Anda di halaman 1dari 22

DRAFT PROPOSAL

PENGEMBANGAN DESIGN PEMBELAJARAN (BAHAN AJAR) MENGGUNAKAN MODEL


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

Disusun Oleh :

Nama : Fadhilah Haswenova


NIM : 20205007

DosenPembimbing:
Dr. Hj. Armiati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan salah satu ilmu wajib dan pengetahuan tertua sertadianggap sebagai induk
bagi ilmu lainnya. Matematika erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Matematika bukanlah
suatu subyek yang harus diteruskan (ditransmisikan) oleh guru kepada siswa. Dalam pembelajaran
matematika siswa harus diberikan panduan (dipandu) agar mendapatkan kesempatan melakukan
penemuan kembali matematika. Siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang
sudah jadi. Ini berarti bahwa dalam pendidikan matematika, titik fokus tidak pada matematika sebagai
sebuah sistem tertutup, tetapi pada kegiatan atau proses matematisasi (Freudenthal, 1968 dalam Van den
Heuvel-Panhuizen, 2000)
Salah satu topik matematika yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari adalah operasi
aljabar, yang dipelajari dari kelas VII SMP hingga tingkat lanjut. Mempelajari operasi aljabar bertujuan
untuk mengetahui nilai-nilai yang masih dapat berubah-ubah nilai kebenarannya. Aljabar ini menjadi
materi baru yang dipelajari siswa di tingkat SMP, namun materi aljabar sangat penting untuk menjadi
prasyarat materi matematika pada tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi sehingga sangat penting
bagi siswa untuk benar-benar memahami konsep dan operasi hitung pada aljabar.
Menurut Jamal (2014), kesulitan siswa dalam topik aljabar ini adalah kurangnya pemahaman siswa
dalam memahami konsep dasar aljabar dan kegunaan aljabar dalam kehidupan, sering salah
menggunakan konsep dalam menyelesaikan soal, dan juga siswa kurang keinginannya dalam
menyelesaikan contoh soal cerita yang diberikan oleh guru. Akibat yang ditimbulkan, siswa lebih suka
untuk  menghafal jalan dari soal tersebut dan merasa bosan ketika proses pembelajaran berlangsung
karena pembelajaran cenderung tidak menarik. Untuk itu perlu adanya sebuah bentuk rancangan
pembelajaran yang berkonsep pada kehidupan nyata siswa agar materi ini mudah dimengerti oleh siswa.
Terlepas dari kesukaran yang dirasakan siswa, materi aljabar merupakan salah satu topik
pembelajaran yang tidak hanya berfokuskan kepada penguasaan materi saja, tetapi pada topik ini
diharapkan hendaknya mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi. Materi aljabar mulai di kenal pada saat berada pada sekolah menengah pertama dikelas VII SMP.
Materi pada tingkat ini memang masih sederhana yaitu membahas konsep aljabar, bentuk aljabar dan
operasi hitung sederhana bentuk aljabar. Tapi pada tingkat ini penting untuk dipahami agar mampu
lanjut ketingkat selanjutnya yang lebih kompleks. 
Pentingnya topik ini dibahas, karena luasnya ruang lingkup penggunaan materi ini di kehidupan
sehari-hari. Salah satunya adalah dalam mencari nilai yang tidak diketahui. Misalkan membandingkan
harga buku di Toko A dengan harga buku di Toko B, atau hal lain yang berhubungan dengan sesuatu
yang belum diketahui nilai kebenarannya.
Pembelajaran yang ditemukan di sekolah hanya memfokuskan pada materi buku teks yang ada. Ini
dibenarkan juga oleh guru di SMP di Kota Padang, bahwa guru hanya memberikan konsep yang ada
dan menyelesaikan soal sesuai konsep yang diberikan. Sehingga pemberian materi pembelajaran hanya
sebatas untuk siswa mengetahui bahwa adanya materi ini dipelajari.
Penggunaan buku teks juga berperan penting dalam proses pembelajaran dan sumber belajar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan, buku teks
pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Pada
implementasinya pemerintah mengeluarkan Buku Siswa sebagai buku teks wajib sumber belajar di
sekolah bagi siswa (Kemendikbud, 2014). Sebagai salah satu perangkat dasar yang digunakan dalam
proses pembelajaran, sudah seharusnya buku dapat membantu siswa dalam memahami materi dan dapat
memberi pengaruh dalam pembelajaran.

Pada gambar di atas terlihat bahwa belum ada pendefenisan yang jelas terhadap konsep kenapa
kardus itu dilambangkan dengan x, kenapa pentingnya mempelajari materi operasi aljabar tersebut, dan
apa kegunaan materi aljabar tersebut dalam kehidupan siswa. buku teks siswa hanya memberikan
contoh kontekstual aplikasi penerapan operasi aljabar dalam kehidupan sehari-hari. Akibat dari hal ini,
banyak siswa yang memahami bahwa aljabar hanya disombolkan dengan x, y, atau z tanpa memahami
apa makna dari simbol tersebut. Kegiatan yang ada pada buku siswapun belum sepenuhnya
menggambarkan runtunan materi secara rinci sehingga kadang menyebabkan kebingungan bagi siswa
dalam memahami materi aljabar tersebut. Kemudian pada buku siswa yang digunakan disekolah hanya
memberikan kegiatan yang harus dilakukan siswa, tetapi tidak membantu siswa dalam menemukan
konsep yang diinginkan. Selain itu, buku pegangan guru yang diberikan pemerintah juga belum efektif 
membantu guru dalam proses pembelajaran. Dikarenakan buku guru yang diberikanhanya penyelesaian
dari soal-soal yang ada di buku siswa. Kemudian alur belajar pada materi ini pun tidak sesuai dengan
yang diinginkan guru yaitu siswa menemukan konsep yang dipelajari. Akhirnya alternatif yang
digunakan guru agar siswa dapat paham materi dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Jika
hal ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi aljabar
tidak maksimal dan menjadi dasar ketidaksukaan siswa akan matematika dikemudian hari dikarenakan
materi yang menjadi dasar untuk materi-materi selanjutnya tidak mereka pahami dengan baik. Oleh
karena itu sebagai salah satu solusi dalam mengajarkan materi konsep aljabar digunakan LKS sebagai
alternatif untuk guru dalam memudahkan siswa mengikuti proses pembelajaran.
Pembelajaran yang sering ditemukan disekolah adalah sistem kerja secara berkelompok atau
berdiskusi dimana guru memberikan LKS kepada siswa. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
observer. Observer dimaksudkan disini guru hanya memperhatikan proses kegiatan pembelajaran dan
hanya menilai kegiatan siswa apakah aktif atau tidak dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dilakukan seharusnya pembelajaran berbasis masalah, karena konsep aljabar ini banyak menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memang menjadi salah satu bekal siswa dalam
menyelesaikan permasalahan sehari-harinya dan mereka mampu meningkatkan pemahaman matematis
mereka melalui metode pembelajaran berbasis masalah.
Sedangkan pada pengimplementasian kurikulum 2013 yang dipaparkan oleh Simamora (2017)
bahwa kurikulum 2013 menekankan pembelajaran scientific yang bertujuan agar siswa lebih mampu
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematisnya. Selanjutnya pemahaman konsep
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses matematika yang lain, dimana
pemahaman konsep sangat diperlukan untuk melengkapi dari setiap proses matematika yang lain (Izzati,
2010).
Permasalahan dalam pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam
memahami materi yang diberikan di sekolah. Ini terjadi dikarenakan, pembelajaran di sekolah tidak
terlepas dari buku teks yang ada dan juga tidak mengaitkan kepada kehidupan nyata siswa. Jadi siswa
susah untuk berimajinasi dalam topik yang diberikan dan ini berpengaruh kepada kemampuan
matematis siswa. Proses pembelajaran yang tidak efektif seperti ini juga membuat kemampuan
matematis siswa tidak meningkat. Seperti yang diketahui kemampuan matematis siswa perlu
ditingkatkan karena merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan di era abad-21.
Kemampuan pemahaman konsep matematis yang tinggi akan membantu siswa dalam memahami materi
yang ada dengan baik.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, perlu dirancang sebuah desain pembelajaran topik
materi aljabar yang nantinya dapat membantu mengembangkan kemampuan pemahamaan konsep
matematis siswa. Menurut Anderson et al.(2001: 78), siswa dikatakan memiliki kemampuan
pemahaman matematis jika siswa tersebut mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul
dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulisan, dan grafik. Siswa dikatakan memahami suatu
konsep matematika (masalah) antara lain ketika mereka membangunhubungan antara pengetahuan baru
yang diperoleh dan pengetahuan sebelumnya.
Desain pembelajaran bisa menjadi salah satu solusi dalam berbagai masalah yang dikemukakan di
atas. Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang, baik untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran. Ini bertujuan untuk mengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya
termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Desain pembelajaran (learning trajectory) ini juga dikenal dengan istilah hypothetical learning
trajectory (HLT). HLT merupakan petunjuk bagi guru untuk menentukan dan merumuskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Guru memprediksi jawaban yang akan dijawab oleh siswa kemudian
membuat antisipasi jika jawaban yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Singkatnya HLT ini merupakan langkah dari aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai. 
Desain pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini
dimungkinkan karena dengan merancang desain pembelajaran, seorang desainer (dalam hal ini guru)
memiliki peran vital dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memiliki
kesadaran akan pentingnya tujuan pembelajaran, maka guru akan berupaya untuk melakukan berbagai
aktivitas dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran, seperti merumuskan bahan instruksional,
memilih strategi instruksional, memilih media dan alat pembelajaran, merancang alat evaluasi, dan lain
sebagainya. Dengan merancang desain pembelajaran yang berkualitas, diharapkan proses pembelajaran
akan berlangsung secara menyenangkan, menarik, dan tentu saja berorientasi pada tujuan umum yang
ingin dicapai. Dampaknya, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Dalam merancang desain pembelajaran diperlukan suatu pendekatan. Salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). PBL merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan permasalahan dunia nyata (kontekstual) ke situasi bahasa matematika
sehingga mampu mendorong siswa dalam membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan
menerapkannya kedalam kehidupan mereka di lingkungan sekitar. Sehingga siswa dapat menemukan
dan menerima konsep matematika yang dipelajari melalui ide mereka.
Salah satu karakteristik PBL yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa. hal ini sesuai dengan langkah pada PBL yaitu dapat memancing minat siswa dalam
belajar terutama pada tahap membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis yakin dengan menerapkan desain pembelajaran berbasis
masalah akan mampu memberikan dampak pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Berdasarkan uraian di ataspenulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengembangan Desain
Pembelajaran dengan Materi Aljabar Berbasis Masalah di Kelas VII SMP”.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dijawab pada akhir penelitian ini adalah
1. Bagaimana karakteristik desain pembelajaran matematika berbasis masalah pada siswa kelas VII
yang valid dan praktis untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa?
2. Bagaimana efektifitas desain pembelajaran matematika dengan materi aljabar terhadap peningkaan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Menghasilkan desain pembelajaran pada materi aljabar di kelas VII SMP yang berbasis masalah
yang valid dan praktis.
2. Menghasilkan desain pembelajaran yang efektif pada materi aljabar di kelas VII SMP terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

D. SPESIFIKASI PRODUK
Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah alur pembelajaran materi Aljabar, Buku
Guru, Buku Siswa yang berbasis masalah. Bentuk awal dari produk ini dimuat dalam HLT (Hypotetical
Learning Trajectory). HLT yang dirancang dan kemudian diimplementasikan melalui Buku Guru dan
Buku Siswa. Buku guru dan buku siswa yang dirancang menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah :
1. Spesifikasi Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
a. Tujuan Pembelajaran
Dalam memformulasikan alur pembelajaran, tujuan pembelajaran untuk memudahkan guru dalam
mengkomunikasikan kegiatan belajar terkait materi aljabar kepada siswa agar mereka mampu
menemukan konsep aljabar secara mandiri. Kemudian dapat menciptakan lingkungan belajar
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Adapun tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran materi Aljabar ini adalah sebagai berikut : (1) Peserta didik dapat
menjelaskan bentuk aljabar setelah melakukan pengamatan pada masalah yang diberikan dengan tepat;
(2) Peserta didik dapatmenjelaskan unsur-unsur bentuk aljabar melalui contoh-contoh dengan tepat; (3)
Peserta didik dapatmenjelaskan syarat operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar melalui
diskusi dan tanya jawab dengan tepat; (4) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar setelah mengamati contoh dengan benar; (5) Peserta didik dapat
menentukan hasil operasi perkalian bentuk aljabar setelah mengamati masalah yang berkaitan dengan
perkaitan bentuk aljabar dengan benar; (6) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi perpangkatan
bentuk aljabar setelah mengamati contoh dengan benar; (7) Peserta didik dapat menentukan hasil
operasi pembagian bentuk aljabar dengan benar setelah mengamati tabel prosedur pembagian bentuk
aljabar dengan benar; (8) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi bentuk pecahan aljabar melalui
pengamatan soal dengan benar; (9) Peserta didik dapat menjelaskan cara menyederhanakan pecahan
bentuk aljabar melaui pengamatan tabel dengan tepat; (10) Peserta didik dapatmenentukan hasil
penyederhanaan pecahan bentuk aljabar secara mandiri melalui latihan soal dengan benar; (11) Peserta
didik dapatmenyajikan permasalahan nyata dalam bentuk aljabar melalui kegiatan diskusi dengan tepat;
(12) Peserta didik dapat memecahkan masalah nyata dengan menggunakan sifat-sifat operasi bentuk
aljabar dengan benar
b. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar memuat masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi aljabar di kelas
VII untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dalam aktivitas belajar, siswa diharapkan
aktif dan mendominasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat  mengembangkan potensi dalam
dirinya. 
c. Prediksi Jawaban dan Antisipasi
Prediksi jawaban siswa dimuat agar guru dapat memperkirakan antisapasi yang akan dilakukan pada
jawaban yang diberikan siswa jika tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Antisipasi berupa daftar
pertanyaan untuk menuntun siswa dalam menuju tujuan pembelajaran.
2. Buku Guru
Komponen-komponen yang ada dalam buku guru :
a. Sampul Buku guru yang memuat identitas buku, kata pengantar, daftar isi, peta konsep tentang
materi aljabar.
b. Judul sub topik matematika yaitu Aljabar.
c. Gambar-gambar realistik tentang pemasalahan yang berkaitan dengan materi Aljabar.
d. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
e. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan.
f. Alokasi waktu yang disediakan dalam proses belajar mengajar.
g. Teori ringkas tentang Aljabar.
h. Prediksi jawaban siswa untuk setiap permasalahan mengenai Aljabar.
i. Antisipasi guru terkait prediksi jawaban.
j. Rencana penilaian (mari berlatih, ayo kita simpulkan, pekerjaan rumah, penilaian kemampuan
siswa, penyelesaian)
3. Buku Siswa
Komponen-komponen dalam buku siswa sebagai berikut :
a. Sampul buku siswa yang memuat identitas buku, kata pengantar untuk siswa, daftar isi, dan peta
konsep.
b. Judul sub topik matematika yaitu Aljabar.
c. Gambar-gambar realistik tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi Aljabar.
d. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
e. Aktivitas pembelajaran yang memuat masalah kontekstual yang berkaitan dengan Aljabar untuk
mencapai tujuan.
f. Mari berlatih, pekerjaan rumah, tempat penilaian.
Dikembangkannya desain pembelajaran pada penelitan ini diharapkan valid, praktis dan
dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang akan membantu mereka untuk mempelajari materi yang lebih lanjut dan kompleks.

E. PENTINGNYA PENELITIAN
Pentingnya desain pembelajaran ini dibuat agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Alur pembelajaran sangat perlu dikembangkan untuk mengembangkan dan membangun konsep
khususnya materi Aljabar. Oleh sebab itu, perlu didesain suatu alur belajar berbasis Masalah yang dapat
membuat siswa membangun konsep aljabar gmelalui pengalamannya sendiri. 
Salah satu solusi untuk melibatkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual melalui
penggunaan desain pembelajaran berbasis Masalah. Melalui desain pembelajaran ini diharapkan mampu
menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan yang melatih siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan baru dan menyelesaikan permasalahan matematika khususnya materi
Aljabar.

F. ASUMSI DAN BATASAN PENELITIAN


1. Asumsi Penelitian
Asumsi dalam penelitian ini adalah materi Aljabar dapat diajarkan kepada siswa kelas VII SMP
karena telah belajar topik prasyarat dahulu yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian
pada bilangan pecahan. Materi aljabar dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan MASALAH
karena materi ini membutuhkan masalah konsteksual untuk mempelajarinya.
2. Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini adalah pengembangan desain pembelajaran matematika pada materi
Aljabar yang terdiri dari alur belajar beserta buku guru dan Buku Siswa berbasis MASALAH di kelas
VII.  Materi Aljabar yang diajarkan dibatasi pada bentuk Aljabar, dan operasi hitung aljabar dan hanya
diajarkan di kelas VII SMP. Penilaian efektifitas penggunaan desain pembelajaran hanya pada
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

G. DEFENISI OPERASIONAL
1. Desain Pembelajaran
merupakan proses sistematis pengembangan paket pembelajaran menggunakan teori belajar dan teori
pembelajaran untuk menjamin terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Proses dimaksud meliputi
analisis kebutuhan dan tujuan belajar siswa, pengembangan sistem penyampaian untuk mencapai tujuan
tersebut. termasuk di dalamnya pengembangan materi paket dan kegiatan pembelajaran,
mengujicobakan dan mengevaluasi semua kegiatan pembelajaran dan aktifitas siswa.
2. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)   
Dugaan tentang aktivitas belajar matematika yang akan dilakukan siswa ketika mengerjakan soal-
soal kontekstual dalam mencapai tujuan belajar tertentu. HLT juga berisi dugaan cara berfikir siswa
dalam menyelesaikan soal-soal kontekstual beserta antisipasi dari prediksi jawaban siswa. Hasil dari
rancangan HLT ini akan diimplementasikan menjadi buku guru dan buku siswa.
3. Pendekatan berbasis masalah
merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah otentik (nyata), sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan menemukan,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997). Pada model ini peran guru
adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog,
memberikan fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pendekatan ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya (Ratumanan, 2000). Pembelajarn ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Model pembelajaran ini juga dapat
menigkatkan kemampuan pemahaman dan masalah matematis siswa sesuai dengan temuan Nanang
(2009) yang juga menggunakan pembelajaran secara kontekstual.
4. Validitas
Keterandalan aktivitas yang dirancang pada setiap pertemuan yang mengarahkan pada penemuan
produk. Validitas alur diperoleh dari hasil validasi dengan pakar matematika. 
5. Praktikalitas
Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan disain pembelajaran untuk digunakan. Disain
pembelajaran dikatakan praktis apabila dapat digunakan dengan mudah sesuai dengan langkah-langkah
yang telah dirancang dan dikembangkan. Dan juga, keterpakaian dan keterlaksananya alur atau desain
pembelajaran oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran materi Aljabar.
6. Efektivitas 
Produk yang dihasilkan setelah diterapkannya menggunakan alur pembelajaran memberikan dampak
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan
pendekatan berbasis masalah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pendekatan berbasis masalah
2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
3. Desain pembelajaran
4. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
5. Buku Guru
6. Buku Siswa
7. Bahan Ajar
8. RPP
9. LKS
10. Materi Aljabar SMP Kelas VII
11. Validitas dan Reliabilitas
12. Praktikalitas
13. Efektivitas

B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan bahwa materi Aljabar yang diajarkan
di sekolah masih bersifat mekanistik. Guru masih menerangkan materi, dan memberikan contoh-contoh
soal kemudian meminta siswa untuk mengerjakan latihan atau pekerjaan rumah sesuai dengan contoh
soal yang diberikan. Pembelajaran seperti ini masih belum efektif untuk menjadikan pembelajaran lebih
bermakna untuk siswa. Adapun pemberian LKS dengan guna untuk menjadikan peserta lebih aktif dan
interaktif dalam proses pembelajaran pun juga tidak terlalu efektif. Ketika ada kendala dalam
permasalahan menemukan pada LKS, guru bukan membimbing siswa untuk menemukan tapi
memberikan penjelas terkait materi.
Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu berperan dalam menciptakan suasana
pembelajara yang aktif, interaktif, dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa agar dapat
berkontribusi dalam pembelajaran. Guru harus mampu mengantisispasi berbagai kemungkinan yang
akan terjadi dalam proses pembelajaran agar berlangsung optimal, salah satunya adalah mendesain
pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pendekatan yang dapat mengaplikasikan masalah
pengalaman sehari-hari adalah pendekatan berbasis masalah.  PBL merupakan sebuah konsep yang
menekankan matematika ke kehidupan nyata siswa. Untuk itu perlu suatu upaya dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di sekolah yang agar memiliki makna bagi siswa.
11
Adapun alur pembelajaran yang dikembangkan divalidasi terlebih dahulu oleh pakar yang ahli
dibidangnya dengan tujuan mendapatkan saran dan perbaikan terhadap keseluruhan isi topik yang
terdapat dalam alur pembelajaran pada materi Aljabar.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Penelitian dan Pengembangan
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Plomp.
Model ini terdiri dari lima fase pengembangan, yaitu (1) fase investigasi awal, (2) fase desain, (3) fase

realisasi, (4) fase tes, evaluasi, dan revisi, dan (5) fase implemestasi. Pada penelitian ini,
pengembangan hanya dilakukan sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi karena pada fase
implementasi memerlukan proses dan waktu yang cukup lama. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Proses pada model ini digambarkan seperti berikut.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan


Pelaksanaan penelitian yang dilakukan melalui fase-fase pengembangan Plomp di antaranya sebagai
berikut:
1. Fase investigasi awal
Fase investigasi awal dilakukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah dengan strategi untuk meningkatkan
pemahaman matematis siswa. Pada fase ini dilakukan analisis kurikulum, analisis siswa, dan analisis
materi ajar. Ketiga kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis kurikulum
Pada fase ini dilakukan telaah kurikulum yang digunakan pada sekolah yang akan dilakukan uji
coba. Peneliti mencari literatur untuk mengkaji kurikulum yang digunakan sekolah dan teori-teori
tentang pembelajaran berbasis masalah dan strategi. Peneliti juga melakukan observasi untuk mencari
permasalahan mendasar yang menghambat pembelajaran berbasis masalah dengan strategi untuk
meningkatkan pemahaman matematis siswa.
b. Analisis siswa
Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa yang menjadi subjek penelitian. Karakteristik
ini meliputi perkembangan kognitif siswa dan keterampilan belajar yang dimiliki siswa.
c. Analisis materi
13
Analisis materi ditujukan untuk memilih, menetapkan, merinci, dan menyusun secara sistematis
materi ajar yang relevan untuk diajarkan. Analisis materi ajar mencakup analisis struktur isi dan analisis
konsep.
2. Fase desain
Fase desain bertujuan untuk merancang atau mendesain perangkat pembelajaran beserta instrumen-
instrumen penelitian yang dibutuhkan. Rancangan perangkat dan instrumen penelitian pada fase ini
berdasarkan hasil fase investigasi awal. Langkah-langkah dalam perancangan perangkat pembelajaran
sebagai berikut:
a. Analisis topik
Analisis topik ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis konsep-
konsep materi ajar yang akan diajarkan kepada siswa. Karena materi yang akan diajarkan pada
penelitian ini adalah materi operasi aljabar, maka pada tahap ini peneliti merinci dan menyusun secara
sistematis konsep-konsep operasi aljabar yang akan diajarkan kepada subjek penelitian. Analisis ini
dijadikan dasar dalam menyusun tujuan pembelajaran. Hasil perumusan tujuan pembelajaran menjadi
dasar dalam penyusunan rancangan perangkat pembelajaran.
b. Analisis tugas
Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa selama
pembelajaran.
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dan
disusun dalam skenario kegiatan. Penyusunan RPP disesuaikan dengan tahapan-tahapan model
pembelajaran berbasis masalah dipadukan dengan strategi .
d. Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Penyusunan LKS bertujuan untuk membantu siswa memahami pembelajaran yang berlangsung.
Selain itu, LKS disusun untuk melatih keterampilan belajar siswa secara maksimal sehingga dapat
meningkatkan pemahaman matematis.
3. Fase realisasi
Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase desain. Pada fase ini dilakukan pembuatan perangkat
pembelajaran dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan. Hasil dari fase realisasi adalah perangkat
pembelajaran berbasis masalah dengan Strategi untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa
yang terdiri dari RPP dan LKS beserta instrumen- instrumen penelitian yang dibutuhkan dalam
kegiatan penelitian. Perangkat pembelajaran hasil dari fase ini adalah prototipe I.
4. Fase tes, evaluasi, dan revisi
Pada fase ini ada dua kegiatan utama yang dilakukan, yaitu validasi perangkat pembelajaran pada
para ahli dan uji coba perangkat.
a. Validasi ahli
14
Prototipe I yang dihasilkan pada fase realisasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian
divalidasi oleh validator. Hasil validasi berupa saran dan kritik dari validator dijadikan bahan revisi
untuk menghasilkan prototipe II. Prototipe II selanjutnya digunakan untuk tahap uji coba.
b. Uji coba perangkat
Kegiatan uji coba dilakukan secara terbatas hanya pada satu kelas uji coba. Uji coba kelas terbatas
dilaksanakan sebagai upaya untuk memperoleh masukan, koreksi, dan perbaikan dari guru, siswa, dan
pengamat terhadap perangkat pembelajaran berbasis masalah dengan strategi yang dikembangkan.
Uji coba terbatas akan dilaksanakan di Sekolah dengan subjek penelitian kelas yang ditentukan.
Kegiatan ini akan dibantu oleh pengamat (observer) untuk mengamati keterlaksanaan sintaks
pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
Hasil dari fase uji coba terbatas berupa data penelitian dan perangkat pembelajaran. Selanjutnya,
data penelitian yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui keefektifan perangkat
pembelajaran sehingga menghasilkan laporan penelitian dan perangkat pembelajaran akan direvisi
sehingga menghasilkan prototipe final.

C. Uji Coba Produk


1. Desain uji coba
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian one group pretest posttest design. Dalam
penelitian ini hanya ada satu objek penelitian yang berfungsi sebagai kelompok kontrol (sebelum
dikenakan perlakuan) maupun kelompok eksperimen (setelah dikenakan perlakuan). Data yang
diperoleh sebelum perlakuan digolongkan sebagai data dari kelompok kontrol, sedangkan data yang
dikumpulkan setelah perlakuan digolongkan sebagai data dari kelompok eksperimen.
T1 X T2
Gambar. Desain one group pretest posttest
Keterangan:
T1 : Kondisi awal (pretest).
X : Diberikan perlakuan
T2 : Kondisi akhir (posttest).

2. Subjek uji coba


Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah s i s w a kelas yang telah ditentukan oleh peneliti.
Peneliti mengambil subjek penelitian secara cara wawancara kepada guru matematika.

3. Jenis data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Data Kuantitatif berasal dari hasil wawancara dengan guru, validitas, observasi, dan tes.
b. Data Kualitatif berasal dari catatan lapangan.
15

4. Instrumen pengumpulan data


Instrumen data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
a. Lembar wawancara
Lembar wawancara berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada guru matematika pada
tahap investigasi awal. Pertanyaan yang diajukan terkait kurikulum yang digunakan di lapangan,
pemilihan subjek penelitian, dan materi pembelajaran.
b. Catatan lapangan (field note)
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian- kejadian yang dialami peneliti selama
investigasi awal dan proses penyusunan perangkat pembelajaran serta instrumen
16
penelitian. Penulisan catatan lapangan dicatat secara jelas dan terperinci.
c. Lembar validasi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Kevalidan dapat diketahui dari nilai rata- ratanya sedangkan kepraktisan dapat
diketahui dari penilaian disetiap lembar validasi. Lembar validasi berisi penilaian tentang sistematika
dan isi dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP dan LKS) serta memuat komentar
dan saran yang nantinya digunakan sebagai bahan revisi selanjutnya.
d. Lembar observasi
1) Lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang keterlaksanaan sintaks pembelajaran
selama pembelajaran matematika berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh observer (pengamat) yang
sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan instrumen ini secara objektif.
2) Lembar observasi aktivitas siswa
Data ini merupakan deskripsi aktivitas siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran pada tahap
uji coba dilapangan. Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh observer (pengamat) dan tugas observer
adalah mencatat aktivitas siswa setiap 5 menit sekali.
e. Lembar angket respon siswa
Lembar angket respon berisi pernyataan-pernyataan mengenai respon atau tanggapan siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran. Angket respon siswa diberikan setelah proses belajar mengajar
selesai dilaksanakan.
f. Lembar tes
Lembar tes siswa berupa tes tulis berbentuk soal uraian. Soal berbentuk uraian dipilih untuk
memberi kebebasan bagi siswa dalam menjawabnya dan memudahkan peneliti untuk mengukur
kemampuan siswa.
Instrumen tes dibagi menjadi dua, yaitu pretest dan posttest. Instrumen pretest diberikan sebelum
pembelajaran sedangkan posttest setelah pembelajaran.

5. Teknis analisis data


a. Analisis data wawancara dan field note
Analisis hasil wawancara dan field note dilakukan berdasarkan Miles dan Huberman meliputi
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion
drawing).
1) Reduksi data
Reduksi data merupakan kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pembuangan hal yang tidak perlu, dan pengorganisasian data mentah yang diperoleh dari hasil
wawancara dan catatan lapangan (filed note). Dengan kata lain, dalam tahap reduksi ini dilakukan
pengurangan data yang tidak perlu. Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai
17
berikut: a) memutar hasil rekaman beberapa kali agar dapat menuliskan dengan tepat jawaban yang
diucapkan subjek, b) mentranskip hasil wawancara dengan subjek.
Adapun pengkodean dalam wawancara antara lain: Pa.b.c : pewawancara; Sa.b.c : subjek dengan,
a = subjek ke-a, dengan a = 1
b = wawancara ke-b, dengan b = 1
c = pertanyaan atau jawaban ke-c, dengan c = 1, 2, 3, ….
Berikut contohnya:
P1. 2.3 : pewawancara untuk subjek ke-1, wawancara ke-2, dan jawaban/respon ke-3
S1.2.3 : Subjek 1, wawancara ke-2, dan jawaban/respon ke-3
c) memeriksa kembali hasil transkip
2) Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan infomasi yang telah
diperoleh dari hasil reduksi data.
3) Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah memberikan makna dan penjelasan terhadap hasil penyajian data.
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan kurikulum sekolah tempat
penelitian dan kondisi siswa subjek penelitian.
b. Analisis data hasil validasi
Analisis data hasil validasi perangkat pembelajaran dilakukan dengan mencari rata-rata tiap
kategori dan rata-rata tiap aspek dalam lembar validasi, hingga akhirnya didapatkan rata-rata total
penilaian validator terhadap masing-masing perangkat pembelajaran. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Mencari rata-rata tiap kategori dari semua validator
2) Mencari rata-rata tiap aspek dari semua validator
3) Mencari rata-rata total validitas
Untuk menentukan kategori kevalidan suatu perangkat diperoleh dengan mencocokkan rata-rata ( x )
total dengan kategori kevalidan perangkat pembelajaran menurut Khabibah, sebagai berikut:
Tabel. Kriteria Pengkategorian Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Interval Skor Kategori kevalidan
4 ≤ VR ≤ 5 Sangat Valid
3 ≤ VR < 4 Valid
2 ≤ VR < 3 Kurang Valid
Keterangan: VR adalah rata-rata total hasil penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan.
Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika rata-rata total hasil penilaian validator terhadap
perangkat pembelajaran berada pada kategori “valid” atau “sangat valid”. Apabila terdapat skor yang
kurang valid atau tidak valid, akan digunakan sebagai masukan untuk merevisi perangkat pembelajaran
yang dikembangkan.
18
Untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran, terdapat empat kriteria penilaian
perangkat pembelajaran dengan kode nilai sebagai berikut:
Tabel. Kriteria Penilaian Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Kode Nilai Keterangan
A Dapat digunakan tanpa revisi
B Dapat digunakan dengan sedikit revisi
C Dapat digunakan dengan banyak revisi
D Tidak dapat digunakan
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika para ahli (validator) menyatakan bahwa perangkat
pembelajaran dapat digunakan di lapangan dengan “sedikit revisi” atau “tanpa revisi”.
c. Analisis data keefektifan perangkat pembelajaran
Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi tiga
indikator, yaitu 1) keterlaksanaan sintaks pembelajaran efektif, 2) mendapat respon positif dari siswa,
dan 3) aktivitas siswa selama KBM berlangsung efektif. Keterangan lebih lengkapnya sebagai berikut:
1) Analisis data keterlaksanaan sintaks pembelajaran
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mencocokkan hasil rata-rata skor yang
diberikan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran
Interval Skor Kriteria Penilaian
3,00 < RT ≤ 4,00 Sangat baik
2,00 < RT ≤ 3,00 Baik
1,00 < RT ≤ 2,00 Kurang baik
RT ≤ 1,00 Tidak baik
2) Analisis data respon siswa
Analisis data respon siswa menggunakan statistik deskriptif, yaitu menghitung presentase
terhadap pernyataan yang diberikan.
Tabel. Kriteria Respon Positif Siswa
Interval Skor Kriteria Penilaian
85% ≤ RS Sangat positif
70% ≤ RS < 85% Positif
50% ≤ RS < 70% Kurang positif
RS < 50% Tidak positif
3) Analisis data aktivitas siswa
Hasil analisis penilaian terhadap lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh dari deskripsi
hasil pengamatan aktivitas siswa dalam uji coba lapangan.
Aktivitas siswa dikatakan efektif jika presentase aktivitas siswa yang mendukung kegiatan belajar
mengajar (KBM) lebih besar daripada presentase aktivitas siswa yang tidak mendukung KBM.
d. Analisis data tes pemahaman matematis siswa
Tes pemahaman matematis siswa akan menghasilkan data kuantitatif yang berasal dari skor
hasil pretest dan posttest. Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan diolah dengan
bantuan program komputer, yaitu Microsoft Excel dan software SPSS.
19
Hal pertama yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis terhadap
data pretest dan posttest secara deskriptif untuk mengetahui skor tertinggi, skor terendah, dan
rata-rata. Kemudian dilakukan uji-uji sebagai berikut:
1) Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data hasil pretest dan posttest.
Uji normalitas menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov Smirnov Test pada software SPSS
versi 16. Hipotesis pengujian uji normalitas dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov
Test adalah:
Ho : data tidak berdistribusi normal
H1 : data berdistribusi normal
Output dari uji One-Sample Kolmogorov Smirnov Test pada SPSS versi 16 dianalisis dengan

membandingkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai alpha ( ) . Nilai alpha ( ) adalah 0,05 dan

kriteria pengambilan keputusan :


a. nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka Ho diterima
b. nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka Ho ditolak
Jika data pretest dan posttest berdistribusi normal maka pengujian selanjutnya menggunakan uji
statistik parametrik, yaitu dengan uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test). Namun, jika
data tidak berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik,
yaitu dengan Uji Urutan Bertanda Wilcoxon (The Signed Rank Test). Uji homogenitas tidak
dilakukan dalam penelitian ini karena dalam uji-t sampel berpasangan atau uji urutan bertanda
wilcoxon varian data boleh homogen atau tidak.
2) Uji-t sampel berpasangan (paired sample t-test)
Uji-t sampel berpasangan digunakan untuk membandingkan rata-rata yang diperoleh dari
pengukuran dua sampel yang saling berhubungan satu sama lain (dua sampel berpasangan). Sampel
berpasangan adalah kita menggunakan sampel yang sama, tetapi pegujian yang dilakukan terhadap
sampel tersebut dua kali dalam waktu yang berbeda atau dengan menggunakan interval waktu.
Pengujian dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan khusus (treatment) terhadap sampel tersebut.
Pengujian pertama dilakukan sebelum ada perlakuan dan pengujian kedua setelah ada perlakuan.
Asumsi dasar penggunaan uji-t sampel berpasangan adalah data berdistribusi normal, data berskala
interval atau ratio, dan varian untuk masing- masing variabel dapat sama atau tidak. Prosedur pengujian
uji-t sampel berpasangan sebagai berikut:
a) menentukan hipotesis
Ho : Tidak terdapat peningkatan pemahaman matematis siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran matematika berbasis masalah dengan strategi ( = )


H1 : Terdapat peningkatan pemahaman matematis siswa sebelum dan sesudah
20
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan strategi ( ≠ )
b) menentukan taraf nyata ( < 0, 05)

c) melakukan analisis data dengan uji-t sampel berpasangan, langkah-langkah perhitungan adalah:
(1) menentukan selisih data sesudah dan sebelum; (2) menghitung standar deviasi dari selisih data; (3)
menghitung t-hitung dengan rumus.
d) membandingkan t-hitung dengan t-tabel .
e) menentukan daerah keputusan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Addison Wesley Longman.Abbas, N. (2000). Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem-based instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU. [Online]. Tersedia:
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/51/040429%20-ed-%20nurhayati-pererapan%20model
%20pembelajaran.pdf
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Branca, NA.(2004). Problem solving as agoal, process, and basic skill. In Stephen Krulik dan Robert E. Rey
(Ed). Problem solving in school mathematics, (p.3-8), NCTM.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. RinekaCipta
Fauzan, Ahmad. 2008. Problematika Pembelajaran Matematika dan alternatif penyelesaiannya. Padang.
Herlina. 2016. The Improvement Of Mathematics Communication For Junior High School Students Through
Contextual Mathematics Learning.
Jihad, Asep,dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo
John Willey& Sons Inc.National Council of Teachers of Mathematics (2000). Curriculum and evaluation
standard forschool mathematics.
Krisdiana, Ika, dkk. 2014. Analisis Kesulitan yang Dihadap oleh Guru dan Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama dalam  Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Matematika (Studi
Kasus Eks-Karesidenan Madiun). JIPM (Jurnal Ilm. Pendidik. Mat., vol. 3, no. 1.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar. 2013. Panduan Teknis Memahami Buku Siswa dan Buku Guru dalam Pembelajaran di
Sekolah Dasar.
Kemp, Morrison, & Ross, 1994.Designing Effective Instruction. Merril.
Nahel, Bintu. 2012. Pengertian Buku Siswa. (Online),
(http://www.id.shvoong.com/socialsciences/education/2251813pengertian-buku-siswa/, diakses 26
Desember 2020).
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
Muliyardi. 2002.Strategi Pembelajaran Matematika, Padang: FMIPA UNP, h.127.
Mulyadi, E. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ploomp.  2013.  Educational  Design  Research:  an  Introduction.  Dalam  Tjeerd Plomp dan Nienke
Nieveen (Ed.). An Introduction to Educational Design Research.  Enschede:  SLO•Netherlands 
Institute  for  Curriculum Development
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Prubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
22
Purwanto,  Ngalim.  2009.  Prinsip-prinsip  dan  Teknik  Evaluasi  Pengajaran.Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sujarwo. 2008. Desain sistem pembelajaran. No. 2008, pp. 1–18.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.
Ratumanan, Tanwey Gerson, dkk. 2019. Analisis Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013
Pada Sma Negeri 1 Masohi. JUMADIKA  J. Magister Pendidik. Mat., vol. 1, no. 1, pp. 25–34.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam
pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Tarsito: Bandung.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Sumarmo, U. (1994). Suatu alternatif pengajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
guru dan siswa SMP. Laporan penelitian. Bandung: IKIP (tidak dipublikasikan).
Slavin, R.E. (1994). The PQ4R Method Was Development. Educational Psychology: Theory and Practice.
Boston:
Sinaga. (1999). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk peningkatan kemampuan komunikasi
dan pemeahan masalah matematis siswa. Thesis SPS UPI Bandung

Anda mungkin juga menyukai