Anda di halaman 1dari 18

Uji Kompetensi

BAB 1

1. Mengapa pembelajaran konvevsional tidak afektif dan efisien


2. Karakteristik Pembelajaran PAIKEM
3. Berikan alasan bahwa pembelajaran saat ini lebih cocok menggunakan pendekatan atau
strategi konstektual
4. Jelaskan penelitian aktual dalam ilmu kognitif dan teori tingkah laku yang menunjang
pemanfaatan pembelajaran kontekstual !
5. Bagaimana factor peranan guru agar proses pembelajaran konstektual dapat lebih efektif
dan efisien kaitannya dengan pembelajaran siswa
6. Bagaimana cara mengoperasionalkan 5 strategi yang dianjurkan oleh CORD dalam
pembelajaran biologi di SMP atau SMA ?

JAWAB

1. Pembelajaran konvevsional tidak afektif dan efisien

Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau


disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah
yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional
dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah.
Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan
atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,

1
menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan
pengajaran berpusat pada guru.

Selanjutnya menurut Roestiyah N.K. (1998) cara mengajar yang paling tradisional
dan telah lama dijalankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah.
Sejak duhulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan
atau ceramah. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,
menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan
pengajaran berpusat pada guru.

Disamping itu, menurutnya guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara
mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran
logis yang lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep.
Hal senada ditemukan oleh Marpaung (2001) bahwa dalam pembelajaran matematika selama
ini siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri
dalam memecahkan masalah.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran matematika secara biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama
ini kebanyakan dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang di dalamnya
aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja
apa-apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan
pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa
kurang bermakna karena lebih banyak hapalan.

Oleh sebab itulah kiranya diharapkan sangat kepada guru untuk selalu mengikuti
berbagai seminar, lokakarya, semiloka, dan diklat, yang dilaksanakan oleh institusi
pendidikan, terutama berkenaan dengan proses pengajaran dan pembelajaran.

Maka pembelajaran konvensional dinyatakan tidak efisien dan efektif karena


pembelajaran konvensional memiliki sifat yang lebih ditekankan pada:

2
 Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok
 Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh
salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
 Kelompok belajar biasanya homogen.
 Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk
memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
 Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
 Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada
saat belajar kelompok sedang berlangsung.
 Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar
 Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

2. Karakteristik Pembelajaran PAKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan


Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan,
dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara

3
penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Fokus PAIKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu
dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan dan beberapa
macam strategi yang hanya dibatasi dari imajinasi guru. Dalam pendekatan PAIKEM ini,
guru memberikan latihan-latihan untuk membangkitkan semangat belajar siswa tentang
apa yang dipelajari siswa sehingga memperoleh semangat belajar. Selain itu siswa juga
dibekali ketrampilan untuk memecahkan masalah dalam bentuk latihan soal melalui
tahapan yang sistematis. Karakteristik PAIKEM, meliputi :

a. Aktif : Pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan
lingkungan, memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini guru
terlibat aktif, baik dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
pembelajaran.
b. Inovatif : Proses pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan menerapkan
beberapa metode dan teknik dalam setiap pertemuan. Artinya dalam setiap kali tatap
muka guru harus menerapkan beberapa metode sekaligus. Namun dalam
penerapannya harus memperhatikan karakteristik kompetensi dasar yang akan
dicapainya, sehingga sangat dimungkinkan setiap kali tatap muka guru menerapkan
metode pembelajaran yang berbeda.
c. Kreatif : Pembelajaran membangun kreatifitas peserta didik dalam berinteraksi
dengan lingkungan, bahan ajar, dan sesama peserta didik, utamanya dalam
menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam pembelajaran.
Guru dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan melaksanakan PAIKEM,
d. Efektif : Pembelajaran yang menjamin terpenuhinya tujuan pembelajaran dengan
tercapainya kompetensi baru (KD) setelah proses pembelajaran.

4
e. Menyenangkan : Pembelajaran akan diharapkan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dengan di dukung lingkungan aman, bahan ajar
yang relevan, menjamin bahwa hasil belajar secara emosional lebih positif. Hal ini
terjadi ketika dilakukan bersama dengan orang lain sebagai dorongan dan selingan
humor serta istirahat dan jeda secara teratur. Selain itu, pembelajaran akan
menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar, menantang
peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan serta mengkonsolidasikan bahan
yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.

Membangun metode pembelajaran PAIKEM sendiri bisa dilakukan dengan cara


diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan
serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang
berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan
kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar. Dan hal tersebut harus
disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan
mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.

Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:

1. Berpusat pada peserta didik


2. Mengembangkan kreativitas peserta didik
3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)
5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya
9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah

Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran

Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

5
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.

PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM.


Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai
guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan
KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.

Kemampuan Guru

1. Kegiatan Belajar Mengajar


2. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran
3. Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
5. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:

 Percobaan
 Diskusi kelompok
 Memecahkan masalah
 Mencari informasi
 Menulis laporan/cerita/puisi

6
 Berkunjung keluar kelas

6. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:

 Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri


 Gambar
 Studi kasus
 Nara sumber
 Lingkungan

Siswa:

 Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara


 Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
 Menarik kesimpulan
 Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
 Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya


sendiri secara lisan atau tulisan, melalui:

 Diskusi
 Lebih banyak pertanyaan terbuka
 Hasil karya yang merupakan anak sendiri

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa

 Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)


 Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
 Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.

Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.

 Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.

7
 Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
 Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
 Guru memantau kerja siswa.
 Guru memberikan umpan balik.

a. Faktor Internal

1) Bakat, Kecerdasan, (intelektual, emosional, dan spiritual)


2) Minat, motivasi, sikap
3) Latar belakang ekonomi, sosial budaya

b. Faktor Eksternal

1) Tujuan pembelajaran dan materi


2) Strategi, metode dan media pembelajaran
3) Pengorganisasian kelas, penguatan (reinforcement) dan iklim sosial dalam kelas
4) Waktu yg tersedia, sistem & teknik evaluasi
5) Sikap guru dan upaya menangani kesulitan belajar siswa

3. ABCDEFGH

Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep


belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri

8
bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang


belajar sebagai berikut.

1) Proses belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di


benak mereka. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa
pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sesuatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi
fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan seseorang.

2) Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan
dan keterampilan itu

3) Siswa sebagai Pembelajaran

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang
anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi,
untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. Peran orang dewasa (guru) membantu
menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar
informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan

9
menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka
sendiri.

4) Pentingnya Lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari
guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan
pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Hakekat Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar


yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.

Kontekstual

10
 Menyandarkan pada pemahaman makna.
 Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
 Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
 Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
 Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
 Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
 Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
 Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
 Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
 Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
 Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi
apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya.

Ciptakan masyarakat belajar.Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran Lakukan


refleksi di akhir pertemuan Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual

A. Konstruktivisme

11
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal. Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
menerima pengetahuan

B. Inquiry

Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Siswabelajar


menggunakan keterampilan berpikir kritis

C. Questioning (Bertanya)

Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir


siswa. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

D. Learning Community (Masyarakat Belajar)

Sekelompok orang-orang terikatdalam kegiatan belajar. Bekerjasama dengan orang


lain lebih baik daripada belajarsendiri. Tukar pengalaman. Berbagi ide.

E. Modeling (Pemodelan)

Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakanapayangguruinginkanagarsiswamengerjakannya.

F. Reflection ( Refleksi)

Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.


Mencatat apa yang telah dipelajari. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

G. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. Penilaian produk (kinerja). Tugas-


tugas yang relevan dan kontekstual.

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

 Kerjasama

12
 Saling menunjang
 Menyenangkan, tidak membosankan
 Belajar dengan bergairah
 Pembelajaran terintegrasi
 Menggunakan berbagai sumber
 Siswa aktif
 Sharing dengan teman
 Siswa kritis guru kreatif
 Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain
 Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain

4. Penelitian aktual dalam ilmu kognitif dan teori tingkah laku yang menunjang
pemanfaatan pembelajaran kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep yang didukung oleh berbagai


penelitian aktual di dalam ilme kognitif (cognitive science ) dan teori-teori tentang tingkah
laku (behavior theories) yang secara bersama-sama mendasari konsepsi dan proses
pembelajaran kontekstual antara lain :

- Kontruktivisme berbasis pengetahuan ( knowledge-Based Constructivism). Baik intruksi


langsung maupun kegiatan konstruktivis dapat sesuai dengan effectif di dalam pencapaian
tujuan belajar siswa (Resnick & Hall, 1998).
- Pembelajaran berbasis usaha/teori pertumbuhan kecerdasan (Effor-Based
Learning/Incremental Theory of intellegence). Peningkatan usaha seseorang untuk
menghasilkan peningkatan kemampuan. Teori ini berlawanan dengan gagasan bahwa
kecerdasan seseorang tidak dapat diubah. Bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan
memotivasi seseorang untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan komitmen untuk
belajar.
- Sosialisasi (socialization) anak-anak mempelajari standar, nilai-nilai dan pengetahuan
kemasyarakatan dengan mengajukan berbagai pertanyaan dan menerima tantangan untuk

13
menemukan sosial yang tidak segera terlihat, bersama-sama dengan penjelasan konsep,
pembenaran pemikiran mereka, dan pencarian informasi. Sesungguhnya, belajar adalah suatu
proses sosial, oleh karenanya faktor sosial dan budaya perlu diperhatikan selama perencanaan
pengajaran. Sifat dasar sosial dari belajar juga mengendalikan penentuan tujuan belajar
(Borko & Putnam, 1998).
- Pembelajaran situasi (Situated Learning). Pengetahuan dan belajar dikondisikan dalam fisik
tertentu dalam konteks sosial. Serangkaian tatanan yang mungkin dipergunakan seperti
rumah, masyarakat, tempat kerja, akan tergantung pada tujuan pengajaran dan tujuan
pembelajaran yanng diharapkan.
- Pembelajaran distribusi (Distribusi Learning). Pengetahuan mungkin dipandang sebagai
pendistribusian dan penyebaran (Lave, 1998) individu, orang lain, dan berbagai benda
(articats)seperti alat-alat fisik dan alat-alat simbolis (Solomon, 1993) dan bukan semata-mata
berbagai suatu kekayaan individual. Dengan demikian, manusia merupakan suatu bagian
terintegrasi dari proses belajar, harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas (Borko & Putnam,
1998).

5. ABCDEFGH

Berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih
efektif kaitannya dengan pembelajaran siswa, guru diharuskan merencanakan,
mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk keperluan
itu, guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.


2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian
secara saksama.
3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan
mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses
pembelajaran kontekstual.
4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan
mereka.
5) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa
yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki
14
sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajari dengan fenomena kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan
pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
6) Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan
sebagi bahan referensi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
7) Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa
untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap
pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan
menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas, maka di dalam pembelajaran
kontekstual diperlukan strategi pengajaran sebagai berikut :

1) Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran kontekstual dapat


dimulai dengan suatu simulasi atau masalah nyata. Dalam hal ini siswa menggunakan
keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistematik untuk menemukan dan
mengungkapkan masalah atau isu-isu, dan mungkin juga menggunakan berbagai isi
materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang dimaksudkan
adalah yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat, yang memiliki arti penting bagi siswa.
2) Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks, misalnya rumah,
masyarakat, dan tempat kerja. Pembelajaran kontekstual menyarankan bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari fisik dan konteks sosial dimana ia
berkembang. Bagaimana dan dimana siswa memperoleh dan memunculkan
pengetahuan selanjutnya menjadi sangat berarti dan pengalaman belajarnya akan
diperkaya jika ia mempelajari berbagai keterampilan di dalam konteks yang
bervariasi (rumah, masyarakat, tempat kerja, keluarga).
3) Mengkontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, sehingga mereka menjadi
pembelajar mandiri (self-regulated learner). Akhirnya siswa harus menjadi
pembelajar sepanjang hayat yang mampu mencari, menganalisa, dan menggunakan
informasi tanpa atau dengan sedikit bimbingan dan semakin menyadari bagaimana
mereka memproses informasi, menggunakan strategi pemecahan masalah serta
memanfaatkannya. Untuk mencapai hal itu, melalui pengajaran kontekstual, siswa

15
harus diperkenankan melakukan uji coba (trial and error), menggunakan waktu dan
struktur materi untuk refleksi, dan memperoleh dukungan yang cukup serta bantuan
untuk berubah dari pembelajar yang dependen menjadi pembelajar yang independent.
4) Bermuara pada keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. Secara menyeluruh
ternyata populasi siswa sangatlah beragam ditinjau dari perbedaan dalam nilai,
adanya istiadat social dan perspektif. Di dalam proses pembelajaran kontekstual,
perbedaan tersebut dapat menjadi daya pendorong untuk belajar dan sekaligus
menambah kompleksitas pembelajar itu sendiri. Kerjasama tim dan aktivitas
kelompok sangatlah menghargai keragaman siswa, memperluas perspektif, dan
membangun ketrampilan interpersonal yaitu berpikir melalui berkomunikasi dengan
orang lain (Gardner, 1993).
5) Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya bersama-sama atau menggunakan
group belajar independent (interdependen learning group). Siswa akan dipengaruhi
dan sekaligus berkonstribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain.
Group belajar atau komunitas pembelajaran akan terbentuk di dalam tempat kerja dan
sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama memakai pengetahuan,
memusatkan pada tujuan pembelajaran, dan memperkenankan semua orang untuk
belajar dari sesamanya. Dalam hal ini, para pendidik harus bertindak sebagai
fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis.
6) Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment). Pembelajaran kontektual
diharapkan membangun pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang bermakna
melalui pengikutsertaan siswa kedalam kehidupan nyata atau konteks autentik. Untuk
proses pembelajaran yang demikian itu diperlukan suatu bentuk penilaian yang
didasarkan kepada metodologi dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri, yang disebut
dengan penilaian autentik. Penilaian autentik menunjukkan bahwa pembelajaran telah
terjadi; menyatu ke dalam proses belajar mengajar; dan memberikan kesempatan dan
arahan kepada siswa untuk maju; dan sekaligus dipergunakan sebagai alat kontrol
untuk melihat kemajuan siswa dan umpan balik bagi praktek pengajaran.

6. Cara mengoperasionalkan 5 strategi yang dianjurkan oleh CORD dalam pembelajaran


biologi di SMP atau SMA

16
Cara mengoperasionalkan 5 strategi yang dianjurkan oleh CORD dalam
pembelajaran biologi di SMP atau SMA adalah:

1. Relating : Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman dunia nyata.


2. Experiencing : Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan
(discovery) dan penciptaan (invention).
3. Applying : Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya.
4. Cooperating : Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian
bersama,dan sebagainya.
5. Transefering : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan di dalam situasi atau konteks
baru.
Untuk tujuan efektifitas pengajaran di dalam proses pembelajaran kontekstual
termasuk dalam penerapannya pada pelajaran biologi di SMP atau SMA, semua strategi
tersebut harus dipergunakan secara bersama-sama; walaupun di dalam prakteknya
dimungkinkan tidak diperlukan perubahan yang drastis dari semua pendidik. Penggunaan
terus menerus dan refleksi dari pengajaran kontekstual menyebabkan perluasan dan
pendalaman pengetahuan pendidik termasuk perubahan organisasi sekolah. Kepala sekolah,
komite sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya harus mendukung proses
pembelajaran kontekstual dalam rangka meningkatkan kemungkinan keberhasilannya.

Agar semua siswa berhasil mencapai tujuan pembelajaran, maka suatu sekolah harus
dapat memvalidasi dan mendukung pembelajaran tersebut. Newmann dan Wahlage (1997)
menjelaskan suatu sistem pendukung untuk pembelajaran autentik yang telah disesuaikan
untuk menjelaskan dukungan terhadap proses pembelajaran kontekstual melalui diagram
sistem.

Pada diagram sistem dukungan Newmann and Wahlage dijelaskan bahwa tujuan
akhir adalah mendukung pembelajaran yang berkualaitas bagi siswa. Untuk itu, setiap orang
di sekolah, terlebih dahulu menyetujui tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dan
strategi apa yang akan digunakan. Sementara itu keorganisasian di sekolah sedapat mungkin
harus mendukung keterlaksanaan belajar dan mengajar dimanapun, misalnya ruang kelas,
sekolah atau masyarakat. Terakhir, dukungan eksternal dari masyarakat adalah dalam hal

17
penyediaan sumber dorongan yang dapat membantu siswa dan pendidik menciptakan
lingkungan belajar mengajar yang berkualitas.

Kalau kita mencermati konsep ini terlihat bahwa untuk melaksanakan pengajaran
dan pembelajaran kontekstual dengan berbagai strateginya, diperlukan suatu kemandirian
untuk setiap orang di sekolah melaksanakan kegiatan pembelajarannya, di samping mereka
juga harus melakukan kerja sama sesamanya (saing mendukung) termasuk dengan
masyarakat di dalam koordinasi keorganisasian sekolah.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pemberian otonomi dan sekaligus


pelaksanaan pengambilan keputusan secara partisipatif warga sekolah yang didukung oleh
masyarakat merupakan langkah penting agar pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan
secara optimal dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan. Konsep ini sejalan dengan
kebijaksanaan pemerintah (Depdikans) yang menerapkan manajemen berbasis sekolah dan
masyarakat dalam konteks yang lebih yang sederhana, yang sekarang ini sedang
dilaksanakan perintisannya adalah manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBS).
Atau dengan kata lain penerapan pembelajaran kontekstual diharapkan akan dapat
mendongkrak peningkatan kualitas secara optimal bahkan maksimal, jika dipayungi oleh
pengimplementasian manajemen mutu sekolah yang telah dicanangkan oleh pemerintah.

18

Anda mungkin juga menyukai