(PPSI)
BAB II
PEMBAHASAN
4. Tuntutan Kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektivitas, dan
kontinuitas.
5. Sistem semester pada Kurikulum 1975 menuntut Perencanaan Pengajaran sampai satuan materi
terkecil.
Hamzah B.Uno (2007), mendefinisikan PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu
instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar.Oemar
Hamalik (2006) mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk
menyusun satuan pelajaran.
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa suatu sistem instruksional yang menggunakan
pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen
yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.[3]
Fungsi dari PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar.[4]
PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada Kurikulum 1975 untuk tingkat SD,
SMP, SMA, dan Kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang
mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada
pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai
tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran mengandung sejumlah komponen,
seperti tujuan, materi, metode, alat, dan evaluasi yang semuanya berinteraksi satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.PPSI merupakan model pembelajaran
yang menerapkan suatu sistem utuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[5]
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:[6]
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus,
yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan
dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan-kemampuan atau
kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan
dievaluasi.
Tujuan instruksional merupakan rumusan yang jelas dan terarah tentang kemampuan atau
tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program kegiatan belajar.
Kemampuan atau tingkah laku tersebu terbagi kepada dua bagian yaitu : tujuan instruksional umum
disingkat dengan TIU, dan sekarang istilah tersebut menjadi Standar Kompetensi. Serta tujuan
instruksional khusus disingkat dengan TIK, sekarang menjadi Kompetensi Dasar.[7]
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat
evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan
atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus tersebut.
Menurut Suryosubroto, Langkah ini adalah pengembangan test yang fungsinya adalah untuk menilai
sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan – kemampuan yang telah kita rumuskan
dalam tujuan – tujuan tersebut.[8]Dalam model PPSI berbeda dari apa yang biasanya dilakukan,
pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pembelajaran, tetapi pada
langkah kedua setelah tujuan pembelajaran khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang
berorientasi pada tujuan atau hasil, yaitu penilaian terhadap suatu sistem pembelajaran didasarkan
atas hasil yang dicapai.
Dalam mengembangkan alat evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan
bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah jenis tes tertulis, lisan, atau tes perbuatan.
Kemudian bentuk tes yang apakah pilihan ganda (multiple choice),essai, benar-salah atau
menjodohkan. Untuk menilai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dapat digunakan
satu jenis tes atau satu bentuk tes, atau dua bahkan tiga jenis dan bentuk tes. Hal ini sangat
bergantung pada hakikat tujuan yang akan dicapai.
Sesudah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan
kegiatan belajar-mengajar, yaitu kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:[9]
1. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
2. Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu
ditempuh lagi oleh siswa.
Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok
materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang
telah ditetapkan.
Untuk menyampaikan materi yang telah kita tetapkan, perlu dipertimbangkan metode mana
yang paling tepat digunakan, dengan mengingat kegiatan – kegiatan belajar yang telah dirumuskan
dan tujuan yang ingin dicapai.[10]
Setelah langkah satu sampai tiga telah ditetapkan, selanjutnya perlu dimantapkan dalam
suatu program pembelajaran.Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran
adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS nya dan
diberikan pada kelas dalam semester tertentu. Pada langkah ini perlu disusun strategi proses
pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancanng
secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan disampaikan. Termasuk
dalam langkah ini adalah penyusunan proses pelaksanaan evaluasi.Ada tiga hal yang berkenaan
dengan program kegiatan ini, yaitu :
Dalam hal ini kita perlu mengetahui terlebih dahulu sejumlah metode yang dapat digunakan
dalam proses belajar mengajar.`
c. Menyusun jadwal
Penyusunan jadwal ini atas dasar banyaknya materi yang ingin disampaikan dan metode –
metode yang digunakan.
Langkah 5: Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai
berikut:[11]
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal
kemampuan siswa sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila
siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
maka hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang akan
diberikan.
Pada prinsipnya, penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang telah
disusun dalam langkah keempat, yaitu “Merencanakan KBM”, baik dalam materi, metode, maupun
alat yang akan digunakan.selain itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru
menjelaskan terlebih dahulu kepada siswa tentang tujuan atau kompetensi yang akan dicapai,
sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.
c. Mengadakan Post Test
Post test diberikan kepada siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Tes yang
diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, perbedaannya terletak pada waktu dan
fungsinya.Kemudian hasil pre test dan post test itu diperbandingkan.[12]
Pre test berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum
pembelajaran diberikan, sedangkan post test berfungsi untuk menilai kemampuan siswa mengenai
penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui
seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
Dalam ringkasan di atas tersebut diperoleh beberapa kelebihan dan kekurang dalam Model
PPSI diantaranya, yaitu :
a. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan
untuk mengembangkan sistem pempelajaran.
a. Bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga dan pikiran yang lebih karena guru harus memberikan
pretest dan post test untuk setiap unit pelajaran.
SATUAN PELAJARAN[13]
I. Standar Kompetensi
Siswa mampu menerapkan dan membedakan macam – macam air dalam kehidupan sehari – hari
1. Air yang suci dan menyucikan yaitu air yang boleh diminum dan sah digunakan untuk bersuci.
Contoh : air hujan, air laut, air sumur, air es, dan air embun.
2. Air suci tapi tidak menyucikan yaitu zat nya suci tapi tidak sah dipakai untuk menyucikan sesuatu.
contoh : air kopi, air teh,air sedikit kurang dari dua kulah, air kelapa.
3. Air yang bernajis yaitu air yang sudah berubah salah satu sifatnya oleh najis. Air ini tidak boleh
untuk bersuci.Akan tetapi jika air itu banyak atau dua kullah atau lebih, hukumnya tetap suci dan
mensucikan.
4. Air yang makruh yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas dan
perak. Air ini makruh dipakai untuk badan tetapi tidak makruh untuk pakaian, kecuali jika air yang
terjemur di tanah, seperti air sawah dan air kolam dan tempat – tempat yang bukan bejana yang
mungkin berkarat.
V. Sumber bahan
a. Buku Panduan “Fiqh Islam” oleh Sulaiman Rasyid, penerbit Sinar Baru Algensindo.
b. Buku LKS
VI. Evaluasi
Pelaksanaan Program
1. Menggunakan Pre-test
2.Menggunakan Post-test
3. Remidial
Siswa Guru
1.……………………………… 1. ………………………………..
2. …………………………….. 2. …………………………………
VI. Evaluasi
1. Prosedur
1.1.…………………………
1.2. ………………………..
1.3. ………………………..
2. Alat evaluasi (jenis tes)
2.1. ….…………………….
2.2. ………………………..
3. Soal-soal tes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada lima langkah-langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:
Langkah 2 : Pengembangan Alat Evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun
item soal untuk setiap tujuan)
B. Saran
Setelah membaca dan menguraikan tentang makalah ini, saran yang dapat diberikan adalah :
1.Penulis perlu menggali lebih dalam lagi mengenai pentingnya model prosedur pengembangan
system instruksional (PPSI), baik itu latar belakangnya, pengertiannya dan langkah-langkahnya serta
implementasinya pada RPP.
2. Model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional ini harus diterapkan dalam dunia pendidikan
karena PPSI ini akan mempermudah guru untuk menyusun metode, strategi maupun model dalam
proses belajar-mengajar agar tercapai sesuai dengan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
http://anrusmath.worpress.com
[2]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
83-84
[4] Ibid,.hlm. 148
[7]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
85
[10]Basyiruddin. Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
96
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL PEMBELAJARAN PPSI DAN GLASSER
urang tepat : Murid dapat membaca surah Al-Ikhlas dengan baik/ benar dan menerjemahkannya.[6]
Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah menyusun strategi proses
belajar mengajar berupa:
1) Merumuskan pokok materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan
jenis-jenis kegiatan belajar.
2) Metode pengajaran yang digunakan, guru dituntut untuk mampu menentukan mana kiranya
metode yang cocok dipakai dalam menyajikan/ menyampaikan materi pelajaran.
3) Menyusun jadwal, dengan menghitung waktu yang akan digunakan dalam menyampaikan
setiap materi, maka efektivitas dan efisiensi waktu dapat terjaga.[14]
e. Melaksanakan Program
Setelah semua rencana dan persiapan selesai dilakukan maka mulailah program
yang kita susun tersebut kita laksanakan dalam arti kita cobakan. Langkah-langkah yang
perlu kita lakukan dalam fase ini adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan pre test
Tes yang akan kita berikan kepada murid-murid adalah tes yang telah kita susun
dalam langkah kedua. Fungsi dari pre- test ini adalah untuk menilai sampai dimana murid-
murid telah menguasai kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam tujuan-tujuan
instruksional, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah kita persiapkan.
Hasil pre-test ini berfaedah sebagai bahan perbandingan dengan hasil tes (post-test) setelah
mereka selesai mengikuti program pengajaran tertentu. Untuk setiap murid perlu diberi
tanda jawaban-jawaban mana yang betul dan mana yang salah, di samping angka untuk
setiap murid.[15]
B. Model Glasser
Moel Glasser adalah model yang paling sederhana. Langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah sebagai berikut:
1. Intructional Goals (Sistem Objektif)
Pembelajaran dilakukan dengan cara langsung melihat atau menggunakan objek
sesuai dengan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran. Jadi, seorang siswa diharapkan
langsung bersentuhan dengan objek pelajaran. Dalam hal ini siswa lebih ditekankan pada
praktik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prosedur Pengembangan Sistim Intruksional (PPSI) adalah suatu bentuk pengajaran
yang didasarkan kepada suatu sistim, yaitu suatu kesatuan yang terorganisir yang terdiri
dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari tujuan, materi
pelajaran, alat/ media pengajaran, metode, evaluasi/ penilaian. Kelima komponen tersebut
saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Langkah-langkah pokok dalam PPSI merumuskan tujuan instruksional,
mengembangkan alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan
program kegiatan, melaksanakan program.
Moel Glasser adalah model yang paling sederhana. Langkah yang harus ditempuh
dalam mengembangkan desain pembelajaran model glasser adalah Intructional Goals
(Sistem Objektif), Entering Behavior (Sistem Input), Instructional Procedures (Sistem
Operator), Performance Assessment (Output Monitor).
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf,Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana
Offset Printing), 1981
Tayar Yusuf, Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada), 1997
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Prosedur Pengembangan Desain Sistem Intruksional (PPSI)
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata “prosedur” berarti tahap kegiatan untuk menyelesaikan
suatu aktifitas. Kata “pengembangan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan
sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata “Desain” berarti membuat sketsa
atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Kata “System” berarti kesatuan fungsi dari
komponen-komponen. Kata “Intruksional” berhubungan dengan proses pembelajaran.[2] Dari arti
kata tersebut, PPSI dapat di artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan perencanaan
komponen-komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
Seperti Model-model yang menggunakan system lainya, PPSI tidak lepas dari komponen-
komponen yang ada dalam PPSI itu sendiri dan juga menekankan pada tercapainya tujuan. Adapun
komponen-komponen dalam PPSI adalah Materi pelajaran, Metode, Alat, dan evaluasi. dengan
begitu PPSI dapat di artikan suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri dari seperangkat
komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama satu sama lain secara fungsional dan terpadu
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.[3]
2. Implementasi PPSI
Perumusan alat evaluasi ini di tujukan untuk mengukur dan menilai sampai berapa jauh
kemampuan yang telah dikuasai pebelajar, yang akan dibuat acuan untuk merumuskan apa yang
harus dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini di lakukan
untuk melakukan pre-test dan post test, yang nantinya dapat member informasi seberapa jauh
pemahaman pebelajar tentang materi yang nantinya akan di sampaikan.
Pembelajar menetapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan,
penentuan kegiatan belajar di lakukan dengan bertahap. Tahapan pertama menetukan seluruh
kegiatan yang di mungkinkan dilakukan oleh pebelajar. Tahap kedua mengeliminasi kegiatan yang
tidak sesuai dengan tujuan. Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang di
lakukan dalam proses pembelajaran. Semisal kegiatan belajar berapa diskusi, Tanya jawab antar
pebelajar atau bisa yang lainya.
Setelah kegiatan belajar di putuskan, maka selanjutnya untuk memastikan tercapainya kegiatan
belajar tersebut di lakukan, harus di tentukan program kegiatan yang menjamin terlaksananya
kegiatan belajar. Semisal menentukan program kegiatan berupa presentasi makalah kelompok,
maka yang harus di lakukan adalah menentukan materi presentasi, pembagian anggota kelompok,
mencari referensi, menentukan sistematika presentasi, menentukan media yang akan dipakai dalam
presentasi, penentuan waktu presentasi makalah kelompok, menentukan tempat presentasi.
Langkah terahir yaitu langkah implementasi program kegiatan seperti pre-test, melakukan
proses pembelajaran, post-test, langkah terahir ini juga dilengkapi dengan evaluasi, evaluasi
dilakukan untuk mengoreksi seberapa berhasilnya model desain pembelajaran yang telah dilakukan,
evaluasi dilakukan dengan mencari kelemahan dan kelebihan dari model desain pembelajaran yang
telah dilakukan.[6]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
PPSI adalah suatu langkah-langkah pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai suatu
sistem dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien.
2. Saran
Penulis menyarankan untuk tidak menggunakan makalah ini sebagai acuan yang mutlak
karena makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis menyarankan kepada semua
pembaca makalah ini untuk mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://www.triyosupriyatno.com/2013/10/model-model-belajar-dan-pembelajaran.html
http://www.wikipedia.com/2013/10/artikata.html
http://s2staintamiftahululum.wordpress.com/2013/02/21/desain-pembelajaran/
[1]http://www.triyosupriyatno.com/2013/10/model-model-belajar-dan-pembelajaran.html
[2] http://www.wikipedia.com/2013/10/artikata.html
[3]http://s2staintamiftahululum.wordpress.com/2013/02/21/desain-pembelajaran/
[4] Basyiruddin usman, metodelogi pembelajaran agama islam. Jakarta: ciputat press. Hal 83-84