Disusun Oleh :
DosenPembimbing:
Dr. Hj. Armiati, M.Pd
Pada gambar di atas terlihat bahwa belum ada pendefenisan yang jelas terhadap konsep kenapa
kardus itu dilambangkan dengan x, kenapa pentingnya mempelajari materi operasi aljabar tersebut, dan
apa kegunaan materi aljabar tersebut dalam kehidupan siswa. buku teks siswa hanya memberikan
contoh kontekstual aplikasi penerapan operasi aljabar dalam kehidupan sehari-hari. Akibat dari hal ini,
banyak siswa yang memahami bahwa aljabar hanya disombolkan dengan x, y, atau z tanpa memahami
apa makna dari simbol tersebut. Kegiatan yang ada pada buku siswapun belum sepenuhnya
menggambarkan runtunan materi secara rinci sehingga kadang menyebabkan kebingungan bagi siswa
dalam memahami materi aljabar tersebut. Kemudian pada buku siswa yang digunakan disekolah hanya
memberikan kegiatan yang harus dilakukan siswa, tetapi tidak membantu siswa dalam menemukan
konsep yang diinginkan. Selain itu, buku pegangan guru yang diberikan pemerintah juga belum efektif
membantu guru dalam proses pembelajaran. Dikarenakan buku guru yang diberikanhanya penyelesaian
dari soal-soal yang ada di buku siswa. Kemudian alur belajar pada materi ini pun tidak sesuai dengan
yang diinginkan guru yaitu siswa menemukan konsep yang dipelajari. Akhirnya alternatif yang
digunakan guru agar siswa dapat paham materi dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Jika
hal ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi aljabar
tidak maksimal dan menjadi dasar ketidaksukaan siswa akan matematika dikemudian hari dikarenakan
materi yang menjadi dasar untuk materi-materi selanjutnya tidak mereka pahami dengan baik. Oleh
karena itu sebagai salah satu solusi dalam mengajarkan materi konsep aljabar digunakan LKS sebagai
alternatif untuk guru dalam memudahkan siswa mengikuti proses pembelajaran.
Pembelajaran yang sering ditemukan disekolah adalah sistem kerja secara berkelompok atau
berdiskusi dimana guru memberikan LKS kepada siswa. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan
observer. Observer dimaksudkan disini guru hanya memperhatikan proses kegiatan pembelajaran dan
hanya menilai kegiatan siswa apakah aktif atau tidak dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dilakukan seharusnya pembelajaran berbasis masalah, karena konsep aljabar ini banyak menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memang menjadi salah satu bekal siswa dalam
menyelesaikan permasalahan sehari-harinya dan mereka mampu meningkatkan pemahaman matematis
mereka melalui metode pembelajaran berbasis masalah.
Sedangkan pada pengimplementasian kurikulum 2013 yang dipaparkan oleh Simamora (2017)
bahwa kurikulum 2013 menekankan pembelajaran scientific yang bertujuan agar siswa lebih mampu
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematisnya. Selanjutnya pemahaman konsep
mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses matematika yang lain, dimana
pemahaman konsep sangat diperlukan untuk melengkapi dari setiap proses matematika yang lain (Izzati,
2010).
Permasalahan dalam pembelajaran matematika tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam
memahami materi yang diberikan di sekolah. Ini terjadi dikarenakan, pembelajaran di sekolah tidak
terlepas dari buku teks yang ada dan juga tidak mengaitkan kepada kehidupan nyata siswa. Jadi siswa
susah untuk berimajinasi dalam topik yang diberikan dan ini berpengaruh kepada kemampuan
matematis siswa. Proses pembelajaran yang tidak efektif seperti ini juga membuat kemampuan
matematis siswa tidak meningkat. Seperti yang diketahui kemampuan matematis siswa perlu
ditingkatkan karena merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan di era abad-21.
Kemampuan pemahaman konsep matematis yang tinggi akan membantu siswa dalam memahami materi
yang ada dengan baik.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, perlu dirancang sebuah desain pembelajaran topik
materi aljabar yang nantinya dapat membantu mengembangkan kemampuan pemahamaan konsep
matematis siswa. Menurut Anderson et al.(2001: 78), siswa dikatakan memiliki kemampuan
pemahaman matematis jika siswa tersebut mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul
dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulisan, dan grafik. Siswa dikatakan memahami suatu
konsep matematika (masalah) antara lain ketika mereka membangunhubungan antara pengetahuan baru
yang diperoleh dan pengetahuan sebelumnya.
Desain pembelajaran bisa menjadi salah satu solusi dalam berbagai masalah yang dikemukakan di
atas. Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang, baik untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan
pembelajaran. Ini bertujuan untuk mengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya
termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Desain pembelajaran (learning trajectory) ini juga dikenal dengan istilah hypothetical learning
trajectory (HLT). HLT merupakan petunjuk bagi guru untuk menentukan dan merumuskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Guru memprediksi jawaban yang akan dijawab oleh siswa kemudian
membuat antisipasi jika jawaban yang diberikan oleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Singkatnya HLT ini merupakan langkah dari aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai.
Desain pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini
dimungkinkan karena dengan merancang desain pembelajaran, seorang desainer (dalam hal ini guru)
memiliki peran vital dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memiliki
kesadaran akan pentingnya tujuan pembelajaran, maka guru akan berupaya untuk melakukan berbagai
aktivitas dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran, seperti merumuskan bahan instruksional,
memilih strategi instruksional, memilih media dan alat pembelajaran, merancang alat evaluasi, dan lain
sebagainya. Dengan merancang desain pembelajaran yang berkualitas, diharapkan proses pembelajaran
akan berlangsung secara menyenangkan, menarik, dan tentu saja berorientasi pada tujuan umum yang
ingin dicapai. Dampaknya, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
Dalam merancang desain pembelajaran diperlukan suatu pendekatan. Salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). PBL merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengaitkan permasalahan dunia nyata (kontekstual) ke situasi bahasa matematika
sehingga mampu mendorong siswa dalam membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan
menerapkannya kedalam kehidupan mereka di lingkungan sekitar. Sehingga siswa dapat menemukan
dan menerima konsep matematika yang dipelajari melalui ide mereka.
Salah satu karakteristik PBL yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa. hal ini sesuai dengan langkah pada PBL yaitu dapat memancing minat siswa dalam
belajar terutama pada tahap membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis yakin dengan menerapkan desain pembelajaran berbasis
masalah akan mampu memberikan dampak pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Berdasarkan uraian di ataspenulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Pengembangan Desain
Pembelajaran dengan Materi Aljabar Berbasis Masalah di Kelas VII SMP”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dijawab pada akhir penelitian ini adalah
1. Bagaimana karakteristik desain pembelajaran matematika berbasis masalah pada siswa kelas VII
yang valid dan praktis untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa?
2. Bagaimana efektifitas desain pembelajaran matematika dengan materi aljabar terhadap peningkaan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Menghasilkan desain pembelajaran pada materi aljabar di kelas VII SMP yang berbasis masalah
yang valid dan praktis.
2. Menghasilkan desain pembelajaran yang efektif pada materi aljabar di kelas VII SMP terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
D. SPESIFIKASI PRODUK
Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah alur pembelajaran materi Aljabar, Buku
Guru, Buku Siswa yang berbasis masalah. Bentuk awal dari produk ini dimuat dalam HLT (Hypotetical
Learning Trajectory). HLT yang dirancang dan kemudian diimplementasikan melalui Buku Guru dan
Buku Siswa. Buku guru dan buku siswa yang dirancang menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah. Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah :
1. Spesifikasi Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
a. Tujuan Pembelajaran
Dalam memformulasikan alur pembelajaran, tujuan pembelajaran untuk memudahkan guru dalam
mengkomunikasikan kegiatan belajar terkait materi aljabar kepada siswa agar mereka mampu
menemukan konsep aljabar secara mandiri. Kemudian dapat menciptakan lingkungan belajar
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Adapun tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran materi Aljabar ini adalah sebagai berikut : (1) Peserta didik dapat
menjelaskan bentuk aljabar setelah melakukan pengamatan pada masalah yang diberikan dengan tepat;
(2) Peserta didik dapatmenjelaskan unsur-unsur bentuk aljabar melalui contoh-contoh dengan tepat; (3)
Peserta didik dapatmenjelaskan syarat operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar melalui
diskusi dan tanya jawab dengan tepat; (4) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan bentuk aljabar setelah mengamati contoh dengan benar; (5) Peserta didik dapat
menentukan hasil operasi perkalian bentuk aljabar setelah mengamati masalah yang berkaitan dengan
perkaitan bentuk aljabar dengan benar; (6) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi perpangkatan
bentuk aljabar setelah mengamati contoh dengan benar; (7) Peserta didik dapat menentukan hasil
operasi pembagian bentuk aljabar dengan benar setelah mengamati tabel prosedur pembagian bentuk
aljabar dengan benar; (8) Peserta didik dapatmenentukan hasil operasi bentuk pecahan aljabar melalui
pengamatan soal dengan benar; (9) Peserta didik dapat menjelaskan cara menyederhanakan pecahan
bentuk aljabar melaui pengamatan tabel dengan tepat; (10) Peserta didik dapatmenentukan hasil
penyederhanaan pecahan bentuk aljabar secara mandiri melalui latihan soal dengan benar; (11) Peserta
didik dapatmenyajikan permasalahan nyata dalam bentuk aljabar melalui kegiatan diskusi dengan tepat;
(12) Peserta didik dapat memecahkan masalah nyata dengan menggunakan sifat-sifat operasi bentuk
aljabar dengan benar
b. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar memuat masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi aljabar di kelas
VII untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dalam aktivitas belajar, siswa diharapkan
aktif dan mendominasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengembangkan potensi dalam
dirinya.
c. Prediksi Jawaban dan Antisipasi
Prediksi jawaban siswa dimuat agar guru dapat memperkirakan antisapasi yang akan dilakukan pada
jawaban yang diberikan siswa jika tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Antisipasi berupa daftar
pertanyaan untuk menuntun siswa dalam menuju tujuan pembelajaran.
2. Buku Guru
Komponen-komponen yang ada dalam buku guru :
a. Sampul Buku guru yang memuat identitas buku, kata pengantar, daftar isi, peta konsep tentang
materi aljabar.
b. Judul sub topik matematika yaitu Aljabar.
c. Gambar-gambar realistik tentang pemasalahan yang berkaitan dengan materi Aljabar.
d. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
e. Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan.
f. Alokasi waktu yang disediakan dalam proses belajar mengajar.
g. Teori ringkas tentang Aljabar.
h. Prediksi jawaban siswa untuk setiap permasalahan mengenai Aljabar.
i. Antisipasi guru terkait prediksi jawaban.
j. Rencana penilaian (mari berlatih, ayo kita simpulkan, pekerjaan rumah, penilaian kemampuan
siswa, penyelesaian)
3. Buku Siswa
Komponen-komponen dalam buku siswa sebagai berikut :
a. Sampul buku siswa yang memuat identitas buku, kata pengantar untuk siswa, daftar isi, dan peta
konsep.
b. Judul sub topik matematika yaitu Aljabar.
c. Gambar-gambar realistik tentang permasalahan yang berkaitan dengan materi Aljabar.
d. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran.
e. Aktivitas pembelajaran yang memuat masalah kontekstual yang berkaitan dengan Aljabar untuk
mencapai tujuan.
f. Mari berlatih, pekerjaan rumah, tempat penilaian.
Dikembangkannya desain pembelajaran pada penelitan ini diharapkan valid, praktis dan
dapat memberikan dampak positif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang akan membantu mereka untuk mempelajari materi yang lebih lanjut dan kompleks.
E. PENTINGNYA PENELITIAN
Pentingnya desain pembelajaran ini dibuat agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Alur pembelajaran sangat perlu dikembangkan untuk mengembangkan dan membangun konsep
khususnya materi Aljabar. Oleh sebab itu, perlu didesain suatu alur belajar berbasis Masalah yang dapat
membuat siswa membangun konsep aljabar gmelalui pengalamannya sendiri.
Salah satu solusi untuk melibatkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual melalui
penggunaan desain pembelajaran berbasis Masalah. Melalui desain pembelajaran ini diharapkan mampu
menciptakan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan yang melatih siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuan baru dan menyelesaikan permasalahan matematika khususnya materi
Aljabar.
G. DEFENISI OPERASIONAL
1. Desain Pembelajaran
merupakan proses sistematis pengembangan paket pembelajaran menggunakan teori belajar dan teori
pembelajaran untuk menjamin terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Proses dimaksud meliputi
analisis kebutuhan dan tujuan belajar siswa, pengembangan sistem penyampaian untuk mencapai tujuan
tersebut. termasuk di dalamnya pengembangan materi paket dan kegiatan pembelajaran,
mengujicobakan dan mengevaluasi semua kegiatan pembelajaran dan aktifitas siswa.
2. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
Dugaan tentang aktivitas belajar matematika yang akan dilakukan siswa ketika mengerjakan soal-
soal kontekstual dalam mencapai tujuan belajar tertentu. HLT juga berisi dugaan cara berfikir siswa
dalam menyelesaikan soal-soal kontekstual beserta antisipasi dari prediksi jawaban siswa. Hasil dari
rancangan HLT ini akan diimplementasikan menjadi buku guru dan buku siswa.
3. Pendekatan berbasis masalah
merupakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah otentik (nyata), sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan menemukan,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Arends, 1997). Pada model ini peran guru
adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog,
memberikan fasilitas penelitian, dan melakukan penelitian.Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pendekatan ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya (Ratumanan, 2000). Pembelajarn ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Model pembelajaran ini juga dapat
menigkatkan kemampuan pemahaman dan masalah matematis siswa sesuai dengan temuan Nanang
(2009) yang juga menggunakan pembelajaran secara kontekstual.
4. Validitas
Keterandalan aktivitas yang dirancang pada setiap pertemuan yang mengarahkan pada penemuan
produk. Validitas alur diperoleh dari hasil validasi dengan pakar matematika.
5. Praktikalitas
Praktikalitas berkaitan dengan kemudahan disain pembelajaran untuk digunakan. Disain
pembelajaran dikatakan praktis apabila dapat digunakan dengan mudah sesuai dengan langkah-langkah
yang telah dirancang dan dikembangkan. Dan juga, keterpakaian dan keterlaksananya alur atau desain
pembelajaran oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran materi Aljabar.
6. Efektivitas
Produk yang dihasilkan setelah diterapkannya menggunakan alur pembelajaran memberikan dampak
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan
pendekatan berbasis masalah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pendekatan berbasis masalah
2. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
3. Desain pembelajaran
4. Hypothetical Learning Trajectory (HLT)
5. Buku Guru
6. Buku Siswa
7. Bahan Ajar
8. RPP
9. LKS
10. Materi Aljabar SMP Kelas VII
11. Validitas dan Reliabilitas
12. Praktikalitas
13. Efektivitas
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan bahwa materi Aljabar yang diajarkan
di sekolah masih bersifat mekanistik. Guru masih menerangkan materi, dan memberikan contoh-contoh
soal kemudian meminta siswa untuk mengerjakan latihan atau pekerjaan rumah sesuai dengan contoh
soal yang diberikan. Pembelajaran seperti ini masih belum efektif untuk menjadikan pembelajaran lebih
bermakna untuk siswa. Adapun pemberian LKS dengan guna untuk menjadikan peserta lebih aktif dan
interaktif dalam proses pembelajaran pun juga tidak terlalu efektif. Ketika ada kendala dalam
permasalahan menemukan pada LKS, guru bukan membimbing siswa untuk menemukan tapi
memberikan penjelas terkait materi.
Guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu berperan dalam menciptakan suasana
pembelajara yang aktif, interaktif, dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa agar dapat
berkontribusi dalam pembelajaran. Guru harus mampu mengantisispasi berbagai kemungkinan yang
akan terjadi dalam proses pembelajaran agar berlangsung optimal, salah satunya adalah mendesain
pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran agar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pendekatan yang dapat mengaplikasikan masalah
pengalaman sehari-hari adalah pendekatan berbasis masalah. PBL merupakan sebuah konsep yang
menekankan matematika ke kehidupan nyata siswa. Untuk itu perlu suatu upaya dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di sekolah yang agar memiliki makna bagi siswa.
11
Adapun alur pembelajaran yang dikembangkan divalidasi terlebih dahulu oleh pakar yang ahli
dibidangnya dengan tujuan mendapatkan saran dan perbaikan terhadap keseluruhan isi topik yang
terdapat dalam alur pembelajaran pada materi Aljabar.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Penelitian dan Pengembangan
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan Plomp.
Model ini terdiri dari lima fase pengembangan, yaitu (1) fase investigasi awal, (2) fase desain, (3) fase
realisasi, (4) fase tes, evaluasi, dan revisi, dan (5) fase implemestasi. Pada penelitian ini,
pengembangan hanya dilakukan sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi karena pada fase
implementasi memerlukan proses dan waktu yang cukup lama. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Proses pada model ini digambarkan seperti berikut.
3. Jenis data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Data Kuantitatif berasal dari hasil wawancara dengan guru, validitas, observasi, dan tes.
b. Data Kualitatif berasal dari catatan lapangan.
15
membandingkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) dengan nilai alpha ( ) . Nilai alpha ( ) adalah 0,05 dan
c) melakukan analisis data dengan uji-t sampel berpasangan, langkah-langkah perhitungan adalah:
(1) menentukan selisih data sesudah dan sebelum; (2) menghitung standar deviasi dari selisih data; (3)
menghitung t-hitung dengan rumus.
d) membandingkan t-hitung dengan t-tabel .
e) menentukan daerah keputusan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Addison Wesley Longman.Abbas, N. (2000). Penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem-based instruction) dalam pembelajaran matematika di SMU. [Online]. Tersedia:
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/51/040429%20-ed-%20nurhayati-pererapan%20model
%20pembelajaran.pdf
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Branca, NA.(2004). Problem solving as agoal, process, and basic skill. In Stephen Krulik dan Robert E. Rey
(Ed). Problem solving in school mathematics, (p.3-8), NCTM.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. RinekaCipta
Fauzan, Ahmad. 2008. Problematika Pembelajaran Matematika dan alternatif penyelesaiannya. Padang.
Herlina. 2016. The Improvement Of Mathematics Communication For Junior High School Students Through
Contextual Mathematics Learning.
Jihad, Asep,dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo
John Willey& Sons Inc.National Council of Teachers of Mathematics (2000). Curriculum and evaluation
standard forschool mathematics.
Krisdiana, Ika, dkk. 2014. Analisis Kesulitan yang Dihadap oleh Guru dan Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama dalam Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Matematika (Studi
Kasus Eks-Karesidenan Madiun). JIPM (Jurnal Ilm. Pendidik. Mat., vol. 3, no. 1.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar. 2013. Panduan Teknis Memahami Buku Siswa dan Buku Guru dalam Pembelajaran di
Sekolah Dasar.
Kemp, Morrison, & Ross, 1994.Designing Effective Instruction. Merril.
Nahel, Bintu. 2012. Pengertian Buku Siswa. (Online),
(http://www.id.shvoong.com/socialsciences/education/2251813pengertian-buku-siswa/, diakses 26
Desember 2020).
Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media.
Muliyardi. 2002.Strategi Pembelajaran Matematika, Padang: FMIPA UNP, h.127.
Mulyadi, E. 2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ploomp. 2013. Educational Design Research: an Introduction. Dalam Tjeerd Plomp dan Nienke
Nieveen (Ed.). An Introduction to Educational Design Research. Enschede: SLO•Netherlands
Institute for Curriculum Development
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Prubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
22
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sujarwo. 2008. Desain sistem pembelajaran. No. 2008, pp. 1–18.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara.
Ratumanan, Tanwey Gerson, dkk. 2019. Analisis Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013
Pada Sma Negeri 1 Masohi. JUMADIKA J. Magister Pendidik. Mat., vol. 1, no. 1, pp. 25–34.
Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada membantu guru mengembangkan kompetensinya dalam
pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Tarsito: Bandung.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. (Jakarta: PT Bumi Aksara).
Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.
Sumarmo, U. (1994). Suatu alternatif pengajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
guru dan siswa SMP. Laporan penelitian. Bandung: IKIP (tidak dipublikasikan).
Slavin, R.E. (1994). The PQ4R Method Was Development. Educational Psychology: Theory and Practice.
Boston:
Sinaga. (1999). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk peningkatan kemampuan komunikasi
dan pemeahan masalah matematis siswa. Thesis SPS UPI Bandung