PENDAHUL UAN
Pada kurikulum 2006 yang berorientasi pada pengembangan kompetensi yang dimiliki
siswa, keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator saja. Sehingga bertujuan agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan berhitung yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari; bersikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dan guru mempunyai peranan penting, guru
harus melaksanakan proses dan siswa harus mengikuti proses belajar. Menurut Nasution
(2000:99) : “Belajar adalah mengalami sesuatu. Proses belajar adalah berbuat, bereaksi,
mengalami dan menghayati”.
Menurut Sri Anitah W, dkk (2011:5.25), salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah metode demonstrasi. Dimana cara salah satu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus
dapat memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemonstrasi.
Demikian halnya, penulis yang juga guru di SDIT Gema Insan Mandiri yang
dalam dinamika pekerjaan sebagai guru, tak luput mengalami berbagai kejadian maupun
suka-duka dalam bertugas, meskipun yang dirasakan dan dialami banyak mengalami
kebahagiaan sebagai seorang guru, terlebih apabila siswa yang dididik dapat
menunjukkan perubahan ke arah lebih baik, baik dari sisi kecerdasan intelektual,
perasaan maupun sikap atau moralnya. Namun dalam aktifitas pembelajaran di
kelas terkadang mengalami masalah yang perlu diatasi, baik dari aspek psikologis
ataupun motivasi siswa maupun aspek strategi, pendekatan, metode atau teknik
pembelajaran dalam mengetengahkan materi ajar.
SDIT Gema Insan Mandiri yang beralamat di Jalan Samudra No.6&8, Jakarta Utara
ini memiliki tiga kelas untuk kelas satu, dua, dan tiga serta belum memiliki lulusan.
Dalam satu ruang kelas jumlah siswa dan siswinya berjumlah 30 orang. Dengan rata-
rata siswa bertempat tinggal di wilayah Rawabadak Selatan, Koja dan sekitarnya.
Pencapaian persentase ketuntasan di kelas dua secara perorangan dan ketuntasan
kelasnya di semester I ini untuk pelajaran Matematika tentang nilai tempat termasuk
nilainya masih rendah. Sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan perbaikan-
perbaikan pembelajaran Matematika pada materi nilai tempat dengan penggunaan
metode demonstrasi melalui penelitian tindakan kelas, melalui penggunaan metode
demostrasi dan meningkatkan sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan
perbaikan pembelajaran matematika pada materi nilai tempat dengan penggunaan
metode demonstrasi dan meningkatkan kreativitas pengajaran demi pemahaman siswa
melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, penulis fokus pada penelitian tentang
"Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang nilai tempat melalui metode demostrasi pada
siswa kelas II SDIT Gema Insan Mandiri, Jakarta.”1. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dialami di SDIT Gema Insan Mandiri, khususnya konsep Kelas II
tentang memahami nilai tempat pada pelajaran Matematika dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Kondisi kelas yang kurang kondusif saat pembelajaran (siswa tidak focus pada
guru)
2. Guru menjelaskan pelajaran secara monoton
3. Peserta didik cenderung pasif
4. Peserta didik kurang merespon interaksi guru
5. 60% siswa tidak dapat menjawab ketika eveluasi dengan baik
2. Analisis Masalah
3. Alternatif Masalah
Untuk mengatasi masalah pembelajaran Matematika kelas II tentang memahami
nilai tempat, siswa kelas II SDIT Gema Insan Mandiri, seorang guru harus:
1. Guru seharusnya menguasai kelas
2. Guru memposisikan tempat duduk dengan baik
3. Menggunakan metode demonstrasi atau bermain peran
4. Guru menggunakan alat peraga untuk membantu imajinasi siswa
5. Guru melakukan interaksi timbal balik dengan siswa
6. Guru melakukan Tanya jawab di sela-sela pembelajaran
7. Siswa harus lebih bertanya pada materi yang sulit dipahami
8. Guru menyederhanakan bahasa yang disampaikan ke siswa
9. Guru memperkaya siswa dengan contoh di lingkungan sekitar
10.Guru mengulangi penjelasan pada materi yang sulit
B. Rumusan Masalah
Sedangkan Menurut Carr & Kemmis (McNiff, 1991, p.2) dalam I.G.A.K Wardani&
Kuswaya Wihardit Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by
participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational)
situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or
educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (
and instutuions) in which the practices are carried out. Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa:
1. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi social, termasuk situasi pendidikan.
4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
B. Hakikat Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Belajar
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan). Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.
Menurut Gagne dalam Hardini (2012:4), belajar adalah suatu proses yang kompleks
dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang
berasal dati lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Menurut Slavin (2000:143) seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Skinner dalam Suhendro (2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia
tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, 2) Respons si
pembelajar, konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut, 3) Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons
si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi
teguran dan hukuman.
Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat, yang disebabkan
adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Sehingga dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan
respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus
dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Hasil belajar merupakan sebuah pencapaian peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran. Di mana hasil tersebut tertuang dalam sebuah nilai dan skala sikap. Hasil
belajar tidak hanya berorientasi pada nilai namun seperti halnya tujuan dari belajar, hasil
belajar diharapkan dapat merubah tingkah laku.
2. Hasil Belajar
Purwanto (2010:44) berpendapat tentang hasil belajar bahwa “hasil belajar sering
kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana seseorang menguasai
bahan yang sudah diajarkan”. Hasil belajar menurut Hamalik (2001:30) adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Gestalt dalam Susanto (2013:12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa dalam arti kemampuan berpikir
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun
rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru,
sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan keluarga, dan lingkungan.
Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009:22) mengklasifikasikan jenis-jenis hasil belajar ada
tiga yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada penelitian ini dibatasi
pada hasil belajar ranah kognitif saja.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya yang di akhir pelajarannya dilihat tes yang telah diberikan. Jika hasil tes bagus maka si
anak dikatakan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya jika hasil tes yang diberikan hasilnya jelek
maka si anak dikatakan kurang berhasil dalam belajarnya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang dalam waktu tertentu atau dengan perkataan lain hasil perubahan tingkah laku dalam
waktu tertentu.
Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang hal berdasarkan
kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007:76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Menurut Gagne dalam Sumarno (2011:56-57) hasil belajar merupakan kemampuan
internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah
menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Jadi
hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam
bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.
Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs dalam Taruh (2003:17)
yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau
nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Rasyid (2008:9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses
pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan
demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan
seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan
memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa
pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka.
Bloom dan Kratwohl dalam Usman (1994:29) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom dalam Usman (1994:29) membagi
ranah kognitif menjadi enam bagian, yaitu:
Hasil belajar menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.
Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas (2006:125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan
dengan pendapat itu, maka Murni (2010:18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan
telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu obyek.
Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi
Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau
kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau
keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne dalam Sudjana (2010:22) mengembangkan
kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain; 1) hasil belajar intelektual
merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; 2) strategi kognitif yaitu
mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk
kemampuan memecahkan masalah; 3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah
intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; 4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta; 5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk
lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambangsiswa adalah perubahan
berupa keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan dan
apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor melalui perbuatan
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki Siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Anak memiliki kematangan untuk belajar, karena pada masa ini dia sudah siap
untuk menerima kecakapan-kecakapan baru yang diberikan oleh guru di sekolah. Pada
masa prasekolah belajar lebih difokuskan pada “bermain”. Sedangkan pada masa sekolah
dasar aspek intelektualitas sudah mulai ditekankan.
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang
praktis;
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar;
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus,
para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-
faktor;
d. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya;
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah;
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat
bermain bersama-sama;
g. Peran manusia idola sangat penting. Pada umumnya orang tua dan kakak-kakaknya
dianggap sebagai manusia idola yang paling sempurna, oleh karena itu guru sering kali
dianggap sebagai manusia yang serba tahu.
Anak usia Sekolah Dasar termasuk pada perkembangan operasi konkret. Mereka
mampu berfikir secara logis dan kuantitatif, mampu berperilaku obyektif dalam mengkaji
kejadian. Kemampuan ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasi obyek sesuai
dengan klasifikasinya, tata urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang
lain dan kemampuan berfikir deduktif. Mereka mampu untuk memusatkan perhatian pada
beberapa atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersama dan mengerti
hubungan antar dimensi.
Usia 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun termasuk dalam tahap periode
operasional konkrit. Pada periode ini anak memiliki kemampuan mengklasifikasikan angka-
angka atau bilangan, mulai mengkonservasikan pengetahuan tertentu, kemampuan proses
berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan
obyek-obyek yang bersifat terikat.
Ada empat tugas utama yang harus dikuasai anak dalam perkembangan
bahasanya. Tugas-tugas ini terjalin satu sama lainnya. Dan pencapaian yang berhasil dalam
salah satu tugas merupakan persyaratan bagi keberhasilan yang lain. Keempat tugas itu
adalah:
1. pemahaman
2. perbendaharaan kata
3. membuat kalimat
4. ucapan
Perkembangan terjadi pada siswa di sekolah dasar dapat pula dilihat dalam
perkembangan penghayatan keagamaan. Perkembangan ini dapat dikategorikan dalam
perkembangan afektif.
1.Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah peserta didik kelas II SDIT Gema Insan Mandiri yang berjumlah
30 orang siswa. Tujuan pengambilan subjek ini adalah untuk menghitung hasil belajar dan
Ketuntasan Belajar Minimal siswa dari pengamatan hasil belajar yang ditetapkan yaitu
sebesar 75.
2.Tempat Penelitian
3. Mata Pelajaran
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dari tanggal 10 Oktober 2021 sampai dengan 22 Oktober 2021. Rincian
seperti tercantum dalam tabel.
Tabel 3.1
Gambar 3.1
Dalam Gambar 3.1 siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran penelitian ini, prosedur
perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti terdiri dari tiga siklus, yang diawali dari
Prasiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
1. Rancangan/ perencanaan.
Sebelum mengadakan perbaikan. Peneliti telah mengidentifikasi masalah yang diperoleh
sehingga diperlukan perbaikan dalam pembelajaran atau disebut Prasiklus 1.
2. Pelaksanaan dan pengamatan.
Kegiatan ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran serta
mengamati pengaruh pendekatan saintifik dan demonstrasi yang digunakan terhadap
pemahaman dan hasil belajar siswa.
3. Refleksi.
Dalam kegiatan refleksi, peneliti melakukan analisa, menginterpretasikan, dan menyimpulkan
pengaruh dari tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh rekan sejawat. Melalui refleksi, akan dapat diketahui aspek yang
belum dan telah dicapai, serta aspek mana yang perlu dilakukan perbaikan pada
pembelajaran/siklus berikutnya.
4. Revisi rencana.
21
21
Rencana yang telah di buat apabila memenuhi hasil yang diharapkan kemudian dilakukan
revisi/perbaikan.
1) Siklus 1
a. Perencanaan
1. membuat Rencana Pembelajaran (RP)
2. membuat alat dan instrumen evaluasi
3. menyiapkan buku catatan kejadian selama pembelajaran
b. Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. guru memberikan apersepsi
3. guru meminta siswa untuk menggambarkan beberapa contoh nilai tempat
pada bilangan di papan tulis
4. guru memberikan motivasi
5. guru menunjukkan nilai tempat pada contoh di papan tulis
Kegiatan Inti
22
22
Dari hasil pengamatan yang sudah dlakukan Supervisor 2 terhadap pembelajaran
Prasiklus yang sudah di lakukan berdasarkan jurnal, kelebihan peneliti adalah sudah
menguasai materi dengan baik dan guru sudah baik dalam menguasai kelas.
Kelemahan pembelajaran Siklus 1 yang dilakukan peneliti adalah
23
23
b. Pelaksanaan
Kegiatan awal
1. guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. guru memberikan apersepsi
3. guru meminta siswa untuk menggambarkan contoh nilai tempat pada bilangan di
papan tulis
4. guru memberikan motivasi
5. guru menunjukkan nilai tempat pada bilangan
Kegiatan inti
1. guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan kertas karton sebagai
alat peraga.
2. guru memberikan contoh mengenai materi pembelajaran dengan memperagakan
bentuk nilai tempat pada bilangan yang melibatkan siswa.
3. guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab.
4. guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta beberapa siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis.
5. guru mengkoreksi dan memantapkan jawaban siswa
6. guru memberikan tugas individu.
7. guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa
8. guru mempresentasikan jawabannya di depan kelas
9. guru memberikan koreksi dan penguatan atas jawaban siswa
Kegiatan penutup
1. guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari hari
ini
2. guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah
c. Pengamatan/Observasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Supervisor 2 terhadap pembelajaran
Siklus 1 yang sudah dilakukan (berdasarkan jurnal pembimbingan dan lembar observasi
kinerja guru), kelebihan peneliti adalah;
1. Sudah menggunakan media dalam pembelajaran;
2. Sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran; dan
3. Guru sudah mengaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
24
24
Solusi yang diberikan Supervisor 2 kepada peneliti adalah guru harus membuat
media pembelajaran atau strategi pembelajaran yang membuat siswa aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran
d. Refleksi
Menurut penulis, kelebihan pembelajaran dalam Siklus 2 ini yaitu penulis
menggunakan kertas karton sebagai alat peraga menghitung nilai tempat pada bilangan
untuk digunakan serta dapat melibatkan siswa sehingga siswa lebih memahami materi
pembelajaran, sudah menggunakan media pembelajaran dan sudah mengaitkan
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Kelemahan penulis adalah media yang penulis gunakan berupa kertas karton
masih kurang menarik bagi siswa. Solusi untuk hal ini adalah penulis harus membuat
media yang lebih menarik lagi untuk mendapatkan perhatian siswa agar siswa
menguasai materi pembelajaran yang penulis ajarkan.
2). Siklus 2
a. Perencanaan
1. Membuat Rencana Pembelajaran (RPP)
2. Membuat alat dan instrumen evaluasi
3. Menyiapkan buku catatan kejadian selama pembelajaran
b.Pelaksanaan
Kegiatan awal
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru memberikan apersepsi
3. Guru meminta siswa untuk menggambarkan beberapa contoh nilai tempat pada
bilangan di papan tulis
4. Guru memberikan motivasi
5. Guru menunjukkan beberapa contoh nilai tempat pada bilangan
Kegiatan inti
1. Guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan metode demostrasi
25
25
4. Guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab menanya
5. Siswa menalar dengan guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta
beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
6. Siswa mencoba menggunakan alat peraga kartu bilangan
7. Guru mengkoreksi dan memantapkan jawaban siswa
8. Guru memberikan tugas individu mencoba
9. Guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa
10. Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas
11.guru memberikan koreksi dan penguatan atas jawaban siswa
Kegiatan penutup
1. guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
hari ini
2. guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah
c. Pengamatan/Observasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Supervisor 2 terhadap perbaikan
pembelajaran Siklus 2 yang sudah dilakukan (berdasarkan jurnal pembimbingan
dan lembar observasi kinerja guru), adalah;
1. Sudah menggunakan media dalam pembelajaran;
2. Sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran;
3. Guru tidak berfokus saja kepada LKS untuk melakukan aktivitas
pembelajaran tetapi guru dapat mengaitkan pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari siswa; 4) dan media yang digunakan sudah menarik
perhatian siswa.
Kelemahan peneliti dalam Prasiklus, dan Siklus 1 sudah tidak lagi
terlihat dalam Siklus 2 ini. Sehingga hasil pembelajaran siswa sudah mencapai
target lebih baik dari siklus sebelumnya.
d. Refleksi
Dari hasil belajar siswa, diperoleh rata-rata nilai sebagian besar siswa telah
mencapai KKM. Dengan mengunakan metode demostrasi serta menggunakan alat
peraga kartu bilangan yang penulis lakukan dalam tiap pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang mengidentifikasi menghitung nilai tempat
pada bilangan.
26
26
C. Teknik analisis data
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
diperoeh dari hasil penilaian kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa kelas 2 melalui tes
tertulis pada setiap akhir pertemuan Siklus 1 dan Siklus 2.
Data kualitatif dikumpulkan melalui pengamatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan pembbelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Instrumen yang digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan sedangkan data
kuantitatif dikumpulkan melalui tes tertulis dalam bentuk soal menghitung satuan baku
centimeter dan meter secara berulang pada setiap siklus
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan tes selanjutnya akan di olah secara
kualitatif dalam bentuk kata-kata atau penjelasan yaitu untuk data deskriptif kualitatif.
Untuk data dalam bentuk angka yaitu kuantitatif akan dianalisis.
Data kuantitatif diambil melalui tes tertulis pada akhir setiap siklus. Penilaian pada
hasil belajar siswa dari proses Siklus 1 dan Siklus 2, dapat dicari dengan rumus dibawah
ini:
Nilai : x 100%
Nilai : x 100%
Hasil analisis yang diperoleh akan digambarkan dalam bentuk diagram batang yang
akan memperlihatkan perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam setiap
siklusnya.
27
27
BAB IV
7 Azka Fathurrahman 65 90 95
9 Hudzaifah 60 75 90
11 Jannatu Sauqiya 60 70 85
28
28
18 Muhammad Putra Yudha 70 80 90
25 Raihan Al Abqory 55 75 75
26 Rifka Asilah 60 70 75
28 Ubay Al Hafidz 70 75 90
30 Zahwa Azkia 40 65 75
Nilai Rata-rata 66 75 85
Nilai Terendah 40 58 75
Median 65 75 85
Siswa Tuntas 6 18 30
29
29
Prasiklus
Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM
hanya sebesar 20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan
tingkat keberhasilan siswa mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM. Masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75 sebanyak 24 siswa, dengan porsentase
80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas dengan maksimal, kurang
menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas menjadi gaduh dan
pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi alam hal ini yaitu guru harus
menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada Pra Siklus adalah
sebagai berikut:
Skor
No Banyaknya siswa
Matematika
1 50-59 8
2 60-69 11
3 70-79 5
4 80-89 3
5 90-100 3
Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.1), penelitian membuat tabel rata-rata
dan diagram hasil belajar matematika pada Pra Siklus.
30
30
Tabel 4.2 Rata-rata hasil belajar Matematika Prasiklus
Kurang 55 - 59 8 26,7
60 - 69 11 36,7
70 - 74 5 16,7 80,0
Sedang 75 - 80 2 6,7
81 - 89 1 3,3 10,0
Jumlah
30 100 % 100 %
Nilai rata-rata 66
Gambar 4.1
31
31
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika pada Pra Siklus
menunjukan hasil yang sangat tidak memuaskan hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa
hanya 66 dengan jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau
sebesar 80% sedangkan yang sudah mencapai KKM 6 siswa atau sebesar 20%.
Siklus 1
Skor
No Banyaknya siswa
Matematika
1 50-59 2
2 60-69 5
3 70-79 13
4 80-89 6
5 90-100 4
Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.3), penelitian membuat tabel rata-rata
dan diagram hasil belajar matematika pada siklus 1.
32
32
Tabel 4.4 Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 1
Kurang 55 - 59 2 6,7
60 - 69 5 16,7
70 - 74 5 16,7 40
Sedang 75 - 80 8 26,7
81 - 89 6 20,0 46,7
Jumlah
30 100 % 100 %
Nilai rata-rata 75
Gambar 4.2
33
33
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pembelajaran siklus 1 belum efektif ini
terlihat dari nilai rata-rata siswa hanya 75 dengan jumlah siswa yang belum mencapai
KKM sebanyak 12 siswa atau sebesar 40%, walaupun pada siklus 1 sudah ada
peningkatan hasil belajar di bandingkan dengan Pra Siklus. Pada Pra Siklus siswa yang
mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 24 siswa atau 80%. Pada Siklus 1 untuk siswa
yang tergolong sedang berjumlah 15 siswa atau 46,7%, dan siswa tergolong baik atau
dianggap mampu memahami materi pelajaran berjumlah 4 siswa atau 13,33%.
Siklus 2
Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan
rata-rata nilai 85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100
dan yang paling terendah adalah 75.
Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini dapat
terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk
melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan
metode pembelajaran demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik
dan tertib.
Skor
No Banyaknya siswa
Matematika
1 50-59 0
2 60-69 0
3 70-79 7
4 80-89 9
5 90-100 14
Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.5), penelitian membuat tabel rata-rata dan
diagram hasil belajar matematika pada pra siklus.
34
34
Tabel 4.6 Rata-rata hasil belajar Matematika siklus II
Kurang 55 - 59 0 0
60 - 69 0 0
70 - 74 0 0 00
Sedang 75 - 80 12 40,0
81 - 89 4 13,3 53,5
Jumlah
30 100 % 100 %
Nilai rata-rata 85
Gambar 4.3
35
35
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat pembelajaran Siklus 2 sudah efektif, ini terlihat dari
peningkatan nilai rata-rata siswa dari 75 menjadi 85 dengan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 30 sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan
siswa mengerjakan soal menghitung nilai tempat telah lebih baik.
Berikut ini adalah tabel tingkat keberhasilan belajar siswa pada siklus 1 dan 2:
Tabel 4.7
Siswa Belum
24 80% 12 40% 0 0
Berhasil
Berdasarkan data tabel rata-rata di atas selama Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dapat di
lihat pada grafik berikut:
Gambar 4.4
Diagram Prosentase Kemajuan Hasil Belajar Siswa Selama Dua Siklus Perbaikan
Pembelajaran, Mata Pelajaran Matematika
36
36
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, Peneliti pada setiap siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar setiap siklusnya, hal ini terlihat pada tabel di setiap siklusnya.
Perkembangan peningkatan hasil dari perbaikan pembelajaran Matematika siswa Kelas II SDIT
Gema Insan Mandiri Hasanah adalah sebagai berikut:
I. Prasiklus
Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM hanya sebesar
20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan tingkat keberhasilan siswa
mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Masih
terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75
sebanyak 24 siswa, dengan porsentase 80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas
dengan maksimal, kurang menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas
menjadi gaduh dan pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi dalam hal ini yaitu
guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Karena nilai siswa yang belum mencapai target, maka peneliti
melanjutkan ke Siklus 1.
II. Siklus I
Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus 1, dan melihat hasilnya
yang belum selesai sesuai dengan target, maka peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran ke
Siklus 2 dengan variasi menggunakan metode dan penugasan dengan hasil pembelajarannya
sebagai berikut:
37
37
III. Siklus II
Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan rata-rata nilai
85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100 dan yang paling
terendah adalah 75. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini
dapat terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk melakukan
perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan metode pembelajaran
demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik dan tertib. Di bawah ini
adalah data yang diperolah dari perbaikan pembelajaran matematika dengan Siklus 2:
Tabel 4.8
Tabel Hasil Rata-Rata Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika
Di Kelas II SDIT Gema Insan Mandiri
Nilai Awal Siklus 1 Siklus 2
Pra Siklus
Nilai Rata-rata 65 75 85
Kenaikan 10 10%
Keterangan:
1. Nilai awal atau nilai Pra Siklus digunakan sebagai patokan pelaksanaan Siklus 1
dan Siklus 2,
2. Nilai rata-rata diperoleh dari jumlah seluruh nilai yang diperoleh siswa dibagi
dengan jumlah siswa,
3. Kenaikan ditentukan dari nilai rata-rata dikurangi siklus sebelumnya
4. Penghitungan prosentase diperoleh darik kenaikan: nilai rata-rata siklus
sebelumnya x 100
38
38
Tabel data nilai rata-rata siswa selama proses pembelajaran Pra Siklus, Siklus
1 dan Siklus 2 akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 4.5
Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan nilai rata-rata
disetiap siklusnya. Di samping ada peningkatan perolehan rata-rata hasil belajar, juga
terjadi peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan semua siswa
harus mendemonstrasikan dan berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Berikut ini
adalah hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Tabel 4.9
Tabel Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Siklus 1 dan Siklus 2
Tidak Aktif 6 0
Aktif 5 10
39
39
Tabel data keaktifan belajar siswa dapat diperjelas dalam grafik berikut ini:
Gambar 4.6
Diagram Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Siklus 1 dan Siklus 2
40
40
C. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, Peneliti pada setiap siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar setiap siklusnya, hal ini terlihat pada tabel di setiap siklusnya.
Prasiklus
Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM hanya sebesar
20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan tingkat keberhasilan siswa
mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Masih
terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75
sebanyak 24 siswa, dengan porsentase 80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas
dengan maksimal, kurang menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas
menjadi gaduh dan pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi dalam hal ini yaitu
guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Karena nilai siswa yang belum mencapai target, maka peneliti
melanjutkan ke Siklus 1.
Siklus I
Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus 1, dan melihat hasilnya
yang belum selesai sesuai dengan target, maka peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran ke
Siklus 2 dengan variasi menggunakan metode dan penugasan dengan hasil pembelajarannya
sebagai berikut:
Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan rata-rata nilai
85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100 dan yang paling
terendah adalah 75. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini
dapat terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk melakukan
perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan metode pembelajaran
demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik dan tertib.
42
42
BAB V
A. Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran dengan metode yang kurang tepat akan memberikan
kebosanan bagi peserta didik. Hal ini terbukti dalam Prasiklus yang masih menggunakan
konsep pembelajaran yang monoton dan membosankan memberikan hasil belajar yang
kurang memuaskan. Namun ketika dibuat perbaikan pembelajaran dari Prasiklus, Siklus
1, Siklus 2 yang menggunakan pendekatan demonstrasi dapat membuktikan terjadinya
peningkatan hasil belajar peserta didiknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Gema Insan Mandiri dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar. Pada Prasiklus rata-
rata nilai 65 dengan ketuntasan 6. Pada Siklus I telah meningkat, rata-rata kelas
yang diperoleh 75 dengan ketuntasan 18. Pada Siklus II telah meningkat, rata-rata
kelas yang diperoleh 85 dengan ketuntasan 30, bahwa hasil belajar dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Siklus 1,
Pada Siklus I telah meningkat, rata-rata kelas yang diperoleh 75 dengan ketuntasan
18 siswa.
3. Siklus 2
Pada Siklus II telah meningkat, rata-rata kelas yang diperoleh 85 dengan ketuntasan
30 Siswa.
43
43
B. Saran Tindak Lanjut
Kegiatan pembelajaran Matematika di SDIT Gema Insan Mandiri khususnya di
Kelas II dengan menggunakan metode yang beragam sampai pada akhirnya dipilih
metode demostrasi mendapat tanggapan yang sangat positif dari pihak sekolah.
Dari hal tersebut, peneliti sudah memberikan pertimbangan yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran Matematika yaitu sebagai berikut:
1. Saran bagi Peserta Didik
a. Peserta didik sebaiknya lebih aktif lagi dalam proses tanya jawab yang dilakukan
dikelas.
b. Tingkat kefokusan peserta didik dalam belajar harus dipertahankan serta lebih
ditingkatkan lagi sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami oleh para
peserta didik.
c. Peserta didik harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam proses
pembelajaran.
2. Saran bagi Guru
a. Sebaiknya guru harus memiliki kemauan untuk mencoba menggunakan teknik
dan media yang telah peneliti gunakan dalam penelitian ini.
b. Metode pengajaran harus yang lebih bervariasi lagi, agar peserta didik menjadi
lebih tertarik dan tidak bosan dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru.
c. Guru harus selalu memberikan motivasi dan penguatan sebelum memulai
pembelajaran kepada peserta didik agar menghilangkan kejenuhan dan
kemalasan dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
d. Guru harus bisa bersikap tegas dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun
selama proses pembelajaran berlangsung.
44
44
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Wardhani, I., Kuswaya Wihardi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
45
45
46
46
47
47
48
48