Anda di halaman 1dari 48

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA PELAJARAN

TEMATIK TEMA HIDUP RUKUN MATERI MATEMATIKA


TENTANG NILAI TEMPAT MELALUI METODE DEMONSTRASI
PADA SISWA KELAS II SDIT GEMA INSAN MANDIRI, JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2022

Diajukan Untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah


Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
DISUSUN OLEH :

NAMA : Yunita Fitrianti


NIM : 857136071
PROGRAM STUDI : S1 PGSD
KELAS : A/JELITA
NOMOR ABSEN : 25

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ - JAKARTA
BAB I

PENDAHUL UAN

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-


potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebudayaan. Sehingga kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari faktor
pendidik, karena pendidikan mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan
sumber daya manusia (SDM) yang merupakan unsur penting dalam pembangunan suatu
bangsa. Usaha dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka penyelenggaraan pendidikan
perlu disesuaikan dengan pembangunan dan perubahan masyarakat yang sedang
membangun. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal satu-satunya yang diselenggarakan
pemerintah memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui interaksi dalam proses
pembelajaran di sekolah yang dilakukan secara sadar, sistematik dan terarah menuju ke arah
perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan
sistem pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU RI No.20 Tahun 2003 (dalam sistem
pendidikan pasal 1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar peserta didik agar lebih aktif untuk mengembangkan potensi
yang di milikinya. Berdasarkan penjelasan tersebut sangat jelas bahwa tujuan utama dalam
pendidikan adalah membentuk individu yang baik.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diberikan kepada semua jenjang
pendidikan, karena matematika merupakan pengetahuan yang sangat penting bagi siswa.
Matematika merupakan bekal pengetahuan dasar dan pembentukkan sikap serta pola pikir
mereka selanjutnya.Selain itu dalam perkembangan matematika juga berkaitan erat dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada kurikulum 2006 yang berorientasi pada pengembangan kompetensi yang dimiliki
siswa, keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator saja. Sehingga bertujuan agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan berhitung yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari; bersikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Khususnya untuk matematika di Sekolah Dasar, mata pelajaran matematika berguna


untuk membekali peserta didik dengan melatih sikap kritis dan kreatif. Seperti apa yang
dikemukakan dalam kurikulum KTSP (2006:49) bahwa tujuan pembelajaran matematika
adalah :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar huruf ,


mengaflikasikan konsep, algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya dalam pemecahan masalah.

Dalam pencapaian tujuan tersebut proses pembelajaran guru harus manciptakan


situasi belajar yang kondusif, mengkondisikan siswa dalam menerima materi, merumuskan
rencana pembelajaran yang terorganisir dengan baik serta didukung dengan sarana dan
prasarana, agar siswa dapat memahami dan mengembangkan keterampilan berhitung
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bersikap logis, kritis, cermat, kreatif
dan disiplin.

Kondisi pembelajaran matematika di kelas II Sekolah Dasar Islam Terpadu Gema


Insan Mandiri dengan materi pokok mengurutkan bilangan, siswa mengalami kesulitan
dalam memahami nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. Sehingga nilai evaluasinya
rendah (nilai 40 dari skala 100). Hal ini dikarenakan guru hanya menggunakan metode
ceramah dan tidak menggunakan media dalam pembelajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa dan guru mempunyai peranan penting, guru
harus melaksanakan proses dan siswa harus mengikuti proses belajar. Menurut Nasution
(2000:99) : “Belajar adalah mengalami sesuatu. Proses belajar adalah berbuat, bereaksi,
mengalami dan menghayati”.

Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasi matematika ke dalam


situasi kehidupan yang real. Hal lain yang menyebabkan matematika sulit bagi siswa
adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Sebagaimana dikemukakan
Fajar (2004:14) bahwa “Kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar
bermakna yang mampu mendorong tindakan refleksi pada diri siswa”. Guru dalam
pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang dimiliki oleh siswa. “Kegiatan
mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang dikaitkan dengan pengetahuan
siswa serta disesuaikan dengan keterampilan dan nilai yang dimilikinya”(Fajar,2004:14),
siswa juga kurang diberi kesempatan untuk meneruskan kembali dan mengkonstruksi
sendiri ide-ide matematika. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang nilai tempat pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode
demostrasi.
Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode
pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Menurut M. Sobri Sutikno (2009: 88),
metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai
tujuan.

Menurut Sri Anitah W, dkk (2011:5.25), salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran ini adalah metode demonstrasi. Dimana cara salah satu yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus
dapat memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemonstrasi.

Demikian halnya, penulis yang juga guru di SDIT Gema Insan Mandiri yang
dalam dinamika pekerjaan sebagai guru, tak luput mengalami berbagai kejadian maupun
suka-duka dalam bertugas, meskipun yang dirasakan dan dialami banyak mengalami
kebahagiaan sebagai seorang guru, terlebih apabila siswa yang dididik dapat
menunjukkan perubahan ke arah lebih baik, baik dari sisi kecerdasan intelektual,
perasaan maupun sikap atau moralnya. Namun dalam aktifitas pembelajaran di
kelas terkadang mengalami masalah yang perlu diatasi, baik dari aspek psikologis
ataupun motivasi siswa maupun aspek strategi, pendekatan, metode atau teknik
pembelajaran dalam mengetengahkan materi ajar.

SDIT Gema Insan Mandiri yang beralamat di Jalan Samudra No.6&8, Jakarta Utara
ini memiliki tiga kelas untuk kelas satu, dua, dan tiga serta belum memiliki lulusan.
Dalam satu ruang kelas jumlah siswa dan siswinya berjumlah 30 orang. Dengan rata-
rata siswa bertempat tinggal di wilayah Rawabadak Selatan, Koja dan sekitarnya.
Pencapaian persentase ketuntasan di kelas dua secara perorangan dan ketuntasan
kelasnya di semester I ini untuk pelajaran Matematika tentang nilai tempat termasuk
nilainya masih rendah. Sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan perbaikan-
perbaikan pembelajaran Matematika pada materi nilai tempat dengan penggunaan
metode demonstrasi melalui penelitian tindakan kelas, melalui penggunaan metode
demostrasi dan meningkatkan sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan
perbaikan pembelajaran matematika pada materi nilai tempat dengan penggunaan
metode demonstrasi dan meningkatkan kreativitas pengajaran demi pemahaman siswa
melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, penulis fokus pada penelitian tentang
"Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang nilai tempat melalui metode demostrasi pada
siswa kelas II SDIT Gema Insan Mandiri, Jakarta.”1. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dialami di SDIT Gema Insan Mandiri, khususnya konsep Kelas II
tentang memahami nilai tempat pada pelajaran Matematika dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Kondisi kelas yang kurang kondusif saat pembelajaran (siswa tidak focus pada
guru)
2. Guru menjelaskan pelajaran secara monoton
3. Peserta didik cenderung pasif
4. Peserta didik kurang merespon interaksi guru
5. 60% siswa tidak dapat menjawab ketika eveluasi dengan baik

2. Analisis Masalah

Dari identifikasi masalah pada pembelajaran Matematika khususnya konsep Kelas II


tentang memahami nilai tempat penulis dapat menganalisa masalah yang ditemukan
dalam pembelajaran Matematika yaitu:

1. Guru tidak menguasai kelas

2. Guru tidak memperhatikan posisi tempat duduk

3. Guru hanya menjelaskan metode ceramah dengan power point

4. Guru tidak menggunkan alat peraga

5. Pembelajarn yang dilakukan guru kurang interaktif

6. Guru tidak melibatkan siswa dalam pelajaran

7. Siswa tidak memahami materi yang disampaikan guru

8. Guru menggunakan bahasa yang sulit dimengerti siswa

9. Guru kurang memberikan banyak contoh

10.Guru kurang memberi penekanan pada materi yang sulit

3. Alternatif Masalah
Untuk mengatasi masalah pembelajaran Matematika kelas II tentang memahami
nilai tempat, siswa kelas II SDIT Gema Insan Mandiri, seorang guru harus:
1. Guru seharusnya menguasai kelas
2. Guru memposisikan tempat duduk dengan baik
3. Menggunakan metode demonstrasi atau bermain peran
4. Guru menggunakan alat peraga untuk membantu imajinasi siswa
5. Guru melakukan interaksi timbal balik dengan siswa
6. Guru melakukan Tanya jawab di sela-sela pembelajaran
7. Siswa harus lebih bertanya pada materi yang sulit dipahami
8. Guru menyederhanakan bahasa yang disampaikan ke siswa
9. Guru memperkaya siswa dengan contoh di lingkungan sekitar
10.Guru mengulangi penjelasan pada materi yang sulit

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan peneliti bahas dalam laporan penelitian adalah :

1. Bagaimana meningkatkan pemahaman pembelajaran Matematika di kelas II SDIT


Gema Insan Mandiri ?
2. Apakah yang dapat membantu meningkatkan kualitas pemahaman siswa pada
pelajaran matematika dengan materi nilai tempat?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tujuan penelitian mengandung maksud memperbaiki kinerja guru dalam proses


pembelajaran dan meningkatkan kemampuan belajar siswa pada pembelajaran
Matematika pada kelas II di SDIT Gema Insan Mandiri Jakarta Utara.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Meningkatkan pemahaman pembelajaran Matematika di kelas II SDIT Gema
Insan Mandiri, Jakarta
2. Membantu meningkatkan kualitas pemahaman siswa pada pelajaran
Matematika kelas II SDIT Gema Insan Mandiri.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Manfaat bagi siswa
a. meningkatkan cara berpikir, bertindak dan berperilaku ilmiah
b. meningkatkan hasil belajar siswa karena guru menggunakan metode bervariasi
c. mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal
d. memperbaiki belajar siswa dengan cara mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran

2. Manfaat bagi guru


a. Terampil memilih, merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan
keserasian materi, metode, strategi dan teknik pembelajaran
b. Guru mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri
c. Guru lebih percaya diri dalam berinovasi guna meningkatkan mutu pembelajaran
3. Manfaat bagi sekolah
a. memiliki SDM Guru yang terampil dan terus memperbaiki kompetensi dan
mutunya
b. meningkatkan mutu pendidikan sekolah
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dikembangkan


bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat
dimanipulasikan dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan
pembangunan (Nazir, 2005). Penelitian Tindakan Kelas dalam bahasa Inggris disrtikan
dengan Classroom Action Research, disingkat CAR. Ada tiga kata yang membentuk
pengertian tersebut, diantaranya:
a. Penelitian yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu umtuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu.
c. Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran
yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat


disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas.

Sedangkan Menurut Carr & Kemmis (McNiff, 1991, p.2) dalam I.G.A.K Wardani&
Kuswaya Wihardit Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by
participants (teachers, students or principals, for example) in social (including educational)
situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or
educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (
and instutuions) in which the practices are carried out. Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa:
1. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan
yang dilakukan melalui refleksi diri.
2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang
diteliti, seperti guru, siswa atau kepala sekolah.
3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi social, termasuk situasi pendidikan.
4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki: dasar pemikiran dan
kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
B. Hakikat Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respons (tanggapan). Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada
tingkah lakunya.
Menurut Gagne dalam Hardini (2012:4), belajar adalah suatu proses yang kompleks
dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yang
berasal dati lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Menurut Slavin (2000:143) seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Skinner dalam Suhendro (2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia
tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1)
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, 2) Respons si
pembelajar, konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut, 3) Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons
si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi
teguran dan hukuman.

Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat, yang disebabkan
adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Sehingga dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.

Stimulus merupakan apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan
respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus
dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Hasil belajar merupakan sebuah pencapaian peserta didik setelah melalui proses
pembelajaran. Di mana hasil tersebut tertuang dalam sebuah nilai dan skala sikap. Hasil
belajar tidak hanya berorientasi pada nilai namun seperti halnya tujuan dari belajar, hasil
belajar diharapkan dapat merubah tingkah laku.

2. Hasil Belajar
Purwanto (2010:44) berpendapat tentang hasil belajar bahwa “hasil belajar sering
kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana seseorang menguasai
bahan yang sudah diajarkan”. Hasil belajar menurut Hamalik (2001:30) adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Gestalt dalam Susanto (2013:12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa dalam arti kemampuan berpikir
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun
rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreatifitas guru,
sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan keluarga, dan lingkungan.
Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009:22) mengklasifikasikan jenis-jenis hasil belajar ada
tiga yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada penelitian ini dibatasi
pada hasil belajar ranah kognitif saja.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya yang di akhir pelajarannya dilihat tes yang telah diberikan. Jika hasil tes bagus maka si
anak dikatakan berhasil dalam belajarnya, sebaliknya jika hasil tes yang diberikan hasilnya jelek
maka si anak dikatakan kurang berhasil dalam belajarnya. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai
seseorang dalam waktu tertentu atau dengan perkataan lain hasil perubahan tingkah laku dalam
waktu tertentu.
Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:26-27) menyebutkan enam jenis
perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang hal berdasarkan
kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas
tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono,
dkk. (2007:76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Menurut Gagne dalam Sumarno (2011:56-57) hasil belajar merupakan kemampuan
internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah
menjadi milik pribadi sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu. Jadi
hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam
bentuk kemampuan-kemampuan tertentu.

Pendapat lain tentang hasil belajar dikemukakan oleh Briggs dalam Taruh (2003:17)
yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau
nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar.
Rasyid (2008:9) yang berpendapat bahwa jika di tinjau dari segi proses
pengukurannya, kemampuan seseorang dapat dinyatakan dengan angka. Dengan
demikian, hasil belajar siswa dapat diperoleh guru dengan terlebih dahulu memberikan
seperangkat tes kepada siswa untuk menjawabnya. Hasil tes belajar siswa tersebut akan
memberikan gambaran informasi tentang kemampuan dan penguasaan kompetensi siswa
pada suatu materi pelajaran yang kemudian dikonversi dalam bentuk angka-angka.

Bloom dan Kratwohl dalam Usman (1994:29) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom dalam Usman (1994:29) membagi
ranah kognitif menjadi enam bagian, yaitu:

1. Pengetahuan, yang mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi


yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sulit.
2. Pemahaman, yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
3. penerapan, yang mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan
aturan atau prinsip.
4. Analisis, yang mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponen-komponennya.
5. Sintesis, yang mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6. Evaluasi, yang mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Selain ranah kognitif tersebut di atas,
evaluasi juga dilakukan pada ranah afektif.

Harrow dalam Dimyati (2009:208) mengemukakan Taksonomi ranah psikomotor


sekaligus menjelaskan bahwa penentuan kriteria untuk mengukur keterampilan siswa
harus dilakukan dalam jangka waktu 30 menit.Taksonomi ranah psikomotor Harrow
disusun secara hierarkis dalam lima tingkatan, yaitu; 1) meniru, artinya siswa dapat meniru
atau mengikuti suatu perilaku yang dilihatnya; 2) manipulasi, artinya siswa dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan visual sebagaimana pada tingkat meniru; 3) ketetapan
gerak, artinya siswa diharapkan dapat melakukan sesuatu perilaku tanpa menggunakan
contoh visual ataupun petunjuk tertulis; 4) artikulasi, artinya siswa diharapkan dapat
menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang
tepat; 5) naturalisasi, artinya siswa diharapkan melakukan gerakan tertentu secara
spontan atau otomatis.

Hasil belajar menurut Hamalik (2002:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas (2006:125)
mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan
perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan
dengan pendapat itu, maka Murni (2010:18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan
telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu obyek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi
Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau
kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau
keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne dalam Sudjana (2010:22) mengembangkan
kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain; 1) hasil belajar intelektual
merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; 2) strategi kognitif yaitu
mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk
kemampuan memecahkan masalah; 3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah
intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan
bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; 4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta; 5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk
lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambangsiswa adalah perubahan
berupa keterampilan dan kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian, pengetahuan dan
apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotor melalui perbuatan
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki Siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

3. Karakteristik Pembelajaran Matematika di Siswa di SD


Menurut Piaget dalam Sumantri (2014:2.8) kadang-kadang anak usia 5-7 tahun
memasuki tahap operasi konkret (concrete operations), yaitu pada waktu anak berpikir
secara logis mengenai segala sesuatu. Pada umumnya mereka pada tahap ini berusia
sampai kira-kira 11 tahun.
Menurut Santrock dalam Agus Taufik (2017:2.6) bahwa perkembangan kognitif
anak terbagi atas beberapa tahap sesuai dengan rentangan usianya, seperti tahap sensori
motor (lahir-2 tahun), tahap konkret operasional (7-11 tahun) dan tahap formal
operasioanal (12 tahun ke atas)

Berdasarkan uraian diatas maka karakteristik siswa Kelas II SD dapat


mengembangkan diri sebab kemampuannya meningkat. Mereka pun dapat berpikir secara
konseptual, memecahkan masalah, mengingat dan mempergunakan bahasa yang baik.

Anak memiliki kematangan untuk belajar, karena pada masa ini dia sudah siap
untuk menerima kecakapan-kecakapan baru yang diberikan oleh guru di sekolah. Pada
masa prasekolah belajar lebih difokuskan pada “bermain”. Sedangkan pada masa sekolah
dasar aspek intelektualitas sudah mulai ditekankan.

Ciri-ciri sifat anak pada masa di sekolah dasar yaitu:

a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini
menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang
praktis;
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar;
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus,
para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-
faktor;
d. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya;
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah;
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat
bermain bersama-sama;
g. Peran manusia idola sangat penting. Pada umumnya orang tua dan kakak-kakaknya
dianggap sebagai manusia idola yang paling sempurna, oleh karena itu guru sering kali
dianggap sebagai manusia yang serba tahu.
Anak usia Sekolah Dasar termasuk pada perkembangan operasi konkret. Mereka
mampu berfikir secara logis dan kuantitatif, mampu berperilaku obyektif dalam mengkaji
kejadian. Kemampuan ini terwujud dalam kemampuan mengklasifikasi obyek sesuai
dengan klasifikasinya, tata urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang
lain dan kemampuan berfikir deduktif. Mereka mampu untuk memusatkan perhatian pada
beberapa atribut dari sebuah benda atau kejadian secara bersama dan mengerti
hubungan antar dimensi.

Usia 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun termasuk dalam tahap periode
operasional konkrit. Pada periode ini anak memiliki kemampuan mengklasifikasikan angka-
angka atau bilangan, mulai mengkonservasikan pengetahuan tertentu, kemampuan proses
berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan
obyek-obyek yang bersifat terikat.

Selain perkembangan kognitif terdapat pula perkembangan bahasa. Pada masa


usia 6 sampai 9 tahun (kelas rendah) anak lebih menyenangi bacaan atau dongeng fantasi.
Sedangkan pada usia 10 sampai 12 tahun (kelas tinggi) anak lebih menyenangi bacaan
yang lebih bersifat kritis.

Ada empat tugas utama yang harus dikuasai anak dalam perkembangan
bahasanya. Tugas-tugas ini terjalin satu sama lainnya. Dan pencapaian yang berhasil dalam
salah satu tugas merupakan persyaratan bagi keberhasilan yang lain. Keempat tugas itu
adalah:

1. pemahaman

2. perbendaharaan kata

3. membuat kalimat

4. ucapan

Perkembangan terjadi pada siswa di sekolah dasar dapat pula dilihat dalam
perkembangan penghayatan keagamaan. Perkembangan ini dapat dikategorikan dalam
perkembangan afektif.

Berdasarkan uraian diatas maka karakteristik siswa Kelas II SD dapat


mengembangkan diri sebab kemampuannya meningkat. Mereka pun dapat berpikir secara
konseptual, memecahkan masalah, mengingat dan mempergunakan bahasa yang baik.

A. Hakikat Metode Pembelajaran

Menurut Sofan Amri (2011:101), mengungkapkan bahwa metode pembelajaran


merupakan cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu, hal
ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta
didik (dalam memilih strategi belajar).
Menurut Salamun dalam Sudrajat (2009:7), menyatakan bahwa metode
pembelajaran adalah sebuah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda, hal ini berarti pemilihan
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang ingin dicapai.
Menurut Sudarwan Danim (2008:36), metode pembelajaran yang umum
dipakai dalam proses belajar mengajar dikelas sebagai berikut:
1. Metode Ceramah yang diartikan sebagai proses penyampaian informasi dengan
jalan mengucapkan secara lisan dan pada saat yang sama materi.
2. Metode diskusi yang diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi.
3. Metode tugas yang diartikan sebagai materi tambahan yang harus dipenuhi oleh
subjek didik, baik didalam maupun diluar kelas.
4. Metode inkuiri yang diartikan sebagai proses mempersiapkan kondisi agar subjek
didik siap menjawab teka teki.
5. Metode karyawisata yang diartikan sebagai suatu strategi belajar mengajar.
6. Metode seminar yang diartikan sebagai suatu wawasan yang terbuka luas.

Menurut Tri Mulyani (2003:53), metode pembelajaran metode yang proses


pembelajarannya dilakukan didalam kelas, meliputi:
1. Metode Ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi
4. Metode demonstrasi
5. Metode kerja kelompok
6. Metode pemberian tugas
7. Metode eksperimen
8. Metode simulasi
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah strategi atau cara yang dilakukan oleh guru dalam melakukan
hubungan atau interaksi dengan siswa yang telah ditetapkan.
Selain itu bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi
pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini mendorong seorang guru untuk
mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap
dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada
pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
B. Hakikat Metode Pembelajaran Demonstrasi

Metode demonstrasi diterapkan sebagai salah satu solusi atas pembelajaran


model ceramah yang dinilai menjemukkan atau kurang menarik, sehingga berakibat
kurang optimalnya penguasaan materi pelajaran bagi siswa.
Menurut Syarif Sumantri (2016:152), metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar
tiruan.
Menurut Ngalimun (2016:23), metode demonstrasi adalah metode yang sangat
efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan
fakta atau data yang benar.

Menurut Muhibbin Syah (2000:22), metode demonstrasi adalah metode mengajar


dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan
suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran
yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Menurut Sri Anita (2014:5.25), metode demonstrasi adalah metode mengajar
yang menjalankan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek
atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajari secara proses.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain
bahkan murid sendiri memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses
melakukan atau jalannya suatu proses perbuatan tertentu.

a. Karakteristik Metode Demonstrasi


Menurut E. Mulyasa (2008:107), melalui metode demonstrasi guru
memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik.
Sementara menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:2), bahwa metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Untuk
memperjelas pengertian tersebut, prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak
didik itu sendiri.

b. Tujuan Metode Demontrasi


Menurut Muhibbin Syah (2000:208), ada beberapa tujuan penggunaan metode
demonstrasi, yaitu diantaranya:
a.untuk memperjelas pengertian konsep
b.untuk memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu
c.untuk memperagakan atau mempertunjukkan suatu keterampilan yang akan dipelajari
siswa
c. Kelebihan Metode Demonstrasi
Menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa kelebihan
dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya
pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis
yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat,
menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa
mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.

Sedangkan menurut Mohamad Syarif Sumantri (2016:152) kelebihan adalah


sebagai berikut :
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab
siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi
juga melihat peristiwa yang terjadi
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan meyakini
kebenaran materi pembelajaran.
Dari kedua pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan
metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok
bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat
membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil
suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh
siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat
menanyakan secara langsung kepada guru.

d. Kekurangan Metode Demonstrasi


Menurut Muhammad Syarif Sumantri (2016:153), kekurangan dari metode
demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Metode demonostrasi memerlukan persiapan yang lebih matang sebab tanpa
persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan
metode ini tidak efektif lagi
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai
yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus,
sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000:57), ada beberapa kelemahan metode
demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang
akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar
dimengerti bila di demonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang di
demonstrasikan. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan
metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang
bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang
oleh keterampilan guru secara khusus.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek dan Tempat Penelitian

1.Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah peserta didik kelas II SDIT Gema Insan Mandiri yang berjumlah
30 orang siswa. Tujuan pengambilan subjek ini adalah untuk menghitung hasil belajar dan
Ketuntasan Belajar Minimal siswa dari pengamatan hasil belajar yang ditetapkan yaitu
sebesar 75.

2.Tempat Penelitian

Tempat, lokasi penelitian adalah:

a.Nama Sekolah : SDIT Gema Insan Mandiri, Jakarta

b.Alamat : Jl. Samudra No 6&8

3. Mata Pelajaran

Mata Pelajaran : Tematik


Materi : Matematika
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi makna bilangancacah dan menentukan
lambangnya berdasarkan nilai tempat
Kompetensi Dasar : Menjelasakan makna bilangan cacah dan menentukan
lambangnya berdasarkan nilai tempat
Materi Pokok : Nilai tempat pada bilangan cacah dan lambangnya.

4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dari tanggal 10 Oktober 2021 sampai dengan 22 Oktober 2021. Rincian
seperti tercantum dalam tabel.
Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Tematik Materi Matematika Kelas II SDIT


Gema Insan Mandiri

1. 11 Oktober 2021 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran P r a siklus pelajaran


Tematik materi Matematika
2. 16 Oktober 2021 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus 1 pelajaran Tematik
materi Matematika
3. 22 Oktober 2021 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus 2 pelajaran Tematik
materi Matematika
B. Desain Prosedur Pelaksanaan

Gambar 3.1

Bagan Penelitian Tindakan

Dalam Gambar 3.1 siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran penelitian ini, prosedur
perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti terdiri dari tiga siklus, yang diawali dari
Prasiklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
1. Rancangan/ perencanaan.
Sebelum mengadakan perbaikan. Peneliti telah mengidentifikasi masalah yang diperoleh
sehingga diperlukan perbaikan dalam pembelajaran atau disebut Prasiklus 1.
2. Pelaksanaan dan pengamatan.
Kegiatan ini meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran serta
mengamati pengaruh pendekatan saintifik dan demonstrasi yang digunakan terhadap
pemahaman dan hasil belajar siswa.
3. Refleksi.
Dalam kegiatan refleksi, peneliti melakukan analisa, menginterpretasikan, dan menyimpulkan
pengaruh dari tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh rekan sejawat. Melalui refleksi, akan dapat diketahui aspek yang
belum dan telah dicapai, serta aspek mana yang perlu dilakukan perbaikan pada
pembelajaran/siklus berikutnya.
4. Revisi rencana.

21
21
Rencana yang telah di buat apabila memenuhi hasil yang diharapkan kemudian dilakukan
revisi/perbaikan.
1) Siklus 1
a. Perencanaan
1. membuat Rencana Pembelajaran (RP)
2. membuat alat dan instrumen evaluasi
3. menyiapkan buku catatan kejadian selama pembelajaran
b. Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. guru memberikan apersepsi
3. guru meminta siswa untuk menggambarkan beberapa contoh nilai tempat
pada bilangan di papan tulis
4. guru memberikan motivasi
5. guru menunjukkan nilai tempat pada contoh di papan tulis

Kegiatan Inti

1. guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah.


2. guru memberikan contoh mengenai materi pembelajaran
3. guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab
4. guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta beberapa siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis
5. guru mengkoreksi dan memantapkan jawaban siswa
6. guru memberikan tugas individu
7. guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa
8. guru mempresentasikan jawabannya di depan kelas
9. guru memberikan koreksi dan penguatan atas jawaban siswa.
Kegiatan akhir
1. guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
hari ini
2. guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah
c. Pengamatan/Observasi

22
22
Dari hasil pengamatan yang sudah dlakukan Supervisor 2 terhadap pembelajaran
Prasiklus yang sudah di lakukan berdasarkan jurnal, kelebihan peneliti adalah sudah
menguasai materi dengan baik dan guru sudah baik dalam menguasai kelas.
Kelemahan pembelajaran Siklus 1 yang dilakukan peneliti adalah

1. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat;


2. Guru kurang melibatkan siswa dalam memberikan penjelasan materi;
3. Guru kurang menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran.

Solusi dalam kelemahan peneliti ini adalah


1. Sebaiknya guru dalam memberikan penjelasan tidak terlalu cepat agar siswa dapat
mengikuti dengan baik dengan pemahamannya,
2. Sebaiknya guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran agar siswa lebih
cepat paham, dan
3. Sebaiknya guru menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian siswa.
d. Refleksi
Menurut penulis kelebihan penulis dalam proses pembelajaran Prasiklus ini yaitu
penulis sudah menguasai materi dengan baik dan penulis sudah menguasai kelas.
Menurut penulis kekurangan penulis dalam proses pembelajaran yaitu tidak ada
media yang penulis gunakan sehingga siswa kesulitan menguasai materi yang diajarkan,
siswa tidak dapat menangkap penjelasan yang penulis berikan dengan baik karena
metode ceramah yang penulis gunakan.
Menurut penulis solusi dalam hal ini yaitu penulis harus lebih mempersiapkan siswa
dalam mengikuti pembelajaran dengan memberikan motivasi, dalam menyampaikan
materi penulis harus menggunakan media agar siswa tidak kesulitan menguasai materi
yang penulis ajarkan, dan bila nanti dalam perbaikan metode ceramah tidak lagi
digunakan dalam proses pembelajaran karena metode ini tidak membuat siswa aktif
dalam pembelajaran.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1. membuat Rencana Pembelajaran (RP)
2. membuat alat dan instrumen evaluasi
3. menyiapkan buku catatan kejadian selama pembelajaran

23
23
b. Pelaksanaan
Kegiatan awal
1. guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. guru memberikan apersepsi
3. guru meminta siswa untuk menggambarkan contoh nilai tempat pada bilangan di
papan tulis
4. guru memberikan motivasi
5. guru menunjukkan nilai tempat pada bilangan

Kegiatan inti
1. guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan kertas karton sebagai
alat peraga.
2. guru memberikan contoh mengenai materi pembelajaran dengan memperagakan
bentuk nilai tempat pada bilangan yang melibatkan siswa.
3. guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab.
4. guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta beberapa siswa untuk
mengerjakan soal di papan tulis.
5. guru mengkoreksi dan memantapkan jawaban siswa
6. guru memberikan tugas individu.
7. guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa
8. guru mempresentasikan jawabannya di depan kelas
9. guru memberikan koreksi dan penguatan atas jawaban siswa
Kegiatan penutup
1. guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari hari
ini
2. guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah
c. Pengamatan/Observasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Supervisor 2 terhadap pembelajaran
Siklus 1 yang sudah dilakukan (berdasarkan jurnal pembimbingan dan lembar observasi
kinerja guru), kelebihan peneliti adalah;
1. Sudah menggunakan media dalam pembelajaran;
2. Sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran; dan
3. Guru sudah mengaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

24
24
Solusi yang diberikan Supervisor 2 kepada peneliti adalah guru harus membuat
media pembelajaran atau strategi pembelajaran yang membuat siswa aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran
d. Refleksi
Menurut penulis, kelebihan pembelajaran dalam Siklus 2 ini yaitu penulis
menggunakan kertas karton sebagai alat peraga menghitung nilai tempat pada bilangan
untuk digunakan serta dapat melibatkan siswa sehingga siswa lebih memahami materi
pembelajaran, sudah menggunakan media pembelajaran dan sudah mengaitkan
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Kelemahan penulis adalah media yang penulis gunakan berupa kertas karton
masih kurang menarik bagi siswa. Solusi untuk hal ini adalah penulis harus membuat
media yang lebih menarik lagi untuk mendapatkan perhatian siswa agar siswa
menguasai materi pembelajaran yang penulis ajarkan.

2). Siklus 2
a. Perencanaan
1. Membuat Rencana Pembelajaran (RPP)
2. Membuat alat dan instrumen evaluasi
3. Menyiapkan buku catatan kejadian selama pembelajaran
b.Pelaksanaan
Kegiatan awal
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru memberikan apersepsi
3. Guru meminta siswa untuk menggambarkan beberapa contoh nilai tempat pada
bilangan di papan tulis
4. Guru memberikan motivasi
5. Guru menunjukkan beberapa contoh nilai tempat pada bilangan
Kegiatan inti
1. Guru menerangkan materi pelajaran dengan menggunakan metode demostrasi

2. Siswa mengamati Guru memberikan contoh mengenai materi pembelajaran


dengan memperagakan bentuk nilai tempat pada bilangan yang melibatkan
siswa.
3. Siswa mengamati guru menggunakan alat praga kartu bilangan

25
25
4. Guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab menanya
5. Siswa menalar dengan guru mengecek pemahaman siswa dengan meminta
beberapa siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
6. Siswa mencoba menggunakan alat peraga kartu bilangan
7. Guru mengkoreksi dan memantapkan jawaban siswa
8. Guru memberikan tugas individu mencoba
9. Guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa
10. Siswa mempresentasikan jawabannya di depan kelas
11.guru memberikan koreksi dan penguatan atas jawaban siswa
Kegiatan penutup

1. guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
hari ini
2. guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah

c. Pengamatan/Observasi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Supervisor 2 terhadap perbaikan
pembelajaran Siklus 2 yang sudah dilakukan (berdasarkan jurnal pembimbingan
dan lembar observasi kinerja guru), adalah;
1. Sudah menggunakan media dalam pembelajaran;
2. Sudah melibatkan siswa dalam pembelajaran;
3. Guru tidak berfokus saja kepada LKS untuk melakukan aktivitas
pembelajaran tetapi guru dapat mengaitkan pembelajaran dengan
kehidupan sehari-hari siswa; 4) dan media yang digunakan sudah menarik
perhatian siswa.
Kelemahan peneliti dalam Prasiklus, dan Siklus 1 sudah tidak lagi
terlihat dalam Siklus 2 ini. Sehingga hasil pembelajaran siswa sudah mencapai
target lebih baik dari siklus sebelumnya.
d. Refleksi
Dari hasil belajar siswa, diperoleh rata-rata nilai sebagian besar siswa telah
mencapai KKM. Dengan mengunakan metode demostrasi serta menggunakan alat
peraga kartu bilangan yang penulis lakukan dalam tiap pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang mengidentifikasi menghitung nilai tempat
pada bilangan.
26
26
C. Teknik analisis data
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
diperoeh dari hasil penilaian kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
saintifik. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar siswa kelas 2 melalui tes
tertulis pada setiap akhir pertemuan Siklus 1 dan Siklus 2.
Data kualitatif dikumpulkan melalui pengamatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan kegiatan pembbelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik.
Instrumen yang digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan sedangkan data
kuantitatif dikumpulkan melalui tes tertulis dalam bentuk soal menghitung satuan baku
centimeter dan meter secara berulang pada setiap siklus
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan tes selanjutnya akan di olah secara
kualitatif dalam bentuk kata-kata atau penjelasan yaitu untuk data deskriptif kualitatif.
Untuk data dalam bentuk angka yaitu kuantitatif akan dianalisis.
Data kuantitatif diambil melalui tes tertulis pada akhir setiap siklus. Penilaian pada
hasil belajar siswa dari proses Siklus 1 dan Siklus 2, dapat dicari dengan rumus dibawah
ini:

Nilai : x 100%

Sedangkan untuk menghitung nilai rata-rata kelas menggunakan rumus sebagai


berikut:

Nilai : x 100%

Hasil analisis yang diperoleh akan digambarkan dalam bentuk diagram batang yang
akan memperlihatkan perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam setiap
siklusnya.

27
27
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan penelitian dan pelaksanaan pembelajaran dan hasil pengamatan,
kegiatan bimbingan dan diskusi yang dilakukan dengan Supervisor 2, pada bagian ini akan
dibahas mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dari Prasiklus, Siklus 1, serta Siklus 2.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 4.1

Tabel 4.7 DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS II SDIT GEMA INSAN MANDIRI

No. Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Alif Ziyad Almair 55 75 90

2 Althaaf Ibnu Kareem 60 59 80

3 Althaf Bazense Hurasan 50 85 90

4 Andra Harits Heriwanto 65 75 90

5 Aqilah Rafifatu Rifdah 55 70 80

6 Audree Nathania Darmawan 80 75 85

7 Azka Fathurrahman 65 90 95

8 Dzaky Ilham Abbasy 65 65 80

9 Hudzaifah 60 75 90

10 Ilyas Hafizh Alfarisy 90 90 100

11 Jannatu Sauqiya 60 70 85

12 Keysha Alea Syifa Riyadi 65 70 80

13 Khansa Almeera 85 100 100

14 Khansa Syafna Asnaf 65 58 72

15 Khoirul Bilal Prayudie 65 85 90

16 Meena Mazaya Abidah Jaka 95 95 100

17 Muhammad Kholid Abdurrahman 55 75 85

28
28
18 Muhammad Putra Yudha 70 80 90

19 Muhammad Riffat Al Shiddiq 70 85 90

20 Muhammad Zanetti Rahman 90 80 90

21 Nameera Sakya Kamadiva 70 70 73

22 Nayla Nur Atifha 80 65 85

23 Nizam Arfan Alfariz 70 80 90

24 Nur Afiqah Khairina 65 65 75

25 Raihan Al Abqory 55 75 75

26 Rifka Asilah 60 70 75

27 Sybill Kineta Marsya 50 75 80

28 Ubay Al Hafidz 70 75 90

29 Yasmin Naishal Husna 50 60 75

30 Zahwa Azkia 40 65 75

Nilai Rata-rata 66 75 85

Nilai Tertinggi 95 100 100

Nilai Terendah 40 58 75

Median 65 75 85

Siswa Tuntas 6 18 30

Siswa Belum Tuntas 24 12 0

Jumlah Nilai keseluruhan 1975 2257 2555

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat peningkatan hasil belajar secara signifikan,


mulai dari Prasiklus ke Siklus 1 dan ke Siklus 2. Nilai rata-rata meningkat dari 66
menjadi 75 dan menjadi 85, nilai tertinggi yang diperoleh dari 95 menjadi 100 dan 100
pada Siklus 2. Nilai terendah dari 40, naik menjadi 58 dan terakhir 75. Siswa yang tuntas
asalnya 6 orang, naik menjadi 18 orang di Siklus 1 dan menjadi 30 atau 100%.

29
29
Prasiklus

Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM
hanya sebesar 20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan
tingkat keberhasilan siswa mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM. Masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75 sebanyak 24 siswa, dengan porsentase
80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas dengan maksimal, kurang
menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas menjadi gaduh dan
pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi alam hal ini yaitu guru harus
menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada Pra Siklus adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Belajar Matematika Kelas II

SDIT Gema Insan Mandiri

Skor
No Banyaknya siswa
Matematika

1 50-59 8

2 60-69 11

3 70-79 5

4 80-89 3

5 90-100 3

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.1), penelitian membuat tabel rata-rata
dan diagram hasil belajar matematika pada Pra Siklus.

30
30
Tabel 4.2 Rata-rata hasil belajar Matematika Prasiklus

SDIT Gema Insan Mandiri

Kategori Nilai Nilai Jumlah Siswa Presentase

Kurang 55 - 59 8 26,7

60 - 69 11 36,7

70 - 74 5 16,7 80,0

Sedang 75 - 80 2 6,7

81 - 89 1 3,3 10,0

Tinggi 90 - 100 3 10,0 10

Jumlah

30 100 % 100 %

Nilai rata-rata 66

Gambar 4.1

Diagram Hasil Belajar Pra Siklus

Mata Pelajaran Matematika

31
31
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika pada Pra Siklus
menunjukan hasil yang sangat tidak memuaskan hal ini terlihat dari nilai rata-rata siswa
hanya 66 dengan jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 24 siswa atau
sebesar 80% sedangkan yang sudah mencapai KKM 6 siswa atau sebesar 20%.

Siklus 1

Setelah mengetahui hasil kegiatan pembelajaran Siklus 1 yang masih


memperlihatkan bahwa nilai di bawah KKM, kemudian peneliti kembali melakukan
perbaikan pembelajaran pada kegiatan Siklus 1 dengan tes formatif yang ditunjukkan
tabel daftar nilai sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Kelas II

SDIT Gema Insan Mandiri

Skor
No Banyaknya siswa
Matematika

1 50-59 2

2 60-69 5

3 70-79 13

4 80-89 6

5 90-100 4

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.3), penelitian membuat tabel rata-rata
dan diagram hasil belajar matematika pada siklus 1.

32
32
Tabel 4.4 Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 1

SDIT Gema Insan Mandiri

Kategori Nilai Nilai Jumlah Siswa Presentase

Kurang 55 - 59 2 6,7

60 - 69 5 16,7

70 - 74 5 16,7 40

Sedang 75 - 80 8 26,7

81 - 89 6 20,0 46,7

Tinggi 90 - 100 4 10,0 13,33

Jumlah

30 100 % 100 %

Nilai rata-rata 75

Gambar 4.2

Diagram Hasil Belajar Siklus 1

Mata Pelajaran Matematika

33
33
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pembelajaran siklus 1 belum efektif ini
terlihat dari nilai rata-rata siswa hanya 75 dengan jumlah siswa yang belum mencapai
KKM sebanyak 12 siswa atau sebesar 40%, walaupun pada siklus 1 sudah ada
peningkatan hasil belajar di bandingkan dengan Pra Siklus. Pada Pra Siklus siswa yang
mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 24 siswa atau 80%. Pada Siklus 1 untuk siswa
yang tergolong sedang berjumlah 15 siswa atau 46,7%, dan siswa tergolong baik atau
dianggap mampu memahami materi pelajaran berjumlah 4 siswa atau 13,33%.

Siklus 2

Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan
rata-rata nilai 85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100
dan yang paling terendah adalah 75.

Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini dapat
terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk
melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan
metode pembelajaran demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik
dan tertib.

Tabel 4.5 Hasil Belajar Matematika Kelas II

SDIT Gema Insan Mandiri

Skor
No Banyaknya siswa
Matematika

1 50-59 0

2 60-69 0

3 70-79 7

4 80-89 9

5 90-100 14

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas (tabel 4.5), penelitian membuat tabel rata-rata dan
diagram hasil belajar matematika pada pra siklus.

34
34
Tabel 4.6 Rata-rata hasil belajar Matematika siklus II

SDIT Gema Insan Mandiri

Kategori Nilai Nilai Jumlah Siswa Presentase

Kurang 55 - 59 0 0

60 - 69 0 0

70 - 74 0 0 00

Sedang 75 - 80 12 40,0

81 - 89 4 13,3 53,5

Tinggi 90 - 100 14 46,7 46,67

Jumlah

30 100 % 100 %

Nilai rata-rata 85

Gambar 4.3

Diagram Hasil Belajar Siklus II

Mata Pelajaran Matematika

35
35
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat pembelajaran Siklus 2 sudah efektif, ini terlihat dari
peningkatan nilai rata-rata siswa dari 75 menjadi 85 dengan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 30 sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan
siswa mengerjakan soal menghitung nilai tempat telah lebih baik.
Berikut ini adalah tabel tingkat keberhasilan belajar siswa pada siklus 1 dan 2:

Tabel 4.7

Tabel Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa PraSiklus, Siklus 1, dan Siklus 2

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2


Keberhasilan
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase

Siswa Berhasil 6 20% 18 60% 30 100%

Siswa Belum
24 80% 12 40% 0 0
Berhasil

Berdasarkan data tabel rata-rata di atas selama Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 dapat di
lihat pada grafik berikut:

Gambar 4.4

Diagram Prosentase Kemajuan Hasil Belajar Siswa Selama Dua Siklus Perbaikan
Pembelajaran, Mata Pelajaran Matematika

Kurang sedang tinggi

36
36
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, Peneliti pada setiap siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar setiap siklusnya, hal ini terlihat pada tabel di setiap siklusnya.

Perkembangan peningkatan hasil dari perbaikan pembelajaran Matematika siswa Kelas II SDIT
Gema Insan Mandiri Hasanah adalah sebagai berikut:

I. Prasiklus
Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM hanya sebesar
20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan tingkat keberhasilan siswa
mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Masih
terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75
sebanyak 24 siswa, dengan porsentase 80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas
dengan maksimal, kurang menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas
menjadi gaduh dan pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi dalam hal ini yaitu
guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Karena nilai siswa yang belum mencapai target, maka peneliti
melanjutkan ke Siklus 1.

II. Siklus I
Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus 1, dan melihat hasilnya
yang belum selesai sesuai dengan target, maka peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran ke
Siklus 2 dengan variasi menggunakan metode dan penugasan dengan hasil pembelajarannya
sebagai berikut:

Pembelajaran Siklus 1 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan hasil


pembelajaran pada kegiatan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata nilai
(mean) pada Prasiklus yaitu hanya 66 dan Siklus 1 menjadi 75 setelah dilakukan kegiatan
perbaikan pembelajaran Siklus 1, pencapaian siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 18
siswa atau 60% dan tersisa 12 siswa atau 40% yang nilainya dibawah KKM. Hal itu disebabkan
dengan metode role play kelas menjadi gaduh dan penugasan yang kurang menarik perhatian
siswa, sehingga beberapa siswa tidak memahami materi dengan baik. Solusi dalam hal ini yaitu
guru melakukan pembelajaran yang lebih terstruktur, dan memberikan tugas yang berkaitan
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Karena masih belum tuntas maka dilanjutkan pada Siklus 2.

37
37
III. Siklus II
Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan rata-rata nilai
85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100 dan yang paling
terendah adalah 75. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini
dapat terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk melakukan
perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan metode pembelajaran
demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik dan tertib. Di bawah ini
adalah data yang diperolah dari perbaikan pembelajaran matematika dengan Siklus 2:

Tabel 4.8
Tabel Hasil Rata-Rata Nilai Perbaikan Pembelajaran Matematika
Di Kelas II SDIT Gema Insan Mandiri
Nilai Awal Siklus 1 Siklus 2

Pra Siklus

Nilai Rata-rata 65 75 85

Kenaikan 10 10%

Prosentase 10% 10%

Keterangan:
1. Nilai awal atau nilai Pra Siklus digunakan sebagai patokan pelaksanaan Siklus 1
dan Siklus 2,
2. Nilai rata-rata diperoleh dari jumlah seluruh nilai yang diperoleh siswa dibagi
dengan jumlah siswa,
3. Kenaikan ditentukan dari nilai rata-rata dikurangi siklus sebelumnya
4. Penghitungan prosentase diperoleh darik kenaikan: nilai rata-rata siklus
sebelumnya x 100

38
38
Tabel data nilai rata-rata siswa selama proses pembelajaran Pra Siklus, Siklus
1 dan Siklus 2 akan disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 4.5

Diagram Nilai Rata-Rata Perbaikan Pembelajaran Matematika

Kelas II SDIT Gema Insan Mandiri

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan nilai rata-rata
disetiap siklusnya. Di samping ada peningkatan perolehan rata-rata hasil belajar, juga
terjadi peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan semua siswa
harus mendemonstrasikan dan berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Berikut ini
adalah hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Tabel 4.9
Tabel Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Siklus 1 dan Siklus 2

Keaktifan Siklus 1 Siklus 2

Tidak Aktif 6 0

Aktif 5 10

39
39
Tabel data keaktifan belajar siswa dapat diperjelas dalam grafik berikut ini:

Gambar 4.6
Diagram Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Siklus 1 dan Siklus 2

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dilihat bahwa terdapat


kenaikan keaktifan disetiap siklusnya. Di samping ada peningkatan perolehan
keaktifan hasil belajar, juga terjadi peningkatan peran aktif siswa dalam
pembelajaran. Hal ini disebabkan semua siswa harus mendemonstrasikan dan
berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya.

40
40
C. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan, Peneliti pada setiap siklus menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar setiap siklusnya, hal ini terlihat pada tabel di setiap siklusnya.

Perkembangan peningkatan hasil dari perbaikan pembelajaran Matematika siswa Kelas II


SDIT Gema Insan Mandiri adalah sebagai berikut:

Prasiklus

Pada Prasiklus dapat terlihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan KKM hanya sebesar
20%. Prasiklus yaitu dari 30 siswa diperoleh rata-rata nilai 66. Dan tingkat keberhasilan siswa
mencapai 20% sedangkan yang belum 80% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Masih
terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yakni nilai dibawah atau kurang dari 75
sebanyak 24 siswa, dengan porsentase 80%. Hal ini disebabkan peneliti belum menguasai kelas
dengan maksimal, kurang menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa sehingga kelas
menjadi gaduh dan pemahaman siswa terhadap materi masih kurang. Solusi dalam hal ini yaitu
guru harus menggunakan media yang menarik perhatian siswa dan dalam proses pembelajaran
guru melibatkan siswa. Karena nilai siswa yang belum mencapai target, maka peneliti
melanjutkan ke Siklus 1.

Siklus I

Setelah dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran pada Siklus 1, dan melihat hasilnya
yang belum selesai sesuai dengan target, maka peneliti melanjutkan kegiatan pembelajaran ke
Siklus 2 dengan variasi menggunakan metode dan penugasan dengan hasil pembelajarannya
sebagai berikut:

Pembelajaran Siklus 1 mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan hasil


pembelajaran pada kegiatan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata nilai
(mean) pada Prasiklus yaitu hanya 66 dan Siklus 1 menjadi 75 setelah dilakukan kegiatan
perbaikan pembelajaran Siklus 1, pencapaian siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 18
siswa atau 60% dan tersisa 12 siswa atau 40% yang nilainya dibawah KKM. Hal itu disebabkan
dengan metode role play kelas menjadi gaduh dan penugasan yang kurang menarik perhatian
siswa, sehingga beberapa siswa tidak memahami materi dengan baik. Solusi dalam hal ini yaitu
guru melakukan pembelajaran yang lebih terstruktur, dan memberikan tugas yang berkaitan
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Karena masih belum tuntas maka dilanjutkan pada Siklus 2.
41
41
Siklus II

Pada Siklus 2 ini, ketuntasan siswa sudah mencapai 100% dengan perolehan rata-rata nilai
85. Dimana nilai tertinggi yang didiperoleh siswa di siklus ini adalah 100 dan yang paling
terendah adalah 75. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan yang sangat baik. Hal ini
dapat terwujud karena adanya kesadaran guru untuk merefleksikan diri setelah melakukan
kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti juga berusaha sekuat tenaga untuk melakukan
perbaikan kegiatan pembelajaran dengan cara menerapkan penggunaan metode pembelajaran
demostrasi sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik dan tertib.

42
42
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Kesimpulan
Kegiatan pembelajaran dengan metode yang kurang tepat akan memberikan
kebosanan bagi peserta didik. Hal ini terbukti dalam Prasiklus yang masih menggunakan
konsep pembelajaran yang monoton dan membosankan memberikan hasil belajar yang
kurang memuaskan. Namun ketika dibuat perbaikan pembelajaran dari Prasiklus, Siklus
1, Siklus 2 yang menggunakan pendekatan demonstrasi dapat membuktikan terjadinya
peningkatan hasil belajar peserta didiknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDIT Gema Insan Mandiri dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar. Pada Prasiklus rata-
rata nilai 65 dengan ketuntasan 6. Pada Siklus I telah meningkat, rata-rata kelas
yang diperoleh 75 dengan ketuntasan 18. Pada Siklus II telah meningkat, rata-rata
kelas yang diperoleh 85 dengan ketuntasan 30, bahwa hasil belajar dapat
ditingkatkan dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Siklus 1,
Pada Siklus I telah meningkat, rata-rata kelas yang diperoleh 75 dengan ketuntasan
18 siswa.
3. Siklus 2
Pada Siklus II telah meningkat, rata-rata kelas yang diperoleh 85 dengan ketuntasan
30 Siswa.

43
43
B. Saran Tindak Lanjut
Kegiatan pembelajaran Matematika di SDIT Gema Insan Mandiri khususnya di
Kelas II dengan menggunakan metode yang beragam sampai pada akhirnya dipilih
metode demostrasi mendapat tanggapan yang sangat positif dari pihak sekolah.
Dari hal tersebut, peneliti sudah memberikan pertimbangan yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran Matematika yaitu sebagai berikut:
1. Saran bagi Peserta Didik
a. Peserta didik sebaiknya lebih aktif lagi dalam proses tanya jawab yang dilakukan
dikelas.
b. Tingkat kefokusan peserta didik dalam belajar harus dipertahankan serta lebih
ditingkatkan lagi sehingga materi yang diajarkan dapat dipahami oleh para
peserta didik.
c. Peserta didik harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam proses
pembelajaran.
2. Saran bagi Guru
a. Sebaiknya guru harus memiliki kemauan untuk mencoba menggunakan teknik
dan media yang telah peneliti gunakan dalam penelitian ini.
b. Metode pengajaran harus yang lebih bervariasi lagi, agar peserta didik menjadi
lebih tertarik dan tidak bosan dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru.
c. Guru harus selalu memberikan motivasi dan penguatan sebelum memulai
pembelajaran kepada peserta didik agar menghilangkan kejenuhan dan
kemalasan dalam mengikuti pembelajaran Matematika.
d. Guru harus bisa bersikap tegas dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun
selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Saran bagi Sekolah


a. Sekolah harus dapat menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
proses pembelajaran agar terlihat lebih menarik dan bisa menghilangkan
kebosanan terhadap peserta didik.
b. Sekolah memberikan pelatihan yang lebih berkompeten bagi guru agar bisa
berkreatifitas dalam hal membimbing peserta didik supaya menjadi pribadi
yang cerdas dan bisa membanggakan untuk sekolah.

44
44
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. (2011). Strategi Pembelajaran di SD Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dimyati, Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamalik. (2002). Psikologi Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ngalimun. 2017. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rasyid. (2008) Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugihartono. (2007) Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sumantri, M. (2014). Perkembangan Peserta Didik Edisi 1. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka

Sumarno. (2011). Penelitian Kualitas Komparatif. Surabaya: Elerning Unesa.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia
Group.

Syah, Muhibbin.2009. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya

Wardhani, I., Kuswaya Wihardi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

45
45
46
46
47
47
48
48

Anda mungkin juga menyukai