Anda di halaman 1dari 17

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN

MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PERSERTA DIDIK


KELAS II SDN 233 PALEMBANG

Afrilian Eka Putra1)


Nurasia, S. Pd.., M.Pd S2).
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka
Email :afrilianekaputra127@gmail.com, 2)Nurasiakimia99@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan untuk
memperbaiki proses pembelajaran yang belum optimal, yaitu adanya hasil belajar
siswa yang rendah pada mata pelajaran Matematika materi perkalian kelas II SD
Negeri 233 Palembang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Matematika materi perkalian kelas II di SD Negeri 233 Palembang. Metode penelitian
menggunakan PTK yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Namun
sebelumnya dilakukan pembelajaran prasiklus. Metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran ini melalui metode make a match berbantu garismatika. Hasil dari
penelitian ini menggambarkan pada kegiatan siklus I siswa yang mencapai hasil
belajar di atas KKM berjumlah 68% dari 25 siswa. Sedangkan pada kegiatan siklus II
siswa yang mencapai atau diatas KKM berjumlah 88% dari 25 siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa melalui metode make a match berbantu garismatika dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas II dalam pelajaran Matematika materi
perkalian di SD Negeri 233 Palembang.
Kata kunci: hasil belajar matematika, materi perkalian, make a match, sekolah dasar

ABSTRACT

This research is Classroom Action Research (PTK). This research was conducted to
improve the learning process which was not yet optimal, namely the low student
learning outcomes in the Mathematics subject multiplication material for class II SD
Negeri 233 Palembang. This research aims to improve Mathematics learning outcomes
for class II multiplication material at SD Negeri 233 Palembang. The research method
uses PTK which is carried out in two cycles. Each cycle consists of four stages, namely:
planning, implementation, observation and reflection. However, pre-cycle learning was
carried out beforehand. The learning method used in this lesson is the make a match
method with the help of linear mathematics. The results of this research illustrate that in
the first cycle of activities, students who achieved learning outcomes above the KKM
amounted to 68% of the 25 students. Meanwhile, in cycle II activities, students who
reached or above the KKM amounted to 88% of the 25 students. This shows that using
the make a match method with the help of linear mathematics can improve the learning
outcomes of class II students in mathematics lessons on multiplication material at SD
Negeri 233 Palembang.
Keywords: mathematics learning outcomes, multiplication material, make a match,
elementary school
PENDAHULUAN
Menurut Siagian (dalam Ganefi, 2020) matematika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
itu, kurikulum Merdeka Belajar tidak hanya melibatkan guru tetapi juga seluruh pemangku
kepentingan pendidikan, seperti orang tua, keluarga, pendidik, lembaga pendidikan, dunia
usaha atau industri, dan masyarakat, guna meningkatkan minat belajar siswa dan mencapai
tujuan. untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi kepada seluruh rakyat Indonesia.
Hasilnya, siswa dan guru sama-sama didorong untuk menjadi imajinatif, paham teknologi,
dan kreatif dalam pengajaran matematika. Belajar yang dulunya merupakan kebutuhan
sebelum adanya modifikasi Kurikulum Merdeka Belajar, kini menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Cara baru pengajaran matematika diperkirakan akan dipengaruhi oleh
semua perubahan yang sudah ada.
Menurut Hamalik (2019:129) hasil belajar peserta didik dapat dilihat melalui
perubahan perilaku dan tanggapan peserta didik di mana perubahan itu dapat berupa
perbaikan perilaku peserta didik itu sendiri. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan
faktor yang berasal dari luar siswa, seperti faktor sekolah, salah satunya model pembelajaran
guru, pada umumnya mempengaruhi hasil belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran yang digunakan guru mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa.
Seringkali, perkalian dari 1 sampai 10 diajarkan di sekolah dasar yang lebih
rendah. Guru sering kali mengajarkan perkalian melalui metode hafalan, yang tidak
melibatkan siswa berinteraksi satu sama lain melainkan melibatkan pembelajaran sehari-
hari melalui ceramah dan soal latihan individu. cerdas, normal, dan rata-rata Hal ini
terlihat dari sebagian besar siswa menyatakan ketidakpuasan karena mereka mendapati
bahwa ketika diminta belajar matematika dan diberikan tugas, seringkali mereka tidak
menyelesaikannya tepat waktu. Akibatnya, mereka lebih memilih bermain game dan
ngobrol satu sama lain karena menganggap pelajaran membosankan, membingungkan,
dan sebagainya. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan kurikulum yang memberikan
kontrol lebih besar kepada anak-anak terhadap pendidikan mereka. Menurut Nurhadi
(2019), guru harus bisa memilih strategi, metode, atau pendekatan pembelajaran yang
sesuai dari kurikulum ini.
Tri Sulistyowati (2020) mengungkapkan Jumlah guru yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif make-a-match untuk mengajar matematika juga meningkat.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif permainan “make a match” yaitu
mencari pasangan kartu, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
matematika dan mempunyai gairah belajar. Dewi (2021), bahwa agar siswa dapat belajar
dalam lingkungan yang menyenangkan, hendaknya guru menyediakan berbagai model
pembelajaran di kelas matematika untuk memaksimalkan minat belajar siswa dan
mengurangi rasa bosan. Menggunakan model kooperatif seperti “make a match” adalah
salah satu pilihan.
Penggunaan media kartu perkalian ini cocok diterapkan pada siswa SD khususnya
kelas rendah misalnya kelas 2, karena anak diusia tersebut masih dalam usia bermain.
Lingkungan anak adalah tempat bermain. Bermain yang merupakan ciri khas anak
mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan setiap anak. Selama seorang
anak masih menganggap permainan itu menarik, menghibur, dan menyenangkan,
mereka akan menikmatinya. Selain itu, nilai-nilai moral agama, perkembangan sosial
dan emosional, penguasaan bahasa, fungsi kognitif, dan keterampilan motorik fisik
semuanya ditingkatkan melalui permainan. Saat diamati, anak akan menunjukkan rasa
ingin tahu yang tinggi dan bertanya tentang segala sesuatu yang ditemuinya, hal ini
berhubungan dengan aspek kognitifnya. Anak-anak mampu mengembangkan memori
dan memahami masalah yang memerlukan solusi individu atau kelompok (Lestari,
2020).
I Made Adistha Gosachi (2020) menjelaskan bagaimana penggunaan media kartu
bergambar dan model pembelajaran make a match meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas IV SD Lab Singaraja. Temuan penelitian menunjukkan bahwa
siswa sekolah dasar harus lebih terlibat dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
fokus dan pemahaman materi. Diharapkan guru mampu memanfaatkan inovasi
pembelajaran baru, salah satunya penggunaan model dan media pembelajaran. media
yang sesuai dengan kondisi kelas siswa pada saat melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar.
Dari hasil belajar matematika semester ganjil pada tema 1, 40% dari 25 siswa
mencapai KKM, sedangkan 60% belum mencapai KKM, sesuai data hasil belajar siswa
kelas II SD Negeri 233 Palembang. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa
yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Khusus materi perkalian
bilangan satu atau dua angka dengan bilangan tiga angka mempunyai hasil belajar yang
relatif rendah. Peneliti akan mencoba menggunakan metode yang dapat diterima dan
mudah dipahami siswa kelas II SD Negeri 233 Palembang untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Karena akan memudahkan siswa dalam memahami materi,
metode pembelajaran make a match ini sangat memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika. Strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode “make a match”.
Selain itu, pendekatan ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif.
Oleh karena itu dalam melakukan penelitian akan digunakan metode yang disebut
dengan “make a match” yang akan menghasilkan deteksi keberadaan siswa kelas II SD
Negeri 233 Palembang.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
selama 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Model penelitian yang digunakan
sesuai dengan model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Menurut
Kemmis dan Mc Taggart (1988:6) (dalam Asrori Rusman, 2020:23), penelitian tindakan
kelas adalah studi yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi seseorang
dan pengalaman kerja. Penelitian ini dilakukan secara sistematis dan terencana, dengan
fokus pada peningkatan diri.
Jenis PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis partisipasi. Menurut
Aqib (dalam Prasetyo, 2021:36) jenis penelitian tindakan kelas eksperimental, ialah
dilakukan oleh peneliti (dalam hal ini guru) untuk secara efektif dan efisien menerapkan
berbagai pendekatan pembelajaran, model, metode, atau strategi dalam konteks
pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, memungkinkan ada beberapa strategi
atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai tujuan instruksional. Melalui pelaksanaan
penelitian aksi kelas ini, diharapkan peneliti akan dapat mengidentifikasi cara yang
paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Adapun alur penelitian ini berdasarkan alur siklus yang dikemukakan oleh Djajadi
(2019) yang meliputi tahapan:
1. Perencanaan, yaitu tahap merencanakan kegıatan yang akan dilakukan;
2. Pelaksanaan, yaitu merealisasikan rencana yang telah dirancang;
3. Pengamatan, yaitu mengamati penelitian yang telah dilakukan untuk melakukan
perbaikan di siklus berikutnya untuk mencapai tujuan penelitian dan;
4. Refleksi yaitu melihat dan merenungkan kembali apa yang telah dilakukan dan
dampak yang terjadi.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar:
Gambar 1. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (Djajadi, 2019)
Pelaksanaan penelitian di kelas II SD Negeri 233 Palembang semester ganjil tahun
ajaran 2023/2024 yang berjumlah 25 orang. Analisis data kualitatif pada PTK ini adalah
cara untuk memahami dan menginterpretasikan data yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, atau catatan lapangan. Dalam analisisnya, data dianalisis secara
mendalam dengan memperhatikan konteks dan makna yang berguna dalam
merencanakan perbaikan dan pengembangan praktik pembelajaran yang lebih optimal.
Pada PTK, analisis data kualitatif membantu guru memahami secara mendalam
pembelajaran dari perspektif kualitatif, seperti perasaan siswa, interaksi sosial, atau
kontekstual yang mempengaruhi pembelajaran. Hasil analisis ini memberikan temuan
data yang relevan dan valid untuk mengatasi persoalan berkaitan dengan hasil belajar
siswa.
Sebelum melakukan perbaikan pada mata pelajaran Matematika dengan daytime
activities kebanyakan siswa tidak fokus dan kurang memperhatikan guru di kelas siswa
lebih senang bermain dan fokus pada kegiatannya masing-masing. Oleh karena itu
peneliti meminta bantuan rekan lainnya. Langkah analisis pembuatan penelitian:
a) Mengumpulkan data dari hasil tes dan observasi siswa;
b) Pada penetapan standar nilai siswa yakni, standar lengkap (65–100) dan
standar tidak memadai (0-60);
c) Pada penetapan kriteria aktivitas siswa yang punya beberapa standar yaitu
kriteria sangat baik (80–100), cukup baik (65–70), dan buruk (0–60).;
d) Informasi aktivitas siswa belajar dari hasil observasi siswa pada setiap siklus,
selama proses memperoleh pengetahuan melalui observasi beberapa standar
yang ditentukan. Setelah itu diperiksa dan digunakan rumus untuk
menentukan rata-ratanya;
e) Kemudian tujuan pembelajaran kemudian diperiksa melalui tes perbandingan
antar siklus dan metrik kinerja.
Perbandingan hasil tes dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan
hasil analisis ini dapat dikembangkan untuk menilai kedalaman pemahaman siswa
terhadap matematika untuk memperoleh nilai tes formatif.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu make a match yang
mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerjasama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan
mencari pasangan dengan dibantu kartu (Prasetyo, 2021). Penelitian yang dilakukan
oleh (Noviyanto, 2022) menyimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa
pada materi pelajaran Biologi setelah diterapkannya model pembelajaran tipe make a
match.
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas II Sekolah Dasar
Negeri 233 Palembang tahun ajaran 2023–2024 dengan Jumlah siswanya yang terdiri
dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Tema yang diangkat pada siklus I
adalah Tema : 3 (Kegiatanku) / subtema : Kegiatan Siang (Subtema 2). Jadwal
pembelajaran ke 3 pelaksanaan khususnya siklus I dan II Tema: 3 (Kegiatanku)/subtema
daytime activities (Subtema 2) jadwal pembelajaran ke 6 pelaksanaan siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum memulai tindakan, pertama-tama diadakan prasiklus pada hari Senin, 16
Oktober 2023 Untuk memastikan pemahaman awal dan kesiapan murid dalam
menerima pembelajaran. Pada hasil prasiklus peneliti menemukan banyak sekali nilai
siswa yang belum mengikuti KKM (Ketuntasan 70). Murid masih kesulitan dan bingung
dalam mengenal bilangan. Guru kemudian mulai masuk ke pembelajaran dan
menyiapkan kartu perkalian. Guru kemudian membimbing peserta didik untuk mengenal
kartu perkalian tersebut untuk mengenal kartu perkalian. Kegiatan ini dilakukan untuk
peserta didik Guru kemudian membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Setiap
kelompok menyusun kartu perkalian seperti disajikan pada Gambar 2:
Gambar 2. Pelaksanaan Diskusi Siklus 1

Tabel 1. Nilai Hasil Pendidikan Murid pada PraSiklus

No Nilai Jumlah Murid Presentase%


1 0 – 10 - -
2 11 – 20 - -
3 21 – 30 5 23%
4 31 – 40 4 18%
5 41 – 50 2 9%
6 51 – 60 6 27%
7 61 – 70 5 23%
8 71 – 80 - -
9 81 – 90 - -
10 91 – 100 - -
TOTAL 100%

Tabel 1 menunjukkan apa yang bisa dilihat bahwa tujuan belajar siswa di pra siklus
nilai siswa yang memenuhi syarat KKM berjumlah 8 (23%) orang dari 25 siswa,
sedangkan sisanya 17 (77%) siswa tidak memenuhi standar KKM. Data di atas
memperlihatkan masih banyak siswa yang tidak mencapai KKM karena tenaga pengajar
saat mengajar masih menggunakan metode lama dalam bentuk ceramah dan gagal
menggunakan media yang menarik minat siswa, sehingga kerap kali siswa tidak
memperhatikan guru dan tidak fokus mengerjakan tugas. Maka perlu dilakukan
perbaikan pada pembelajaran siklus I. Menurut Magdalena (2021) menyatakan bahwa
dengan menggunakan media pendidikan untuk menyajikan konten di kelas akan
membuat siswa lebih terlibat dalam pembelajarannya, dengan penggunaan media
merangsang anak untuk bertanya dan dan yang penting merespon positif guru saat
mengajar di kelas. Sebelum melakukan perbaikan pada pendidikan siklus I, hasil belajar
dalam situasi ini nilai murid pada pra siklus 25 siswa yang mencapai KKM hanya 23%,
sisanya 77% siswa gagal memenuhi KKM yang ditetapkan, oleh karena itu hasil tersebut
harus diperbaiki memanfaatkan penelitian tindakan di kelas (PTK).
Perencanaan pada awal perbaikan disusun dalam upaya meningkatkan hasil belajar
bagi siswa proses pendidikan dengan cara memanfaatkan media kartu angka. Langkah-
langkah yang harus ditempuh adalah membuat rencana perbaikan dibantu oleh
supervisor 2 dan penilai, dengan mempersiapkan media pembelajaran, penelitian
mempersiapkan lembar pelaksanaan dan mempersiapkan pelaksanaan terhadap Kegiatan
Siang Hari, mempersiapkan lembar kerja siswa tentang Bilangan (Nilai Tempat),
mempersiapkan lembar pelaksanaan untuk akhir tindakan pada siklus I. Kemampuan
numerik dasar adalah keterampilan yang dimiliki setiap anak dalam bidang matematika,
seperti: kegiatan penyortiran, penghitungan, dan manipulasi angka untuk meningkatkan
kemampuan tersebut yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Nuhidayah, et al.,
2019).
Pelaksanaan Strategi pembelajaran dengan penggunaan media kartu angka ini
dipilih karena siswa mengharapkan hasil belajarnya meningkat dan dapat memecahkan
persoalan tentang Bilangan (Nilai Tempat). penggunaan media kartu angka membuat
siswa mampu memecahkan masalah pada persoalan tentang bilangan dan hitungan
yang diberikan guru. Pelaksanaan perbaikan pertama dimulai pada tanggal 26
November 2023 dengan pokok bahasan tentang Nilai Tempat.
Pada tahap melaksanakan pengamatan dari tujuan pembelajaran siswa dapat
diambillDari hasi tes pada siklus 1 diketahu hasilnya sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1

No Nilai Jumlah Siswa Presentase%


1 0 – 10 - -
2 11 – 20 - -
3 21 – 30 - -
4 31 - 40 - -
5 41 – 50 6 27%
6 51 – 60 4 18%
7 61 – 70 7 32%
8 71 – 80 5 23%
9 81 – 90 - -
10 91 – 100 - -
100%

Dari sajian pada tabel 2 diketahui hasil belajar siswa di siklus I, nilai yang memenuhi
standar KKM hanya 15 (55%) siswa dari 25 orang siswa, sementara sisanya 10 (45%)
orang siswa yang tidak mencapai KKM. Lebih meningkat dibandingkan prasiklus nilai
siswa yang mencapai KKM hanya 5 (23%) dikarenakan Guru dalam mengajar masih
menggunakan metode lama dalam bentuk ceramah dan gagal menggunakan media
yang menarik minat siswa, jadi siswa tidak memperhatikan guru dan tidak fokus
mengerjakan tugas sehingga kebanyakan tidak mencapai KKM.
Pembelajaran siklus I juga melakukan kegiatan refleksi setelah melakukan
observasi dan diskusi dengan pengawas tentang perbaikan. Hasil refleksi menunjukan
masih banyak siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
karena tidak banyak kartu angka pada media dan angkanya tidak terlihat sehingga
beberapa siswa menemukan sulit menjawab pertanyaan guru. Permasalahan ini diatasi
guru dengan membuat kartu bernomor lebih banyak pada siklus II. Kelebihannya
adalah siswa dapat lebih fokus dan memperhatikan guru selama proses pembelajaran
meskipun masih ada siswa yang tidak mencapai KKM. Pada siklus pertama
kemampuan selain itu kefokusan siswa pada pembelajaran matematika sangat tinggi,
walaupun pada proses pembelajaran siklus I dengan media kartu angka belum begitu
memenuhi standar kriteria KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Sehingga upaya
dalam meningkatkan hasil belajar siswa siklus I melalui media kartu angka belum
berjalan dengan sempurna.
Penilaian observasi (pengamatan) yaitu cara menelusuri pertumbuhan setiap
siswa dari awal hingga tumbuh dengan sangat baik sesuai dengan harapan. Langkah
selanjutnya adalah penilaian kinerja, yaitu tugas dimana siswa menyelesaikan tugas-
tugas seperti menulis angka di papan tulis di bawah bimbingan guru. Langkah terakhir
adalah checklist yang diisi setiap hari oleh guru dan melihat perkembangan anak dari
segi kognitif, fisik, dan motorik, serta sudah berkembang atau belum (Widodo, 2020:
23).
Perencanaan menurut Siklus I merupakan hasil refleksi yang menunjukkan
hasil pendidikan murid masih belum optimal, setelah itu siswa belajar perlu diadakan
siklus II. Pada siklus II disusun rencana tindak lanjut. Pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebagai bagian dari latihan perencanaan ini. sumber pengajaran
Kegiatan Siang Hari, Tema 3, Subtema 2 (menempatkan nilai bilangan) dan lembar
observasi yang digunakan untuk pertemuan selanjutnya. Pelaksanaan siklus kedua ini
pada tanggal 06 November 2023 dengan pokok bahasan Kegiatan Siang Hari (nilai
tempat bilangan), bertujuan agar siswa mampu menentukan nilai tempat bilangan 11
sampai 20 dengan tepat menggunakan media kartu angka.
Hasil pengamatan dari siklus II merupakan dari hasil kesimpulan perbaikan
pada siklus I. Pengamatan siklus II adalah puncak keberhasilan dari siklus pertama,
nilai diperoleh siswa pada siklus kedua mengalami peningkatan dan bisa dikatakan
berhasil. Refleksi Hasil diskusi dengan supervisor 2 dan penilai diperoleh hasil
perbaikan menunjukkan peningkatan yang signifikan, terbukti dari siswa lebih cepat
tanggap dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, walaupun masih ada beberapa
siswa yang menjawab dengan salah. Sehingga pengamatan dapat menemukan
kekurangan dan kelebihan secara tepat. Peningkatan hasil tes dan prestasi akademik
siswa terlihat jelas dari Tabel 3 ditunjukkan di bawah ini.

Tabel 3. Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2

No Nilai Jumlah Siswa Persentase%


1 0 – 10 - -
2 11 – 20 - -
3 21 – 30 - -
4 31 – 40 - -
5 41 – 50 - -
6 51 – 60 2 9%
7 61 – 70 3 14%
8 71 – 80 15 68%
9 81 – 90 2 9%
10 91 – 100 - -
100%

Setelah diadakan tes kembali, Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar
siswa yang cukup signifikan. Sudah ada sebesar 17 siswa yang mencapai tingkat KKM
(77%) sedangkan yang belum memenuhi standar KKM, sebanyak 5 siswa (23%) dari
jumlah 22 siswa. Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan strategi
khusus yang memudahkan pembelajaran bagi siswa. Sebagai gambaran,
menyelesaikan tugas individu sebagai anggota kelompok ataupun menurunkan rasa
bosan jika guru menugaskan siswa dalam kelompok. Hal ini melibatkan pengawasan
awal siswa dan penemuan pendekatan yang cocok. Peneliti dapat memanfaatkan
model pembelajaran make a match sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan
tujuan dan kegiatan pembelajaran matematika (Saputri, 2019).
Pada tahap perencanaan pembelajaran siklus II, dilakukan inisiatif untuk
meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dengan
merumuskan masalah berdasarkan refleksi siklus I. Dengan menyiapkan media kartu
angka sebanyak-banyaknya, menyiapkan lembar tugas untuk diselesaikan oleh siswa
serta penilaian formatif untuk memastikan seberapa besar pelajar mengalami
peningkatan dan perubahan data siswa. Keaktifan dan fokus siswa juga sudah terlihat
pada siklus kedua ini, pada tahap siklus kedua ini penerapan media kartu angka sudah
dapat digunakan dengan baik. Penggunaan kartu yang sebanyak mungkin,
menjadikan pembelajaran siswa meningkat. Proses siswa menguasai materi pelajaran
dipandang sebagai pembelajaran sudah dipelajari, semakin baik mutu belajar yang
dilakukan guru akan baik juga perolehan hasil belajar nilai siswa yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau skor.

Setelah melakukan penelitian di kelas II Sekolah Dasar Negeri 223 Palembang


kapasitas siswa dan fokus siswa pada pembelajaran matematika sangat tinggi, padahal
pada proses pembelajaran siklus I dengan media kartu bilangan tidak memenuhi
standar kriteria yang ditetapkan KKM sebesar 70. Jadi upaya peningkatan tujuan
pembelajaran bagi siswa dalam siklus I tersebut dengan media kartu bilangan belum
berjalan dengan sempurna, karena masih tanggapan siswa dinyatakan dalam bentuk
nilai atau skor diajukan oleh guru karena media kartu bilangan belum banyak sehingga
sebagian siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan guru. Hal inilah yang
menyebabkan hasil belajar siswa belum maksimal. Dari 25 murid, hanya 12 murid
(55%) yang lulus di KKM, sisanya 10 murid (45%) belum mencapai KKM serta fokus
dan keaktifan siswa dalam memperhatikan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dalam upaya peningkatan pembelajaran pada
siklus kedua, ternyata pemahaman memanfaatkan media dengan kartu angka
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Memahami dan
menciptakan proses pembelajaran yang membangkitkan minat siswa mengarah pada
siswa tertarik serta fokus selain itu mengembangkan kemampuannya. Media kartu
bilangan ini juga dapat memberikan fokus dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran matematika. Dari hasil pembelajaran dengan menggunakan
media kartu angka sangat terlihat adanya signifikansi kenaikan hasil akademis yang
diperoleh siswa. Guru tidak lagi hanya mengajari dengan ceramah namun sekarang
dilengkapi memanfaatkan media kartu angka, hasil belajar jumlah murid yang lebih
banyak meningkat karena siswa lebih semangat dan tertarik untuk belajar terutama
dalam pembelajaran matematika (Kadir dan Nadjamuddin, 2020).
Penggunaan media kartu bilangan berdampak positif terhadap kemampuan
awal berhitung. Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran
meningkatkan minat anak dalam belajar dan memudahkan mereka dalam memahami
materi pelajaran. Hal ini konsisten dengan penelitian. Hajerah (2021) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara independen (X) dan dependen (Y) dapat
meningkatkan kemampaun berhitung kelompok.
Menurut Deby Ambarwati (2021) pengenalan bilangan dengan menggunakan
media gambar yang dilakukan pendidik untuk membantu anak-anak menjadi lebih
mampu secara kognitif terhadap bilangan 1 sampai 10 adalah metode pendidikan yang
menarik dan menawan bervariasi membantu kemampuan kognitif siswa. Zaman
modern seperti sekarang guru harus menggunakan media supaya siswa lebih tertarik,
sehingga yang awalnya pembelajaran matematika menakutkan menjadi pelajaran yang
menyenangkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam upaya memperbaiki pembelajaran siklus
II, ternyata pemahaman bersama mengunakan media dengan kartu angka internal
meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran matematika. Karena dengan
pemahaman dan menciptakan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa membuat
siswa tertarik dan fokus dalam mengembangkan kemampuannya. Media kartu angka
ini juga dapat memberikan fokus dan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran matematika. Dari hasil pembelajaran menggunakan media kartu angka
sudah sangat terlihat jelas pada siklus II ini dimana tujuan belajar siswa II meningkat
dan mencapai standar KKM dilihat dari 15 murid (84%) yang sementara itu tiba di
KKM 10 murid (16%) yang masih dibawah ambang batas KKM.
Hal ini selaras dengan studi ilmiah dari Magfirah, et al., (2022) bahwa guru
hendaknya memaksimalkan minat belajar siswa dengan memberikan variasi model
pembelajaran dalam pelajaran matematika untuk meminimalisir rasa bosan pada diri
siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan. Salah
satunya adalah dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match.
Pemanfaatan kartu dalam upaya pendidikan digemari oleh siswa (Hadiyanti,
2021), dilibatkannya siswa dalam kegiatan belajar adalah sarana di mana mereka dapat
membangun pemahaman mereka sendiri yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
sedang dipelajari. Melalui penerapan latihan kooperatif dari variasi make a match, siswa
tidak hanya memperoleh pengetahuan dari guru secara tetapi juga didapatkan dari
teman-teman dikelasnya. Adanya pembelajaran yang interaktif dalam kegiatan belajar
membuat pengalaman belajar lebih signifikan, sehingga memfasilitasi pencapaian
keberhasilan pendidikan melalui penyelesaian soal secara bersama.
Dibawah ini merupakan data pengamatan kemampuan membaca pemulaan
kegiatan Siklus I dan Siklus II ditunjukkan pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Catatan prestasi siswa selama kegiatan perbaikan pembelajaran


Nilai
No Catatan Prestasi Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 60 70
2 Nilai Tertinggi 80 95
3 Nilai Rata-Rata Kelas 70 83

Hasil observasi menunjukan bahwa pada kegiatan perbaikan pembelajaran di


siklus I terdapat 20 orang siswa mulai terlihat aktif berinteraksi dan memberikan
perhatian terhadap pelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor
salah satunya adalah siswa mulai memiliki ketertarikan dengan metode yang diberikan
oleh guru di dalam kelas. Pada kegiatan siklus I, 20 orang siswa mulai terlihat aktif
menyebutkan berbagai macam huruf di dalam kartu perkalian yang diberikan oleh guru
dan mulai merangkai huruf tersebut menjadi beberapa kata. Dalam kegiatan siklus I ini
juga terdapat 5 orang siswa yang belum terlihat begitu aktif selama kegiatan
pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa tersebut belum terbiasa dengan metode yang
diberikan. Pada kegiatan siklus II siswa diperkenalkan dengan kartu perkalian
bergambar yang menarik. Dengan media tersebut metode eja yang digunakan pada
siklus II menjadi lebih menarik perhatian siswa sehingga menyebabkan tingkat siswa
yang mulai aktif selama pelajaran menjadi bertambah. Berdasarkan data hasil observasi
20 dari 25 siswa mulai aktif selama proses belajar mengajar. Ini menunjukan dengan
media kartu perkalian mmapu menarik minat dan perhatian siswa dalam pelajaran
matematika terkait dengan perkalian dasar. Terdapat 1 orang siswa terlihat kurang aktif
dalam kegiatan belajar mengajar selama siklus II. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
beberapa faktor termasuk faktor eksternal di luar metode pembelajaran. Guna
memperlihatkan hasil dari setiap siklus, sehingga dibuat catatan prestasi yang mencakup
nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus yang
ditampilkan sebagai berikut:

100
90
80
70
60
95 Nilai
80 83
50
40 70 70 Nilai Tertinggi
60
30 Nilai Rata-Rata
20
10
Gambar Siklus I Nilai Tertin Siklus II Pindah
Gambar 3. Catatan Prestasi Siswa Selama Kegiatan Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil evaluasi setiap siklus menunjukan
bahwa metode yang dipilih memilki peranan penting dalam meningkatkan prestasi siswa
kelas II SDN 233 Palembang dalam mata pelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya nilai tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata kelas pada setiap siklusnya. Hal ini
dapat terjadi salah satunya dikarenakan metode make a match yang dilakukan menarik
perhatian dan minat siswa selama proses belajar mengajar. Ketertarikan ini menyebabkan
siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan sehingga prestasi dan
kemampuannya menjadi meningkat dari sebelumnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua tahap, yaitu
siklus I dan siklus II, bahwa metode perkalian dengan bantuan penggunaan kartu perkalian
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam membaca permulaan pada pelajaran
matematika siswa kelas II di SDN 233 Palembang. Dari keseimpulan tersebut bahwa guru
sebagai pendidik harus bisa menerapkan proses strategi pembelajaran yang tepat dan
bervariasi berdasarkan dari pertumbuhan setiap peserta didik.
Teknik mengeja hendaknya dimanfaatkan untuk menumbuhkan kemampuan membaca
perkalian siswa di kelas rendah, strategi mengeja kartu perkalian dijadikan sebagai
keberhasilan dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, pembelajaran hendaknya
dibuat lebih cemerlang dan menarik, sebaiknya pembelajaran interaktif tidak hanya bersifat
satu arah pembelajaran, dan refleksi diri menjelang akhir pertemuan hendaknya dilakukan
untuk mencapai kualitas pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, D. (2021). Mengembangkan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Angka


Dengan Media Kartu Angka Bergambar Pada Peserta Didik Kelompok A Di PAUD
Permata Jember (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad
Siddiq Jember).

Asrori & Rusman. (2020). Classroom Action Research Pengembangan Kompetensi Guru.
Purwokerto: CV. Pena Persada.

Dewi, S. L. (2021). Pengaruh Metode Mengajar Terhadap Minat Belajar Siswa Sekolah
Dasar Pada Pelajaran Matematika. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif), 4(4), 755-764. DOI 10.22460/jpmi.v4i4.755-764

Djajadi, Muhammad. (2019). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).


Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Ganefi, R. (2020). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Penugasan Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Pringkuku Tahun Pelajaran
2019/2020 (Doctoral dissertation, STKIP PGRI PACITAN).

Gosachi, I. M. A., & Japa, I. G. N. (2020). Model Pembelajaran Make A Match Berbantuan
Media Kartu Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pedagogi Dan
Pembelajaran, 3(2), 152–163. https://doi.org/10.23887/jp2.v3i2.25260

Hadiyanti, A. H. (2021). Pengembangan Media Kartu Permainan IPA untuk Perkuliahan


IPA Biologi. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4356-4362.
doi:https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i6.1336

Hajerah, H. (2021). Pengaruh Penggunaan Media Kartu Angka terhadap Kemampuan


Berhitung Permulaan di Taman Kanak-kanak. Tematik, 5(1), 42-49.
DOI: 10.26858/tematik.v5i1.19713

Hamalik, O. (2019). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Kadir, D. M., & Nadjamuddin, A. (2020). Penerapan Metode Example Non Example dalam
Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika di Kelas II SD Negeri 4
Limboto Kabupaten Gorontalo. Educator: Directory Of Elementary Education
Journal, 1(2), 107-121. https://doi.org/10.58176/edu.v1i2.166

Lestari, L. D. (2020). Pentingnya mendidik problem solving pada anak melalui


bermain. Jurnal Pendidikan Anak, 9(2), 100-108. DOI: 10.21831/jpa.v9i2.32034

Magdalena, I., Roshita, R., Pratiwi, S., Pertiwi, A., & Damayanti, A. P. (2021). Penggunaan
Media Gambar dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV di SD Negeri 09
Kamal Pagi. PENSA, 3(2), 334-346.

Maghfirah, S., Susanna, S., & Saminan, S. (2022). Implementasi Pembelajaran Fisika
Menggunakan Laboratorium Virtual di SMA Negeri 1 Seulimeum. Jurnal Serambi
Akademica, 10(2), 136-142. https://doi.org/10.32672/jsa.v10i2.4057

Noviyanto, T. S. H., Susanti, B. H., & Khairunnisa, S. (2022). Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 572-581.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1855

Nurhidayati, S., & Rahayu, A. (2019). Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Tematik di
Sekolah Dasar. In Prosiding Seminar Nasional PGSD UST (Vol. 1).

Prasetyo, Adirasa Hadi. (2021). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Inspiratif.
Indramayu: Penerbit Adab.

Saputri, D. N., Winarni, E. W., & Gunawan, A. (2019). Pengaruh Pemanfaatan Hutan
Mangrove sebagai Sumber Belajar IPA terhadap Sikap Peduli Lingkungan Siswa
Kelas IV SD Kota Bengkulu. JPGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 12(2), 150-158. https://doi.org/10.33369/pgsd.12.2.150-158

Sulistyowati, T. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. BASIC EDUCATION, 7(30), 2-976.

Widodo, A., Indraswasti, D., Erfan, M., Maulyda, M. A., & Rahmatih, A. N. (2020). Profil
minat baca mahasiswa baru PGSD Universitas Mataram. Premiere Educandum:
Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 10(1), 34.
http://doi.org/10.25273/pe.v10i1.5968

Anda mungkin juga menyukai