Anda di halaman 1dari 62

PENERAPAN BIMBINGAN KLASIKAL DARING

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS XI MIPA 1 SMA PMS KENDAL
TAHUN PELAJARAN 2020 / 2021

TUGAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Pendidikan


Profesi Guru

Oleh
RIFQI NUR HANAFI
NO.UKG 201503144130

PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah

memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk

mengantisipasi penularan virus tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan

seperti social distancing, physical distancing, hingga pembatasan sosial berskala

besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan masyarakat untuk tetap diam di rumah,

belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut

membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan tinggi

menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses

pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah

masing-masing Peserta Didik.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020

tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran

coronavirus disease (COVID-19) menganjurkan untuk melaksanakan proses

belajar dari rumah melalui pembelajaran daring. Kesiapan dari pihak penyedia

layanan maupun Peserta Didik merupakan tuntutan dari pelaksanaan

pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan

perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain

sebagai perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet.

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan

Peserta Didik beserta unsur yang ada di dalamnya. Guru merupakan faktor yang
paling dominan yang menentukan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran

yang baik, tentu akan menghasilkan hasil belajar yang baikpula. Menurut

Rusman (2012:148) dalam “Sistem pembelajaran guru dituntut untuk mampu

memilih metode pembelajaran yang tepat, mampu memilih dan menggunakan

fasilitas pembelajaran, mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi, mampu

mengelola pembelajaran di kelas maupun di laboratorium, menguasai materi, dan

memahami karakter Peserta Didik”. Salah satu tuntutan guru tersebut adalah

mampu memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mengajar. Apabila

metode pembelajaran yang digunakan guru itu tepat maka pencapaian tujuan

pembelajaran akan lebih mudah tercapai, sehingga nilai ketuntasan belajar

Peserta Didik akan meningkat, kreativitas dan kreativitas belajarPeserta Didik

juga akan meningkat dan akan tercipta suasana pembelajaran yang

menyenangkan.

Selain itu, suasana pembelajaran juga merangsang Peserta Didik

dalam memahami dan mengingat apa yang telah dipelajari, suasana

pembelajaran yang baik juga akan mengaktifkan Peserta Didik dalam

memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong Peserta Didik untuk

melakukan hal-hal yang baru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran bertujuan untuk melatih manusia agar menjadi lebih

bisa dan menjadi lebih baik, sehingga guru harus dapat sedemikian rupa

menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga Peserta Didik dapat

memahami materi pelajaran.


Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner tentang pembelajaran

daring kepada peserta didik, peserta didik mengamalami banyak terdapat

kendala baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kendala faktor internal

terjadi di dalam diri peserta didik itu sendiri diantaranya: (1) kemauan dan

keingintahuan tentang tugas yag diberikan guru selama daring yang masih

rendah; (2) banyak peserta didik yang kurang memperhatikan materi yang

disampaikan oleh guru selama daring. Berdasarkan keluhan dari peserta didik

bahwa banyak guru yang hanya memberi tugas selama daring untuk merangkum,

menyalin materi dari buku ajar dan ditulis manual dan dipelajari. Peserta didik

mengalami kesulitan dalam belajarnya. Salah satu keluhan dari peserta didik

tidak ingin mencatat materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Permasalahan yang terjadi di lapangan, perlu adanya tindakan yang relevan.

Bimbingan klasikal merupakan bagian yang memiliki pengaruh

besar dalam layanan Bimbingan dan Konseling, serta merupakan layanan yang

efisien, terutama dalam menangani masalah rasio jumlah konseli dan konselor.

Adapun tujuan dan manfaat layanan bimbingan klasikal yaitu untuk

merencanakan kegiatan penyelesaian studi, membimbing perkembangan karir

serta kehidupannya di masa yang akan datang, mengembangkan potensi dan

kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal, membantu Peserta Didik

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta membantu Peserta Didik

menyelesaikan permasalahnnya dalam belajar untuk mencapai kesuksesan dalam

mencapai tujuan belajar (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 2014:33)
. Senada dengan pendapat Gazda (Mastur dan Triyono, 2014)

menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan bantuan bagi Peserta

Didik melalui kegiatan secara klasikal yang disajikan secara sistematis, dalam

rangka membantu Peserta Didik mengembangkan potensinya secara optimal.

Lingkungan masyarakat dengan baik, serta mempunyai hubungan pertemanan

yang baik.

Dalam layanan bimbingan klasikal akan terjadi hubungan timbal balik

antara guru bimbingan dan konseling atau konseling dengan Peserta Didik atau

konseli. Hubungan timbal balik diharapkan terjadinya interaksi edukatif dalam

arti mengandung makna mendidik dan membimbing. Hal tersebut menjadi fakta

dan gambaran yang menarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam

kaitannya peningkatan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu aktivitas

belajar Peserta Didik yaitu hasil belajar. Kaitannya dengan layanan bimbingan

belajar, terdapat beberapa data pendukung lain yang diperoleh peneliti dalam

studi pendahuluan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan pendidik

dalam melaksanakan BDR yaitu model pembelajaran berbasis proyek (Project

Based Learning/PjBL). Model ini memberikan kesempatan kepada pendidik

untuk merancang proses pembelajaran yang dibangun dari permasalahan nyata

(kontekstual) sehingga memberikan tantangan bagi peserta didik untuk

dipecahkan dan memberikan pengalaman belajar berdasarkan konsep yang

dibangun serta dari produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis

proyek. Permasalahan kontekstual yang diangkat tentunya disesuaikan dengan


permasalahan yang ditemui peserta didik di sekitar lingkungan rumahnya. Hal ini

akan memudahkan peserta didik. Sehingga proses pembelajaran akan lebih

hidup, variatif dan membiasakan peserta didik untuk memecahkan masalah

dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas. Dengan demikian tujuan

pembelajaran yang sudah ditentukan dapat tercapai

Berdasarkan Latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan Bimbingan Klasikal Daring

Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Belajar Peserta

Didik Kelas XI MIPA 1 SMA PMS KENDAL Tahun Pelajaran 2020 / 2021”

1.1 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan

masalah utama dalam penelitian ini adalah:

1.1.1 Apakah Penerapan Layanan Klasikal Daring Model Project Based

Learning Dapat Meningkatkan Kreativitas Belajar Peserta Didik

Kelas XI MIPA 1 SMA PMS Kendal Tahun Pelajaran 2020 /

2021

1.1.2 Bagaimanakah Proses Penerapan Layanan Klasikal Daring

Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas

Belajar Peserta Didik Kelas XI MIPA 1 SMA PMS KENDAL

Tahun Pelajaran 2020 / 2021


1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian sebagai

berikut:

1.2.1 Untuk mengetahui bimbingan klasikal dengan project based

learning secara daring meningkatkan kreativitas belajar Peserta

Didik kelas XI MIPA 1 SMA PMS Kendal Tahun Pelajaran

2020/2021.

1.2.2 Untuk Mengatahui proses Penerapan Layanan Klasikal Daring

Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kreativitas

Belajar Peserta Didik Kelas XI MIPA 1 SMA PMS KENDAL

Tahun Pelajaran 2020 / 2021

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.3.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk

perkembangan ilmu dalam bidang bimbingan dan konseling, serta

menambah pengetahuan tentang Bimbingan Klasikal model

Project Based learning dalam meningkatkan kretsivitas peserta

didik dalam belajar


1.3.2 Secara Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat

praktis:

a. Bagi Peserta Didik

Dapat menumbuhkan kreativitas Peserta Didik dalam hal belajar ,

dan dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru Bimbingan dan

konseling bisa menjadikan hasil dari penelitian ini sebagai bahan

masukan atau acuan dalam strategi layanan bimbingan klasikal

daring.

c. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah tersebut dengan menciptakan

suatu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kreativitas belajar

2.1.1 Pengertian Kreativitas

James J.Gallagher sebagaimana dikutip Yeni Rahmawati dan Euis

Kurniati mengatakan bahwa” Creativity is a mental proces by which an

individual creates new ideas or products, or recombines exiting ideas and

products, in fashions that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu

proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau

mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya kan melekat pada

dirinya).

Menurut Risye Amarta kreativitas adalah kemampuan seseorang

dalam menciptakan hal-hal baru, baik dalam bentuk gagasan atau karya nyata,

dalam bentuk karya baru, maupun hasil kombinasi dari hal-hal yang sudah ada.

Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock dalam perkembangan anak,

kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,

produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak

dikenal pembuatnya. Berdasarkan uraian definisi diatas dapat dikemukakan

bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik

dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru

maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif
berbeda dengan yang telah ada sebelumnya

2.1.2 Tujuan Kreativitas

Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa otak kitamemiliki

dua sisi/kortikel (cortices) yang berhubungan secaramengagumkan

melalui jaringan serabut syaraf (Corpus callosum).Secara khusus

memiliki aktivitas mental/fungsi berbeda. Singkatnya, otak belahankiri

mengarah kepada cara berpikir konvergen (convergent

thinking),sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara

berpikirmenyebar (divergent thinking)

Treffinger (1980) sebagaimana dikutip Cony Semiawan dalam Memupuk

Bakat dan Kreativitas Peserta Didik Sekola Menengah, memberikan

empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting:

1. Belajar kreatif membantu anak lebih berhasil-guna jika kita tidak

bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dari upaya kita

membantu Peserta Didik agar mereka lebih mampu menangani dan

mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.

2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk

memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang

timbul di masa depan.

3. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehidupan

kita. Banyak pengalaman belajar kreatif yang lebih daripada sekedar

hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif
dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan pribadi kita. Di

samping itu, belajar kreatif dapat menunjang kesehatan jiwa dan

kesehatan badan kita. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan

kesenangan yang besar

Munandar (dalam Supriadi Dedi, 2015:60) mengemukakan tujuh sikap,

kepercayaan, nilai-nilai yang melekat pada orang-orang yang kreatif, yaitu:

terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan

bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat mengapresiasi fantasi,

berkreativitas pada kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri, dan

mandiri.

2.1.3 Ciri-Ciri Pribadi Kreatif

Menurut Guilford yang dikutip oleh Risye Amarta, ciri-ciri kreativitas

melibatkan lima proses kreatif berikut:

1. Adanya kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak

ide.

2. Adanya fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai

pendekatan dalam mengatasi masalah.

3. Adanya keaslian yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asi.

4. Adanya pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal

secara detail dan terperinci.

5. Adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan

pengertian dengan cara dan dari sudut pandang yang berbeda.


Sedangkan menurut Utami Munandar ciri – ciri dari kreativitas itu sendiri

adalah sebagai berikut :

1. Imajinatif

2. Mempunyai prakarsa (inisiatif)

3. Mempunyai kreativitas luas

4. Mandiri dalam berpikir

5. Melit

6. Senang berpetualang

7. Penuh energy

8. Percaya diri

9. Bersedia mengambil resiko

10. Berani dalam pendirian dan keyakinan

Lebih jauh Utami Munandar, ciri-ciri afektif orang yang kreatif meliputi:

rasa ingin tahu, merasa tertantang terhadap tugas majemuk. Orang kreatif juga

dianggap berani mengambil risiko dan dikritik, tidakmudah putus asa, dan

menghargai keindahan. Kelebihan lain yang dimilikiorang kreatif adalah mereka

mampu melihat masalah dengan pandanganberbeda, teguh dengan ide, mampu

memilah peluang untuk menfasilisasmaupun menunda keputusan sulit

Menurut Utami Munandar ( 1997) dalam Prof. Nana Syahdoih

Sukmadinata ( 2011:104) memberikan ruusannya tentang kreativitas yakni :

Kreativitas adalah kemampuan: a) untuk membuatu kombinasi

baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur yang ada, b)

berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan


banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana

penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan dan

keragaman jawaban, c) yang mencerminkan kelancaran,

keluwesan dan orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan

untuk mengelaborasi suatu gagasan.

2.1.4 Ciri-Ciri Kreativitas

Menurut Utami Munandar ( 2009: 71) , ciri-ciri kreativitas adalah

1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4. Bebas dalam menyatakan pendapat

5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam

6. Menonjol dalam salah satu bidang seni

7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Clark dalam Mohammad Ali (2004: 54) mengemukakan ada

beberapa faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas

seseorang diantaranya

1. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.


2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak

pertanyaan.

3. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.

4. Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.

5. Perhatian dari orang tua terhadap kreativitas anaknya, stimulasi dari

lingkungan sekolah dan hasil diri

2.1.6 Upaya Peningkatan Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menemukan dan menciptakan sesuatu hal baru, cara-cara baru, model baru yang

berguna bagi dirinya dan masyarakat. Hal baru itu tidak perlu selalu sesuatu yang

sama sekali tidak pernah ada sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi

baru, hubungan baru, kontruk baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan

keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru itu adalah sesuatu yang sifatnya inovatif.

Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 105) mengatakan

bahwa Peningkatan kreativitas yang dapat dilakukan melalui proses belajar

diskoveri/inkuiri dan belajar bermakna, dan tidak dapat dilakukan dengan

kegiatan belajar yang bersifat ekspositori.

Karena inti dari kreativitas adalah pengembangan kemampuan berpikir

divergen dan bukan berpikir konvergen. Berpikir divergen adalah proses berpikir
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandangan, atau menguraikan suatu

masalah atas beberapa kemungkinan pemecahan. Untuk pengembangan

kemampuan demikian guru perlu menciptakan suasana belajar mengajar yang

banyak memberi kesempatan kepada Peserta Didik untuk memecahkan masalah,

melakukan berbagai percobaan, mengembangkan gagasan atau konsep-konsep

Peserta Didik sendiri. Situasi demikian menuntut pula sikap yang lebih

demokratis, terbuka, bersahabat, dan percaya kepada Peserta Didik.

2.2 Layanan Bimbingan Klasikal

Bimbingan klasikal sendiri menurut Samisih (2013:8) merupakan

“Layanan bimbingan yang berorientasi pada klasikal Peserta Didik dalam jumlah

yang cukup besar antara 30-40 orang Peserta Didik (sekelas)”. Sedangkan

menurut Supriyo (2010:5) “Bimbingan klasikal merupakan layanan bimbingan

yang sasarannya pada seluruh Peserta Didik dalam kelas atau gabungan beberapa

kelas”. Layanan BK berformat klasikal memiliki porsi paling besar di sekolah,

dan menjadi aktivitas yang rutin diberikan kepada Peserta Didik oleh konselor.

Pada proses pemberian layanan BK berformat klasikal, umumnya konselor

membagi menjadi empat bidang bimbingan yaitu pribadi, belajar, sosial dan

karir.

Layanan dengan format klasikal ini sifatnya preventif, hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Supriyo (2010:15) bahwa layanan klasikal ini lebih bersifat

preventif dengan tujuan menjaga agar tidak muncul masalah atau menekan

munculnya masalah Peserta Didik. Lebih lanjut Supriyo (2010:15) menjelaskan


di samping menjaga agar tidatk muncul masalah, layanan klasikal ini juga

merupakan usaha untuk menjaga agar keadaan yang sudah baik agar tetap baik

(preservatif) Layanan bimbingan klasikal adalah satu pelayanan dasar bimbingan

yang dirancang, menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan

para Peserta Didik di kelas secara terjadwal. Kegiatan bimbingan klasikal ini

bisaberupa diskusi kelas, tanya jawab, dan Praktik langsung. Bimbingan klasikal

bisa membuatPeserta Didik aktif dan kreatif dalam mengikutikegiatan yang

diberikan guru Direktorat JendralPeningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Dapertemen Pendidikan Nasional (2007). Paparan di atas

mengisyaratkan bidang bimbingan pribadi yang dilaksanakan dalam setting

klasikal bisa digunakan sebagai media intervensi untuk meningkatkan hasil

belajar Peserta Didik.

Husairi, Achsan (2008:98) menyebutkanbahwa “format layanan klasikal

adalah format kegiatan bimbingan dankonseling yang melayani sejumlah Peserta

Didik dalam satu kelas”. Pelaksanaan layanan klasikal memilikil angkah-langkah

dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut diolah dalam suatu rancangan

pelaksanaan layanan klasikal. terdiri dari komponen identitas, waktu, dan

tempat, materi layanan, tujuan atau arah pengembangan, metode dan teknik,

sarana, penilaian hasil layanan dan langkah kegiatan. Meskipun demikian,dalam

proses pemberian layanan yangmenentukan keberhasilan pelaksanaanlayanan

tidak hanya terletak pada gurubimbingan dan konseling sebagaipelaksana

layanan tetapi juga tergantungkondisi Peserta Didik sebagai penerima layanan.

Menurut Nurihsan dkk (2013:34) “Bimbingan klasikal merupakan layanan dasar


bimbingan untuk membantu seluruh Peserta Didik mengembangkan perilaku

efektif dan keterampilan hidupnya yang mengacukepada tugas perkembangan

Peserta Didik, layanan ini ditujukan untuk seluruh Peserta Didik. Bimbingan

klasikal menurut Winkel dan Hastuti (2006:561)"Bimbingan klasikal adalah

bimbingan yang diberikan kepada sejumlah Peserta Didikyang bergabung dalam

satu satuan kegiatan pengajaran". Dirjen PTK Depdiknas (2007) mengemukan

bahwa layanan bimbingan klasikaladalah salah satu pelayanan dasar bimbingan

yang dirancangmenuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan

para Peserta Didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan

bimbingan ini kepada Peserta Didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa

diskusi kelasatau curah pendapat.

Menurut Santoso (2011:139) “Bimbingan kelas (klasikal) adalah program

yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan

para Peserta Didik di kelas”. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan

bimbingan kepada para Peserta Didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisaberupa

diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).

Dari uraian diatas dapat disimpilkan bahwa bimbingan

klasikalmerupakan layanan dasar yang dirancang ditujukan kepada peserta didik

yangberupa diskusi atau curah pendapat.

2.3 Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Erford (2009:115-117) “Layanan bimbingan klasikal merupakan layanan

dalam bimbingan dan konseling”. Layanan bimbingan klasikal berbeda

denganmengajar. Layanan ini juga memiliki beberapa ketentuan dalam


pelaksannanya. Adapun perbedaannya antara mengajar dan membimbing:

a. Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau

menyampaikan materi pelajaran sebagaimana mata pelajaran yang

dirancang dalam kurikulum pendidikan disekolah, melainkan

menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap

tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek

perkembangan dan tercapainyakemandirian Peserta Didik atau

konseli.

b. Materi bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain

bimbingan dankonseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial

dan karir, serta aspek-aspekperkembangan Peserta Didik

c. Guru mata pelajaran dalam melaksanakan tugasnya adalah

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, dan tugas

gurubimbingan dan konseling atau konselor adalah

menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang

memandirikan Peserta Didik atau konseli.

2.4 Tujuan Bimbingan Klasikal

Tujuan bimbingan klasikal menentukan arah pada proses bimbingan

klasikal dan menentukan perilaku sebagai bukti hasil bimbingan

klasikal.Menurut Nurihsan (2006:8) menjelaskan bahwa: Tujuan bimbingan

memberikan arah agar individu dapat merencanakan kegiatan penyelesaian studi,

perkembangan karir, serta kehidupannya pada masa yang akan datang;

mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan seoptimal


mungkin;menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat,serta lingkungan kerjanya; dan mengatasi hambatan serta kesulitan

yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan,

masyarakat, ataupun lingkungan kerja. Menentukan perilaku sebagai bukti hasil

bimbingan klasikal dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada

konseli untuk mengenaldan memahami potensi, kekuatan, serta tugas-tugasnya;

mengenal danmemahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya; mengenal

danmenentukan tujuan, rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan

tersebut;memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri; menggunakan

kemampuannya untuk kepentingan dirinya, lembaga tempat bekerja dan

masyarakat; menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan lingkungan;

sertamengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara

tepat, teratur, dan optimal.

Menurut Winkel & Hastuti (2010:136) “Tujuan dari bimbinganklasikal

adalah membantu individu agar mampu menyesuaikan diri, mampumengambil

keputusan untuk hidupnya sendiri,mampu beradaptasi dalamklasikal, mampu

menerima support atau memberikan support pada oranglain”.

2.5 Fungsi Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel & Hastuti (2010:136) “Fungsi bimbingan klasikal lebih

bersifat prefentive dan berorientasi pada pengembangan pribadi Peserta

Didikyang meliputi bidang pelajaran, bidang sosial, dan bidang karir”.Yusuf &

Nurihsan (2006:8) dalampengembangan, penyaluran adaptasi dan penyesuaian.

“Fungsi preventif atau pencegahan adalah fungsi bimbingan untuk


menghindarkan diri daripencegahan adalah menghindarkan diri dari

terjadinyatingkah laku yang tidak diharapkan atau membahayakan diri dari orang

lain”.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi

layananbimbingan klasikal yaitu sebagai tindakan preventif atau pencegahan

pada pengembangan pribadi Peserta Didik yang meliputi bidang pelajaran,

bidang sosialdan bidang karir serta untuk menghindarkan Peserta Didik dari

tingkah laku yang tidak diharapkan.

A. Keberhasilan komunikasi dalam bimbingan klasikal

a. Komunikator (pengirim pesan/konselor)

b. Pesan/materi yang disampaikan

c. Komunikan (penerima pesan/Peserta Didik)

d. Konteks/setting kelas, iklim kondusif

e. Sistem penyampaian/metode

B. Karakteristik bimbingan klasikal

a. Memiliki anggota yang homogen, yaitu Peserta Didik-Peserta

Didiksatu kelas atau satu tingkat kelasyang sama,

b. Memiliki “masalah” yang dialami oleh semuaanggota klasikal yang

sama, yaitu memerlukaninformasi yang akan disajikan,

c. Memiliki follow up atau tindak lanjut yang sama, yaitu menyusun

rencana dan membuat keputusan,

d. Reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh Peserta Didikdalam

layanan pemberian informasi


e. relatif sama (seperti; mendengarkan, bertanya, mencatat,

menjawab)

2.6 Model Pembelajaran Project Based Learning

4.1. Pengertian Pengertian Model Pembelajaran Project Based

Learning

Project Based Learningyang jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek merupakan sebuah

model pembelajaran yang sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju

seperti Amerika Serikat. Pembelajaran berbasis proyek menurut para ahli sebagai

berikut:

 Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang

menggunakan proyek/ kegiatan sebagai media (Daryanto, 2014,

hlm. 23).

 Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pembelajaran yang

didesain untuk persoalan kompleks dan berorientasi pada produk.

Dalam pendekatan project based learning Peserta Didik

mengembangkan suatu proyek baik secara individu maupun klasikal

untuk menghasilkan suatu produk misalkan porto folio. (Mahanal,

2009, hlm. 2).


 Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kinerja proyek

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

pada pendekatan project based learning, guru berperan sebagai fasilitator bagi

Peserta Didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun. Melalui

pembelajaran berbasis proyek ini, Peserta Didik dapat menggali suatu materi

dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya. Peserta Didik

dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian dilakukan dengan cara

mengukur, memonitor dan menilai semua hasil belajar dan sumber belajar bisa

sangat berkembang. (Samanthis, 2014, hlm. 24).

4.2. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning

Model pemebelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan

belajar, dalam hal ini tidak semua karakteristik dari model pembelajaran tersebut

cocok dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik. Model pembelajaran

berbasis proyek (Project Based Learning), yaitu:

Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning memiliki

karakteristik sebagai berikut :

 Peserta Didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.

 Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada Peserta

Didik.

 Peserta Didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas

permasalahan atau tantangan yang diajukan.


 Peserta Didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses

dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

 Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.

 Peserta Didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang

sudah dijalankan.

4.3. Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Project-Based

Learning

Model pembelajaran tidak lahir berkembang secara sendirinya,

melainkan memiliki landasan teoritis tertentu. Teori belajar yang melandasi

model pembelajaran project based learning adalah

1) Dukungan PjBL Secara Teoritis

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) juga

didukung oleh teori belajar kontruktivistik bersandar pada ide bahwa

peserta didik membangun pengetahuannya sendiri didalam konteks

pengalamannya sendiri.

2) Dukungan PjBL Secara Empiris

Penerapam PjBL telah menunjukkan bahwa model tersebut sanggup

membuat peserta diidk mengalami proses pembelajaran yang

bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

faham kontruktivisme.

Menurut pemaparan diatas bahwa penerapan pembelajaran didalam kelas

bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk kegiatan (melakukan sesuatu)
dari pada kegiatan pasif seperti guru hanya mentransfer ilmu pada tersebut.

Pembelajaran ini memberi peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide

orang lain dan memperkenalkan ide sendiri kepada orang lain, adalah suatu

bentuk pembelajaran individu. Dari meningkatkan ketrampilan dan memecahkan

masalah secara bersama.

4.4. Sintaks Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Mahanal (2009, h. 27) Pembelajaran PjBL secara umum

memiliki pedoman langkah: planning (perencanaan), creating (mencipta atau

implementasi), dan processing (pengolahan).

Tabel 2.1
Sintaks Model Project Based Learning (PjBL)
LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA

Guru menyampaikan

topik dan
Mengajukan pertanyaan mendasar apa yang
Pertanyaan
mengajukan pertanyaan harus dilakukan peserta didik terhadap topik/
Mendasar
bagaimana cara pemecahan masalah.

memecahkan masalah.

Mendesain Guru memastikan setiap Peserta didik berdiskusi menyusun rencana

Perencanaan peserta didik dalam pembuatan proyek pemecahan masalah

Produk klasikal memilih dan meliputi pembagian tugas, persiapan alat,


mengetahui prosedur

pembuatan proyek/produk bahan, media, sumber yang dibutuhkan.

yang akan dihasilkan.

Guru dan peserta didik

membuat kesepakatan
Peserta didik menyusun jadwal penyelesaian
Menyusun
tentang jadwal pembuatan
proyek dengan memperhatikan batas waktu
Jadwal
proyek (tahapan-tahapan
yang telah ditentukan bersama.
Pembuatan
dan

pengumpulan).

Guru memantau keaktifan

Memonitor peserta didik selama


Peserta didik melakukan pembuatan proyek
Keaktifan dan melaksanakan proyek,
sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan,
Perkembanga memantau realisasi
mendiskusikan masalah yang muncul selama
n perkembangan dan
penyelesaian proyek dengan guru.
Proyek membimbing jika

mengalami kesulitan.

Guru berdiskusi tentang

prototipe proyek, Membahas kelayakan proyek yang telah

Menguji Hasil memantau keterlibatan dibuat dan membuat laporan produk/ karya

peserta didik, mengukur untuk dipaparkan kepada orang lain.

ketercapaian standar.
Guru membimbing proses

pemaparan proyek, Setiap peserta didik memaparkan laporan,


Evaluasi
menanggapi hasil, peserta didik yang lain memberikan
Pengalaman
selanjutnya guru dan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan
Belajar
peserta didik merefleksi/ hasil proyek.

kesimpulan.

4.5 Layanan Bimbingan Klasikal dengan Project Based Learning Secara

daring untuk Meningkatkan kreativitas belajar Peserta Didik

Kaitaannya dengan belajar mengajar di kelas, faktor kreativitas belajar

sangatlah penting di dalam mendukung kegiatan pembelajaran menjadi lebih

optimal. Kreativitas belajaradalah keinginan yang timbul dalam diri Peserta

Didik untuk mengambil bagian di dalam setiap proses pembelajaran seperti

halnya Winkel (2004: 99) yang menyatakan bahwa “kreativitas belajara dalah

keseluruan daya penggerak psikis dalam diri Peserta Didik yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan

arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan”. Seorang Peserta Didik

yang memiliki kreativitas belajar yang tinggi akan menampilkan ciri-ciri atau

karakteristik dalam kegiatan belajar-mengajar yaitu sebagai berikut, tekun

menghadapi tugas, kreatif menghadapi kesulitan dalam belajar, lebih senang

belajar mandiri, cepat bosan pada tugas yang rutin, dapat mempertahankan

pendapatnya, rela untuk mengeluarkan biaya yang lebih untuk belajar, senang

mencari dan memecahkan masalah. Seorang Peserta Didik yang memiliki


kreativitas belajaryang tinggi cenderung akan dapat memperoleh hasil belajar

yang optimal.

Sedangkan, Peserta Didik memiliki kreativitas belajar yang rendah,

mereka memuja sebuah hasil tanpa mengenal proses. Mereka menginginkan nilai

yang bagus namun mereka tidak peduli proses yang seharusnya mereka jalani,

bahwa untuk dapat memperoleh nilai yang bagus mereka harus belajar terlebih

dahulu. Mereka cenderung cepat bosan pada saat menerima pelajaran dan

bersikap acuh tak acuh dalam proses pembelajaran. Kreativitas belajaryang

rendah menyebabkan fenomena yang sering terjadi yaitu banyak Peserta Didik

yang merasa malas belajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, dan sering menunda-nunda

pekerjaan atau tugas yang diberikan guru.

Terkait dengan model pembelajaran dalam bimbingan klasikal, terdapat

banyak model dalam bimbingan klasikal yang dapat diaplikasikan oleh konselor

dalam menyampaikan konten yang relevan dengan ruang lingkup pelayanan

bimbingan konseling disekolah. Berdasarkan paparan Arends dan Orlich, Harder,

Callahan, Travisan dan Brown (dalam Sunawan, 2018) diketahui bahwa model

pembelajaran secara umum dibedakan menjadi dua, yakni model pembelajaran

berpusat pada guru atau konselor dan model pembelajaran berpusat pada Peserta

Didik. Terkait dengan model pembelajaran berpusat pada guru atau konselor,

setidaknya terdapat tiga model instruksional yang dapat diaplikasikan konselor

dalam kegiatan bimbingan klasikal, yakni presentasi dan penjelasan, pengajaran

langsung, dan pengajaran konsep. Terkait dengan model pembelajaran yang


berpusat pada Peserta Didik, setidaknya terdapat tiga model yang dapat

diaplikasikan dalam bimbingan klasikal yakni cooperative learning, project

based learning, dan diskusi kelas.

Layanan bimbingan klasikal dengan project based learning dilaksanakan

secara daring/online dengan menggunakan aplikasi Google Meets, dikarenakan

situasi pandemi covid-19 yang menyebabkan sekolah belum diperbolehkan

untuk melakukan pembelajaran secara luring atau tatap muka. Penggunaan

aplikasi google meet dengan pertimbangan bahwa aplikasi ini sudah banyak

digunakan oleh Peserta Didik dan Guru di sekolah tempat saya mengajar dan

mempunyai fitur gratis sehingga tidak terlalu membebani terutama peserta didik

dalam menggunakan aplikasi ini.

Dengan memberikan layanan bimbingan klasikal dengan project based

learning secara daring akan dapat membantu Peserta Didik dalam meningkatkan

kreativitas belajar. Selain hal itu, akan membantu tercapainya layanan yang

diberikan dengan lebih optimal dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para

Peserta Didik.

4.6 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

a. Nova, Mardian Lisa., dkk. 2016. Efektivitas Layanan Informasi Dengan


Pendekatan Project based learning Untuk Meningkatkan Kebiasaan
Belajar Peserta Didik.

Berdasarkan temuan penelitian ini yaitu: (1) terdapat peningkatan yang

signifikan pada kebiasaan, belajar Peserta Didik dari efektivitas layanan

informasi pada klasikal eksperimen melalui pendekatan project based learning,

(2) tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada kebiasaan belajar Peserta
Didik dari efektivitas layanan informasi pada klasikal kontrol melalui

pendekatan project based learning, (3) terdapat perbedaan yang signifikan

peningkatan kebiasaan belajar

b. Sumitro, Auliah, dkk. 2017. Penerapan Model Project based learning


Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar IPS.
Hasil penelitian terjadi peningkatan kreativitas Peserta Didik pada

keempat aspek dengan rincian, pada aspek attention sebesar 11,28% dari 73,04%

pada siklus I menjadi 84,32% pada siklus II, pada aspek relevance meningkat

sebesar 9,64% dari 76,55% pada siklus I menjadi 86,19% pada siklus II, pada

aspek confidence meningkat sebesar 10,62% dari 71,56% pada siklus I menjadi

82,18% pada siklus II, dan pada aspek satisfaction meningkat sebesar 14,88%

dari 71,79% pada siklus I menjadi 86,67% pada siklus II. Hasil belajar

meningkat sebesar 14,29% dari 71,42% pada siklus I menjadi 85,71% pada

siklus II. Hasil ini menunjukkan bahwa model Project based learning dapat

meningkatkan kreativitas dan hasil belajar Peserta Didik.

4.7 Hipotesis Tindakan

Dari uraian kajian pustaka di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah layanan bimbingan klasikal dengan Project based learning secara daring

untuk meningkatkan kreativitas belajar Peserta Didik kelas XI MIPA 1 SMA

PMS Kendal Tahun Pelajaran 2020/2021.


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah Penelitian tindakan bimbingan

konseling (PTBK) melalui analisis deskripsi. Dimana peneliti menggunakan

bentuk Penelitian tindakan Bimbingan Konseling berupa penelitian tindakan

Kolaboratif. Menurut Soesilo (2014) Dalam bentuk kolaboratif ini,

pelaksanaannya perlu melibatkan beberapa pihak seperti Guru BK, Kepala

Sekolah, dan pihak lainnya yang dipercaya dalam membantu proses pelaksanaan

kegiatan penelitian.

Model/bentuk penelitian ini dirancang dan dilaksanakan secara bersama

oleh tim yaitu guru BK, Kepala Sekolah, dan Peneliti itu sendiri. Sehingga ketika

proses penelitian, semua pihak bisa saling belajar dan saling bekerjasama untuk

bisa meningkatkan profesionalisme masing-masing. Penelitian Tindakan

Bimbingan Konseling ini dilaksanakan semenjak identifikasi masalah,

perancangan, dan implementasi PTBK serta tahap refleksi dan evaluasi

3.2 Variabel Penelitian

Dalam setiap Kegiatan penelitian, peneliti perlu menentukan dan

merumuskan variabel yang ditelitinya. Menurut Arikunto (2006), variabel

merupakan obyek atau apa yang akan menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Sedangkan Azwar (2000), mengatakan bahwa variabel merupakan atribut (sifat)


yang menempel pada subjek penelitian.

Variabel yang Digunakan dalam Penelitian Tindakan ini adalah Variabel

Bebas dan Variabel terikat.

3.2.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah suatu kondisi yang mempengaruhi

suatu gejala atau merupakan variabel yang mempengaruhi yang

disebut variabel penyebab atau disebut juga Variabel x. Variabel

bebas dalam PTBK pada umumnya berbentuk teknik layanan

sebagai treatment (perlakuan) agar dapat mengatasi masalah

konkrit yang dianggap sebaai variabell terikat (Y). Variabel Bebas

dalam Penelitian ini adalah Layanan Bimbingan Klasikal

3.2.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang tergantung atau

variabel yang lain atau variabel akibat atau disebut sebagai variabel

dependent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kreativitas

Belajar

3.3 Definisi Operasional

3.3.1 Kreativitas Belajar

merupakan kemampuan untuk menemukan cara- cara bagi pemecahan

problema-problema yang dihadapi dalam situasi belajar yang didasarkan pada

tingkah laku Peserta Didik guna menghadapi perubahan-perubahan yang tidak

dapat dihindari dalam perkembangan proses belajar Peserta Didik


3.3.2 Layanan Bimbingan Klasikal Model Project Based Learning

Layanan bimbingan klasikal adalah satu pelayanan dasar bimbingan yang

dirancang, menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para

Peserta Didik di kelas secara terjadwal. Kegiatan bimbingan klasikal ini

bisaberupa diskusi kelas, tanya jawab, dan Praktik langsung

3.4 Subyek Penelitian

Dalam Penelitian tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) biasanya

peneliti tidak perlu menentukan mana populasi dan mana sampel. Dikarenakan

permasalahan yang diteliti adalah masalah yang dialami oleh subyek penelitian

yang memiliki masalah secara konkrit (nyata). Oleh sebab itu, maka arti Populasi

dan sampel diganti dengan sebutan subyek penelitian. Hal ini berguna

memeumdahkan peneliti dalam menentukan individu yang memiliki masalah

konkrit tersebut.

Dalam penelitian ini, subyek yang ingin diteliti adalah peserta didik kelas

XI MIPA 1 SMA PMS Kendal Tahun Ajaran 2020/2021

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada umumnya, PTBK selalu menggunakan teknik pengumpulan data

berupa observasi. Selain itu, instrumen berupa skala Likert juga banyak

digunakan dalam PTBK (Soesilo, 2014). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Pedoman Observasi dan skala Likert dalam menunjang proses

penelitian yang dilakukan.


3.5.1 Pedoman Observasi

Secara garis besar terdapat dua rumusan tentang pengertian

observasi, yaitu pengertian secara sempit dan luas. Dalam arti sempit

observasi berarti pengamatan secara langsung terhadap gejala yang

diteliti. Dalam arti luas, observasi meliputi pengamatan yang

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap obyek

yang sedang diteliti. (Anwar Sutoyo, 2009:65). Alasan peneliti

menggunakan observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian dan

ketidaksesuaian antara pelaksanaan tindakan dan rencana tindakan

yang telah dipersiapkan sebelumnya, untuk menilai seberapa jauh

pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan

menghasilkan perubahan yang diinginkan, menilai perilaku Peserta

Didik selama kegiatan pemberian layanan berlangsung serta untuk

mengamati situasi dan kondisi kegiatan layanan bimbingan klasikal

yang berlangsung

3.5.2 Skala Likert “ Kreativitas Belajar”

Dalam penulisan ini skala likert digunakan untuk

mengungkapkan data tentang masalah Peserta Didik menyangkut

kreativitas belajar. Dalam skala Likert terdapat dua pernyataan, yaitu

pernyataan favorable (mendukung atau memihak pada objek

kreativitas) dan pernyataan unfavorable (tidak mendukung objek

kreativitas). Responden hanya memilih alternatif jawaban atau respon


yang sesuai dengan keadaan atau kondisi sebenarnya masing-masing

responden dengan cara mencontreng (v). Pada skala terdapat empat

pilihan respon yang terdiri dari respon Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),

Kurang Sesuai (KS), dan Tidak Sesuai (TS). Setiap indikator dari data

dikumpulkan terlebih dahulu, diklasifikasikan dan diberi skor.

Pemberian skor digunakan untuk mengetahui distribusi masing-masing

variabel. Untuk pernyataan favorable (mendukung atau memihak pada

objek sikap) penilaian bergerak dari angka 4 sampai 1, dan untuk

pernyataan unfavorable (tidak mendukung objek sikap) penilaian

bergerak dari angka 1 sampai 4. Data yang diungkap dalam penelitian

ini yaitu tentang kreativitas belajar Peserta Didik oleh karena itu

instrument yang digunakan yaitu berupa skala kreativitas

belajarPeserta Didik. Kisi-kisi instrument yang peneliti kembangkan

yaitu dari komponen yang ada dalam kreativitas belajar. Skala

kreativitas belajarini berisi pernyataan-pernyataan

Nilai skor setiap respon pada skala ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Skor Pernyataan Favoriable


No Respon Skor
1 Sangat Sesuai (SS) 4
2 Sesuai (S) 3
3 Kurang Sesuai (KS) 2
4 Tidak Sesuai (TS) 1

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Unfavoriable

No Respon Skor
1 Sangat Sesuai (SS) 1
2 Sesuai (S) 2
3 Kurang Sesuai (KS) 3
4 Tidak Sesuai (TS) 4

Adapun kisi-kisi Instrumen atau skala Likert yang digunakan dalam

penelitian ini tercantum dalam tabel 3.3

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrument Skala Kreativitas belajar Peserta Didik

Variabel Dimensi Indikator Butir Jumlah


Kreativitas - Kemampuan menghadapi masalah 2*, 3, 7, 9, 6
Belajar belajar 10*, 23
Kemampuan untuk berkembang 8, 14, 18, 4
dalam belajar 22
Keluasan berpikir dalam belajar 4, 15, 20 3
Kemampuan penilaian terhadap hasil 12,16, 19*, 4
belajar 21
Kreativitas terhadap kreasi dalam

belajar 1, 5, 6, 6
11*, 13, 17
Total 23

3.5.3 Uji Validitas

Menurut Azwar (2012) suatu item dikatakan valid apabila

koefisien korelasi (riy) > 0,30. Selain itu, menurut Arikunto (2012)

item dikatakan valid dan cukup memuaskan apabila koefisien korelasi

(riy) > 0,21. Pada penelitian ini peneliti menentukan validitas item

pada skala kreativitas belajar adalah minimal 0,21. Sehingga item

valid apabila koefisien korelasi (riy) > 0,21. Namun apabila terdapat

koefisien validitas kurang dari 0,21 maka item tersebut memiliki daya

beda rendah dan menjadi gugur.


Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa skala

kreativitas belajar terdiri dari 23 item. Dari hasil uji validitas

instrumen pada skala kreativitas belajar tidak terdapat item yang

gugur karena seluruh item mencapai standart yang telah ditetapkan

menurut Arikunto (2012) item dikatakan valid apabila koefisien

korelasi (riy) > 0,21, berkisar dari angka 0,235 – 0,704 sehingga 23

item dikatakan valid.

3.5.4 Uji Realibiltas

Reliabilitas adalah sejauh mana suatu hasil pengukuran dapat

dipercaya. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas dinyatakan

dengan koefisien reliabililitas yang angkanya berkisar mulai 0,0

sampai dengan 1,0. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,0

berarti semakin tinggi reliabilitas.

Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini

menggunakan teknik varians Alpha Cronbach yang dibantu dengan

program IBM SPSS 25.00 for windows (Azwar 2012).

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kreativitas Belajar

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.916 33
Berdasarkan dari uji reliabilitas skala di atas, diperoleh hasil

0,891 yang berarti bahwa skala kreativitas belajar yang dibagikan

mendekati 1,00. Oleh karena itu, skala tersebut layak untuk dijadikan

instrument pada penelitian yang dilakukan

3.6 Indikator Keberhasilan

Berdasarkan indikator yang telah disusun oleh peneliti, maka peneliti

membuat capaian keberhasilan, dimana capaian keberhasilan ini akan

menentukan berhasil atau tidaknya indikator yang telah disusun. Capaian

keberhasilan ini memiliki kriteria sebagai berikut: ≥ 75% dari Subjek →

Memiliki Kreativitas Belajar yang Tinggi. Artinya ketika hasil instrumen sudah

diolah serta dianalisis dan mendapatkan persentase lebih dari 75 % maka dapat

dinyatakan bahwa penelitian tentang Kreativitas Belajar ini berhasil. Namun

sebaliknya, ketika hasil instrumen sudah diolah dan dianalisis namun

mendapatkan persentase kurang dari 80% maka penelitian ini perlu diulang

kembali ke siklus berikutnya sampai mencapai persentase minimal yang

ditetapkan yaitu 75%.

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam PTBK pada umumnya berupa

analisis deskripsi. Analisis deskripsi PTBK dilakukan melalui pengolahan data

baik yang berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Teknik analisis deskripsi pada

PTBK pada umumnya dilakukan dengan membandingkan hasil layanan BK dari

suatu siklus dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan

3.8 Model dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini mengacu pada tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas yang

dilaksanakan dua siklus, sedangkan untuk model penelitiannya sendiri menganut

model spiral yang dikemukakan oleh C.Kemmis dan Mc.Taggart dalam buku

yang ditulis oleh Arikunto (2006) digambarkan seperti dibawah ini :

Observasi Awal Perencanaan Awal

Siklus 1
Refleksi Tindakan
Observasi
Observasi

Refleksi Siklus 2 Tindakan

Observasi

Observasi
Siklus 3
Refleksi Tindakan

Observasi

Hasil

Gambar 3.1
Skema Rangkaian Tahapan Penelitian
C.Kemmis dan Mc.Taggart

Dari rangkaian siklus yang tergambar di atas menurut C.Kemmis dan

Mc.Taggart , dapat ditarik beberapa komponen diantaranya perencanaan,

pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian tindakan

bimbingan konseling memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan Kreativtas

BelajarPeserta Didik melalui layanan bimbingan klasikalyang nantinya

diharapkan akan berdampak pada peningkatan Kreativtas Belajardan pemahaman

Peserta Didik terhadap sub materi tersebut.


Perbaikan harus dilaksanakan secara terus menerus dalam beberapa

siklus yang berdaur dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta

refleksi sampai hasil yang diinginkan tercapai.

1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi :

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang berasal

dari Peserta Didik. Identifikasi masalah disini yaitu melalui wawancara

dengan Wali Kelas XI MIPA 1 dan juga menyebar instrumen Pra

Penelitian sebagai penunjang pengidentifikasian masalah.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL), serta media yang

digunakan

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pengertian dari pelaksanaan tindakan dalam Arikunto (2006) disebutkan

bahwa pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

Sedangkan observasi adalah pengamatan yang akan dilaksanakan oleh

peneliti, observasi dilakukan agar pengamat dapat melihat bagaimana proses

peserta didik dalam belajar dimana berkaitan dengan Kreativtas Belajaritu

sendiri.

3. Refleksi

Kegiatan refleksi disini yaitu mengumpulkan dan menganalisis data yang

telah diperoleh dari siklus I untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan
yang dilakukan. Hasil refleksi ini menjadi acuan untuk memperbaiki layanan

bimbingan klasikal dan melakukan revisi terhadap perencanaan yang akan

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

3.8.1 Siklus Pertama

3.8.1.1 Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap Perencanaan adalah

1) Guru BK mengumpulkan data awal dari kreativitas belajar Peserta

Didik. Peserta Didik kelas XI MIPA 1 yang memiliki kreativitas

belajar yang rendah.

2) Persiapan yang berkaitan dengan penyusunan perangkat layanan

bimbingan klasikal dengan project based learning untuk

meningkatkan kreativitas belajar Peserta Didik melalui siklus I,

3) Persiapan pemberian layanan bimbingan klasikal dengan tahapan-

tahapan yang harus dilalui.

4) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

observasi, lembar skala kreativitas belajar Peserta Didik

3.8.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

Pada penelitian ini langkah kedua yang dilakukan adalah tahap

tindakan. Pada tahap ini Guru BK sebagai peneliti menciptakan

suasana psikologis yang baik, kondusif, aman dan nyaman, agar

Peserta Didik siap mengikuti layanan bimbingan klasikal yang


dipimpin oleh Guru BK. Adapun dalam pelaksanaan tindakan adalah

sebagai berikut:

1) Guru BK sebagai peneliti memberikan informasi kepada Peserta

Didik tentang penyelenggaraan bimbingan klasikal dengan

Project Based Learning.

2) Melaksanakan layanan bimbingan klasikal dengan Project based

learning secara daring

3) Membuat kesimpulan dan keputusan untuk membuat suatu

proyek peserta Didik kelas XI MIPA 1 SMA PMS Kendal Tahun

Pelajaran 2020/2021.

Pada Tahap Observasi pelaksanaan layanan, peneliti meminta

bantuan teman sejawat untuk mengawasi jalannya pemberian layanan.

a) Observer mengamati proses layanan.

b) Observer mencatat semua temuan masalah-masalah pada saat

pelaksanaan layanan sedang berlangsung

3.8.1.3 Refleksi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Guru BK dan

kolaborator dianalisis bersama dengan berdiskusi agar hasil yang

diperoleh tidak subyektif. Hasil diskusi digunakan untuk mengetahui

pelaksanaan tindakan bimbingan klasikal apakah sudah tercapai atau


untuk mengetahui kekurangan tindakan layanan bimbingan klasikal

dengan project based learning secara daring. Dengan mengetahui

kekurangan tindakan layanan bimbingan klasikal sebelumnya dapat

direncanakan tindakan yang dilaksanakan pada siklus 2.

3.8.2 Siklus Kedua

3.8.2.1 Perencanaan

1) Membuat perbaikan dari kekurangan yang diketahui dari

pelaksanaan pada siklus 1.

2) Membuat perangkat layanan bimbingan klasikal dengan project

based learning secara daring.

3) Membuat pedoman observasi untuk mengetahui situasi dan

kondisi pada saat kegiatan layanan bimbingan klasikal.

3.8.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

1) Praktikan mekreativitas peserta didik untuk lebih semangat.

2) Praktikan memberikan apersepsi

3) Peserta Didik mendengarkan tujuan dari layanan yang

disampaikan oleh praktikan.

4) Praktikan bersama Peserta Didik mendiskusikan bersama materi

layanan yang akan dibahas yaitu mengenai Proyek terkait

kreativitas belajar

5) Praktikan mencoba menggunakan media

6) Peserta Didik dan praktikan bertanya jawab tentang materi


7) Peserta Didik mendapatkan bimbingan dari praktikan dalam

menyimpulkan hasil diskusi.

8) Praktikan memberikan reward kepada Peserta Didik

3.8.2.3 Refleksi

Pada siklus 2 akan diketahui hasil dari kegiatan layanan

bimbingan klasikal dengan project based learning secara daring.

dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan yang diinginkan yaitu

terjadinya perubahan dalam peningkatan kreativitas belajarPeserta

Didik atau ada tindakan-tindakan dalam layanan bimbingan klasikal

dengan project based learning secara daring yang harus

disempurnakan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada saat

layanan klasikal dengan subjek penelitian peserta didik SMA PMS Kendal
Kelas XII IPA 1 dengan jumlah 33 orang yang terdiri dari 23 Peserta Didik

prempuan dan 10 Peserta Didik laki – laki. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus

yaitu siklus I dan siklus II, tiap siklus terdiri dari 1X pertemuan tiap pertemuan

1X45 menit. Pengambilan data penelitian ini yaitu test dan nontest. Test pertama

berupa pretest. Pada kegiatan pretest Peserta Didik diminta untuk mengisi angket

kreativitas belajar sesuai dengan instrument soal yang sudah ditetapkan oleh

guru. Dari pelaksanaan pretest dapat diambil kriteria kreativitas peserta didik

4.2. Kondisi Awal

Penelitian ini dilakukan dengan upaya yang optimal untuk meningkatkan

Kreativtas Belajar peserta didik, pada awalnya penelitian direncanakan dan

akan dilakukan dalam beberapa siklus sampai tujuan penelitian tercapai.

Ternyata hanya dalam 2 siklus saja hasil belajar peserta didik mencapai target

yang ditetapkan peneliti. Sebelum melakukan tindakan, peserta didik diberi

tes awal atau pretest dengan menyebarkan instrumen pra-penelitian tentang

Kreativtas Belajar yang berisi 23 item pernyataan. Pernyataan-pernyataan

tersebut sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data ini

digunakan untuk mengetahui Kreativtas Belajar peserta didik sebelum

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make a match. Selain

itu juga digunakan untuk menetahui gambaran-gambaran kesulitan yang dialami

peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian di peroleh nilai pretest peserta didik

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tingkat Kreativitas belajar Peserta didik Pada Pra Tindakan
N
Nama Jumlah Persentase Tingkat Kreativitas
o
1 Putri Yunita 57 62 % Rendah
2 Alfi Amalia Fatmasari 68 74 % Rendah
3 ALAYDIA AUDIPUANNESA 73 79 % Sangat Rendah
4 AHMAD AINUN NAIM 68 74 % Rendah
5 FENNY DWI ANGELINA 67 73 % Sangat Rendah
6 M.ALFIYAN IMAMULMUTAQIN 58 63 % Rendah
7 SEKAR ELOK PRIYATIN 60 65 % Rendah
8 ZACKY ARIANSYAH 75 82 % Sangat Rendah
9 ANISA TRI BANOWATI 61 66 % Rendah
10 DIKA PRASETYO 70 76 % Sangat Rendah
11 FEBRIANA 61 66 % Rendah
12 ISTIQOMAH DIA SAFITRI 70 76 % Rendah
13 NISA NUR AZZARAH 66 72 % Rendah
14 CINDY NOVA EMILIANA 76 83 % Sangat Rendah
15 Vernanda Nurul Hikmah 66 72 % Rendah
16 Ardiyah Ananda Fatika Sari 79 86 % Sangat Rendah
17 BUDI ARJIANTO 75 82 % Rendah
18 Azalia Carissa 72 78 % Rendah
19 EROL SAFIQ ISMA ALIF 76 83 % Sangat Rendah
20 Nur Afifah 75 82 % Rendah
21 MUHAMAD NURFATONI 68 74 % Rendah
22 ANDIKA TRI RAMADHANU 72 78 % Sangat Rendah
23 CINDY AMELIA SAFITRI 75 82 % Sangat Rendah
24 AULINDA SESA ANANTI 66 72 % Rendah
25 RAIHAN 71 77 % Rendah
26 RIZQI NOVI FITRIANI 74 80 % Sangat Rendah
27 SANDY PRATAMA 84 91 % Sangat Rendah
28 ADINDA WULANDARI 61 66 % Rendah
29 RIKA AYU SEKAR MELATI 67 73 % Rendah
30 NANDA PERTIWI 60 65 % Rendah
31 SHYFA TORIQOH RIZQI 63 68 % Rendah
32 AYU LESTARI 68 74 % Rendah
33 UMMU HANI 76 83 % Sangat Rendah
1529
47%
RATA RATA

Tabel 4.2 Tingkat Keberhasilan Peserta didik Pada Pra Tindakan

Tingkat Tingkat Banyak Persentase Rata-rata


Keberhasilan Kreativitas Belajar Peserta Jumlah Skor kreativitas
Peserta Belajar
81% - 100% Tinggi 0 0%
63% - 81% Sedang 6 18 % 47%
44% - 62% Rendah 18 55%
25% - 43% Sangat rendah 9 27 %
Jumlah 33 100%

Berdasarkan pada tabel di atas maka dapat diketahui bahwa kreativitas

belajar peserta didik dari 33 peserta didik. Persentase ketuntasan kreativitas

belajar peserta didik secara klasikal 47 % Sedangkan peserta didik yang sangat

rendah 9 peserta didik (27%) da nada 18 peserta didik (55%) memiliki

kreativitas yang rendah . Hal ini menunjukkan dari kriteria ketuntasan minimal

peserta didik tergolong rendah dan belum tuntas. Setelah pretes dillaksanakan,

diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal adalah 40%. Untuk meningkatkan

kreativitas belajar peserta didik, maka direncanakan dalam suatu siklus sebagai

berikut

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan

4.3.1 Siklus 1

4.3.1.1 Perencanaan Siklus 1

Perencanaan dilaksanakan mulai bulan oktober 2020 dengan melakukan

wawancara awal kepada wali kelas XI MIPA 1. Setelah itu peneliti meminta ijin

kepada pihak sekolah untuk melakukan proses pra penelitian dan penelitian
dimana melalui kepala SMA PMS Kendal . setelah itu peneliti menyiapkan

instrument yang akan disebar kepada peserta didik . Selain itu, peneliti juga

mulai mempersiapkan pembuatan rencana pelaksanaan layanan (RPL) sesuai

dengan topik penelitian yaitu kreativitas belajar dimana dalam tema tersebut

terdapat beberapa indikator yang bisa dijadikan bahan materi dalam pemberian

layanan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain RPL, peneliti juga

merancang panduan observasi yang digunakan sebagai tolak ukur selama proses

pembelajaran setelah pemberian layanan bimbingan klasikal

4.3.1.2 Tindakan Siklus 1 ( Daring)

Pada tahapan ini, peneliti melaksanakan rencanan layanan layanan

klasikal dengan model Project based Learning sesuai prosedur dan perencanaan

yang dilakukan oleh peneliti sehingga penelitian tindakan dilaksanakan sebanyak

1 kali pertemuan setiap siklusnya, tiap kali pertemuan peneliti memberi materi

layanan dengan pertemuan terakhir ditambah pengisian lembar pengamatan

berupa angket kreativitas belajar dan penyebaran angket .( Analisis Angket

terlampir).Pada Siklus Tahap 1 ini sebelumnya praktikkan membagikan angket

kreativitas belajar dan dianalisis. Peneliti memanfaatkan fitur web meeting yang

ada di Mic. Teams Office 365

4.3.1.3 Hasil Observasi Siklus 1

Proses observasi dalam penelitian ini dilaksanakan ketika proses

pemberian layanan bimbingan klasikalberlangsung dan setelah proses pemberian

layanan bimbingan klasikal selesai diberikan yaitu selama 1 minggu. Dalam hal
ini, peneliti berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling (BK) untuk

mengamati proses peningkatan aspek-aspek kreativitas belajar yang diharapkan.

Guru bimbingan dan konseling menggunakan format observasi yang telah

disiapkan oleh peneliti berdasar aspek-aspek kreativitas belajar yang dituju.

Hasil yang didapatkan dari pengolahan data observasi ialah ketika proses

pelaksanaan bimbingan klasikal , peneliti masih kurang mengajak subjek untuk

berkembang, dalam arti kurang mengamati dan memahami karakter dari seluruh

subjek sehingga terkesan monoton dan tidak efektif. Selain itu, dikarenakan

pemberian layanan dilakukan pada siang hari, terlihat para subjek sudah lelah

dan bosan karena padatnya materi pembelajaran daring pada hari itu, sehingga

hal tersebut menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya pemberian layanan

pada saat itu.

Sedangkan hasil pengolahan data berdasar observasi selama proses

pembelajaran selama 1 minggu setelah pemberian layanan, didapati dari ke

empat subjek penelitian, masih belum menunjukan perubahan yang signifikan.

Dimana beberapa subjek masih merasa mudah bosan ketika guru mengajar yang

ditunjukkan dengan sikap tidak memperhatikan, rasa menghargai guru yang

mengajar masih kurang dan partisipasi yang sangat minim dalam proses

pembelajaran. Berdasar dari pernyataan-pernyataan dan data yang ada, maka

perlunya dilaksanakan tindakan berupa layanan bimbingan klasikal pada siklus

yang berikutnya untuk lebih meningkatkan kreativitas belajar dari para subjek

tersebut.

4.3.1.4 Tahap Analisis Data


Pada akhir siklus I diberikan skala kreativitas belajaryang bertujuan

untuk melihat keberhasilan tindakan yang diberikan, Adapun data hasil analisis

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tingkat Kreativitas belajar Peserta didik Pada Pra Tindakan

N
Nama Jumlah Persentase Tingkat Kreativitas
o
1 Putri Yunita 57 62 % Rendah
2 Alfi Amalia Fatmasari 68 74 % Sedang
3 ALAYDIA AUDIPUANNESA 73 79 % Sedang
4 AHMAD AINUN NAIM 68 74 % Sedang
5 FENNY DWI ANGELINA 67 73 % Sedang
6 M.ALFIYAN IMAMULMUTAQIN 58 63 % Sedang
7 SEKAR ELOK PRIYATIN 55 60 % Rendah
8 ZACKY ARIANSYAH 75 82 % Sedang
9 ANISA TRI BANOWATI 61 66 % Sedang
10 DIKA PRASETYO 70 76 % Sedang
11 FEBRIANA 61 66 % Sedang
12 ISTIQOMAH DIA SAFITRI 55 60 % Rendah
13 NISA NUR AZZARAH 66 72 % Sedang
14 CINDY NOVA EMILIANA 76 83 % Tinggi
15 Vernanda Nurul Hikmah 66 72 % Sedang
16 Ardiyah Ananda Fatika Sari 79 86 % Tinggi
17 BUDI ARJIANTO 75 82 % Tinggi
18 Azalia Carissa 72 78 % Sedang
19 EROL SAFIQ ISMA ALIF 76 83 % Tinggi
20 Nur Afifah 75 82 % Tinggi
21 MUHAMAD NURFATONI 55 60 % Rendah
22 ANDIKA TRI RAMADHANU 72 78 % Sedang
23 CINDY AMELIA SAFITRI 75 82 % Tinggi
24 AULINDA SESA ANANTI 66 72 % Sedang
25 RAIHAN 71 77 % Sedang
26 RIZQI NOVI FITRIANI 74 80 % Sedang
27 SANDY PRATAMA 84 91 % Tinggi
28 ADINDA WULANDARI 61 66 % Sedang
29 RIKA AYU SEKAR MELATI 67 73 % Sedang
30 NANDA PERTIWI 51 55 % Rendah
31 SHYFA TORIQOH RIZQI 63 68 % Sedang
32 AYU LESTARI 68 74 % Sedang
33 UMMU HANI 76 83 % Tinggi
2236
68 %
RATA RATA

Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Peserta didik Pada Pra Tindakan

Tingkat Tingkat Banyak Persentase Rata-rata


Keberhasilan Kreativitas Belajar Peserta Jumlah Skor kreativitas
Peserta Belajar
81% - 100% Tinggi 5 17%
63% - 81% Sedang 24 72 % 68%
44% - 62% Rendah 4 13 %
25% - 43% Sangat rendah 0 0%
Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan

kreativitas belajar peserta didik melalui model pembelajaran Project Based

Learning Hal ini menunjukkan dari ketuntasan klasikal dengan kriteria peserta

didik tergolong sedang

Tabel 4.5 Perbandingan Data Presentase Pra Penelitian


dan Siklus 1 Kreativitas Belajar Peserta didik
Pra
Siklus 1
Kategori Penelitian
f % F %
T (Tinggi) 0 0% 5 17 %
S (Sedang) 6 18% 24 72%
R (Rendah) 18 55% 4 13%
SR (Sangat Rendah) 9 27% 0 0%
Total 30 100% 4 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masih ada 4 peserta didik

yang memiliki kreativitas belajar dalam kategori rendah, dan 24 peserta didik
dalam kategori sedang . Oleh karena itu, peneliti akan melakukan tahap

selanjutnya yaitu siklus ke 2, dikarenakan hasil dari siklus 1 belum mencapai

titik minimal dari indicator keberhasilan yaitu kategori Tinggi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi terhadap keseluruhan

pelaksanaan proses pemberian layanan layanan klasikal dengan model Project

based Learning mulai dari keberhasilan, hambatan yang dihadapi beserta cara

untuk menanggulanginya. Tahap ini sangat berguna untuk menentukan

perencanaan pada siklus berikutnya.

Secara keseluruhan kegiatan layanan layanan klasikal dengan model

Project based Learning pada siklus I berjalan dengan baik dan lancar serta sesuai

dengan rencana pelaksanaan tindakan yang telah disusun peneliti. Keadaan

Kretivitas peserta didik pada siklus 1 ini tidak lepas dari adanya faktor dalam

layanan klasikal dengan model Project based

4.3.2 Siklus 2

4.3.1.5 Perencanaan Siklus 2

Pelaksanaan Siklus 2 dilakukan 1 kali pertemuan yaitu hari sabtu, 24

Oktober 2020. Dalam Siklus 2 kegiatan dilakukan meliputi perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi Selain itu, peneliti juga mulai

mempersiapkan pembuatan rencana pelaksanaan layanan (RPL) sesuai dengan

topik penelitian yaitu kreativitas belajar dimana dalam tema tersebut terdapat

beberapa indikator yang bisa dijadikan bahan materi dalam pemberian layanan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain RPL, peneliti juga merancang

panduan observasi yang digunakan sebagai tolak ukur selama proses

pembelajaran setelah pemberian layanan bimbingan klasikal

4.3.1.6 Tindakan Siklus 2 ( Daring)

Pada tahapan ini, peneliti melaksanakan rencanan layanan layanan

klasikal dengan model Project based Learning sesuai prosedur dan perencanaan

yang dilakukan oleh peneliti sehingga penelitian tindakan dilaksanakan sebanyak

1 kali pertemuan setiap siklusnya, tiap kali pertemuan peneliti memberi materi

layanan dengan pertemuan terakhir ditambah pengisian lembar pengamatan

berupa angket kreativitas belajar dan penyebaran angket .( Analisis Angket

terlampir).Pada Siklus Tahap 1 ini sebelumnya praktikkan membagikan angket

kreativitas belajar dan dianalisis. Peneliti memanfaatkan fitur web meeting yang

ada di Mic. Teams Office 365

4.3.1.7 Hasil Observasi Siklus 2

Proses observasi dalam penelitian ini dilaksanakan ketika proses

pemberian layanan bimbingan klasikalberlangsung dan setelah proses pemberian

layanan bimbingan klasikal selesai diberikan yaitu selama 1 minggu. Dalam hal

ini, peneliti berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling (BK) untuk

mengamati proses peningkatan aspek-aspek kreativitas belajar yang diharapkan.

Guru bimbingan dan konseling menggunakan format observasi yang telah

disiapkan oleh peneliti berdasar aspek-aspek kreativitas belajar yang dituju.


Hasil yang didapatkan dari pengolahan data observasi ialah ketika proses

pelaksanaan bimbingan klasikal , peneliti masih kurang mengajak subjek untuk

berkembang, dalam arti kurang mengamati dan memahami karakter dari seluruh

subjek sehingga terkesan monoton dan tidak efektif. Selain itu, dikarenakan

pemberian layanan dilakukan pada siang hari, terlihat para subjek sudah lelah

dan bosan karena padatnya materi pembelajaran daring pada hari itu, sehingga

hal tersebut menjadi salah satu penyebab kurang berhasilnya pemberian layanan

pada saat itu.

Sedangkan hasil pengolahan data berdasar observasi selama proses

pembelajaran selama 1 minggu setelah pemberian layanan, didapati dari ke

empat subjek penelitian, masih belum menunjukan perubahan yang signifikan.

Dimana beberapa subjek masih merasa mudah bosan ketika guru mengajar yang

ditunjukkan dengan sikap tidak memperhatikan, rasa menghargai guru yang

mengajar masih kurang dan partisipasi yang sangat minim dalam proses

pembelajaran. Berdasar dari pernyataan-pernyataan dan data yang ada, maka

perlunya dilaksanakan tindakan berupa layanan bimbingan klasikal pada siklus

yang berikutnya untuk lebih meningkatkan kreativitas belajar dari para subjek

tersebut.

4.3.1.8 Tahap Analisis Data Siklus 2

Pada akhir siklus 2 diberikan skala kreativitas belajar yang bertujuan

untuk melihat keberhasilan tindakan yang diberikan, Adapun data hasil analisis

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :


Tabel 4.6 Tingkat Kreativitas belajar Peserta didik Pada Siklus 2

N
Nama Jumlah Persentase Tingkat Kreativitas
o
1 Putri Yunita 85 92 % Tinggi
2 Alfi Amalia Fatmasari 82 89 % Tinggi
3 ALAYDIA AUDIPUANNESA 78 85 % Tinggi
4 AHMAD AINUN NAIM 77 84 % Tinggi
5 FENNY DWI ANGELINA 76 83 % Tinggi
6 M.ALFIYAN IMAMULMUTAQIN 80 87 % Tinggi
7 SEKAR ELOK PRIYATIN 72 78 % sedang
8 ZACKY ARIANSYAH 79 86 % Tinggi
9 ANISA TRI BANOWATI 83 90 % Tinggi
10 DIKA PRASETYO 84 91 % Tinggi
11 FEBRIANA 85 92 % Tinggi
12 ISTIQOMAH DIA SAFITRI 82 89 % Tinggi
13 NISA NUR AZZARAH 82 89 % Tinggi
14 CINDY NOVA EMILIANA 86 93 % sedang
15 Vernanda Nurul Hikmah 72 78 % sedang
16 Ardiyah Ananda Fatika Sari 85 92 % Tinggi
17 BUDI ARJIANTO 81 88 % Tinggi
18 Azalia Carissa 80 87 % Tinggi
19 EROL SAFIQ ISMA ALIF 84 91 % Tinggi
20 Nur Afifah 80 87 % Tinggi
21 MUHAMAD NURFATONI 80 87 % Tinggi
22 ANDIKA TRI RAMADHANU 81 88 % Tinggi
23 CINDY AMELIA SAFITRI 72 78 % Tinggi
24 AULINDA SESA ANANTI 81 88 % Tinggi
25 RAIHAN 74 80 % Tinggi
26 RIZQI NOVI FITRIANI 82 89 % Tinggi
27 SANDY PRATAMA 85 92 % Tinggi
28 ADINDA WULANDARI 82 89 % Tinggi
29 RIKA AYU SEKAR MELATI 84 91 % Tinggi
30 NANDA PERTIWI 77 84 % Tinggi
31 SHYFA TORIQOH RIZQI 76 83 % Tinggi
32 AYU LESTARI 77 84 % Tinggi
33 UMMU HANI 86 93 % Tinggi
2880
87 %
RATA RATA

Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Peserta didik Pada Siklus 2


Tingkat Tingkat Banyak Persentase Rata-rata
Keberhasilan Kreativitas Belajar Peserta Jumlah Skor kreativitas
Peserta Belajar
81% - 100% Tinggi 30 90
63% - 81% Sedang 3 10 % 87%
44% - 62% Rendah 0 0%
25% - 43% Sangat rendah 0 0%
Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan

kreativitas belajar peserta didik melalui model pembelajaran Project Based

Learning Hal ini menunjukkan dari ketuntasan klasikal dengan kriteria peserta

didik tergolong tinggi

Tabel 4.5 Perbandingan Data Presentase Siklus 1


dan Siklus 2 Kreativitas Belajar Peserta didik

Siklus 1 Siklus 2
Kategori
f % F %
T (Tinggi) 5 17 % 30 90 %
S (Sedang) 24 72% 3 10 %
R (Rendah) 4 13% 0 0%
SR (Sangat Rendah) 0 0% 0 0%
Total 33 100 % 33 100 %
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukannya

bimbingan klasikal pada siklus ke 2, para peserta didik sudah mulai

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dibuktikan dari ke 3 peserta didik,

semua memiliki kreativitas belajar dalam kategori yang sedang. Dan 30 peserta

didik ( 90%) masuk kategori tinggi

4.3.1.9 Refleksi Siklus 2

Setelah proses observasi selesai, dan juga proses pemberian instrument

penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan siklus 2 maka peneliti mencoba

melakukan refleksi apakah siklus 2 tersebut sudah mencapai titik keberhasilan


peningkatan kreativitas belajar para peserta didik tersebut. Dari hasil observasi,

ditemukan bahwa dalam setiap harinya sudah ada peningkatan yang signifikan

dari para peserta didik dilihat dari par tisipasinya dalam belajar, dalam

menanggapi pertanyaan, lalu perhatian mereka lebih terfokus pada pembelajaran,

dan pastinya dengan semua itu mereka merasa senang dan menerima

pembelajaran dengan lebih baik. Setelah hasil observasi dilakukan, maka peneliti

mencoba menganalisis hasil instrument yang telah disebarkan. Dibawah ini hasil

perbandingan antara pra penelitian, hasil siklus 1, siklus 2 pemberian layanan

bimbingan klasikal

Tabel 4.6 perbandingan keativitas antara pra penelitian, hasil siklus


1, siklus 2
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Kategori
f % F % F %
T (Tinggi) 0 0% 5 17 % 30 90 %
S (Sedang) 6 18% 24 72% 3 10 %
R (Rendah) 18 55% 4 13% 0 0%
SR (Sangat Rendah) 9 27% 0 0% 0 0%

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan kreativitas belajar pra


penelitian, hasil siklus 1, siklus 2 pemberian layanan bimbingan
klasikal
35
0% 0%
400% 300%
30
900%
25

20 SR (Sangat Rendah)
2400% R (Rendah)
15 1800% S (Sedang)
T (Tinggi)
10

5
600%
27%
55%
18% 0%
13%
72% 0%
10%
0
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

4.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pemberian layanan bimbingan klasikal ini menggunakan 2 siklus untuk

meningkatkan kreativitas belajar peserta didik, dan pada setiap siklusnya,

peserta memiliki peningkatan. Hingga siklus ke 2 kreativitas belajar peserta didik

meningkat hingga dalam kategori tinggi, dibuktikan dengan hasil instrumen dan

hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator dimana guru bimbingan

konseling sehingga bisa dikatakan pemberian layanan bimbingan klasikal efektif

untuk meningkatkan kreativitas belajar peserta didik.

Pada proses pemberian layanan dan observasi siklus I, didapatkan hasil

bahwa peserta belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Terlihat dalam

proses pemberian layanan dan juga proses pembelajaran selama 1 minggu. Hal

tersebut dikarenakan pemberian layanan yang terkesan membosankan dan

monoton, dan para peserta tampak lesu dan tidak bersemangat dikarenakan jam

pembelajaran daring yang padat. Hal tersebut mengakibatkan proses layanan


siklus I belum berhasil dan harus dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu siklus II.

Sedangkan, pada proses pemberian layanan dan observasi siklus II, Hal tersebut

tidak lepas dari usaha peneliti dalam menggunakan metode layanan yang

beragam. Selain itu pemberian reward juga memberikan dampak yang

signifikanBerdasarkan observasi dan pengolahan data yang telah diberikan,

didapatkan hasil bahwa proses pemberian layanan telah mencapai target manimal

yaitu sudah melampaui indikator keberhasilan. Sehingga penelitian diakhiri dan

dinyatakan berhasil dengan keterangan bahwa kreativitas belajar peserta didik

sudah meningkat pada kategori tinggi.

Proses pemberian layanan bimbingan klasikaldalam upaya meningkatkan

kreativitas belajar peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA PMS Kendal berjalan

dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu adanya

peningkatan kreativitas belajar mencapai indikator keberhasilan yang dituju. dan

Berdasarkan data tersebut, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilaksanakan oleh Nova, Mardian Lisa., dkk. (2016 ) yang mengatakan

bahwa peserta didik yang memperoleh layanan bimbingan klasikal mengalami

peningkatan kreativitas belajar secara signifikan, dimana terdapat peningkatan

kreativitas belajar peserta didik dalam empat aspek yakni sikap perhatian dalam

belajar, rasa senang dalam belajar, kesiapan dalam belajar serta sikap aktif dalam

belajar. Hal itu dibuktikan dengan grafik yang signifikan dari awal hingga proses

peningkatan signifikan tersebut. Selain itu, ungkapan yang sama disampaikan

oleh Sumitro, Auliah, dkk (2017) bahwa kreativitas belajar dapat ditingkatkan

menggunakan layanan bimbingan klasikal. Dilihat dari keaktifan dan partisipasi


peserta didik.

Keberhasilan pemberian layanan ini juga didukung karena kerja sama

yang baik antara guru bimbingan dan konseling dengan peneliti. Selain itu

respon positif dari para peserta didik juga menjadi salah satu kunci keberhasilan

pemberian layanan bimbingan klasikal ini. Selain itu juga, ternyata metode yang

digunakan peneliti Project Based Learning pendukung keberhasilan pemberian

layanan bimbingan klasikaldalam rangka meningkatkan kreativitas belajar

peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA PMS Kendal

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa :

5.1.1 Tingkat kreativitas peserta didik dalam proses bimbingan klasikal

menggunakan model Project Based Learning dapat meningkat.

Kesimpulan tersebut dapat dibuktikan dengan membandingkan

data akhir siklus. Dari data hasil angket keativitas pada akhir

siklus diperoleh kenaikan nilai yang signifikan, artinya layanan

bimbingan klasikal menggunakan model Project Based Learning

memiliki rata-rata dengan hasil pra siklus 47%, siklus I : 68 %,

siklus II : 87%

5.1.2 Adannya peningkatan capaian skor kreativitas antar siklus melaui

layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan model c

Project Based Learning dari hasil akhir siklus diperoleh adanya

peningkatan kepercayaan diri yang signifikan, peningkatan

tersebut pada para siklus 0 anak (0%), siklus I : 5 anak (68%),

siklus II : 30 anak (87 %) dan anak yang memiliki skor

kepercayaan diri tinggi dengan persentase 87 %.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran-saran untuk
beberapa pihak:
1. Bagi guru pembimbing
Guru pembimbing dapat memberikan bimbingan dengan
mempertimbangkan hasil penelitian ini, sehingga dapat menyampaikan
materi bimbingan dengan metode pendekatan belajar yang kreatif dan
variatif.
2. Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat lebih aktif dalam mengikuti bimbingan klasikal
dengan menggunakan Project Based Learning maupun kegiatan
bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing.
3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain untuk menumbuhkan


percaya diri peserta didik dengan menggunakan model Project Based
Learning

Anda mungkin juga menyukai