Anda di halaman 1dari 12

KURANGNYA MINAT BELAJAR ( PEMBAGIAN) MATEMATIKA

SISWA KELAS IV SDN 2 KAYANGAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Rusman Hadi S.Kep., Ners., M.Pd

Disusun oleh :

Isna Qorimah (10710620056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GUR SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP HAMZAR LOMBOK UTARA

TAHUN 2023/2024

i
ii
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan bangsa, oleh


karena itu pendidikan dipandang sebagai suatu hal mutlak yang harus dipenuhi dalam
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Oemar Hamalik menyatakan, “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat.”1

Pendidikan dalam arti luas mempunyai keterkaitan yang erat dengan setiap aspek
kehidupan manusia. Keterkaitan yang erat melalui berbagai proses tidak mungkin dapat
dilepaskan satu sama lain antara kehidupan umat manusia dengan warna pendidikannya.
Sehingga setiap dimensi kehidupan manusia adalah merupakan bahagian dari proses
pendidikan.2

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan peserta didik
untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah
kesempurnaanya.3.

Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia


(UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-
peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah
1
amalik, O, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara .2009 hal 3
2
Purbatua Manurung , media inteuksional, Medan estate: Badan Penerbit Fakultas Tarbiyah IAIN
Sumatera Utara, 2011 hal 1
3
Rosdiana A. Bakar, Dasar-Dasar Kependidikan. Medan: CV. Gema Ihsani, hal. 2015 hal 12.
1
Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 26 ayat 1disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar: 1)
kecerdasan, 2) pengetahuan, 3) kepribadian, 4) akhlak mulia, 5)keterampilan untuk hidup
mandiri, 6) mengikuti pendidikan lebih lanjut.4

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan


bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai
kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai
kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan siswa diarahkan dan didorong
kepencapaian tujuan yang dicita-citakan.

Sekolah seharusnya mampu menciptakan sekolah yang efektif untuk mengelola


sumber daya yang ada, sehingga sekolah dapat mewujudkan tujuan mutu lulusan yang
berkualitas. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan formal ditingkat dasar yang
digunakan sebagai tempat belajar yang diharapkan dapat membentuk generasi yang
beriman, bertaqwa, memiliki motivasi belajar yang tinggi, berinovasi, memahami seni
dan budaya, serta berwawasan kebangsaan. Hal ini juga terdapat dalam standar
kompetensi lulusan sekolah dasar yang bertujuan meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Guru sebagai ujung tombak dalam keberhasilan pembelajaran matematika


tentunya memiliki peranan penting dalam melaksanakan pembelajaran. Seorang guru
khususnya guru matematika sekolah dasar harus bisa memotivasi siswa yang kurang bisa
memecahkan permasalahan matematika.

Guru harus memiliki strategi yang pas dalam mengajar sehingga apa yang
disampaikan oleh seorang guru dapat dimengerti oleh siswanya. Dalam mengajarkan
matematika sebaiknya guru dapat membuat siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. Selain itu suasana belajar harus menyenangkan, sehingga siswa tidak

4
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 hal. 12

2
merasa jenuh dan terbebani dengan konsep Pembelajaran matematika yang bersifat
abstrak. Langkah yang harus digapai adalah bagaimana siswa nyaman dalam
pembelajaran, yang dalam hal ini siswa senang terlebih dahulu akan apa yang ia terima
atau pelajari. Banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah merubah konsep-konsep
matematika yang abstrak tersebut menjadi nyata (konkret), seperti dengan menggunakan
media konkret dalam pelaksanaan pembelajaran.

Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusunpemikiran


yang jelas, tepat, dan teliti. Matematika sebagai suatu objek abstraksangat sulit untuk
dapat dicerna anak-anak sekolah dasar (SD). Siswa SD belummampu untuk berpikir
formal maka dalam pembelajaran matematika sangatdiharapkan bagi para pendidik
mengaitkan proses belajar mengajar di SD denganbenda konkret.Pembelajaran
matematika SD adalah belajar tentang konsep-konsep yangterdapat dalam matematika,
hal ini sejalan dengan Bruner.5yang mengatakan bahwa belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep
dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasa yang dipelajari serta mencarihubungan-
hubungan anatar konsep tersebut.

Penggunaan media dalam pelaksanaan pembelajaran juga didukung dalam teori


pembelajaran matematika yaitu teori Bruner. Bruner melalui teorinya ini
mengungkapkan bahwq dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan
memanipulasi bendabenda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat
diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika6

Media pembelajaran merupakan sarana yang membantu para guru dalam proses
pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipilih dan dirancang
sedemikian rupa sehingga lebih menekankan pada aktivitas siswa. Mengingat pentingnya
peranan media dalam proses pembelajaran matematika, maka guru harus menjadikannya
5
Aisyah, Nyimas. Dkk, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.Jakarata: Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Hal. 6
6
Nyimas Aisyah, 2008: 1-6). (aisyah, N. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Depdiknas. 2008 hal 1-6)

3
satu kesatuan utuh yang artinya tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran di
sekolah dasar

Berdasarkan hasi observasi menunjukkan bahwa kurang minat dalam belaja &
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru & siswa kelas V yakni 1) Siswa
Menganggap Pelajaran Matematika SulitMatematika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang sangat berperan penting dalam perkembangan dunia. Pelajaran
matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang disukai dan dianggap rumit oleh
siswa. Pelajaran matematika kurang disukai dan dianggap rumit karena rendahnya
penguasaan dan kemampuan siswa dalam menguasai konsep dasar Matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa 70% persen siswa tidak menyukai pelajaran
matematika karena pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit, rumit, dan
banyak rumus yang dihapal serta pada materi perkalian dan pembagian. Kurangnya
Minat Siswa Minat adalah suatu rasa ketertarikan seseorang terhadap suatu hal tanpa ada
yang menyuruh. Minat sangat berpengaruh terhadap belajar, karena bila pelajaran tidak
sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

Beberapa metode dilakukan peneilti untuk mendapatkan informasi antara lain


wawancara, observasi , selama proses pembelajaran ditemukan kurang lebih 25 persen
siswa kurang tertarik dan terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran hanya berpusat
pada guru, Kurangnya keterlibatan siswa dalam belajar ini dilihat dari siswa hanya diam
dan menerima apa yang dijelaskan oleh guru dimana siswa tidak aktif bertanya atau
merespon selama proses pembelajaran. Ketika guru meminta siswa bertanya untuk
materi yang belum dipahami, tidak ada siswa yang mengangkat tangan mereka untuk
bertanya..

B. Cara Mengatasi

1. Guru menggunakan Media konkret (nyata)

Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara hiarfiah berarti
“tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara
4
atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach & Ely
media apabila dipahami secara garis besar adalahmanusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswamampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, danmenyusun kembali informasi visual atau herbal.

Heinich mengemukakan istilah media sebagai perantarayang mengantar informasi


antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto,radio, rekaman, audio, gambar
yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, bendadan sejenisnya adalah media. Apabila
media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-makssud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran.Acapkali kata media pembelajaran digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang

melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancardengan hasil yang


maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.Media
pembelajaran adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang
dapat berupa orang atau benda) kepada penerima informasi. Dalam suatu proses
belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima
pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru
kepada siswa. Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alatbantu/komponen pengajaran yang sengaja dibuat oleh
guru sebagai perantara dalam menyampaikan bahan pelajaran dalam proses belajar
mengajar dengan tujuan dapat meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. 7

Media konkret media konkret merupakan media yang membantu pengalaman


nyata peserta didik. Sehingga peserta didik dapat memperluas wawasan dan
pengalaman yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat

7
Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2014 hal 3
5
generalisasi yang tepat. Media konkret membawa kesegaran dan variasi bagi
pengalaman belajar siswa dan membuat hasil belajar.

Sedangkan media konkret yang saya gunakan yakni Kelereng , lidi & batu.Cara
penggunaan nya yakni misalnya 12 :4 , guru memerintahkan anak maju 1 orang untuk
mengambil 12 batu dan membagikan kepada 4 temannya setalah semua selesai guru
memerintahkan anak yang 4 orang tdi untuk menghitung berapa batu/kelereng yang ia
pegang maka hasilnya yakni 3.

2. Kekuatan media konkret


Berikut beberapa kekuatan media konkret:

a. Benda asli memberi pengalaman yang sangat berharga dan berharga


karenalangsung dalam dunia sebenarnya.

b. Benda asli memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan.

c. Pengalaman nyata dapat membentuk sikap mental dan emosional yang positif
terhadap hidup dan kehidupan.

d. Benda asli dan model dapat dikumpulkan dan dicari.

e. Benda asli dapat dikoleksi orang.

C. HASIL

Adapun keberhasilan tersebut dapat dilihat dari indikator minat belajar

Matematika, yaitu:

a. Rasa suka atau senang dalam belajar Matematika Seorang siswa yang memiliki
perasaan senang terhadap pembelajaran Matematika akan terus mempelajari ilmunya

6
dan tidak ada perasaan terpaksa. Pada penelitian Zubaidah menjelaskan bahwa
melalui media konkret, siswa mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan.

b. Ketertarikan siswa dalam belajar Matematika Siswa yang menaruh minat akan lebih
dulu tertarik terhadap Matematika. bahwa media konkret dapat berfungsi untuk
menarik minat siswa terhadap materi pembelajaran yang disajikan.

c. Perhatian siswa dalam belajar Matematika


Siswa yang mempunyai minat terhadap Matematika akan memberi perhatian penuh
dalam kegiatan pembelajaran. bahwa penggunaan media konkret bertujuan untuk
memberikan wujud nyata dalam materi pembelajaran dan meningkatkan minat
perhatian dan aktivitas siswa.

d. Keterlibatan siswa dan aktif dalam belajar Matematika Siswa yang mempunyai minat
terhadap Matematika akan melibatkan dirinya dan aktif dalam pembelajaran bahwa
media konkret memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.

e. Tekun dan disiplin dalam belajar Matematika


Siswa yang mempunyai minat terhadap Matematika akan disiplin dan mempunyai
waktu belajar. bahwa siswa yang mempunyai minat belajar memiliki kesadaran untuk
Rajin dalam belajar dan mengerjakan tugas MatematikaSiswa yang mempunyai minat
terhadap Matematika akan menjadi rajin dalam belajar dan mengerjakan tugas
Matematika. bahwa pada tahap konkret siswa dapat melihat, meraba, memindahkan,
atau mengumpulkan benda-benda sehingga dapat menyiapkan media dengan sangat
baik.

f. Kesadaran dan tanggung jawab terhadap pembelajaran Matematika Siswa yang


mempunyai minat terhadap Matematika akan sadar dan tanggung jawab dengan
tugasnya. bahwa, ciri siswa yang memiliki minat belajar salah satunya adalah selalu
memperhatikan dan berusaha mengingat segala sesuatu yang sudah dipelajari.

g. Keingintahuan terhadap pembelajaran Matematika


Siswa yang mempunyai minat terhadap Matematika akan berusaha belajar dengan
7
baol dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. bahwa dengan memanfaatkan media
konkret dalam proses pembelajaran siswa akan mengamati, menangani,
memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya membuat siswa memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi.

D. KESIMPULAN

Simpulan yang lebih rinci terkait pelaksanaan pembelajaran matematika


pembagian dengan menggunakan media konkret di kelas IV SDN 2 Kayangan dusun
kayangan desa kayangan kecamatan kayangan: berdasarkan datayang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa secara umum media konkret dapat meningkatkan minat belajar siswa

8
dengan menggunakan media konkret berupa Kelereng, lidi & batu siswa lebih berantusias
dan bersemangat dalam belajar karena ia rasa yang dulunya sulit menakutkan sekarang
dengan cara penerapan media sambil bermain dapat memberikan hasil yang baik dan
minat anak semakin bertambah dengan menggunakan media konkret indikator minat pun
dapat tercapai yakni Rasa suka atau senang dalam belajar Matematika, Ketertarikan
siswa dalam belajar Matematika ,Perhatian siswa dalam belajar Matematika,Keterlibatan
siswa dan aktif dalam belajar Matematika, Tekun dan disiplin dalam belajar
Matematika,Kesadaran dan tanggung jawab terhadap pembelajaran
Matematika,Keingintahuan terhadap pembelajaran Matematika

REFRENSI

Aisyah, N. 2008, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.

9
Aisyah, Nyimas. dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.Jakarata: Direktorat
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
amalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Made Pidarta. 2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Purbatua Manurung . 2011. media inteuksional. Medan estate: Badan Penerbit Fakultas
Tarbiyah IAIN Sumatera Utara.
Rosdiana A. Bakar. 2015. Dasar-Dasar Kependidikan. Medan: CV. Gema Ihsani.

10

Anda mungkin juga menyukai