dalam analisis ini, jangan
sampai terjadi ketika rancangan
model/metode yang bagus tetapi tidak
dapat diterapkan karena beberapa
keterbatasan misalnya saja tidak ada
alat atau guru tidak mampu untuk
melaksanakannya. Analisis metode
pembelajaran perlu dilakukan guna
untuk mengetahui terkait kelayakan
apabila metode pembelajaran tersebut
diterapkan.
2) Design
Dalam perancangan model/metode pembelajaran,
tahap desain memiliki kemiripan dengan
merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari
menetapkan tujuan belajar, merancang skenario
atau kegiatan belajar mengajar, merancang
perangkat pembelajaran, merancang materi
pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar.
Rancangan model/metode pembelajaran ini masih
bersifat konseptual dan akan mendasari proses
pengembangan berikutnya.
3) Development
Development dalam model ADDIE berisi kegiatan
realisasi rancangan produk. Dalam tahap desain,
telah disusun kerangka konseptual penerapan
model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap
pengembangan, kerangka yang masih konseptual
tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap
diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila pada
tahap design telah dirancang penggunaan
model/metode baru yang masih konseptual, maka
pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat
perangkat pembelajaran dengan model/metode
baru tersebut seperti RPP, media dan materi
pelajaran.
4) Implementation
Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan
metode yang telah dikembangkan pada situasi
yang nyata yaitu di kelas. Selama implementasi,
rancangan model/metode yang telah
dikembangkan diterapkan pada kondisi yang
sebenarnya. Materi disampaikan sesuai dengan
model/metode baru yang dikembangkan. Setelah
penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi
awal untuk memberi umpan balik pada penerapan
model/metode berikutnya
5) Evaluation
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluation formatif
dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka
(mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan
(semester). Evaluasi sumatif mengukur
kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi
digunakan untuk memberi umpan balik kepada
pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat
sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang
belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru
tersebut
B. Kajian Tentang Media E-modul
1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, terjadi komunikasi
antara guru dan peserta didik. Guru berperan sebagai
pengirim informasi sedangkan peserta didik berperan
sebagai penerima informasi. Proses ini akan berhasil
dengan baik jika antara keduanya berjalan dengan
lancar, dimana guru mampu menyampaikan informasi
dengan baik kepada siswa dan siswa mempunyai
kemampuan menerima informasi tersebut dengan baik
pula. Untuk menyempurnakan komunikasi antara
pemberi dan penerima informasi agar tercipta
komunikasi yang efektif diperlukan alat komunikasi
atau media.
Kata media berasal dari Bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara ataupun pengantar.
Media pendidikan dalam pembelajaran ialah saluran
atau suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan
pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perbuatan siswa untuk mendesak siswa dalam belajar
dan membantu mencapai tujuan pembelajaran. Proses
penyaluran pesan ataupun materi pendidikan tersebut
akan sesuai tujuan jika media pembelajaran sudah
terancang dengan baik (Brian, 2017). Menurut
Musfiqon, (2012) menyatakan bahwa media
pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara
antara guru sisw dalam memahami materi
pembelajaran agar efektif dan efisien. Sedangkan
menurut Aqib (2010) menuturkan bahwa media
pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong proses belajar siswa.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan
menunjukkan bahwa media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan sebagai perantara atau
penghubung dari pemberi informasi yaitu guru kepada
penerima informasi atau siswa yang bertujuan untuk
menstimulus para siswa agar termotivasi serta bisa
mengikuti proses pembelajaran secara utuh dan
bermakna. Meningkatkan skill dan tercapainya
pembelajaran sesuai dengan target yang diharapkan.
a. Fungsi media pembelajaran
Secara umum fungsi media pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan murid
sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan
efisien. Secara khusus menurut Yaumi, 2017.
Fungsi media pembelajaran dapat ditekankan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Penggunaan media pembelajaran bukan
merupakan fungsi tambahan, tetapi
memiliki fungsi tersendiri sebagai alat
bantu untuk mewujudkan situasi
pembelajaran yang lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian
internal dari keseluruan proses
pembelajaran. Hal ini mengandung
pengertian bahwa media pembelajaran
sebagai salah satu komponen yang tidak
berdiri sendiri tetapi saling berhubungan
dengan komponen lainya dalam rangka
menciptakan situasu belajar yang
diharapkan.
3) Media pembelajaran dalam
penggunaannya harus relevan dengan
komponen yang ingin dicapai dan
pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini
mengandung makna bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran harus selalu
melihat kepada kompetensi dan bahan
ajar.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi
sebagai alat hiburan. Dengan demikian
tidak diperkenankan menggunakannya
hanya sekedar untuk permainan atau
memancing perhatian peserta didik
semata.
5) Media pembelajaran bias berfungsi untuk
mempercepat proses belajar. Fungsi ini
mengandung arti bahwa dengan media
pembelajaran pesrta didik dapat
menangkap tujuan dan bahan ajar lebih
mudah dan lebih cepat.
6) Media pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Pada umumnya hasil
belajar peserta didik dengan
menggunakan media pembelajaran akan
lebih lama mengendap sehingga kualitas
pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
7) Media pembelajaran meletakkan dasar-
dasar yang konkret untuk berfikir. Oleh
karena itu, dapat mengurangi terjadinya
penyakit verbalisme
b. Jenis-jenis media pembelajaran
Menurut (Susanti, 2018) media pembelajaran
dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1) Media Visual
Media Visual adalah suatu alat atau
sumber belajar yang di dalamnya berisikan
pesan, informasi khususnya materi pelajaran
yang di sajikan secara menarik dan kreatif dan
diterapkan dengan menggunakan indera
pengelihatan. Jadi media visual ini tidak dapat
di gunakan untuk umum lebih tepetnya media
ini tidak dapat di gunakan oleh para tunanetra.
Karena media ini hanya dapat di gunakan
dengan indera pengelihatan saja. Mavam-
macam media visual yaitu Gambar atau foto,
peta konsep, diagram, grafik, peta atau globe
dan poster.
Kelebihan media visual yaitu dapat
meningkatkan daya Tarik peserta didikuntuk
belajar, dapat mengatasi keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,
mudah diaplikasikan. Kekurangan media
visual Kurang praktis dalam penggunaanya,
Hanya berupa gambar dan tulisan saja
sehingga media ini tidak dapat di terapkan
untuk peserta didik yang berkebutuhan
khusus, media ini tidak di lengkapi dengan
suara jadi kurang menarik, Biaya produks
cukup mahal karena sebelum menggunakn
media ini harus menyetak atu membuat dan
megirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh
masyarakat.
2) Media Audio
Media Audio adalah atau media dengar
adalah jenis media pembelajaran atau sumber
belajar yang berisikan pesan atau materi
pelajaran yang disajikan secara menarik dan
kreatif dan diterapkan dengan menggunakan
indera pendegaran saja. Karena media ini
hanya berupa suara. Macam-macam media
audio laboratorium, radio, alat perekam pita
maknetik.
Kelebihan media audio yaitu mudah
dibawa dan di pindahkan, materi dapat diputar
Kembali, dapat merangsan keaktifan
pendegaran peserta didik dan juga dapat
mengembangkan daya imajinasi seperti
menulis, menggambar dan sebagainya.
Kelemahan media ini bersifat abstrak karena
hanya berupa suara saja sehingga pada hal hal
tertentu juga memerlukan bantuan visual.
Karena media audio ini bersifat abstrak
pemahaman pengertiannya hanya bisa di
kontrol melalui kata-kata atau bahasa, serta
susunan kalimat. Media ini akan berhasil jika
diterapkan bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir
abstrak.
3) Media Audio Visual
Media audio visual adalah jenis media
pembelajaran atau sumber belajar yang
berisikan pesan atau materi pelajaran yang
dibuat secara menarik dan kreatif dengan
menggunakan indra pendengaran dan
penglihatan. Media ini berupa suara dan
gambar. Macam-macam media audio visual
yaitu televisi, video kaset, film bersuara.
Kelebihan media audio visual yaitu emakaian
tidak terikat waktu, sangat praktis dan
menarik, Harganya relative tidak mahal
karena bisa digunakan berkali-kali.
Kekurangan media audio visual yaitu jika
memutarkan film terlalu cepat, siswa tidak
dapat mengikuti. Media film bingkai suara,
harus memerlukan ruangang yang gelap.
Media televise, tidak bisa dibawa kemana –
mana karena cenderung ditempat tertentu.
2. Kajian tentang e-modul
a. Pengertian e-modul
Perkembangan teknologi dan informasi
perlahan mulai mengalami masa transisi dari
media cetak berangsur beralih menjadi media
digital. Informasi dan publikasi awalnya hanya
didokumentasikan melalui media cetak dan
beralih kemedia elektronik sebagai alternatif
penggantinya antara lain media elektronik seperti
buku elektronik, modul elektronik (e-modul).
Istilah modul elektronik merupakan
penggabungan istilah modul dalam bentuk bahan
ajar elektronik (e-book). Menurut Danang dkk,
2015 e-modul adalah media elektronik yang
efektif, efisien dan mengutamakan kemandirian
siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
yang berisi satuan unit bahan ajar untuk membantu
siswa memecahkan masalah dengan
kemampuannya sendiri. Kemudian menurut
(Direktorat pembina SMA, 2017) menjelaskan
bahwa E-Modul adalah bentuk penyajian
penyajian sumber belajar mandiri yang disusun
secara sistematis ke dalam unit pembelajaran
tertentu, yang disajikan dalam format elektronik,
membuat peserta didik menjadi lebih interaktif
dengan program, dilengkapi dengan penyajian
video tutorial, animasi dan audio untuk
memperkaya pengalaman belajar.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa buku elektronik merupakan suatu peragkat
kertas (materi) serta fitur lunak portable yang bisa
menunjukkan sejumlah informasi-informasi
bacaan yang gampang dibaca oleh pengguna dan
membiarkan pengguna mengenali lewat data ini.
Materi diatas dapat disimpulkan bahwa E-Modul
merupakan materi pembelajaran berbasis
elektronik berisi bahan ajar ataupun kumpulan
modul yang terbuat secara interaktif serta menarik
dibuat dengan teknologi informasi yang canggih
seperti komputer atau android yang didalamnya
disisipkan link, video tutorial dan animasi dengan
tujuan agar peserta didik memiliki sumber belajar
mandiri.
b. Karakteristik e-modul
Karakteristik e-modul tidak jauh berbeda
dengan karakteristik yang dimiliki modul cetak
sehingga karakteristik modul cetak dapat
diadaptasikan kedalam e-modul, berikut
merupakan beberapa ciri menurut Anwar (2010),
menyatakan bahwa karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
1) Self instructional, Siswa mampu
membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung
pada pihak lain.
2) Self contained, Seluruh materi pembelajaran
dari satu unit kompetensi yang dipelajari
terdapat didalam satu modul utuh.
3) Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
4) Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya
adaptif yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi.
5) User friendly, Modul hendaknya juga
memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab
dengan pemakainya.
6) Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan
font, spasi, dan tata letak.
c. Kelebihan e-modul
Menurut Rahmawati, (2020) menyebutkan
beberapa kelebihan dari e-modul sebagai berikut :
1) E-modul merupakan salah satu bahan ajar
yang efektif, efisien, dan mengutamakan
kemandirian siswa.
2) Ditampilkan menggunakan monitor atau layar
monitor.
3) Lebih praktis untuk dibawa kemana-mana,
tidak peduli seberapa banyak modul yang
disimpan dan dibawa tidak akan memberatkan
kita dalam membawanya.
4) Menggunakan CD, USB Flashdisk, atau
memory card untuk medium penyimpanan
datanya.
5) Biaya produksinya lebih murah disbanding
dengan modul cetak. Tidak perlu biaya
tambahan untuk memperbanyaknya, hanya
perlu copy antar user satu dengan yang
lainnya. Proses distribusi pun bisa dilakukan
melalui e-mail.
6) Menggunakan sumber daya berupa tenaga
listrik dan computer atau laptop untuk
mengoperasikannya. Tahan lama dan tidak
lapuk dimakan waktu.
7) Naskah dapat disusun secara linear maupun
non linear, serta dapat dilengkapi audio dan
video dalam satu paket penyajiannya.
d. Kekurangan e-modul
Menurut Rahmawati, (2020) menyatakan bahwa
kelemahan e-modul terletak pada ketersediaan
perangkat untuk mengaksesnya, karena e-
modulnya hanya bisa diakses menggunakan
perangkat elektronik berupa computer atau
android. Jika perangkat tersebut tidak tersedia mak
a e-modul tidak dapat digunakan

C. Kajian Tentang Pembelajaran Cake Dekorasi Butter


Cream
1. Pembelajaran cake dekorasi butter cream
Cake dekorasi butter cream merupakan salah satu
elemen yang ada di kurikulum merdeka yang diambil
oleh siswa fase F kuliner SMK Negeri 3 Jember, yang
mana pada elemen ini menyajikan materi-materi yang
mempelajarai tentang resep pembuatan butter cream,
membuat butter cream, membuat ornament dari butter
cream, menutup kue menggunakan butter cream dan
lainya. Hal ini dinilai penting dalam pemahaman pada
mata pelajaran tersebut. Selain teori yang cukup
banyak, bentuk-bentuk ornament yang harus dipelajari
juga banyak. Hal ini yang biasanya siswa terkadang
kurang paham dan juga sulit untuk memahami,
sehingga perlu pemahaman dan peningkatan ingatan
siswa dalam pembelajaran cake dekorasi butter cream.
Cake dekorasi butter cream merupakan salah satu
tujuan pembelajaran pada elemen cake dekorasi yakni
pada pertemuan 4 sampai pertemuan 8, dimana pada
tujuan pembelajaran ini mempelajari tentang resep
pembuatan butter cream, membuat butter cream,
membuat ornament (pagar, anyaman, kerrang, bunga,
mawar dan daun) dan menutup kue menggunakan
butter cream. Peserta didik menjadi tahu terkait nama
dan bentuknya. Cake dekorasi butter cream
merupakan dekorasi untuk menghias kue
menggunakan butter cream. Hal ini dapat menunjang
pengetahuan siswa dalam pengetahuan terkait nama
dan bentuknya dari butter cream.

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Pada penelitian pengembangan diperlukan untuk
memiliki hasil penelitian yang relevan, untuk menjadikan
rujukan dalam penelitian yang akan dilakukan, berikut ini
hasil penelitian yang relefan dari penalitian yang akan
dilakukan:
1. Penelitian yang telah dilakukan oleh Faizal (2019)
yang berjudul : “ Pengembangan Media E-Modul
Dengan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada
Kompetensi Basic Standard Tools Di SMK Negeri 2
Kendal “ menunjukkan hasil e-modul yang digunakan
adalah valid dan praktis untuk digunakan oleh guru
dan peserta didik. Persamaan dari penelitian tersebut
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-
sama meneliti kelayakan pengembangan e-modul dan
melihat respon terhadap e-modul yang dibuat.
Perbedaan yaitu penelitian dilakukan untuk peserta
didik dengan jurusan Teknik mesin, Sedangkan pada
penelitian yang akan saya lakukanyakni pada peserta
didik jurusan kuliner.
2. Penelitian yang dilakukan Hamid dkk, (2017) yang
berjudul : ”Analisis Penggunaan E-Modul Dalam
Pembelajaran Fisika : Studi Literatur”. Hasil analisis
menunjukkan bahwa penggunaan e-modul dalam
pembelajaran fisika dapat meningkatkan keterampilan
berpikir peserta didik. Persamaan penelitian ini sama
sama meneliti kelayakan pengembangan e-modul dan
melihat respon terhadao e-modul yang dibuat
Perbedaan adalah penelitian dilakukan untuk peserta
didik dengan jurusan fisika. Sedangkan pada
penelitian yang akan saya lakukanyakni pada peserta
didik jurusan kuliner.
3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Denisa (2021)
dengan judul :”Pengembangan e-modul Kontekstual
Akutansi Perbankan Syariah Kelas XI Berbasis flip pdf
” hasil dari pengamatan ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar
mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan
produk, dan produk sangat layak digunakan oleh
peserta didik kelas XI dengan menggunakan model
Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation (ADDIE) pada pembelajaran daring saat
pandemi Covid-19. Persamaan dengan penelitian ini
adalah sama-sama meneliti output dari e-modul yang
diujikan pada peserta didik kejuruan serta dengan
metode pengembangan ADDIE. Perbedaannya adalah
yang diteliti yakni peserta didik yang diambil sampel
dari kelas XI dari SMK Negeri 2 Mojokerto dan
dilaksanakan pada era pandemi covid19, sedangkan
penelitian saya dilakukan untuk peserta didik kelas
kuliner fase F di SMK Negeri 3 Jember dengan
keadaan pertemuan pembelajaran secara luring atau
tatap muka.
E. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran pada pelajaran kuliner
pilihan cake dekorasi di SMK Negeri 3 Jember masih
berpusat guru sebagai sumber belajar dan siswa masih
pasif dalam mengemukakan pendapat dan bertanya dalam
proses pembelajaran. Metode yang digunaan dalam proses
pembelajaran masih menggunakan metode konvesional
yaitu power point dan tanya jawab. Penyampaian masih
kurang bervariasi, sehingga pembelajaran terkesan kurang
menarik dan siswa kurang termotivasi untuk
memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
Materi menghias kue dengan butter cream yang
jumlah bahan, alat, bentuk dan tekniknya banyak dan
bervariatif merupakan salah satu kompetensi dasar yang
perlu dipahami siswa karena sangat berkaitan dengan
materi yang ada pada elemen cake dekorasi. Perlu
kecermatan dalam memahami materi butter cream. Hal ini
tentu membutuhkan penjelasan yang jelas secara teks,
gambar, maupun animasi dan video untuk mempermudah
siswa dalam mempelajarai materi butter cream.
Adanya masalah ini maka perlu inovasi dalam
proses pembelajaran karena pada zaman sekarang
teknologi yang semakin canggih ini, siswa sudah terbiasa
menggunakan leptop, komputer dan smartphone. Semakin
berkembangnya teknologi yang canggih tidak sebanding
dengan penggunaan sumber belajar yang belum
dikembangkan ke-arah elektronik. Modul elektronik
memikiki mobilitas yang tinggi. Kelebihan modul
elektronik, yaitu lebih banyak indra yang dilibatkan,
meningkatnya daya rangsang dan meningkatkan daya
interaktif. Adanya modul pembelajaran berbasis elektronik
yang dianggap unik, menarik, kreatif, mudah dipahami dan
dapat menjadi sumber belajar mandiri bagi siswa selain
pembelajaran dari guru. Berikut ini kerangka pemikiran
pengembangan e-modul cake dekorasi menghias kue
dengan butter cream dihalaman berikutnya.
Pembelajaran cake dekorasi menghias cake dengan
butter cream

1. Kurangnya penggunaan teknologi


informasi dalam kegiatan belajar mengajar
2. Media yang digunakan guru masih terbatas
pada penggunaan power point dan quiziz
3. Media kurang menarik, sehingga siswa
merasa bosan dan kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran
4. Terdapat 27 Siswa (87%) dari 31 siswa
yang nilainya dibawah 75 dan 4 siswa
(13%) siswa mendapat nilai diatas 75
sedangkan nilai kriteria ketuntasan
minimum siswa yaitu 70.
5. Dibutuhkan media pembelajaran cake
dekorasi menghias kue dengan butter
cream

Inovasi media pembelajaran dengan


memanfaatkan kemajuan teknologi yang
pesat

Media pembelajaran cake dekorasi menghias


kue dengan e-modul

Began 2.1 kerangka berpikir penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Research
and Development merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian (Sugiono,
2012). Penelitian ini menggunakan model penelitian
ADDIE (Analysis, Design Development, Implementation
and Evaluation). Model penelitian ADDIE merupakan
salah satu model penelitian pengembangan yang
digunakan dalam merancang produk yang berupa bahan
ajar. Pengembangan dilaksanakan pada elemen cake
dekorasi, tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan bahan ajar berupa e-modul pada
pokok bahasan butter cream SMK fase F.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan


Berdasarkan desain penelitian model ADDIE yang
telah dipilih, prosedur pengembangan yang dilakukan pada
penelitian ini terdiri dari tiga tahapan karena dari validator
sudah dikatakan layak dan pastinya sudah ada evaluasi.
Tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut:
1. Analysis (Analisis)
Pada tahap awal analisis yang dilakukan yaitu:
a. Analisis kurikulum
Tujuan dari mengkaji kurikulum pada penelitian ini
yaitu untuk mempelajari, memeriksa, maupun
menelaah kurikulum yang digunakan di SMK N 3
Jember terutama pada mata pelajaran cake dekorasi.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi
bahwa kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum
merdeka. Olehkarena itu dalam pengembangan e-
modul cake dekorasi butter cream menggunakan
elemen dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum merdeka.
b. Analisis materi
Pada tahap ini dilakukan analisis materi yang akan
dikembangkan pada e-modull. Materi yang dipilih
adalah materi cake dekorasi butter cream. Bedasarkan
hasil wawancara, guru menyarankan materi cake
dekorasi butter cream karena keterbatasan waktu
penyampaian materi sehingga guru tidak dapat
menyampaikan beberapa materi yang terdapat pada
cake dekorasi butter cream. Dengan dibuatnya e-
modul peserta didik untuk memaksimalkan kegiatan
belajar mandiri melalui E-modul yang dikembangkan
c. Analisis bahan ajar
Kegiatan analisis bahan ajar dilakukan dengan cara
menganalisis bahan ajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran cake dekorasi butter cream. Kegiatan ini
bertujuan agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran cake dekorasi butter cream. Pada tahap
ini penulis melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran cake dekorasi karena pada kegiatan tersebut
peneliti dapat mengetahui kebutuhan pembelajaran.
Melalui kegiatan tersebut diperoleh informasi bahwa
bahan ajar yang digunakan pada pembelajaran di saat
ini yaitu menggunakan power point dan quiziz belum
cukup bervariasi, selain itu tenaga pendidik
menambahkan bahwa adanya keterbatasan dalam
mengembangkan media pembelajaran inovatif yang
dapat digunakan peserta didik secara mandiri. Oleh
karenanya, peneliti memilih untuk mengembangkan
bahan ajar E-modul yang menarik dan dapat
digunakan secara mandiri.
2. Design (perancangan)
Pada tahap design dilakukan pembuatan struktur
dari program yang akan dikembangkan. Tahap ini
memiliki 4 fase yaitu:
a. Membuat Outline Konten.
Pembuatan e-modul ini bertujuan agar dapat
mempelajari dan memahami dengan mudah materi
yang diajarkan. E-modul ini berisikan materi
pengertian butter cream, jenis-jenis butter cream,
Teknik membuat butter cream, bahan-bahan
membuat butter cream, alat-alat yang digunakan
untuk membuat butter cream, gambar-gambar dan
terhubung ke link youtube video cara membuat
macam-macam ornament dari butter cream. materi
yang dapat membuat proses belajar menjadi lebih
menarik dan tidak membosankan. Emodul ini juga
sangat praktis karena dapat digunakan siswa
dimana saja. Di dalam e-modul terdapat latihan-
latihan soal yang dapat melatih kemampuan
peserta didik dalam memahami materi.
b. Membuat flowchart
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

MATERI

SOAL TES

GLOSARIUM

DAFTAR PUSTAKA

Bagan 3.1 Desain flowchart e-modul cake


dekorasi

c. Membuat storyboard
Storyboard merupakan gambaran atau
sketsa yang akan ditampilkan dalam e-modul
pembelajaran, serta menampilkan urutan dari isi e-
modul yang akan dikembangkan. Dengan adanya
Storyboard ini, dapat membantu peneliti dalam
mengembangkan e-modul. Berikut adalah
storyboard e-modul pada gambar 3.1 :
Gambar 3.1 storyboard e-modul cake dekorasi

1). Halaman cover Keterangan :


1 1. Logo UNESA
2. Teks judul (Cake
Dekorasi Butter
4
2 Cream)
3. Nama penulis
4. Slide next
3

2). Halaman Kata Keterangan :


pengantar 1. Judul kata
pengantar
1
2. isi dari kata
pengantar
4 2 5 3. Tanggal
penyelesaian
modul
3 4. Slide back
5. Slide next
3). Halaman daftar Keterangan :
isi 1. Judul daftar isi
2. Isi dari daftar isi
1 3. Slide back
4. Slide next
3 2 4
4). Halaman daftar Keterangan :
gambar 1. judul daftar
gambar
1
2. Isi dari daftar
gambar
3 2 4 3. Slide back
4. Slide next

5). Halaman judul Keterangan :


materi 1. Judul materi
2. Slide back
3. Slide next

2 1 3

6). Halaman materi Keterangan :


1. Materi
1
2 2. Gambar materi
3. Tomol link
4 5 menyambung ke
youtube
3
4. Slide back
5. Slide next
7). Halaman soal tes Keterangan :
1. Juduk soal tes
1 2. Soal tes
3. Slide back
4. Slide next
3 2 4

8).Halaman Keterangan :
glosarium 1. Judul glosarium
2. Glosarium
1
3. Slide back
4. Slide next
3 2 4

9). Halaman daftar Keterangan :


pustaka 1. Judul Daftar
pustaka
1
2. Daftar pustaka
3 2 3. Slide back

Sumber: peneliti.
3. Development (pengembangan)

Pada tahap develop atau pengembangan dilakukan


proses pembuatan produk atau e-modul dengan
menggunakan beberapa aplikasi yang dibutuhkan,
seperti Canva. Peneliti juga mengumpulkan komponen
yang dibutuhkan dalam pembuatan e-modul, seperti:
materi pelajaran, gambar ilustrasi dan penyusunan
audio.
E-modul yang telah selesai akan peneliti serahkan
kepada validator materi dan validator tampilan untuk
dinilai menggunakan angket yang telah divalidasi
sebelumnya. Selanjutnya hasil tahap awal ini menjadi
dasar peneliti dalam melakukan revisi sesuai dengan
saran yang diberikan oleh validator. Setelah e-modul
direvisi, peneliti memberikan e-modul dan angket
kepada siswa untuk mengetahui respon siswa untuk
mencari kepraktisan e-modul.
C. Subjek dan objek penelitian
1. Subjek
Subjek penelitian dari penelitian pengembangan e-
modul menghias cake dekorasi butter cream meliputi
dua subjek. Subjek pertama validator, yaitu terdiri dari
tiga dosen ahli dan satu guru tata boga, diantaranya
sebagai ahli materi, ahli media dan ahli Bahasa. Subjek
kedua adalah peserta didik fase F SMK Negeri 3
jember.
2. Objek
Objek penelitian ini yaitu pembuatan e-modul cake
dekorasi pada materi butter cream. Penelitian ini
mengetahui bahaimana langkah-langkah pembuatan e-
modul menghias cake dekorasi butter cream, kualitas
e-modul dan respon peserta didik terhadap e-modul
menghias cake dengan butter cream.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis E-
modul pembelajaran cake dekorasi pada pokok bahasan
butter cream akan dilaksanakan di SMK Negeri 3 Jember.
Jl. Dr. Subandi, No. 31, Patrang, Kreong Atas, Jemberlor,
Kec patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68118.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan juni 2023.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik
pengumpulan data yang digunakaan pada penelitian ini
yaitu dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan
penyebaran angket sebagai berikut:
1. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan dengan salah satu guru
fase F SMK Negeri 3 Jember yaitu dengan ibu Divya,
S.Pd., serta wawancara untuk mengetahui kurikulum
yang diterapkan, metode yang digunakan, media yang
digunakan, jumlah siswa fase F, saran dan perasarana
penunjang proses pembelajaran, seberapa dalam
pemahaman peserta didik terkait dengan pembelajaran
cake dekorasi butter cream. Dalam pelaksanaan
penelitian di SMK Negeri 3 Jember ini, teknik
wawancara digunakan untuk memperoleh informasi
terkait dengan proses pembelajaran di dalam kelas,
kesulitan saat proses belajar mengajar, serta
menganalisis kebutuhan untuk menunjang
pembelajaran. Wawancara dilakukan saat studi
pendahuluan karena peneliti membutuhkan
informasiguna menentukan analisis kebutuhan dan
untuk melakukan pengembangan.
2. Dokumen
Dokumen digunakan sebagai penunjang dan
pendukung untuk memperoleh data. Dokumentasi ini
berupa file modul ajar dan nilai siswa peserta didik
SMK Negeri 3 Jember.
3. Angket
Angket kuisioner diberikan kepada responden, yaitu
validasi ahli media, validasi ahli materi dan respon
siswa. Kuisioner validasi ahli media bertujuan untuk
memperoleh data kelayakan dari e-modul cake
dekorasi butter cream. Dan kuisioner validasi ahli
materi bertujuan untuk memperoleh respon tentang
materi yang ada pada e-modul. Respon siswa bertujuan
untuk memperoleh respon tentang kemenarikan yang
ada pada e-modul.

F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif, maka instrument pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti melalui lembar validasi dan juga angket
respon peserta didik.
1. Lembar validasi
a. Lembar validasi ahli materi
Lembar validasi berbentuk angket validasi terkait
kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian
Bahasa serta berfungsi untuk memberikan maksud
terhadap pengembangan bahan ajar e-modul
menghias cake dekorasi butter cream. Lembar
validasi diberikan kepada 3 orang tim ahli setelah
modul yang dikembangkan oleh peneliti selesai di
desain. Lembar validasi ini digunakan untuk
mengetahui kelayakan isi pada e-modul. Kisi-kisi
lembar penilaian ahli materi diukur berdasarkan
indikator sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Validasi Ahli Materi


Aspek yang direvew Indikator
1. Aspek kelayakan isi a. Cakupan materi
b. Akurasi materi
c. Kemutahiran
dan kontekstual
d. Ketaatan pada
hukum dan
perundang-
undangan.
2. Aspek kelayakan a. Teknik
penyajian penyajian
b. Pendukung
penyajian materi
c. Kelengkapan
penyajian
Sumber: balitbang (2015)
b. Lembar validasi ahli media
Lembar validasi ini berbentuk angket validasi
terkait ukuran e-modul, desain e-modul, desain isi
e-modul. Didapatkan dari 3 orang ahli media
untuk mengetahui kelayakan e-modul yang
dikembangkan. Lembar validasi ini diberikan
kepada para ahli setelah e-modul selesai di desain.
Kisi-kisi lembar penilaian ahli media diukur
berdasarkan indikator, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Ahli Media


Aspek yang direviw Indikator
Fungsi dan manfaat a. Memperjelas
media penyajian
b. Mempermudah
pembelajaran
c. Membengkitkan
motivasi belajar
peserta didik
d. Mengantisipasi
sikap pasif peserta
didik
e. Meningkatkan
pemahaman
peserta didik
Tampilan media a. Menarik minat belajar
peserta didik
b. Kesesuaian judul
dengan isi e-modul.
c. Bentuk dan ukuran
huruf.
d. Konsistensi
sistematika penulisan
e. Daya tarik
keefektifan media a. Belajar secara
mandiri (self
instructional)
b. Materi terdiri dari
unit kompetensi
(self contained)
c. Berdiri sendiri
(stand alone)
d. Memiliki daya
adaptif terhadap
IPTEK (adaptive)
e. Bersahabat dengan
penggunanya (user
friendly)
f. Guru sebagai
fasilitator
g. Membangkitkan
minat belajar
peserta didik
h. Meningkatkan
keaktifan peserta
didik
i. Perumusan tujuan
instruksional jelas
j. Urutan
pembelajaran
secara sistematis
Sumber: Arsyad (2013) .

2. Angket respon peserta didik


Angket respon peserta didik bertujuan untuk
mengetahui respon peserta didik tahap produk yang
dikembangkan. Lembar angket ini didapat dari 10
orang peserta didik didapat dari kelas fase F SMK
Negeri 3 Jember. Angket respon ini diberikan kepada
peserta didikmelalui google form setelah e-modul
yang dikembangkan sudah selesai pada tahap validasi
dan juga revisi.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi Peserta didik
Aspek yang direviw Indikator
Penyajian a. Aplikasi E-modul
dioperasikan
dengan mudah
b. Petunjuk bantuan
dalam
pengoperasian
mudah dipahami.
Tanggapan a. Siswa tertarik dengan
E-modul berbasis
Android
b. Siswa semngat dalam
belajar menggunakan
Emodul berbasis
Android
c. Siswa tidak bosan
mempelajari materi
menggunakan Emodul
berbasis Android
d. Siswa dapat
memahami materi
dengan mudah
Sumber: Arsyad (2013)

G. Teknik Analisis Data


Penilaian oleh ahli materi dan ahli media
digunakan untuk melihat kevalidan dan kelayakan bahan
ajar yang dikembangkan. Kemudian data yang diperoleh
akan menjadi pedoman untuk melakukan revisi setiap
komponen dari E-modul cake dekorasi yang telah disusun,
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kelayakan E-
modul cake dekorasi. Untuk mencari skor penilain total
dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
jumlah skor hasil pengumpulan data
P= Jumlah skor maksimal
X 100%

Keterangan :

P = Presentase kelayakan

Angket validasi ahli terkait penyajian kesesuaian


isi, kebahasan kelengkapan materi dan kesesuaian bahan
ajar E-modul memiliki 4 pilihan jawaban sesuai komponen
pernyataan. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor
berbeda yang mengartikan tingkat bahan ajar E-modul
skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.1 Skor Penilaian Validasi Ahli

Skor Pilihan Jawaban


Kelayakan
4 Sangat layak

3 Kurang layak

2 Kurang layak

1 Sangat Kurang layak


(Sumber: Sugiyono, 2015)

Bahan ajar dapat dikatakan layak apabila


memperoleh skor persentase mulai dari 61% sampai
100%. Dan untuk tanggapan dari siswa yang berupa data
kualitatif akan diolah untuk dapat dijadikan sebagai acuan
perbaikan selanjutnya. Pengkonversian skor menjadi
pertanyaan penilaian dapat dilihat dalam table 3.2 berikut
Table 3.2 Kriteria kelayakan
No Presentase Data kuantitatif Keterangan

1. 80% - 100% Sangat baik Sangat layak,


tidak perlu revisi
2. 61% - 80 % Baik Layak, tidak
perlu revisi
3. 41% - 60% cukup Cukuo layak,
perlu direvisi
4. 21% - 40% Kurang Kurang layak,
perlu direvisi
5. 0% - 20% Sangat kurang Sangat kurang
layak, perlu
direvisi
(Sumber: Arikunto dalam Listiyani,2012)

Penilaian oleh siswa melalui angket digunakan


untuk melihat kemenarikan bahan ajar yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk
pengkonversian skor menjadi pertanyaan penilaian dapat
dilihat dalam tabel 3.3 berikut:
Table 3.3 Kriteria kemenarikan

No Presentase Kategori
1. X ≥ 76% Sangat Menarik
2. 51% ≤ X ≤ 75% Menarik
3. 26% ≤ X ≤ 50% Kurang Menarik
4. X ≤ 25% Tidak Menarik
(Sumber: Sugiyono, 2015)
Daftar Pustaka
Rahmawati, I. S., Roekhan, R., & Nurchasanah, N.
(2016). Pengembangan media pembelajaran
menulis teks fabel dengan macromedia flash bagi
siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan, 1(7), 1323-1329.
Ihsan, M. S., Ramdani, A., & Hadisaputra, S. (2019).
Pengembangan E-Learning pada pembelajaran
kimia untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Jurnal Pijar Mipa, 14(2), 84-
87.
LAM, A. (2019). Arikunto. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Arikunto, Suharsimi.
Prosedur Penelitian PendekHubungan
Kompetensi Guru dan Pembelajaran Tematik
Terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 JemberTahunPelajaran
2018/2019. atan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006. Dermawan, Deni. Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru Dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan
Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka ... (Doctoral
dissertation, IAIN Jember).
Fahri, M. U. (2020). Pemanfaatan video sebagai media
pembelajaran.
Syahria, N. (2022). Pengembangan modul ajar
kurikulum merdeka mata pelajaran bahasa Inggris
SMK kota Surabaya. GRAMASWARA, 2(2), 49-
62.
Purwanti, H., & Nurwati, N. (2023). Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar dengan Blended
Learning pada Pembelajaran Dasar-Dasar
Kuliner. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah
Guru, 8(3), 380-387.
Sudarti, D. O. (2019). Kajian teori behavioristik
stimulus dan respon dalam meningkatkan minat
belajar siswa. Jurnal Tarbawi, 16(2).
Faizal, M. Z., & Kusuma, W. A. (2021). Keefektifan
E-Learning Dalam Pembelajaran Mahasiswa Pada
Masa Pandemi. Jurnal Syntax Admiration, 2(8),
1570-1579.
Hidyatullah, A., Suparno, S., & Fathurrohman, M.
(2019). Pengaruh Penggunaannya Media Audio
Visual Interaktif dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Siswa. JTPPm (Jurnal Teknologi
Pendidikan dan Pembelajaran): Edutech and
Intructional Research Journal, 6(2).
Santi, N. W., Suyatna, A., & Suyanto, E. (2018).
Pengembangan buku elektronik inti atom sebagai
bahan ajar mandiri untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 6(2).
Rofiyadi, Y. A., & Handayani, S. L. (2021).
Pengembangan Aplikasi E-Modul Interaktif
Berbasis Android Materi Sistem Peredaran Darah
Manusia Kelas V Sekolah Dasar. JPDI (Jurnal
Pendidikan Dasar Indonesia), 6(2), 54-60.
Purnama, S. (2016). Metode penelitian dan
pengembangan (pengenalan untuk
mengembangkan produk pembelajaran bahasa
Arab). LITERASI (Jurnal Ilmu Pendidikan), 4(1),
19-32.
Soenarto, S. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran
dan Gaya Berpikir terhadap Hasil Belajar Fisika.
In Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA di
Yogyakarta (Vol. 14).
Solikin, I., & Amalia, R. (2019). Materi digital
berbasis web mobile menggunakan Model
4D. Sistemasi, 8(3), 321-328.

Anda mungkin juga menyukai