BAB I
PENDAHULUAN
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
dan membentuk watak bangsa yang bermartabat merupakan hal terpenting demi
tercapainya pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan juga dapat dikatakan
1
Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Bandung, Yrama Widya:
2013), h. 13.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No 20
Tahun 2003, h. 13.
2
melalui pengajaran.
nyata).3
pendidikan manusia bagaikan orang yang berjalan ditempat yang gelap tanpa
perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.5
3
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014: Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 325.
4
Netriwati, “Analisis Kemampuan Mahasiswa dalam Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Polya”, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 7, No.2 (2016), h. 181.
5
Rizki Wahyu Yunian Putra dan Rully Anggraini, “Pengembangan Bahan Ajar
Trigonometri Berbantuan Software Mind Map Pada Siswa SMA”, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol 7, No.1, (2016), h. 39.
3
rasional, dan percaya diri. Salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan
pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa belajar bagaimana memberi alasan secara
mengembangkan kekuatan akal sekaligus cara berfikir logis, sistematis dan kritis. 9
bahan ajar.10 Bahan ajar merupakan salah satu fasilitas pembelajaran yang
adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
yang sangat terkait erat dengan isi setiap mata pelajaran dan harus relevan dengan
kompetensi secara utuh. Untuk itu sangat penting bagi seorang tenaga pendidik
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, serta siswa pun memiliki aktivitas
belajar yang cukup baik. Bahan pembelajaran yang sering digunakan di sekolah
antara lain buku ajar, modul dan lembar kegiatan siswa (LKS).
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa
kegiatan siswa juga harus dapat menarik perhatian siswa. Namun pada
kenyataannya banyak lembar kegiatan siswa yang isinya tertuju pada ringkasan
mentah dan hanya mengandalkan sistem hafalan tanpa memahami materi dari
pemikirannya sendiri.13
Selain faktor tersebut ada faktor lain yang menyebabkan siswa tidak
11
Ibid., h. 16.
12
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 43.
13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 176.
5
sebagai pelajaran yang tersulit. Banyak siswa yang masih takut dengan pelajaran
dan kurang aktif. Mereka merasa cepat bosan ketika diajar matematika, waktu 2
jam pelajaran juga terasa sangat lama bagi siswa. Dalam menarik minat dan
meningkat keaktifan siswa dibutuhkan suatu bahan ajar LKS yang menarik dan
inovatif.
Nurul Hasanah kelas VII diketahui bahwa kebanyakan peserta didik tidak
yang sulit. Selain itu, siswa juga masih mengalami kesulitan dalam memahami
tertarik menggunakan bahan ajar LKS dari pada buku paket karena buku paket
terlalu banyak menjelaskan teori. Sehingga siswa merasa bingung dan kurang
jelas dan sulit dipahami, sehingga siswa sulit memahami matematika secara
salah satu pendidik mata pelajaran matematika kelas VII SMP Swasta Nurul
6
Hasanah, Ibu Elly mengatakan bahwa bahan belajar yang digunakan selama ini
yaitu buku paket dan LKS. Pendidik belum pernah mengembangkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) sendiri, masih menggunakan dari penerbit. Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang digunakan hanya berisi materi, contoh soal, dan soal-soal yang
monoton dan tidak sesuai kebutuhan siswa artinya dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS) tidak memuat aktifitas belajar yang melibatkan peserta didik secara
langsung, tidak membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang
menggunakan bahan ajar tersebut belum memperoleh hasil yang memuaskan dan
belum memperoleh hasil yang memuaskan dan belum membuat peserta didik aktif
yang berpusat pada siswa. Salah satu model yang dapat memenuhi tuntutan
tersebut adalah POE (Predict, Observe, Explain). Model POE (Predict, Observe,
diskusinya, serta melatih peserta didik berkembang baik secara kognitif, efektif
7
Explain) menjadi salah satu alternative media pembelajaran yang dapat melatih
melakukan observasi dan akhirnya peserta didik akan menjelaskan benar atau
Selama ini beberapa sekolah membeli Lembar Kerja Siswa LKS dari
penerbit yang diperjual belikan dan cenderung tidak menarik dan tidak inovatif
Siswa (LKS) siswa yang cocok dan menarik bagi peserta didik. Penggunaaan
yang dapat digunakan siswa untuk pemahaman siswa dan pengayaan materi. Hal
14
Herni Budiati, Sugiyarto, dan Sarwanto, “Pengaruh Model POE Menggunakan
Eksperimen Sederhana dan Eksperimen Terkontrol Ditinjau Dari Keterampilan Metakognitif dan
Gaya Belajar Terhadap Keterampilan Proses Sains”, Jurnal Matematika, Vol. 9, no. 1 (2012), h.
150.
15
Syarifatul Falah, Hartono, Ian Yulianti, Pengembangan LKS Listrik Dinamis Berbasis
POE (Predict, Observe ,explain) Untuk Meningkatkan Penalaran dan Pemahaman konsep Siswa.
(Jurnal UPEJUNS: Semarang, Vol. 6,No. 2 (2016), h. 96-192.
8
Explain) Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas VII SMP Swasta Nurul
B. Identifikasi Masalah
peserta didik rendah, masih banyak siswa dengan hasil belajar di bawah
KKM.
C. Pembatasan Masalah
sebagai berikut:
Ruang lingkup yang akan diteliti hanya pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) pada materi aritmatika sosial
9
sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Pengujian yang akan dilakukan
D. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
(Predic, Observe, Explain) pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
2. Bagi peserta didik, sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam
Kerja Siswa (LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) dalam rangka
sekolah.
G. Spesifikasi Produk
Produk bahan ajar yang dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS),
1. LKS ini berbentuk media cetak berupa buku dengan ukuran A4.
2. LKS dirancang agar dapat menarik dan memudahkan peserta didik dalam
3. Komponen LKS yang akan dikembangkan meliputi tiga bagian yaitu cover
4. Cover depan terdapat judul materi dan spesifikasi produk LKS, jenjang
kelas dan nama anggota kelompok . Pada cover belakang berisi info ilmu
H. Defenisi Istilah
gambaran yang konkrit mengenai arti yang terkandung dalam judul di atas, maka
pokok dalam penelitian ini. Definisi operasional dalam penelitian ini diantaranya:
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang
berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk
bersifat teoristis, atau praktis, yang dikemas sedemikian rupa agar siswa
penjelasan.
harga penjualan, untung, rugi, bruto, tara, netto dan diskon (rabat).
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Trianto Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang
Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek
indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Lembar Kerja Siswa
yang harus dikerjakan oleh siswa, yang di dalamnya disertai petunjuk dan
npraktik.17
16
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara: 2013), h. 111.
17
Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 13..
15
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang
berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk
Siswa merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS
dijawab oleh siswa). LKS sangat bagus dipakai untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam belajar dan membimbing siswa dalam mempelajari konsep materi
pembelajran.18
menyimpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak
yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk
teoristis, atau praktis, yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat
mempelajari materi tersebut secara mandiri. Melalui LKS ini akan memudahkan
pembelajaran..
18
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.74.
16
yang diberikan.
3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur
kerja.
memandu siswa menulis data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang
pengamatan.
memaknakan data.
19
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis
(Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2014) Cetke-1, h. 270.
17
5) Sebagai wahana untuk melatih siswa untuk berfikir lebih kritis dalam
4) Memudahkanpendidikdalam.21
20
Suyanto, Paidi, dan Insih Wilujeng, Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembekalan Guru
Daerah Terluar, dan Tertinggal (Yogyakarta.2013),h.3-4.
21
Andi Prastowo,Op.Cit., h. 272.
18
Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjdi harapan semua siswa.
karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih terkesan untuk membuka lembar
demi lembar halamannya. Selain itu, mereka akan mengalami kecanduan belajar.
belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya
materi pokok dan pengalaman belajar serta pokok bahasan yang diajarkan.
Kemudian, kita harus mencermati kompetensi antar mata pelajaran yang hendak
di capai siswa.
Peta kebutuhan LKS sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja
yang harus dituis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau
Perlu diketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar tema sentral dan
d. Penulisan LKS
berikut:
a) Merumuskan Indikator
c) Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti: buku, majalah, dan jurnal hasil
penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat maka dapat saja
dalam LKS kita tunjukan referensi yang digunakan agar siswa membacanya lebih
22
Ibid., h. 274-276.
20
adaalah:
POE ini sering disebut suatu model pembelajaran dimana guru menggali
pemahaman peserta didik dengan meminta siswa melaksanakan tiga tugas utama,
suatu model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep
ilmu pengetahuan.24
model ini akan berhasil dengan baik jika para siswa diberi kesempatan untuk
mengamati demonstrasi baik yang dilakukan oleh guru atau oleh temannya sendiri
yang ditunjuk oleh guru.25 Model POE memberikan manfaat antara lain:
Ada tiga langkah utama model POE yaitu Predict, Observe, Explain.
sesuatu yang sedang dihadapinya. Prediksi bermula dari pengetahuan awal yang
mereka miliki dan didukung oleh sumber-sumber lain yang sesuai dengan
1) Meramalkan (Predict)
sendiri atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait pada
2) Mengamati (Observe)
Siswa mengamati apa yang terjadi, apakah dugaan yang mereka buat
26
Tina Sri Sumartini, “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Predict Observe Explanation”. (JES Of Mathematics ,
September 2017) Vol.3 No. 2, h. 170.
22
3) Menjelaskan (Explain)
permasalahan yang diambil dari pengalaman siswa atau buku panduan yang
memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas. Tahap observe
Aritmetika sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa
kelas VII SMP/Mts. Aritmetika sosial adalah ilmu matematika yang mempelajari
harga penjualan, untung, rugi, bruto, tara, netto dan diskon (rabat).
a. Harga Pembelian
27
Ibid., h. 93.
23
b. Harga Penjualan
pembeli.
Contoh:
per kg. kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp 8.200,00 per kg. Pada
kegiatan jual beli tersebut dapat diketahui bahwa harga pembelian Rp 6.500,00
c. Untung (Laba)
pembelian.
Keuntung = Harga Penjualan – Harga Pembelian
Contoh:
seorang pedagang beras membeli beras 40 kg, dengan harga Rp 6500,00 per kg.
Kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp 8200 per kg. Untung atau
pedagang?
Jawab:
= Rp 260.000,00
= Rp 328.000,00
= Rp 328.000,00 - Rp 260.000,00
= Rp 68.000,00
d. Rugi
Dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi daripada harga penjualan.
Contoh:
Jawab:
= Rp 335.00,00 - Rp 158.000,00
= Rp 177.00,00
a. Presentase Untung
Presentase Untung =
25
b. Presentase rugi
Presentase Rugi =
Contoh:
Seorang pedagang beras membeli beras 1 kuintal, dengan harga Rp 6.500,00 per
kg. Pedagang itu menjual beras tersebut dan memperoleh uang sebanyak Rp
Jawab:
= Rp 650.000,00
= Rp 230.000,00
= 37,09%
rumus berikut.
Contoh:
memberikan diskon sebesar 20%. Berapakah total pembelian yang harus dibayar
Jawab:
Diskon 20 % = × Rp 85.000,00
= Rp 17.000,00
= Rp 68.000,00
Bruto (berat kotor) adalah berat barang disertai dengan berat pembungkusnya.
c. Tara (potongan)
Jika persen tara dan bruto diketahui, tara dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
Contoh:
seorang pedagang membeli beras 20 karung. Disetiap karung beras tertulis netto
Jawab:
Bruto = 510 kg
Netto = 20 × 25
= 500
= 510 kg – 500 kg
= 10 kg
D. Kerangka Berpikir
yang berisi petunjuk dan langkah-langkah yang akan dikerjakan siswa. Setelah
kelayakan LKS tersebut. Selanjutnya di uji cobakan yaitu uji coba lapangan
dan uji coba skala kecil, apabila dalam uji coba tersebut mengatakan LKS
layak digunakan, maka dapat dikatakan bahwa LKS telah selesai sehingga
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2016), h. 92.
F. Hipotesis Penelitian
yaitu keefektivitasan produk, dalam hal ini keefektivitasan LKS pada materi
aritmatika sosial model POE. Hipotesis penelitian ini terdapat perbedaan kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, dimana nilai eksperimen lebih besar dari kelas
kontrol.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut agar
tujuan untuk menghasilkan inovasi produk bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa
29
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2016), h .407.
30
Komala Sari, dan M Syazali, “Pengembangan Media Pembelajaran (Modul)
Berbantuan Geogebra Pokok Bahasan Turunan, “ Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.7
, No.2 , (2016), h.135-51.
B. Subjek Penelitian
Tembung.Subyek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII 2 di SMP Swasta
Nurul Hasanah Tembung. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan sampel
Sekolah tersebut dipilih karena didasarkan pada hasil observasi pada tahap
tersebut belum menggunakan LKS model POE. Pada penelitian ini diberlakukan
C. Prosedur Penelitian
1) Analisis Kebutuhan
2) Pengumpulan data
3) Desain Produk
4) Validasi desain
5) Uji CobaProduk
6) Revisi Produk
8) Revisi Desain
9) Revisi Produk
31
10) Produksi Masal
langkah-langkah yang diambil sebagai arah pengembangan dari produk yang akan
2) Pengumpulan Data
3) Desain Produk
4) Validasi Desain (Validasi Ahli Materi, Uji satu lawan Satu, Validasi
Desain)
5) Revisi Desain
7) Revisi Produk
31
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)” (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 409.
dan pengembangan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
keadaan nyata dengan yang diharapkan. Tahapan ini penelitian dilakukan untuk
mendapatkan informasi terkait bahan ajar yang ada disekolah. Potensi yang ada
memiliki buku. Sedangkan untuk bahan ajar seperti LKS masih belum
informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah mengetahui potensi dan masalah yang ada pada tempat penelitian.
pembelajaran di kelas.
3. Desain Produk
yang berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini
efektif dari yang lama. Pada tahap ini menghadirkan beberapa pakar atau ahli
dikembangkan validasi ini terdiri dari uji ahli desain (kesesuaian desain spesifikasi
yang direncanakan) dan uji ahli materi. Instrumen yang dipakai dalam validasi
desain ini yaitu menggunakan angket. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk
Setelah produk divalidasi oleh para ahli desain dan materi kemudian
dilakukan uji satu lawan satu untuk mengetahui respon siswa terhadap produk
5. Revisi Desain
Setelah dilakukan validasi ahli desain, ahli materi dan uji satu lawan satu,
Setelah melalui uji ahli dan uji kelompok kecil kemudian diujicobakan pada
tahap uji coba produk kepada siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah, yang
terdiri dari satu kelompok/kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu yang
menggunakan LKS berbasis POE, satu kelas kontrol menggunakan LKS dari
pada Tabel 3.1. Berikut adalah metode eksperimen Pretest-Postest Control Grup
Desain
R O1 X1 O2
R O3 X2 O4
Keterangan;
32
Ibid., h. 416.
angket dan tes. Sedangkan instrument angket digunakan untuk analisis kebutuhan
desain dan materi pada produk yang telah dikembangkan. Instrumen angket juga
7. Revisi Produk
Desain atau rancangan uji coba produk ini terdiri dari uji satu lawan satu dan
uji kelompok terbatas. Uji satu lawan satu dilakukan sebelum uji coba produk
eksperimen saat uji coba produk yaitu siswa VII SMP Swasta Nurul Hasanah
yang dipilih secara random sebagai subjek penelitian untuk mengetahui tingkat
materi pemantulan dan pembiasan cahaya dan tanggapan terhadap LKS tersebut.
ajaran 2019/2020 di VII SMP Swasta Nurul Hasanah. Peneliti memilih sekolah
untuk mempermudah siswa nmemahami konsep optik. Obyek penelitian ini adalah
LKS materi pemantulan dan pembiasan cahaya dengan model pembelajaran POE
dan subjek penelitian adalah para ahli penguji kevalidan LKS ini terdiri dari ahli
materi dan ahli desain dan siswa VII SMP Swasta Nurul Hasanah
penelitian yaitu keefektifitasan produk dalam hal ini keefektifitasan LKS materi
1) H1:µ 1 = µ 2 (tidak ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas
kontrol)
2) H0:µ 1 > µ 2 (ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas
kontrol)
4. Jenis Data
dua, yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh pada
data tingkat kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta dihimpun
dari hasil penelitian, masukan, tanggapan, kritik, dan saran melalui angket
data dari pada angket yang jawaban pertanyaan dibebaskan kepada responden.
pembelajaran berupa LKS pada materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Angket
ini diberikan kepada 31 siswa yang mewakili kelas VII SMP Swasta Nurul
matematika, khususnya LKS. Selain itu, angket ini juga diberikan kepada guru
(yang terdiri dari kesesuaian isi materi dengan Kompetensi Inti- Kompetensi
Dasar), konstruksi (yang terdiri dari konstruksi sesuai format LKS yang ideal),
dan yang terakhir untuk menguji terhadap aspek keterbacaan LKS yang
untuk mengisi angket tersebut. Angket respons siswa (pengguna) digunakan untuk
dikembangkan. Angket respon siswa ini menggunakan skala likert dengan empat
SS (sangat setuju),
S (setuju),
TS (tidak setuju),
frekuensi responden yang memilih SS, S, TS, dan STS pada setiap item
pernyataan positif, kemudian menghitung skor total tiap-tiap item dan menghitung
Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa
Data tanggapan siswa terhadap penerapan produk LKS diperoleh melalui uji
lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangakan data hasil belajar yang
Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli (materi dan desain) yang
yang dihasilkan digunakan kriteria penilaian yang di adaptasi dari buku Dasar-
1. Uji Validitas
Perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti dilakukan uji coba. Sebelum
perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur tes,
atau sejauh mana tes sebagai alat pengukur keterampilan berpikir kreatif siswa,
isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau
bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi dari suatu tes dapat
diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes
terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran fisika
2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas alat ukur angket dalam penelitian ini digunakan
rumus Alpha, karena mengingat skor setiap itemnya adalah bukan skor 0 (nol),
melainkan rentang antara beberapa nilai yaitu 1-5. Rumus Alpha digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau
35
Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, (Edisi Revisi), (Jakarta:
Rineka Cipta), h. 239
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak, menggunakan software SPSS dengan uji statistik.
pengujiannya yaitu:
1) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05maka distribusinya
2) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka distribusinya
adalah normal.
b. Uji Homogenitas
homogen atau tidak pada populasi yang sama menggunakan softwere SPPS
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau
homogen,
H1 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau
tidak homogenitas.
penelitian menggunakan uji statistic parametrik tes yakni uji t untuk dua sampel
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
kelas kontrol.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.36
36
Trihendradi, C, “Step by step Analisis Ststistik Data dengan SPSS 18”,
(Yogyakarta: ANDI , 2010), h. 134.