PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
SHINTA AMELIA
NIM 2619029
1
Dep. P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1987), hlm. 204.
2
Bambang Sri Anggoro, Akbar Handoko, and Indri Andriyani, “Pengaruh Metode
Quantum Learning Terhadap Minat Belajar Peserta Didik dan Penugasan Konsep Biologi Kelas
VIII SMP Negeri 11 Bandar Lampung”,Jurnal Tadris Biologi Vol.8 No.2, 2017,hlm 2.
3
Cut Rosi Dyanti dan Intan Safiah dan Rosma Elly, “Pengaruh game Playstation
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas v SD Negeri 69 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah, Vol. 2. No. 1, Februari 2017, hlm. 140.
1
dahsyat yang membangun setiap manusia, dan seluruh negara di dunia serta
menempatkan pendidikan sebagai salah satu hak asasi manusia.4
Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan materi kepada siswa,
tetapi juga pemahaman siswa untuk mengetahui dan memahami konsep
materi sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu diperlukan proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan. Namun
kendala yang terjadi pada setiap proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
mata pelajaran yang diajarkan atau guru yang menyampaikannya. Terutama
dalam matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sering
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, di setiap jenjang
pendidikan, baik itu SD, SMP, hingga perguruan tinggi pasti ada pelajaran
matematika. Hal ini juga ditegaskan dalam UU No. 23 tahun 2003 pasal 31
ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa
“kurikulum pendidikan dasar dan atas harus memuat pendidikan
matematika”.5 Sampai saat ini, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara
nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA.6 Dalam The
Mathematics Working Group, Ontario Ministry of Education dijelaskan
bahwa pelajaran matematika dikatakan efektif jika melibatkan siswa dalam
semua proses matematika, menghargai cara berpikir matematis, penalaran,
penalaran, membuat hubungan dan mengembangkan konsep siswa,
memberikan sarana dan prasarana untuk membantu siswa merepresentasikan
situasi masalah dengan berbagai representasi dan alat, mengembangkan
komunitas belajar matematika dalam bentuk interaksi yang baik antara siswa
dengan siswa dan antara guru dengan siswa, menanggapi pemikiran siswa
4
Klaus Dieter Bieter, The Protection of The Right to Education by International Law,
(Leiden:Koninlijke Brill, 2006), hlm. 1.
5
Hawa Liberna, ”Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta didik
Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel”,
Jurnal Formatif, 2015, hlm. 190–97.
6
Hery Saputra, “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa melalui
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write”, Sains Riset, vol. 3, Nomor 1, 2013, hlm.1.
2
dengan memberikan umpan balik dan merencanakan pembelajaran langkah
selanjutnya.7
Pada realitanya, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti dengan beberapa siswa8 diperoleh hasil bahwa mereka
mengalami kesulitan saat memahami rumus matematika. Jika siswa ditanya
suatu rumus matematika, salah satunya rumus keliling lingkaran yang
diketahui jari-jari nya mereka tidak langsung menjawab, bahkan ada yang
mengatakan lupa rumus dan salah menggunakannya serta kesulitan dalam
memahami konsep pada soal yang diberikan. Hal tersebut disebabkan karena
mereka takut dan merasa sungkan untuk bertanya kepada guru mengenai
materi yang belum dipahami. Padahal dalam proses pembelajaran matematika
banyak kemampuan yang dapat diasah, salah satunya kemampuan
komunikasi matematis. Rendahnya komunikasi matematis siswa diperkuat
oleh Sahat Saragih yang mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
matematika banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika diminta untuk
memberikan penjelasan dan alasan atas jawaban yang dibuat. Lebih lanjut
dikatakan bahwa salah satu penyebab adalah proses pembelajaran yang
monoton dan sangat jarang ditemukan mengaktifkan siswa.9
Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diartikan sebagai
kemampuan menyampaikan ide/gagasan matematika baik secara lisan
maupun tulisan serta memahami dan menerima ide atau gagasan matematika
secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk mempertajam pemahaman.
Kemampuan ini dapat dikembangkan dengan menerapkan beberapa metode,
salah satunya metode pembelajaran tutor sebaya.10 Dengan interaksi belajar
yang efektif, peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu
7
Ontario Ministry of Education, The Ontario Curriculum, Grades 1 to 8: Mathematics,
(Toronto, Canada: Queen’s Printer for Ontario,2011), hlm. 5.
8
Taufiq Irfan, dkk, Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa, Wawancara Pribadi,
Pekalongan, 13 Januari 2023.
9
Sahat Saragih dan Rahmiyana, “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa
SMA/MA di kecamatan Ulim Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 9, Nomor 2, Juni 2013, hlm. 176.
10
K.E, Lestari, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung: PT Refika Aditama, 2015),
hlm. 23.
3
menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun
hubungan interpersonal.11
Pembelajaran tutor sebaya adalah bagaimana mengoptimalkan
kemampuan peserta didik yang berprestasi dalam satu kelas untuk
mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang
berprestasi, sehingga peserta didik yang kurang berprestasi bisa mengatasi
ketertinggalan.12 Tentunya siswa yang berperan sebagai tutor adalah siswa
yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan siswa lainnya, artinya tutor
adalah siswa yang lebih pintar atau lebih memahami materi pelajaran pada
mata pelajaran tertentu dibandingkan dengan siswa lainnya.13
Selain itu, di SMP Negeri 1 Wiradesa tepatnya kelas VIII bahwasanya
proses pembelajaran masih sering berorientasi pada guru, siswa hanya
menerima apa yang disampaikan oleh gurunya saja, guru juga kurang
menggunakan metode yang bervariasi dan belum melibatkan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Bu Tiwi 14 selaku
guru pengampu mata pelajaran matematika di kelas VIII mengungkapkan
bahwa masih menerapkan metode ceramah (konvensional) yang hanya
menjelaskan materi matematika dilanjutkan dengan latihan-latihan soal.
Sehingga hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dan kurang aktif dalam
belajar, bagi siswa yang kurang aktif dan tidak berani bertanya mereka akan
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Pembelajaran seperti
ini akan berdampak pada kemampuan komunikasi matematis siswa.
Bedasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka peneliti
tertarik untuk meneliti mengenai “Penerapan Metode Pembelajaran Tutor
11
Maman Ahdiyat dan Sarjaya, “Metode Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Pada Materi Pengolahan Data", Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1,
Nomor 2, Juli 2014, hlm. 76
12
Niken Sholi Indrianie, “Penerapan Model Tutor Sebaya pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris Reported Speech terhadap Hasil Belajar Peserta didik MAN Kota Probolinggo”.Jurnal
Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Januari 2015, hlm. 126
13
Hj. Ni'mah, Guru Matematika Kelas IX SMP Negeri 1 Wiradesa, Wawancara Pribadi,
Pekalongan, 30 November 2022.
14
Bu Tiwi, Guru Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa, Wawancara Pribadi,
Pekalongan, 4 Desember 2022.
4
Sebaya Untuk Meninjau Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa Pada Materi Lingkaran.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka
rumusan masalah dalam penilitian ini adalah:
1. Apakah penerapan metode pembelajaran tutor sebaya dapat meninjau
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Wiradesa pada materi lingkaran ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil kemampuan komunikasi matematis
siswa sebelum dan sesudah menerapkan metode tutor sebaya pada materi
lingkaran kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk meninjau kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Wiradesa dalam penerapan metode pembelajaran tutor
sebaya.
2. Untuk menganalisis perbedaan hasil kemampuan komunikasi matematis
siswa sebelum dan sesudah menerapkan metode tutor sebaya pada materi
lingkaran kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menguji teori ilmu pendidikan
yaitu pengaruh metode tutor sebaya dengan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
b. Menambahkan khasanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil
penelitian yang telah ada, serta sebagai bahan telaah pustaka penelitian
selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
5
a. Bagi penulis dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara
langsung tentang kemampuan koneksi matematis siswa dalam
pembelajaran matematika.
b. Bagi guru dapat memberikan tambahan wawasan mengenai
kemampuan koneksi matematis siswa dengan menerapkan
pembelajaran tutor sebaya.
c. Bagi satuan pendidikan, memberikan gagasan dan ide baru untuk
menunjang keberhasilan siswa dalam meningkatkan kemampuan
koneksi matematis.
E. Tinjauan Pustaka
1. Deskripsi Teori
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah
mencari teori- teori dan konsep sebagai landasan teori untuk melaksanakan
penelitian.
a. Pembelajaran Tutor Sebaya
Pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu metode yang
digunakan oleh beberapa guru dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas. Untuk lebih memahami hakikat tutor sebaya, berikut penjelasan
dari beberapa ahli.
Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam
kegiatan tutorial dikenal dengan tutor. Tutor bisa berasal dari guru
atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang
dipilih dan ditugaskan oleh guru untuk membantu temannya dalam
belajar di kelas. Pengajaran tutoring adalah mengajar melalui
kelompok yang terdiri dari satu siswa dan satu guru (tutor,
pembimbing) atau mungkin seorang siswa mampu mengemban tugas
sebagai pembimbing, bahkan sampai batas tertentu bisa menjadi
tutor.15
15
Susilowati, dkk, Pembelajaran Kelas Rangkap (Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional,2009),hlm. 3-28.
6
Pembelajaran dengan teman/tutor sebaya merupakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar
dari siswa lain dengan status usia, kematangan/kedewasaan yang tidak
jauh berbeda dengan dirinya. Hingga para siswa tidak merasa terlalu
terpaksa menerima pemikiran dan sikap “guru” yang tidak lain adalah
teman mereka sendiri. Dalam peer tutoring, tutor adalah siswa yang
lebih mahir dalam memberikan bantuan belajar kepada teman
sekelasnya di sekolah.16 Dengan bantuan penerapan tutor sebaya dapat
mengurangi kecanggungan antar siswa di kelas. Bahasa yang
digunakan oleh tutor sebaya juga mudah dipahami dan tidak ada rasa
segan, minder, malu, atau sebagainya. Sehingga diharapkan siswa
yang belum paham, tidak sungkan dan malu untuk memahami dan
mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ahmadi dan Widodo yang
menjelaskan bahwa tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau
ditugaskan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan belajar,
karena hubungan teman sebaya pada umumnya lebih dekat daripada
hubungan guru dengan siswa.17 Biasanya siswa lebih cenderung ingin
belajar ketika bersama teman sebayanya karena bahasa yang mereka
gunakan lebih santai. Sehingga materi yang dipelajari juga mudah
dipahami.
Metode tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa siswa
yang ditunjuk oleh guru sebagai asisten guru dalam membimbing
teman sekelas. Ketetapan seorang siswa untuk menjadi tutor bagi
temannya memperhatikan beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh
seorang siswa yaitu siswa yang dipilih berdasarkan nilai, prestasi, dan
motivasi belajarnya lebih besar dari teman-temannya.18 Inti dari
16
Suherman, E. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: UPI, 2003),
hlm. 277.
17
Ahmadi, Abu dan Joko, Psikologi Belajar Edisi Revisi (Jakarta: Rineka Cipta,2004), hlm.
134.
18
Vipi Alvyanita dan Nanang Priatna, "Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Pembelajaran Daring", Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 9, Nomor 3, Mei 2021, hlm. 257
7
pengajaran tutor sebaya sebagai kegiatan belajar siswa dengan
memanfaatkan teman sekelas yang memiliki kemampuan lebih untuk
membantu temannya dalam melakukan suatu kegiatan atau memahami
suatu konsep.19
Jika mencermati dari beberapa pendapat para ahli, dapat
disimpulkan bahwa metode tutor sebaya merupakan salah satu metode
yang digunakan dalam pembelajaran matematika dengan melibatkan
beberapa siswa untuk menjadi tutor atau pengajar bagi teman
sebayanya sendiri. Akan tetapi seorang siswa yang akan menjadi tutor
sebaya memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain
prestasi yang baik, diterima atau disetujui oleh siswa yang menerima
bantuan sehingga siswa bebas bertanya, dapat menjelaskan dengan
jelas bahan ajar yang dibutuhkan oleh siswa, berkepribadian ramah,
fasih berbicara, luwes dalam bersosialisasi, tidak sombong dan
memiliki jiwa penolong serta memiliki daya cipta yang cukup untuk
membimbing teman-temannya.20
Dalam suatu kelas, selisih dan rentang usia antara satu peserta
didik dengan peserta didik yang lain relatif sedikit dan hampir sama,
maka dari itu, dalam satu kelas tersebut pasti terdapat suatu kelompok
teman sepermainan atau teman sebaya yang saling berinteraksi dan
bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya. Dengan ini, akan
terbentuk suatu pola dalam pergaulan keseharian mereka. Melalui
interaksi ini, antara satu peserta didik dengan peserta didik yang
lainnya, pasti akan saling membutuhkan dan saling membantu satu
sama lain dalam proses pembelajaran, guna mendapatkan hasil yang
maksimal.21
Untuk melaksanakan metode pembelajaran tutor sebaya ada
19
Winataputra,Pendekatan Pembelajaran Kelas Rangkap (Jakarta: Depdikbud,199), hlm. 70.
20
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Siswa & Kelas (Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta:W. Rajawali,1988), hlm. 62-63.
21
Mustofa Aji Prayitno, “Gerakan Siswa Mengajar (GSM) Implementasi Metode Tutor
Sebaya Di SMPN 1 Mejayan Kabupaten Madiun”, Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan, Volume
13, Nomor 1, April 2021, hlm.347.
8
beberapa langkah-langkah yang perlu diterapkan dan diperhatikan.
Menurut Yopi Nisa Febianti22 maka langkah-langkah metode
pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah sebagai berikut :
1) Memilih materi yang memungkinkan siswa mempelajari materi
secara mandiri. Bahan ajar dibagi menjadi sub-sub-materi (segmen
materi).
2) Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen,
sebanyak mungkin sub-sub materi yang akan disampaikan oleh
guru. Siswa pintar disebar di setiap kelompok dan berperan
sebagai tutor sebaya.
3) Setiap kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap
kelompok dibantu oleh siswa yang pandai berperan sebagai tutor
sebaya.
4) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam
maupun di luar kelas.
5) Setiap kelompok melalui perwakilannya menyampaikan sub
materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak
sebagai sumber utama.
6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara
berurutan sesuai urutan sub materi, berikan kesimpulan dan
klarifikasi jika ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah 23, langkah-
langkah metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah
sebagai berikut :
1) Bagikan selembar kertas/kartu indeks kepada semua siswa. Minta
mereka untuk menuliskan pertanyaan tentang materi pelajaran
yang dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau topik
tertentu yang akan dibahas di kelas.
22
Yopi Nisa Febianti, “Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran Untuk
Melatih Siswa Mengajar”, Edunomic, Volume 2 No. 2,2014, hlm. 83.
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis) (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 397-398.
9
2) Kumpulkan kertas, acak kertas kemudian bagikan ke setiap siswa.
Pastikan, tidak ada siswa yang menerima soal yang ditulis sendiri.
Mintalah mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan di atas
kertas, kemudian memikirkan tentang jawabannya.
3) Mintalah siswa untuk secara sukarela membaca pertanyaan dan
jawaban.
4) Setelah jawaban diberikan, mintalah siswa lain untuk
menambahkan.
5) Lanjutkan dengan relawan berikutnya.
b. Komunikasi Matematis
Komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dan biasa
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu,
kelompok, sosial, maupun bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi
dapat disampaikan secara lisan atau tulisan. Menurut Donald Byker
dan Loren J. Andersou, komunikasi adalah berbagi informasi antara
dua orang atau lebih.24
Izzati berpendapat bahwa kemampuan mengungkapkan
gagasan secara akurat, ringkas dan logis, serta argumentasi yang tepat,
singkat dan logis dengan menggunakan bahasa matematika
merupakan keterampilan komunikasi dalam matematika. Apabila
kemampuan komunikasi matematis siswa baik, hal ini dapat
24
Ansar Suherman, Buku Ajar Teori-Teori Komunikasi (Yogyakarta:CV Budi Utama,2020),
hlm. 3.
10
merangsang kemampuan siswa untuk mengembangkan ide dan
pengetahuan dalam menemukan konsep matematika yang sedang
dipelajari.25 Tanpa komunikasi dalam matematika maka kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa
dalam melakukan proses dan aplikasi matematika.26 Kemampuan
komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang diukur
pada studi PISA. Hasil studi PISA menempatkan kemampuan
matematis siswa di Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 65
negara yang tercatat dalam PISA 2012.27
Keterampilan komunikasi dalam pembelajaran matematika
sangat penting karena matematika digunakan dalam alat bantu
berpikir, alat pemecahan masalah dan mencari solusi sehingga dapat
dikatakan bahwa matematika memiliki nilai yang sangat berharga
untuk mengkomunikasikan berbagai ide dan gagasan secara jelas,
logis, detail, dan tepat. Kemampuan komunikasi matematis
merupakan salah satu kemampuan matematis yang mendukung
kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika secara
umum. Hal ini sesuai dengan pendapat Stacey yang menyatakan
bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu
faktor pendukung dan juga menentukan keberhasilan dalam
memecahkan masalah. Artinya kemampuan komunikasi matematis
merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan masalah
matematika.28 Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangat
bergantung pada bagaimana menguasai dan menerapkan komunikasi
25
Izzati, Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik.Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika UNY 27 November 2010. FMIPA UNY,2010,hlm. 721.
26
Purnama & Aldila, E, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence dan Team Quiz”, Jurnal Pendidikan
Matematika, 10(1), 2016,hlm. 27.
27
Hartini, Zhana Zhefira Maharani and Bobbi Rahman, “Penerapan Model Pembelajaran
Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP”, dalam
Junal Matematika Kreatif-Inovatif (Kreano), Vol. 7, No. 2, 2016, h. 131.
28
Stacey. The Place of Problem Solving in Contemporary Mathematics Curriculum
Document. Journal of Matehmatics Behaviour,No. 23,2005,hlm. 341.
11
matematis yang baik dan benar.
Komunikasi matematis terbagi menjadi dua macam, yaitu
komunikasi matematis siswa secara lisan dan komunikasi matematis
siswa secara tertulis.29 Komunikasi matematis secara lisan adalah
proses penyampaian ide atau gagasan dalam bentuk ujaran atau ujaran
seseorang. Seseorang dikatakan telah melakukan komunikasi
matematika lisan jika ia berbicara dan melibatkan isi atau materi yang
berkaitan dengan matematika. Sedangkan komunikasi matematis
tertulis adalah proses penyampaian gagasan siswa dalam bentuk
tulisan. Seseorang dikatakan telah mengkomunikasikan matematika
siswa secara tertulis jika dia mempresentasikan idenya secara
tertulis.30 Indikator komunikasi matematis tertulis yang di kemukakan
oleh Ross yang di kutip oleh Sri Apiyati, yaitu: (1) menggambar
situasi masalah dan menyatakan situasi masalah menggunakan
gambar, bangun, tabel dan secara aljabar, (2) menyatakan hasil dalam
bentuk tertulis, (3) menggunakan refresentasi menyeluruh untuk
menyatakan konsep matematika dan solusinya,(4) membuat situasi
matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk
tertulis, (5) menggunakan bahasa matematika dan simbol secra tepat.31
Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa
dibutuhkan indikator. Menurut Utari Sumarmo yang dikutip oleh
Dedeh Tresnawati Choridah, indikator kemampuan komunikasi
matematik meliputi kemampuan:
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika;
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan
29
Dewi, I.”Profil Keakuratan Komunikasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Ditinjau dari
Perbedaan Gender”, Jurnal Didaktika, 1(2),2014, hlm. 12.
30
Henry Putra Imam Wijaya, Imam Sujadi, Riadi, “Kemampuan Komunikasi Matematis Sisa
Sesuai Dengan Gender Dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Balok Dan Kubus(Studi Kasus
Pada Siswa SMP Kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 29 Semarang)”, Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, Vol. 4, Nomor, 9, November 2016, hlm. 779.
31
Sri Apiyati, “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievment Divicion (STAD) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Pokok Bahasan Pecahan”. Jurnal Cakrawala Pendas. Vol. 1, Nomor 2, 2015, hlm. 61.
12
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika;
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
5) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika
tertulis;
6) Menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi
dan generalisasi;
7) Mengungkap kembali suatu uraian atau paragraf matematika
dalam bahasa sendiri.32
Kemampuan komunikasi matematis memiliki beberapa
indikator, antara lain: (1) mengungkapkan gagasan matematis melalui
ucapan atau tulisan, mendemonstrasikan gagasan matematis, dan
menyajikan gagasan matematis dengan variasi visual yang berbeda;
(2) memahami, menafsirkan, dan memberikan evaluasi gagasan
matematika secara lisan, tertulis, atau melalui bentuk visual lainnya;
(3) menggunakan istilah, bahasa, notasi, dan struktur matematika
untuk mengungkapkan ide, interpretasi, dan hubungan antara ide
matematika, dan membuat model matematika; (4) melakukan
observasi, membuat dugaan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan,
menganalisis, dan mengevaluasi informasi (atau pemikiran) secara
matematis; (5) menghasilkan, menyatakan argumentasi, pemikiran
matematis secara runtut dan jelas.33
Berdasarkan penjelasan mengenai komunikasi matematis
diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis merupakan
proses usaha untuk memperoleh informasi, ide, dan gagasan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam memahami konteks materi
32
Dedeh Tresnawati Choridah, “Peran Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif Serta Disposisi Matematis Siswa SMA”, Jurnal
Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.2, Nomor 2, September
2013,hlm. 197-198.
33
Husna, M. Ihsan, Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)”, Jurnal Peluang, Vol.1, Nomor 2, April 2013, hlm. 85.
13
yang terdapat pada pembelajaran matematika.
c. Materi Lingkaran
Panjang garis lengkung yang bertemu kedua ujungnya disebut
keliling. Pada setiap lingkaran, perbandingan keliling dan diameter
menghasilkan bilangan yang sama disebut [baca: pi]. Dengan
demikian, dapat dinyatakan ; K : d = K = .d K = . 2r.34
Daerah yang diarsir disebut bidang lingkaran, atau biasa disebut
dengan luas lingkaran. Untuk mencari rumus lingkaran ini dapat
ditentukan dengan pendekatan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
14
Karena d = 2r, maka luas lingkaran ditentukan dengan rumus :
1
L = πr2 atau L = x 𝜋𝑑2
4
Dalam lingkaran terdapat beberapa bagian unsur-unsurnya,
yaitu sebagai berikut36:
1) Titik Pusat
Pusat lingkaran adalah titik yang terletak di pusat lingkaran.
2) Jari-Jari
Jari-jari lingkaran adalah garis dari pusat lingkaran ke keliling
lingkaran.
3) Diameter
Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada
lingkaran dan melewati titik pusat.
4) Busur
Busur adalah garis lengkung yang terletak pada lingkaran dan
menghubungkan dua titik pada kurva tersebut.
5) Tali busur
Tali busur adalah garis lurus di dalam lingkaran yang
menghubungkan dua titik pada lingkaran. Akord berbeda
diameternya, akord tidak melewati pusat lingkaran
6) Tembereng
Tembereng adalah luas lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali
busur.
7) Juring
Juring lingkaran adalah luas lingkaran dalam yang dibatasi oleh
dua jari-jari lingkaran dan busur yang dibatasi oleh dua jari-jari
lingkaran.
8) Apotema
36
Nunik Aviati Agus, Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas Viii Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
2008), Hal. 126-127, hlm. 126-127.
15
Pada lingkaran, apotema adalah garis yang menghubungkan pusat
lingkaran dengan tali busur lingkaran. Garis yang terbentuk tegak
lurus terhadap tali busur.
Materi lingkaran merupakan bagian dari pelajaran matematika
SMP kelas VIII yang harus dipelajari dan dikuasai siswa karena
tertuang dalam standar isi kurikulum 2013. Memahami unsur, keliling
dan luas lingkaran merupakan salah satu KD (Kompetensi Dasar)
yang harus dicapai siswa pada materi lingkaran. 37 Diharapkan dengan
menguasai kompetensi dasar tersebut, peserta didik dapat menentukan
unsur-unsur dari lingkaran serta dapat menyelesaikan permasalahan
lingkaran terkait keliling dan luasnya.
Jika siswa masih mengalami kesulitan dari hal-hal dasar
tentang materi lingkaran, artinya siswa tersebut masih belum
memahami tentang konsep dari lingkaran tersebut. Siswa dinyatakan
memiliki kemampuan pemahaman matematis yang baik jika soal pada
setiap indikator dapat terjawab dengan baik. Hal ini dikarenakan jika
seluruh indikator terpenuhi maka pemahaman konsep siswa dapat
dilihat dan dinyatakan secara utuh. Salah satu contohnya dalam
menyebutkan unsur-unsur dari suatu lingkaran, dikatakan memehami
konsep jika siswa tersebut mampu menyebutkan dengan tepat unsur-
unsur atau bagian-bagian dari suatu lingkaran.38
37
Kemendikbud, Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah (Jakarta: Kemendikbud,2016), hlm. 40.
38
Attin Warmi, “Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII Pada Materi
Lingkaran”, Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 8, Nomor 2, Mei 2019, hlm. 300
16
penelitiannya menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitiannya
bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran tutor sebaya terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas VIII Materi Faktorisasi Suku
Aljabar di SMP Adabiyah Palembang. Perbedaan antara skripsi
penulis dengan skripsi Merly diatas adalah terletak pada variabel
terikat yang diteliti yaitu hasil belajar matematika siswa sedangkan
penulis menggunakan variabel terikat nya untuk meninjau
kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun persamaannya
dengan riset diatas sama-sama meneliti tentang pembelajaran tutor
sebaya pada matematika dan menggunakan metode kuantitatif.
b. Penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tutor
Sebaya Berbantuan Power Point Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Himpunan Kelas VII MTS Baitussalam Semarang.”Hasil dari
penelitian Muchammad menunjukkan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran tutor sebaya pembelajaran matematika lebih
efektif dan menyenangkan dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional. Persamaan penelitian Muchammad dengan penelitian
ini yaitu menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dalam
pembelajaran matematika. Perbedaan penelitian Muchammad dengan
penelitian ini adalah penelitian Muchammad untuk mengukur hasil
belajar peserta didik, sedangkan penelitian ini untuk mengukur
kemampuan analisis matematis siswa dan subjek yang diteliti oleh
Muchammad yaitu kelas VII MTs, sedangkan subjek yang diteliti
dalam skripsi peneliti menggunakan siswa kelas VIII SMP.
c. Penelitian yang berjudul “Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas
VIII Pada Materi Lingkaran” yang ditulis oleh Attin Warmi, tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep
siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan Lingkaran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan penelitian kasus. Materi tentang Lingkaran merupakan materi
yang terdapat di SMP kelas VIII pada semester genap dan materi ini
17
merupakan salah satu materi yang berhubungan dengan kehidupan
sehari hari. Kelas VIII F SMPN 3 Karawang Barat dipilih sebagai
subjek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes
tertulis kemampuan pemahaman konsep. Soal berbentuk uraian yang
sebelum digunakan sudah di uji validasi. Hasil penelitian ini
menunjukan rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa adalah 10,06 termasuk dalam kriteria sedang. Hasil analisis
konsep per indikator, diketahui siswa sangat kurang pada indikator
menerapkan hubungan antar konsep dan prosedur, kemudian dalam
menerapkan konsep secara algoritma. Masih terdapat banyak siswa
yang memiliki pemahaman konsep yang kurang. Persamaan antara
jurnal Attin dengan peneliti yaitu terletak pada subjek penelitian yang
digunakan, yaitu kelas VIII pada materi lingkaran. Sedangkan
perbedaannya yaitu pada variabel terikat yang diteliti dan penggunaan
metode penelitiannya. Jurnal Attin meneliti tentang pemahaman
konsep matematis siswa dan menggunakan metode deskriptif dengan
penelitian kasus, sedangkan peneliti meneliti tentang kemampuan
komunikasi matematis siswa dan menggunakan metode kuantitatif
dengan penelitian pre eksperimen..
d. Penelitian yang berjudul “Efektifitas Pembelajaran Tutor Sebaya
Berbantuan Modul Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis
Mahasiswa“ jenis penelitian ini adalah Eksperimen (kuantitatif).
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui efektifitas pembelajaran
Tutor Sebaya berbantuan modul dapat meningkatkan komunikasi
matematis Mahasiswa pada materi Teori Bilangan. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa hasil uji beda rata-rata uji t’(Independent Sampel
t-test) dengan asumsi kedua varians homogen (Equel Variance
Assumed) dengan taraf signifikansi α= 0, 05 diperoleh P-value (Sig 2-
tailed) sebesar 0.393. Hal tersebut menunjukan bahwa sig> 0, 05
sehingga menyatakan tutor sebaya mempengaruhi pembentukan
konsep diri ditolak. Dengan demikian pembelajaran Matematika
18
dengan menggunakan model tutor sebaya atau konvensional tidak
secara signifikan terhadap pembentukan konsep diri siswa. Namun
model tutor sebaya terhadap pembentukan konsep diri memiliki skor
koefisien determinasi dengan kontribusi 5, 56%.3. Persamaan
penelitan di atas dengan yang akan diteliti peneliti terdapat pada
penggunaan metode yang digunakan yakni pembelajaran tutor sebaya
dan menggunakan penelitian kuantitatif. Perbedaan penelitian diatas
dengan penelitian ini adalah subjek penelitian yang digunakan yaitu
peneliti menggunakan subjek siswa sedangkan penelitian tersebut
menggunakan subjek mahasiswa.
e. Jurnal penelitian yang berjudul "Efektivitas Penerapan Model
Pembelajaran Tutor Sebaya Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Buton" bertujuan untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran tutor sebaya ditinjau dari hasil belajar
matematika kelas VII SMP Negeri 4 Buton. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian kuantitatif dengan metode Quasi Experimental
Design. Penelitian ini menggunakan model Pretest-posttest control
group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Negeri 4 Buton pada semester genap tahun ajaran 2020/2021
sebanyak 65 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VII A1,
VII A2, VII B1 dan VII B2. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik simple random sampling dan terpilih kelas
VII B1 sebagai kelas kontrol dan kelas VII A1 sebagai kelas
eksperimen. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan
tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Independent
Samples T Test. Berdasarkan hasil analisis data dengan statistik
deskriptif diperoleh nilai rata-rata kelas kontrol yaitu, pretest sebesar
54,125 dan posttest sebesar 64,875 sedangkan kelas eksperimen yaitu,
pretest sebesar 54 dan posttest sebesar 78,25. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis diperoleh nilai thitung=-3,077<ttabel = 2,042 atau nilai
signifikan (2-tailed) yaitu sebesar 0,004 sehingga Sig.<0,05(0,004 <
19
0, 05) dengan demikian dapat diartikan bahwa model pembelajaran
tutor sebaya efektif ditinjau dari hasil belajar siswa kelas VII SMP
Negeri 4 Buton. Hal ini diperkuat dengan hasil uji efektifitas dengan
menggunakan rumus efisiensi relatif dimana diperoleh nilai
R<1(0,504<1) yang berarti bahwa model pembelajaran tutor sebaya
efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Persamaan dari
jurnal penelitian yang ditulis oleh Sardin dan Sukrillah dengan yang
akan diteliti oleh peneliti terdapat pada penerapan model tutor sebaya
pada pembelajaran matematika di SMP dengan hasil yang telah
dijelaskan sebelumnya dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif
dengan metode Experimental Design posttest dan pretest. .Sedangkan
perbedaan penelitian diatas dengan skripsi yang akan diteliti adalah
jurnal tersebut dilihat dari hasil belajar matematika siswa kelas VII
SMP Negeri 4 Buton dan yang akan diteliti dilihat dari kemampuan
komunikasi matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wiradesa.
f. Jurnal penelitan yang ditulis oleh Prihayuda Tatang Aditya berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Web
pada Materi Lingkaran Bagi Siswa Kelas VIII” bertujuan untuk
mengembangkan media pembelajaran matematika berbasis web pada
materi lingkaran bagi siswa SMP kelas VIII. Jenis penelitian ini
adalah Research and Development dengan menggunakan model
ADDIE dalam proses pembuatan media pembelajaran matematika
berbasis web. Prosedur pengembangan model ADDIE yaitu analisis
produk, perancangan media pembelajaran, pengembangan media
pembelajaran, impelementasi hasil pengembangan, dan evaluasi yang
dilakukan dengan uji coba produk untuk kebutuhan revisi media
pembelajaran. Subjek penelitian terdiri dari 30 siswa kelas VIII di
SMP kristen 2 Salatiga. Uji kevalidan diperoleh dari validasi ahli
media dan ahli materi, uji kepraktisan diperoleh dari hasil lembar
respons siswa sedangkan hasil menunjukkan bahwa pengembangan
media berbasis web valid, praktis dan dapat memotivasi siswa dalam
20
belajar. Media ini masih terbatas dari tampilan dan konten yang
tersedia, oleh karena itu, peneliti berikutnya dapat mengembangkan
media pembelajaran matematika berbasis web lebih baik dan membuat
inovasi-inovasi baru lagi. Perbedaan antara jurnal yang ditulis oleh
Prihayuda dengan skripsi peneliti adalah terdapat pada variabel bebas
yang diteliti yaitu pengembangan media pembelajaran matematika
berbasis web sedangkan variabel bebas peneliti yaitu penerapan
pembelajaran metode tutor sebaya. Adapun persamaannya terdapat
pada materi pembelajaran yang digunakan yaitu materi lingkaran dan
subjek yang diteliti kelas VIII SMP.
3. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian penelitian yang relevan serta adanya latar
belakang timbulnya rasa takut pada siswa saat bertanya materi yang belum
paham kepada guru karena menerapkan metode pembelajaran dengan
ceramah serta kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Wiradesa, maka peneliti bermaksud hendak
menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya dengan membentuk
kelompok kecil dan beberapa siswa ditunjuk menjadi tutor dalam
kelompoknya. Diharapkan dari penerapan metode pembelajaran tutor
sebaya dapat meninjau kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Wiradesa pada materi lingkaran. Berdasarkan uraian
tersebut dapat digambarkan dengan bagan kerangka berpikir sebagai
berikut.
21
Penerapan metode Kemampuan
pembelajaran tutor sebaya komunikasi matematis
4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dituangkan dalam
bentuk kalimat tanya. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
hanya berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, belum
merupakan jawaban empiris.39
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan oleh peneliti maka hipotesisi tindakan dalam penelitian ini
yaitu :
H0 : Tidak terdapat kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menerapkan pembelajaran tutor sebaya pada materi lingkaran kelas
VIII SMP N 1 Wiradesa.
Ha : Terdapat kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
menerapkan pembelajaran tutor sebaya pada materi lingkaran kelas
VIII SMP N 1 Wiradesa.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
39
Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm 63
22
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan jenis penelitian Pre Eksperimental Desain, penelitian ini
belum merupakan jenis penelitian eksperimen mutlak (sungguh-sungguh)
dengan menggunakan satu kelas untuk melihat hasil kemampuan
komunikasi matematis siswa. Desain yang digunakan adalah One-Group
Pre test-Post test, yaitu dilaksanakan tanpa menggunakan kelompok
kontrol atau kelompok pembanding 40
Peneliti akan memberikan soal pretest kepada siswa sebelum
penerapan metode tutor sebaya dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diterapkan
metode pembelajaran tutor sebaya serta menentukan siswa yang akan
dijadikan sebagai tutor sebaya dilihat dari hasil tes yang tertinggi. Setelah
diterapkannya metode pembelajaran tutor sebaya, peneliti juga akan
memberikan soal posttest dengan tujuan untuk meninjau hasil belajar
siswa dalam kemampuan komunkasi matematis yang nantinya data-data
yang dibutuhkan akan di kelola dan di tarik sebuah kesimpulan.
3. Variabel
Variabel adalah konsep yang memiliki nilai yang bervariasi
(misalnya variabel pendekatan kerja, keuntungan, biaya promosi, volume
40
Sanapiah Faisal,Format-format Penelitian Sosial (Jakarta International Labour
Organization (ILO):Rajawali Pers,2005), hlm. 26.
23
penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan sebagainya). Variabel juga
dapat diartikan sebagai pengelompokan logis dari dua atribut atau lebih.41
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X) : Penerapan Pembelajaran Tutor Sebaya.
Variabel terikat (Y) : Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.
41
Syahrum dan Salim,Metodologi Penelitian Kuantitatif (Bandung; Citapustaka
Media,2016), h.123
42
Sanapiah Faisal,Format-Format....., hlm 135
43
Devi Firmansyah dan Dede, "Teknik Pengambilan Sampel Umum dalam Metodologi
Penelitian:Literature Review", Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH), Volume 1, Nomor 2,
2022, hlm. 88
24
jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% -
25%.44
Dengan jumlah populasi 256 siswa dengan pembagian 8 kelas,
peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yakni teknik
purposive sampling dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh
populasi, tapi terfokus pada target.45 Teknik purposive sampling
merupakan teknik memilih sampel yang termasuk nonprobabilitas yaitu
memilih sampel dengan dasar tujuan. Purposive Sampling artinya
bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu
yang telah dibuat terhadap objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. 46
Dalam hal ini jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 32
siswa yang merupakan siswa kelas VIII.8.
44
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta,2005), hlm. 94-95.
45
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Prakteknya), (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010. Cet.8) hlm.64
46
Ika Lenaini, “Teknik Pengambilan Sampel Purposive dan Snowball Sampling", Jurnal
Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah, Volume 6, Nomor 1, Juni 2021, hlm. 33-
39
47
Eri Barlian,Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Padang:Sukabina
Press,2016),hlm. 42.
25
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis. Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu yang dapat
diwujudkan dalam benda, seperti : soal ujian, tes keterampilan, angket,
pedoman observasi atau daftar observasi, lembar pengamatan dan
lainnya.48 Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data berupa :
a. Observasi
Pengamatan adalah tindakan yang terlihat yang memiliki
tujuan. Metode observasi menuntut peneliti untuk terjun ke lapangan
dengan melihat berbagai aspek antara lain tempat, ruang, pelaku,
waktu, kegiatan, dan keadaan.49 Metode ini berguna untuk mengamati
kondisi dan situasi kelas yang akan dilakukan penelitian serta dapat
mengamati kemampuan siswa yang sudah dimiliki.
b. Tes Tulis
Tes tertulis adalah sekumpulan butir pertanyaan atau
pernyataan yang direncanakan secara sistematis oleh guru atau
evaluator untuk memperoleh informasi tentang siswa mengenai
sesuatu yang diperlukan. Tes tertulis dapat terdiri dari tes esai dan tes
pilihan ganda. Tes uraian adalah tes dengan jawaban berupa uraian
kata yang mencerminkan kemampuan berpikir. Sedangkan tes pilihan
ganda merupakan tes dengan jawaban berupa pilihan-pilihan yang
harus dipilih salah satu jawaban yang dirasa paling tepat.50
Penelitian ini tes yang diberikan adalah pretest dan posttest.
Pretest merupakan tes yang diberikan untuk mengukur kemampuan
awal siswa atau sebagai pembanding saat diberi perlakuan dengan
sesudah perlakuan serta untuk menentukan siswa yang akan menjadi
tutor sebaya dengan melihat skor tertinggi yang diperoleh. Sedangkan
posttest merupakan tes yang diberikan setelah pelajaran atau materi
48
Eri Barlian,Metodologi Penelitian.....,43.
49
Junaidi Gony dan Fauzan al-Mansur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:Ar-
Ruzz Media, 2012), hlm.165.
50
Junaidi Gony dan Fauzan al-Mansur, Metodologi Penelitian.......,hlm.45.
26
telah disampaikan. Posttest tersebut digunakan untuk melihat
pengaruh metode pembelajaran tutor sebaya untuk meninjau
komunikasi matematis siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data penelitian
dengan menggunakan pendekatan visual dengan cara menganalisis
dokumen atau melihat dokumen yang telah dibuat oleh subjek atau
orang lain tentang subjek.51
Dokumentasi yang peneliti peroleh yaitu dokumen berupa
foto-foto di lokasi penelitian dan data berupa letak geografis, visi misi,
sejarah, stuktur organisasi dan lainnya yang dapat digunakan untuk
mendukung dan melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian di
SMP Negeri 1 Wiradesa.
Dalam hal ini dokumentasi juga digunakan untuk mencatat
hasil pembelajaran matematika siswa yang telah ada pada guru
pengampu, sebagai data utama penelitian.
6. Uji Instrumen
a. Uji Validitas Instrument
Instrumen yang dinyatakan valid adalah alat ukur yang
digunakan untuk memperoleh data yang valid dan dapat digunakan
untuk penelitian. Valid artinya instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur yang diperlukan dalam
suatu penelitian. Data yang valid menunjukkan tingkat ketelitian
antara data yang sebenarnya terjadi pada objek dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti.52
51
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Salemba
Humanika,2011), hlm. 17.
52
Sudaryono dkk,Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan (Yogyakarta : Graha
Ilmu,2013),hlm. 2.
27
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur instrumen
tes dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product
moment. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Rxy = N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
¿¿
Keterangan:
Rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N : jumlah responden
∑X: jumlah seluruh nilai X
∑Y: jumlah seluruh nilai Y
XY: jumlah hasil perkalian antara X dan Y
53
Sudaryono dkk,Pengembangan........,hlm.193.
28
Hasil suatu penelitian dikatakan reliabel, jika terdapat
kesamaan data pada waktu yang berbeda. Jika objek kemarin
dilaporkan berwarna merah, maka hari ini dan besok akan tetap
berwarna merah dan tidak akan berubah.54
Pengujian reliabilitas instrumen, dalam penelitian ini
menggunakan cronbach alpha. Uji reliabilitas dengan cronbach alpha
dilakukan setelah instrumen dinyatakan valid. Koefisien cronbach
alpha merupakan statistik yang sering digunakan untuk menguji
reliabilitas instrumen penelitian. Suatu instrumen dinyatakan memiliki
tingkat reliabilitas yang memadai jika koefisien cronbach alpha sama
atau sama dengan 0,60. Berikut ini adalah rumus koefisien cronbach
alpha :
k ∑σ2
Ca = x {1− }
k−1 σ2
Keterangan :
Ca = koefisien reliabilitas tes
k = banyaknya soal
∑ 𝜎2 = jumlah varians butir soal
𝜎2 = varians total
2. Jika thitung < ttabel maka item soal dinyatakan tidak valid55
NO KORELASI KETERANGAN
54
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2016), hlm. 9
55
Candiasa, Statistik Multivariat Disertai Aplikasi SPSS (Singaraja: Unit Penerbitan IKIP
Negeri Singaraja, 2003), hlm. 67.
29
1. 0,00 – 0,20 Kurang Reliabel
2. 0,20 – 0,40 Agak Reliabel
3. 0,40 – 0,60 Cukup Reliabel
4. 0,60 – 0,80 Reliabel
5. 0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
56
Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2003),
hlm.192.
57
M. Anang Jatmiko, “Pengaruh Metode TAPPS Terhadap Kemamuan Komunikasi
Matematik Siswa”,Skripsi, FITK, UIN syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014, hlm. 42.
58
V. Wiranta S dan Lila Retnani, The Master Book Of SPSS Pintar Mengolah Data Statistik
untuk Segala Keperluan Secara Otodidak,(Yogyakarta:STRARUP,2019), hlm. 79
30
Rumus mean :
𝑀𝑥 :
∑X
n
Rumus Standar Deviasi:
SD : √∑ ¿ ¿ ¿ ¿
Keterangan :
SD = Standar deviasi
x i= nilai x ke-i
x = nilai rata-rata data
n = jumlah data
Keterangan:
P : prosentase
Fi : frekuensi
N : jumlah data
31
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan apakah
kelompok tersebut dapat dikatakan homogen. Setiap kelompok
dianggap homogen jika signifikansinya ≥ 0,05, jika tidak
kelompok tersebut tidak homogen. Dengan menggunakan SPSS,
peneliti dapat melakukan uji homogenitas.59
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan data hasil
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu data
selisih nilai pre-test dan post-test. Jika analisis data dalam
penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data sebelum
dengan data sesudah perlakuan dari satu kelompok sampel,
maka dilakukan pengujian hipotesis komparasi dengan uji-t.60
Jika uji prasyarat analisi tidak terpenuhi, yaitu apabila uji
normalitas pada kelompok sebelum dan setelah diberikan
perlakuan tidak berasal dari distribusi normal, maka untuk
menguji hipotesis digunakan uji statistik non parametrik.
Adapun jenis uji yang digunakan yaitu Wilcoxon Match Pairs
Test.61
Adapun langkah pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan Hipotesis
59
60
Supardi, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta : PT Ufuk Publishing House, 2017),
hlm.316.
61
Zaharatinni’am, “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Mataram, 2018
32
H0 : Tidak dapat meninjau kemampuan komunikasi
matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran tutor
sebaya pada materi lingkaran kelas VIII SMP N 1 Wiradesa.
Ha : Dapat meninjau kemampuan komunikasi matematis
siswa dengan menerapkan pembelajaran tutor sebaya pada
materi lingkaran kelas VIII SMP N 1 Wiradesa.
2) Menentukan Taraf Signifikan
Taraf signifikan yang digunakan peneliti dalam ini adalah: α
=5% atau 0,05.
3) Menentukan nilai signifikan melalui yang diperoleh dari hasil
SPSS
4) Menentukan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil output
SPSS dengan taraf signifikan (α).
5) Membuat kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:
Apabila sig < α maka H0 ditolak
Apabila sig > α maka Ha diterima
1. Bagian Awal, terdiri dari sampul luar, halaman judul, pernyataan keaslian
skripsi, nota pembimbing, pengesahan, transliterasi, persembahan, Moto,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar.
2. Bagian Inti
Untuk memudahkan dalam penelitian, maka pembahasan dalam laporan
penelitian peneliti kelompokkan menjadi lima bab yang masing-masing bab
terdiri sub bab yang berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:
33
Bab Pertama, adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat. penelitian dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua, adalah deskripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir,
dan hipotesis.
Bab Ketiga, berisi tentang jenis dan pendekatan, tempat dan waktu, variable,
populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data,
dan uji instrumen, dan teknik analisi data.
Bab Keempat, berisi hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan.
Bab Kelima, merupakan penutup dari laporan penelitian yang berisi
kesimpulan dan saran.
34
Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Pokok Bahasan Pecahan”.
Jurnal Cakrawala Pendas. Volume 1, Nomor 2
35
Dep. P&K.1987.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dyanti, Cut Rosi dan Intan Safiah dan Rosma Elly.”Pengaruh game Playstation
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas v SD Negeri 69 Banda Aceh”.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah. Volume
27, Nomor 2
36
Herdiansyah, Haris.2011.Metodologi Penelitian Kualitatif .Jakarta : Salemba
Humanika
37
Lexy J,Moleong.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Karya
38
Sudaryono dkk. 2013.Pengembangan Instrumen Penelitian
Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu
39
Warmi, Attin.2019. “Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII Pada
Materi Lingkaran”.Jurnal Pendidikan Matematika.Volume 8.Nomor 2
40
41