Menu utama
Skip to content
Beranda
ArtikeL
Kuliah
Makalah Q
Matematika SD
Materi SMP
Media MTK
Profile
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI INDONESIA
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI INDONESIA
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknyauntuk memperoleh
hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna
untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam bentuk proses belajar
mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah melalui kegiatan pengajaran.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-
wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak,
program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Sanjaya,
2008).
Kreatifitas pembelajaran matematika di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu
matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga
siswa senang.
Metoda-metoda dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak,
namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk
menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya.
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang
tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif,
jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika
maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, keadaan yang sebenarnya adalah belum sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran yang diterapkan hampir semua sekolah cenderung text book oriented dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung
abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran yang kreatif. Seperti metode
yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai
akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal dan mekanistis. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode
maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur
berbagai pembelajaran meruapakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang direncanakan karena itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam
mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna
adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru. Namun di Indonesia ini para guru masih
belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan
ceramah tanpa memperdulikan sebagian peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit
menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-guru tersebut perlu tindakan lain agar
pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga tujuan pembelajaran matematika
dapat tercapai.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yan memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Berbagai pendekatan
pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika alat
yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/
teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki
ke pikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa
menjawab soal dengan benar-benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas
jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus
itu dan mengapa rumus itu digunakan.
Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa
kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka.
Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa
merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi
secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman
belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari
aktifitas belajarnya.
Di dalam pembelajaran tidak pernah terlepas dari yang namanya kurikulum, di Indonesi
kurikulum yang di pakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum
dan pembelajaran merupakan sangat penting dan saling membutuhkan. Apa yang
dideskripsikan dalam kurikulum harus memberikan petunjuk dalam proses pembelajaran di
kelas. Seiring dengan perkembangan zaman perkembangan baru dalam bidang teknologi
informasi, ternyata berdampak terhadap perubahan dan peran tanggung jawab guru. Oleh
karena itu, setiap guru bukan hanya perlu memahami hakikat dan makna pembelajaran
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya, akan tetapi di tuntut penguasaan sejumlah
kompetensi untuk dapat mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka proses pembelajaran
siswa, terutama pada bidang atau mata pelajaran matematika.
Dengan semangat KTSP seharusnya bembelajaran matematika lebih berkembang dari segi
konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Juga seiring
berkembangnya teknologi, pembelajaran matematika justru lebih terarah dengan baik.
Dengan menggunakan media pembelajaran seperti computer, bias menghadirkan benda-
benda untuk dijadikan contoh dalam bentuk gambar atau animasi yang lebih menarik dan
berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan siswa lebih menyenagnkan dan tidak
membosankan. Selain itu juga mempercepat proses pembelajaran . Pembelajaran model
computer memang baru di terapkan di beberapa sekolah saja karena kurangnya sarana dan
prasarana, kurangnya maupun belum siapnya SDM dalam hal tersebut. Di dalam
pembelajaran matematika biasanya siswa mengalami kesulitan materi yang sifatnya abstrak,
dalam masalah tersebut seharusnya menggunakan sebuah media atau alat peraga, maka di
situlah peran alat pearaga dan computer sebagai alat pembelajaran.
Ada beberapa factor, yaitu factor yang mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yang di
antaranya factor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta factor lingkungan.
Hal tersebut lah yang kadang menghambat berkembangnya proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah
tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Oleh karena itulah, penguasaan materi
pelajaran bukanlah akhir dari proses penagajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara
untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya , sejauh mana materi pelajaran
yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode
dam strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, di Indonesia masih
banyak yang menggunakan metode tersebut, seharusnya menggunakan metode , seperti
diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu maupun dengan media seperti alat
peraga dan computer.
Dapat dilihat, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya anggapan
bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang di bangun oleh guru dianggap
cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan
aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mapi mengembangkan kreativitas berpikir proses
pendidikan atau proses belajar mengajar dianggap cenderung menempatkan siswa sebagai
objek yang harus diisi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan. Komunikasi
terjadi satu arah , yaitu guru ke siswa melalui pendekatan ekspositori yang dijadikan sebagai
alat utama dalam proses pembelajaran.
Perubahan paradigma pembelajaran ini menuntut perubahan proses pembelajaran dan hal lain
termasuk yang berkaitan dengan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana seharusnya
dirangsang agar pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat terlaksanana secara
optimal. Pada kenyataannya sebagian besar sarana dan prasarana pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan di Indonesia belum mendukung terlaksananya pembelajaran yang
diinginkan. Kondisi saat ini menunjukkan banyak sekolah di Indonesia belum memiliki
sarana dan prasarana yang memadai baik dalam hal kuantitas dan kualitas sehingga
khususnya dalam pembelajaran matematika itu sendiri harus ada sarana dan prasarana seperti
alat peraga, komputer dan sebagainya.
Sarana dan prasarana tersebut sangat penting untuk kemajuan pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai displin dan memajukan daya pikir manusia. Dalam
setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah
yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara
bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media
lainnya.
Sebagai orang professional, guru memiliki lima tugas pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran.
Menindaklanjuti hasil pembelajaran, sisa melakukan bimbingan dan konseling. TIK tentunya
dapat berperan pada kelima tugas pokok tersebut yang dilakukan berdasarkan kurikulum
yang berlaku.
TIK dapat berperan disini pada saat pembelajaran, komputer dapat digunakan sebagai media.
Tentunya ini akan menambah daya tarik bagi siswa dalama belajar. Sifat monoton pada
penyajian konvensional dapat dikurangi sehingga pembelajaran matematika yang selama ini
dianggap menakutkan tidak perlu terjadi karena prosenya diberikan secara menarik dan
menyenangkan.
Namun hal tersebut belum berkembang di dalam pembelajaran matematika di sekolah-
sekolah, dikarenakan sarana dan prasarana yang belum memadai dan SDM yang belum siap
dengan pembelajaran matematika menggunakan TIK. Hanya sekolah-sekolah unggulan yang
mampu menyediakan teknologi dan SDM yang berkompeten. Padahal guru dapat
memanfaatkan TIK dalam membantu pelaksanaan tugas pokoknya menjadi lebih baik.
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar. Dalam
pembelajaran matematika yang paling penting dilaksanakan adalah proses berfikir. Siswa
dilatih untuk mengembangkan kemamapuan berfikir logis, analitis, sistematis dan konsisten.
Untuk membantu dalam proses berfikir tersebut gambar dan atau animasi dapat digunakan
sehingga siswa akan lebih mudah dan kesulitan yang di alami teratasi.Maka, pembelajaran di
Indonesia yang sifatnya masih monoton dengan berbagai metode dan strategi harus di
kembangkan agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran matematika
memanglah sulit, namun kesulitan itu dapat menjadi mudah ketika siswa sudah tertarik
dengan metode yang di terapkan gurunya dapat menyenangkan, menarik perhatiannya dan
memotivasinya untuk belajar matematika.
Advertisement
Iklan
Report this ad
Report this ad
Beri peringkat:
1 Vote
Share this:
Twitter
Facebook
Memuat...
Tinggalkan Balasan
Cari
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik ideologis. Tujuan pendidikan pada
kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus,
pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada
tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus
Dilihat dari kurikulum 1968, kita dapat melihat sistem belajar dan pembelajaran
bersifat teoritis dan tidak mengkaitkannya dengan permasalahan faktual di lingkungan
sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan
psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah teori psikologi unsur. Contoh
penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika pembelajaran membaca. Begitu
juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur-unsurnya dulu”.
Kurikulum 1975
Dibandingkan kurikulum sebelumnya, kurikulum ini lebih lengkap, jika dilihat dari
pedoman yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut. Pendekatan kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efesien, yang mempengaruhinya
adalah konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (Management by Objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajarannya tertuang secara gambalang dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI kemudian lahir satuan pelajaran, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.
Kurikulum 1975 didasari konsep SAS (Structural, analysis, sintesis). Kurikulum 1975
juga dimaksudkan untuk menyerap perkembangan ilmu era 1970-an. Selain memperkuat
matematika, pelajaran teoritis IPA juga dipertajam.
Dilihat dari kurikulum 1975, kita dapat melihat bahwa sistem belajar dan
pembelajaran banyak menghubungkan masalah di lungkungan sekitar anak. Itu menjadikan
anak menjadi pintar karena paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan
dengan mata pelajaran di sekolah. Disini metode pembelajaran adalah pengembangan dari
kurikulum sebelumnya.
Kurikulum 1984 (Cara Belajar Siswa Aktif)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach, yang senada dengan tuntukan
GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif,
bermutu, dan efisien bekerja. Posisi Siswa dalam kurikulum 1984 diposisikan sebagai subyek
belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Dilihat dari kurikulum 1984, kita dapat menyimpulkan bahwa sistem belajar dan
pembelajaran lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai subyek belajar. Guru berperan
penting dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran bisa berupa belajar kelompok
guna mendukung proses pembelajaran.
Kurikulum 1994
Lahirnya UU No 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, merupakan pemicu
lahirnya kurikulum 1994. Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar dipatok menjadi sembilan
tahun (SD dan SMP). Berdasarkan struktur kurikulum, kurikulum 1994 berusaha
menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan
kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. Pada kurikulum ini pun dimasukan
muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh
daerahnya.
Dilihat dari penjelasan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sistem belajar dan
pembelajaran masih sama seperti kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. Dimana siswa
sebagai subyek belajar. Siswa belajar aktif dalam belajar. Metode pembelajaran, yaitu
keterampilan proses dan juga masih berupa belajar kelompok guna mendukung proses
pembelajaran. Silabus ditentukan secara seragam. Sistem penilaian lebih menitik beratkan
pada aspek kognitif.
Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang
merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik
mencapai kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan
bertindak. Seseorang telah memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam
pola perilaku sehari-hari.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill,
value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa
memahami, mengusai, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah
dipelajarinya.
Dengan melihat penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem belajar dan
pembelajaran mengharapkan siswa dapat mencapai kompetensi yang ditentukan. Disini yang
dikedepankan adalah hasil dan kompetenasi. Silabus menjadi kewenangan guru. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah PAKEM dan CTL. Sistem penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis
kelas.
Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum 2006 atau KTSP tidak mengubah KBK, bahkan sebagai penegas KBK.
Dibandingkan kurikulum 1994, kurikulum KTSP lebih sederhana, karena ada pengurangan
beban belajar sebanyak 20%, jam pelajaran yang dikurangi antara 100-200 jam per tahun,
bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi, kurikulum ini lebih
menekankan pada pengembangan kompetensi siswa dari pada apa yang harus dilakukan guru.
Kurikulum 2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara
publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi pilot project.
Prinsip pengembangan KTSP adalah:
1. Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, dan
lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Dilihat dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa sistem belajar dan pembelajaran
mengharapkan siswa mencapai kompetensi yang ditentukan sama seperti kurikulum 2004.
Siswa diharapkan dapat mengembangkan kompetensinya. Siswa dituntut mampu menguasai
dan tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Silabus menjadi
kewenangan guru. Metode pembelajaran yang digunakan adalah PAKEM dan CTL Sistem
penilaian memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan
penilaian berbasis kelas ini semua seperti kurikulum 2004 tapi dengan penyempurnaan.
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam
Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
2006. Rumusannya berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum
berbasis materi.
Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar taksonomi-
taksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004 dan KTSP 2006, dan tantangan Abad
21 serta penyiapan Generasi 2045.
Sejalan dengan UU, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus ditapak peserta
didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti
meningkat seiring meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya
kelas. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui
pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus
tunduk pada kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran
yang diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan
kompetensi inti.
Di sini peran bahasa menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan
kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada peserta didik. Dengan cara ini pula,
maka pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang hilang
pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini, sehingga pembelajaran Bahasa
Indonesia kurang diminati oleh pendidik maupun peserta didik. Melalui pembelajaran Bahasa
Indonesia yang kontekstual, peserta didik sekaligus dilatih menyajikan bermacam kompetensi
dasar secara logis dan sistematis
Dengan penjelasan diatas diketahui bahwa sistem belajar dan pembelajaran yang
diterapkan adalah berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Siswa diharapkan menjadi
beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Metode pembelajaran diharapkan
lebih banyak menggunakan media pembelajaran yang menarik dan atraktif untuk siswa.
Dari penjelasan kurikulum-kurikulum yang pernah ada sejak tahun 70-an sampai
sekarang dapat dibandingkan bahwa sistem belajar dan pembelajaran mengalami perubahan.
Dari yang bersifat teroritis (kurikulum 1968), banyak menghubungkan masalah di
lungkungan sekitar anak (kurikulum 1975), siswa sebagai subyek belajar (kurikulum 1984),
menitik beratkan pada aspek kognitif (kurikulum 1994), sistem penilaian memadukan
keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan penilaian berbasis kelas
(kurikulum 2004), siswa diharapkan mencapai kompetensi (kurikulum 2006), dan siswa
diharapkan menjadi beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (kurikulum
2013)
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI INDONESIA
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI INDONESIA
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknyauntuk memperoleh
hasil maksimal. Pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal
tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat waktu dan tepat guna
untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam bentuk proses belajar
mengajar yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sekolah melalui kegiatan pengajaran.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia
pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-
wholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak,
program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru
sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar (Sanjaya,
2008).
Kreatifitas pembelajaran matematika di Indonesia ini perlu terus dikembangkan, karena itu
matematika mesti diajarkan secara menarik dan terhubung dengan dunia nyata sehingga
siswa senang.
Metoda-metoda dan strategi pembelajaran yang sudah diterapkan di Indonesia begitu banyak,
namun belum optimal dalam pelaksanaannya. Sehingga guru pun masih bingung untuk
menerapkan metode pembelajaran yang baik untuk peserta didiknya.
Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang
tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif,
jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika
maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, keadaan yang sebenarnya adalah belum sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran yang diterapkan hampir semua sekolah cenderung text book oriented dan
kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika yang cenderung
abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain pembelajaran yang kreatif. Seperti metode
yang digunakan kurang bervariasi, tidak melakukan pengajaran bermakna, dan sebagai
akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung
menghafal dan mekanistis. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode
maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur
berbagai pembelajaran meruapakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang direncanakan karena itu pemilihan metode strategi dari pendekatan dalam
mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna
adalah tuntutan yang mesti dipenuhi para guru. Namun di Indonesia ini para guru masih
belum mampu dan mau menerapkannya. Sehingga peserta didik hanya sering mendengarkan
ceramah tanpa memperdulikan sebagian peserta didik yang pemahamannya kurang dan sulit
menangkap penjelasan guru. Sehingga guru-guru tersebut perlu tindakan lain agar
pembelajaran matematika tersebut berkembang sehingga tujuan pembelajaran matematika
dapat tercapai.
Paradigma baru pendidikan sekarang ini lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yan memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Berbagai pendekatan
pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika alat
yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberitahu konsep/
teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki
ke pikiran siswa dan siswa menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa
menjawab soal dengan benar-benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas
jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus
itu dan mengapa rumus itu digunakan.
Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa
kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-idenya dan alasan jawaban mereka.
Perubahan cara berpikir yang perlu diperhatikan sejak awal adalah bahwa hasil belajar siswa
merupakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi
secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Pengalaman
belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari
aktifitas belajarnya.
Di dalam pembelajaran tidak pernah terlepas dari yang namanya kurikulum, di Indonesi
kurikulum yang di pakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum
dan pembelajaran merupakan sangat penting dan saling membutuhkan. Apa yang
dideskripsikan dalam kurikulum harus memberikan petunjuk dalam proses pembelajaran di
kelas. Seiring dengan perkembangan zaman perkembangan baru dalam bidang teknologi
informasi, ternyata berdampak terhadap perubahan dan peran tanggung jawab guru. Oleh
karena itu, setiap guru bukan hanya perlu memahami hakikat dan makna pembelajaran
beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya, akan tetapi di tuntut penguasaan sejumlah
kompetensi untuk dapat mengaplikasikannya di lapangan dalam rangka proses pembelajaran
siswa, terutama pada bidang atau mata pelajaran matematika.
Dengan semangat KTSP seharusnya bembelajaran matematika lebih berkembang dari segi
konsep mengajar, teori-teori belajar, dan strategi pembelajarannya. Juga seiring
berkembangnya teknologi, pembelajaran matematika justru lebih terarah dengan baik.
Dengan menggunakan media pembelajaran seperti computer, bias menghadirkan benda-
benda untuk dijadikan contoh dalam bentuk gambar atau animasi yang lebih menarik dan
berkesan, sehingga pembelajaran bisa dirasakan siswa lebih menyenagnkan dan tidak
membosankan. Selain itu juga mempercepat proses pembelajaran . Pembelajaran model
computer memang baru di terapkan di beberapa sekolah saja karena kurangnya sarana dan
prasarana, kurangnya maupun belum siapnya SDM dalam hal tersebut. Di dalam
pembelajaran matematika biasanya siswa mengalami kesulitan materi yang sifatnya abstrak,
dalam masalah tersebut seharusnya menggunakan sebuah media atau alat peraga, maka di
situlah peran alat pearaga dan computer sebagai alat pembelajaran.
Ada beberapa factor, yaitu factor yang mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yang di
antaranya factor guru, siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta factor lingkungan.
Hal tersebut lah yang kadang menghambat berkembangnya proses pembelajaran. Tujuan
pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah
tingkah laku siswa sesuai dengan yang akan di capai. Oleh karena itulah, penguasaan materi
pelajaran bukanlah akhir dari proses penagajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara
untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya , sejauh mana materi pelajaran
yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah metode
dam strategi yang digunakan guru tidak hanya sekedar metode ceramah, di Indonesia masih
banyak yang menggunakan metode tersebut, seharusnya menggunakan metode , seperti
diskusi, penugasan, kunjungan ke objek-objek tertentu maupun dengan media seperti alat
peraga dan computer.
Dapat dilihat, rendahnya kualitas pendidikan dilihat dari sisi proses, adalah adanya anggapan
bahwa selama ini proses pendidikan di Indonesia yang di bangun oleh guru dianggap
cenderung terbatas pada penguasaan materi pelajaran atau bertumpu pada pengembangan
aspek kognitif tingkat rendah, yang tidak mapi mengembangkan kreativitas berpikir proses
pendidikan atau proses belajar mengajar dianggap cenderung menempatkan siswa sebagai
objek yang harus diisi dengan berbagai informasi dan bahan-bahan hafalan. Komunikasi
terjadi satu arah , yaitu guru ke siswa melalui pendekatan ekspositori yang dijadikan sebagai
alat utama dalam proses pembelajaran.
Perubahan paradigma pembelajaran ini menuntut perubahan proses pembelajaran dan hal lain
termasuk yang berkaitan dengan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana seharusnya
dirangsang agar pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat terlaksanana secara
optimal. Pada kenyataannya sebagian besar sarana dan prasarana pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan di Indonesia belum mendukung terlaksananya pembelajaran yang
diinginkan. Kondisi saat ini menunjukkan banyak sekolah di Indonesia belum memiliki
sarana dan prasarana yang memadai baik dalam hal kuantitas dan kualitas sehingga
khususnya dalam pembelajaran matematika itu sendiri harus ada sarana dan prasarana seperti
alat peraga, komputer dan sebagainya.
Sarana dan prasarana tersebut sangat penting untuk kemajuan pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai displin dan memajukan daya pikir manusia. Dalam
setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah
yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah konstektual, peserta didik secara
bertahap di bimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, seharusnya sekolah menggunakan, seperti komputer, alat peraga, atau media
lainnya.
Sebagai orang professional, guru memiliki lima tugas pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran.
Menindaklanjuti hasil pembelajaran, sisa melakukan bimbingan dan konseling. TIK tentunya
dapat berperan pada kelima tugas pokok tersebut yang dilakukan berdasarkan kurikulum
yang berlaku.
TIK dapat berperan disini pada saat pembelajaran, komputer dapat digunakan sebagai media.
Tentunya ini akan menambah daya tarik bagi siswa dalama belajar. Sifat monoton pada
penyajian konvensional dapat dikurangi sehingga pembelajaran matematika yang selama ini
dianggap menakutkan tidak perlu terjadi karena prosenya diberikan secara menarik dan
menyenangkan.
Namun hal tersebut belum berkembang di dalam pembelajaran matematika di sekolah-
sekolah, dikarenakan sarana dan prasarana yang belum memadai dan SDM yang belum siap
dengan pembelajaran matematika menggunakan TIK. Hanya sekolah-sekolah unggulan yang
mampu menyediakan teknologi dan SDM yang berkompeten. Padahal guru dapat
memanfaatkan TIK dalam membantu pelaksanaan tugas pokoknya menjadi lebih baik.
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar. Dalam
pembelajaran matematika yang paling penting dilaksanakan adalah proses berfikir. Siswa
dilatih untuk mengembangkan kemamapuan berfikir logis, analitis, sistematis dan konsisten.
Untuk membantu dalam proses berfikir tersebut gambar dan atau animasi dapat digunakan
sehingga siswa akan lebih mudah dan kesulitan yang di alami teratasi.Maka, pembelajaran di
Indonesia yang sifatnya masih monoton dengan berbagai metode dan strategi harus di
kembangkan agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran matematika
memanglah sulit, namun kesulitan itu dapat menjadi mudah ketika siswa sudah tertarik
dengan metode yang di terapkan gurunya dapat menyenangkan, menarik perhatiannya dan
memotivasinya untuk belajar matematika