Anda di halaman 1dari 4

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BELA H BANATHY

November 15, 2017


Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang
dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan
bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas
banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil
yang sebaik-baiknya. Model pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada tujuan
pembelajaran.

Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan.


Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup
keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada langkah terakhir para pengembang
diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang
diinginkan.

Tahapan Model Desain Pembelajaran Bela H Banathy


 Tahap 1: Merumuskan Tujuan (Formulate Objectives)
Yang kita harapkan pada tahap pertama dapat dikerjakan oleh siswa :
1) Maksud sistem
Identifikasi masalah merupakan proses membandingkan keadaan sekarang dengan
keadaan yang seharusnya. Hasilnya akan menunjukkan kesenjangan antara kedua keadaan
tersebut. Kesenjangan ini disebut kebutuhan (needs). Bila kesenjangan ke dua keadaan tersebut
besar, kebutuhan itu perlu diperhatikan atau di selesaikan. Kebutuhan yang besar dan di
tetapkan untuk diatasi itu di sebut masalah, sedangkan kebutuhan yang lebih kecil mungkin
untuk sementara atau seterusnya diabaikan. Ia merupakan kebutuhan yang tidak dianggap
sebagai masalah. Hasil akhir dari identifikasi masalah adalah perumusan tujuan umum, dalam
model desain pembelajaran menurut Banathy menggunakan istilah maksud sistem.
2) Spesifikasi tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah
menyelesaikan proses belajar dan merupakan tujuan yang bermanfaat bagi peserta didik.
Tujuan ini kemudian diuraikan menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan
spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang logis. Atas dasar tujuan
inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada peserta didik kelak. Dalam Model Banathy
menggunakan istilah spesifikasi tujuan.
3) Tes acuan patokan
Tes acuan patokan dalam istilah umum adalah pembuatan prototipe. Pembuatan
prototipe merupakan permulaan produksi untuk menghasilkan barang yang sesungguhnya. Di
samping itu, pada kesempatan ini pula dimulai pengembangan desain evaluasi dan permulaan
reviu teknis terhadap sistem tersebut oleh para ahli serta penyusunan tes yang akan digunakan
untuk mengukur perilaku peserta didik, baik sebelum maupun setelah uji coba nanti.
 Tahap 2 : Mengembangkan Tes (develop test)
Tahap kedua Mengembangkan tes yang didasarkan pada tujuan yang diinginkan dan
digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan dapat di capai sebagai hasil dari
pengalaman belajarnya. Dengan mengembangkan tes pada tahap awal bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa. Siswa yang sekolah masing-masing sudah memiliki
kemampuan awal yang berbeda-beda yang di dapatkan sebelum masuk sekolah . Sehingga,
salah apabila menganggap siswa kosong dan tidak memiliki kemampuan awal sebelum peserta
didik masuk sekolah.
 Tahap 3 : Menganalisis Kegiatan Belajar (analyze learning task)
Dalam menganalisis kegiatan belajar menggunakan hasil pengembangan tes yang
dilakukan pada tahap kedua, yaitu berupa kemampuan awal siswa. Kemampuan awal siswa di
analisis atau di nilai. Dari analisis kemampuan awal siswa akan di ketahui apa yang perlu di
pelajari dan yang tidak perlu di pelajari. Kemampuan yang sudah dimiliki oleh siswa tidak
perlu di pelajari, hal yang perlu dipelajari kemampuan yang belum dimiliki atau di kuasai oleh
siswa. Sehingga akan lebih efektif dan efisisen dalam proses pembelajaran.
Pada tahap ini dirumuskan untuk:
1) Menentukan tugas-tugas belajar
2) Menilai kompetensi masukan
3) Melakukan tes masukan
4) Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas belajar yang aktual.
 Tahap 4 : Mendesain sistem Instruksional (design system)
Setelah itu di pertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi apa yang harus
dikerjakan untuk menjamin bahwa siswa akan menguasai kegiatan-kegiatan yang telah di
analisis pada tahap 3 (hal ini di sebut oleh Banathy dengan istilah function analysis). Juga perlu
di tentukan siapa atau apa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai fungsi-fungsi
tersebut (disebut component analysis) dan di tentukan pula kapan dan dimana fungsi-fungsi
tersebut harus dilaksanakan (disebut design of the system)
Tahap mendesain sistem intruksional merupakan penentuan metode dan media
intruksional yang sangat penting untuk memungkinkan peserta didik mencapai tujuan
intrusional, yang meliputi:
1) Analisis fungsi, isi dan urutan
2) Analisis komponen
3) Distribusi fungsi antar komponen
4) Penjadwalan
Metode yang diidentifikasi dapat lebih dari satu, atau beberapa alteratif metode,
karena dalam uji coba ada kemungkinan metode yang digunakan tidak efektif sehingga perlu
diganti dengan metode lain.
 Tahap 5 : Melaksanakan Kegiatan dan Mengetes Hasil
Dalam tahap melaksanakan dan mengetes hasil ini, sistem yang sudah di desain
sekarang dapat di ujicobakan atau di tes dan di laksanakan. Apa yang dapat dilaksanakan atau
dikerjakan siswa sebagai hasil implementasi sistem, harus di nilai agar dapat di ketahui
seberapa jauh siswa telah menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam rumusan
tersebut.
 Tahap 6 : Mengadakan perbaikan (change to improve)
Berdasakan hasil yang diperoleh dari interpretasi data hasil uji coba revisi dilakukan
dari revisi kecil sampai revisi total. Untuk mengakhiri uji coba ulang yang kemudian akan dii
mplementasikan harus di ambil suatu keputusan.
Hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik (feedback) untuk keseluruhan
sistem sehingga perubahan-perubahan, jika di perlukan dapat dilakukan untuk memperbaiki
sistem instruksional.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk
mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini memerlukan kemampuan
akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain
dari itu, proses pengembangan suatu sistem menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti
kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum
yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam
sistem sekolah.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

1. Kelebihan
Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus
yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b. Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan
agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari
(kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar).
Kemampuan awal siswa harus di analisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa
yang telah mereka kuasai.
d. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan
pada hasil test peserta didik.
e. Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
2. Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model Perencanaan Bela H. Banathy ini
antara lain:
a. Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak efisien.
b. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga
mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.
http://erlanggaekasaputa.blogspot.com/2017/11/model-desain-pembelajaran-bela-h-banathy.html

Anda mungkin juga menyukai