Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kepribadian,

kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 1

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Tujuan pendidikan pada dasarnya untuk membimbing

individu agar dapat mengembangkan potensi secara optimal sehingga dapat

didayagunakan dalam kehidupan baik secara individu maupun sebagai mahluk

sosial. Sebagaimana dilandaskan dalam tujuan pendidikan nasional yang

tercantum dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa:

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Tentu saja hal tersebut menginformasikan kepada kita bahwa kemampuan

dan membentuk watak bangsa yang bermartabat merupakan hal terpenting demi

tercapainya pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan juga dapat dikatakan

sebagai proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia

1
Zainal Aqib, Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Bandung, Yrama Widya:
2013), h. 13.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No 20
Tahun 2003, h. 13.
2

melalui pengajaran.

Permendikbud nomor 58 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran

matematika khususnya di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah salah

satunya yaitu melakukan manipulasi matematika baik dalam penyederhanaan,

maupun menganalisis komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam

konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan

teknologi) yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

termasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (dunia

nyata).3

Pendidikan sangat penting bagi manusia pada umumnya. Tanpa

pendidikan manusia bagaikan orang yang berjalan ditempat yang gelap tanpa

penerangan sedikitpun dan akan meraba-rabadalam kegelapan.4 Melalui

pendidikan kehidupan manusia akan menjadi maju karena mampu menggunakan

akal pikiran untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya. Pendidikan membuat

manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap

perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.5

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai ilmu dan

3
Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014: Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hal. 325.
4
Netriwati, “Analisis Kemampuan Mahasiswa dalam Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Polya”, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 7, No.2 (2016), h. 181.
5
Rizki Wahyu Yunian Putra dan Rully Anggraini, “Pengembangan Bahan Ajar
Trigonometri Berbantuan Software Mind Map Pada Siswa SMA”, Al-Jabar: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol 7, No.1, (2016), h. 39.
3

memajukan daya pikir manusia.6 Matematika menjadikan manusia berfikir logis,

rasional, dan percaya diri. Salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan

pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi

yaitu mata pelajaran matematika.7

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari

sekolah dasar untuk membekali siswa belajar bagaimana memberi alasan secara

kritis, kreatif, dan aktif.8 Matematika merupakan sarana berfikir untuk

mengembangkan kekuatan akal sekaligus cara berfikir logis, sistematis dan kritis. 9

Pada kenyataannya matematika sering dianggap matapelajaran yang susah

dimengerti. Hal tersebut dikarenakan matematika bersifat abstrak dan

membutuhkan pemahaman konsep-konsep matematika.

Pemanfaatan sumber belajar yang tepat akan membantu peserta didik

dalam mengkontruksikan pengetahuannya sehingga terjadi proses belajar yang

positif. Keberhasilan dalam pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan

bahan ajar.10 Bahan ajar merupakan salah satu fasilitas pembelajaran yang

disesuaikan dengan bahan ajar yang di ajarkan kepada peserta didik.

Menurut National Centre For Competency Based Training, bahan ajar


6
Yenny Meidawati, “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran lnkuiri Tebimbing Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”, Jurnal Pendidikan dan
Keguruan, Vol.1, no. 2 (2014), h. 1.
7
Maghfira Maharani, Nanang Supriadi, Rany Widyastuti, “Media Pembelajaran
Matematika Berbasis Kartun untuk Menurunkan Kecemasan Siswa”, Desimal: Jurnal
Matematika, Vol.1, no.1, h. 102.
8
Zulyadaini,“Adevelopment of Students’ Worksheet Based on Contextual Theaching and
Learning” Internasional Journal of Learning, Teaching and Educational Research, Vol.16, No.6
(2017), h. 64.
9
Zulyadaini, “Development of Students’ Worksheets Based Realistic Mathematics
Education (RME)” International Journal of Engineering Research and Development, Vol.13,
No.9 (2017), h. 1.
10
Eka Puspita Dewi, Agus S, dan Abdurrahman, “Efektivitas Modul dengan Model
Inkuiri Untuk Menumbuhkan Ketrampilan Proses Sains Siswa pada Materi Kalor”, Tadris: Jurnal
Keguruandan Ilmu Tarbiyah, Vol.2, no.2 (2017), h. 106.
4

adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dikelas.11 Bahan pembelajaran merupakan komponen

yang sangat terkait erat dengan isi setiap mata pelajaran dan harus relevan dengan

tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan strategi pembelajaran.12

Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu

kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai semua

kompetensi secara utuh. Untuk itu sangat penting bagi seorang tenaga pendidik

memiliki kompetensi dalam mengembangkan bahan pembelajaran yang baik

sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan yang diperlukan, sehingga materi

pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik, serta siswa pun memiliki aktivitas

belajar yang cukup baik. Bahan pembelajaran yang sering digunakan di sekolah

antara lain buku ajar, modul dan lembar kegiatan siswa (LKS).

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa

haruslah mampu mendorong meningkatkan semangat belajar siswa. lembar

kegiatan siswa juga harus dapat menarik perhatian siswa. Namun pada

kenyataannya banyak lembar kegiatan siswa yang isinya tertuju pada ringkasan

materi dan soal-soal. Sehingga menyebabkan siswa menerima matematika secara

mentah dan hanya mengandalkan sistem hafalan tanpa memahami materi dari

pemikirannya sendiri.13

Selain faktor tersebut ada faktor lain yang menyebabkan siswa tidak

11
Ibid., h. 16.
12
M. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hal. 43.
13
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 176.
5

memiliki ketertarikan dengan matematika, yaitu masih dianggapnya matematika

sebagai pelajaran yang tersulit. Banyak siswa yang masih takut dengan pelajaran

matematika. Serta pembelajaran matematika yang masih mengandalkan metode

ceramah. Sehingga disaat pelajaran matematika, siswa menjadi kurang berminat

dan kurang aktif. Mereka merasa cepat bosan ketika diajar matematika, waktu 2

jam pelajaran juga terasa sangat lama bagi siswa. Dalam menarik minat dan

meningkat keaktifan siswa dibutuhkan suatu bahan ajar LKS yang menarik dan

inovatif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik SMP Swasta

Nurul Hasanah kelas VII diketahui bahwa kebanyakan peserta didik tidak

menyukai pelajaran matematika dan mengatakan matematika adalah pelajaran

yang sulit. Selain itu, siswa juga masih mengalami kesulitan dalam memahami

materi matematika, baik konsep perhitungan atau pengerjaannya. Siswa lebih

tertarik menggunakan bahan ajar LKS dari pada buku paket karena buku paket

terlalu banyak menjelaskan teori. Sehingga siswa merasa bingung dan kurang

termotivasi untuk belajar matematika.

LKS yang digunakan juga tidak menarik, kertasnya buram,

masih membingungkan siswa karena pentunjuk kerja atau pengerjaannya kurang

jelas dan sulit dipahami, sehingga siswa sulit memahami matematika secara

mendalam. Siswa menginginkan LKS yang disertai gambar-gambar menarik

sebagai pendukung agar lebih termotivasi dalam memahami matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Elly Nurhayati Purba, S.Pd.

salah satu pendidik mata pelajaran matematika kelas VII SMP Swasta Nurul
6

Hasanah, Ibu Elly mengatakan bahwa bahan belajar yang digunakan selama ini

yaitu buku paket dan LKS. Pendidik belum pernah mengembangkan Lembar

Kerja Siswa (LKS) sendiri, masih menggunakan dari penerbit. Lembar Kerja

Siswa (LKS) yang digunakan hanya berisi materi, contoh soal, dan soal-soal yang

monoton dan tidak sesuai kebutuhan siswa artinya dalam Lembar Kerja Siswa

(LKS) tidak memuat aktifitas belajar yang melibatkan peserta didik secara

langsung, tidak membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang

dipelajari. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan belum memfasilitasi

peserta didik untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Pembelajaran dengan

menggunakan bahan ajar tersebut belum memperoleh hasil yang memuaskan dan

belum memperoleh hasil yang memuaskan dan belum membuat peserta didik aktif

dalam proses pembelajaran matematika.

Pengembangan LKS tersebut harus memuat kegiatan yang bisa

mengkontruksikan pengetahuan siswa dan juga dikaitkan dengan pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Salah satu model yang dapat memenuhi tuntutan

tersebut adalah POE (Predict, Observe, Explain). Model POE (Predict, Observe,

Explain) dilandasi oleh teori pembelajaran kontruktivisme yang beranggapan

bahwa melalui kegiatan prediksi, observasi dan menerangkan suatu hasil

pengamatan maka struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.

Model POE (Predict-Observe-Explain) memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengkontruksi pengetahuan sendiri, melakukan pengetahuan

terhadap fenomena yang terjadi, mengkomunikasikan pemikiran dan hasil

diskusinya, serta melatih peserta didik berkembang baik secara kognitif, efektif
7

dan psikomotor.14 Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE (Predict-Observe-

Explain) menjadi salah satu alternative media pembelajaran yang dapat melatih

penalaran dan pemahaman konsep peserta didik.15

Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE (Predict-Observe-

Explain) dapat menerapkan sistem pembelajaran aktif bagi pendidik karena

dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE (Predict-Observe-

Explain) peserta didik dibimbing untuk memprediksi terlebih dahulu, selanjutnya

melakukan observasi dan akhirnya peserta didik akan menjelaskan benar atau

salah prediksi awal yang mereka ambil atau buat.

Selama ini beberapa sekolah membeli Lembar Kerja Siswa LKS dari

penerbit yang diperjual belikan dan cenderung tidak menarik dan tidak inovatif

sehingga tidak mampu mendorong peserta didik untuk tertarik mempelajarinya.

Sehingga pendidik diharapkan berpikir kreatif untuk mengkreasikan Lembar Kerja

Siswa (LKS) siswa yang cocok dan menarik bagi peserta didik. Penggunaaan

Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat meminimalkan peran pendidik,

mengaktifkan peserta didik, mempermudah peserta didik untuk memahami materi

yang diberikan, dan menghemat waktu dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan sesuatu masukan yang

bermanfaat dalam perangkat pembelajaran yaitu Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

yang dapat digunakan siswa untuk pemahaman siswa dan pengayaan materi. Hal
14
Herni Budiati, Sugiyarto, dan Sarwanto, “Pengaruh Model POE Menggunakan
Eksperimen Sederhana dan Eksperimen Terkontrol Ditinjau Dari Keterampilan Metakognitif dan
Gaya Belajar Terhadap Keterampilan Proses Sains”, Jurnal Matematika, Vol. 9, no. 1 (2012), h.
150.
15
Syarifatul Falah, Hartono, Ian Yulianti, Pengembangan LKS Listrik Dinamis Berbasis
POE (Predict, Observe ,explain) Untuk Meningkatkan Penalaran dan Pemahaman konsep Siswa.
(Jurnal UPEJUNS: Semarang, Vol. 6,No. 2 (2016), h. 96-192.
8

inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Model POE (Predict, Observe,

Explain) Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas VII SMP Swasta Nurul

Hasanah Tahun Pelajaeran 2019/2020”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasikan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika

baik konsep matematika maupun perhitungan, sehingga hasil belajar

peserta didik rendah, masih banyak siswa dengan hasil belajar di bawah

KKM.

2. Belum adanya inovasi pengembangan bahan ajar dalam bentuk Lembar

Kerja Siswa (LKS), sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara

optimal, karena Lemabra Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam

proses pembelajaran belum disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik

3. Pendidik belum mengembangkan sendiri bahan ajar berupa LKS.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti membatasi penelitian

sebagai berikut:

Ruang lingkup yang akan diteliti hanya pengembangan Lembar Kerja Siswa

(LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) pada materi aritmatika sosial
9

sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Pengujian yang akan dilakukan

berupa pengujian keefektifan produk yang dikembangkan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah dari peneliti ini, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE

(Predic, Observe, Explain) pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah ?

2. Bagaimanakah kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE

(Predict,Observe,Explain) pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah ?

3. Bagaimana keefektifan produk Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE

(Predict,Observe,Explain) pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai:

1. Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa

(LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) pada materi aritmatika

sosial di kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah.


10

2. Untuk mengetahui kelayakan Lembar Kerja Siswa (LKS) model POE

(Predict,Observe,Explain) pada materi aritmatika sosial di kelas VII SMP

Swasta Nurul Hasanah.

3. Untuk mengetahui bagaimana keefektifan produk Lembar Kerja Siswa

(LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) pada materi aritmatika

sosial di kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah.

F. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang

dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Diantara manfaat yang diharapkan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendidik, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang merupakan produk

penelitian ini dapat dijadikan sebagai instrument untuk membantuk

kegiatan pembelajaran peserta didik. Membantu pendidik dalam membuat

proses belajar mengajar menjadi lebih aktif dan efesien, dengan

menggunakan LKS model POE (Predict, Observe, Explain) dibuat sesuai

dengan kebutuhan siswa.

2. Bagi peserta didik, sebagai sumber belajar bagi peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran dan agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam

pembelajaran matematika khususnya pada materi aritmatika sosial.

3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam

menyusun bahan ajar dalam pembelajaran.


11

4. Bagi sekolah, khususnya SMP Swasta Nurul Hasanah dapat menambah

ketersediaan sumber belajar pada mata pelajaran matematika. Sekolah

dapat menggunakan perangkat pembelajaran yang inovatif berupa Lembar

Kerja Siswa (LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) dalam rangka

perbaikan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di

sekolah.

G. Spesifikasi Produk

Produk bahan ajar yang dikembangkan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS),

dengan spesifikasi produk sebagai berikut:

1. LKS ini berbentuk media cetak berupa buku dengan ukuran A4.

2. LKS dirancang agar dapat menarik dan memudahkan peserta didik dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi interaksi makhluk hidup

dan lingkungannya. Seperti dengan dilengkapi gambar penunjang, tabel

dan bahasa yang mudah dipahami pesrta didik.

3. Komponen LKS yang akan dikembangkan meliputi tiga bagian yaitu cover

(depan dan belakang), pendahuluan dan bagian isi.

4. Cover depan terdapat judul materi dan spesifikasi produk LKS, jenjang

kelas dan nama anggota kelompok . Pada cover belakang berisi info ilmu

matematika bagi siswa.

5. Pendahuluan berisi redaksi, kata pengantar daftar isi, kompetensi inti,

kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan LKS


12

6. Bagian isi terdapat, informasi materi, langkah kerja, pertanyaan, kolom

kesimpulan, kolom kritik saran dan uji kompetensi.

H. Defenisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan serta memberikan

gambaran yang konkrit mengenai arti yang terkandung dalam judul di atas, maka

dengan ini diberikan definisi operasional yang akan menjadikan landasan

pokok dalam penelitian ini. Definisi operasional dalam penelitian ini diantaranya:

1. Pengembangan adalah aplikasi sistematis dari pengetahuan atau

pemahaman, diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat

dan sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan

prioritas serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu bahan ajar cetak yang

berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik

bersifat teoristis, atau praktis, yang dikemas sedemikian rupa agar siswa

dapat mempelajari mater tersebut secara mandiri.

3. Model POE yaitu model pembelajaran dimana siswa melaksanakan

tiga tugas utama, yaitu memprediksi, mengamati dan memberikan

penjelasan.

4. Aritmetika sosial adalah ilmu matematika yang mempelajari tentang

matematika pada kehidupan sosial, seperti menghitung harga pembelian,


13

harga penjualan, untung, rugi, bruto, tara, netto dan diskon (rabat).
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Trianto Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

Lembar kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek

kognitif maupun panduan untuk semua aspek pembelajaran dalam bentuk

panduan eksperimen atau demonstrasi.16

Depdiknas menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat

sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk

memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai

indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Lembar Kerja Siswa

(LKS) adalah lembaran-lembaran berisi pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal

yang harus dikerjakan oleh siswa, yang di dalamnya disertai petunjuk dan

langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori maupu

npraktik.17

16
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara: 2013), h. 111.
17
Depdiknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 13..
15

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang

berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk

mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat

tumbuhnya minat siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Lembar Kerja

Siswa merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, LKS

merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung

pelaksanaan rencana pembelajaran. Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas

yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab oleh siswa). LKS sangat bagus dipakai untuk meningkatkan keterlibatan

siswa dalam belajar dan membimbing siswa dalam mempelajari konsep materi

pembelajran.18

Berdasarkan definisi dari beberapa pendapat tersebut, peneliti

menyimpulkan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak

yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk

pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat

teoristis, atau praktis, yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat

mempelajari materi tersebut secara mandiri. Melalui LKS ini akan memudahkan

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta

akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses

pembelajaran..

2. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)

18
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h.74.
16

Berdasarkan pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) di atas, LKS memiliki

fungsi sebagai berikut:

1) LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik

namun lebih mengaktifkan siswa.

2) LKS sebagai bahan ajar mempermudah siswa memahami materi

yang diberikan.

3) LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.19

LKS memiliki beberapa fungsi menurut Suyanto, Paidi, dan Wilujeng,

diantaranya sebagai berikut:

1) Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar mengajar,

seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur

kerja.

2) Sebagai lembar kerja pengamatan, dimana LKS menyediakan dan

memandu siswa menulis data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang

memungkinkan siswa mencatat data hasil peng ukuran atau

pengamatan.

3) Sebagai lembaga diskusi, dimana LKS berisi sejumlah pertanyaan

yang menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka

konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan

memaknakan data.

19
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis
(Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2014) Cetke-1, h. 270.
17

4) Sebagai lembar penemuan, dimana siswa mengekspresikan temuannya

berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

5) Sebagai wahana untuk melatih siswa untuk berfikir lebih kritis dalam

kegiatan belajar mengajar.

6) Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang

dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta

menarik perhatian siswa.20

3. Tujuan Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa berinteraksi dengan

materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa

terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian siswa

4) Memudahkanpendidikdalam.21

20
Suyanto, Paidi, dan Insih Wilujeng, Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembekalan Guru
Daerah Terluar, dan Tertinggal (Yogyakarta.2013),h.3-4.
21
Andi Prastowo,Op.Cit., h. 272.
18

4. Langkah-Langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Keberadaan LKS yang inovatif dan kreatif menjdi harapan semua siswa.

karena, LKS yang inovatif dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan. Siswa akan lebih terkesan untuk membuka lembar

demi lembar halamannya. Selain itu, mereka akan mengalami kecanduan belajar.

Ada pun langkah-langkah menyusun LKS sebagai berikut:

a. Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.

Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi pokok dan pengalaman

belajar manakah yang membutuhkan bahan ajar berbentuk LKS. Pada umumnya

dalam menentukan materi langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat

materi pokok dan pengalaman belajar serta pokok bahasan yang diajarkan.

Kemudian, kita harus mencermati kompetensi antar mata pelajaran yang hendak

di capai siswa.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat dibutuhkan untuk mengetahui materi apa saja

yang harus dituis dalam LKS. Peta ini juga bisa untuk melihat sekuensi atau

urutan materi LKS.

c. Menentukan Judul LKS

Perlu diketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar tema sentral dan

pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar.


19

d. Penulisan LKS

Untuk menulis LKS, Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan sebagai

berikut:

a) Merumuskan Indikator

Untuk merumuskan indikator dapat dilakukan dengan pengalaman belajar

antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah disepakati.

b) Menentukan Alat Penelitian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa.

c) Penyusunan Materi

Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapainya.

Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti: buku, majalah, dan jurnal hasil

penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat maka dapat saja

dalam LKS kita tunjukan referensi yang digunakan agar siswa membacanya lebih

jauh tentang materi tersebut.22

5. Kelebihan Lembar Kerja Siswa (LKS)

22
Ibid., h. 274-276.
20

Menurut Pondoyo, kelebihan dari penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)

adaalah:

1) Meningkatkan aktifitas belajar siswa.

2) mendorong siswa mampu bekerja sendiri.

3) membibing siswa secara baik kearah pengembangan konsep. 23

B. Model POE (Predic,Observe, Explain)

1. Pengertian Model POE (Predict, Observe, Explain)

POE ini sering disebut suatu model pembelajaran dimana guru menggali

pemahaman peserta didik dengan meminta siswa melaksanakan tiga tugas utama,

yaitu memprediksi, mengamati dan memberikan penjelasan. Menurut Whitedan

Gusnstone model pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) merupakan

suatu model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep

ilmu pengetahuan.24

POE adalah model yang banyak dikembangkan dalam pendidikan sains,

model ini akan berhasil dengan baik jika para siswa diberi kesempatan untuk

mengamati demonstrasi baik yang dilakukan oleh guru atau oleh temannya sendiri

yang ditunjuk oleh guru.25 Model POE memberikan manfaat antara lain:

digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh siswa,


23
Hamdani, Op.Cit., h. 80.
24
Vida Indriana, Nurdin Arsyad, Usman Mulbar, Penerapan Pendekatan Pembelajaran
POE untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif, (Jurnal Daya Matematis Vol.3No.1
Maret 2015) Universitas Negri Makassar, h. 54.
2525
Warsono, Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen, (Surabaya: Remaja
Rosda Karya, 2013), h. 93-95.
21

membangkitkan diskusi antar siswa maupun siswa dengan guru, dan

membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan.

2. Tahapan Model POE (Predict, Observe, Explain)

Ada tiga langkah utama model POE yaitu Predict, Observe, Explain.

Tahap predict adalah tahap dimana siswa membuat prediksi mengenai

sesuatu yang sedang dihadapinya. Prediksi bermula dari pengetahuan awal yang

mereka miliki dan didukung oleh sumber-sumber lain yang sesuai dengan

kebutuhan. Tahap observe yaitu tahap dimana siswa mengamati dan

menuliskan sesuatu yang menjadi objek pengamatan berdasarkan prediksi

yang dimilikinya. Tahap explanation yaitu tahap kegiatan siswa untuk

menjelaskan hasil pengamatannya dan membahas hubungan yang terjadi antara

prediksi dan observasi.26

Adapun Langkah-langkah Model POE (Predict, Observe, Explain) sebagai


berikut :

1) Meramalkan (Predict)

Siswa meramalkan, membuat dugaan (prediksi) dari pengalaman siswa

sendiri atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait pada

suatu permasalahan yang diberikan. Dalam membuat dugaan siswa diminta

untuk berfikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan tersebut.

2) Mengamati (Observe)

Siswa mengamati apa yang terjadi, apakah dugaan yang mereka buat
26
Tina Sri Sumartini, “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Melalui Model Pembelajaran Predict Observe Explanation”. (JES Of Mathematics ,
September 2017) Vol.3 No. 2, h. 170.
22

benar atau salah.

3) Menjelaskan (Explain)

Siswa memberi penjelasan terhadap hasil pengamatan, membandingkan

hasil pengamatan dengan hipotesis sebelumnya, mengapa dugaan benar atau

salah. Sehingga diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang dibahas.

Pada tahap predict, siswa memberikan hipotesis berdasarkan

permasalahan yang diambil dari pengalaman siswa atau buku panduan yang

memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas. Tahap observe

(observasi) siswa mengobservasi dengan melakukan eksperimen atau

demonstrasi berdarkan permasalahan yang dikaji dan mencatat hasil

pengamatan untuk merefleksikan satu sama lain. Tahap exsplain, menjelaskan

mengenai hasil dugaan dengan hasil observasi.27

C. Materi Aritmatika Sosial

Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi aritmetika sosial.

Aritmetika sosial merupakan salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa

kelas VII SMP/Mts. Aritmetika sosial adalah ilmu matematika yang mempelajari

tentang matematika pada kehidupan sosial, seperti menghitung harga pembelian,

harga penjualan, untung, rugi, bruto, tara, netto dan diskon (rabat).

1. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung dan Rugi

a. Harga Pembelian

Harga pembelian adalah harga barang dari produsen

27
Ibid., h. 93.
23

b. Harga Penjualan

Harga penjualan adalah harga barang yang ditetapkan penjual kepada

pembeli.

Contoh:

Seorang pedagang beras membeli beras 40 kg, dengan harga Rp 6.500,00

per kg. kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp 8.200,00 per kg. Pada

kegiatan jual beli tersebut dapat diketahui bahwa harga pembelian Rp 6.500,00

per kg dan harga penjualannya Rp 8.200,00 per kg.

c. Untung (Laba)

Dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi daripada harga

pembelian.
Keuntung = Harga Penjualan – Harga Pembelian

Contoh:

seorang pedagang beras membeli beras 40 kg, dengan harga Rp 6500,00 per kg.

Kemudian beras tersebut dijual dengan harga Rp 8200 per kg. Untung atau

rugikah pedagang tersebut? Berapakah keuntungan atau kerugian yang diperoleh

pedagang?

Jawab:

Harga pembelian = 40 kg × Rp 6.500,00

= Rp 260.000,00

Harga penjualan = 40 kg × Rp 8.200,00

= Rp 328.000,00

Karena harga penjualan lebih tinggi daripada harga pembelian, maka


24

pedagang tersebut memperoleh keuntungan.

Keuntungan = Harga Penjualan – Harga Pembelian

= Rp 328.000,00 - Rp 260.000,00

= Rp 68.000,00

Jadi keuntungan yang didapatkan sebesar Rp 68.000,00

d. Rugi

Dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi daripada harga penjualan.

Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan

Contoh:

Amir membeli radio dengan harga Rp 335.00,00. Karena ada kebutuhan

mendadak Amir menjual radionya seharga Rp 158.000,00. Berapa besar kerugian

yang dialami Amir?

Jawab:

Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan

= Rp 335.00,00 - Rp 158.000,00

= Rp 177.00,00

Jadi kerugian yang dialami Amir adalah Rp 177.00,00

2. Presentase Laba dan Rugi

a. Presentase Untung

Presentase Untung =
25

b. Presentase rugi

Presentase Rugi =

Contoh:

Seorang pedagang beras membeli beras 1 kuintal, dengan harga Rp 6.500,00 per

kg. Pedagang itu menjual beras tersebut dan memperoleh uang sebanyak Rp

820.000,00. Tentukan persentase untung atau rugi pedagang tersebut!

Jawab:

Harga pembelian = 100 × Rp 6.500,00

= Rp 650.000,00

Harga penjualan = Rp 820.000,00

Harga penjualan lebih tinggi daripada harga pembelian, maka pedagang

tersebut mengalami keuntungan

Untung = Rp 820.000,00 – Rp 650.000,00

= Rp 230.000,00

Persentase keuntungan pedagang adalah =

= 37,09%

3. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Netto

Rabat/diskon adalah potongan harga penjualan. Untuk menentukan

Harga Bersih = Harga Kotor - Diskon


26

harga suatu barang setelah memperoleh diskon, dapat menggunakan

rumus berikut.

Contoh:

Ibu membeli baju di toko Isabela seharga Rp 85.000,00. Toko tersebut

memberikan diskon sebesar 20%. Berapakah total pembelian yang harus dibayar

Ibu setelah mendapatkan diskon?

Jawab:

Harga pembelian = Rp 85.000,00

Diskon 20 % = × Rp 85.000,00

= Rp 17.000,00

Total pembelian yang harus dibayar Ibu = Rp 85.000,00 – Rp 17.000,00

= Rp 68.000,00

Jadi total pembelian yang harus dibayar ibu sebesar Rp 68.000,00

b. Bruto (berat kotor)

Bruto (berat kotor) adalah berat barang disertai dengan berat pembungkusnya.

Bruto = Netto + Tara

c. Tara (potongan)

Tara (potongan) adalah berat pembungkus atau kemasan barang.


27

Tara = Bruto - Netto

Jika persen tara dan bruto diketahui, tara dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Tara = Persen Tara × Bruto

d. Netto (berat bersih)

Netto (berat bersih) adalah berat barang tanpa disertai pembungkus

atau kemasan suatu barang.

Netto = Bruto - Tara

Contoh:

seorang pedagang membeli beras 20 karung. Disetiap karung beras tertulis netto

25 kg. Sesampainya di rumah, pedagang tersebut menimbang kembali berasnya,

ternyata berat seluruhnya 510 kg. Berapakah tara setiap karung?

Jawab:

Bruto = 510 kg

Netto = 20 × 25

= 500

Tara = bruto – netto

= 510 kg – 500 kg

= 10 kg

Tara setiap karung = = 0,5 kg

Jadi tara setiap karung adalah 0,5 kg.


28

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir merupakan suatu kesimpulan antara variabel

yang dirumuskan dari beberapa teori yang telah didesktipsikan. Berdasarkan

teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis dan

dideskripsikan secara sistematis, sehingga menghasilkan kesimpulan tentang

hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.28

Lembar Kerja Siswa (LKS) modal POE (Predict, Observe, Explain)

merupakan bahan ajar yang berupa pertanyaan-pertanyaan dan soal-soal

yang berisi petunjuk dan langkah-langkah yang akan dikerjakan siswa. Setelah

LKS tersebut selesai dikembangkan selanjutnya uji validasi untuk melihat

kelayakan LKS tersebut. Selanjutnya di uji cobakan yaitu uji coba lapangan

dan uji coba skala kecil, apabila dalam uji coba tersebut mengatakan LKS

layak digunakan, maka dapat dikatakan bahwa LKS telah selesai sehingga

menghasilkan produk akhir yang berupa LKS berbasis POE (Predict,

Observe, Explain) pada mata pelajaran matematika materi aritmatika sosial.

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2016), h. 92.
F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pengembangan ini bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian

yaitu keefektivitasan produk, dalam hal ini keefektivitasan LKS pada materi

aritmatika sosial model POE. Hipotesis penelitian ini terdapat perbedaan kelas

eksperimen dengan kelas kontrol, dimana nilai eksperimen lebih besar dari kelas

kontrol.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan

(research and development). Research and Development adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut.29 Research and Development merupakan suatu

proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggung

jawabkan.30 Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang

bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut agar

dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji

keefektifan produk tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mempunyai

tujuan untuk menghasilkan inovasi produk bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa

(LKS) model POE (Predict, Observe, Explain) pada pembelajaran matematika

materi aritmatika sosial untuk menggali pemahaman peserta didik.

29
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2016), h .407.
30
Komala Sari, dan M Syazali, “Pengembangan Media Pembelajaran (Modul)
Berbantuan Geogebra Pokok Bahasan Turunan, “ Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.7
, No.2 , (2016), h.135-51.
B. Subjek Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilakukan di SMP Swasta Nurul Hasanah

Tembung.Subyek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII 2 di SMP Swasta

Nurul Hasanah Tembung. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan sampel

penelitian untuk memperoleh data mengenai kemenarikan, kemudahan,

kemanfaatan, dan keefektifan dari produk LKS matematika pada materi

aritmatika yang akan dikembangkan, yaitu kelas VII 2 sebanyak 31 siswa.

Sekolah tersebut dipilih karena didasarkan pada hasil observasi pada tahap

analisis kebutuhan. Dari analisis kebutuhan diperoleh hasil bahwa sekolah

tersebut belum menggunakan LKS model POE. Pada penelitian ini diberlakukan

uji coba untuk desain dan materi.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dan pengembangan LKS pembelajaran fisika ini akan

dilaksanakan berdasarkan model pengembangan media instruksional yang

diadaptasi dari. Tahapan model ini meliputi:

1) Analisis Kebutuhan

2) Pengumpulan data

3) Desain Produk

4) Validasi desain

5) Uji CobaProduk
6) Revisi Produk

7) Uji Coba Produk

8) Revisi Desain

9) Revisi Produk

31
10) Produksi Masal

Sesuai dengan model pengembangan oleh sugiyono, maka ada beberapa

langkah-langkah yang diambil sebagai arah pengembangan dari produk yang akan

dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Potensi dan Masalah

2) Pengumpulan Data

3) Desain Produk

4) Validasi Desain (Validasi Ahli Materi, Uji satu lawan Satu, Validasi

Desain)

5) Revisi Desain

6) Uji coba poduk

7) Revisi Produk

Berdasarkan hal di atas, maka dapat diuraikan langkah-langkah penelitian

31
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D)” (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 409.
dan pengembangan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah sesuatu yang digunakan apabila dipergunakan sebagaimana

mestinya memiliki nilai tambah. Kemudian masalah adalah penyimpangan antara

keadaan nyata dengan yang diharapkan. Tahapan ini penelitian dilakukan untuk

mendapatkan informasi terkait bahan ajar yang ada disekolah. Potensi yang ada

disekolah tempat peneliti melakukan penelitian pendahuluan yaitu semua guru

mempunyai dan menggunakan buku dan untuk siswa hampir keseluruhan

memiliki buku. Sedangkan untuk bahan ajar seperti LKS masih belum

keseluruhan menggunakan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan

informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan

sekolah pada umumnya.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah mengetahui potensi dan masalah yang ada pada tempat penelitian.

Kemudian pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara terhadap guru

dan siswa untuk mengatahui informasi mengenai masalah dalam proses

pembelajaran di kelas.

3. Desain Produk

Desai produk merupakan hasil ahir dari serangkaian penelitian pendahuluan

yang berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain ini

bersifat hipotetik. Hipotetik maksudnya efektivitasnya belum terbukti, dan akan

dapat diketahui apabila telah melalui serangkaian pengujian-pengujian.


4. Validasi Desain

Validasi dilakukan untuk menilai apakah rancangan produk baru lebih

efektif dari yang lama. Pada tahap ini menghadirkan beberapa pakar atau ahli

yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Validasi

dilakukanuntuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk yang akan

dikembangkan validasi ini terdiri dari uji ahli desain (kesesuaian desain spesifikasi

yang direncanakan) dan uji ahli materi. Instrumen yang dipakai dalam validasi

desain ini yaitu menggunakan angket. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk

menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk.

Setelah produk divalidasi oleh para ahli desain dan materi kemudian

dilakukan uji satu lawan satu untuk mengetahui respon siswa terhadap produk

yang dikembangkan, yaitu untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan,

penggunaan dan kemanfaatan LKS dengan menggunakan instrumen kemenarikan,

kemudahan, dan kemanfaatan.

5. Revisi Desain

Setelah dilakukan validasi ahli desain, ahli materi dan uji satu lawan satu,

kemudian telah diketahui kelemahannya. Selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai

saran dan masukan yang diberikan para ahli.

6. Uji Coba Produk

Setelah melalui uji ahli dan uji kelompok kecil kemudian diujicobakan pada

tahap uji coba produk kepada siswa kelas VII SMP Swasta Nurul Hasanah, yang
terdiri dari satu kelompok/kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu yang

menggunakan LKS berbasis POE, satu kelas kontrol menggunakan LKS dari

penerbit dengan metode konvensional. Eksperimen pada tahap ini menggunakan

metode eksperimen Pretest-Postest Control Grup Desain yang dapat digambarkan

pada Tabel 3.1. Berikut adalah metode eksperimen Pretest-Postest Control Grup

Desain

R O1 X1 O2
R O3 X2 O4

Tabel 3.1. Metode Eksperimen Pretest - Postest Control Group Design

Keterangan;

R = 2 kelompok yang terpilih secara random,

X1 = Treatmen kelas eksperimen,

X2 = Treatmen kelas kontrol,

O1 = Nilai awal kelas eksperimen,

O3 = Nilai awal kelas control,

O2 = Hasil belajar kelas eksperimen,

O4 = Hasil belajar kelas kontrol32

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui instrument

32
Ibid., h. 416.
angket dan tes. Sedangkan instrument angket digunakan untuk analisis kebutuhan

siswa, mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian

desain dan materi pada produk yang telah dikembangkan. Instrumen angket juga

digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahandan

kemanfaatan LKS. Kemudian, instrument tes untuk menguji keefektifan LKS.

7. Revisi Produk

Setelah melakukan uji coba produk maka diketahui bagaimana

efektifitas produk yang diujicobakan, selanjutnya produk perlu direvisi kembali

untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada. Revisi ini dilakukan

untuk menyempurnakan kembali produk yang telah dikembangkan sesuai dengan

kondisi nyata di lapangan.

D. Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Desain atau rancangan uji coba produk ini terdiri dari uji satu lawan satu dan

uji kelompok terbatas. Uji satu lawan satu dilakukan sebelum uji coba produk

bertujuan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan

kemanfaatan produk sekaligus untuk mengetahui kelemahan produk sebelum

direvisi dan diujicobakan. Uji kelompok terbatas diberikan pada 1 kelas

eksperimen saat uji coba produk yaitu siswa VII SMP Swasta Nurul Hasanah

yang dipilih secara random sebagai subjek penelitian untuk mengetahui tingkat

kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan LKS berbasis POE

materi pemantulan dan pembiasan cahaya dan tanggapan terhadap LKS tersebut.

2. Subjek Uji Coba


Penelitian dan pengembangan ini akan dilakukan pada semester genap tahun

ajaran 2019/2020 di VII SMP Swasta Nurul Hasanah. Peneliti memilih sekolah

tersebut didasarkan pada hasil observasi pada tahap analisis kebutuhan.

Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa guru dan sisiwa

membutuhkan LKS dengan pembelajaran berbasis POE yang dapat digunakan

untuk mempermudah siswa nmemahami konsep optik. Obyek penelitian ini adalah

LKS materi pemantulan dan pembiasan cahaya dengan model pembelajaran POE

dan subjek penelitian adalah para ahli penguji kevalidan LKS ini terdiri dari ahli

materi dan ahli desain dan siswa VII SMP Swasta Nurul Hasanah

3. Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menjawab tujuan

penelitian yaitu keefektifitasan produk dalam hal ini keefektifitasan LKS materi

pemantulan dan pembiasan cahaya dengan pembelajaran berbasis POE, yaitu:

1) H1:µ 1 = µ 2 (tidak ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas

kontrol)

2) H0:µ 1 > µ 2 (ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas

kontrol)

4. Jenis Data

Berdasarkan sifatnya, jenis data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi

dua, yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh pada

data tingkat kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta dihimpun
dari hasil penelitian, masukan, tanggapan, kritik, dan saran melalui angket

pertanyaan terbuka dan hasil observasi.

5. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Penelitian pengembangan ini dikumpulkan

menggunakan instrumen berupa angket, dan tes. Angket merupakan sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Penulis lebih

banyak menggunakan angket tertutup untuk memudahkan dalam menganalisis

data dari pada angket yang jawaban pertanyaan dibebaskan kepada responden.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode angket (kuesioner) dan metode tes khusus.

1) Metode Angket (Kuesioner)

Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan

seperangkat pernytaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data pada

penelitian pendahuluan diperoleh dengan menggunakan instrumen angket yang

digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam menggunakan media

pembelajaran berupa LKS pada materi pemantulan dan pembiasan cahaya. Angket

ini diberikan kepada 31 siswa yang mewakili kelas VII SMP Swasta Nurul

Hasanah untuk mengetahui kebutuhan siswa terhadap media pembelajaran

matematika, khususnya LKS. Selain itu, angket ini juga diberikan kepada guru

untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengajarkan matematika.


Angket uji validasi ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan produk

(yang terdiri dari kesesuaian isi materi dengan Kompetensi Inti- Kompetensi

Dasar), konstruksi (yang terdiri dari konstruksi sesuai format LKS yang ideal),

dan yang terakhir untuk menguji terhadap aspek keterbacaan LKS yang

dikembangkan. pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan LKS

menggunakan model POE yang dikembangkan, kemudian meminta validator

untuk mengisi angket tersebut. Angket respons siswa (pengguna) digunakan untuk

mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang

dikembangkan. Angket respon siswa ini menggunakan skala likert dengan empat

skala penilaian yaitu:

SS (sangat setuju),

S (setuju),

TS (tidak setuju),

STS (sangat tidak setuju).

Langkah-langkah pengolahan data angket respon siswa yaitu: menghitung

frekuensi responden yang memilih SS, S, TS, dan STS pada setiap item

pernyataan positif, kemudian menghitung skor total tiap-tiap item dan menghitung

persentase perolehan skor total per item.33

F. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa

digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan

program pengembangan. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada


33
produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji ahli atau

validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran.

Data tanggapan siswa terhadap penerapan produk LKS diperoleh melalui uji

lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangakan data hasil belajar yang

diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan

tingkat efektivitasan produk sebagai bahan pembelajaran.

a. Analisis data uji ahli

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli (materi dan desain) yang

diperoleh. Sedangkan sebagi dasar pengambilan keputusan untuk merevisi produk

yang dihasilkan digunakan kriteria penilaian yang di adaptasi dari buku Dasar-

Dasar Evaluasi Pendidikan.

b. Analisis Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan LKS.

Sebaran angket untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan dan

kemanfaatan produk dengan menggunakan skala Linkert. Skala Linkert digunakan

untuk mengukur sekelompok orang tentang suatu fenomena34

c. Analisis Uji Keefektifitasan LKS

Uji keefektifitasan LKS pada tahap Uji Coba Produk (Pretest-Postest

Control Group Design) dianalisis menggunakan minitab t-test berpasangan

(related) atau two-sample T-test. Tingkat keefektifitas produk berdasarkan rata-

rata nilai gain termomalisasi.


34
Ibid., h. 135.
d. Analisis tanggapan peserta didik terhadap penerapan LKS.

Data tanggapan peserta didik terhadap penerapan LKS materi pemantulan

dan pembiasan cahaya dengan pembelajaran berbasis POE dianalisis

menggunakan skala Linkert untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa

tentang penerapan LKS pada penelitian ini.


Instrument pretest dan posttest diuji kualitasnya menggunakan uji yaitu:

1. Uji Validitas

Perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti dilakukan uji coba. Sebelum

diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk mengukur validitas dari

perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur tes,

atau sejauh mana tes sebagai alat pengukur keterampilan berpikir kreatif siswa,

isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau

bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi dari suatu tes dapat

diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes

dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk masing-masing

pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan pembelajaran sudah

terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena

itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran fisika

yang berpengalaman dalam pembuatan butir soal.

2. Uji Reliabilitas

Untuk menguji reliabilitas alat ukur angket dalam penelitian ini digunakan

rumus Alpha, karena mengingat skor setiap itemnya adalah bukan skor 0 (nol),

melainkan rentang antara beberapa nilai yaitu 1-5. Rumus Alpha digunakan untuk

mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau

soal bentuk uraian.35

35
Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, (Edisi Revisi), (Jakarta:
Rineka Cipta), h. 239
3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Sampel diuji untuk mengetahui apakah sampel penelitian merupakan data

berdistribusi normal atau tidak, menggunakan software SPSS dengan uji statistik.

Kolmogrov-Smirnov dengan cara menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya yaitu:

H0 : data terdistribusi tidak normal

H1 : data terdistribusi normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05maka distribusinya

adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka distribusinya

adalah normal.

b. Uji Homogenitas

Sampel diuji untuk mengetahui apakah data dalam variabel kelompok

eksperimen (POE) dan variabel kelompok kontrol (konvensional) bersifat

homogen atau tidak pada populasi yang sama menggunakan softwere SPPS

melalui uji Levene’s test.dengan merumuskan hipotesis pengujian data sebagai


berikut:

H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama atau

homogen,

H1 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama atau

tidak homogenitas.

Kehomogenan dipenuhi jika hasil nilai signifikansi yang digunakan pada

uji Levene’s test menggunakan taraf signifikansi 5 % (α = 0,05) dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima

2) Jika nilai signifikansi 0,05, maka H0 ditolak.

c. Uji Hipotesis statistik

Setelah data diketahui terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam

penelitian menggunakan uji statistic parametrik tes yakni uji t untuk dua sampel

bebas (independent sample t test).Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua

sampel yang berbeda (bebas).Independent sample t test digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel

yang tidak berhubungan. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

H0 : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai kelas eksperimen dan

kelas kontrol.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Kriteria pengujian pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi

atau nilai probabilitas.

1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0,05 maka H0 diterima.

2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.36

36
Trihendradi, C, “Step by step Analisis Ststistik Data dengan SPSS 18”,
(Yogyakarta: ANDI , 2010), h. 134.

Anda mungkin juga menyukai