Anda di halaman 1dari 39

BAHAN ARTIKEL PENDIDIKAN YANG MENYENANGKAN

Pendidikan merupakan investasi masa depan. Melalui pendidikan, peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik dapat meningkatkan
wawasan pengetahuannya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan berupaya untuk
mewadahi potensi peserta didik dan membekali peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di
masa yang akan datang. Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran atau kegiatan
belajar. Keberadaan guru menjadi salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Tugas guru adalah membelajarkan peserta didik.
Dalam membelajarkan peserta didik, guru perlu mengembangkan kompetensi dan tekniknya
dalam mengajar. Seringkali guru kurang memperhatikan teknik mengajar. Banyaknya mata
pelajaran yang harus dikuasai oleh guru, membuat para guru menerapkan metode ceramah
dari hari ke hari sehingga peserta didik merasa jenuh, bosan, bahkan malas-malasan
mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut berdampak pada penurunan prestasi belajar
peserta didik. Sebagai seorang guru, harus pandai mengelola kelas, mengemas suatu
pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Guru dapat mengembangkan profesionalitasnya dalam mendidik. Penyampaian pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang variatif menjadi salah satu cara mengatasi kebosanan
siswa dalam belajar. Hal ini dapat didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang
berkualitas. Misalnya, guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan memanfaatkan
teknologi yang ada. Selain itu dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang kreatif dan
inovatif membuat para siswa tidak jenuh terhadap materi dan lebih berkembang. Memang,
menjadi guru sebaiknya up to date dengan perkembangan zaman. Menjadi guru yang
memiliki kemampuan teknologi baik akan mmembantu proses pembelajaran siswa. Dengan
suasana tersebut, diharapkan dapat mengubah suasana kebosanan dalam belajar menjadi
senang, lebih bergairah, dan termotivasi. Dengan demikian, prestasi siswa sangat berpotensi
mengalami kenaikan.
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk
meningkatkan kualitasnya dalam mendidik peserta didik. Untuk itu, guru harus mengetahui
hakikat belajar dan pembelajaran yang baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap hakikat tersebut.Selain dapat meningkatkan
semangat belajar, pembelajaran yang menarik dan menyenangkan juga memicu seorang guru
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang dapat menarik
perhatian siswa dalam menyampaikan materi pelajaran. Disinilah tingkat kekreativan dan
keterampilan mendidik siswa akan terlihat, sehingga guru harus pandai memutar otak.
Harapannya, dengan terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, akan
tercapai pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.
Pendidikan merupakan investasi masa depan. Melalui pendidikan, peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Peserta didik dapat meningkatkan
wawasan pengetahuannya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan berupaya untuk
mewadahi potensi peserta didik dan membekali peserta didik untuk menyiapkan kehidupan di
masa yang akan datang. Pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran atau kegiatan
belajar. Keberadaan guru menjadi salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar. Tugas guru adalah membelajarkan peserta didik.
https://www.hipwee.com/narasi/pembelajaran-yang-menarik-dan-menyenangkan/

Bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan? Sebagai pendidik dan pengajar


mungkin pertanyaan tersebut kadang muncul dibenak kita, menciptakan suasana pembelajaran
yang asyik dan membuat siswa menikmati proses pembelajaran merupakan dambaan para
guru, dengan suasana pembelajaran yang menarik bisa membuat siswa menjadi lebih aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu pembelajaran yang menyenangkan juga
membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Seperti apa sebenarnya pembelajaran yang menyenangkan tersebut ? Pembelajaran yang
menyenangkan setidaknya harus memuat beberapa aspek yang saling menunjang satu sama
lain seperti:
8 Aspek Pembelajaran Yang Menyenangkan
1. Tetap berorientasi pada tujuan pembelajaran
Inti dari suatu proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran, tidak ada batasan
cara atau metode yang mesti diterapkan guru. Melainkan guru diberi keleluasaan untuk
berkreasi menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan guna tercapainya tujuan
pembelajaran. Terkadang tujuan pembelajaran bisa tercapai namun tidak terlalu
mementingkan prosesnya maka alangkah baiknya jika proses dan hasil pembelajaran menjadi
fokus untuk dimaksimalkan.

2. Memancing keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.


Pernakah kita melihat guru yang mengajar seolah-olah dialah yang menguasai kelas, siswa
tidak diberi banyak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran, mungkin hal
tersebut pernah kita alami. Cara ini sedikit keliru karena seharusnya siswalah yang mesti
diberi banyak peran dalam proses pembelajaran agar kemampuannya bisa tereksplorasi.
3. Menyeimbangkan aspek kognitif, aspek afeksi dan psikomotorik.
Hal yang terkadang tidak disadari oleh seorang guru adalah mereka hanya lebih fokus menilai
siswa dalam aspek kognitif (kecerdasan) namun cenderung mengabaikan aspek psikomotor
dan afektif. Padahal ke-3 aspek ini seharusnya diseimbangkan dalam penilain maupun dalam
pembelajaran karena kecerdasan sendiri terbagi 3 yakni kecerdasan kognitif, afektif dan
psikomotor. Jadi alngkah tidak adilnya jika lebih berorientasi pada kecerdasan kognitif
sehingga siswa yang memiliki kecerdasan psikomotor dan afektif terabaikan.
4. Bersifat student center (pembelajaran berpusat pada siswa)
Dalam pembelajaran yang bersifat student center guru memposisikan diri sebagai motivator,
katalisator, mediator dan siswa diberi keleluasaan dalam untuk terlibat secara penuh dalam
proses belajar. Guru hanya mengarahkan, memberi penjelasan ketika ada hal yang benar-
benar tidak dipahami siswa.
5. Pembelajaran bermakna (materi pelajaran yang diajarkan berbekas dalam khazanah
pengetahuan siswa)
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang membuat siswa sangat terkesan dan materi
pelajaran yang ia pelajari tertancap kuat dalam pikiran.
6. Membuat siswa selalu bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran.
Apa yang membuat siswa selalu bersemangat dalam pembelajaran? tak lain adalah cara guru
yang kreatif, inovatif dalam menyajikan materi pelajaran sehingga siswa selalu bersemangat
dan termotivasi dalam mengikuti pelajaran
7. Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran yang bervariatif.
Penerapan Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran yangbervariasi akan
membuat siswa tidak jenuh dan bosan untuk belajar karena mereka merasa selalu menemukan
hal baru dengan penerapan Metode, model, strategi, teknik dan pendekatan pembelajaran
yang bervariatif.
8. Guru yang komunikatif
Guru memiliki peran yang sangat sentral dalam menghadirkan suasana belajar yang aktraktif
dan menyengankan, guru yang baik adalah guru yang tahu bagaimana menangani siswa yang
sedang malas belajar, siswa yang pendiam, bagaimana menghadirkan bercandaan positif
sebagai selingan pembelajaran dll.
Ke-8 poin di atas adalah unsur yang sebaiknya dihadirkan dalam proses pembelajaran agar
siswa tidak mudah bosan dan jenuh dalam kegiatan belajar mengajar.
https://www.rijal09.com/2017/03/7-contoh-pembelajaran-yang-menyenangkan.html
Metode/model/teknik/strategi dan pendekatan yang bisa menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan? Berikut Contoh Pembelajaran Yang Menyenangkan yang bisa
dikatakan cukup menyenangkan dan aktraktif

7 Contoh Pembelajaran Yang Menyenangkan


1. Kontekstual learning
Kontekstual learning Contoh pembelajaran yang menyenangkan yang lebih menekankan pada
pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat secara penuh dan mengorientasikan siswa
untuk berpikir secara realistis yakni bagaimana materi pelajaran bisa dipahami secara nyata.
Dengan menerapkan pembelajaran kontekstual learning siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dalam setiap pembelajaran kemungkinan bisa
tercapai.
2. Experience learning (pembelajaran berbasis pengalaman)
Pembelajaran berbasis pengalaman adalah pembelajaran yang menekankan bagaimana siswa
mengaitkan pengalaman/pengetahuan yang telah dialami dengan pengalaman yang akan
dipelajari dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis pengalaman, siswa
diorientasikan menjadikan pengalaman sebagai media dan sumber belajar. Pembelajaran
berbasis pengalaman membuat apa yang siswa saling terkait satu sama lain dan realistis
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Pmebelajaran berbasis pengalaman tidak hanya
terpaku dalam kelas namun bisa diterapkan diluar ruangan dan hal tersebut akan semakin
membuat pembelajaran semakin menyenangkan
3. Pembelajaran inquiry
Pembelajaran inquiry adalah pembelajaran yang berusaha melibatkan secara maksimal
seluruh aspek kemampuan siswa untuk menyelidiki, mencari (peristiwa, benda dan manusia)
secara sistematis, logis, kritis dan analitis sehingga siswa bisa menyimpulkan sendiri
penemuannya dengan penuh keyakinan. pembelajaran ini cukup menyenangkan karena
membuat siswa merasa bebas untuk mengeksplorasi kemampuannya. Dengan menerapkan
pembelajaran inquiry selain pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor mengalami perkembangan secara seimbang karena pembelajaran
inquiry tidak menitikberatkan pada satu aspek kemampuan siswa melainkan meliputi semua
aspke kecerdasan siswa.
4. Pembelajaran berbasis masalah
Dalam pembelajaran ini siswa disajikan suatu masalah dan dituntut untuk berpikir kritis,
logis, analitis dalam menemukan pemecahan dari masalah tersebut. pembelajaran ini terbilang
cukup menyenangkan karena menantang siswa dalam memecahkan masalah. Dengan
menerapkan pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir kritis siswa bisa meningkat
dan siswa akan bisa menjadi terbiasa untuk berpikir tenang dan penuh pertimbangan jika
kelak menmukan masalah.
5. Pengajaran alam sekitar
Belajar secara nyata dengan mengajak siswa secara langsung melihat bentuk realistis dari apa
yang dipelajari, misalkan siswa belajar tentang bunga, maka siswa diajak jalan-jalan ketaman
bunga dan mengamati berbagai jenis bunga yang ada. Dengan belajar menggunakan metode
pengajaran alam sekitar selain menyenangkan karena bisa belajar sekaligus bertamasya siswa
juga akan memahami betapa indahnya alam sekitar, sehingga guru bisa menasehati siswa
untuk selalu menjaga alam.
6. Games (bermin sambil belajar)
Contoh pembelajaran yang menyenangkan selanjutnya adalah dengan penerapan konsep
pembelajaran bermain sambil belajar sangat populer karena pada hakikatnya siswa memiliki
motivasi tinggi untuk melakukan permainan atau games. kelebihan bermain sambil belajar
adalah games/permainan yang dipilih adalah permainan yang memiliki unsur edukatif
didalamnya sehingga selain siswa bisa merasa senagn siswa juga bisa belajar.
7. Diskusi kelompok
Contoh Pembelajaran Yang Menyenangkan terakhir adalah dengan diskusi kelompok. Diskusi
kelompok atau kerja kelompok termasuk pembelajaran yang menyenangkan, melalui kerja
kelompok mereka bisa berkumpul dengan teman kelompoknya, saling bersosialisasi dan
bersaing dengan kelompok lain dalam mengerjakan tugas agar bisa menjadi kelompok yang
terbaik.
Cara Ampuh Membuat Suasana Kelas Menyenangkan
Shabrina Alfari
Jul 9, 2018 • 4 min read
Belajar di kelas tentu telah menjadi menu harian untuk Bapak/Ibu Guru dan para murid di
sekolah. Sebagai fasilitator utama di kelas, guru sangat berperan untuk membuat menu harian
ini selalu segar, menarik, dan tidak membosankan. Maka dari itu, penyajian materi dengan
cara-cara yang baru dan menyenangkan dapat menjadi salah satu faktor untuk menentukan
hasil dari proses belajar mengajar di kelas. Dengan suasana kelas yang menyenangkan, siswa
akan menikmati kegiatan belajar mereka tanpa adanya perasaan tertekan. Lalu, bagaimana ya
caranya membuat kelas tidak membosankan dan menjadikannya menyenangkan? Yuk, kita
simak rahasianya!
1. Buat suasana ruangan yang berbeda
Posisi duduk siswa di sekolah kebanyakan sama, yaitu guru di depan dan kursi siswa
disusun berjajar membentuk persegi. Metode ini dikaji sebagai metode yang tidak efektif,
karena proses belajar terjadi hanya satu arah (guru menyampaikan dan murid
mendengarkan). Agar suasana kelas lebih menyenangkan, cobalah susun ulang ruang
kelas seperti posisi meja dan kursi yang melingkar. Jadi posisi guru berada di tengah-
tengah dan siswa dapat melihat guru dengan lebih baik.
Bapak/Ibu Guru juga dapat mencoba metode mobile teaching. Saat belajar matematika
misalnya, guru bisa benar-benar turun untuk membantu murid menjelaskan penggunaan
rumus dan sebagainya. Hal ini dapat membantu murid lebih relax dan menciptakan
suasana bahwa mereka memang sedang belajar bersama guru, bukan sekadar diajari atau
digurui.
2. Perbanyak interaksi dengan memancing ide anak
Full attention atau perhatian penuh juga bisa didapatkan dari memancing pendapat,
diskusi atau debat argumen antara murid dan guru. Memang tidak semua anak bisa
dengan leluasa mengeluarkan ide mereka. Nah sebagai guru, di sinilah peran Bapak/Ibu
Guru untuk percaya pada kemampuan masing-masing anak dan pacu mereka untuk berani
berpendapat, serta menghargai apapun yang mereka ungkapkan.

Cara ini dapat melatih anak untuk belajar mendengarkan orang lain, keberanian untuk
berbicara dan lebih terbuka pada perbedaan pendapat. Hal ini sangat penting untuk
mereka karena akan menjadi bekal saat berinteraksi dengan orang lain, baik itu dengan
teman, guru, orang tua atau masyarakat pada umumnya.
3. Manfaatkan teknologi
Hanya menjelaskan dengan menulis di papan tulis bisa jadi sudah tidak zaman, lho.
Penggunaan teknologi dapat membantu guru menciptakan suasana aktif dan segar di
dalam kelas. Gunakan laptop, internet dan proyektor untuk mengubah materi pelajaran
text book ke dalam audio visual. Jika ingin lebih mudah, Bapak/Ibu Guru bisa langsung
memperlihatkan video yang ada di ruangbelajar sesuai dengan materi yang sedang
disampaikan. Dengan penyajian yang baik dan menarik, fokus anak akan lebih terarah
pada materi yang disampaikan.
4. Miliki sifat humoris
Siswa mana sih yang tidak suka dengan guru yang lucu? Untuk meningkatkan semangat
mereka, penting untuk Bapak/Ibu Guru memberikan humor segar di tengah-tengah
pengajaran yang sedang diberikan. Tidak hanya itu, sifat humoris yang dimiliki oleh
seorang guru juga dapat memberikan efek kedekatan antara siswa dan guru, lho. Semakin
murid merasa dekat dengan gurunya, maka apa yang disampaikan oleh guru juga akan
lebih mudah diserap oleh mereka.
5. Berikan perhatian yang sama pada semua anak
Terkadang guru akan lebih cenderung memerhatikan murid yang pintar dan aktif di kelas.
Anak yang diam saja di kelas biasanya akan kesulitan untuk mendapatkan kesempatan
untuk menuangkan ide ataupun mengaktualisasikan dirinya di kelas. Maka sering
dikatakan untuk menjadi anak yang “paling” di kelas, baik itu paling pintar, paling suka
telat, paling cantik, paling nakal, dan sebagainya. Karena dengan menjadi yang “paling”
barulah anak akan diperhatikan oleh guru.

Sebagai seorang guru, sebenarnya sudah menjadi tugasnya untuk menemukan benih-
benih unggul yang ada di dalam diri masing-masing anak. Percayalah bahwa setiap anak
mempunyai talenta dan potensinya yang berbeda-beda. Dengan begitu, setiap anak akan
merasa memiliki kesempatan untuk membuktikan dirinya serta membuat kelas menjadi
lebih hidup dan menyenangkan.

Membuat suasana kelas yang menyenangkan ternyata tidak sulit bukan? Jika murid dapat
belajar dengan senang dan relax tentu hasil yang akan mereka dapatkan juga lebih baik
dan efektif. Jangan berhenti untuk melakukan eksplorasi gaya mengajar yang
menyenangkan. Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah mendapatkan inspirasi dari aplikasi
seperti ruangbelajar. Pembahasan materi melalui video beranimasi, beserta latihan soal
dan rangkumannya terbukti dapat membuat anak tidak cepat bosan saat belajar, lho.

https://blog.ruangguru.com/5-cara-ampuh-membuat-suasana-kelas-menyenangkan

Pembelajaran yang Menyenangkan

Learning is most effective when it’s fun – Peter Kline

Dalam proses belajar mengajar akan lebih efektif bila dilakukan dalam situasi yang
menyenangkan, baik bagi anak didik maupun guru. Keduanya merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Bila guru mengajar dengan cara menyenangkan, anak didik pun
menjadi ikut senang. Sebaliknya, bila anak didik sudah merasa senang, maka belajarpun
menjadi semangat. Melihat anak didiknya antusias dalam belajar tentunya guru pun akan
senang dan merasa puas bahwa proses pembelajaran berhasil dilakukan.

Kenapa belajar itu harus senang?

Proses pembelajaran akan mudah diterima dan dipahami bila situasi hati kita senang. Perasaan
senang tersebut menghasilkan rasa sayang, ini artinya bila anak didik sudah berhasil timbul
rasa senangnya terhadap apa yang dipelajari, akan menumbuhkan rasa sayang terhadap
pelajaran yang ia peroleh. Jika sudah sayang, mereka akan rela melakukan apapun demi
menjalani yang mereka sayangi. Sehingga belajar bukan lagi aktivitas yang harus disuruh
terlebih dahulu, tetapi timbul kesadaran dari dirinya sendiri, tanpa adanya paksaan dari faktor
eksternal.
Membuat siswa senang dalam belajar merupakan tugas wajib setiap guru. Hal ini bertujuan
agar apa yang sudah disampaikan oleh guru tidak menjadi sia-sia saja, melainkan dapat
terserap dan diaplikasikan oleh anak didiknya. Mengajarkan anak didik, dapat diibaratkan
seperti mengisikan air ke botol tertutup. Guru perlu membuka tutup botol terlebih dahulu
dengan cara menciptakan rangsangan untuk menggugah minat belajar anak didiknya. Jika
tutup botol sudah terbuka, kita akan mudah untuk menuangkan isi ke dalamnya dengan
berbagai materi sesuai yang kita harapkan.

Empati dengan anak didik

Menurut Bobbi De Porter, penemu metode dan penulis buku quantum learning dan quantum
teaching, menyatakan bahwa “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”. Maksudnya, kita sebagai guru harus berempati terhadap situasi dan kondisi
anak didik. Bila anak didik senang dengan bermain, kita harus mampu untuk masuk ke dalam
dunia bermainnya mereka. Bila kita berhasil masuk ke dalam dunia bermain yang mereka
sukai, kita dapat antarkan materi sesuai yang kita harapkan. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pembelajaran sebaiknya bukan hanya memberikan materi yang harus dipelajari anak
didik, tetapi lebih jauh dari itu, diajarkan pula bagaimana menciptakan hubungan emosional
yang baik dalam belajar.

Manfaat pembelajaran menyenangkan

Dalam upaya menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, banyak hal bisa
dilakukan oleh guru. Guru harus mampu menciptakan proses, lingkungan dan atmosfer
pembelajaran yang menyenangkan. Semakin guru berhasil menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, anak didik pun akan semakin termotivasi untuk memiliki rasa ingin tahu yang
lebih dan guru pun bisa berprestasi gemilang. Proses pembelajaran yang menyenangkan
ternyata juga dapat bermanfaat bagi kesehatan, karena situasi yang terbentuk selalu
menyenangkan, hati gembira, nyaman dan pikiran tanpa beban, hal ini akan berpengaruh
terhadap kesehatan jiwa dan psikis bagi guru dan anak didik.

Lembaga yang wajib menerapkan metode belajar yang menyenangkan dapat kita jumpai di
biMBA-AIUEO. biMBA merupakan suatu wadah yang mampu membimbing anak-anak agar
timbul minat baca dan belajarnya. Dengan metode small step system dan individual system,
biMBA membimbing anak-anak Indonesia untuk bermain sambil belajar. Didukung dengan
tenaga pengajar, yaitu para motivator-motivatornya, biMBA selalu menciptakan lingkungan
belajar menyenangkan. Situasi menyenangkan ini dapat kita nikmati mulai dari awal datang
ke biMBA, anak akan disambut dengan penuh kehangatan, senyuman, sapaan dan salam dari
para motivatornya. Tak lupa juga motivator biMBA menghargai kedatangan anak dengan
menyebutkan nama si anak didik, agar anak didik merasa lebih nyaman, dekat dan hangat
dalam lingkungan belajar yang menyenangkan. (Bunda Ranis)

Referensi :

Yosodipuro, Arif. Siswa Senang Guru Gemilang : Strategi mengajar yang menyenangkan dan
mendidik dengan cerdik. Jakarta : Kompas Gramedia. 2013

Bobbi DePorter & Mike Hernacki. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung : Kaifa. 2004
https://bimba-aiueo.com/pembelajaran-yang-menyenangkan/

Seperti Apa Pembelajaran yang Menyenangkan?

Tidak asing bagi telinga kita tentang pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
yang lebih populer dengan sebutan PAKEM. Setiap guru, dalam melaksanakan pembelajaran
diharapkan selalu menerapkan pendekatan PAKEM. Pengertiannya bahwa setiap
pembelajaran harus berjalan lebih menunjukkan aktivitas siswa (baik fisik maupun mental),
sehingga memberikan kesempatan lebih besar berkembangnya daya kreativitas, berhasil guna
dan tentu sajaberlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Lalu apa lagi yang akan
dipermasalahkan? Bukankah penerapan PAKEM dalam pembelajaran sudah lama dianjurkan
untuk diterapkan?

Benar, PAKEM sudah lama dianjurkan untuk diterapkan dalam pembelajaran. Masalahnya
adalah bahwa masih banyak guru belum menerapkan pakem secara optimal. Masih banyak
yang menganggap bahwa penerapan PAKEM memiliki banyak kendala/hambatan, dan belum
tentu hasilnya akan lebih baik daripada pembelajaran yang dilaksanakan secara konvensional.
Selain itu masih ada guru yang belum mampu menangkap esensi pakem secara benar. Mereka
memahami PAKEM sebatas pada kulitnya, sehingga yang mereka ‘tangkap’ hanya simbol-
simbolnya saja.

Berdasarkan pengamatan, ada tiga kelompok guru dilihat dari responnya terhadap anjuran
penerapan PAKEM dalam pembelajaran.

Pertama, kelompok yang sama sekali tidak merespon dan tidak percaya bahwa PAKEM
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kelompok ini sebenarnya tidak benar-benar tidak
percaya, tetapi mereka sebenarnya mengalami kesulitan memahami dinamika perubahan,
sehingga menjadi kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri. Mereka sudah merasa nyaman
bekerja dengan keadaan yang biasa-biasa saja sehingga tidak perlu melakukan banyak hal
yang berhubungan dengan segala tetek-bengek yang harus disiapkan. Jadi, mungkin mereka
memang tidak mampu menangkap esensi PAKEM, atau mungkin juga mereka memang tidak
tertarik, karena tidak mau repot. Yang menyedihkan, kelompok ini lebih besar jumlahnya
ketimbang dua kelompok lainnya.

Kedua, kelompok yang menerapkan PAKEM tetapi sebatas pada simbol-simbolnya saja.
Mereka lebih mementingkan simbol yang menunjukkan diterapkannya PAKEM di kelasnya.
Mereka menangkap pengertian PAKEM sebatas pada simbol fisik, tetapi makna pokok atau
esensinya belum benar-benar difahami. Situasi kelas kelompok ini kalau dilihat secara fisik
memang penuh dengan ‘tanda-tanda’ PAKEM, seperti adanya pajangan hasil karya siswa,
penataan tempat duduk yang berkelompok, dan lain-lain, tetapi pembelajaran di kelas tersebut
sebenarnya berjalan seperti biasa. Ciri-ciri kelas kelompok ini biasanya dapat dilihat dari hasil
karya siswa yang dipajang sudah lama, tidak terlihat adanya perubahan pada sikap siswa, dan
guru masih mendominasi jalannya pembelajaran.

Ketiga, kelompok yang sudah melaksanakan pakem, baik yang masih dalam taraf permulaan
maupun yang sudah relative lebih baik. Kelompok ini didominasi oleh guru-guru yang
memiliki ambisi besar dalam mengembangkan kariernya. Mereka bekerja lebih bersemangat
dan lebih mementingkan proses daripada hasil. Gaya mereka dalam mengelola pembelajaran
pun berbeda. Jika kelompok lain memosisikan dirinya sebagai pengajar, mereka memosisikan
diri sebagai fasilitator atau agen pembelajaran. Maksudnya, mereka tidak mengajar
sebagaimana mengajar cara konvensional (seperti mengisi botol kosong), tetapi mereka
mengajari siswa bagaimana belajar (learning how to learn). Landasan berpikir mereka sangat
bagus karena mereka meyakini jika proses pembelajaran berjalan baik, maka hasilnya pun
akan lebih baik. Mereka juga meyakini bahwa belajar itu bukan sekedar menguasai ilmunya,
tetapi juga diikuti dengan adanya perubahan sikap pada diri siswa.

Semua kelompok tersebut di atas, masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri yang


menyebabkan mereka memilih menerapkan atau tidak menerapkan PAKEM.Tulisan ini ingin
mengemukakan sebuah argumen logis mengenai pembelajaran PAKEM yang selama ini
diyakini para ahli pendidikan sebagai alternatif yang terbaiksebagai pendekatan dalam
pembelajaran.

Menurut pendapat para ahlikeberhasilan PAKEM terletak pada kata ‘menyenangkan’.


Menyenangkan hendaknya dijadikan kunci utama dalam menerapkanPAKEM. Artinya,
suasana menyenangkan itu seharusnya sudah dibangkitkan sejak awal pembelajaran. Dave
Meier, dalam bukunya yang berjudul The Accelerated Learning
Handbook menuliskan;“Menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan
gembira bukan berarti membuat suasana ribut atau hura-hura. Ini tidak ada hubungan dengan
kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti
bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman
(penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan dalam diri siswa.”
Bahkan pada kalimat berikutnya Meier menegaskan bahwa penciptaan kegembiraan jauh
lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan.

Dari pendapat Meier tersebut kita temukan beberapa komponen pembangun suasana yang
menyenangkan. Komponen-komponen tersebut adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya
keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adanya pemahaman atau penguasaan
materi. (5) adanya nilai yang membahagiakan.

Untuk lebih memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan
saya akan mengajak Anda untuk membahas satu per satu komponen-komponen pembangun
suasana menyenangkan tersebut.

(1)Bangkitnya minat. Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan
yang kuat. Sekarang cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan
‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk
mempelajari sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa
tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling
mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi
menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin menyenangkan. Suasana menyenangkan
yang terpelihara sepanjang proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar
selama pembelajaran berlangsung.
(2)Adanya keterlibatan penuh. Komponen ini dependen terhadap komponen pertama. Maksud
saya, seorang siswa tidak mungkin akan terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika
didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan
demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang
akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam pembelajaran, guru
sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal
pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu
yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan cara yang menyenangkan.
Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang akan dilakukan dalam mempelajari materi
sangat perlu disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan
mentalnya.

(3)Terciptanya makna. Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yangsering
dipadankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat
dengan masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang
personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian
‘kesan’.Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat
menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa
pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan
bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya, agar
pembelajaran dapat mengesankan maka pembelajaran itu harus dalam suasanayang
menyenangkan. Karena ‘makna’ sering kali muncul dalam konteks yang sangat personal,
maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswa-
siswanya.

(4)Pemahaman atau penguasaan materi. Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh,
kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya
ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan
tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat
dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian
melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita
atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi
sangat logis dan meyakinkan.

(5)Nilai yang membahagiakan. Membahagiakan artinya membuat hati merasa tenteram. Hati
yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan
terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan
dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui
perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga
perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi
munculnya minat belajar.Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia
memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu
tumbuh dan berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu
memecahkan persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan
percaya diri. Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa
dirinya memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan demikian, dalam rangka membantu
siswa memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus
berusaha terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada setiap
siswanya.

Strategi Joyfull Learning (belajar menyenangkan)

https://cakheppy.wordpress.com/2011/04/09/strategi-joyfull-learning-belajar-menyenangkan/

Posted on April 9, 2011 by cakheppy

1. Pengertian Joyfull Learning.

Disini akan dijelaskan Joyfull Learning berasal dari kata joyfull yang berarti menyenangkan
sedangkan learning adalah pemberlajaran.[1] Dave Meier menyatakan bahwa belajar
menyenangkan (joyfull learning) adalah sistem pembelajaran yang berusaha untuk
membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman, nilai
yang membahagiakan pada diri siswa.[2]

Menurut Paulo Fraire, Joyfull Learning adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi
tekanan, baik tekanan fisik maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan
mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat mendorong
terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.

Menurut bambang yulianto: Joyfull Learning yaitu membuat kelas jadi menyenangkan, jangan
monoton.[3] Sedangkan menurut yanu armanto; Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dapat
membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar.[4]

Maka joyfull learning adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar dalam hal ini adalah
guru untuk membuat siswa lebih dapat menerima materi yang disampaikan yang dikarenakan
suasana yang menyenangkan dan tanpa ketegangan dalam menciptakan rasa senang.
Penciptaan rasa senang berkait dengan kondisi jiwa bukanlah proses pembelajaran tersebut
menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Dan menyenangkan atau mengasyikkan dalam
belajar dikelas bukan berarti menciptakan suasana huru-hara dalam belajar di kelas namun
kegembiraan disini berarti bangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh serta terciptanya
makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari) dan nilai yang membahagiakan
siswa.

Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) bukan semata-mata pembelajaran yang


mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran
yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama
sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.[5]

Belajar sendiripun menurut para ahli berbeda-beda dalam mengemukakan definisinya.


Namun, tampaknya ada semacam kesepakatan diantara mereka yang menyatakan bahwa
perbuatan belajar mengandung perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan
perbuatan belajar. Perbuatan tersebut bersifat internasional, positif, aktif dan efektif
fungsional.[6]
Sifat internasional berarti perubahan itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang
dilakukan pelajar dengan sengaja dan disadari, bukan kebetulan. Sifat positif berarti
perubahan itu bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping itu menghasilkan sesuatu
yang ru yang lebih baik dibandingkan yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif disini berarti
perubahan yang membangun suasana yang mengembangjkan inisiatif dan tanggung jawab
belajar siswa sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung
pada guru. Sifat efektif berarti perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi
pelajar. Adapun sifat fungsional berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat direproduksikan
atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.

Seperti halnya ungkapan yang dipromosikan oleh Mihaly Csikszentmihalyi ”Syarat bagi
pembelajaran yang efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan seperti masa kanak-
kanak”. (bukan ”kekanak-kanakkan”) melainkan yang mendukung dan menggembirakan
(”bermain”). Dan lebih lanjutnya Csikszentmihalyi katakan ”Selama beberapa tahun pertama
kehidupan, setiap anak adalah ”mesin belajar” kecil yang tidak kenal lelah mencoba lagi
gerakan-gerakan baru, kata-kata baru, setiap hari. Perhatikanlah dengan saksama, pusatkanlah
pada wajah seorang anak tatkala belajar ketrampilan baru.[7] Apa yang mereka perhatikan
adalah indikasi dari ”rasa senang”-nya. Dan setiap pembelajaran yang menyenangkan
menambah kompleksitas perkembangan diri anak tersebut.

2. Tujuan Pembelajaran Joyfull Learning.

Sebelum dikenakan pada tujuan pembelajaran joyfull learning lebih dulu mengetahui tujuan
pendidikan nasional sesuai undang-undang no.02 untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[8]

Siswa akan terdorong untuk terus belajar jika pembelajaran diselenggarakan secara nyaman
dan menyenangkan, sehingga siswa terlibat secara fisik dan psikis. Untuk itu guru perlu
menciptakan kondisi pembelajran yang sesuai dengan minat dan kecerdasan siswa. Guru juga
perlu memberikan penghargaan bagi siswa yang berpartisipasi. Penghargaan dapat bersifat
material dan penghargaan, nilai, penghargaan applaus.[9]

Sedangkan tujuan dari pembelajaran yang menyenangkan sendiri adalah menggugah


sepenuhnya kemampuan belajar dari pelajar, membuat belajar menyenangkan dan
memuaskan bagi mereka, dan memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan,
kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan mereka sebagai manusia.[10]

Proses pembelajaran yang menyenangkan disini bisa dilakukan dengan: pertama dengan
menata ruangan yang apik menarik yaitu dengan memenuhi unsur kesehatan, misalnya
dengan pengaturan cahaya, ventilasi serta memenuhi unsur keindahan dengan dipasang karya
siswa. Kedua melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber pembelajran yang relevan
serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.[11]
Seperti yang telah dijelaskan pula dari quantum learning sendiri bahwa belajar itu haruslah
mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu masuk untuk informasi
baru akan lebih lebar dan terekan dengan baik.

Dengan adanya pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) ini maka pesera didik tidak
hanya dikurung di dalam ruang kelas belajar saja, tetapi juga belajar di luar ruangterbuka atau
Auditorium dengan arena bermain edukatif. Menjadikan pelajaran yang selama ini abstrak
menjadi konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Penerapan Joyfull Learning

Joyfull Learning dapat dilakukan dengan memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif
kepada anak dan memberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua anak. Dengan
kata lain, semua anak merasakan bahwa:

1. Kontribusi mereka sekecil apa pun dihargai;

2. Mereka merasa aman (fisik dan psikis) dalam lingkungan belajar;

3. Gagasan mereka dihargai

Dengan kata lain anak harus dihargai apa adanya. Mereka harus merasa aman, bisa
mengekspresikan pendapatnya, dan sukses dalam belajarnya. Keramahan inilah yang
membantu anak-anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui
penciptaan kelas yang lebih “menyenangkan”. [12]

Oleh karena itu guru diharapkan untuk tidak membatasi argumen siswa, karena dengan
mendengarkan argumen siswa merasa lebih diperhatikan dan merasa nyaman berada di kelas.
Selain itu penataan kelas juga bisa membuat siswa merasa nyaman dan senang berada di
dalam kelas.

4. Teknik model belajar Joyfull Learning di sekolah:

Teknik joyfull learning yang diterapkan dalam sekolah dapat dipilih kedalam empat bagian,
pertama teknik persiapan, kedua teknik penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat teknik
penutup.[13] Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a. Teknik persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat
dan bahkan bisa berhenti begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:

1. Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.

2. Menyingkirkan rintangan belajar.

3. Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.

4. Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan topik
pelajaran.

5. Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan tumbuh.
6. Mengajak orang keluat dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.

Dengan hal tersebut akan berdampak secara psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh
apa yang menjadi tujuan yang ia inginkan.

Adapun komponen persiapan pembelajaran antara lain

1. Sugesti positif

Guru harus peka terhadap sugesti negatif yang mungkin akan siswa masukkan ke
dalam lingkungan belajar dan menggantikannya dengan sugesti positif.[14] Perasaan takut,
terlalu banyak materi, serta perasaan bosan dan lain sebagainya itu merupakan sugesti negatif,
dengan adanya sugesti negatif ini maka guru harus mampu mengubahnya menjadi sugesti
yang positif dengan meyakinkan siswa bahwa mereka akan mampu dan bisa serta siap
menghadapinya dengan rasa gembira. Selain itu guru harus mampu membuat pembelajaran
tergugah, terbuka, dan siap untuk belajar.

2. Lingkungan fisik positif.

Sugesti, baik positif maupun negatif akan sangat dipengaruhi juga lingkungan. Apabila
lingkungan dibuat terkesan menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tersugesti untuk
belajar dengan menyenangkan. Sebaiknya guru memahami kaitan antarapandangan sekeliling
dan otak itu penting untuk mengorkestrasikan lingkungan belajar yang
mendukung.[15] Untuk itu persiapan pembelajaran sebaiknya ditata sedemikian rupa agar
dalam kelas bisa mengasyikkan dalam belajar. Misalnya dengan memasang poster afirmasi
pada dinding dengan kata ” Saya mampu mempelajarinya” dengan menggunakan warna yang
menarik, menggunakan alat bantu benda yang dapat mewakili suatu gagasan, mengatur
bangku (seperti membentuk bangku setengah lingkaran, bangku berhadap-hadapan).[16]

3. Tujuan yang jelas dan bermakna.

Pembelajaran memerlikan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pembelajaran


dan apa yang akan dapat mereks lakukan sebagai hasilnya. Guru dapat menjelaskan tujuan
materi dengan kata-kata, gambar, contoh, demo, atau apa saja yang membuat tujuan itu
tampak nyata dan konkrit bagi siswa.[17] Dan akan sangat bermanfaat apabila disampaikan
dengan bahasa yang menyentuh hati dan pikiran siswa.

4. Manfaat bagi siswa.

Ada yang menghubungkan antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung
dikaitkan dengan ”apa”, sedangkan manfaat dikaitkan dengan ”mengapa”. Siswa dapat belajar
paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa
pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka sendiri.[18]

5. Sarana persiapan siswa sebelum pembelajaran.

Persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar. Jika


dapat diusahakan, pembelajaran diberi sarana persiapan sebelum belajar yang diisi aneka
pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana itudapat membantu
menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin
tahu danminat, serta menciptakan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan
datang.

6. Lingkungan sosial yang positif.

Kerja sama membantu siswa mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan
energi kejiwaan untuk belajar (dan bukunya untuk bersaing atau melindungi diri). Kerja sama
antara siswa untuk menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan,
gagasan dan informasi mengalir bebas.

Selain itu dengan kerja sama dalam belajar akan memungkinkan setiap siswa tidak
akan terabaikan, sulit pula bagi siswa untuk sembunyi dan tidak aktif. Oleh sebab itu
sebaiknya sebelum pelajaran melangkah lebih lanjut dibuat kelompok sebagai mitra belajar.
Cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kegiatan belajar adalah dengan
membagi kelas menjadi pasangan dan membentuk kemitraan belajar.

7. Keterlibatan penuh pembelajaran

Belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran
serta semua pihak. Belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif
menciptakan pengetahuan dan ketrampilan. Upaya belajar benar-benar bergantung pada siswa
dan bukan merupakan tanggung jawab perencana atau guru. Guru hanya sebagai fasilitator
yang berkewajiban menata meja dengan makanan yang merangsang selera dan bergizi,
sedangkan kewajiban siswa untuk memakannya sendiri. Maka siswa diupayakan agar mampu
berkreasi dan mandiri.

8. Rangsangan rasa ingin tahu.

Merangsang rasa ingin tahu siswa sangat membuat upaya mendorong siswa agar
terbuka dan siap belajar. Pembelajaran (dan kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada
sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Guru dapat menggugah rasa ingin tahu siswa
adalah dengan cara: memberi masalah untuk dipecahkan secara kelompok, menyuruh siswa
berpasang-pasangan dalam menjalankan tugas pencarian fakta, memainkan permainan tanya
jawab,menyuruh siswa menyusun pertanyaan.

b. Teknik Penyampaikan

Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk


mempertemukan pembelajran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara
positif dan menarik.[19] Adapun cara mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar:

1. Presentasi guru (fasilitator)

Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan hasil karya
untuk menampilkannya besar-besar pada dinding, papan planel, atau papan tulis magnetik.
Selanjutnya, suruhlah siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas
belajar ”mengajar-kembali”

2. Presentasi guru/ siswa


Sebelum presentasi, mintalah setiap siswa memilih mitra. Katakan bahwa mereka harus
menyusun soal ujian lisan berisi 20 pertanyaan untuk teman mereka berdasarkan presentasi
yang akan mereka dengar. Pada akhir presentasi, mereka harus menyerahkan soal ujian lisan
tersebut pada teman mitranya dan menilai apakah pasangan mereka mampu atau tidak
menangkap materi pelajaran yangbaru saja diberikan. Semenara itu, saat presentasi, mitra
mereka akan menyiapkan soal ujian lisan 20 pertanyaan untuk mereka.

3. Presentasi siswa dan berlatih menemukan

Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim meneliti berkas bahan
pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah presentasi untuk kelompok. Bekali setiap tim
dengan materi untuk membuat pendukung atau bantuan presentasi yang dapat membantu
mereka menyampaikan poin-poin mereka. Karena siswa lebih banyak mengingat dengan
diasosiasikan dengan sesuatu yang telah atau pernah dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh
Harry Lorayne dan jerry lucas yaitu ” anda bisa mengingat sepotong informasi jika
diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda ketahui atau ingat sebelumnya”[20]

c. Teknik Pelatihan

Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang


dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan pembelajran, dan bukan
apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru. Pada tahap ini dapat dilakukan
dengan meminta siswa berulang-ulang mempraktikkan suatu ketrampilan (andaipun tidak
berhasil pada mulanya), mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan ketrampilan
itu lagi. Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka
mengenainya, dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.

d. Teknik Penutup.

Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam
akhir jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak
efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam joyfull
learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh siswa dengan
memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat akan apa yang terjadi.
Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern, penulis improving your memory ” alasan utama
mengapa kita lupa adalah karena kita tidak benar-benar memusatkan perhatian”[21]

Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata
pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran tidak terlupakan dengan cara antara
lain:

1. Strategi peninjauan kembali yaitu membahas cara–cara untuk membuat siswa mengingat
apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan mereka yang
sekarang. Yaitu guru bisa dengan menggunakan kartu indeks yang terpisah, menuliskan
pertanyaan tentang materi yang diajarkan kartu berisikan pertanyaan dengan jumlah separuh
dari jumlah siswa, dari kartu yang terpisah siswa menuliskan jawaban atas masing-masing
pertanyaan. Guru mencampurkan dua kumpulan kartu dan mengaduk agar acak. Berikan satu
kartu untuk satu siswa, sebagian jumlah siswa menerima kartu pertanyaan sebagian yang lain
menerima jawaban. Guru memerintahkan siswa untuk mencari pasangannya atau siswa yang
membawa kartu jawaban pertanyaannya. Bila telah bertemu salah satu siswa diminta untuk
membacanya keras-keras untuk melihat kebenaran dan kecocokkan jawaban dan
pertanyaannya.[22]

2. Penilaian sendiri yaitu membahas cara-cara untuk membantu siswa untuk menilai
sendiri apa yang telah mereka peroleh.

Pada awal sebuah mata pelajaran, perintahkan siswa untuk mengungkapkan


pendapat mereka tentang topik pelajaran, pada akhir mata pelajaran perintahkan siswa untuk
kembali mengemukakan pendapatnnya. Lalu tanyakan kepada siswa apakah pandangan
mereka masih sama ataukah sudah berbeda antara pendangan pada awal pelajaran dan akhir
pelajaran.[23]

3. Perencanaan masa depan.

Guru mengungkapkan harapannya agar siswa tidak berhenti belajar hanya karena
pelajaran telah berakhir. Kemukakan kepada siswa bahwa ada banyak car bagi mereka untuk
terus belajar secara mandiri. Tunjukkan bahwa slah satu cara dengan membuat daftar berisi
gagasan mereka. Buatlah sub-sub kelompok, perintahkan tiap sub untuk mencetuskan gagasan
mereka.

4. Ucapan perpisahan

Beri siswa kertas kosong dan katakan pada mereka inilah saatnya ”ujian
akhir”, katakan pada siswa bahwa tugas mereka adalah menulis secara urut banyaknya
aktifitas belajar yang telah ditempuh, lalu perintahkan siswa untuk mengenang masa belajar
yang mereka rasakan selama ini.[24]

5. Cara atau teknik menjadikan pembelajaran menyenangkan dan berhasil

Dalam proses pembelajaran guru pasti punya tujuan yang mana guru menginginkan tujuan
dari pembelajaran itu bisa tercapai dengan keadaan siswa yang senang dan menyenangkan.
Adapun caranya antara lain:

a. Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks)- lingkungan yang aman untuk melakukan
kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.

b. Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan- penjelasan guru sesuai dengan
kenyataan yang sekiranya siswa pernah melihat atau mengalaminya, sehingga tidak terlalu
jauh antara pelajaran dengan bayangan siswa.

c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif- karena pada umumnya ketika
belajar dilakukan bersama guru, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu jeda teratur,
dan dukungan antiusias.

d. Melibatkan secara sadar semua indra dan juga pikiran otak kiri dan otak kanan. Karena
jika indra bergerak tidak bersamaan dengan kerja otak (melamun) maka pembelajaran tidak
bisa efektif.
e. Menantang otak siswa untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang
sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami
subjek pelajaran.

f. Mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-
periode waspada yang relaks.[25]

6. Media yang bagus dalam Joyfull Learning

Media adalah salah satu factor yang penting dalam proses pembelajaran. Motivasi untuk
belajar akan meningkat jika kondisi proses pembelajaran itu menyenangkan, efektif dan lebih
hidup. Jadi, media yang bagus diperlukan dip roses pembelajaran tentang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Finnuchiaro mengatakan bahwa: ”Varios media such as the picture
file, the pocket card, flash cards or words cards, the flannel board or magnetic board, real
object, andmany miscellanous materials”[26] yaitu: Ada banyak media seperti gambar-
gambar, kartu cepat atau kartu kata, papan magnet, obyek nyata dan banyak macam-macam
materi.

b. Gambar

Ada banyak macam gambar yang dapat digunakan di dalam kelas paling sedikit guru
harus mempunyai data yang terdiri dari 3 macam gambar.

1. Gambar individu manusia dan obyek.

2. Gambar situasi dimana orang melakukan sesuatu dengan obyek dan hubungan obyek
dan manusia yang dapat dilihat.

3. Gambar seri 6-10 dalam 1 bagian.

Dengan menggunakan gamabr proses pembelajaran dapat menarik dan efektif jadi
karakteristik seperti konsentrasi yang pendek dapat diakali dengan menggunakan gambar, dan
lebih meningkatkan motivasi murid dalam belajar.

b. Kartu cepat atau kartu kata.

Kartu cepat dapat digunakan pada kelas pelajaran yang masih muda. Kartu-kartu ini
dapat disiapkan dan diisi dalam kategori yang sama dan perintah yang sama sbagai gambar
individu.

Anak-anak yang lebih muda dapat disuruh untuk mencocokkan kartu dan gambar
secepat yang mereka baca. Mereka juga dapat mencocokkan kartu dan kata yang tertulis
dipapan tulis atau dipapan kartu yang besar. Media ini sangat berguna dalam aktifitas bahasa
seperti game. Dengan menggunakan media flash card di dalam game karakteristik dapat
dimotivasi melalui aktivitas ini.

c. Papan Flanel (magnet)

Papan Flanel dapat digunakan sama seperti papan magnet. Papan flannel adalah papan
yang dibuat dari kayu yang permukaannya dilapisi dengan flannel fabric untuk menempelkan
benda-benda, gambar, kertas dan lain sebagainya. Panjangnya sekitar 1 meter dan lebarnya 70
cm. alat ini dibuat untuk mempraktekkan kosa kata dan ayat-ayat al-quran. Sehingga gambar
dan kertas mudah untuk ditarik dan ditempel sebagai ilustrasi dan pengajaran dari banyak
konsep dan struktur.

d. Kaset.

Pemutar kaset (CD Player / tape)adalah media yang cocok untuk cerita, lagu, dan permainan,
dan sebagainya. Ini adalah bentuk pertama. Suara dari pembicara asli terdengar sempurna
untuk membangun pengucapan siswa atau dapat juga untuk memahami bentuk cerita atau
kisah para Nabi.ucapan yang terdengar juga memberikan pengalaman dari
bentuk eksperimen yang digunakan didalam pengucapan atau kefasihannya. Jadi karakteristik
seperti meniru memudahkan dengan menggunakan ucapan yang asli.

Media ini digunakan dalam pelajaran dikelas untuk membiasakan siswa pada suara
lain dari pada guru mereka untuk menambah latihan konsentrasi.

e. Obyek nyata

Obyek nyata adalah media lain. Mereka dapat diletakkan di kotak yang sangat luas.
Media ini akan membantu untuk mengilustrasikan kosa kata atau konsep cultural. Seperti
Koran, bendera, peta, botol, kotak, dan benda benda lain adalah ilustrasi kosa kata yang
pokok. Benda-benda ini digunakan oleh guru untuk siswa senang.

STRATEGI PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

A. Prawacana

Di era globalisasi yang serba modern ini, strategi pembelajaran yang menyenangkan sangat
variatif sekali, dari mulai teknik dan metode-metode yangditerapkan. Akan tetapi tidak jarang
para pengajar yang belum mengetahui dan belummenerapkannya. Hal ini mengakibatkan
adanya kejenuhan dan ketidaksemangatan bagipeserta didik dalam menjalani proses
pembelajaran. Di samping itu, prosespembelajaran yang monoton juga akan menciptakan
suasana yang menjenuhkan bagipara pesereta didik, berawal dari kejenuhan tidak menutup
kemungkinan peserta didik akan menjadi malas.

Supaya kemalasan tidak terjadi didalam pembelajaran harus ada penerapan strategi yang
menyenangkan, menyenangkan disini bukan berarti bersenang-senang atau mengharuskan
anak-anak untuk tertawa-tawa berbahak-bahak, akan tetapi pembelajaran yang menyenangkan
berarti sebuah pembelajaran yang didalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan
murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, yang ada hanyalah komunikasi
yang saling mendukung. Menyenangkan disini berarti proses pembelajaran yang berlangsung
dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan dan menarik minat peserta didik untuk
terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal.

Kemaksimalan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha-usaha dari para pendidik. Oleh karena
itu, peran para pendidik sangat menentukan besar kecilnya hasil yang akan di capai, maksimal
atau tidaknya hasil nanti. Oleh karena itu, dalam bab ini ini akan dibahas, pengertian dari
strategi pembelajaran, pengertian dari pembelajaran yang menyenangkan, strategi
pembelajaran yang menyenangkan, faktor-faktor dari pembelajaran yang menyenangkan, dan
langkah-langkah dalam menciptakan pembelajaran (Biologi) yang menyenangkan.

B. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen umum dari suatu bahan pembelajaran dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan dalam pembelajaran untuk menghasilkan hasil
belajar tertentu. (Suparman, 2008 : 127). Secara umum strategi mempunyai pengertian
sebagai berikut suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang akan
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum
kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan.

Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai
daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses mengajar. Dapat pula dikemukakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar
mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, menyampaikan


pelajaran dan mengelola kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang
dilakukan guru untuk mendukung terciptanya evektifitas dan efesiensi proses pembelajaran.
Pengorganisasian, penyampaian dan pengelolaan pembelajaran diarahkan pada berbagai
komponen yang disebut sistem pembelajaran. Kompenen-kompenen pembelajaran tersebut,
menurut AECT (1977) adalah pesan, orang, material, peralatan, tehnik, dan setting. Oleh
karena itu, strategi pembelejaran merupakan bagian terpenting dalam komponen tehnik dan
metode dalam suatu sistem pembelajaran.

Rumusan lebih jelas dapat dilihat dalam Depdiknas (2003) yang merumuskan strategi
pembelajaran sebagai cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar agar pembelajaran
menjadi efektif. Artinya, rumusan yang dibuat Depdiknas lebih spesifik dengan tujuan yang
jelas, yaitu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Rumusan Depniknas tersebut diperkuat
dengan pernyataan selanjutnya bahwa dalam mengembangkan strategi pembelajaran, guru
perlu mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan terciptanya pembelajaran efektif
dan berhasil baik.

Menurut Munib Chotib (2012 :129-130) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu:

1. Exposition-Discovery Learning

Exposition Learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung menggunakan cara


menjelaskan secara terperinci materi yang akan dipelajari. Sedangkan Discovery Learning
adalah strategi pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi,
eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah
tersebut.

2. Group-Individual Learning.
Group Learning adalah strategi pembelajaran melibatkan lebih dari satu siswa yang dibagi
dalam kelompok. Sedangkan Individual Learning adalah strategi pembelajaran individual.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk menghasilkan pembelajaran yang
efektif. Reigeluth (1983) membagi strategi pembelajaran menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu (1)
strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Strategi
pengorganisasian merujuk pada bagaimana pembelajaran itu diberikan dan bahan ajar
disajikan. Metode penyampaian berhubungan dengan media pengajaran dan bagaimana siswa
dapat mengerti dengan media yang digunakan. Strategi pengelolaan meliputi penjadwalan
pengalokasian pengajaran yang diorganisasikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran
adalah cara pandang, pola berfikir, dan arah berbuah diambil guru dalam memilih metode
pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran. Dengan demikian strategi
pembelajaran adalah strategi pengorganisasian, panyampaian dan pengelolaan berbagai
sumber belajar yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan
berhasil secara efektif.

C. Pengertian Pembelajaran Yang Menyenangkan

Secara arti bahasa menyenangkan adalah menjadikan senang, membuat bersuka hati,
membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, menarik (hati), merasa senang (puas), dan
sebagainya. (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2011: 110). Pembelajaran yang
menyenangkan (Joyfull learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-
anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang didalamnya
terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada
tekanan. Yang ada hanyalah komunikasi yang saling mendukung. Joyfull learning pada
dasarnya adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar (guru) untuk membuat siswa lebih
dapat menerima materi yang disampaikan dikarenakan suasana yang menyenangkan dan
tanpa ketegangan. (Hermansyah, 2009 : 3).

Pembelajaran yang menyenangkan dapat diartikan sebagai proses penyampaiansuatu bahan


ajar yang akan diberikan kepada peserta didik dengan suatu metode atau cara tertentu dengan
benar, dan tentunya membuat hati para peserta didik senang. Istilah menyenangkan
dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung

dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara

aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Disamping

itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi

peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasi semakin aktif dan

berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya.

Learning is fun, belajar itu menyenangkan. Lingkungan belajar yang baik adalah

lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu, proses

pembelajaran harus dibuat dengan mudah sekaligus menyenangkan agar siswa tidak

tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas serta apa yang

diajarkan oleh gurunya.(Anonim : 2008).

Adapun menurut pendapat kami, pembelajaran menyenangkan adalah adanya

pola hubungan yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan ini, guru dituntut untuk

mampu mendesain materi pembelajaran yang mengedepankan keterlibatan aktif

peserta didik di kelas, seperti simulasi, game, team quiz, role playing dan sebagainya.

Dengan adanya hal demikian, peserta didik akan mampu untuk berfikir, akan timbul

kreativitas yang tinggi, dan akan timbul kemandirian dalam diri peserta didik.

D. Strategi Pembelajaran Menyenangkan

Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar dan belajar.

Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar

berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa

pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Sementara Achjar Chalil

mendefiniskan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Arief.S Sadiman

(1990:11) pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke

penerima pesan melalui saluran atau media tertentu.

Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran memuat

tiga unsur penting yaitu: (1)Proses yang direncanakan guru, (2) Sumber belajar, dan (3)

Siswa yang belajar.

Dalam konteks pembelajaran menyenangkan, siswa lebih diarahkan untuk

memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan menciptakan situasi yang menyenangkan

dan mengembirakan. Menurut Rusman (2011 : 326), pembelajaran menyenangkan

(joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat


suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau

tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru

dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar

siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari

siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban,

baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.

Menurut Indrawati dan Wawan Setiawan (2009:24) Pembelajaran dikatakan

menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan,

aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta

didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira,

konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi tidak menyenangkan

apabila suasana tertekan, perasaan terancam, perasaan menakutkan, merasa tidak

berdaya, tidak bersemangat, malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelajaran

monoton, pembelajaran tidak menarik siswa.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif. Pembelajaran efektif adalah apabila terciptanya suasana

yang menimbulkan konsentrasi belajar siswa.

Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi meningkatkan hasil belajar.

Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran menungkapkan fakta yang

mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari sungguh-sungguh (dimana perhatian yang

tinggi dari seorang tercurah) maka struktur system syaraf kimiawi seseorang berubah.

Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris

baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.

Tentu saja konsentrasi yang tinggi tidak akan terwujud jika kondisi kelas tidak

nyaman. Oleh karena itu pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak

mampu melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan


belajar yang demokratis memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihanpilihan
tindakan belajar dan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik,

emosional dan mental dalam proses belajar, sehingga akan dapat memunculkan

kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. Asri budiningsih (2005:7).

Demikian pula sebaliknya, prakarsa anak untuk belajar akan mati bila kepadanya

dihadapkan pada berbagai macam aturan yang tak ada kaitannya dengan belajar.

Banyaknya aturan yang sering kali dibuat oleh pengajar dan harus ditaati oleh anak

akan menyebabkan anak selalu diliputi rasa takut. Lebih jauh lagi, anak akan kehilangan

kebebasan berbuat dan melakukan control diri. Apa yang terjadi bila anak selalu

dikuasai oleh rasa takut. Anak akan mengembangkan pertahanan diri (defence

mechanism), sehingga yang dipelajari bukanlah pesan-pesan pembelajaran, melainkan

cara-cara untuk mempertahankan diri mengatasi rasa takut. Anak-anak demikian tidak

akan mengalami growth in learning, dan akan selalu menyembunyikan

ketidakmampuannya. Asri Budiningsih (2005:7).

Intinya strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam

mengelola kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan materi secara sistematis

sehingga menghasilkan hasil belajar tertentu. Di samping itu pula dapat diartikan

sebagai cara atau metode-metode yang disampaikan kepada peserta didik dalam

penyampaian materi yang akan diajarkan.

Sebagaimana dikemukakan Atwi, secara garis besar strategi pembelajaran

mengandung komponen-komponen berikut.

1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan pengajaran dalam menyampaikan

materi.

2. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi

pembelajaran.

3. Media pembelajaran , yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran.

4. Waktu pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar

dalam menyelesaikan pembelajaran. (Suparman, 2001 : 167).


Pembelajaran yang menyenangkan adalah keinginan dari semua para pendidik

dan peserta didik. Cara agar pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan adalah guru

sebagai pendidik harus mampu memiliki keikhlasan yang tinggi dalam mengajar. Setelah

ikhlas tumbuh di hati, maka akan terlihatlah kebahagiaan seorang guru. Ketika guru

senang, maka akan terlihat wajah yang penuh dengan senyuman, dari wajah yang

penuh senyuman manis inilah pembelajaran yang menyenangkan dimulai. Seringkali

guru kurang memperhatikan hal yang terlihat kecil dan sepele ini. Terlalu menganggap

media pembelajaranlah yang membuat pembelajaran itu menjadi menyenangkan,

bukan karena senyuman atau kebahagiaan seorang guru. Selain guru harus profesional.

Itulah yang membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu juga seorang

guru harus mampu profesional di bidang keilmuan yang diampunya, dia harus

menguasai materi yang akan disampaikan kepada para peserta didiknya. Tanpa

penguasaan materi, jangan berharap pembelajaran menjadi menyenangkan. (Mulyasa,

2005 : 79).

Seorang guru juga harus mampu memotivasi, dan mengembangkan potensi

peserta didik dalam mengajar sehingga menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang

mampu menghasilkan peserta didik yang cerdas, dan memberikan kontribusi di

bidangnya masing-masing. Guru pun dituntut untuk menyampaikan materinya dengan

menarik, baik menggunakan alat peraga atau media pembelajaran. Lebih bagus lagi bila

mampu mengembangkan multimedia pembelajaran. Strategi pembelajaran yang baik

dan menarik akan dapat menumbuhkan minat dan kecintaan peserta didik karena

materi yang diberikan dengan suasana menyenangkan. Guru senang, peserta didikpun

senang.

Hermansyah (2009 : 54) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan

dalam memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan diantaranya adalah sebagai

berikut.

1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe prilaku apa yang diharapkan dapat

dicapai oleh peserta didik.


2. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat

dimiliki saat bekerja nanti.

3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan

pada indera peserta didik.

Kriteria pemilihan strategi pembelajaran yang menyenangkan hendaknya

dilandasi prinsip efisiensi dan efektifitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan

tingkat keterlibatan peserta didik. Untuk itu, seorang pengajar haruslah berpikir strategi

pembelajaran yang menyenangkan manakah yang paling efektif dan efisien dapat

membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang dirumuskan, dapat memilih

strategi pembelajaran menyenangkan yang tepat diarahkan agar peserta didik dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal. (Uno, 2007 : 9).

Upaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan salah satunya dapat

implementasikan dengan pembelajaran “PAKEM”. PAKEM merupakan singkatan dari

Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran aktif artinya

pembelajaran perlu mengaktifkan siswa dan guru baik secara fisik maupun mental

bahkan moral dan spiritual. Pembelajaran kreatif artinya, tidak sekedar melaksanakan

dan acuan kurikulum dan perlu dikembangkan secara kreatif. Pembelajaran efektif

artinya mencapai sasaran dan tujuan serta banyak hal yang “didapat” oleh siswa

maupun guru pada setiap kegiatan pembelajaran mendapatkan “pengalaman baru”

sebagai hasil interaksi dua arah dendan siswanya. Pembelajaran yang menyenangkan

harus dimaknai secara luas harus dapat “dinikmati” oleh pembajarnya, mengasyikan

tidak sekedar menyenangkan tapi ada unsur ketekunan, inner motivation, setelah

mengetahui sesuatu hal, selalu ingin tahu lebih lanjut, dan mempunyai ketahanan

belajar lebih lanjut. (Hermansyah, 2009 : 5).

Dalam kegiatan pembelajaran PAKEM hendaknya, guru lebih independen dan

tidak terpaku pada kurikulum saja, guru membuat persiapan mengajar dengan lebih

baik, akan lebih bagus jika banyak alat bantu mengajar yang dikembangkan oleh guru

dengan menggunakan bahan-bahan lokal dengan biaya yang murah, guru lebih banyak
menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, guru lebih bervariasi dalam

menggunakan metode belajar, hasil pekerjaan peserta didik dipajangkan di ruang kelas

dan suasana pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan akan terjadi di dalam

kelas. (Hermansyah, 2009 : 7).

Pembelajaran PAKEM hanyalah salah satu alternatif yang sangat bagus jika

diterapkan oleh seorang guru dikala ia mengajar. Memang tidak mudah untuk

menjalankan PAKEM secara sempurna, apalagi guru dituntut agar selalu kreatif. Namun

bukan berarti susah lalu guru mengabaikan pembelajaran PAKEM, setidaknya ia

berusaha mencobanya terus menerus dan yang lebih penting dari segalanya adalah

kualitas guru tersebut, karena apa pun strategi maupun metode yang digunakan akan

kembali kepada kualitas guru yang akan mengendalikan pembelajaran tersebut.

E. Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menjalankan Strategi Pembelajaran

Yang Menyenangkan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Memahami sifat anak

Sifat dari masing-masing anak berbeda-beda, oleh karena itu untuk menjadi

seorang guru harus mampu memahami sifat dari masing-masing anak tersebut.

Seorang guru yang mampu memahami dari sifat anak maka sudah dapat

dikatakan telah menjalankan satu faktor yang menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam pembelajaran. Contoh kecil dalam suatu kelas, ada anak

yang memiliki sifat pemalu, pemberani, dan bahkan pemalas (cepat bosan).

Maka, seorang guru harus mampu memahami mereka, dan dalam mengatasi pun

dengan cara yang berbeda. Suasana pembelajaran yang menyenangkan tidak

akan tercapai apabila seorang guru belum mampu memahami sifat dari masing–

masing anak (Indrawati, 2009:24).

2. Mengenal anak secara perorangan

Mengenal anak secara perorangan sangat perlu dilakukan oleh seorang

pendidik. Hal ini dikarenakan tidak semua peserta didik memiliki karakter yang
sama. dengan memahami secara pribadi maka seorang pendidik akan semakin

dekat dengan peserta didik. Metode ini mampu menjadikan hubungan yang erat

antara peserta didik dengan pendidik, seolah-olah mereka menjadikan orang tua

saat di sekolah. Mereka akan merasa lebih mengenal lebih dekat dan senang

terhadap pendidik tersebut. Berawal dari suka atau senang terhadap guru maka

apapun yang akan diajarkan di sekolah mereka pun akan menyukainya.

Pembelajaranpun akan lebih mudah di terima dan tentunya akan menyenangkan

(Indrawati, 2009 : 24).

3. Memanfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Perilaku anak dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau

berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam

pengorganisasian belajar. Pengerjaan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat

bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan

menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk

seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun

demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat

individunya berkembang (Indrawati, 2009 : 25).

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan

memecahkan masalah

Selama ini proses pembelajaran di setiap tingkat pendidikan hanya terbatas

pada peningkatan kemampuan kognitif saja. Padahal ciri khusus dari proses

pembelajaran adalah penekankan pada proses deduktif yang memerlukan

penalaran logis dan aksiomatik. Selain itu pembelajaran juga merupakan proses

yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan yang menyenangkan,

memberikan sumbangan yang penting kepada peserta didik dalam

pengembangan nalar, berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif, dan bersikap

obyektif serta terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan (Indrawati,


2009 : 25).

Harapan terbesar dunia pendidikan adalah menjadikan peserta didik sebagai

pemikir dan pemecah masalah yang baik. Untuk itu, perlu peningkatan

kemampuan berpikir mulai level terendah yaitu recall (kemampuan bersifat

ingatan dan spontanitas), basic (kemampuan bersifat pemahaman), sampai pada

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu aspek pengetahuan tingkat tinggi

adalah kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah

proses berpikir untuk menyusun, mengorganisasikan, mengingat dan

menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang

sahih, logical reasoning.

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam

proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam mengembangkan ruang kelas

untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bisa dilakukan dengan cara,

memajang hasil pekerjaan atau kreativitas peserta didik. Selain itu, hasil

pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih

baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain, yang dipajangkan dapat berupa

hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa

gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya.

Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata

dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan

rujukan ketika membahas suatu masalah (Indrawati, 2009 : 26).

6. Memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar

Ruang kelas merupakan tempat yang pokok dalam proses pembelajaran.

Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan membutuhkan ruang

kels yang mendukung. Hal ini dilakukan supaya para peserta didik merasa betah

dan dapat menimbulkan perasaan senang dalam belajar. Siswa SD sampai SMA

biasanya masih menggunakan ruang kelas sebagai tempat yang pokok dalam
pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak jarang juga pelaksanaan di luar kelas.

Ruang kelas yang bersih, nyaman, dan menarik dapat menciptakan pembelajaran

yang menyenangkan (Indrawati, 2009 : 26).

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Pada saat siswa sudah mampu melaksanakan tugas gerak dan memiliki

pemahaman tentang apa yang sudah dilakukannya, maka pada saat itu guru tidak

harus memberikan tantangan sebab siswa telah belajar sesuatu yang sesuai

dengan tujuan dan harapan guru. Sebagai penggantinya, pada saat itu guru dapat

memberikan umpan balik (feedback) yaitu sebagai salah satu upaya

mengobservasi siswa berkaitan dengan bagaimana ia melakukan aktivitas serta

apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.

Guru yang baik harus berterus terang memberikan hasil observasinya

terhadap kemampuan siswa dengan menceritakan hal yang sesungguhnya

dengan cara yang tidak membuat siswa semakin terpuruk, semakin minder akibat

kehilangan kepercayaan pada dirinya. Misalnya guru harus menghindarkan katakata “kamu
tidak bisa”, “kamu tidak mengerti apa-apa”, tetapi diutarakan dengan

kata “belum bisa” ketika siswa belum mampu melaksanakan tugas gerak sesuai

dengan tujuan pembelajaran dan harapan guru. Hal terpenting lagi adalah guru

tetap memiliki pendirian yang konsisten terhadap ucapan dan perilakunya. Guru

penjas yang baik adalah guru yang selalu berupaya mendengarkan dan

memperhatikan segala hal yang diutarakan siswa untuk memperbaiki kinerja

pembelajaran penjas. Guru penjas yang baik pun adalah orang yang mampu

mengerti dan menerima perasaan orang lain (berempati), termasuk perasaan

siswa (Indrawati, 2009 : 26).

8. Menjadikan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar

Lingkungan sekitar sangat mendukung sekali sebagai sumber belajar dan

menyenangkan. Sebagai makhluk hidup, peserta didik selain berinteraksi dengan

orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup

lainnya dan benda-benda mati atau makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup
tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-

benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu

anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan

jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut (Indrawati, 2009 : 26).

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai

bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang

terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan

ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere,

domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan

keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur

lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua

benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan

perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur

biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.

Proses pembelajaran yang monoton sering membuat proses pembelajaran

yang menjenuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya metode untuk menghilangkan

kejenuhan tersebut yaitu dengan cara menjadikan lingkungan sekitar sebagai

sumber belajar. Dengan demikian, peserta didik akan merasa menemukan

suasana atau tempat yang baru untuk mereka belajar.

Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar salah satunya yaitu

dengan melakukan observasi atau pengamatan-pengamatan mengenai materi

pembelajaran yang sedangdiajarkan. Alasan mengapa memilih lingkungan

sebagai sumbelar belajar yaitu karena jumlah sumber belajar yang tersedia di

lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara

sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan

semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar

tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat,

sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan


potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.

Dengan demikian, proses pembelajaran akan menyenangkan.

9. Membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif mental.

Kata aktif dapat diartikan sebagai terbiasa berbuat segala hal dengan

menggunakan segala daya. Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang

memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional,

bahkan moral dan spiritual. Seorang guru dalam menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan harus mampu membedakan antara yang

aktif fisik dengan mental. Banyak guru yang sudah merasa puas jika menyaksikan

anak didiknya sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi dengan bangku dan meja

diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut

bukanlah metode yang benar dalam menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan karena yang ada hanya aktif dalam segi fisik.

Pembelajaran yang menyenangkan selain dalam aktif fisik harus ada pula

aktif mental, karena aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering

bertanya, mempertanyakan gagasan atau hal yang kurang dimengerti.

Mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat

berkembangnya aktif mental yaitu tumbuhnya perasaan tidak takut. Takut

digunjing, takut ditertawakan, disepelekan atau takut dimarahi jika salah. Oleh

karena itu, pendidik hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut.

Baik yang datang dari pendidik itu sendiri maupun dari temannya (Indrawati,

2009 : 27).

Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan pembelajaran yang

menyenangkan. Karena dengan adanya rasa aktif dari peserta didik baik dari segi

mental maupun fisik maka akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

dan hal tersebut menunjukan adanya perasaan senang dalam diri peserta didik.

F. Menciptakan Pembelajaran Siswa Yang Menyenangkan

Menurut Budiningsih (2005 : 7-10), dalam rangka menciptakan pembelajaran yang


menyenangkan, beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :

1. Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat

Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan

mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat,

maka proses pembelajaran akan lebih hidup dan menggairahkan. Oleh karena itu

selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada

siswa, misalnya “anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anakanak bapak
atau/ibu yang hebat”. Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah

memantulkan energi positif yang dapat mempegaruhi semangat para siswa. Kita

dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai pembelajaran dengan raut

muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut, tentu saja suasana kelas menjadi

menegangkan

2. Menciptakan suasana rileks

Ciptakanlah lingkungan yang rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan

yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai

keinginan siswa. Bisa memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain

itu, ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan.

Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan pendapat

atau menjawab pertanyaan, katakan kepada siswa jika jawabannya salah katakan

“KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang belajar, maka kesalahan adalah suatu yang

lumrah dan tidak berdosa.

3. Memotivasi siswa

Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran.

Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan

umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar

bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena

rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang

menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan

belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi yang
tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses

pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias. Apabila dalam diri peserta

didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar

akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses

pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka

yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan.

Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa

memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah suatu bentuk

aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk mencapai tujuan.

Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka semakin tinggi pula

keberhasilan yang akan dicapai. Banyak cara dalam memberikan motivasi kepada

siswa antara lain dengan membuat yel-yel berupa kata-kata afirmasi seperti

dialog dibawah ini :

Guru : Hallo ?

Siswa : Hai !

Guru : Hallo hallo hai ?

Siswa : Hai hai hallo!

Guru : Apa kabar?

Siswa : Baik.

Guru : Apa kalian suka Biologi?

Siswa : Ya!

Guru : Seberapa suka ?

Siswa : Sangat suka !

Guru : Untuk apa kalian belajar Biologi?

Siswa : Agar pintar Biologi!

Guru : Seberapa pintar ?

Siswa : Sangat pintar !

Guru dapat membuat kata-kata afirmasi sendiri yang disesuaikan dengan


harapan yang dinginkan dari kata-kata tersebut. Misalnya guru ingin agar siswa

memperlakukan guru dengan hormat dapat membiasakan kalimat ini bagi siswa :

Guru : apakah kalian murid yang baik ?

Siswa : ya kami murid yang baik !

Guru : bagaimana kalian memperlakukan guru ?

Siswa : dengan hormat

Guru : seberapa hormat ?

Siswa : sangat hormat !

Kata-kata afirmasi tersebut dapat digunakan pada awal pemebelajaran,

pertengahan, dan penutupan. Dan digunakan secara berulang-ulang sehingga

kata-kata tersebut menghujam ke hatinya sehingga melahirkan sikap yang positif

sesuai dengan kata-kata afirmasi itu sendiri.

4. Menggunakan ice breaking

Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang

mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran.

Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran

saat itu menjadi kurang nyaman. Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali

derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru

karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat

berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu

konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (fokus).

Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa

siswa sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar

siswa menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel,

tepuk tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.

5. Menggunakan metode yang variatif

Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan, dan

gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti
yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading dan

Kinesthetic. Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya

belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa

belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan

metode yang bervariasi.

Untuk mendukung hal tersebut beberapa metode praktis (Ismail, 2008: 74-

88) yang dapat diterapkan antara lain :

a. Every one is a teacher here

Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa menuliskan

sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok yang telah

atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan diacak

kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas yang

dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat pertanyaan

semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan pertanyaan yang ada

padanya dan menjawabnya sesuai dengan kemampuannya, selanjutnya

diberikan kesempatan kepada siswa yang lain untuk menambahkan

jawabannya.

b. The Power of two and four

Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan materi

yang telah atau sedang dipelajari. Setiap siswa diminta memikirkan

jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan untuk

mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-masing,

siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing kelompok

terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan persoalan yang

sama.

c. Card sort

Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok

yang telah atau sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk (topic
utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan kepada

setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari kartu

induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis akan

membuat kelompok sesuai dengan topik atau kartu induknya dan menyusun

rincian sesuai dengan urutannya masing-masing. Guru kemudian mengecek

apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau salah dalam mengurutkan

rinciannya

d. Reading aloud

Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topik

pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca

dengan keras oleh siswa secara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut

berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poinpoin tertentu,


kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau

memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika

para siswa menunjukan minat dalam bagian tertentu.

G. Simpulan

1. Strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam mengelola

kegiatan pembelajaran.

2. Pembelajaran yang menyenangkan dapat diartikan sebagai proses penyampaian

suatu bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik.

3. Kriteria strategi pembelajaran yang menyenangkan yaitu:

Berorientasi pada tujuan pembelajaran, pilih teknik pembelajaran sesuai dengan

keterampilan, dan menggunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin.

4. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu: Memahami sifat anak, mengenal anak

secara perorangan, dan membedakan antara yang aktif fisik dengan yang aktif

mental.

5. Langkah-langkah dalam menciptakan pembelajaran biologi yang menyenangkan,

yaitu: menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat, menciptakan suasana rileks,

memotivasi siswa, menggunakan ice breaking, menggunakan metode yang variatif.


BAHAN BACAAN

Budiningsih, Asri.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hermansyah.2009.Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan(PAKEM).

Jakarta:Widya Swara Madya

Indrawati dan Wawan Setiawan.2009.Modul Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan.Jakarta:PTKIPA Press.

Ismail, SM.2008.Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis Paikem, Semarang:Rasail

Media Group.

Mulyasa.2005.Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suparman, Atwi.2008.Desain Intruksional program ketrampilan dasar teknik intruksional

(pekerti) untuk dosen muda. Depdikbud RI, Dirjen Dikti: PAU

Tim penyusun kamus pusat bahasa 2011. Kamus Populer Bahasa. Jakarta: Erlangga

Uno, Hamzah B.2007. Model pemblajaran menciptakan proses mengajar yang kreatif dan

efektif. Jakarta: bumi aksara

Anonim, 2008. http:cathacinatur.wordpress.com/2008/10/15/joyfull-learning/ Diakses

tanggal 21 Februari 2013.

http://www.pdk.or.id/wp-content/uploads/2011/10/guru1.jpg

Anda mungkin juga menyukai