Anda di halaman 1dari 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM

ASSISTED I NDI VI DUALI ZATI ON) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI


KELAS VIII MTsN KAMANG MAGEK.

PROPOSAL PENELITIAN




Oleh:

NOVITA SARI
NIM: 2411.053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH. M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia,
karena dengan adanya pendidikan manusia dapat meraih ilmu yang bermanfaat untuk
mengembangkan diri maupun memberdayakan potensi alam dan lingkungan untuk
kepentingan hidupnya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat
1
. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi
berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan terjadi dalam suatu proses
pendidikan.
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan didapat
dengan cara belajar dan menuntut ilmu yang mana merupakan kewajiban bagi setiap
orang agar memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT menciptakan manusia tanpa
memiliki ilmu pengetahuan. Dengan kemurahannya Allah SWT memberikan segala
perangkat yang lengkap untuk memperoleh pengetahuan. Sebagaimana firman Allah
SWT, surat An-Nahl :78
+.-4 7E_4Ou= }g)` pO7C+
7gE_E`q ]OUu> 6*^OE-
EE_4 N7 E7;OO-

1
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 1-2
4O=-4 EEg*^-4
7+UE ]NO7;=> ^_g
dan Allah tidak mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu
bersyukur
2

Dari ayat di atas jelas bahwa saat kita terlahir kita tidak mengetahui apapun juga.
Lalu Allah memberi kita perangkat untuk memperoleh pengetahuan sebagai wujud rasa
syukur kita kepada-Nya. Pengetahuan tidak terlepas dari dunia pendidikan.
Salah satu cabang ilmu dalam dunia pendidikan adalah matematika. Matematika
merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidikan. Dapat dikatakan Matematika sebagai jembatan antar ilmu, karena
matematika menghubungkan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
misalnya ilmu fisika, kimia, biologi, kedokteran, ekonomi, farmasi, dan teknologi
informatika. sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
terjadi tidak terlepas dari ilmu matematika.
Matematika adalah suatu ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak.
3

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika
adalah dasar utama untuk terbentuknya Matematika. Proses pembelajaran matematika
akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar adalah
adanya keterlibatan atau partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
Matematika juga merupakan ilmu yang penting untuk menciptakan pola pikir dan
pembentuk sikap. Untuk itu matematika dijadikan mata pelajaran wajib di setiap jenjang

2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya : An-Nahl : 78, (Bandung : Diponegoro,
2008), Hal 375
3
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: FMIPA UPI,
2001), h. 18


pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan menengah
atas. Bahkan matematika dijadikan sebagai mata pelajaran yang menentukan kelulusan
siswa di setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika diharapkan
siswa memiliki tingkat penguasaan dan pemahaman yang lebih baik dalam pembelajaran
matematika.
Mengingat peranan matematika yang sangat penting dan luas tersebut, ilmu
pendidikan matematika mendapat perhatian khusus untuk peningkatan mutu pendidikan.
Selain itu, seharusnya matematika menjadi pelajaran yang diminati dan disenangi oleh
siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika di sekolah seharusnya berjalan dengan
baik dan menyenangkan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Tujuan
pembelajaran Matematika yang diinginkan yaitunya:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan
4
.

Demi tercapainya tujuan tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satunya
pemerintah telah berupaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Pemerintah berupaya menyediakan buku-buku pelajaran sebagai sumber atau bahan ajar
guna menunjang proses pembelajaran. namun tampaknya usaha tersebut belum
memberikan hasil yang maksimal bagi pendidikan di Indonesia khususnya di bidang
Matematika.
Menyadari pentingnya matematika dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran
matematika merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa
tertarik mengikuti pelajaran matematika, maka seharusnya pelajaran matematika
dilaksanakan dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara

4
Erman Suherman, ... h. 56
aktif. Hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru
dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik
dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan.
5
Selain itu, dijelaskan kembali oleh
Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa:
Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi yang memadai,
sikap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang
bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar
6
.

Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang
menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang
meningkat diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam pembelajaran matematika guru harus mampu menciptakan lingkungan yang
aman, nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Guru harus mampu menggunakan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan menguasai media pembelajaran.
Guru yang kreatif adalah guru yang dapat menggunakan metode pembelajaran yang
meningkatkan pemahaman, aktivitas dan hasil belajar siswa.
Metode pembelajaran yang sering digunakan guru adalah metode pembelajaran
konvensional. Model pembelajaran konvensional yang biasa digunakan guru di kelas yaitu
melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas. Dalam pembelajaran konvensional
guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Komunikasi dalam pembelajaran matematika
cenderung berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa. Pembelajaran cenderung menoton
sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh dan memberikan respon kurang baik terhadap
pembelajaran matematika.

5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 52
6
Oemar Hamalik, , h. 52


Beberapa cara untuk mengurangi rasa jenuh dan menghilangkan respon buruk siswa
terhadap matematika yaitu dengan meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa pada
pembelajaran matematika yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu
cara meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yaitu dengan menerapkan pembelajaran
berkelompok atau pembelajaran kooperatif.
Menurut Johnson, Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa,
sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi
ini, siswa akan membentuk komunikasi yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses
belajar dan mencintai satu sama lain. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan
dan mengisolasi siswa, sikap dan hubungan yang negatif akan terbentuk dan mematikan
semangat siswa. Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara
aktif. Oleh karena itu, pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga
siswa bekerjasama secara gotong royong. Ada banyak penelitian yang dilakukan terpisah oleh
orangorang yang berbeda dalam konteks yang berlainan mengenai penggunaan metode
pembelajaran cooperative learning. Pada umumnya hasil penelitian tersebut mendukung
penggunaan metode cooperative learning. Datadata tersebut menunjukkan bahwa suasana
belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih
positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisahmisahkan siswa.
7

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Jigsaw, STAD (
Student Teams Achievement Division), TTW ( Think Talk Write), TAI ( Teams Assisted
Individualization) dan lain sebagainya. Begitu banyaknya tipe tipe dari model pembelajaran
kooperatif. Tetapi ada salah satu yang menurut penulis dapat meningkatkan motivasi,
aktivitas siswa dan menghilangkan respon negatif siswa terhadap pembelajaran matematika.

7
Johnson & Johnson (1989) dikutip dari Anita Lie. Cooperative Learning. (Jakarta: PT Gramedia,2002) hal. 7
Model pembelajarannya yaitu Model pembelajaran kooperatif tipe TAI ( Teams Assisted
Individualization).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu. Tipe ini
dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar secara individu. Dalam tipe TAI ini siswa
ditempatkan pada kelompokkelompok kecil ( 4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk
menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru. Pemberian tugas kepada
kelompok dapat berupa modul atau LKS. Selanjutnya diikuti pemberian bantuan secara
individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenen kelompok dapat mencakup jenis
kelamin, ras, agama, tingkat kemampuan ( rendah, sedang dan tinggi) dan sebagainya.
Setelah itu guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan,
kemudian pemberian penghargaan bagi kelompok yang aktif dan rata rata nilai anggotanya
yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan observasi untuk mengetahui keadaan
sesungguhnya tentang pembelajaran matematika. Observasi ini penulis lakukan di MTsN
Kamang Magek. Berdasarkan data yang penulis dapatkan bahwa masih banyaknya siswa
yang mendapatkan nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh MTsN Kamang Magek yaitu 65 dan hanya 30% - 50% yang bisa dikatakan lulus dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dapat diamati melalui data yang diperoleh dari MTsN
Kamang Magek pada semester ganjil, berikut ini:
Tabel 1. Nilai Rata rata Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII. 1
dan VIII.2 MTsN Kamang Magek Pada MID Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2013 - 2014.
Kelas Jumlah
Siswa
Nilai Rata
rata Kelas
Persentase
KKM
Persentase
KKM





Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di MTsN Kamang Magek. Guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional dan terlihat guru masih mendominasi dalam
pembelajaran di kelas. Pada saat mengajar guru menerangkan materi pelajaran dengan
metode ceramah dan disertai contoh soal, kemudian siswa disuruh mengerjakan latihan.
Sehingga membuat siswa kurang termotivasi akibatnya siswa menjadi bosan dan tidak aktif
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa. Terlihat bahwa respon
siswa dalam belajar matematika kurang baik. Mereka menganggap bahwa matematika adalah
pembelajaran yang sulit karena terkait dengan rumus dan perhitungan. Dan mereka merasa
cara mengajar guru yang telalu keras dan mendominasi mengakibatkan mereka takut untuk
aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga membuat siswa kurang menyukai
pembelajaran matematika.
Kemudian dari hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi matematika,
permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya pemahaman materi dasar dan
kurangnya aktifitas siswa untuk bertanya sehingga menyebabkan nilai siswa di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII
MTsN Kamang Magek.
65 < 65
VIII.1 41 55,51 35,71 68,29
VIII.2 39 61.52 51,72 55,29
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
a. Aktifitas belajar matematika masih rendah.
b. Respon siswa dalam belajar matematika kurang baik.
c. Pemahaman terhadap materi dasar kurang.
d. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional.
e. Hasil belajar rendah
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam identifikasi masalah di atas
dan agar permasalahan lebih fokus, masalah penelitian ini dibatasi hanya pada
aktivitas, respon dan hasil belajar siswa MTsN Kamang Magek.
D. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah aktifitas siswa kelas VIII MTsN Kamang Magek dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assited
Individualization) ?
b. Bagaimana respon siswa kelas VIII MTsN Kamang Magek terhadap penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assited Individualization) ?
c. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI ( Team Assited Individualization) lebih baik dari pada hasil belajar
matematika siswa dengan model pembelajaran Konvensional dengan metode
ceramah di kelas VIII MTsN Kamang Magek.
E. Penjelasan Judul
Agar tidak terjadinya kesalah pahaman dalam memahami proposal ini, peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah:
a. Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif artinya bersama atau bergotongroyong. Pembelajaran
kooperatif diartikan sebagai kegiatan belajar di kelas yang bergantung pada
kelompok kelompok kecil, dimana siswa bekerjasama sebagai tim untuk
menyelesaikan masalah, tugas atau menyelesaikan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Asissted Individualization)
Pembelajan Kooperatif tipe TAI (Team Asissted Individualization) adalah
bantuan individual dalam kelompok (BidaK) dengan karakteristik bahwa
tanggung jawab belajar adalah pada siswa.
c. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah Suatu proses atau kegiatan guru mata
pelajaran matematika kepada siswanya, didalamnya terkandung upaya guru untuk
menciptakan iklim dan pelayanan kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa dalam pembelajaran
matematika tersebut.
d. Aktifitas siswa
Aktifitas siswa merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa
selama mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan
perilaku belajar pada diri siswa. Aktifitas siswa diamati pada saat proses
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited Individualization (TAI) berlangsung.
e. Hasil belajar siswa
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan
pembelajaran dan merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap apa
yang telah dipelajari. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil belajar pada ranah kognitif. Hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh
setelah siswa melaksanakan tes hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe
Teams Assited Individualization (TAI).
f. Respon siswa
Respon siswa merupakan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Respon siswa dapat berupa respon positif maupun
respon negatif. Respon yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah respon
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited
Individualization (TAI) dengan menggunakan instrument berupa angket.
F. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui aktifitas siswa kelas VIII MTsN Kamang Magek dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assited
Individualization) ?
b. Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII MTsN Kamang Magek terhadap
penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assited
Individualization) ?
c. Untuk mendapatkan informasi apakah hasil belajar matematika siswa dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI ( Team Assited Individualization)
lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional dengan metode
ceramah.
G. Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited
Individualization ini diharapkan dapat meningkatkan aktifitas, pengelolaan
pembelajaran, hasil belajar, dan respon siswa terhadap pembelajaran
matematika.
b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan untuk dapat bertukar pengetahuan
dengan siswa lain sehingga meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
suatu pelajaran.
c. Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir dan
mengutarakan pandapat.
d. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar.
Bagi Guru
a. Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mangajar.
b. Memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman mengajar kepada peneliti
sebagai calon pendidik.
Bagi Sekolah
a. perbaikan proses pembelajaran sehingga mutu pendidikan dapat Memberikan
sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka meningkat.
b. Menciptakan sekolah sebagai pusatnya ilmu pengetahuan.
Bagi Peneliti.
Mendapat pengalaman dan bekal bagi penulis sebagai calon guru matematika
di masa yang akan datang. khususnya dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assited Individualization.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar
a. Pengertian Belajar
Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut
pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli
pendidikan tentang pengertian belajar:
8

a. Gagne dan Berliner (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman.
b. Morgan (Anni, 2006:2) mengemukakan bahwa belajar merupakan perubahan
relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
c. Hilgard dan Bower (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

8
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta, Kencana Prenada Media
Group:2009)h.15
d. Witherington (Dalyono, 2005:211) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau pengertian.
e. Wittaker (Soemanto, 1998: 104) mengemukakan bahwa belajar dapat
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
f. Cronbach (Soemanto, 1998: 104) mengemukakan bahwa belajar yang efektif
adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung
dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya.
g. Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan
(Bahri dan Aswan, 2002:11), artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan
meliputi segala aspek organisme.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, ada beberapa elemen yang penting yang
mencirikan pengertian tentang belajar. Pengertian belajar menurut (Dalyono, 2005:212)
adalah sebagai berikut:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,
dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan
tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir dari suatu periode waktu yang panjang. Berapa lama periode waktu
itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-
bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus menyampaikan
perubahanperubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung
sementara.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah / berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap.
Ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar (Ahmadi, 2004:128) adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Ini bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-
kurangnya individu telah merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya. Individu
yang bersangkutan menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya
bertambah, kebiasaannya bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang tejadi pada diri individu berlangsung terus-
menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari
tidak bisa menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini bisa berlangsung terus
sampai kecakapan menulisnya menjadi baik dan sempurna.
c. Perubahan dalam belajar bersifat pasif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian
semakin banyak belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.
d. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar, meliputi
perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya
ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Sebagai contoh misalnya jika
seseorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah
dalam ketermpilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-
perubahan seperti pemahaman cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis
sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda dan
sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan dengan yang lain.
B. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan upaya menata lingkungan yang memberikan nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
9

Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional
antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan
pola pikir yang akan menjadikan kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.
10


9
Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.(Bandung: JICA Universitas
Pendidikan Indonesia(UPI), 2001), hal.8
10
Erman Suherman dkk, ...............,hal. 9

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses belajar yang terjadi dengan menekankan interaksi antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa.
Berdasarkan etimologi Perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang
diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu diperoleh dengan
bernalar akan tetapi matematika lebih menekankan aktifitas dalam dunia rasio
(penalaran) sedangkan ilmu lain lebih menekankan pada hasil observasi atau
eksperimen disamping penalaran.
11

Dalam kamus matematika menyatakan, matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep konsep yang berhubungan dengan
yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga bidang Aljabar,
Analisis dan geometri.
12

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pembelajaran matematika
adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika kepada siswanya,
didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan
kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan
siswa dalam pembelajaran matematika tersebut.
13

1. Tujuan Pembelajaran Matematika
Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Standar Isi Mata Pelajaran
Matematika adalah:
14


11
Elea Tinggih (1972 : 5 ), dikutip dari Erman Suherman dkk, ...............,hal. 18
12
James dan James (1976), dikutip dari Erman Suherman dkk.................. hal. 18
13
Amin (2004:2), dikutip dari Nurcahyati. Efektivitas Metode Pembelajaran Think Talk Write Berbantu Lembar
Kerja pada Pokok Bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Purwareja Klampok Kabupaten
Banjarnegara. Skripsi. MIPA Universitas Semarang.2007. hal. 29
14
Fajdar Shadiq, Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika di SMK, (Yogyakarta:
Departeman Pendidikan nasional, 2008), hal. 1 (online), http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/40-mencapai-
tujuan-pembelajaran-matematika-SMK.pdf, diakses 20 November 2013
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplokasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, akurat,
efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunkan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan mamahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
mamiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada
keaktifan siswa di kelas. Siswa dikelompokan pada kelompok kelompok kecil. Dimana
setiap anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mendapatkan
dampak yang positif dari kelompoknya.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model
pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu:
e. Saling tergantungan positif.
f. Tanggung jawab perorangan.
g. Tatap muka.
h. Komunikasi antar anggota.
i. Evaluasi proses kelompok.
15

Pengelompokan dalam kooperatif merupakan pengelompokan yang heterogen
baik dari kemampuan, ras, gender, agama dan lain sebagainya. Dengan tujuan dapat
meberikan keuntungan bagi siswa yang berkemampuan rendah dan sedang. Dan untuk
siswa berkemampuan tinggi dapat menambah pengetahuannya baik itu dalam
berkomunikasi atau berinteraksi.
Teknik penilaian dalam pemelajaran kooperatif adalah siswa mendapat nilai
pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode gotong royong. Mereka
saling memantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian masing masing
mengerjakan tes sendiri sendiri dan menerima nilai priadi.
16

b. Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe tipe dalam model pembelajaran kooperatif diantaranya:Jigsaw,
Student Teams Achievement Division (STAD), Think Talk Write (TTW), Teams
Assisted Individualization (TAI), Kancing gemerincing, Think Pair Share (TPS) dan
lain sebagainya.
c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Adapun tujuan pembelajaran kooperatif adalah:
17

1. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

15
Roger dan David johnson dikutip dari Anita Lie, Kooperatif Learning.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. 2002) hal. 30
16
Anita Lie, ..................... hal. 88

17
http://muhfida.com/model-pembelajaran-kooperatif/ diakses 20 November 2013
2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan
social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan
bekerja dalam kelompok.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat
diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakuakan di luar kelas
seperti di laboratorium matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa
yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka,
sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup
dengan siswa yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang
mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak perlu
dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja
yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti
kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan
nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau
keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru
keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa
satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran
kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat
mempresentasikan apa yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada
pertanggungjawaban secara individu.
18

Kelebihan Pemelajaran Kooperatif:
a. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
b. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat
memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat
diminimalisirkan.
c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa yang kemampuannya kurang atau
sedang, untuk dapat meningkatkan pemahamannya dalam materi pelajaran.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assited I ndividualization (TAI)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assited
I ndividualization (TAI).
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah bantuan individual dalam kelompok
(BidaK) dengan karektiristik bahwa tanggung jawab belajar adalah pada siswa (Driver,
1980). Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi
dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-instruksi.
19

Teams Assited Individualization (TAI) adalah salah satu motode pembelajaran
yang bertujuan untuk mengoptimalkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dengan cara
berkelompok dan tanggungjawab berada pada siswa itu sendiri.

18
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/kelemahan-model-pembelajaran-
kooperatif.html
19
http://herdy07.wordpress.com
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah:
20

1. Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2. Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai, saling tukar jawaban,
saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3. Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
TAI termasuk pembelajaran kooperatif . dalam model pembelajaran TAI, siswa
ditempatkan dalam beberapa kelompok kecil (4 5 siswa) yang heterogen kemudian
dilanjutkan pada pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya.
Sebelum dibentuk kelompok siswa diajarkan bagai mana bekerjasama dalam satu
kelompok. Siswa diajarkan menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerjasama,
menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota kelompok
memiliki tugas yang sama. Karena dalam kooperatif keberhasilan kelompok sangat
diperhatikan maka siswa yng pandai ikut bertanggung jawab membantu temanya yang
lemah didalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan
terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
b. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Team Assited I ndividualization
(TAI).
Model pembelajaran TAI mmemiliki delapan komponen,yaitu:
21

1. Teams, pembentukan kelompok yang heterogen yang terdiri dari 4-5 orang
siswa.

20
Slavin (1985) dikutip dari http://herdy07.wordpress.com
21
Suyitno, (2002 : 9), skripsi,Dewi Ayu Lestari, Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assited
Individualizition) terhadap pemahaman konsep pada pokok bahasan Trigonometri pada siswa kelas X semester
II SMU N 14 Semarang,(Semarang: 2006, Universitas Negeri Semarang), hal. 14
2. Placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa, atau melihat nilai harian
siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3. Student kreative, melakukan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan
situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
4. Team study, tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok
dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya.
5. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
kelompok dan memeberi kriteria penghargaan.
6. Teaching group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
pemberian kelompok.
7. Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8. Whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhir
pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Dengan mengadopsi model pembelajaran TAI dalam pembelajaran
Matematika, maka seorang guru mata pelajaran matematika dapat menempuh
langkah - langkah pembelajaran sebagai berikut
22
:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individu yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
c. Guru mementuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 5 siswa
dengan kemampuan yang berbeda beda baik tingkat kemampuan (Tinggi,

22
Widyanti. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.Bahan ajar diklat di PPPG
Matematika, ( Yogyakarta: PPPG Matematika, 2006) hal. 9
Sedang dan rendah) jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta kesetaraan gender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan secara kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman
satu sama lain.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberi penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memerikan kuis kepada siswa secara individu.
g. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assited
I ndividualization (TAI).
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah:
a. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
b. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
c. Adanya tanggung jawa anggota kelompok dalam menyelesaikan
permasalahannya.
d. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
e. Model pemelajaran ini mampu berdaptasi dalam pembelajaran terhadap
perbedaan individual berkaiatan dengan kemampuan prestasi siswa, serta
dapat memotivasi siswa sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa bisa
ditingkatkan.
Kelemahan model pemelajaran kooperatif tipe TAI:
a. Apabila guru tidak mampu mengendalikan kelas maka akan mengalami
keributan dalam kelas.
b. Siswa yang lemah dimungkinkan bergantung pada siswa yang pandai.

D. Pembelajaran Konvensional
a. Pengertian Pembelajaran Konvensional
Belajar merupakan kegiatan tingkah laku yang sangat komplek. Dalam
pembelajaran konvensional jarang melibatkan interaksi siswa. Siswa hanya menerima
pengeatahuan secara utuh daru guru tanpa adanya keaktifan siswa. sehingga motivasi
siswa tidak terlihat dalam pembelajaran konvensional ini.
Pembelajaran konvensional dalam proses pembelajarannya komunikasi hanya
satu arah yaitu antara guru kepada siswa. Model pembelajaran konvensional yang biasa
digunakan guru di kelas yaitu melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas.
Dalam pembelajaran konvensional guru mendominasi kegiatan pembelajaran.
b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional
Kelebihan pembelajaran konvensional:
23

a Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
b Menyampaikan informasi dengan cepat.
c Membangkitkan minat akan informasi.
d Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
Kelemahan pemelajaran konvensional:
a Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan.
b Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari.
c Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis.

23
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-
disukai/
d Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan
tidak bersifat pribadi.

E. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
a Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah
24
. Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) berupa lembaran kertas yang berisi informasi maupun soal soal ( Pertanyaan
pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran
matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip.
b Tujuan Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
1. Memberikan pengetahuan sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh
peserta didik.
2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
disajikan.
3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan
secara lisan.
c Manfaat Penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Manfaat penggunaan LKS adalah guru akan memperoleh kesempatan untuk
memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas.
Sedangkat manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
25

1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

24
Trianto, ,,,,,,,,,,hal 15

25
Suyitno, 1997: 40 dikutip dari http://haritsah.ifastnet.com/home/38/50-lks.html diakses tanggal 24
November 2013
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses.
4. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses.
5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari
melalui kegiatan belajar.
6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang
dipelajari melalui kegiatan belajar yang sistematis.
F. Aktifitas Siswa dalam Belajar
a. Pengertian Aktivitas Siswa dalam Belajar
Strategi belajar harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juaga meliputi aktivitas psikis
seperti aktivitas mental.
26

Kegiatan belajar siswa harus melakukan berbagai aktivitas karena tanpa aktivitas
proses belajar tidak mungkin terjadi. Dalam proses pembelajaran aktivitas tidak berdiri
sendiri tetapi harus saling melingkapi dan mendukung. Dalam pemelajaran matematika
aktivitas sangat membantu siswa dalam memahami konsep secara menyeluruh.
Dalam proses belajar mengajar siswa sudah tertanam perasaan senang dan
gembira dalam belajar, maka akan timul keaktifan siswa untuk belajar dan berbuat,
karena dengan adanya aktifitas maka belajar akan berlangsung dengan baik.
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat menyimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah
keikut sertaan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Aktifitas ini meliputi :
mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, membaca LKS, mengerjakan LKS/

26
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: 2006, Kencana
Prenada Media Group), cetke. 5, hal.132
mengerjakan soal kuis, berdiskusi atau bertanya antara siswa dan guru, berdiskusi atau
bertanya antara siswa dan siswa, perilaku yang tidak relevan dalam pebelajaran.

b. Jenis jenis Aktivitas Siswa dalam Belajar
Adapun Jenis jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut:
27

a. Visual Activities, misalnya : memaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pandapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.
c. Listening Aktivities, misal : mendengarkan uraian, percakapan.
d. Writing Activities, misal: menulis cerita, karngan,laporan, angket dan
menyalin.
e. Drawing Activities, misal: manggambar, membuat grafik, peta da diagram.
f. Motor Activities, misal: melakukan percobaan, membuat konstruksi dan
bermain.
g. Mental Activities, misal: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa melihat hubungan dan mengamil keputusan.
h. Emotional Activities, seperti : manaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Beberapa aktivitas yang ingin diamati yaitu:
1. Oral Activities
Komponen:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Memberikan tanggapan atau ide

27
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. ( Jakarta: 1995, PT Rineka Cipta) cet ke.
Perbaikan. hal. 8
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau teman.
2. Drawing Activities
Komponen:
a. Menggambar segi empat yang dipelajari.
3. Mental Activities
Komponen:
a. Menyelesaikan soal diskusi dengan tipe Team Assited Individualization
(TAI).
F. Pengelolaan Kelas
Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seorang guru
adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi pembelajaran yang baik. Kondisi belajar
yang baik diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik pula. Oleh karena
itu guru hendaknya mampu melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan baik.
Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan di atas, dapatlah memberi
suatu gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu
usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan
seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
secara efektif dan efisien.
Menurut Ahmad, adapun tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
belajar mengajar.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya.
28

Sedangkan menurut Sudirman, tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual
dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan,
menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga siswa dapat
belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan
menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.
G. Respon Siswa
Dalam kamus psikologi isitlah respon diartikan sebagai satu jawaban khusus,
khususnya satu jawaban dari pertanyaan tes atau kuesioner.
29

Respon adalah proses pengorganisasian rangsangan. Rangsangan proksimal
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang
proksimal itu. Proses ini lah yang disebut respon.
30


28
http://www.belajarkonseling.com/berita-146-tujuan-pengelolaan-kelas.html, diakses tanggal 25 November
2013
29
J.p. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,(Jakarta: PT Raja Grfindo Persada,2006) ed. 1 hal.432
30
Sarlito Wirawan Sarwono,Teori teori Psikologi Sosial. (Jakarta : PT Raja Grfindo Persada 2008,) hal. 87
Menurut Willis konsekuensi dari modus(modus,cara) respons akan mempengaruhi
persepsi orang lain terhadap individu tersebut dan pada giliranya akan mempengaruhi
intraksi sosial antar individu.
31

Respon yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa terhadap
penerapan model pembelajaran tipe Team Assited Individualization (TAI)dalam
pembelajaran matematika.
H. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan
pembelajaran dan menjadi indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti
pemelajaran. Setelah proses belajar, siswa memperoleh pengetahuan yang dapat
mengubah tingkah laku terhadap diri siswa.
Perubahan yang terjadi pada siswa dapat berupa pemahaman, ketarampilan, nilai
dan sikap. Hasil belajar yang dicapai diharapkan mempunyai efek yang bagus terhadap
terhadap minat dan bakat siswa. hasil belajar dapat diperoleh dengan mengadakan
evaluasi atau penilaian, dimana evaluasi merupakan proses dari hasil belajar.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui proses evaluasi atau tes, kemudian
hasil tes dinilai oleh guru. Menurut Kunandar penilaian dalam pembelajaran mencakup 3
aspek :
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi.
2. Ranah afektif, mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai.

31
Dikutip dari Sarlito Wirawan Sarwono. Teori teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2008) hal. 78
3. Ranah psikomotor, mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
naturalisasi.
Menurut taksonomi Bloom dalam Erman Suherman hasil belajar kognitif merupakan
perubahan-perubahan mental yang dapat terukur dan teramati. Perubahan mental tersebut
terdiri dari pengetahuan (C
1
), pemahaman (C
2
), penerapan (C
3
), analisis (C
4
), Sintesis (C
5
),
dan evaluasi (C
6
).
32

Kunandar menjelaskan penilaian memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
1. Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum
menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
2. Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran,
menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan
lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
4. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi
dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sangat penting sekali
dalam proses pembelajaran, dengan hasil belajar guru dapat mengetahui kemampuan siswa
dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.





32
Erman Suherman, , h. 223
I. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Team Asissted Individualization (TAI) lebih baik dari pada hasil belajar matematika
siswa dengan model pembelajaran konvensional di kelas VIII MTsN Kamang Magek.

















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan kajian teori yang telah diuraikan pada bab I dan
bab II, maka jenis penelitian yang digunakan ini tergolong kepada penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk mendiskripsikan apa-apa
yang akan terjadi apabila variabel-variabel tertentu di kontrol atau dimanipulasi
33
. Jenis
rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomize Control Group Only Design,
yaitu penelitian yang dilakukan pada dua kelompok sampel, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Team Assited Individualization (TAI), sedangkan kelas kontrol dilakukan proses
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Rancangan penelitian ini
dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3 : Rancangan Penelitian
Kelas Perlakuan Tes
Eksperimen X T
Kontrol - T
Sumber: Sumadi (2003, hal: 100)
Keterangan :
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelas Eksperimen yaitu pembelajaran
dengan model pembelajaran koopertaif TAI.

33
Tatag Yuli Eko Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika,(Surabaya : Unesa University Press,
2010), h. 32&44

T : Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperiment dan kelas kontrol.


B. Metode Penentuan Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek pengamatan yang menjadi perhatian kita
34

atau sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan)
dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah
kelas VIII MTsN Kamang Magek pada tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 4 lokal
yaitu:
Tabel 4: Jumlah Siswa Kelas VIII MTsN Kamang Magek
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII.1 41
2 VIII.2 39
3 VIII.3 41
4 VIII.4 42
Jumlah 163
Sumber: Tata usaha MTsN Kamang Magek
2. Sampel
Sampel adalah sebagaian dari populasi yang diteliti. Untuk lebih fokusnya penelitian
ini penulis hanya mengambil satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas
kontrol. Untuk menentukan kelas sampel tersebut penulis lakukan langkah langkah berikut:




34
Syafriandi&Atus Amadi Putra, Statistika Dasar, (Padang : Fakultas Matematika&IPA,1999), h.7


a. Mengumpulkan data nilai matematika siswa
Tabel 5. Persentase Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII. 1 dan VIII.2
MTsN Kamang Magek Pada MID Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013 2014.

Kelas Jumla
h
Siswa
Nilai Rata
rata
Kelas
Persentase
KKM
65
Persentase
KKM
< 65
VIII.1 41 55,51 35,71 68,29
VIII.2 39 61.52 51,72 55,29
Sumber: Tata usaha MTsN Kamang Magek
b. Melakukan uji normalitas untuk melihat apakah populasi distribusi normal atau
tidak.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang dari kebenaran yang ada dan
dapat di pertanggungg jawabkan.
Hipotesis yang diajukan:
H
0
: Populasi berdistribusi normal
H
1
: Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji tabel liliefors yang
langkah langkahnya sebagai berikut:
35


35
Metode Liliefors ( N Keci dan N Besar), (Online) (http://www.scribd.com/doc/25182200/metode-uji-liliefors
) diakses 24 november 2013
Mengurutkan data dari yang terkecil sampai terbesar.
j. Menentukan frekuensi setiap data.
k. Tentukan nilai z, dengan Z =


l. menentukan besar peluang untuk masing masing Z berdasarkan tabel Z
dengan diberi nama F(z).
m. Hitung frekuensi komulatif dari masing masing Z disebut S (z).
S(z) =



n. Menentukan L
hitung
= F(Z
i
) S(Z
i
), dalam hal ini diambil nilai yang
terbesar sebagai L
hitung
. Kemudian banding kan dengan L
tabel
. Jika L
hitung

< L
tabel
maka H
0
diterima. Berarti populasi berdistribusi Normal
c. Melakukan uji homogenitas variansi.
Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi
yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan :
H
0
: Populasi mempunyai variansi homogen.
H
1
: Populasi memepunyai variansi yang tidak homogen.
Untuk menentukan uji homogenitas, digunakan uji Bartlett yang
langkah langkahnya:
Menghitung variansi masing masing kelompok.
Menghitung variansi gabungan dari pupolasi menggunakan rumus:
S
2



Menghitung harga satuan bartlett,
dengan rumus: B =


Menghitunh harga satuan chi-kuadrat (X
2
)
dengan rumus: X
2
= {

}
Membandingkan X
2
hitung dengan X
2
tabel dengan kriteria bila X
2
hitung X
2

tabel untuk taraf maka populasi homogen.
Untuk lebih mengakuratkan data dalam menentukan populasi homogen, penulis juga
menggunakan sofwer Minitab dengan uji Bartlett.
d. Melakukan uji kesamaan rata rata dengan menggunakan uji t.
Hipotesis yang diajukan:
H
0
= Populasi mempunyai kesamaan rata rata
H
1
= Populasi tidak mempunyai kesamaan rata rata
Untuk menentukan kesamaan rata rata digunakan uji t yang langkah langkahnya:
i. Menentukan skor rata rata sampel.
ii. Menentuka variansi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
iii. Menghitung harga uji t dengan rumus yang digunakan adalah:
36

dengan



Dengan:

: skor rata-rata kelas kesperimen



36
Sudjana. Metode Statistika. (Bandung: Tarsito, 2002) hal. 242

: skor rata-rata kelas kontrol


S : simpanga baku gabungan
n
1
: jumlah siswa kelas eksperimen
n
2
: jumlah kelas kotrol
S
1
2
: simapangan baku kelas eksperimen
S
2
2
: simpangan baku kelas kotrol
iv. Menentukan kriteria pengujian
Apabila terima H
0
, jika

dimana

didapat dari
daftar distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n
1
+ n
2
2 dengan peluang
(

).
Untuk lebih mengakuratkan data dalam menentukan kesamaan rata-rata suatu
populasi penulis menggunakan sofwer Minitab.
e. Setelah melakukan pengujian diperoleh 2 kelas yang homogen. Penentuan kelas
eksperimen dan kontrol dilakukan secara acak. Kelas yang terambil pertama sebagai
kelas eksperimen dan selanjutnya kelas kontrol.
C. Variabel Penelitian.
Variabel merupakan suatu objek penelitian yang menjadi titik fokus perhatian peneliti
dalam meneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas : Perlakukan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited Individualization (TAI) dan
perlakukan pada kelas kotrol dengan model pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat : Aktivitas, respon dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Assited Individualization (TAI).
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer : Data hasil belajar matematika, respon belajar siswa dan aktivitas
belajar siswa kelas VIII MTsN Kamang Magek
2. Data Sekunder : Data yang diperoleh dari ujian Bulanan (Mid) semester I
matematika data tentang jumlah siswa beserta nama masing masing kelas pada
kelas sampel.
Sumber Data
1. Data Primer bersumber dari siswa kelas VIII MTsN Kamang magek yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
2. Data Sekunder bersumber dari tata usaha dan guru bidang studi matematika MTsN
Kamang Magek.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen untuk melihat aktivitas,
respon dan hasil belalajar siswa:
1. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan untuk membantu peneliti dalam
penyampaian materi pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization (TAI).

Langkah langkah dalam menyusun lembar kegiatan siswa.
a. Mengkaji materi yang akan di pelajari siswa yaitu meliputi Kompetensi
dasar, indikator hasil belajar dan sistematika keilmuannya.
b. Mengidentifikasi jenis keterampilan yang akan dikembangkan pada saat
mempelajari materi tersebut.
c. Menentukan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
d. Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan
keterampilan yang akan dikembangkan.
e. Mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik, mudah
dibaca dan digunakan.
f. Menvalidasi LKS yang akan digunakan.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization
(TAI).
Langkah Langkah dalam menyusun lembar observasi adalah
g. Merancang komponen komponen aktivitas yang akan diamati.
h. Merancang lembar observasi.
i. Memvalidasi lembar observasi yang akan digunakan
3. Angket Respon Siswa
Lembar angket digunakan untuk melihat respon siswa selama menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assited Individualization (TAI).
Langkah Langkah dalam menyusun angket adalah
a. Merancang komponen komponen yang akan diamati.
b. Merancang lembar angket.
c. Memvalidasi lembar angket yang akan digunakan
4. Tes Hasil Belajar
Langkah langkah yang dilakukan dalm menyusun soal tes adalah:
a. Mempelajari kurikulum
b. Memuat kisi kisi soal tes
c. Menyusun tes sesuai dengan kisi kisi soal yang telah dibuat.
d. Melakukan validasi tes
Validasi tes yang digunakan adalah validasi isi dengan cara memberikan
soal soal tes kepada beberapa orang ahli untuk memvalidasikan soal
soal yang telah dibuat tersebut yaitu dosen matematika dan guru mata
pelajaran matematika MTsN Kamang Magek
e. Uji coba tes.
Agar soal yang disusun memiliki kriteria yang baik maka soal diuji coba
terlebih dahulu dan menganalisis soal yang memenuhi kriteria. Pengujian
dilakukan pada kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f. Analisi soal tes
i. Melakukan data hasil tes mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah.
ii. Reliabilitas soal tes
Sebuah tes dikatakan reliabilitas jika dilakukan tes berulang-
ulang akan menghasilkan nilai yang sama.
Rumus reabilitas
37
:
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabelitas tes objektif:


) (

)
Keterangan:

: Koefisien reliabelitas tes


n : Banyak butir item yang dikeluarkan dalam tes

37
Kelompok 1 Pendidikan Matematika. Evaluasi pembelajaran Matematika. ( Padang: UNP. 2008) hal. 12
(tidak diterbitkan)

: Varian soal

: Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item

: Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item

: Jumlah hasil perkalian

dan


Dengan kriteria:
1) Jika 0,80 < r

1,00 (Sangat tinggi)
2) Jika 0,60 < r 0.80 (Tinggi)
3) Jika 0,40 <r 0.60 (Sedang)
4) Jika 0,20 < r 0.040 (Rendah)
5) Jika 0,00 < r 0.20 (Sangat rendah)
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai r
tabel
, jika nilai r
hitung
> r
tabel
maka dapat disimpulkan nilai soal reliabel.
iii. Daya pembeda soal
Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal tes dalam
membedakan kemampuan siswa yang tergolong kelompok rendah. Untuk
menentukan daya pembeda soal digunakan rumus
38
:
Untuk menentukan indeks pembeda soal objek digunakan rumus:


Dimana:

: Indeks pembeda soal


: Jumlah jawaban benar yang dibuat oleh kelompok tinggi
: Jumlah jawaban benar yang dibuat oleh kelompok rendah.

38
Kelompok 1 Pendidikan Matematika. Evaluasi pembelajaran Matematika. ( Padang: UNP. 2008) hal. 14
(tidak diterbitkan)
: 27% dari pengikut tes
Adapun kriteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks pembeda
adalah:
0,4 1 = Baik sekali ( sangat berarti)
0,3 0,39 = Baik (berarti)
0,2 0,29 = Sedang (direvisi)
0 0,19 = Jelek (dibuang)
iv. Indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal dibuat untuk mengetahui apakah soal
yang dibuat termasuk kategori sukar, sedang, atau mudah. Untuk
menentukan indeks kesukaran soal (Ik) dapat digunakan rumus
39
:
Untuk menentuka kesukaran soal objektif digunakan rumus:



Dimana:

: Indeks kesukaran soal


: Banyaknya jawaban yang salah dibuat oleh kelompok
tinggi

39
Kelompok 1 Pendidikan Matematika. Evaluasi pembelajaran Matematika. ( Padang: UNP. 2008) hal. 13
(tidak diterbitkan)

: Banyaknya jawaban yang salah dibuat oleh kelompok
rendah
: Banyak pilihan
: 27% dari peserta tes
Adapun kriteria tingkat kesukaran soal objektif berdasarkan indeks
kesukaran adalah:
0 I
k
< 0,16 = Mudah sekali
0,16 I
k
< 0.5 = Mudah
0,5 I
k
< 0,84 = Sedang
0,84 I
k
< 1 = Sukar
1 < I
k
= Sukar sekali
F. Metode Analisis Data
1. Data Aktivitas Belajar
Dari data yang dihitung dari lembar observasi akan dihitung persentase
aktivitas belajar siswa pada setiap kali pertemuan. Persentase aktivitas siswa tiap
aspek dihitung dengan rumus:

A% =



Dimana:
A% : persentase aktifitas siswa
F : jumlah siswa yang aktif
N : jumlah keseluruhan siswa yang diamati
Tabel 7: Kriteria penilaian aktifitas belajar siswa
Persentase AB
(kuantitatif)
AB
(kualitatif)
0% AB 25% Sedikit Sekali
26% AB 50% Sedikit
51% AB 75% Banyak
76% AB 100% Banyak Sekali
AB : Aktifitas Belajar
2. Data Respon Siswa.
Data angket respon siswa dianalisis dalam bentuk persentase. Respon siswa
dikategorikan positif, jika respon positif untuk setiap aspek yang direspon diperoleh
persentase minimal 75%.
Untuk mencari persentase respon siswa tiap aspek digunakan rumus:



3. Data Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dilihat dari tes akhir yang diberikan. Tes akhir ini terlebih
dahulu dianalisis dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, variansi kedua
data, kemudian dilakukan uji hipotesis.
a. Uji normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari
sampel yang berdistribusi normal atau tidak. Uji ini delakukan dengan softwer
minitab.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
: Sampel berdistribusi normal
H
1
: Sampel berdistribusi tidak normal
Dengan langkah langkah:
i. Input data ke dalam sofwer minitab.
ii. Klik Stat, kemudian pilih Basic Statistics dan klik Normality test.
iii. Tentukan variabel yang akan diinput kemudian klik ok.
iv. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan cara
interpretasi P-value, yaitu data berdistribusi normal jika harga P-value lebih
besar dari taraf nyata .
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas variansi bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dalam hal ini dilakukan
dengan menggunakan sofwer minitab.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
: Sampel berdistribusi homogen
H
1
: Sampel berdistribusi tidak homogen
Dengan langkah langkah:
i. Input data ke dalam sofwer minitab.
ii. Klik Stat, kemudian pilih Basic Statistics dan klik 2-varianses...
iii. Tentukan sample yang akan diinput kemudian klik ok.
iv. Data dikatakan homogen jika P-value yang diperoleh lebih besar taraf nyata

c. Uji hipotesis
Ujia hipotesis bertujuan apakah hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen
lebih baik dari siswa kelas kontrol. Uji yang dilakukan dengan hiptesis adalah Uji
satu pihak. Dalam hal ini menggunakan sofwer minitab.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H
0
: Sampel memiliki kesamaan rata - rata
H
1
: Sampel tidak memiliki kesamaan rata - rata
Dengan langkah langkah:
i. Input data ke dalam sofwer minitab.
ii. Klik Stat, kemudian pilih Basic Statistics dan klik 2-sample t...
iii. Tentukan sample yang akan diinput kemudian klik ok.
iv. Data dikatakan memiliki kesamaan rata - rata jika P-value yang diperoleh
lebih besar taraf nyata




















DAFTAR PUSTAKA

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 1-2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya : An-Nahl : 78, (Bandung :
Diponegoro, 2008), Hal 375
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
FMIPA UPI, 2001), h. 18
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h. 52
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta, Kencana
Prenada Media Group:2009)h.15
Suyitno, (2002 : 9), skripsi,Dewi Ayu Lestari, Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif TAI (Team Assited Individualizition) terhadap pemahaman konsep pada
pokok bahasan Trigonometri pada siswa kelas X semester II SMU N 14
Semarang,(Semarang: 2006, Universitas Negeri Semarang), hal. 14
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. ( Jakarta: 1995, PT
Rineka Cipta) cet ke. Perbaikan. hal. 8
Sarlito Wirawan Sarwono,Teori teori Psikologi Sosial. (Jakarta : PT Raja Grfindo
Persada 2008,) hal. 87
Tatag Yuli Eko Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika,(Surabaya : Unesa
University Press, 2010), h. 32&44

Syafriandi&Atus Amadi Putra, Statistika Dasar, (Padang : Fakultas
Matematika&IPA,1999), h.7

Anda mungkin juga menyukai