PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tingkat pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai perguruan tinggi.
praktis dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu agar
memahami bidang studi lain, agar siswa dapat berpikir logis, kritis dan praktis
serta bersikap positif dan berjiwa kreatif.1 Salah satu kunci menuju peluang adalah
memberikan peluang karir yang bagus. Dalam suatu permasalahan, matematika ini
situasi untuk menjadi suatu studi atau pemecahan masalah melalui abstrak,
idealisasi, atau generalisasi. Tetapi banyak siswa beranggapan matematika ini sulit
mendapat kendala dan hambatan. Terutama pada mata pelajaran matematika yang
menuntut setiap siswa harus menguasai banyak konsep. Tidak sedikit siswa yang
1
Suherman, dkk., 2001, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA
UPI), h. 58
Siti Akhyar, 2016, “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Treffinger Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN Rukoh Banda Aceh”, Skripsi, (Banda
Aceh: UIN Ar-Raniry), h. 46
2
NRC, 1989, Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics
Education. Washington DC: National Academy Press, h. 1
1
2
kemampuan siswa.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.3 Sehingga guru harus bisa memberikan materi
Dalam konteks yang khusus, seorang guru matematika harus menyadari bahwa ia
adalah guru manusia, guru anak bangsa, sama seperti semua guru pada mata
pelajaran yang lain, dan kemudian dia adalah guru matematika yang membuka
peluang kepada peserta didik bukan sekedar untuk dapat mengetahui matematika
menguasai pelajaran yang diterimanya, yang pada akhirnya siswa akan dapat
Tidak hanya guru, orang tua juga memilik peran besar terhadap potensi
anak, bagaimanapun interaksi orang tua dengan anak melebihi porsi interaksi guru
dengan siswa. Orang tua harus mampu memberikan kondisi yang nyaman dan
sarana yang memadai agar dapat membantu proses belajar anak, sehingga apa
3
Heriansyah, 2018, Guru Adalah Manajer Sesungguhnya Di Sekolah, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, vol 01, no 01, h. 120
4
Departeman Agama RI, 2005, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam), h. 17
5
Dra. Roestiyah N.K, 1986, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta : PT
Rineka Cipta), h. 47
3
yang diberikan oleh guru disekolah dapat dimaksimalkan oleh siswa ketika siswa
Guru adalah salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses
akan lebih banyak mendapat pengetahuan, tetapi ilmu yang di dapat kurang
berkesan karena ilmunya hanya di peroleh dari guru saja dan biasanya mudah
terlupakan.
tepat agar tujuan pembelajaran tercapai serta agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efesien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi yang tepat, guru
yang tepat juga. Karena dengan metode belajar yang berbeda sangat dapat
guru harus memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik yang dapat
6
M. Shabir U, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik : (Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan
Kewajiban, dan Kompetensi Guru), Vol 02, No 02, 2015, h. 224
7
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya), h. 147
4
pembelajaran matematika tidak diberikan oleh guru.8 Dan siswa sering kali
menguasai materi pelajaran yang persis dengan buku, sehingga ketika ditanyakan
Materi bangun datar adalah salah satu materi matematika yang dipelajari di
jenjang pendidikan SMP kelas VII semester dua, dan materi bangun datar ini
adalah prasyarat untuk melanjutkan materi bangun ruang yang akan dipelajari di
kelas VIII semester dua nantinya. Materi bangun datar ini termasuk materi dimana
Berdasarkan observasi dan kajian awal peneliti pada tanggal 15 november 2019
pada kelas VIII di MTsN 1 Model Banda Aceh yang terdiri dari 35 peserta didik,
sehari-hari yang berkaitan dengan materi bangun datar persegi dan persegi
panjang. Hal ini penulis ketahui dari langkah-langkah peserta didik dalam
penyelesaian yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah dan juga kurang
mampu menerapkan prosedur, lalu hanya 2 orang peserta didik saja yang bisa
menjawab soal pemecahan masalah yang peneliti berikan, tetapi kurang mampu
8
Tatang Herman, 2011, Membangun Pengetahuan Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah, (Di Presentasikan dalam Seminar Nasional MIPA 1 Agustus 2006 yang diselenggarakan
oleh Fakultas MIPA UNY,Yogyakarta) h. 1
9
Mursell, J, Prof. Dr. Nasution. S,M.A, 1995, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta : Bumi
Aksara), h. 5
5
materi bangun datar dan kurang mampu dalam menyelesaikan masalah yang
Selain itu, berdasarkan hasil observasi peneliti dikelas VIII MTsN Model
1 Banda Aceh, proses pembelajaran masih berpusat kepada guru yaitu (teacher
centered). Pembelajaran didominasi oleh guru sehingga guru aktif dan peserta
Selain faktor materi dan guru, keinginan peserta didik sendiri juga menjadi
wawancara yang penulis lakukan dengan peserta didik kelas VIII MTsN Model 1
matematika jika tanpa melihat buku catatan atau buku paket. Dalam wawancara,
peserta didik mengatakan bahwa mereka tidak aktif dan kurang semangat ketika
belajar matematika, bahkan mereka hanya mau maju ke depan jika guru
memberikan nilai bagi yang maju. Ketergantungan peserta didik terhadap buku
catatan atau buku paket serta kurangnya minat tersebut, membuat peserta didik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elma Lusiana Arafani, Elin Herlina,
kebermaknaan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu cara agar peserta
masalah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peserta didik dengan
siswa yang disesuaikan dengan karakteristik dan lingkungan siswa. Strategi yang
10
Hasil observasi di MTsN Model 1 Banda Aceh Kelas VIII-1, Jum’at tanggal 15
November 2019, pukul 11.00 wib
11
Elma Lusiana Arafani, dkk, Peningkatan Kemampuan Memecahkan masalah Matematik
Siswa SMP dengan Pendekatan Kontekstual, Jurnal Pendidikan Matematika, vol 03, No 02, 2019,
h. 330
12
Fredi Ganda Putra, Eksperimentasi Pendekatan Kontekstual Berbantuan Hands On
Activity (HoA) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol 08, No 01, 2017, h. 75 & 79
7
kontekstual.13
membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan kondisi yang ada
berjalan secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
manfaat materi yang di sampaikan oleh guru, dan juga bisa memahami bagaimana
siswa merasakan ilmu yang didapat merupakan salah satu kebutuhan yang penting
Siswa”
13
Zainul Mustofa, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui
Pendekatan Kontekstual Berbasis Lesson Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan
Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa, Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, Vol 01, No 05, 2016 h. 885-889
14
Nurhadi, 2002, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), h. 1
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi kajian utama peneliti
adalah:
didik?
C. TUJUAN PENELITIAN
adalah:
konvensional.
D. MANFAAT PENELITIAN
9
1. Manfaat Teoritis
matematis siswa.
2. Manfaat Praktek
Dilihat dari segi praktek, penelitian ini memberikan manfaat antara lain:
matematis siswa.
yang relevan.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Penerapan
sesuai dengan aturan”.15 Aturan yang dimaksud disini adalah adanya perubahan
dari sesuatu hal yang kurang baik atau kurang bermutu ke arah yang lebih baik
dan bermutu.
mendekatkan.16 Kontekstual berarti apa yang ada di depan atau di belakang kata,
Learning (CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana situasi dunia nyata
dihadirkan ke dalam kelas oleh guru dan mendorong siswa membuat hubungan
15
Muhammad Ali, 1983, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta : Balai
Pustaka Amani), h. 535
16
W.J.S Poerwadarmita, 2005, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),
h. 275
17
Ibid., h. 613
11
LANDASAN TEORI
1. Belajar
Belajar merupakan proses yang komplek yang terjadi pada setiap orang
sepanjang hidupnya, dan hal ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. 18
Belajar adalah suatu usaha mencari, menenemukan dan
melihat seluk-beluk sesuatu. Belajar ialah memecahkan suatu masalah tidak hanya
dalam pelajaran ilmu pasti, tetapi juga dalam mempelajari keterampilan motoris,
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dalam proses belajar (leraning is
sebagai hasil dari praktik yang dilakukan oleh seseorang (learning is a change in
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita tarik kesimpulan, belajar adalah
suatu perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku pada diri
18
Azhar Arsyad, 1997, Media Pengajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 1
19
J. Mursel & Prof. Dr. Nasution, S, M.A., 1995 Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: Bumi
Aksara), h. 22
20
Prof. Dr. Wahab Jufri, A, M.Sc., 2017 Belajar dan Pembelajaran Sains, (Bandung :
Pustaka Reka Cipta), h. 49
21
Ibid, h. 49
12
13
2. Pembelajaran
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil belajar. Hal ini berarti bahwa
bahan ajar, media, alat, prosedur dan proses belajar untuk mencapai suatu
perilaku, sikap, pengetahuan dan kemampuan pemaknaan pada peseta didik yang
kebutuhan hidup peserta didik tersebut sebagai seorang insan manusia akan
dapat terpenuhi.22
konsep diskontruksi oleh siswa melalui proses tanya jawab dalam diskusi.
a) Kontruktivisme (contructivism)
23
Nurhadi, 2004, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, (Malang :
IKIP), h.11
24
Sugiyanto, 2010, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta : Yuma Pressindo), h.
18
16
pengetahuan memang berasal dari luar tetapi dikontruksi dalam diri seseorang.
atau di ingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dari memberi makna
semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu di uji dengan pengalaman yang
beda”.25 Pengalaman yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda
oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap
b) Menemukan (inquiry)
tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
sendiri materi yang harus dipahaminya. Menurut Nana Syaudih, “kegiatan belajar
inquiri (menemukan) lebih bersifat aktif, karena sejumlah proses mental yang
aktifitas fisik.”27
c) Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki sekarang selalu bermula dari bertanya, dengan adanya
bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting, karena pertanyaan guru dapat
penguasaan pelajaran
menyimpulkan sesuatu
27
Nana Syaudih, 1996, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta), h. 38
28
Trianto, (2009), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta :
Kencana), h. 18
18
dengan orang lain. seperti siswa mengerjakan LKS yang dibagikan guru secara
e) Pemodelan (modelling)
contoh yang dapat ditiru oleh siswa”.29 Model itu bisa berupa cara
Perlu juga dipahami bahwa modelling tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat
juga memanfaatkan siswa atau sumber lain yang dapat mempunyai pengalaman
atau keahlian. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa
dari pada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa
f) Refleksi (reflection)
lainnya yang mereka ketahui mengenai bangun ruang kubus dan balok sesuai yang
telah dipelajari.
29
Trianto, (2009), Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovasi-Progresif, (Jakarta :
Kencana), h. 18
19
Melalui CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika
peserta didik berada dalam kelas, akan tetapi jauh lebih penting bagaimana
membawa pengalaman itu ke luar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau
Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar dari pada hasil
belajar, oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus-menerus selama kegiatan
perkembangan seluruh aspek. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai
hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: kegiatan tertulis hasil tes tertulis,
para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran
mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna didalam tugas sekolah. Ketika
30
Sugiyanto, 2010, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta : Pressindo), h. 18
20
bermakna.
Learning (CTL)
pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
menghargai orang lain, mencapai standar tinggi dan berperan serta dalam tugas-
pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna.
memahami materi suatu mata pelajaran yang sedang dipelajari dengan baik dan
mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat
bagi seseorang bila sesuatu itu merupakan hal baru bagi yang bersangkutan dan
Lester, dan Kroll (1990) yang menyatakan : masalah adalah situasi di mana
seorang individu atau sekelompok orang menghadapi suatu tugas di mana tidak
tersedia algoritma yang lengkap untuk menemukan solusinya. Pakar lain, Krulik
telah diperoleh untuk menyelesaikan masalah pada situasi yang belum dikenalnya.
matematika adalah persoalan yang tidak rutin, tidak terdapat aturan dan atau
hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan solusinya atau
33
Ibid, h. 44-45
34
Ibid, h. 47
35
Siti Mawaddah, Hana Anisah,”Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif (Generative
Learning) Di Smp”. EDU-MATH Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 3, No 2, Oktober 2015, h.
166-175
23
Pendekatan
No Langkah-langkah pembelajaran aktif
kontekstual
Bagi siswa menjadi beberapa kelompok
sesuai dengan jumlah tugas/masalah
yang akan diberikan dengan anggota
yang heterogen
1. Learning community
Setiap kelompok berdiskusi dan saling
berbagi untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan dengan bimbingan guru
Tabung
= 2π r
=pxl
= (2π r )× t
= 2π rt
Luas lingkaran = π r2
= π r2 + π r2 + 2π rt
= 2 (π r2 ) + 2π rt
=2πr(r+t)
25
Kerucut
= π r2 + π rs
=πr(r+s)
E. Penelitian Relavan
Penelitian yang relavan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul
(CTL)
matematis.
2013.
27
masalah matematik.
pendekatan kontektual.
F. Hipotesis
29
siswa”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
agar data yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan dan valid. Pendekatan
terhadap data, dan penampilan dari hasil.37 Penelitian kuantitatif adalah penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
mengetahui ada tidaknya akibat atau perubahan terhadap suatu subjek yang
peserta didik.
pretest-posttest control group design yaitu dengan memberikan pre-test dan post-
36
37
Ibid, h. 27
31
32
test. Jenis design control group ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas
konvensional. Pada tahap awal, akan diberikan pre-test (test awal) pada kelas
kontrol, akan diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa, lalu
Keterangan:
38
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 39 Adapun populasi yang
menjadi subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP.
karena dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa
didasarkan pada alasan bahwa siswa yang menjadi subjek penelitian duduk pada
tingkat yang sama dan pembagian kelas tidak berdasarkan rangking. Dengan
demikian, anggota populasi adalah homogen.40 Adapun yang dipilih secara acak
dalam hal ini adalah kelasnya, yaitu dengan menggunakan table angka random.
Setelah dilakukan pemilihan maka terpilih kelas VIII-2 dan kelas VIII-3.
ini adalah tes. Tes digunakan untuk melihat tingkat kemampuan pemecahan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. 41 Tes yang dibuat oleh
39
Ibid, h. 108-109
40
peneliti adalah soal-soal yang dimodifikasi dari beberapa buku matematika serta
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis. Tes tertulis
yang dimaksud adalah tes pemecahan masalah yang dapat mengukur tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, yaitu tes tulis berbentuk
1. Pre-test
Pre-test adalah tes awal yang digunakan untuk melihat kemampuan awal
2. Post-test
Post-test yaitu tes yang diberikan kepada siswa setelah selesai pembelajaran.
peserta didik.
D. Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
matematis peserta didik dan dibuat dalam bentuk essay yang terdiri dari soal pre-
test dan post-test. Adapun kriteria penskoran pemecahan masalah matematis yaitu:
Rubrik penskoran
42
Yani Komalasari, 2019, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIII Di Kabupaten Bandung Barat”. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 3, No 1, h. 195
36
Tahap analisis data adalah tahap yang sangat penting dalam penelitian
karena pada tahap inilah penulis dapat merumuskan hasil dari penelitiannya.
maka terlebih dahulu data tersebut dikonversikan dalam bentuk interval dengan
menggunakan MSI (Method Succesive Interval). Adapun data yang diolah untuk
penelitian ini adalah hasil pre-test dan post-test. Selanjutnya data tersebut diuji
Untuk pengolahan data tentang hasil belajar peserta didik kelas eksperimen
dan kelas kontrol, dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t. adapun langkah-
dengan rumus :
fix
❑ =
i
fi
Keterangan:
❑ = rata-rata hitung
S= √ n f i x 2
i−¿ ¿¿¿
¿ ¿¿
d. Uji Normalitas
merupakan sebaran secara normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data
digunakan uji chi kuadrat (2). Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
Keterangan:
2 = Statistik chi-kuadrat
43
Sudjana, 2005, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito), h. 47
44
Ibid, h. 67
38
Oi = Frekuensi pengamatan
e. Uji Homogenitas
penelitian ini mempunyai varians yang sama, sehingga generalisasi dari hasil
penelitian akan berlaku pula untuk populasi yang berasal dari populasi yang sama
H0 : 12 = 22
45
Sudjana, 2005, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito), h. 95
39
H1 : 12 22
varians terbesar
F= 46
varians terkecil
(homogen).
46
Ibid, h. 273
40
F1 n n
Kriteria pengujian ini adalah tolak H0 jika F ( 1 – 1, 2 1), dalam hal lain
2
H0 diterima.47
Pengujian dengan menggunakan uji-t. pengujian ini dilakukan setelah data normal
dan homogen.
Eksperimen
siswa kelas eksperimen digunakan uji-t berpasangan (paired sample t-test) dengan
rumus:
B
B
t= S B dengan B =
n
√n
SB =
√ 1
n−1
2
{B −¿ ¿ ¿
Keterangan:
n = jumlah sampel
47
Hipotesis pengujian
didik
Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah uji-t pihak kanan dengan = 0,05
dan dk= n1. Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika t > t ¿¿ dan terima H0
x 1−x 2
√
t hitung= 1 1
s +
n1 n2
Dengan S = √
2 2
( n −1 ) S +(n¿¿ 2−1)S
1 1 2
¿
n1 +n2 −2
Keterangan:
2
S2= varians kelompok kontrol
Adapun rumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1) adalah
sebagai berikut:
pembelajaran konvensional).
Karena uji yang digunakan adalah uji pihak kanan, maka menurut Sudjana
“kriteria pengujian yang ditentukan adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, dalam hal
pembelajaran kontekstual.
sebagai berikut:
49
Sudjana, 2005, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito), h. 242
50
Sudjana, 2005, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito), h. 239
44
DAFTAR PUSTAKA
Departeman Agama RI, (2005), Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan,
Dra. N.K Roestiyah, (1986), Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta :
PT Rineka Cipta
Dr. H. Hendriana Heris, M.Pd., dkk, (2018), Hard Skills dan Soft Skills
45
46
J. Mursell, Prof. Dr. Nasution. S,M.A, (1995) Mengajar Dengan Sukses, Jakarta :
Bumi Aksara
No 1
Malang : IKIP
Matematika.
Pustaka
Prof. Dr. Jufri Wahab, A, M.Sc., (2017) Belajar dan Pembelajaran Sains,
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Pressindo
Kencana
Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru), Vol 02, No 02.