Anda di halaman 1dari 11

ISU-ISU PENTING PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SMP

Tugas
Problematika Matematika Sekolah

Oleh
Brian Gumilang Putra (F2181191003)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
Abstrak: Proposal ini di latar belakangi oleh isu-isu penting terhadap
pembelajaran matematika, bertujuan untuk memberikan pemecahan masalah
terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran matematika tersebut.
Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan permasalahan pembelajaran
matematika dalam proses belajar dan pembelajaran. Isu-isu penting pembelajaran
matematika yang berkaitan dengan siswa dan guru.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Siswa, dan Guru

A. pendahuluan
Mempelajari matematika bukan hanya untuk mengetahui dan memahami
apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri. Matematika diajarkan
karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar yaitu berfikir
sistematis, logis, dan kritis dalam memecahkan masalah. Di samping itu agar
siswa terbentuk kepribadiannya menggunakan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah adalah: (1) Mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan
efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan; (3) Menambah dan mengembangkan ketrampilan berhitung dengan
bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan
pengetahuan dasar matematika dasar sebagai bekal untuk melanjutkan
kependidikan menengah dan (5) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan
disiplin. (Depdikbud, 1996)
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut diatas beberapa
isu-isu penting yang dihadapi dalam pembelajaran matematika yang berkaitan
dengan siswa dan guru. Isu penting yang berkaitan dengan siswa adalah siswa
mengangap pembelajaran matematika tidak berfaedah dan kemampuan siswa
terhadap pelajaran matematika tidak merata. Isu penting yang berkaitan dengan
guru adalah Kemampuan guru dalam mengajar berbeda, Bahan ajar kurang jelas
tidak sesuai dengan silabus, Penggunaan model pembelajaran monoton, Tidak
memaksimalkan penggunaan strategi pembelajaran, Tidak menggunakan alat
peraga, dan kurikulum pembelajaran yang sering berubah sehingga menyulitkan
guru dalam proses pembelajaran.

B. Pembahasan

1. Pembelajaran matematika
belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2012: 13) yang
mendefinisikan bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Menurut Vygotsky (1978: 134) mengartikan
bahwa belajar adalah suatu kegiatan konstruktivisme dimana siswa
merupakan subjek belajar aktif yang menciptakan struktur-struktur
kognitifnya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam
pembelajaran konstruktivis, kreativitas dan keaktifan siswa akan
membantu dalam membentuk struktur kognitifnya.
Atas dasar-dasar teori belajar menurut ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung dan mandiri dengan mengalami, menjelajahi,
menelusuri serta memperoleh dengan diri sendiri dengan menciptakan
struktur-struktur kognitif dari pengalaman-pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan.
Menurut Munandar (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011:207) yang
menyatakan bahwa pembelajaran dikondisikan agar mampu mendorong
kreativitas anak secara keseluruhan, membuat peserta didik aktif,
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan berlangsung dalam
kondisi menyenangkan.
Menurut Winataputra (2007: 1) yang menyatakan bahwa arti
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri
peserta didik.
Atas dasar-dasar teori pembelajaran menurut ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi
antara siswa dengan guru dan juga beserta seluruh sumber belajar yang
lainnya yang menjadi sarana belajar guna mencapai tujuan yang
diinginkan dalam rangka untuk perubahan akan sikap serta pola pikir
siswa.
Definisi matematika menurut Abdurahman (2003: 252) adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah
untuk memudahkan berfikir.
Kemudian arti matematika menurut Ruseffendi (1980: 148) yang
menyatakan bahwa matematika adalah ilmu keteraturan, ilmu tentang
struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur yang tidak didefinisikan,
ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke
dalil.
Atas dasar-dasar teori konsep matematika menurut para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang susunan atau struktur yang
terorganisasikan yang dimulai dengan unsur yang tidak di definisikan/
diartikan, ke dalam unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan
yang pada akhirnya ke dalil yang mana fungsi praktisnya berguna
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif serta keruangan
sehingga fungsi teoritisnya ialah guna memudahkan berfikir.
Menurut para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi
belajar mengajar pelajaran matematika yang dilakukan antara siswa dan
guru yang mana, proses tersebut merupakan sebagai suatu sarana atau
wadah yang berfungsi untuk mempermudah berfikir didalam ilmu atau
konsep-konsep abstrak.
2. SISWA
Isu isu pembelajaran matematika yang dihadapi siswa adalah siswa
mengangap pembelajaran matematika tidak berfaedah dan kemampuan
siswa terhadap pelajaran matematika tidak merata.
Untuk mengatasi permasalahan terhadap diatas maka yang perlu
dilakukan adalah menanamkan pentingnya pembelajaran matematika dan
kemampuan yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran
matematika.
Menurut NCTM 2000, disebutkan bahwa terdapat lima
kemampuan dasar matematika yang merupakan standar proses yakni
pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and
proof), komunikasi (communication), koneksi (connections) dan
representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar
kemampuan NCTM, maka dalam tujuan pembelajaran matematika
menurut Badan Standar Nasional.
Pendidikan (BSNP) 2006 yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam hal: (1) memahami konsep–konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep tersebut
dalam menyelesaikan soal atau masalah; (2) menggunakan penalaran,
melakukan manipulasi, serta menyusun bukti; (3) memecahkan masalah
antara lain mampu memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, serta menafsirkan solusinya; (4) menyajikan
gagasan matematis dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain; (5)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai
oleh siswa adalah memahami konsep–konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep tersebut dalam
menyelesaikan soal atau masalah atau disebut sebagai kemampuan koneksi
matematis. Kemampuan koneksi matematis penting dimiliki siswa karena
kemampuan tersebut akan membuat pemikiran dan wawasan siswa
semakin luas, siswa memandang bahwa matematika adalah suatu
keseluruhan yang padu, bukan sebagai materi yang berdiri sendiri–
sendiri, siswa dapat mengetahui manfaat matematika di sekolah maupun di
luar sekolah. Untuk memperoleh kemampuan koneksi matematis yang
dapat menunjang pemahaman matematika, diperlukan suatu pembelajaran
yang memberikan banyak peluang kepada siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya dari masalah dunia nyata, melatih siswa untuk mencari
hubungan atau menghubungkan konsep–konsep yang akan dan sudah
dikuasai dan menemukan hubungan antar konsep matematika dengan
pelajaran lain.
3. Guru
Isu isu pembelajaran matematika yang dihadapi siswa adalah
sebagai berikut
a. Kemampuan guru dalam mengajar berbeda,
b. Bahan ajar kurang jelas tidak sesuai dengan silabus,
c. Tidak menggunakan alat media pembelajaran,
d. Tidak memaksimalkan penggunaan strategi, metode dan teknik
pembelajaran,
e. Penggunaan model pembelajaran monoton,
f. kurikulum pembelajaran yang sering berubah sehingga menyulitkan
guru dalam proses pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan diatas yang perlu dilakukan oleh
guru sebagai berikut;
a. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008).
Kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Keempat kompetensi ini bersifat holistik, artinya guru
tidak hanya dituntut untuk memiliki salah satu atau beberapa
kompetensi tersebut melainkan guru dituntut untuk mampu memiliki
keempat kompetensi tersebut.
1. Kompetensi pedagogik secara umum menuntut guru untuk mampu
mengelola pembelajaran yang mencakup pemahaman dan
pengembangan peserta didik; serta perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kegiatan pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian menuntut kepribadian guru yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dengan siswa, sesama guru, tenaga
kependidikan, orang tua/wali siswa dan masyarakat.
4. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing siswa memperoleh kompetensi yang
ditetapkan.
b. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi
atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan
Jasmadi dalam Lestari, 2013:1). Pengertian ini menjelaskan bahwa
suatu bahan ajar haruslah dirancang dan ditulis dengan kaidah
intruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan
menunjang proses pembelajaran.
c. Kemp dan Dayton (Azhar Arsyad, 2010: 21) mengemukakan dampak
positif dari penggunaan media pembelajaran, yaitu penyampaian
pelajaran menjadi lebih baku, pembelajaran bisa lebih menarik,
pembelajaran menjadi lebih interaktif, lama waktu pembelajaran yang
diperlukan dapat dipersingkat, kualitas hasil belajar meningkat,
pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja, sikap positif
siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan proses belajar dapat
ditingkatkan, peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Manfaat dari penggunaan media pembelajaran akan dapat dirasakan
secara optimal apabila guru mampu memilih dan menggunakan media
tersebut sesuai dengan tujuan dan fungsinya .
Manfaat dari media pembelajaran di antaranya yaitu, dapat
membantu mempermudah pengajar dalam menyampaikan materi,
dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan bervariasi, siswa tidak
akan merasa bosan atau jenuh, dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan meningkatkan prestasi belajar.
d. Strategi pembelajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan atau kiat
dalam memanfaatkan sumber yang dimiliki yang didesain
sebagaimana mungkin untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Misalnya strategi Strategi Pembelajaran Kreatif-
Produktif, Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based
Learning), Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB), StrategiPembelajaran Siklus ( Learning Cycle) dan lain
sebagainya. Dimana strategi ini menekankan siswa untuk aktif belajar
dan mendapatkan pengetahuannya sendiri.
Metode merupakan cara yang digunakan guru untuk memberi
kesempatan belajar kepada siswa agar dapat mengembangkan/
meningkatkan kemampuan yang dimilikinya, serta mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Adanya
pembaharuan dalam metode ini misalnya yaitu pada mulanya guru
dalam kegiatan pembelajaran mengguankan metode ceramah, akan
tetapi metode ceramah ini tidak efektif apabila digunakan secara terus
menerus, sehingga dapat diperbaharui dengan misalnya menggunakan
metode demonstrasi, simulasi, tanya jawab, eksperimen dan lain-lain
yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Teknik merupakan penerapan suatu metode secara
pesifik. Misalnya dalam penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini guru juga harus
berganti-ganti teknik untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran.
Teknik ini mendukung atau memacu berhasilnya metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru.
Adanya suatu pembaharuan strategi, metode dan teknik yang
dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan kualitas peserta didik dan hasil belajar yang optimal.
Dari strategi, metode dan teknik pastinya masing-masing mempunyai
suatu kekurangan dan kelebihan, maka guru harus sepintar-pintarnyaa
mengambil kelebihan-kelebihan itu dan menerapkannya dalam
pembelajaran.
e. Model adalah sebuah pola yang secara mendasar dapat menunjukkan
gambaran utuh dari sesuatu yang akan dikerjakan dan hasil yang akan
dicapai. Model merupakan patron yang membimbing seseorang agar
mudah mengerjakan sesuatu tugas dan tepat sasaran, tepat waktu, tepat
guna dan tepat tujuan. Model pembelajaran lebih terfokus pada upaya
mengaktifkan siswa lebih banyak dibandingkan guru namun tetap
dalam ruang lingkup pembelajaran satu tema tertentu yang jelas dapat
mencapai tujuan pada saat tertentu tersebut dengan pembuktian
indikator-indikator tertentu pula.
f. Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang
diambil pemerintah. Alasan pemerintah melakukan perubahan
kurikulum pendidikan yang baru adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia.
Terlalu sering melakukan perubahan kurikulum
pendidikan dinilai kurang efektif dan efisien. Perubahan kurikulum
berdampak baik dan buruk bagi mutu pendidikan, dimana dampak
baiknya yaitu pelajar bisa belajar dengan mengikuti perkembangan
zaman yang semakin maju tapi didukung dengan faktor-faktor seperti
kepala sekolah,guru,tenaga pengajar,siswa didik bahkan lembaga itu
sendiri. Dimana kepala sekolah harus berhubungan baik dengan
atasannya dan membina hubungan baik dengan bawahannya, lalu guru
juga harus bermutu, maksudnya gurunya harus memberi pelajaran
yang dapat dicerna oleh peserta didik, siswa dapat belajar dengan baik,
giat belajar serta kritis dalam setiap pelajaran.
Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan
perubahan kurikulum yang begitu cepat menimbulkan masalah-
masalah baru seperti menurunya prestasi siswa, hal ini dikarenakan
siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada
kurikulum yang baru. Perubahan ini juga berdampak pada sekolah
dimana visi dan misi suatu sekolah yang sedang ingin dicapai
terganggu dengan perubahan kurikulum tersebut.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Setiap kegiatan pembelajaran matematika, tentu menginginkan
keberhasilan untuk mencapai tujuan dalam belajar, penyelesaian
permasalahan terhadap isu-isu penting terhadap siswa dan guru perlu
diatasi. Siswa dapat memahami konsep–konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep tersebut dalam
menyelesaikan soal atau masalah atau disebut sebagai kemampuan koneksi
matematis dalam kehidupan sehari hari. Dan Guru menciptakan
pembelajaran matematika dengan kopentensi, merancang bahan ajar,
menggunakan media pembelajaran jika diperlukan, menggunakan strategi
metode serta tehnik untuk membantu guru dalam kegiatan pembelajaran,
menggunakan model yang sesuai dengan materi pembelajaran
2. Saran
Seperti ungkapan sebuah pribahasa yang menyatakan bahwa tak
ada gading yang tak retak, begitulah pula dengan penulisan makalah ini,
kami telah mengupayakan semaksimal mungkin untuk menciptakan
sebuah makalah yang sempurna, namun ke sempurnaan hanya milik Allah
SWT dan kesalahan milik kami. Oleh karena itu kami tim penulis
mengharapkan kritik dari pembaca agar kami bisa belajar lebih baik lagi.
D. Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.
Ika Lestari. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
Padang:Akademia Permata
Ruseffendi, ET. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Surabaya : Rosda.
Udin S. Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Vygotsky, L.S. 1978. Mind in society : the development of higher
psychological
Processes. Cambridge, MA : Havard University Press.
NCTM, 2000, Principles and Standards for School Mathematics, Reston:
nctm.org
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Anda mungkin juga menyukai