Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KARYA ILMIYAH

.   MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DALAM


PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh:
BUDI SANTOSO
NIM : 823789057

UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR WULUHAN KOTA
UPBJJ-JEMBER
2013.1
ABSTRAK
Budi Santoso, 2103: “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Tematik pada Siswa Kelas I SD”.

Kata Kunci : Belajar, Tematik, Motivasi.


Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita
lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses
unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan
wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi
bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan
metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses
belajar mengajar akan berjalan menyenakngkan dan tidak membosankan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, guru harus membangun konsep yang
dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna
untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

PENDAHULUAN
Pendekatan pembelajaran yang merupakan tuntutan kurikulum tingkat satuan
pendidikan belum dilaksanakan secara maksimal. Guru masih sering melaksanakan kegiatan
pembelajaran Matematika secara murni mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran
lain.
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Matematika hanya mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan Matematika tanpa
mengaitkannya dengan mata pelajaran lain. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa
terjebak dalam rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran menjadi kurang
menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah. Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam
menemukan konsep yang dipelajari, karena pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru.
Selain itu, pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah kurang
mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena siswa kurang mengetahui keterkaitan
konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga pengalaman yang diperoleh sebagai hasil
belajar menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya berimplikasi pada rendahnya prestasi
belajar siswa.
Berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan dan seiring bergulirnya
kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembelajaran yang dikemas dan dirancang guru harus
mengoptimalkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
digariskan. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus dapat menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis siswa SD kelas I.
Pada periode ini, siswa masih memandang dunia sebagai sesuatu yang terpadu dan
konkrit, sehingga pendekatan pembelajaran yang digunakan di kelas ini harus bersifat
tematis dan integratif. Dengan pembelajaran secara tematis dan integratif diharapkan dapat
memberikan pengalaman yang lebih bermakna dan utuh bagi siswa, serta dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Dan pada akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya prestasi belajar
Matematika.
Pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan pada awal semester genap terdapat
kesenjangan jika dibandingkan dengan tuntutan pembelajaran ideal sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang menekankan penguasaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Kesenjangan tersebut antara lain: pembelajaran yang telah dilaksanakan
selama ini belum mampu membangkitkan motivasi belajar yang tinggi, belum menunjukkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari, serta kurang dapat
memberikan pengalaman yang bermakna dan utuh kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk mengeliminir
kesenjangan-kesenjangan yang menjadi permasalahan dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran tematik pada pembelajaran Matematika. Oleh karena itu pada karya tulis
ilmiah ini menulis mengenai “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Tematik pada Siswa Kelas I SD”.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka secara spesifik masalahnya
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar
Matematika. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa
pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas I SD.
Dari penelitian ini penulis berharap mendapatkan teori baru tentang peningkatan
prestasi belajar Matematika melalui pembelajaran tematik pada siswa kelas I sekaligus
sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Selain itu bagi intansi terkait dapat memberikan
masukan untuk merupakan masukan dalam mengambil kebijakan yang dapat menunjang
peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran Matematika  di sekolah.
1.      Hakikat Prestasi Belajar Matematika
a.       Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) adalah “Penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat
yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu”.
Sedangkan menurut Winkel (1991: 60) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah
“Bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman
belajar atau mempelajari sesuatu”.
Senada dengan pendapat kedua ahli tersebut, Anton Sukarno (1994:16) menyatakan bahwa
“Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh dengan usahanya dalam rangka
mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar”.
Dari ketiga pendapat di atas, maka yang dimaksud prestasi belajar adalah penilaian
hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat
dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar.
Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu angka yang dicapai oleh
masing-masing siswa dalam periode waktu tertentu sebagai hasil dari belajarnya, yang
merupakan perwujudan dari potensi dirinya.
b.      Pengertian Matematika
Menurut Djauzak Ahmad (1994: 13) “Matematika adalah salah satu ilmu dasar dalam
kehidupan sehari-hari yang berguna memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berkembang dewasa ini”.
Sedangkan menurut Johnson dan Myklebust seperti dikutip Mulyono Abdurrahman
(1999: 252), “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
mengeskpresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir”.
Senada dengan pendapat tersebut, Kline dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 252)
mengemukakan bahwa “Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Dari pendapat-pendapat di atas, berarti bahwa Matematika adalah salah satu ilmu dasar
dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan bahasa simbolis untuk memudahkan manusia
berfikir dengan menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif.
C. Matematika adalah ilmu eksakta
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Matematika adalah salah satu ilmu dasar
yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
memudahkan manusia berfikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari
dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa
pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu,
pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting
sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing (Moh Uzer Usman & Lilis Setiawati,
1993: 9).
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
1)      Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
a)      Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini adalah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti
mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya
kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
b)      Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:
(1)   Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor
kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
(2)   Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minta kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c)      Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2)      Faktor yang berasal dari luar luar diri (eksternal)
a)      Faktor sosial yang terdiri atas:
(1)   Lingkungan keluarga.
(2)   Lingkungan sekolah.
(3)   Lingkungan masyarakat.
(4)   Lingkungan kelompok.
b)      Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tehnologi, dan kesenian.
c)      Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
d)     Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar siswa.

E. Pembalajaran Matematika
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dapat memilih materi yang mampu
menumbuhkembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa, sehingga mampu
mengikuti perkembangan IPTEK. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar tidak dapat
terlepas dari ciri Matematika itu sendiri yaitu memiliki sifat abstrak dan berpola deduktif dan
konsisten.
Karenanya kegiatan belajar dan mengajar Matematika seyogyanya juga tidak
disamakan begitu saja dengan ilmu yang lain, karena peserta didik yang belajar Matematika
itupun berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan belajar mengajar harus tetap
memperhatikan adanya perbedaaan individu dan karakteristik siswa. (Djauzak Ahmad, 1994:
13)
Selanjutnya, Djauzak Ahmad (1994: 17) menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran
Matematika secara umum adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan dan dasar pemikiran logis, rasional,
kritis, cermat dan efektif”. Di samping itu siswa diharapkan mampu menggunakan
Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam Kurikulum 2004 (2003: 6) juga disebutkan “Tujuan pembelajaran Matematika
adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan
konsisten. Serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 4) merumuskan tujuan pembelajaran Matematika, sebagai
berikut:
1)      Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan )
sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2)      Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
Matematika.
3)      Mengembangkan pengetahuan dasar Matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut.
4)      Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
Tujuan tersebut dianggap telah tercapai apabila siswa telah memiliki sejumlah
kemampuan di bidang Matematika. Agar tujuan pembelajaran Matematika tersebut dapat
dicapai secara optimal, guru harus dapat menerapkan pendekatan pembelajaran
Matematika secara tepat.
Moch Ichsan (2003: 8-9) mengemukakan empat macam pendekatan pembelajaran
Matematika, yaitu:
1)      Pendekatan belajar aktif (Student Active Learning = SAL)
SAL adalah suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas para siswa secara fisik,
intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang maksimal, baik ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, maka guru
harus dapat menciptakan suasana yang menggairahkan kegiatan belajar, antara lain dengan
menyajikan bahan pelajaran mengesankan dan merangsang daya kreativitas, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan.
2)      Pendekatan terpadu
Yaitu suatu pendekatan yang mengaitkan mata pelajaran Matematika dengan mata
pelajaran lainnya. Dengan mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran,
maka akan dapat memberi pengertian kebermaknaan, sehingga siswa lebih mantap dalam
memahami suatu konsep.
3)      Pendekatan konstruktivis
Yaitu merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran di kelas melalui tiga fase, yaitu: fase
eksplorasi, fase pengenalan konsep dan aplikasi konsep untuk mencapai kebermaknaan
pemahaman.
4)      Pendekatan realistik (Realistic Mathematics Education = RME)
Yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi
siswa, menekankan keterampilan “process of doing mathematics”. Pada pendekatan ini
peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator, moderator, atau evaluator, sementara siswa
berfikir, mengkomunikasikan “reasoning”nya, melatih nuansa demokrasi dengan
menghargai pendapat orang lain.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk
dikembangkan. Hadi Mulyono (2000: 13) memberikan pengertian pembelajaran tematik
dapat dilihat sebagai:
1)      Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of
interest) yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain yang berasal dari
bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2)      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan
anak.
3)      Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara
simultan.
4)      Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang
berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Menurut Ujang Sukandi (2003: 108) “Pembelajaran tematis dimaksudkan sebagai
suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dengan membuat
keterpaduan materi mata pelajaran dalam satu tema”.
Sedangkan Moch Ichsan (2003: 9) menyatakan bahwa “Pembelajaran Matematika
model Webbed atau pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan beberapa mata pelajaran melalui suatu tema tertentu”.
b.      Karakteristik Pembelajaran Tematik
Berdasarkan hakikat pembelajaran tematik, Tim Pengembang PGSD (2001: 58-59)
mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik pembelajaran sebagai berikut:
1)      Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik
diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih
arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di hadapan mereka.
2)      Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti diterangkan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa.
3)      Otentik
Pembelajaran tematik juga memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan
prinsip yang ingin dipelajari. Ini karena mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara
langsung. Mereka memahami dari hasil belajar sendiri, hasil dan interaksinya dengan fakta
dan peristiwa, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru.
4)      Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan dengan berdasar kepada
pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasinya. Pembelajaran tematik
pada dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran tematik bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas
dari masing-masing bidang studi yang ada kaitannya. Meskipun hal itu bisa saja dilakukan,
hal ini bisa tidak sesuai dengan landasan filosofis, psikologis dan praktis dari pembelajaran
tematik. Pembelajaran tematik bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati
bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari melalui pengembangan
tema tersebut.
PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Kondisi Awal


Guru masih sering melaksanakan kegiatan pembelajaran Matematika secara murni
mata pelajaran dan terpisah dari mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran
Matematika hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan Matematika tanpa mengaitkannya dengan mata pelajaran lain.
Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa terjebak dalam rutinitas yang membosankan
sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa pun rendah.
Siswa juga belum terlibat secara aktif dalam menemukan konsep yang dipelajari, karena
pembelajaran lebih banyak terpusat pada guru. Selain itu, pembelajaran yang menyajikan
mata pelajaran secara terpisah kurang mengembangkan siswa untuk berfikir holistik karena
siswa kurang mengetahui keterkaitan konsep dari beberapa mata pelajaran, sehingga
pengalaman yang diperoleh sebagai hasil belajar menjadi kurang bermakna. Pada akhirnya
berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar siswa.
B.     Perencanaan Tindakan
Dengan berpedoman pada standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan
Ilmu Pengetahuan Sosial, penulis melakukan langkah-langkah untuk merencanakan model
pembelajaran tematik, antara lain:
a.       Membuat/memilih tema.
b.      Melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang sesuai dengan
tema.
c.       Membuat pengelompokan jaringan indikator.
d.      Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan jaringan indikator
yang telah dibuat.
Kegiatan awal untuk setiap pertemuan memuat doa bersama, absensi siswa dan appersepsi.
Tahap appersepsi berupa cerita atau menyanyi bersama yang bertujuan untuk memusatkan
perhatian siswa dan mengarahkan minat siswa pada tema yang akan dibicarakan.
Kegiatan inti adalah kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Sedangkan
kegiatan akhir merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri satu
pertemuan, meliputi kegiatan evaluasi dan memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah.
C.    Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini guru menerapkan model pembelajaran tematik sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang dilaksanakan meliputi
kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran antara lain kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir.
Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan diawali dengan kegiatan awal berupa doa
bersama, absensi siswa dan appersepsi. Dilanjutkan dengan kegiatan inti yang pada setiap
pertemuannya menyampaikan 1 indikator Matematika sebagai core (inti pembelajaran).
Adapun contoh indikator Matematika dengan Kompetensi Dasar “Melakukan penjumlahan
dan pengurangan bilangan dua angka” yang menjadi core (inti pembelajaran) pada setiap
pertemuan adalah :
a.  Menjumlah dua bilangan tanpa teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-1.
b.  Menjumlah dua bilangan dengan teknik menyimpan, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-2 dan ke-3.
c.  Mengurangi dua bilangan tanpa teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-4.
d.  Mengurangi dua bilangan dengan teknik meminjam, bilangan sampai 100, untuk
pertemuan ke-5 dan ke-6.
Indikator-indikator Matematika tersebut dikaitkan dengan indikator mata pelajaran lain yang
sesuai dengan tema, yang tertulis dalam RPP.
Pembelajaran pada setiap pertemuan selalu diakhiri dengan evaluasi dan memberikan tindak
lanjut berupa tugas portofolio. Dan pada akhir pertemuan dilaksanakan ulangan harian
untuk mengetahui prestasi belajar Matematika.

D. Refleksi
Pembelajaran dengan meninggalkan pembelajaran konvensional akan dapat
menumbuhkembangkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat lebih
menerima pengajaran yang dilakukan oleh guru karena sifatnya yang bervariasi dan konkret.
Selain itu guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar akan lebih mudah tercapai
karena motivasi siswa tinggi keaktifan siswa meningkat. Hal ini sesuai tuntutan kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang maksimal.
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulisan karya imiah dengan pembelajaran tematik dalam
pembelajaran Matematika pada kelas I dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut:
1.   Model pembelajaran tematik dalam pembelajaran Matematika dilakukan dengan
mengaitkan mata pelajaran Matematika dengan mata pelajaran lainnya melalui konsep-
konsep yang dapat dipadukan dalam naungan tema tertentu.
2.  Dengan pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa
kelas I.
3.   Dengan menerapkan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan peran aktif
(pastisipasi) siswa dalam proses pembelajaran.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup penelitian ini, antara lain:
1.   Bagi Sekolah
Hendaknya mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga Matematika khususnya untuk
kelas rendah (kelas 1 dan 2), baik droping maupun swadaya sekolah, sehingga lebih
menunjang dalam penanaman konsep-konsep Matematika secara lebih nyata sekaligus
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memberdayakan model pembelajaran tematik.
2.  Bagi Guru
Hendaknya mempersiapkan secara cermat perangkat pendukung pembelajaran tematik dan
fasilitas belajar yang diperlukan, karena sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan hasil belajar Matematika
siswa

DAFTAR PUSTAKA

Anton Sukarno. 1994. Efektifitas Sistem Pengajaran Pelayanan Bagi Anak Berkesulitan


Belajar. Surakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Balitbang.
Djauzak Ahmad. 1994. Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: Balai
Pustaka.
Hadi Mulyono. 2000. Pembelajaran Terpadu. Surakarta: Sebelas Maret University Pers.
Hartono & Edy Legowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Depdiknas.
Moch. Ichsan. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika di Sekolah Dasar. Semarang:
BPG.
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar
(Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyadi HP. 2006. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
Semarang: LPMP Jawa Tengah.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutratinah Tirtonegoro. 1988. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tim Pengembang PGSD. 2001. Pembelajaran Terpadu. Bandung: Maulana.
Ujang Sukandi, et.al. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu: Apa, Mengapa dan Bagaimana?.
Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasi

Resep Cara Membuat Keripik Bonggol pisang Renyah dan Enak


Posted by Emilia Lestika Saturday, April 13, 2013 2 comments
Bonggol Pisang adalah salah satu bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia.  Bonggol Pisang mengandung energi sebesar 43 kilokalori, protein 0,6 gram,
karbohidrat 11,6 gram, lemak 0 gram, kalsium 15 miligram, fosfor 60 miligram, dan zat besi 1
miligram.  Selain itu di dalam Bonggol Pisang juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0,01 miligram dan vitamin C 12 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan
penelitian terhadap 100 gram Bonggol Pisang, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak
100 %.
Keripik bonggol pisang, sesuai dengan namanya keripik ini merupakan keripik yang
berbahan dasar bonggol pisang yang diiris tipis-tipis, kemudian di rendam dalam larutan
Natrium bisulfit , diberi bumbu dan digoreng.

Cara pembuatan keripik bonggol pisang tidak sama dengan pembuatan keripik singkong atau
keripik pisang, kerena jika asal-asalan hasilnya tidak mirip dengan keripik dan dapat membuat
bibir kita gatal-gatal.

Bahan Membuat Keripik Bonggol pisang

 Bonggol pisang (Pisang kepok atau pisang kelutuk)


 Tepung beras
 Tepung kanji
 Minyak untuk menggoreng

Haluskan Bumbu-Bumbu:

 kemiri
 Bawang putih
 Ketumbar
 Merica
 Kencur
 Garam
 Gula

Cara Membuat Keripik Bonggol pisang :

1. Kupas kulit onggol pisang sampai akarnya hilang. Iris tipis-tipis.


2. Rendam dalam larutan Natrium bisulfit selama satu malam untuk menghilangkan
kadar racun bonggol pisang.
3. Aduk adonan dari tepung beras dan tepung kanji dengan perbandingan 4:1.
4. Masukkan bumbu kedalam adonan, aduk rata
5. Masukkan bonggol pisang yang telah diiris tipis.
6. Goreng dalam minyak panas sampai terlihat setengah matang
7. Angkat dan biarkan dingin.
8. Goreng lagi keripik yang telah digoreng setengah matang sampai berwarna
kecoklatan.
9. Tiriskan.
10. Sajikan dalam wadah atau kemasan

Anda mungkin juga menyukai