Anda di halaman 1dari 12

Implementasi Model Pembelajaran Make-A-Match untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Perkalian Dasar Kelas III SDN 2 Petandakan

Gede Krisma Eka Putra1)


Taufiq Yendra Pratama2)
1)
Mahasiswa S1 PGSD BI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka
2)
Tutor Tuton Karya Ilmiah S1 PGSD BI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Terbuka

krismaekeyens@gmail.com1) taufiqyendra@gmail.com2)

ABSTRAK

Matematika adalah muatan pelajaran untuk membangun kemampuan berfikir secara logis,
sistematis dan kritis. Tanpa disadari peserta didik berprasangka belajar matematika itu sulit
karena metode pembelajaran yang diterapkan guru pada saat mengajar kurang bervariasi yang
berdampak pada hasil belajar peserta didik kurang memuaskan. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran make-a-match dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi perkalian dasar Kelas III SDN 2 Petandakan. Penelitian
tindakan kelas merupkan metode penelitian yang digunakan yang dirancang dalam dua siklus.
Subyek penelitian ini adalah para peserta didik kelas III SDN 2 Petandakan sebanyak 18
peserta didik. Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan sebuah tes. Teknik analisa
data yang digunakan berupa analisis data kuantitatif dengan mencari rata-rata hasil belajar
peserta didik. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
make-a-match pada materi perkalian dasar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik,
fakta ini diperoleh dari rata-rata pra siklus sebesar 6,2. Pada siklus I mendapat hasil rata-rata
sebesar 6,83 selanjutnya pada siklus II mendapat hasil rata-rata 7,88. Dengan begitu dalam
penerapan model pembelajaran make-a-match dapat meningkatkan hasil belajar perkalian dasar
peserta didik kelas III SDN 2 Petandakan.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Make-a-match, Matematika .

PENDAHULUAN

Seperti yang diketahui pendidikan merupakan hal yang mendasar bagi individu. Pendidikan
merupakan sesuatu yang berguna dalam peningkatan kualitis diri dan sumber daya manusia pada
sebuah negara. Dapat dilihat dari negara-negara maju lainnya seperti Jepang, Filandia, Cina dan
negara maju lainnya. Secara umum, pendidikan adalah proses perbaikan diri di mana setiap orang
dapat menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, negara tiada hentinya meningkatkan kualitas,
sarana dan prasarana pendidikan, lembaga pendidikan dan infrastruktur untuk perubahan
pendidikan di Indonesia yang lebih maju.

1
Bila mana dalam suatu individu yang kualitas dirinya rendah itu akan menjadi bumerang
dalam kehidupannya. Individu tersebut akan sulit dalam menjalankan kehidupannya dimana
mereka akan susah dalam berkarir karena mereka tidak mempunyai keterampilan dalam
kehidupannya. Keterampilan ini bisa dapat di dalam pengalamannya dalam lingkungan dan
dalam jenjang pendidikan sebagai dasar meningkatkan kualitas diri. Maka dari itu sangat
pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas diri seseorang.
Dalam mengembangkan kualitas diri ataupun sumber daya manusia tentunya seseorang harus
mengenyam pendidikan. Untuk itu jika suatu pendidikan yang dijalankan oleh seseorang secara
monoton dan tidak adanya variasi dalam proses pembelajarannya maka sulit untuk seseorang itu
dapat meningkatkan kualitas diri atau sumber daya manusianya. Dapat terlihat jika seorang
pendidik tidak mampu dalam mengelola proses pembelajarnya dimana yang pendidik lakukan
dalam pembelajaran hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja. Maka dari itu seorang
pendidik dalam melakukan proses pembelajaran tidak optimal perlu melakukan inovasi maupun
upaya pembaharuan dalam meningkatkan proses pembelajarannya yang akan berdampak pada
peningkatan kualitas diri pendidik maupun kualitas peserta didik.
Adapun usaha-usaha atau upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk mengubah proses
pembelajaran agar tercapainya hasil belajar yang positif yang berdampak kepada kualitas diri
seseorang yaitu peserta didik. Memanfaatkan media pembelajaran yang ada adalah salah satu
upaya agar tercapainya hal tersebut, dilanjutkan dengan menerapkan berbagai strategi atau model
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran atau proses pembelajaran. Pemanfaatan metode
pembelajaran berpotensi dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas kegiatan
pembelajaran yang secara tidak sadar juga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Jika dalam proses pembelajaran pendidik hanya menggunaan metode yang sama terus menerus
tanpa adanya variasi, selingan bahkan inovasi untuk membuat pembelajaran lebih
menyenangkan, tentu mengakibatkan proses pembelajaran terasa membosankan. Pendidik
seharusnya kreatif dalam menentukan dan menggunakan metode yang efektif (Erwin, 2020).
Dalam proses pembelajaran pengimplementasian metode yang digunakan haruslah cocok dan
efektif agar proses pembelajaran yang dilaksanakan berkesinambungan dengan harapan dan
tujuan pembelajaran. Maka dari itu pentingnya sebuah implementasi metode pembelajaran dalam
menarik atensi partisipan peserta didik hingga meningkatkan motivasi belajar peserta didik itu
sendiri, pembelajaran yang berlangsung akan berjalan dengan jelas, menyenangkan dan

2
bermakna sesuai dengan harapan yang direncakanan sehingga berdampak pada hasil belajar
peserta didik.
Dalam jenjang sekolah dasar terpadat beberapa muatan pelajaran yang dibungkus menjadi satu
yaitu TEMATIK atau TEMA. Salah satu muatan pelajaran dari pelajaran tersebut adalah
Matematika. Beberapa peserta didik kurang menggemari pelajaran matematika karena diduga
merupakan pelajaran yang susah dan tidak menarik. Matematika adalah sebuah ilmu pasti dimana
di dalamnya terdapat sebuah angka-angka, rumus dan aturan yang harus dihapalkan agar dapat
menjawab suatu soal Matematika. Bila mana peserta didik tidak paham terhadap rumus yang
mereka pelajari maka peserta didik akan kesulitan untuk memahami Matematika dan menjawab
soal-soal yang diberikan. Agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif,
bernalar kristis, analitis, sistematis dan keterampilan kolaboratif, matematika wajib diajarkan
kepada seluruh peserta didik mulai dari tingkatan sekolah dasar hingga tingkatan yang lebih
lanjut. (Syafdaningsih, dkk. 2020).
Saat ini proses pembelajaran Matematika di SDN 2 Petandakan masih belum bisa dikatakan
berjalan secara optimal dan yang diharapkan. Hal itu dikarenakan dalam proses pengajaran yang
dilaksanakan masih terfokus kepada guru (teacher center). Jika peserta didik tidak terlibat
langsung selama proses pembelajaran, maka peserta didik hanya menerima materi selama proses
pembelajaran tanpa memahaminya. Maka akan menyebabkan peserta didik mengalami
kebosanan dan kurangnya motivasi ketika mengikuti proses pembelajaran dan bila proses
pembelajaran ini diterapkan pada pelajaran matematika maka ini berimbas pada aktivitas peserta
didik di dalam kelas dan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Disini guru belum mampu
melibatkan peserta didik pada proses pembelajaran karena guru hanya menerapkan metode yang
monoton seperti ceramah dan tanya jawab, maka dari itu perlunya menerapkan berbagai metode
dan model pembelajaran yang efektif. Peserta didik juga belum memahami konsep perkalian
tersebut dan proses pembelajaran tidak mengaitkan dengan kehidupan nyata. Dengan
menggunakan metode yang tepat seorang pendidik dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.
Metode pembelajaran memegang hal penting dalam proses pembelajaran dimana seorang
pendidik dapat mengelola kelas menjadi interaktif serta tidak membosankan (Nining, 2018). Oleh
karena itu diperlukannya sebuah metode pembelajaran kooperatif model make-a-match yang
dapat menumbuhkan motivasi dan partisipasi aktif peserta didik, sehingga berimbas pada hasil
belajar peserta didik dalam pelajaran matematika.

3
Metode pembelajaran kooperatif salah satunya adalah model pembelajaran make-a-match.
Peserta didik dapat belajar dengan santai dan menyenangkan karena pembelajaran ini
menekankan pada proses pembelajaran yaitu dengan adanya permainan yang dibuat sebelum
proses pembelajaran berlangsung. Selain itu model ini berpotensi untuk memupuk sikap
kerjasama, bertanggung jawab, membangun motivasi dan keaktifan belajar. Proses pembelajaran
pada model ini adalah mencari pasangan kartu yang dibawa peserta didik, kartu berupa jawaban
dari kartu soal yang dibawanya, selain adanya permainan ini peserta didik juga belajar suatu
materi atau konsep dengan suasana yang menyenangkan. Model pembelajaran ini dapat
digunakan pada segala jenjang usia peserta didik dan semua mata pelajaran (Eva, 2022).
Sehingga dalam menggunakan model pembelajaran ini proses pembelajaran akan terasa
bermakna dan menciptakan peserta didik yang termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran.
Lalu guru berperan sebagai perantara yang membimbing dan menyesuaikan kebutuhan peserta
didik. Guru berharap dengan penerapan model pembelajaran ini, peserta didik mampu
mengembangkan kreatifitas dalam berpikir dan pemikiran yang kritis, pemecahan masalah dan
secara mandiri menggali pengetahuannya sendiri dan model pembelajaran ini dapat mengatasi
tantangan tersebut.
Rumusan masalah dari penelitian ini merumuskan bagaimana implementasi model
pembelajaran make-a-match untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada saat materi
perkalian dasar di Kelas III SDN 2 Petandakan?
Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan pengimplementasian model pembelajaran make-
a-match untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi perkalian dasar di Kelas III SDN 2
Petandakan.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat meningkatan motivasi, keterampilan berpikir dan hasil
belajar peserta didik di kelas pada pembelajaran matematika terutama pada materi perkalian
dasar. Mengembangkan keterampilan dan kemampuan guru pada proses mengajar pada tingkatan
sekolah dasar. Selain itu dapat mengembangkan dan mengetahui berbagai macam penerapan
model-model pembelajaran. Sebagai informasi bagi kepala sekolah dalam memperbaiki suatu
proses pembelajaran dalam menerapkan metode yang cocok dan efektif yang telah dihasilkan dan
juga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar.

4
METODE

PTK (penelitian tindakan kelas) merupakan metode dari penelitian ini. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang menjelaskan tentang sebab dan akibat dari perlakuan, perlakuan
tersebut berupa tindakan perbaikan belajar dari permasalahan yang ditemui untuk meningkatkan
kualitas pembelajarannya (Arikunto, 2021). Guru dan peserta didik di kelasnya masing-masing
adalah sebagai partisipan dari penelitian ini dimana guru sebagai peneliti dan peserta didik
sebagai subjek. Peneltian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pseserta didik dan
proses belajar mengajar di kelas. Subyek penelitian ini merupakan seluruh peserta didik dari
kelas III yang dilaksanakan pada SDN 2 Petandakan, Kecamatan Buleleng dengan jumlah peserta
didik adalah 18 peserta didik.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksakan melalui beberapa kegiatan pembelajaran
atau siklus yang setiap tahapannya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi (Agus Wasisto, 2021). Rancangan penelitian ini didesain dalam 2 siklus dan tiap siklus
akan dilaksanakan selama 1 kali pertemuan. Jumlah siklus penelitian ini sewaktu-waktu dapat
berubah, jika hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan pada Siklus I, maka penelitian ini
hanya akan dilakukan selama satu siklus, namun jika hasil belajar siswa belum meningkat pada
Siklus I, maka penelitian dilanjutkan pada Siklus II dan seterusnya sampai hasil belajar
meningkat.

5
Gambar 1 Siklus Kegiatan PTK
Sumber (Agus Wasisto, 2021)

Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan informasi atau data
penelitian. Tes merupakan instrumen dari penelitian ini. Tes dapat berupa susunan pertanyaan
atau lembar kerja yang tujuannya untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan subyek
penelitian. Tes disini berisi beberapa butir-butir pertanyaan sesuai dengan materi atau muatan
pelajaran yang akan diukur atau dievaluasi (Siyoto, dkk. 2015). Tes yang diberikan merupakan
tes uraian yang dimana berisi 10 butir soal dengan skor minimum 0 dan skor maksimum 100.
Ketuntasan proses pembelajaran dapat dibuktikan berdasarkan hasil tes yang didapat dari peserta
didik. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan pada SDN 2 Petandakan adalah jika
peserta didik mencapai skor 65% - 100% atau nilai 65.
Hasil belajar peserta didik akan dianalisis secara deskriptif dengan mencari rata-rata. Setelah
menambahkan data hasil belajar peserta didik, selanjutnya data tersebut dibagi dengan jumlah
seluruh peserta didik. Mencari rata-rata dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Sumber (Yusuf Muhhamad, 2018)


Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik akan dihitung dengan mencari
selisih dari rata-rata setiap siklus.
Untuk nilai hasil belajar peserta didik akan dibuatkan kriteria sebagai standar keberhasilan
peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi untuk memudahkan melihat tingkat keberhasilan
peserta didik sebagai berikut :

6
Tabel 1. Kriteria Hasil Belajar Peserta didik
Sumber (Buku Panduan untuk Sekolah Dasar, 2016)

HASIL

Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang dirancang selama 2 siklus. Dimana setiap
siklusnya akan dilaksanakan selama satu kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan dimana peneliti menyiapkan perangkat ajar
berupa RPP, media kartu soal dan jawabab, soal untuk post tes. Selanjutnya peneliti melakukan
tindakan atau proses pembelajaran, sebelum memulai kegiatan pembelajaran peneliti mengajak
peserta didik untuk berdoa. Selanjutnya peneliti mengajarkan materi konsep dasar perkalian, cara
berhitung perkalian susun dan menyelesaiakan soal cerita. Lalu peneliti mengajak peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran model make-a-match. Tahap berikutnya peserta didik dibagi
menjadi dua kelompok, dimana setiap masing-masing kelompok mendapat kartu, yaitu kelompok
kartu jawaban dan kelompok kartu soal. Pada tahap berikutnya peneliti menjelaskan bagaimana
proses atau langkah pembelajaran model make-a-match. Peserta didik dengan kartu jawaban
diminta untuk berdiri di depan kelas dengan menunjukan jawabannya, sedangkan peserta didik
dengan kartu soal memikirkan jawaban dari pertanyaan yang ada lalu mencari pasangannya. Bagi
peserta didik yang paling pertama menemukan pasangannya akan diberi sebuah reward oleh
peneliti dan bagi peserta didik yang belum dapat mencari pasangannya akan dibimbing lebih
lanjut. Kegiatan ini dilakukan secara berulang dan bergantian. Di akhir pembelajaran peneliti
menanyakan tentang pelajaran yang kurang dipahami oleh peserta didik. Peneliti merangkum
pelajaran bersama peserta didik tentang konsep perkalian dan cara berhitung perkalian susun.
Selanjutnya peserta didik menerima post test yang diberikan guru untuk menghitung keberhasilan
belajar yang dicapai.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, terlihat peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini
dapat diamati dari rata-rata hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya. Pada pra siklus
proses pembelajaran tersekan membosankan sehingga membuat suasana pembelajaran kurang
aktif. Hal ini pula yang membuat hasil belajar matematika peserta didik masih banyak dibawah
KKM.

7
Hasil pembelajaran peserta didik meningkat setelah diterapkannya model.pembelajaran make-
a-match pada siklus I dan II. Hal ini juga terlihat dengan partisipasi aktif peserta didik selama
proses pembelajaran. Adapun hasil pembelajaran didik disajikan pada tabel berikut :

Pada tabel 1 di atas menunjukan hasil belajar 18 peserta didik yang berada di kelas III.
Diketahui rata-rata nilai pra siklus peserta didik tersebut adalah 6,2 dengan 1 peserta didik
kriteria A, 2 peserta didik kriteria B, 3 peserta didik kriteria C dan 12 peserta didik dengan
kriteria D, hal ini menggambarkan tingginya peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM,
sedangkan pada siklus berikutnya, yaitu siklus I rata-rata hasil belajar matematika meningkat
menjadi 6,83 dengan 3 peserta didik kriteria A, 3 peserta didik kriteria B, 4 peserta didik kriteria
C dan 8 peserta didik dengan kriteria D dan sedikit tidaknya peserta didik yang nilainya masih
dibawah KKM. Lalu siklus berikutnya siklus ke II rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat
secara signifikan sebesar 7,88 dengan 7 peserta didik kriteria A, 5 peserta didik kriteria B, 3
peserta didik kriteria C dan 3 peserta didik dengan kriteria D. Hanya beberapa peserta didik yang
belum mencapai KKM.

PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi yang dilakukan, rata-rata hasil belajar peserta didik pada pra siklus
memperoleh nilai sebesar 6,2 pada mata pelajaran matematika materi perkalian dasar kelas III
SDN 2 Petandakan. Dari rata-rata yang terlihat dari tabel 1 pada pra siklus membuktikan
kurangnya pemahaman peserta didik mengenai perkalian dasar. Kurangnya dalam menggunakan
metode pembelajaran yang tepat ini menjadi penyebab rendahnya pemahaman peserta didik
tersebut. Metode pembelajaran digunakan masih monoton dengan metode ceramah dan berpusat
pada guru, metode ini dirasa kurang cocok untuk meciptakan pengalaman belajar bagi peserta
didik, sehingga membuat peserta didik kurang berpartisipasi aktif dan semangat selama proses
pembelajaran berlangsung yang berdampak pada hasil belajar peserta didik.

8
Dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik digunakanlah model make-a-match.
Model pembelajaran ini menggunakan partisipasi aktif peserta didik dengan diberikan kartu
untuk mencari pasangan kartunya. Dengan menggunakan metode ini yang dimana terdapat
aktivitas bermain dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik dengan sendirinya akan merasa
senang dan nyaman mengikuti proses pembelajaran dengan harapan sambil belajar dengan
bermain dapat membantu membangun konsep dan pemahamannya terhadap materi yang
dipelajarinya.
Hasil belajar peserta didik meningkat berdasarkan temuan siklus I. Hal ini terlihat pada rata-
rata belajar peserta didik yaitu sebesar 6,83. Peningkatan yang terjadi pada siklus I ini disebabkan
karena penggunaan model pembelajaran make-a-match. Selisih antara rata-rata siklus I dengan
prasiklus menunjukan besarnya peningkatan tersebut yaitu 0,63. Walaupun mengalami
peningkatan, peneliti menemui beberapa kendala dan masukan selama proses pembelajaran, yaitu
peserta didik kurang percaya diri ketika menemukan pasangan kartunya yang berlawanan jenis
dan media kartu yang digunakan sedikit kecil sehingga perlu diperbesar agar memudahkan
peserta didik melihat soal dan jawaban yang tertera pada kartu.
Dengan melihat hasil temuan pada siklus I, maka langkah selanjutnya merancang perbaikan
berupa media dan lebih menyiapkan strategi ketika ada kendala pada saat proses siklus II
berlangsung. Dari hasil siklus II yang dilanjutkan menunjukan peningkatan yang cukup besar, hal
ini dapat diamati pada rata-rata hasil belajar peserta didik yaitu 7,88. Selisih antara rata-rata
siklus II dan I sebesar 1,03 menunjukan besar peningkatan tersebut. Peningkatan ini terjadi tidak
lepas dengan peran model pembelajaran yang digunakan. Selain meningkatnya hasil belajar
peserta didik, partisipasi aktif peserta didik ikut meningkat selama pembelajaran berlangsung
yang dilihat dari keantusiasan peserta didik.
Capaian hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya meningkat sebelum dan sesudah
menggunakan model pembelajaran make-a-match, sesuai dengan harapan penelitian, penelitian
pun dilakukan hanya sampai siklus II. Dengan strategi pembelajaran yang terkesan santau dan
memasukan permainan dalam kegiatan pembelajaran dapat membangun partisipasi aktif peserta
didik hingga meningkatnya hasil belajarnya. Adapun beberapa peserta didik yang hasil belajarnya
belum mencapai KKM dikarenakan setiap peserta didik itu unik. Mereka ada yang cepat
memahami dan lamban dalam memahami materi yang diberikan.

9
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran make-a-match dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik
pada kelas III SDN 2 Petandakan. Data ini terlihat pada rata-rata hasil belajar peserta didik kelas
III dimana saat pra siklus yaitu 6,2 meningkat menjadi 6,83 pada siklus I dan meningkat lagi
menjadi menjadi 7,88 pada siklus II yang mengalami peningkatan. Selain hasil belahar
peningkatan terjadi adalah partisipasi aktif belajar peserta didik dimana proses pembelajaran
dimana peserta didik merasa nyaman, termotivasi dan semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran. Meskipun beberapa peserta didik yang hasil belajarnya belum mencapai KKM,
karena pada dasarnya perkembangan peserta didik tersebut dalam mengikuti pembelajaran
lambat (slow learner), sehingga masih bisa dibimbing lebih lanjut.
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diinformasikan dalam penerapan model
pembelajaran make-a-match adalah media kartunya dibuat secara besar agar terlihat lebih jelas
oleh peserta didik, lalu selalu memperhatikan setiap peserta didik karena dalam penerapannya
peserta didik menjadi sangat aktif sehingga perlu bimbingan yang lebih ekstra dan model
pembelajaran make-a-match dapat diterapkan ke sekolah-sekolah lain sebagai acuan penerapan
strategi yang variatif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardhanty, A., Karmila, M., Suyitno. (2019). Keefektifan Model Make A Match Berbantu
Media Tabel Perkalian Terhadap Motivasi Belajar Matematika. Journal for Lesson
and Learning Studies. 2(3).
Ardianingtyas, O. A., Budyartati, S., Samsiyah, N. (2022). Pengaruh Model Make A Match
Berbantuan Metode Jarimatika Terhadap Keterampilan Berhitung Perkalian Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar. 3.
Arikunto, Suharsimi dkk. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Ahmad, Marzuki, dkk. (2022). Pendidikan Matematika Realistik Untuk Membelajarkan
Kreativitas dan Komunikasi Matematika. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar
(SD). https://repositori.kemdikbud.go.id/18052/1/Panduan%20Penilaian
%20A4%20ISI_cetakulang.pdf.
Nuryami, dkk. (2022). Filsafat Pendidikan Matematika. Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi.
Mariyaningsih, N., Wiwin, dkk. (2018). BUKAN KELAS BIASA Teori dan Praktik Berbagi
Model dan Metode Pembelajaran. Surakarta: CV Oase Grup.
Parasibu, Eva. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif dan Kecerdasan Interpersonal.
Tasikmalaya: Rumah Cemerlang Indonesia.
Ramadhon. (2020). Peningkatan Aktvitas Belajar Siswa pada Materi Membandingkan
Pecahan dengan Perkalian Silang Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match.
Jurnal Genala Pendidikan Dasar, 5(2), 243-258.
Siyoto, Sandu, dkk. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Karanganyar. Literasi Medua
Publishing.
Syafaruddin, Supiono, Burhanuddin. (2019). Guru, Mari Kita Menulis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Sleman: Deepublish Publisher.
Syafdaningsih, dkk. (2020). Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini. Tasikmalaya: Edu
Publiser.
Widiasworo, Erwin. (2020). 101 Kesalahan Guru dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Araska

11
Wasito, Agus. (2021). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas dan Dilengkapi Contohnya.
Sleman: CV Budi Utama.
Yusuf, M., Daris, L. (2018). Analisis Data Penelitian Teori & Aplikasi dalam Bidang
Perikanan. Bogor: IPB Press.

12

Anda mungkin juga menyukai