Anda di halaman 1dari 20

Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional

(PPSI)
BAB II

PEMBAHASAN

A.                Pengertian Model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)

Munculnya model PPSI dilatar belakangi oleh beberapa hal berikut:[1]

1. Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem


Instruksional (PPSI)” untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran

2. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran menggunakan


pendekatan sistem (PPSI).
3. Pendidik/guru masih menggunakan paradigma “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran
yang profesional.

4.  Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan
kontinuitas.

5.  Sistem semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai satuan materi
terkecil.

PPSI sebagaimana pola pengembangan pengajaran lainnya yang menggunakan pendekatan


sistem, yakni mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.Istilah “sistem instruksional” dalam PPSI
menunjukkan pada pengertian sebagai suatu kesatuan pengajaran yang terorganisasi yang terdiri
atas sejumlah komponen antara lain : materi, metode, alat, evaluasi yang kesemuanya berinteraksi
satu sama lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. PPSI merupakan
langkah – langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem untuk
mencapai tujuan secara efisien dan efektif.[2]

Hamzah B.Uno (2007), mendefinisikan PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu
instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar.Oemar
Hamalik (2006) mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk
menyusun satuan pelajaran.

Konsep dari PPSI ini adalah bahwa suatu sistem instruksional yang menggunakan
pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen
yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[3]
            Fungsi dari PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar.[4]

            PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada Kurikulum 1975 untuk tingkat SD,
SMP, SMA, dan Kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang
mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada
pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran mengandung sejumlah komponen,
seperti tujuan, materi, metode, alat, dan evaluasi yang semuanya berinteraksi satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.PPSI merupakan model pembelajaran
yang menerapkan suatu sistem utuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[5]

B.                 Langkah-Langkah Pokok Pengembangan Model PPSI

Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:[6]

Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran

            Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus,
yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan
dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan-kemampuan atau
kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan
dievaluasi.

Tujuan instruksional merupakan rumusan yang jelas dan terarah tentang kemampuan atau
tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program kegiatan belajar.
Kemampuan atau tingkah laku tersebu terbagi kepada dua bagian yaitu : tujuan instruksional umum
disingkat dengan TIU, dan sekarang istilah tersebut menjadi Standar Kompetensi. Serta tujuan
instruksional khusus disingkat dengan TIK, sekarang menjadi Kompetensi Dasar.[7]

Langkah 2: Mengembangkan Alat Evaluasi

            Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat
evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan
atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut.

Menurut Suryosubroto, Langkah ini adalah pengembangan test yang fungsinya adalah untuk menilai
sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan – kemampuan yang telah kita rumuskan
dalam tujuan – tujuan tersebut.[8]Dalam model PPSI berbeda dari apa yang biasanya dilakukan,
pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pembelajaran, tetapi pada
langkah kedua setelah tujuan pembelajaran khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang
berorientasi pada tujuan atau hasil, yaitu penilaian terhadap suatu sistem pembelajaran didasarkan
atas hasil yang dicapai.

            Dalam mengembangkan alat evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan
bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah jenis tes tertulis, lisan, atau tes perbuatan.
Kemudian bentuk tes yang apakah pilihan ganda (multiple choice),essai, benar-salah atau
menjodohkan. Untuk menilai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dapat digunakan
satu jenis tes atau satu bentuk tes, atau dua bahkan tiga jenis dan bentuk tes. Hal ini sangat
bergantung pada hakikat tujuan yang akan dicapai.

Langkah 3: Menentukan Kegiatan Belajar-Mengajar

            Sesudah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan
kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:[9]

1.  Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

2.  Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu
ditempuh lagi oleh siswa.

3.  Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa.

Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok
materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang
telah ditetapkan.

Untuk menyampaikan materi yang telah kita tetapkan, perlu dipertimbangkan metode mana
yang paling tepat digunakan, dengan mengingat kegiatan – kegiatan belajar yang telah dirumuskan
dan tujuan yang ingin dicapai.[10]

Langkah 4: Merencanakan Program KBM

            Setelah langkah satu sampai tiga telah ditetapkan, selanjutnya perlu dimantapkan dalam
suatu program pembelajaran.Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran
adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS nya dan
diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses
pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancanng
secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan. Termasuk
dalam langkah ini adalah penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.Ada tiga hal yang berkenaan
dengan program kegiatan ini, yaitu :

a. Merumuskan materi pelajaran.


Bila perlu setiap pokok materi dapat dilengkapi dengan uraian singkat dan contoh-contoh
agar memudahkan penyampaian materi tersebut kepadasiswa/ mahasiswa.

b.Metode yang digunakan

Dalam hal ini kita perlu mengetahui terlebih dahulu sejumlah metode yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar.`

c. Menyusun jadwal

Penyusunan jadwal ini atas dasar banyaknya materi yang ingin disampaikan dan metode –
metode yang digunakan.

Langkah 5: Pelaksanaan

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai
berikut:[11]

a.                    Mengadakan Pre Test (Tes Awal).

Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal
kemampuan siswa sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila
siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang akan
diberikan.

b.                   Menyampaikan Materi Pelajaran

Pada prinsipnya, penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang telah
disusun dalam langkah keempat, yaitu “Merencanakan KBM”, baik dalam materi, metode, maupun
alat yang akan digunakan.selain itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tentang tujuan atau kompetensi yang akan dicapai,
sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.

c.                    Mengadakan Post Test

Post test diberikan kepada siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Tes yang
diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, perbedaannya terletak pada waktu dan
fungsinya.Kemudian hasil pre test dan post test itu diperbandingkan.[12]

Pre test berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum
pembelajaran diberikan, sedangkan post test berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai
penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui
seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
Dalam ringkasan di atas tersebut diperoleh beberapa kelebihan dan kekurang dalam Model
PPSI diantaranya, yaitu :

1)         Kelebihan PPSI

a. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan
untuk mengembangkan sistem pempelajaran.

b. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.

2)         Kekurangan PPSI

a. Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru harus memberikan
pretest dan post test untuk setiap unit pelajaran.

C. Contoh RPP dari Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)

a. contoh PPSI (1)

SATUAN PELAJARAN[13]

Satuan Pendidikan : MTS N 1 SEMARANG

Mata Pelajaran : FIKIH

Pokok Bahasan : Taharah

Sub Pokok Bahasan : Macam – Macam Air

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

Kelas / Semester : I (satu) / I (satu)

I. Standar Kompetensi

Siswa mampu menerapkan dan membedakan macam – macam air dalam kehidupan sehari – hari

II. Kompetensi Dasar

a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan macam – macam air


b. Siswa mampu menyebutkan contoh dari macam – macam air.

III. Materi Menyebutkan dan menerangkan macam – macam air

1. Air yang suci dan menyucikan yaitu air yang boleh diminum dan sah digunakan untuk bersuci.
Contoh : air hujan, air laut, air sumur, air es, dan air embun.
2. Air suci tapi tidak menyucikan yaitu zat nya suci tapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu.
contoh : air kopi, air teh,air sedikit kurang dari dua kulah, air kelapa.
3. Air yang bernajis yaitu air yang sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh
untuk bersuci.Akan tetapi jika air itu banyak atau dua kullah atau lebih, hukumnya tetap suci dan
mensucikan.

4. Air yang makruh yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas dan
perak. Air ini makruh dipakai untuk badan tetapi tidak makruh untuk pakaian, kecuali jika air yang
terjemur di tanah, seperti air sawah dan air kolam dan tempat – tempat yang bukan bejana yang
mungkin berkarat.

IV. Kegiatan Belajar Mengajar

1. Metode Metode ceramah dan metode tanya jawab.

2. Pokok – pokok kegiatan

a. Guru menjelaskan tujuan instruksional

b. Guru menjelaskan materi

c. Guru memberikan pre test

V. Sumber bahan

a. Buku Panduan “Fiqh Islam” oleh Sulaiman Rasyid, penerbit Sinar Baru Algensindo.

b. Buku LKS

VI. Evaluasi

a. Prosedur test : pre test-lesan dan post test-tertulis.

b. Soal - soal test

1. Pre test – lesan :

- Sebutkan dan jelaskan macam – macam air dan berikan contohnya!


2. Post test – teertulis :

- Sebutkan dan jelaskan macam – macam air dalam taharah !

- Sebutkan masing – masing contoh dari macam – macam air tersebut !


- Bagaimana hukum macam – macam air tersebut ?jelaskan!

b. Contoh PPSI (2)


Topik : Apa itu unsur-unsur intrinsik
TIK : Siswa mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel /
cerpen
Pengembangan alat evaluasi
1.Penggalan naskah cerpen / novel
2.Video rekaman pembacaan cerpen / novel
3.Rumusan pertanyaan / tes
4.dll.

Bahan Satuan Bahasan


1. Menyimak
2.Diskusi
3. Permainan

Pengembangan Satuan Bahasan


1. Memperkenalkan sastra kepada siswa
2.Memberikan materi tentang unsur-unsur intrinsik / materi yang kita berikan
3.Melatih siswa menentukan unsur intrinsik dari video yang diberikan.

Pelaksanaan Program
1. Menggunakan Pre-test
2.Menggunakan Post-test
3. Remidial

Bentuk Satuan Pelajaran

Bidang studi : …………………………………………………………………………..


Subbidang studi : …………………………………………………………………………..

Satuan Bahasan : …………………………………………………………………………..


Semester : …………………………………………………………………………..
Waktu : …………………………………………………………………………..
I. Tujuan Intruksional Umum
………………………………………..
………………………………………..

II. Tujuan Intruksional Khusus


…………………………………………
………………………………………..
dst.

III. Materi Pelajaran


1. ……………………………………
1.1. ………………………..
1.2. ………………………..
2. …………………………………..
2.1. ………………………..
2.2. ………………………..
dst.

IV. Kegiatan Belajar Mengajar


1. Metode
2. Pokok-pokok kegiatan

Siswa Guru
1.……………………………… 1. ………………………………..
2. …………………………….. 2. …………………………………

V. Alat-alat Pelajaran dan Sumber


1. Alat pelajaran
1.1. …………………………..
1.2. ……………………………
2. Sumber bahan
2.1. ………………………….
2.2. ………………………….
2.3. ………………………….

VI. Evaluasi
1. Prosedur
1.1.…………………………
1.2. ………………………..
1.3. ………………………..
2. Alat evaluasi (jenis tes)
2.1. ….…………………….
2.2. ………………………..
3. Soal-soal tes.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Yang melatarbelakangi munculnya Model PPSI, adalah Pemberlakuan Kurikulum 1975,


metode penyampaian yaitu “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)” untuk
Pengembangan Satuan Pembelajaran.Istilah “sistem instruksional” dalam PPSI menunjukkan pada
pengertian sebagai suatu kesatuan pengajaran yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah
komponen antara lain : materi, metode, alat, evaluasi yang kesemuanya berinteraksi satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. PPSI merupakan langkah – langkah
pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara
efisien dan efektif.

Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:

Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk


hasil belajar, berbentuk tingkah laku dan hanya ada satu kemampuan/tujuan)

Langkah 2 : Pengembangan Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun
item soal untuk setiap tujuan)

Langkah 3 : Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan semua kemungkinan kegiatan


pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh)

Langkah 4 : Merencanakan Progam Kegiatan Belajar Mengajar (merumuskan materi pelajaran,


menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menyusun
progam kegiatan/jadwal)

Langkah 5 : Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan


posttest dan revisi)

B.     Saran

Setelah membaca dan menguraikan tentang makalah ini, saran yang dapat diberikan adalah :

1.Penulis perlu menggali lebih dalam lagi mengenai pentingnya model prosedur pengembangan
system instruksional (PPSI), baik itu latar belakangnya, pengertiannya dan langkah-langkahnya serta
implementasinya pada RPP.

2. Model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional ini harus diterapkan dalam dunia pendidikan
karena PPSI ini akan mempermudah guru untuk menyusun metode, strategi maupun model dalam
proses belajar-mengajar agar tercapai sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Suryosubroto. 1990. Tatalaksana Kurikulum.Jakarta : Rineka Cipta.

Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.Jakarta : Ciputat Press.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta:


Rajawali Pers.
Sudjana Nana.1989. Teknologi Pengajaran.Bandung: CV Sinar Baru.

http://anrusmath.worpress.com

[1]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2012), hlm. 147-148.

[2]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
83-84

[3]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2012), hlm. 148.

[4] Ibid,.hlm. 148

[5]Ibid, Op. Cit. hlm. 148

[6]Ibid, log. Cit. hlm. 148

[7]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
85

[8]Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum,  (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 69

[9]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2012), hlm. 150

[10]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
96

[11]Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2012), hlm. 150-151

[12]Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum,  (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 70-73

[13]http://anrusmath.worpress.com/2008/08/16/pengembangan/, diakses selasa, 04 Maret 2014,


pukul 15.30 WIB.

BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN PPSI DAN GLASSER

A.    Model Pembelajaran PPSI


1.      Pengertian PPSI
Prosedur Pengembangan Sistim Intruksional (PPSI) adalah suatu bentuk pengajaran
yang didasarkan kepada suatu sistim, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir yang terdiri
dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dalam rangka
mencapai suatu tujuan.[1]

Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari tujuan, materi pelajaran, alat/


media pengajaran, metode, evaluasi/ penilaian. Kelima komponen tersebut saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
[2]

Menurut Basyiruddin PPSI merupakan langkah-langkah pengembangan dan


pelaksanaan pengajaran sebagai suatu system untuk mencapai tujuan secara efisien dan
efektif.[3] Dari keterangan di atas, dapat di simpulkan PPSI adalah suatu langkah-langkah
pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.
2.      Latar Belakang Munculnya PPSI
Tim dari UNESCO yang diketahui oleh Emerson pada tahun 1968 mengadakan
survei tentang kondisi pendidikan di Indonesia, yang hasilnya survei tentang rendahnya
mutu dan kondisi pengajaran di sekolah-sekolah kita. Untuk pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI berusaha meningkatkan mutu pengajaran
tersebut melalui penataran-penataran dan lokakarya terhadap tenaga-tenaga  ahli
pendidikan dan pengajaran secara intensif.
Salah satu hasil usaha untuk peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran tersebut
lahirlah suatu pola pengembangan pengajaran yang dinamakan Prosedur Pengembangan
sistim Instruksional yang lazim disingkat dengan PPSI. PPSI digunakan sebagai pola
pengembangan  pengajaran kurikulum SD, SMP, SMA, sekolah kejuruan.[4]

Selain itu, terdapat latar belakang munculnya PPSI, yaitu:


1)      Pemberlakuan kurikulum 1975, “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)”
untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP).
2)      Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu sistem”, maka pembelajaran
menggunakan pendekatan sistem (PPSI).
3)      Pendidik/ guru masih menggunakan paradigma “ Transfer of Knowledge” belum pada
pembelajaran yang profesional.
4)      Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan
kontinuitas.
5)      Sistem Semester pada kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai satuan
materi terkecil.[5]

3.      Langkah-Langkah Pokok dalam PPSI


a.       Merumuskan Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional artinya tujuan yang hendak dicapai dalam pengajaran. Tujuan
instruksional  tersebut dapat dibedakan menjadi:
1)      Tujuan instruksional  umum, yaitu tujuan yang telah ditetapkan/ dirumuskan GBPP (Garis-
Garis Besar Program Pengajaran). Dan oleh karena itu guru tidak perlu lagi merumuskan
tujuan umum tersebut, tugas guru hanya menjabarkan tujuan instruksional yang masih
bersifat umum itu ke dalam tujuan instruksional khusus.
2)      Tujuan instruksional khusus, yaitu tujuan khusus yang hendak dicapai setelah diadakan
proses belajar mengajar. Tujuan instruksional khusus atau sering disingkat dengan istilah
TIK ini merupakan penjabaran dari tujuan instruksional khusus umum (TIU). Dalam tujuan
instruksional khusus merumuskan secara jelas dan spesifik tentang tingkah laku/
kemampuan yang kita harapkan dari anak didik, setelah mengikuti proses belajar mengajar
di kelas.
Ada 4 kriteria dalam merumuskan tujuan instruksional khusus, yaitu:
a)      Harus menggunakan istilah operasional, misalnya:
-          Siswa dapat menyebutkan …
-          Siswa dapat mengucapkan …
-          Siswa dapat mendemonstrasikan …
-          Siswa dapat melakukan …
-          Siswa mampu menuliskan …
-          Siswa teramppil menyusun …
-          Siswa dapat menerjemahkan …
-          Siswa dapat membedakan antar …
-          Siswa dapat memilih antara …
b)      Harus dalam bentuk hasil belajar:
Kalimat tepat  : Murid dapat membaca surah Al-Ikhlas.
Kurang tepat  : Cara-cara membaca surah Al-Ikhlas
c)      Harus berbentuk tingkah laku murid:
Kalimat tepat  : Murid dapat mendemonstrasikan shalat yang benar.
Kurang tepat   : Membimbing murid ungtuk melakukan shalat yang     benar.
d)   Hanya meliputi satu tingkah laku:
Kalimat tepat   : Murid dapat membaca surah Al-Ikhlas dengan benar.

urang tepat    : Murid dapat membaca surah Al-Ikhlas dengan baik/ benar dan menerjemahkannya.[6]

b.      Mengembangkan alat evaluasi


            Setelah tujuan instruksional dirumuskan, langkah berikutnya adalah
mengembangkan tes yang fungsinya untuk menilai sampai di mana siswa menguasai
kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus.  Untuk
mengecek apakah rumusan tujuan instruksional tersebut dapat diukur / dinilai atau tidak,
perlu dikembangkan terlebih dahulu alat evaluasinya sebelum melangkah lebih jauh.
Dengan dikembangkannya alat evaluasi tersebut, mungkin ada beberapa tujuan yang perlu
diubah atau dipertegas rumusannya sehingga dapat diukur.[7]

            Inilah yang merupakan landasan pokok mengapa pengembangan alat evaluasi


dilakukan pada langkah-langkah permulaan dalam proses pengembangan sistim
instruksional ini.[8] Dalam pengembangan alat evaluasi perlu ditetapkan jenis tes yang akan
digunakan, apakah tes tertulis, lisan ataupun tes perbuatan. 
c.       Menetapkan kegiatan belajar mengajar
Hal ini menggambarkan pokok-pokok kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dan
murid selama proses pelajaran itu berlangsung.[9]

Kegiatan belajar siswa artinya tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan apa yang


diperkirakan akan dilaksanakan siswa dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan guru mengandung pengertian bahwa usaha apa yang dibutuhkan guru agar siswa
mempelajari bahan yang diberikan kepadanya.
Contoh:

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


1.      Mengenalkan arti populasi 1.      Mempelajari arti populasi
2.      Menjelaskan jenis populasi 2.      Berdiskusi tentang jenis
populasi[10]

Dalam menetapkan proses belajar mengajar perlu diperhatikan hal-hal berikut:


1)      Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2)      Menetapkan dari sekian kegiatan belajar tersebut yang tidak perlu ditempuh lagi oleh murid
karena dianggap telah menguasai.

3)      Menetapkan kegiatan belajar yangnantinya akan ditempuh oleh siswa.[11]

Setelah kegiatan belajar siswa diterapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok materi


pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis-jenis kegiatan belajar yang
telah ditetapkan. Bila dipandang perlu, setiap materi pelajaran tersebut dilengkapi dengan
uraian singkat agar memudahkan guru menyampaikan materi tersebut kepada siswa.[12]

d.      Merencanakan program kegiatan


Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran adalah suatu
pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/ SKSnya dan
diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu di susun strategi
proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar
yang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode
pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi
yang akan disampaikan. Termasuk dalam langkah ini adalah penyusunan proses
pelaksanaan evaluasi.[13]

Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah menyusun strategi proses
belajar mengajar berupa:
1)      Merumuskan pokok materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan
jenis-jenis kegiatan belajar.
2)      Metode pengajaran yang digunakan, guru dituntut untuk mampu menentukan mana kiranya
metode yang cocok dipakai dalam menyajikan/ menyampaikan materi pelajaran.
3)      Menyusun jadwal, dengan menghitung waktu yang akan digunakan dalam menyampaikan
setiap materi, maka efektivitas dan efisiensi waktu dapat terjaga.[14]

e.       Melaksanakan Program
Setelah semua rencana dan persiapan selesai dilakukan maka mulailah program
yang kita susun tersebut kita laksanakan dalam arti kita cobakan. Langkah-langkah yang
perlu kita lakukan dalam fase ini adalah sebagai berikut:
1)      Mengadakan pre test
Tes yang akan kita berikan kepada murid-murid adalah tes yang telah kita susun
dalam langkah kedua. Fungsi dari pre- test ini adalah untuk menilai sampai dimana murid-
murid telah menguasai kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan-tujuan
instruksional, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah kita persiapkan.
Hasil pre-test ini berfaedah sebagai bahan perbandingan dengan hasil tes (post-test) setelah
mereka selesai mengikuti program pengajaran tertentu. Untuk setiap murid perlu diberi
tanda jawaban-jawaban mana yang betul dan mana yang salah, di samping angka untuk
setiap murid.[15]

2)      Menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murid


Dalam menyampaikan materi pelajaran ini, pada prinsipnya harus berpegang pada
rencana yang telah disusun dalam langkah 4, yaitu merencanakan program kegiatan, baik
dalam materi, metode maupun alat yang akan digunakan. Selain itu, sebelum
menyampaikan materi pelajaran, hendaknya pengajar menjelaskan dulu kepada siswa,
tujuan instruksional khusus yang akan dicapai sehingga mereka mengetahui kemampuan-
kemampuan yang diharapkan setelah selesai mengikuti pelajaran.[16]

3)      Mengadakan post test


Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang
diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu
dan fungsinya.
Tes awal berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran
sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir berfungsi untuk menilai kemampuan
siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan
demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.[17]

4.      Kelebihan dan Kekurangan PPSI


a.      Kelebihan PPSI:
1)      Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.
2)      Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
b.      Kekurangan PPSI:
Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga, dan pikiran yang lebih karena guru harus
memberikan pre tesd dan post test untuk setiap unit pelajaran.[18]

B.     Model Glasser
Moel Glasser adalah model yang paling sederhana. Langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah sebagai berikut:
1.      Intructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan objek
sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang siswa diharapkan
langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada
praktik.

2.      Entering Behavior (Sistem Input)


Pelajaran yang diberikan pada siswa dapat diperlihatkan dalam bentuk tingkah laku,
misalnya siswa terjun langsung ke lapangan.
3.      Instructional Procedures (Sistem Operator)
Membuat prosedur pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga pembelajaran sesuai
dengan prosedurnya.
4.      Performance Assessment (Output Monitor)
Pembelajaran diharapkan dapat mengubah penampilan atau prilaku siswa secara
tetap atau prilaku siswa yang menetap.[19]

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Prosedur Pengembangan Sistim Intruksional (PPSI) adalah suatu bentuk pengajaran
yang didasarkan kepada suatu sistim, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir yang terdiri
dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari tujuan, materi
pelajaran, alat/ media pengajaran, metode, evaluasi/ penilaian. Kelima komponen tersebut
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Langkah-langkah pokok dalam PPSI merumuskan tujuan instruksional,
mengembangkan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan
program kegiatan, melaksanakan program.
Moel Glasser adalah model yang paling sederhana. Langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah Intructional Goals
(Sistem Objektif), Entering Behavior (Sistem Input), Instructional Procedures (Sistem
Operator), Performance Assessment (Output Monitor).
DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf,Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana
Offset Printing), 1981

Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada), 1997

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta : Bumi


Akasara), 2002

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat Press), 2005

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta: Rajawali


Pers), 2011

Mudhoffir , Teknologi Instruksional, (Bandung: Rosda Karya), 1999

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), 2001

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo),


2008

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta), 2010

Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:


Rajawali Pers), 2011

Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: Staidra), 2013


[1]Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf, Methodik Khusus Pendidikan Agama,
(Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), h. 142
[2]Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997), h.127
[3]Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
(Jakarta : Bumi Akasara, 2002) h. 23
[4]Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat: Ciputat
Press, 2005), h. 83

[5]Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011), hh. 147-148

[6] Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Op.Cit, h. 128-129

[7] Mudhoffir , Teknologi Instruksional, (Bandung: Rosda Karya, 1999), h. 39

[8] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), h.


100
[9] Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf, Op.Cit, h. 145

[10]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru


Algensindo, 2008), h. 143
[11] Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Op.Cit, h.

[12] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 

[13]Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:


Rajawali Pers, 2011), h. 150

[14] Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Op.Cit, h. 130-131

[15] Roestiyah, Op.Cit, (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), h. 117-118

[16] Mudhoffir , Op. Cit., h. 41-42

[17] Rusman,  Op. Cit., h. 151

[18] Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran.( Lamongan: staidra, 2013), h. 22

[19] Rusman,  Op. Cit., h. 154-155

BAB II

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Prosedur Pengembangan Desain Sistem Intruksional (PPSI)

PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktifitas. Kata “pengembangan”  berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan
sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Desain” berarti membuat sketsa
atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Kata “System” berarti kesatuan fungsi dari
komponen-komponen. Kata “Intruksional” berhubungan dengan proses pembelajaran.[2] Dari arti
kata tersebut, PPSI dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan perencanaan
komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.

Seperti Model-model yang menggunakan system lainya, PPSI tidak lepas dari komponen-
komponen yang ada dalam PPSI itu sendiri dan juga menekankan pada tercapainya tujuan. Adapun
komponen-komponen dalam PPSI adalah Materi pelajaran, Metode, Alat, dan evaluasi. dengan
begitu PPSI dapat di artikan suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.[3]

Menurut Basyiruddin PPSI merupakan langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan


pengajaran sebagai suatu system untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.[4]

Dari keterangan di atas, dapat di simpulkan PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan


dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
diharapkan secara efektif dan efisien.[5]

2.      Implementasi PPSI

Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu:

A.    Perumusan tingkah laku dan kemampuan (kompetensi).

Merumuskan tingkah laku dankompetensi yang akan dimiliki oleh pebelajar. Sebelum


melakukan proses pembelajaran, pembelajar harus merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang
nantinya akan di miliki oleh pebelajar dalam setelah melakukan proses pembelajaran, satu rumusan
untuk satu tingkah laku dan kompetensi.

B.     Perumusan alat evaluasi atau tes.

Perumusan alat evaluasi ini di tujukan untuk mengukur dan menilai sampai berapa jauh
kemampuan yang telah dikuasai pebelajar, yang akan dibuat acuan untuk merumuskan apa yang
harus dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini di lakukan
untuk melakukan pre-test dan post test, yang nantinya dapat member informasi seberapa jauh
pemahaman pebelajar tentang materi yang nantinya akan di sampaikan.

C.     perumusan kegiatan belajar.

Pembelajar menetapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan,
penentuan kegiatan belajar di lakukan dengan bertahap. Tahapan pertama  menetukan seluruh
kegiatan yang di mungkinkan dilakukan oleh pebelajar. Tahap kedua mengeliminasi kegiatan yang
tidak sesuai dengan tujuan. Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang di
lakukan dalam proses pembelajaran. Semisal kegiatan belajar berapa diskusi, Tanya jawab antar
pebelajar atau bisa yang lainya.

D.    Menentukan program kegiatan.

Setelah kegiatan belajar di putuskan, maka selanjutnya untuk memastikan tercapainya kegiatan
belajar tersebut di lakukan, harus di tentukan program kegiatan yang menjamin terlaksananya
kegiatan belajar. Semisal menentukan program kegiatan berupa presentasi makalah kelompok,
maka yang harus di lakukan adalah menentukan materi presentasi, pembagian anggota kelompok,
mencari referensi, menentukan sistematika presentasi, menentukan media yang akan dipakai dalam
presentasi, penentuan waktu presentasi makalah kelompok, menentukan tempat presentasi.

E.     Implementasi program kegiatan

Langkah terahir yaitu langkah implementasi program kegiatan seperti pre-test, melakukan
proses pembelajaran, post-test, langkah terahir ini juga dilengkapi dengan evaluasi, evaluasi
dilakukan untuk mengoreksi seberapa berhasilnya model desain pembelajaran yang telah dilakukan,
evaluasi dilakukan dengan mencari kelemahan dan kelebihan dari model desain pembelajaran yang
telah dilakukan.[6]
BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan

PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu
sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.

Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok yaitu;Perumusan tingkah


laku dan kemampuan (kompetensi), Perumusan alat evaluasi atau tes, perumusan kegiatan belajar,
Menentukan program kegiatan, Implementasi program kegiatan

2.      Saran

Penulis menyarankan untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai acuan yang mutlak
karena makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis menyarankan kepada semua
pembaca makalah ini untuk mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
http://www.triyosupriyatno.com/2013/10/model-model-belajar-dan-pembelajaran.html

http://www.wikipedia.com/2013/10/artikata.html

http://s2staintamiftahululum.wordpress.com/2013/02/21/desain-pembelajaran/

Basyiruddin usman, metodelogi pembelajaran agama islam. Jakarta: ciputat press. 2001

Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran. Lamongan: staidra. 2013

[1]http://www.triyosupriyatno.com/2013/10/model-model-belajar-dan-pembelajaran.html
[2] http://www.wikipedia.com/2013/10/artikata.html

[3]http://s2staintamiftahululum.wordpress.com/2013/02/21/desain-pembelajaran/

[4] Basyiruddin usman, metodelogi pembelajaran agama islam. Jakarta: ciputat press. Hal 83-84

[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Hal 75

[6] Imam azhar. perncanaan system desain pembelajaran.staidra. Lamongan. Hal, 63-64

Anda mungkin juga menyukai