Pendidikan merupakan investasi masa depan. Melalui pendidikan, peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik dapat meningkatkan
wawasan pengetahuannya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan berupaya untuk
mewadahi potensi peserta didik dan membekali peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di
masa yang akan datang. Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran atau kegiatan
belajar. Keberadaan guru menjadi salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Tugas guru adalah membelajarkan peserta didik.
Dalam membelajarkan peserta didik, guru perlu mengembangkan kompetensi dan tekniknya
dalam mengajar. Seringkali guru kurang memperhatikan teknik mengajar. Banyaknya mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh guru, membuat para guru menerapkan metode ceramah
dari hari ke hari sehingga peserta didik merasa jenuh, bosan, bahkan malas-malasan
mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada penurunan prestasi belajar
peserta didik. Sebagai seorang guru, harus pandai mengelola kelas, mengemas suatu
pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Guru dapat mengembangkan profesionalitasnya dalam mendidik. Penyampaian pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang variatif menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan
siswa dalam belajar. Hal ini dapat didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang
berkualitas. Misalnya, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi yang ada. Selain itu dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan
inovatif membuat para siswa tidak jenuh terhadap materi dan lebih berkembang. Memang,
menjadi guru sebaiknya up to date dengan perkembangan zaman. Menjadi guru yang
memiliki kemampuan teknologi baik akan mmembantu proses pembelajaran siswa. Dengan
suasana tersebut, diharapkan dapat mengubah suasana kebosanan dalam belajar menjadi
senang, lebih bergairah, dan termotivasi. Dengan demikian, prestasi siswa sangat berpotensi
mengalami kenaikan.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk
meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta didik. Untuk itu, guru harus mengetahui
hakikat belajar dan pembelajaran yang baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap hakikat tersebut.Selain dapat meningkatkan
semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat kekreativan dan
keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus pandai memutar otak.
Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan
tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.
Pendidikan merupakan investasi masa depan. Melalui pendidikan, peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik dapat meningkatkan
wawasan pengetahuannya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan berupaya untuk
mewadahi potensi peserta didik dan membekali peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di
masa yang akan datang. Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran atau kegiatan
belajar. Keberadaan guru menjadi salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Tugas guru adalah membelajarkan peserta didik.
https://www.hipwee.com/narasi/pembelajaran-yang-menarik-dan-menyenangkan/
Cara ini dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan orang lain, keberanian untuk
berbicara dan lebih terbuka pada perbedaan pendapat. Hal ini sangat penting untuk
mereka karena akan menjadi bekal saat berinteraksi dengan orang lain, baik itu dengan
teman, guru, orang tua atau masyarakat pada umumnya.
3. Manfaatkan teknologi
Hanya menjelaskan dengan menulis di papan tulis bisa jadi sudah tidak zaman, lho.
Penggunaan teknologi dapat membantu guru menciptakan suasana aktif dan segar di
dalam kelas. Gunakan laptop, internet dan proyektor untuk mengubah materi pelajaran
text book ke dalam audio visual. Jika ingin lebih mudah, Bapak/Ibu Guru bisa langsung
memperlihatkan video yang ada di ruangbelajar sesuai dengan materi yang sedang
disampaikan. Dengan penyajian yang baik dan menarik, fokus anak akan lebih terarah
pada materi yang disampaikan.
4. Miliki sifat humoris
Siswa mana sih yang tidak suka dengan guru yang lucu? Untuk meningkatkan semangat
mereka, penting untuk Bapak/Ibu Guru memberikan humor segar di tengah-tengah
pengajaran yang sedang diberikan. Tidak hanya itu, sifat humoris yang dimiliki oleh
seorang guru juga dapat memberikan efek kedekatan antara siswa dan guru, lho. Semakin
murid merasa dekat dengan gurunya, maka apa yang disampaikan oleh guru juga akan
lebih mudah diserap oleh mereka.
5. Berikan perhatian yang sama pada semua anak
Terkadang guru akan lebih cenderung memerhatikan murid yang pintar dan aktif di kelas.
Anak yang diam saja di kelas biasanya akan kesulitan untuk mendapatkan kesempatan
untuk menuangkan ide ataupun mengaktualisasikan dirinya di kelas. Maka sering
dikatakan untuk menjadi anak yang “paling” di kelas, baik itu paling pintar, paling suka
telat, paling cantik, paling nakal, dan sebagainya. Karena dengan menjadi yang “paling”
barulah anak akan diperhatikan oleh guru.
Sebagai seorang guru, sebenarnya sudah menjadi tugasnya untuk menemukan benih-
benih unggul yang ada di dalam diri masing-masing anak. Percayalah bahwa setiap anak
mempunyai talenta dan potensinya yang berbeda-beda. Dengan begitu, setiap anak akan
merasa memiliki kesempatan untuk membuktikan dirinya serta membuat kelas menjadi
lebih hidup dan menyenangkan.
Membuat suasana kelas yang menyenangkan ternyata tidak sulit bukan? Jika murid dapat
belajar dengan senang dan relax tentu hasil yang akan mereka dapatkan juga lebih baik
dan efektif. Jangan berhenti untuk melakukan eksplorasi gaya mengajar yang
menyenangkan. Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah mendapatkan inspirasi dari aplikasi
seperti ruangbelajar. Pembahasan materi melalui video beranimasi, beserta latihan soal
dan rangkumannya terbukti dapat membuat anak tidak cepat bosan saat belajar, lho.
https://blog.ruangguru.com/5-cara-ampuh-membuat-suasana-kelas-menyenangkan
Dalam proses belajar mengajar akan lebih efektif bila dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan, baik bagi anak didik maupun guru. Keduanya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Bila guru mengajar dengan cara menyenangkan, anak didik pun
menjadi ikut senang. Sebaliknya, bila anak didik sudah merasa senang, maka belajarpun
menjadi semangat. Melihat anak didiknya antusias dalam belajar tentunya guru pun akan
senang dan merasa puas bahwa proses pembelajaran berhasil dilakukan.
Proses pembelajaran akan mudah diterima dan dipahami bila situasi hati kita senang. Perasaan
senang tersebut menghasilkan rasa sayang, ini artinya bila anak didik sudah berhasil timbul
rasa senangnya terhadap apa yang dipelajari, akan menumbuhkan rasa sayang terhadap
pelajaran yang ia peroleh. Jika sudah sayang, mereka akan rela melakukan apapun demi
menjalani yang mereka sayangi. Sehingga belajar bukan lagi aktivitas yang harus disuruh
terlebih dahulu, tetapi timbul kesadaran dari dirinya sendiri, tanpa adanya paksaan dari faktor
eksternal.
Membuat siswa senang dalam belajar merupakan tugas wajib setiap guru. Hal ini bertujuan
agar apa yang sudah disampaikan oleh guru tidak menjadi sia-sia saja, melainkan dapat
terserap dan diaplikasikan oleh anak didiknya. Mengajarkan anak didik, dapat diibaratkan
seperti mengisikan air ke botol tertutup. Guru perlu membuka tutup botol terlebih dahulu
dengan cara menciptakan rangsangan untuk menggugah minat belajar anak didiknya. Jika
tutup botol sudah terbuka, kita akan mudah untuk menuangkan isi ke dalamnya dengan
berbagai materi sesuai yang kita harapkan.
Menurut Bobbi De Porter, penemu metode dan penulis buku quantum learning dan quantum
teaching, menyatakan bahwa “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”. Maksudnya, kita sebagai guru harus berempati terhadap situasi dan kondisi
anak didik. Bila anak didik senang dengan bermain, kita harus mampu untuk masuk ke dalam
dunia bermainnya mereka. Bila kita berhasil masuk ke dalam dunia bermain yang mereka
sukai, kita dapat antarkan materi sesuai yang kita harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pembelajaran sebaiknya bukan hanya memberikan materi yang harus dipelajari anak
didik, tetapi lebih jauh dari itu, diajarkan pula bagaimana menciptakan hubungan emosional
yang baik dalam belajar.
Dalam upaya menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, banyak hal bisa
dilakukan oleh guru. Guru harus mampu menciptakan proses, lingkungan dan atmosfer
pembelajaran yang menyenangkan. Semakin guru berhasil menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, anak didik pun akan semakin termotivasi untuk memiliki rasa ingin tahu yang
lebih dan guru pun bisa berprestasi gemilang. Proses pembelajaran yang menyenangkan
ternyata juga dapat bermanfaat bagi kesehatan, karena situasi yang terbentuk selalu
menyenangkan, hati gembira, nyaman dan pikiran tanpa beban, hal ini akan berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa dan psikis bagi guru dan anak didik.
Lembaga yang wajib menerapkan metode belajar yang menyenangkan dapat kita jumpai di
biMBA-AIUEO. biMBA merupakan suatu wadah yang mampu membimbing anak-anak agar
timbul minat baca dan belajarnya. Dengan metode small step system dan individual system,
biMBA membimbing anak-anak Indonesia untuk bermain sambil belajar. Didukung dengan
tenaga pengajar, yaitu para motivator-motivatornya, biMBA selalu menciptakan lingkungan
belajar menyenangkan. Situasi menyenangkan ini dapat kita nikmati mulai dari awal datang
ke biMBA, anak akan disambut dengan penuh kehangatan, senyuman, sapaan dan salam dari
para motivatornya. Tak lupa juga motivator biMBA menghargai kedatangan anak dengan
menyebutkan nama si anak didik, agar anak didik merasa lebih nyaman, dekat dan hangat
dalam lingkungan belajar yang menyenangkan. (Bunda Ranis)
Referensi :
Yosodipuro, Arif. Siswa Senang Guru Gemilang : Strategi mengajar yang menyenangkan dan
mendidik dengan cerdik. Jakarta : Kompas Gramedia. 2013
Bobbi DePorter & Mike Hernacki. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung : Kaifa. 2004
https://bimba-aiueo.com/pembelajaran-yang-menyenangkan/
Tidak asing bagi telinga kita tentang pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
yang lebih populer dengan sebutan PAKEM. Setiap guru, dalam melaksanakan pembelajaran
diharapkan selalu menerapkan pendekatan PAKEM. Pengertiannya bahwa setiap
pembelajaran harus berjalan lebih menunjukkan aktivitas siswa (baik fisik maupun mental),
sehingga memberikan kesempatan lebih besar berkembangnya daya kreativitas, berhasil guna
dan tentu sajaberlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Lalu apa lagi yang akan
dipermasalahkan? Bukankah penerapan PAKEM dalam pembelajaran sudah lama dianjurkan
untuk diterapkan?
Benar, PAKEM sudah lama dianjurkan untuk diterapkan dalam pembelajaran. Masalahnya
adalah bahwa masih banyak guru belum menerapkan pakem secara optimal. Masih banyak
yang menganggap bahwa penerapan PAKEM memiliki banyak kendala/hambatan, dan belum
tentu hasilnya akan lebih baik daripada pembelajaran yang dilaksanakan secara konvensional.
Selain itu masih ada guru yang belum mampu menangkap esensi pakem secara benar. Mereka
memahami PAKEM sebatas pada kulitnya, sehingga yang mereka ‘tangkap’ hanya simbol-
simbolnya saja.
Berdasarkan pengamatan, ada tiga kelompok guru dilihat dari responnya terhadap anjuran
penerapan PAKEM dalam pembelajaran.
Pertama, kelompok yang sama sekali tidak merespon dan tidak percaya bahwa PAKEM
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kelompok ini sebenarnya tidak benar-benar tidak
percaya, tetapi mereka sebenarnya mengalami kesulitan memahami dinamika perubahan,
sehingga menjadi kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri. Mereka sudah merasa nyaman
bekerja dengan keadaan yang biasa-biasa saja sehingga tidak perlu melakukan banyak hal
yang berhubungan dengan segala tetek-bengek yang harus disiapkan. Jadi, mungkin mereka
memang tidak mampu menangkap esensi PAKEM, atau mungkin juga mereka memang tidak
tertarik, karena tidak mau repot. Yang menyedihkan, kelompok ini lebih besar jumlahnya
ketimbang dua kelompok lainnya.
Kedua, kelompok yang menerapkan PAKEM tetapi sebatas pada simbol-simbolnya saja.
Mereka lebih mementingkan simbol yang menunjukkan diterapkannya PAKEM di kelasnya.
Mereka menangkap pengertian PAKEM sebatas pada simbol fisik, tetapi makna pokok atau
esensinya belum benar-benar difahami. Situasi kelas kelompok ini kalau dilihat secara fisik
memang penuh dengan ‘tanda-tanda’ PAKEM, seperti adanya pajangan hasil karya siswa,
penataan tempat duduk yang berkelompok, dan lain-lain, tetapi pembelajaran di kelas tersebut
sebenarnya berjalan seperti biasa. Ciri-ciri kelas kelompok ini biasanya dapat dilihat dari hasil
karya siswa yang dipajang sudah lama, tidak terlihat adanya perubahan pada sikap siswa, dan
guru masih mendominasi jalannya pembelajaran.
Ketiga, kelompok yang sudah melaksanakan pakem, baik yang masih dalam taraf permulaan
maupun yang sudah relative lebih baik. Kelompok ini didominasi oleh guru-guru yang
memiliki ambisi besar dalam mengembangkan kariernya. Mereka bekerja lebih bersemangat
dan lebih mementingkan proses daripada hasil. Gaya mereka dalam mengelola pembelajaran
pun berbeda. Jika kelompok lain memosisikan dirinya sebagai pengajar, mereka memosisikan
diri sebagai fasilitator atau agen pembelajaran. Maksudnya, mereka tidak mengajar
sebagaimana mengajar cara konvensional (seperti mengisi botol kosong), tetapi mereka
mengajari siswa bagaimana belajar (learning how to learn). Landasan berpikir mereka sangat
bagus karena mereka meyakini jika proses pembelajaran berjalan baik, maka hasilnya pun
akan lebih baik. Mereka juga meyakini bahwa belajar itu bukan sekedar menguasai ilmunya,
tetapi juga diikuti dengan adanya perubahan sikap pada diri siswa.
Dari pendapat Meier tersebut kita temukan beberapa komponen pembangun suasana yang
menyenangkan. Komponen-komponen tersebut adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya
keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adanya pemahaman atau penguasaan
materi. (5) adanya nilai yang membahagiakan.
Untuk lebih memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan
saya akan mengajak Anda untuk membahas satu per satu komponen-komponen pembangun
suasana menyenangkan tersebut.
(1)Bangkitnya minat. Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan
yang kuat. Sekarang cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan
‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk
mempelajari sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa
tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling
mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi
menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin menyenangkan. Suasana menyenangkan
yang terpelihara sepanjang proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar
selama pembelajaran berlangsung.
(2)Adanya keterlibatan penuh. Komponen ini dependen terhadap komponen pertama. Maksud
saya, seorang siswa tidak mungkin akan terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika
didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan
demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang
akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam pembelajaran, guru
sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal
pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu
yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan cara yang menyenangkan.
Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang akan dilakukan dalam mempelajari materi
sangat perlu disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan
mentalnya.
(3)Terciptanya makna. Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yangsering
dipadankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat
dengan masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang
personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian
‘kesan’.Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat
menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa
pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan
bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya, agar
pembelajaran dapat mengesankan maka pembelajaran itu harus dalam suasanayang
menyenangkan. Karena ‘makna’ sering kali muncul dalam konteks yang sangat personal,
maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswa-
siswanya.
(4)Pemahaman atau penguasaan materi. Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh,
kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya
ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan
tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat
dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian
melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita
atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi
sangat logis dan meyakinkan.
(5)Nilai yang membahagiakan. Membahagiakan artinya membuat hati merasa tenteram. Hati
yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan
terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan
dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui
perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga
perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi
munculnya minat belajar.Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia
memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu
tumbuh dan berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu
memecahkan persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan
percaya diri. Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa
dirinya memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan demikian, dalam rangka membantu
siswa memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus
berusaha terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada setiap
siswanya.
https://cakheppy.wordpress.com/2011/04/09/strategi-joyfull-learning-belajar-menyenangkan/
Disini akan dijelaskan Joyfull Learning berasal dari kata joyfull yang berarti menyenangkan
sedangkan learning adalah pemberlajaran.[1] Dave Meier menyatakan bahwa belajar
menyenangkan (joyfull learning) adalah sistem pembelajaran yang berusaha untuk
membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman, nilai
yang membahagiakan pada diri siswa.[2]
Menurut Paulo Fraire, Joyfull Learning adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi
tekanan, baik tekanan fisik maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan
mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat mendorong
terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
Menurut bambang yulianto: Joyfull Learning yaitu membuat kelas jadi menyenangkan, jangan
monoton.[3] Sedangkan menurut yanu armanto; Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dapat
membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar.[4]
Maka joyfull learning adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar dalam hal ini adalah
guru untuk membuat siswa lebih dapat menerima materi yang disampaikan yang dikarenakan
suasana yang menyenangkan dan tanpa ketegangan dalam menciptakan rasa senang.
Penciptaan rasa senang berkait dengan kondisi jiwa bukanlah proses pembelajaran tersebut
menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Dan menyenangkan atau mengasyikkan dalam
belajar dikelas bukan berarti menciptakan suasana huru-hara dalam belajar di kelas namun
kegembiraan disini berarti bangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh serta terciptanya
makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang membahagiakan
siswa.
Seperti halnya ungkapan yang dipromosikan oleh Mihaly Csikszentmihalyi ”Syarat bagi
pembelajaran yang efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan seperti masa kanak-
kanak”. (bukan ”kekanak-kanakkan”) melainkan yang mendukung dan menggembirakan
(”bermain”). Dan lebih lanjutnya Csikszentmihalyi katakan ”Selama beberapa tahun pertama
kehidupan, setiap anak adalah ”mesin belajar” kecil yang tidak kenal lelah mencoba lagi
gerakan-gerakan baru, kata-kata baru, setiap hari. Perhatikanlah dengan saksama, pusatkanlah
pada wajah seorang anak tatkala belajar ketrampilan baru.[7] Apa yang mereka perhatikan
adalah indikasi dari ”rasa senang”-nya. Dan setiap pembelajaran yang menyenangkan
menambah kompleksitas perkembangan diri anak tersebut.
Sebelum dikenakan pada tujuan pembelajaran joyfull learning lebih dulu mengetahui tujuan
pendidikan nasional sesuai undang-undang no.02 untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[8]
Siswa akan terdorong untuk terus belajar jika pembelajaran diselenggarakan secara nyaman
dan menyenangkan, sehingga siswa terlibat secara fisik dan psikis. Untuk itu guru perlu
menciptakan kondisi pembelajran yang sesuai dengan minat dan kecerdasan siswa. Guru juga
perlu memberikan penghargaan bagi siswa yang berpartisipasi. Penghargaan dapat bersifat
material dan penghargaan, nilai, penghargaan applaus.[9]
Proses pembelajaran yang menyenangkan disini bisa dilakukan dengan: pertama dengan
menata ruangan yang apik menarik yaitu dengan memenuhi unsur kesehatan, misalnya
dengan pengaturan cahaya, ventilasi serta memenuhi unsur keindahan dengan dipasang karya
siswa. Kedua melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber pembelajran yang relevan
serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.[11]
Seperti yang telah dijelaskan pula dari quantum learning sendiri bahwa belajar itu haruslah
mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu masuk untuk informasi
baru akan lebih lebar dan terekan dengan baik.
Dengan adanya pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) ini maka pesera didik tidak
hanya dikurung di dalam ruang kelas belajar saja, tetapi juga belajar di luar ruangterbuka atau
Auditorium dengan arena bermain edukatif. Menjadikan pelajaran yang selama ini abstrak
menjadi konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Joyfull Learning dapat dilakukan dengan memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif
kepada anak dan memberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua anak. Dengan
kata lain, semua anak merasakan bahwa:
Dengan kata lain anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus merasa aman, bisa
mengekspresikan pendapatnya, dan sukses dalam belajarnya. Keramahan inilah yang
membantu anak-anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui
penciptaan kelas yang lebih “menyenangkan”. [12]
Oleh karena itu guru diharapkan untuk tidak membatasi argumen siswa, karena dengan
mendengarkan argumen siswa merasa lebih diperhatikan dan merasa nyaman berada di kelas.
Selain itu penataan kelas juga bisa membuat siswa merasa nyaman dan senang berada di
dalam kelas.
Teknik joyfull learning yang diterapkan dalam sekolah dapat dipilih kedalam empat bagian,
pertama teknik persiapan, kedua teknik penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat teknik
penutup.[13] Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Teknik persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat
dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:
4. Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik
pelajaran.
5. Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh.
6. Mengajak orang keluat dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.
Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh
apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan.
1. Sugesti positif
Guru harus peka terhadap sugesti negatif yang mungkin akan siswa masukkan ke
dalam lingkungan belajar dan menggantikannya dengan sugesti positif.[14] Perasaan takut,
terlalu banyak materi, serta perasaan bosan dan lain sebagainya itu merupakan sugesti negatif,
dengan adanya sugesti negatif ini maka guru harus mampu mengubahnya menjadi sugesti
yang positif dengan meyakinkan siswa bahwa mereka akan mampu dan bisa serta siap
menghadapinya dengan rasa gembira. Selain itu guru harus mampu membuat pembelajaran
tergugah, terbuka, dan siap untuk belajar.
Sugesti, baik positif maupun negatif akan sangat dipengaruhi juga lingkungan. Apabila
lingkungan dibuat terkesan menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tersugesti untuk
belajar dengan menyenangkan. Sebaiknya guru memahami kaitan antarapandangan sekeliling
dan otak itu penting untuk mengorkestrasikan lingkungan belajar yang
mendukung.[15] Untuk itu persiapan pembelajaran sebaiknya ditata sedemikian rupa agar
dalam kelas bisa mengasyikkan dalam belajar. Misalnya dengan memasang poster afirmasi
pada dinding dengan kata ” Saya mampu mempelajarinya” dengan menggunakan warna yang
menarik, menggunakan alat bantu benda yang dapat mewakili suatu gagasan, mengatur
bangku (seperti membentuk bangku setengah lingkaran, bangku berhadap-hadapan).[16]
Ada yang menghubungkan antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung
dikaitkan dengan ”apa”, sedangkan manfaat dikaitkan dengan ”mengapa”. Siswa dapat belajar
paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa
pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka sendiri.[18]
Kerja sama membantu siswa mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan
energi kejiwaan untuk belajar (dan bukunya untuk bersaing atau melindungi diri). Kerja sama
antara siswa untuk menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan,
gagasan dan informasi mengalir bebas.
Selain itu dengan kerja sama dalam belajar akan memungkinkan setiap siswa tidak
akan terabaikan, sulit pula bagi siswa untuk sembunyi dan tidak aktif. Oleh sebab itu
sebaiknya sebelum pelajaran melangkah lebih lanjut dibuat kelompok sebagai mitra belajar.
Cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kegiatan belajar adalah dengan
membagi kelas menjadi pasangan dan membentuk kemitraan belajar.
Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran
serta semua pihak. Belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif
menciptakan pengetahuan dan ketrampilan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada siswa
dan bukan merupakan tanggung jawab perencana atau guru. Guru hanya sebagai fasilitator
yang berkewajiban menata meja dengan makanan yang merangsang selera dan bergizi,
sedangkan kewajiban siswa untuk memakannya sendiri. Maka siswa diupayakan agar mampu
berkreasi dan mandiri.
Merangsang rasa ingin tahu siswa sangat membuat upaya mendorong siswa agar
terbuka dan siap belajar. Pembelajaran (dan kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada
sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Guru dapat menggugah rasa ingin tahu siswa
adalah dengan cara: memberi masalah untuk dipecahkan secara kelompok, menyuruh siswa
berpasang-pasangan dalam menjalankan tugas pencarian fakta, memainkan permainan tanya
jawab,menyuruh siswa menyusun pertanyaan.
b. Teknik Penyampaikan
Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan hasil karya
untuk menampilkannya besar-besar pada dinding, papan planel, atau papan tulis magnetik.
Selanjutnya, suruhlah siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas
belajar ”mengajar-kembali”
Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim meneliti berkas bahan
pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah presentasi untuk kelompok. Bekali setiap tim
dengan materi untuk membuat pendukung atau bantuan presentasi yang dapat membantu
mereka menyampaikan poin-poin mereka. Karena siswa lebih banyak mengingat dengan
diasosiasikan dengan sesuatu yang telah atau pernah dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh
Harry Lorayne dan jerry lucas yaitu ” anda bisa mengingat sepotong informasi jika
diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda ketahui atau ingat sebelumnya”[20]
c. Teknik Pelatihan
d. Teknik Penutup.
Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam
akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak
efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam joyfull
learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan
memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi.
Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern, penulis improving your memory ” alasan utama
mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian”[21]
Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata
pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran tidak terlupakan dengan cara antara
lain:
1. Strategi peninjauan kembali yaitu membahas cara–cara untuk membuat siswa mengingat
apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang
sekarang. Yaitu guru bisa dengan menggunakan kartu indeks yang terpisah, menuliskan
pertanyaan tentang materi yang diajarkan kartu berisikan pertanyaan dengan jumlah separuh
dari jumlah siswa, dari kartu yang terpisah siswa menuliskan jawaban atas masing-masing
pertanyaan. Guru mencampurkan dua kumpulan kartu dan mengaduk agar acak. Berikan satu
kartu untuk satu siswa, sebagian jumlah siswa menerima kartu pertanyaan sebagian yang lain
menerima jawaban. Guru memerintahkan siswa untuk mencari pasangannya atau siswa yang
membawa kartu jawaban pertanyaannya. Bila telah bertemu salah satu siswa diminta untuk
membacanya keras-keras untuk melihat kebenaran dan kecocokkan jawaban dan
pertanyaannya.[22]
2. Penilaian sendiri yaitu membahas cara-cara untuk membantu siswa untuk menilai
sendiri apa yang telah mereka peroleh.
Guru mengungkapkan harapannya agar siswa tidak berhenti belajar hanya karena
pelajaran telah berakhir. Kemukakan kepada siswa bahwa ada banyak car bagi mereka untuk
terus belajar secara mandiri. Tunjukkan bahwa slah satu cara dengan membuat daftar berisi
gagasan mereka. Buatlah sub-sub kelompok, perintahkan tiap sub untuk mencetuskan gagasan
mereka.
4. Ucapan perpisahan
Beri siswa kertas kosong dan katakan pada mereka inilah saatnya ”ujian
akhir”, katakan pada siswa bahwa tugas mereka adalah menulis secara urut banyaknya
aktifitas belajar yang telah ditempuh, lalu perintahkan siswa untuk mengenang masa belajar
yang mereka rasakan selama ini.[24]
Dalam proses pembelajaran guru pasti punya tujuan yang mana guru menginginkan tujuan
dari pembelajaran itu bisa tercapai dengan keadaan siswa yang senang dan menyenangkan.
Adapun caranya antara lain:
a. Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks)- lingkungan yang aman untuk melakukan
kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.
b. Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan- penjelasan guru sesuai dengan
kenyataan yang sekiranya siswa pernah melihat atau mengalaminya, sehingga tidak terlalu
jauh antara pelajaran dengan bayangan siswa.
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif- karena pada umumnya ketika
belajar dilakukan bersama guru, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu jeda teratur,
dan dukungan antiusias.
d. Melibatkan secara sadar semua indra dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. Karena
jika indra bergerak tidak bersamaan dengan kerja otak (melamun) maka pembelajaran tidak
bisa efektif.
e. Menantang otak siswa untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang
sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami
subjek pelajaran.
f. Mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-
periode waspada yang relaks.[25]
Media adalah salah satu factor yang penting dalam proses pembelajaran. Motivasi untuk
belajar akan meningkat jika kondisi proses pembelajaran itu menyenangkan, efektif dan lebih
hidup. Jadi, media yang bagus diperlukan dip roses pembelajaran tentang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Finnuchiaro mengatakan bahwa: ”Varios media such as the picture
file, the pocket card, flash cards or words cards, the flannel board or magnetic board, real
object, andmany miscellanous materials”[26] yaitu: Ada banyak media seperti gambar-
gambar, kartu cepat atau kartu kata, papan magnet, obyek nyata dan banyak macam-macam
materi.
b. Gambar
Ada banyak macam gambar yang dapat digunakan di dalam kelas paling sedikit guru
harus mempunyai data yang terdiri dari 3 macam gambar.
2. Gambar situasi dimana orang melakukan sesuatu dengan obyek dan hubungan obyek
dan manusia yang dapat dilihat.
Dengan menggunakan gamabr proses pembelajaran dapat menarik dan efektif jadi
karakteristik seperti konsentrasi yang pendek dapat diakali dengan menggunakan gambar, dan
lebih meningkatkan motivasi murid dalam belajar.
Kartu cepat dapat digunakan pada kelas pelajaran yang masih muda. Kartu-kartu ini
dapat disiapkan dan diisi dalam kategori yang sama dan perintah yang sama sbagai gambar
individu.
Anak-anak yang lebih muda dapat disuruh untuk mencocokkan kartu dan gambar
secepat yang mereka baca. Mereka juga dapat mencocokkan kartu dan kata yang tertulis
dipapan tulis atau dipapan kartu yang besar. Media ini sangat berguna dalam aktifitas bahasa
seperti game. Dengan menggunakan media flash card di dalam game karakteristik dapat
dimotivasi melalui aktivitas ini.
Papan Flanel dapat digunakan sama seperti papan magnet. Papan flannel adalah papan
yang dibuat dari kayu yang permukaannya dilapisi dengan flannel fabric untuk menempelkan
benda-benda, gambar, kertas dan lain sebagainya. Panjangnya sekitar 1 meter dan lebarnya 70
cm. alat ini dibuat untuk mempraktekkan kosa kata dan ayat-ayat al-quran. Sehingga gambar
dan kertas mudah untuk ditarik dan ditempel sebagai ilustrasi dan pengajaran dari banyak
konsep dan struktur.
d. Kaset.
Pemutar kaset (CD Player / tape)adalah media yang cocok untuk cerita, lagu, dan permainan,
dan sebagainya. Ini adalah bentuk pertama. Suara dari pembicara asli terdengar sempurna
untuk membangun pengucapan siswa atau dapat juga untuk memahami bentuk cerita atau
kisah para Nabi.ucapan yang terdengar juga memberikan pengalaman dari
bentuk eksperimen yang digunakan didalam pengucapan atau kefasihannya. Jadi karakteristik
seperti meniru memudahkan dengan menggunakan ucapan yang asli.
Media ini digunakan dalam pelajaran dikelas untuk membiasakan siswa pada suara
lain dari pada guru mereka untuk menambah latihan konsentrasi.
e. Obyek nyata
Obyek nyata adalah media lain. Mereka dapat diletakkan di kotak yang sangat luas.
Media ini akan membantu untuk mengilustrasikan kosa kata atau konsep cultural. Seperti
Koran, bendera, peta, botol, kotak, dan benda benda lain adalah ilustrasi kosa kata yang
pokok. Benda-benda ini digunakan oleh guru untuk siswa senang.
A. Prawacana
Di era globalisasi yang serba modern ini, strategi pembelajaran yang menyenangkan sangat
variatif sekali, dari mulai teknik dan metode-metode yangditerapkan. Akan tetapi tidak jarang
para pengajar yang belum mengetahui dan belummenerapkannya. Hal ini mengakibatkan
adanya kejenuhan dan ketidaksemangatan bagipeserta didik dalam menjalani proses
pembelajaran. Di samping itu, prosespembelajaran yang monoton juga akan menciptakan
suasana yang menjenuhkan bagipara pesereta didik, berawal dari kejenuhan tidak menutup
kemungkinan peserta didik akan menjadi malas.
Supaya kemalasan tidak terjadi didalam pembelajaran harus ada penerapan strategi yang
menyenangkan, menyenangkan disini bukan berarti bersenang-senang atau mengharuskan
anak-anak untuk tertawa-tawa berbahak-bahak, akan tetapi pembelajaran yang menyenangkan
berarti sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan
murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi
yang saling mendukung. Menyenangkan disini berarti proses pembelajaran yang berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan dan menarik minat peserta didik untuk
terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal.
Kemaksimalan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha-usaha dari para pendidik. Oleh karena
itu, peran para pendidik sangat menentukan besar kecilnya hasil yang akan di capai, maksimal
atau tidaknya hasil nanti. Oleh karena itu, dalam bab ini ini akan dibahas, pengertian dari
strategi pembelajaran, pengertian dari pembelajaran yang menyenangkan, strategi
pembelajaran yang menyenangkan, faktor-faktor dari pembelajaran yang menyenangkan, dan
langkah-langkah dalam menciptakan pembelajaran (Biologi) yang menyenangkan.
Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen umum dari suatu bahan pembelajaran dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk menghasilkan hasil
belajar tertentu. (Suparman, 2008 : 127). Secara umum strategi mempunyai pengertian
sebagai berikut suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang akan
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.
Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai
daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses mengajar. Dapat pula dikemukakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar
mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.
Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam Depdiknas (2003) yang merumuskan strategi
pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran
menjadi efektif. Artinya, rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan tujuan yang
jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Rumusan Depniknas tersebut diperkuat
dengan pernyataan selanjutnya bahwa dalam mengembangkan strategi pembelajaran, guru
perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya pembelajaran efektif
dan berhasil baik.
Menurut Munib Chotib (2012 :129-130) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu:
1. Exposition-Discovery Learning
2. Group-Individual Learning.
Group Learning adalah strategi pembelajaran melibatkan lebih dari satu siswa yang dibagi
dalam kelompok. Sedangkan Individual Learning adalah strategi pembelajaran individual.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang
efektif. Reigeluth (1983) membagi strategi pembelajaran menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu (1)
strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Strategi
pengorganisasian merujuk pada bagaimana pembelajaran itu diberikan dan bahan ajar
disajikan. Metode penyampaian berhubungan dengan media pengajaran dan bagaimana siswa
dapat mengerti dengan media yang digunakan. Strategi pengelolaan meliputi penjadwalan
pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran
adalah cara pandang, pola berfikir, dan arah berbuah diambil guru dalam memilih metode
pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran. Dengan demikian strategi
pembelajaran adalah strategi pengorganisasian, panyampaian dan pengelolaan berbagai
sumber belajar yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan
berhasil secara efektif.
Secara arti bahasa menyenangkan adalah menjadikan senang, membuat bersuka hati,
membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati), merasa senang (puas), dan
sebagainya. (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2011: 110). Pembelajaran yang
menyenangkan (Joyfull learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-
anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang didalamnya
terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada
tekanan. Yang ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Joyfull learning pada
dasarnya adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk membuat siswa lebih
dapat menerima materi yang disampaikan dikarenakan suasana yang menyenangkan dan
tanpa ketegangan. (Hermansyah, 2009 : 3).
menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara
aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Disamping
itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi
peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasi semakin aktif dan
Learning is fun, belajar itu menyenangkan. Lingkungan belajar yang baik adalah
lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, proses
pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar siswa tidak
tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang
pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut untuk
peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz, role playing dan sebagainya.
Dengan adanya hal demikian, peserta didik akan mampu untuk berfikir, akan timbul
kreativitas yang tinggi, dan akan timbul kemandirian dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar.
Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar
berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa
pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Arief.S Sadiman
Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat
tiga unsur penting yaitu: (1)Proses yang direncanakan guru, (2) Sumber belajar, dan (3)
memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan menciptakan situasi yang menyenangkan
tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru
dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar
siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari
siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban,
menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan,
aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta
aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan
tinggi dari seorang tercurah) maka struktur system syaraf kimiawi seseorang berubah.
Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris
Tentu saja konsentrasi yang tinggi tidak akan terwujud jika kondisi kelas tidak
nyaman. Oleh karena itu pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak
emosional dan mental dalam proses belajar, sehingga akan dapat memunculkan
Demikian pula sebaliknya, prakarsa anak untuk belajar akan mati bila kepadanya
dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar.
Banyaknya aturan yang sering kali dibuat oleh pengajar dan harus ditaati oleh anak
akan menyebabkan anak selalu diliputi rasa takut. Lebih jauh lagi, anak akan kehilangan
kebebasan berbuat dan melakukan control diri. Apa yang terjadi bila anak selalu
dikuasai oleh rasa takut. Anak akan mengembangkan pertahanan diri (defence
cara-cara untuk mempertahankan diri mengatasi rasa takut. Anak-anak demikian tidak
sehingga menghasilkan hasil belajar tertentu. Di samping itu pula dapat diartikan
sebagai cara atau metode-metode yang disampaikan kepada peserta didik dalam
materi.
pembelajaran.
4. Waktu pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar
dan peserta didik. Cara agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan adalah guru
sebagai pendidik harus mampu memiliki keikhlasan yang tinggi dalam mengajar. Setelah
ikhlas tumbuh di hati, maka akan terlihatlah kebahagiaan seorang guru. Ketika guru
senang, maka akan terlihat wajah yang penuh dengan senyuman, dari wajah yang
guru kurang memperhatikan hal yang terlihat kecil dan sepele ini. Terlalu menganggap
bukan karena senyuman atau kebahagiaan seorang guru. Selain guru harus profesional.
Itulah yang membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu juga seorang
guru harus mampu profesional di bidang keilmuan yang diampunya, dia harus
menguasai materi yang akan disampaikan kepada para peserta didiknya. Tanpa
2005 : 79).
peserta didik dalam mengajar sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang
menarik, baik menggunakan alat peraga atau media pembelajaran. Lebih bagus lagi bila
dan menarik akan dapat menumbuhkan minat dan kecintaan peserta didik karena
materi yang diberikan dengan suasana menyenangkan. Guru senang, peserta didikpun
senang.
berikut.
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe prilaku apa yang diharapkan dapat
dilandasi prinsip efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan
tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, seorang pengajar haruslah berpikir strategi
pembelajaran yang menyenangkan manakah yang paling efektif dan efisien dapat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, dapat memilih
strategi pembelajaran menyenangkan yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran aktif artinya
pembelajaran perlu mengaktifkan siswa dan guru baik secara fisik maupun mental
bahkan moral dan spiritual. Pembelajaran kreatif artinya, tidak sekedar melaksanakan
dan acuan kurikulum dan perlu dikembangkan secara kreatif. Pembelajaran efektif
artinya mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang “didapat” oleh siswa
sebagai hasil interaksi dua arah dendan siswanya. Pembelajaran yang menyenangkan
harus dimaknai secara luas harus dapat “dinikmati” oleh pembajarnya, mengasyikan
tidak sekedar menyenangkan tapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah
mengetahui sesuatu hal, selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai ketahanan
tidak terpaku pada kurikulum saja, guru membuat persiapan mengajar dengan lebih
baik, akan lebih bagus jika banyak alat bantu mengajar yang dikembangkan oleh guru
dengan menggunakan bahan-bahan lokal dengan biaya yang murah, guru lebih banyak
menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, guru lebih bervariasi dalam
menggunakan metode belajar, hasil pekerjaan peserta didik dipajangkan di ruang kelas
dan suasana pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan akan terjadi di dalam
Pembelajaran PAKEM hanyalah salah satu alternatif yang sangat bagus jika
diterapkan oleh seorang guru dikala ia mengajar. Memang tidak mudah untuk
menjalankan PAKEM secara sempurna, apalagi guru dituntut agar selalu kreatif. Namun
berusaha mencobanya terus menerus dan yang lebih penting dari segalanya adalah
kualitas guru tersebut, karena apa pun strategi maupun metode yang digunakan akan
Yang Menyenangkan
Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk menjadi
seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing anak tersebut.
Seorang guru yang mampu memahami dari sifat anak maka sudah dapat
menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu kelas, ada anak
yang memiliki sifat pemalu, pemberani, dan bahkan pemalas (cepat bosan).
Maka, seorang guru harus mampu memahami mereka, dan dalam mengatasi pun
akan tercapai apabila seorang guru belum mampu memahami sifat dari masing–
pendidik. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter yang
sama. dengan memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan semakin
dekat dengan peserta didik. Metode ini mampu menjadikan hubungan yang erat
antara peserta didik dengan pendidik, seolah-olah mereka menjadikan orang tua
saat di sekolah. Mereka akan merasa lebih mengenal lebih dekat dan senang
terhadap pendidik tersebut. Berawal dari suka atau senang terhadap guru maka
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
memecahkan masalah
pada peningkatan kemampuan kognitif saja. Padahal ciri khusus dari proses
penalaran logis dan aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga merupakan proses
pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu, perlu peningkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu aspek pengetahuan tingkat tinggi
adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
memajang hasil pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain itu, hasil
baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain, yang dipajangkan dapat berupa
gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata
dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan
kels yang mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik merasa betah
dan dapat menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa SD sampai SMA
biasanya masih menggunakan ruang kelas sebagai tempat yang pokok dalam
pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak jarang juga pelaksanaan di luar kelas.
Ruang kelas yang bersih, nyaman, dan menarik dapat menciptakan pembelajaran
Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki
pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak
harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang sesuai
dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat
apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.
dengan cara yang tidak membuat siswa semakin terpuruk, semakin minder akibat
kehilangan kepercayaan pada dirinya. Misalnya guru harus menghindarkan katakata “kamu
tidak bisa”, “kamu tidak mengerti apa-apa”, tetapi diutarakan dengan
kata “belum bisa” ketika siswa belum mampu melaksanakan tugas gerak sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan harapan guru. Hal terpenting lagi adalah guru
tetap memiliki pendirian yang konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru
penjas yang baik adalah guru yang selalu berupaya mendengarkan dan
pembelajaran penjas. Guru penjas yang baik pun adalah orang yang mampu
orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup
lainnya dan benda-benda mati atau makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup
tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-
benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu
jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut (Indrawati, 2009 : 26).
ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere,
domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan
keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur
lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur
yang menjenuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya metode untuk menghilangkan
sebagai sumbelar belajar yaitu karena jumlah sumber belajar yang tersedia di
lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara
tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat,
Kata aktif dapat diartikan sebagai terbiasa berbuat segala hal dengan
memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional,
aktif fisik dengan mental. Banyak guru yang sudah merasa puas jika menyaksikan
anak didiknya sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi dengan bangku dan meja
Pembelajaran yang menyenangkan selain dalam aktif fisik harus ada pula
aktif mental, karena aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering
digunjing, takut ditertawakan, disepelekan atau takut dimarahi jika salah. Oleh
Baik yang datang dari pendidik itu sendiri maupun dari temannya (Indrawati,
2009 : 27).
menyenangkan. Karena dengan adanya rasa aktif dari peserta didik baik dari segi
dan hal tersebut menunjukan adanya perasaan senang dalam diri peserta didik.
maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena itu
siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anakanak bapak
atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah
memantulkan energi positif yang dapat mempegaruhi semangat para siswa. Kita
dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut
muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi
menegangkan
yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai
keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain
itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan.
atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa jika jawabannya salah katakan
“KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang
3. Memotivasi siswa
bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena
menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan
belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi yang
tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses
pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias. Apabila dalam diri peserta
didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar
akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses
Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula
keberhasilan yang akan dicapai. Banyak cara dalam memberikan motivasi kepada
siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi seperti
Guru : Hallo ?
Siswa : Hai !
Siswa : Baik.
Siswa : Ya!
memperlakukan guru dengan hormat dapat membiasakan kalimat ini bagi siswa :
Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran
saat itu menjadi kurang nyaman. Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali
derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru
berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu
Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa
siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar
siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel,
tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti
yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading dan
Kinesthetic. Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa
belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan
Untuk mendukung hal tersebut beberapa metode praktis (Ismail, 2008: 74-
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan
sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah
jawabannya.
sama.
c. Card sort
Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok
yang telah atau sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic
utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada
membuat kelompok sesuai dengan topik atau kartu induknya dan menyusun
apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan
rinciannya
d. Reading aloud
G. Simpulan
kegiatan pembelajaran.
4. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu: Memahami sifat anak, mengenal anak
secara perorangan, dan membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif
mental.
yaitu: menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat, menciptakan suasana rileks,
Menyenangkan.Jakarta:PTKIPA Press.
Media Group.
Tim penyusun kamus pusat bahasa 2011. Kamus Populer Bahasa. Jakarta: Erlangga
Uno, Hamzah B.2007. Model pemblajaran menciptakan proses mengajar yang kreatif dan
http://www.pdk.or.id/wp-content/uploads/2011/10/guru1.jpg