Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan
yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses
pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan
dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar
pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa
belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena
itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah
berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak
dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian
karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Unit ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM
tersebut, serta prosedur atau langkah-langkah Fasilitatoran yang bisa
dilakukan. Dengan membaca dan mengikuti proses-proses Fasilitatoran yang
telah dirancang dalam Unit ini, para peserta Fasilitatoran diharapkan dapat
mengenal apa, mengapa, dan bagaimana PAKEM tersebut, dan pada akhirnya
diharapkan dapat menerapkan di kelasnya masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian PAKEM
2. Ciri-Ciri dan Prinsip Pembelajaran PAKEM
3. Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian PAKEM
2. Menjelaskan ciri-ciri dan prinsip pembelajaran PAKEM
3. Menjelaskan model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PAKEM
PAKEM adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan belajar yang beragam

untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan


penekanan pada belajar sambil bekerja (learning by doing), sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan
lingkungan supaya pembelajaran lebih bermakna, menarik, menyenangkan,
dan efektif.
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (Rusman, 2010:322).
Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya
berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari dari
kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru
dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan
menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks (Rusman,
2010;323), yaitu pembaruan dalam harus dimulai dari bagaimana anak
belajar, dan bagaimana guru mengajar, bukan dari ketentuan hasil.
Guru harus mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika
siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi
berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah di rancang dapat tercapai. Guru juga harus ditutut agar
melakukan inovasi dalam segala hal yang berkaitan dengan kompetensi yang
disandangnya seperti inovasi dalam pembelajaran.
Untuk itu guru juga dituntut harus memiliki pengetahuan yang luas
mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana
belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM
menurut (Rusman, 2010;323); guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat ,elibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat

menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya


dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
B. Pembelajaran PAKEM
1. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam

kegiatan

pembelajaran

secara

optimal.

Pembelajaran

ini

menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan (childcentre/student


centre) bukan pada dominasi guru dalam materi pelajaran (teacher centre).
Jadi pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran,
sementara guru berperan sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa
mampu berperan dan berpartisipasi aktif dalam mengaktualisasikan
kemampuannya di dalam dan di luar kelas.
2. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi
dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di
kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat
meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya
sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to
facilitate of kearning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini siswa terlibat
secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedamngkan guru
lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi
dan jalannya proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran

kreatif

merupakan

proses

pembelajaran

yang

mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas


siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa

metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain


peran, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreativitas
siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam
melakuakan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir
kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak
ada atau memperbaiki sesuatu.
Berpikir kritis harus dikembangkan dalam proses pembelajaran agar
siswa terbiasa mengembangkan kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir
kreatif memiliki empat tahapan sebagi berikut ( Mulyasa, 2006: 192),
yaitu:
a. Tahapan pertama; persiapan, yaitu proses pengumpulan informasi

untuk diuji.
b. Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk merenungkan

hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa


hipotesis tersebut rasional.
c. Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan

keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional


d. Tahap keempat; verifkasi, yaitu pengujian kembali hipotesis untuk

dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.


Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang
menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir
kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan
pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini
dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa
harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran,

sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada


tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena
mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang di
sajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.
Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap
materi standar yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan
belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu
mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/materi
pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas
yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa
dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur
sebagai berikut:
a. Melakukan appersepsi ,
b. Melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan

kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan varuiasi


metode,
c. Melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam

pembentukan kompetensi siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan


siswa,
d. Melakukan

penilaian,

yaitu

mengumpulkan

fakta-fakta

dan

data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan


program pembelajaran.
Untuk melakukan pembelajaran yang efektif, guru harus memerhatikan
beberapa hal, sebagai berikut:
(1) pengelolaan tempat belajar,

(2) pengelolaan siswa,


(3) pengelolaan kegiatan pembelajaran,
(4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
(5) pengelolaan media dan sumber belajar.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat
antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not
under pressure) ( Mulyasa, 2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru
dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai
mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup
kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan
suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa
dalam melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru
harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang
tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan
siswa secara optimal.
Ada empat aspek yang memengaruhi model PAKEM, yaitu
pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu
pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAKEM
terpenuhi.
a. Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa di ajarkan dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, penyelidikan, dan wawancara. Aspek
pengalaman ini siswa belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung.
b. Komunikasi

Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk,


mengemukakan pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil
kerja. Kegiatan ini siswa dapat mengungkapakan gagasan, dapat
mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan gagasannya, memancing
gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat
diketahui oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya
jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah
kesalahan makna yang diperbuat oleh siswa-siswa berpeluang untuk
terkorelasi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat
menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang
telah diperbuat/dipikirkan oleh siswa selama mereka belajar. Hal ini
dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yangbtelah
dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan
baru.
C. Ciri-Ciri dan Prinsip Pembelajaran PAKEM
Dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan strategi pembelajaran
yang sangat baik dan cocok untuk situasi dan kondisi siswa. Strategi yang
sangat cocok dan menarik peserta didik dalam pembelajaran sekarang ini
dikenal dengan nama PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan).
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan dan efektif.
1. Ciri-ciri/karakteristik PAKEM adalah:
a. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik

b. Mendorong kreativitas peserta didik &guru


c. Pembelajarannya efektif
d. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik
2. Prinsip PAKEM antara lain:
a. Mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental
maupun emosional
b. Komunikasi: kegiatan

pembelajaran

memungkinkan

terjadinya

komunikasi antara guru dan peserta didik


c. Interaksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan

terjadinya

interaksi multi arah


d. Refleksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik
memikirkan kembali apa yang telah dilakukan
D. Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM
menurut Udin S.Saud (Rusman, 2010) antara lain:
a. Pembelajaran kuantum
b. Pembelajaran berbasis kompetensi
c. Pembelajaran kontekstual
1. Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu
quantum learning. Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan
seluruh proses belajar yan1g dapat mempertajam pemahaman dan daya
ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan
bermanfaat.
Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai
model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang
bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan dari peserta
didik atau siswa.
Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan mengenai
karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu sebagai
berikut:

(1)

Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan


fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum

(2)

dipakai.
Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-

(3)

empiris, hewan-istis, dan atau nativistis.


Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan

(4)

positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.


Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan),
menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai

(5)

konteks pembelajaran.
Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

(6)

bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.


Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

(7)

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.


Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan

(8)

yang dibuat-buat.
Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

(9)

kebermutuan proses pembelajaran.


Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan,

landasan

yang

kukuh,

lingkungan

yang

menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang


dinamis.
(10) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material.
(11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
(12) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
(13) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran
dalam proses pembelajaran.

Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan


dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut.
a) Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
b) Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
c) Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan
oleh otak.
d) Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.
e) Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran
Tujuan di atas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum
mengharapkan perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan
belajar

yaitu

kelas,

menyeimbangkan

materi

kemampuan

pembelajaran
otak

kiri

yang

dan

menyenangkan,

otak

kanan,

serta

mengefisienkan waktu pembelajaran.


2. Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program pembelajaran di
mana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta
didik, sistem penyampaian, dan indikator pencapaian hasil belajar
dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai (McAshan,
1989:19). Dalam pembelajaran berbasis kompetensi perlu ditentukan
standar minimum kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Sesuai
pendapat tersebut, komponen materi pembelajaran berbasis kompetensi
meliputi:
(1) kompetensi yang akan dicapai;
(2) strategi penyampaian untuk mencapai kompetensi;
(3) sistem evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk menentukan
keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a) Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang

diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga


keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru
adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan

waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai


kompetensinya.
b) Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam

KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri


dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu
kesatuan.
c) Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan

individual

setiap

peserta

didik.

Peserta

didik

memiliki

karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh


karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu
memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan
mengembangkan peserta didiknya.
d) Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus

menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)


sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang
belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah
tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada
kompetensi berikutnya.
e) Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah,
sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru
perlu

mendesain

pembelajaran

yang

berkaitan

dengan

permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan


lingkungan.
f) Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia

sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta


didik.
g) Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber
3. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan

memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang


dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun
prinsip-prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011)
adalah sebagai berikut.
a) Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan
bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar
merupakan

sistem

yang

mengitegrasikan

berbagai

komponen

pembelajaran dan komponen tersebut saling mempengaruhi secara


fungsional.
b) Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam
dari realitas kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong
berpikir kritis siswa untuk menemukan hubungan di antara entitasentitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat memahami makna bahwa
perbedaan itu rahmat.
c) Pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa
mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa
menghubungkan materi akademik dengan konteks keadaan pribadi
mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.
Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama
pembelajaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang
tak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstul. Komponen-komponen
dimaksud adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan

(inquiry),

masyarakat

belajar

(learning

community),

permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya


(authentic assessment). (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono,
2011).

1) Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar

lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan


mengkonstruksi sendiri pengetahuan atau keterampilan barunya.
Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan lima elemen belajar
konstruktivisme, yaitu: (a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activiating knowledge), (b) perolehan pengetahuan baru (acquiring
knowledge), (c) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),
(d) mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge), dan (e)
melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
tersebut (reflecting knowledge).
2) Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir
yang handal dan mandiri. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif,
kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, baik
administrasi maupun akademik; (b) mengecek pemahaman siswa; (c)
membangkitkan respon pada siswa; (d) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa; (e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui
siswa; (f) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang
dikehendaki guru; (g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari siswa; dan (h) menyegarkan kembali pengetahuan siswa. (Sagala,
2009: 88).
3) Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hanya hasil megingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari
menemukan sendiri.
4) Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar
daam kelompok). Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman,
antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
5) Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Dengan adanya model, siswa akan lebih mudah meniru apa yang
dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang lain, guru atau siswa yang
lebih mahir dapat bertindak sebagai model.

6) Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan


upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis
kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi kembali hal-hal
yang telah dipelajari.
7) Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat
melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar
menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya, PR,
kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi,
laporan, jurnal, hasil tes tulis, dan karya tulis.

BAB III
PENUTUP
Pendekatan PAKEM dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa merupakan
suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. PAKEM mengetengahkan prinsip-prinsip
proses belajar-mengajar yang pada intinya bertujuan untuk meningkatkan prestasi
siswa. PAKEM mengutamakan prinsip penemuan dan pengolahan sendiri
sehingga kesan terhadap apa yang diperoleh dari satu konsep akan bertahan lama.
PAKEM juga merupakan suatu pendekatan pengajaran yang diibaratkan bahwa
anak bukan saatnya diberi ikan untuk dimakan. Konsep demikian diharapkan
dapat menciptakan luaran peserta didik yang lebih kreatif, kritis, dan mandiri,
tidak mempunyai ketergantungan yang besar terhadap orang lain karena seringnya
disuguhi bahan jadi. Dengan PAKEM, siswa diharapkan mengolah konsep mentah
menjadi konsep jadi. Khusus di sekolah dasar, PAKEM senantiasa diupayakan
sebagai bentuk pendekatan yang fleksibel sehingga penekanan-penekanan prinsip
PAKEM dapat meningkatkan prestasi murid dari segala aspek, baik dari segi
afektif, kognitif, dan psikomotor. Oleh karena itu, diharapkan PAKEM dapat
berperan optimal dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari hasil uraian model PAKEM khususnya guru, diharapkan dapat menghasilkan
pembelajaran yang berkualitas/bermutu dan menghasilkan perubahan yang
signifikan, seperti dalam peran guru di kelas, perlakuan terhadap siswa,
pertanyaan, latihan, interaksi, pengelolaan kelas serta menjadikan guru menjadi
inovatif.
Model-model pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAKEM menurut
Udin S.Saud (Rusman, 2010) antara lain:
1. Pembelajaran kuantum
2. Pembelajaran berbasis kompetensi

3. Pembelajaran kontekstual

Anda mungkin juga menyukai