Anda di halaman 1dari 24

GEOMETRI NETRAL

(Tugas Mata Kuliah Geometri Aksiomatis)

Oleh :
1. Devi Putri Permatasari (1213021016)
2. Lusi Armina (1213021034)
3. Meliza Nopia (1213021040)
4. Tika Rahayu (1213021070)
5. Zulfitriani (1213021080)

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2014
BAB I

PENDAHULUAN

Matematika pada hakikatnya adalah sebagai kumpulan sistem aksiomatis.


Konsep-konsepnya tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis,
mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling
kompleks. Salah satu kelompok anggota kumpulan sistem atau struktur
matematika yang akan dibahas pada makalah ini adalah Geometri, yang salah satu
di antaranya adalah Geometri Netral.

Geometri netral lahir setelah Gerolamo Saccheri (1667-1733, dari Italia), berusaha
membuktikan bahwa postulat sejajar euclid adalah sebuah teorema yang dapat
dibuktikan dengan berdasar pada postulat euclid. Namun, Saccheri tidak berhasil
membuktikan hal tersebut. Ternyata usaha ini menjadi awal dari geometri netral.
Geometri netral disebut juga geometri absolut.

Setiap teorema dalam geometri euclides yang dalam pembuktiannya tidak


berdasarkan pada postulat paralel euclid merupakan bagian dari geometri netral.
Untuk membuktikan teorema-teorema geometri netral yang tidak berdasarkan
pada postulat paralel euclid tersebut, maka dalam makalah ini akan diuraikan
teorema-teorema dan bukti-bukti pada geometri netral.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geometri Netral

Geometri netral adalah geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma


insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas
garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes.

2.2 Teorema-teorema Geometri Netral

Pada geometri netral terdapat teorema sebagai berikut:

“melalui satu titik dapat dibuat hanya satu garis yang tegak lurus pada suatu garis
yang diketahui’.

Teorema 1:

Jika dua garis terletak pada satu bidang dan keduanya tegak lurus pada garis
ketiga maka kedua garis semula adalah sejajar.

Bukti:

1. Misalkan L1, L2, dan T adalah tiga garis itu, dengan L1 tegak lurus T di P, dan
L2 tegak lurus T di Q.
T

P L1

Q L2

2. Karena L1 dan L2 terletak sebidang, maka ada tiga kemungkinan tentang L1 dan
L2 , dan hanya satu yang berlaku, yaitu :
(i). L1 = L2
(ii). L1 memotong L2
(iii). L1 // L2

3. Jika L1 = L2 maka hanya ada satu garis yang tegak lurus. Padahal ada dua garis
yang tegak lurus. Jadi tidak mungkin L1 = L2.

4. Jika L1 memotong L2, sebutlah di titik R ini berarti ada dua garis yang melalui
R yang tegak lurus pada T. Sedangkan menurut teorema (tidak dibuktikan), “
melalui satu titik dapat dibuat hanya satu garis yang tegak lurus pada garis
lain.” Karena itu, tidak mungkin L1 memotong L2 di R.

Berdasarkan langkah ke 2 karena tidak mungkin L1 = L2 maupun L1 memotong L2


maka haruslah berlaku L1 // L2. Maka terbukti bahwa jika dua garis terletak pada
satu bidang dan keduanya tegak lurus pada garis ketiga maka kedua garis semula
adalah sejajar.

Teorema 2 :
Jika ada satu titik yang tidak terletak pada sebuah garis, maka paling sedikit ada
satu garis yang melalui titik tadi serta sejajar dengan garis yang diketahui.
Bukti :
1. Misalkan titik P tidak terletak pada garis L dan keduanya terletak pada satu
bidang V.

L1

P L2

2. Jelas ada sebuah L1 yang melalui P dan tegak lurus L(berdasarkan teorema
yang digunakan pada langkah 4 bukti teorema 1).
3. Berdasarkan teorema yang sama, dari P dapat dibuat garis L2 yang tegak lurus
L1.
4. Sekarang L2 melalui P dan L2 tegak lurus L1; sedangkan L tegak lurus L1 maka
L2 sejajar L.
5. Berdasarkan teorema 1 diatas, disimpulkan bahwa ada garis yang melalui P dan
sejajar L, yaitu garis L2. (terbukti).

Untuk mengikuti langkah-langkah dalam pembuktian berikutnya, gambar berikut


dapat dijadikan acuan T

A 2 3 P B L1
1 4

3 2

C 4 1Q D L2
Pada gambar tersebut, L1 dan L2 adalah garis-garis yang terletak pada satu bidang
sedangkan T adalah garis yang memotong L1 di P, dan memotong L2 di Q. T
dinamakan transversal. P1 dan Q2 adalah sudut-sudut dalam berseberangan.
Demikian juga Q3 dan P4. Dengan notasi lain, sudut APQ dan sudut PQD adalah
sudut-sudut dalam berseberangan, begitu pula sudut CQP dan sudut QPB.
Teorema sudut luar segitiga adalah sbb:

“ sudut luar suatu segi tiga selalu lebih besar dari pada sudut dalam yang
berjauhan.”

Bukti:

Misalkan ada segitiga ABC dan sisi BC diperpanjang sampai ke D. Katakan


bahwa sudut luar ACD lebih besar daripada sudut dalam berjauhan yaitu sudut
CBA dan sudut BAC.

Bagi dua sama besar AC di E. Hubungkanlah BE dan perpanjangkan sampai ke F,


dengan membuat EF sama dengan BE. Hubungkan FC, dan perpanjangkan AC
sampai ke G.Karena AE sama dengan EC, dan BE sama dengan EF, maka kedua
sisi AE, EB berturut-turut A sama dengan CE dan EF, demikian juga sudut AEB
sama dengan sudut FEC sebagai sudut-sudut yang bertolak belakang. Karena itu
alas AB sama dengan alas FC, dan segitiga ABE sama dengan segitiga CFE, dan
sudut-sudut lainnya yang bersesuaian akan sama, yaitu sudut-sudut dihadapan
sisi-sisi yang sama. Karena itu sudut BAE sama dengan sudut FCE
Tetapi sudut ECD lebih besar dari sudut ECF, karena itu sudut ACD lebih besar
dari sudut BAE. Dengan cara yang sama, jika AB dibagi dua sama besar, maka
sudut BCG, yaitu sudut ACD dapat dibuktikan lebih besar dari sudut ABC.
Karena itu, dalam setiap segitiga, jika salah satu sisinya diperpanjang, maka sudut
luar akan lebih besar dari setiap sudut dalam yang berjauhan.

Teorema 3:

Diketahui dua garis dan sebuah transversal, jika sepasang sudut dalam
berseberangan kongruens (ukuran susutnya sama), maka dua garis semula sejajar.

Bukti:

A P1 2 B L1

4 3

R 1 2

C Q4 3 D L2

1. Misalkan kedua garis itu adalah L1 dan L2, dan transversalnya adalah T.
2. Ambillah sudut APQ kongruen sudut PQD.
3. Kita harus menunjukkan bahwa L1 sejajar L2, artinya tidak mungkin L1
memotong L2. Dalam pembuktian ini akan digunakan teorema sudut luar dari
suatu segitiga, yaitu: “sudut luar dari suatu segi tiga selalu lebih besar dari pada
sudut dalam yang berjauhan.” Pada gambar berikut sudut DBC adalah sudut
luar adari segitiga ABC. Maka sudut DBC > sudut BAC dan sudut DBC >
sudut BCA.
C

A B D
4. Misalkan L1 dan L2 berpotongan di R. Maka terbentuklah sebuah segitiga
PQR. Pandanglah sudut PQD sebagai sudut luar, dan sudut APQ sebagai sudut
dalam yang berjauhan.
5. Menurut teorema sudut luar, haruslah berlaku bahwa sudut PQD > sudut APQ.
Tetapi hal ini bertentangan dengan apa yang diketahui (hipotesis) bahwa sudut
APQ kongruen sudut PQD.
6. Dengan demikian maka tidak mungkin L1 memotong L2 di R, maka haruslah
L1 sejajar L2.

Pada gambar diatas sudut P1 dan sudut Q1 disebut sudut-sudut sehadap. Demikian
juga pasangan sudut P3 dan sudut Q3. Sedangkan sudut P4 dan sudut Q2 disebut
sudut-sudut dalam berseberangan, pasangan sudut P2 dan Q3 sudut luar sepihak.

Teorema 4:

Diketahui dua garis dan sebuah transversal. Jika sepasang sudut-sudut sehadap
sama, maka sepasang sudut-sudut dalam berseberangan sama juga.

Diketahui: garis k sejajar garis l dan dipotong oleh garis transversal m

Akan dibuktikan: 1. ∠P1 = ∠Q1, ∠P2 = ∠Q2, ∠P3 = ∠Q3, ∠P4 = ∠Q4
2. ∠P3 = ∠Q1 , ∠P4 = ∠Q2
Bukti :
i. Sudut – sudut sehadap :
misal ∠Q4 > ∠ P4 , maka garis k dan l berpotongan dan akan membentuk
segitiga.padahal di ketahui garis k ∥ l . Pengandaian salah, jadi ∠P4 = ∠Q4
∠P1 + ∠P4 = sudut lurus
∠Q1 + ∠Q4 = sudut lurus
Aksioma 1.
∠P1 + ∠P4 = ∠Q1 + ∠Q4
∠P1 + ∠Q4 = ∠Q1 + ∠Q4
Aksioma 3. kedua ruas di kurangi dengan ∠Q4
∠P1 + ∠Q4 - ∠Q4 = ∠Q1 + ∠Q4 - ∠Q4
∠P1 = ∠Q1
∠P1 + ∠ P2 = sudut lurus
∠Q1 + ∠Q2 = sudut lurus
Aksioma 1.
∠P1 + ∠P2 = ∠Q1 + ∠Q2
∠P1 + ∠P2 = ∠P1 + ∠Q2
Aksioma 3. kedua ruas di kurangi dengan ∠P1
∠P1 + ∠P2 - ∠P1 = ∠P1 + ∠Q2 - ∠P1
∠P2 = ∠Q2
∠P3 + ∠P4 = sudut lurus
∠Q3 + ∠Q4 = sudut lurus
Aksioma 1.
∠P3 + ∠P4 = ∠Q3 + ∠Q4
∠P3 + ∠Q4 = ∠Q3 + ∠Q4
Aksioma 3. kedua ruas di kurangi dengan ∠Q4
∠P3 + ∠Q4 - ∠Q4 = ∠Q3 + ∠Q4 - ∠Q4
∠P3 = ∠Q3

ii. Sudut dalam berseberangan :


∠Q1 = ∠ P1 (sudut sehadap) ∠ P4 = ∠Q4 ( sudut sehadap)
∠ P3 = ∠ P1 (sudut bertolak belakang) ∠Q4 = ∠Q2 (bertolak
belakang)
∠P3 = ∠Q1 (Aksioma 1) ∠P4 = ∠Q2 (Aksioma 1)

Terbukti.

Teorema 5:

Diketahui dua garis dan sebuah transversal. Jika sepasang sudut-sudut sehadap
sama, maka kedua garis semula akan sejajar.

Diketahui : 2 garis k dan l yang dipotong garis transversal m di titik P dan Q


sedemikian hingga :
∠P3 = ∠Q1
∠P4 = ∠Q2

Akan dibuktikan: k ∥ l ?
Bukti:
Andai k tidak sejajar dengan l , k dan l akan berpotongan di titik n.

Dari gambar diatas diperoleh: titik P, Q dan N membentuk suatu segitiga PQN
Teorema 7. sudut di luar segitiga lebih besar dari sudut di daalam segitiga yang
tidak bersisian dengan sudut luar.
∠P1 > ∠Q1 dan ∠Q4 > ∠P4
∠P1 = ∠P3 ( bertolak belakang )
Teorema 1. Sudut yang bertolak belakang besarnya sama
∠P3 = ∠P1 ∠P4 = ∠P2
∠Q3 = ∠Q1 ∠Q4 = ∠Q2
Teorema 1.
∠P1 > ∠Q1 ∠Q4 > ∠P4
∠P3 > ∠Q1 ∠Q2 > ∠P4
Terjadi kontradiksi karena telah diketahui bahwa ∠P3 = ∠Q1 dan
∠P4 = ∠Q2, maka terbukti bahwa k ∥ l .

2.3 Segiempat Saccheri

Disebut segiempat Saccheri karena untuk menghormati sumbangsih Gerolamo


Saccheri yang telah tercatat hampir menemukan geometri non-Euclid. Saccheri
mengkonstruksi sebuah segiempat yang kemudian dikenal dengan nama
segiempat saccheri.

Ciri-ciri segiempat saccheri :

a. Sudut A ≡ sudut B
b. AB ≡ DC
AD disebut alas bawah.
BC disebut alas atas.
Sudut A dan sudut D disebut alas bawah
Sudut B dan sudut C disebut sudut alas atas

Saccheri menarik garis yang tegak lurus pada ujung-ujung dua buah segmen garis
yang saling sejajar. Bangun yang terbentuk ini disebut sebagai segiempat saccheri.
B C

A D

Teorema 1
Segiempat saccheri adalah segiempat ABCD dengan AB sebagai alasnya, AD dan
BC adalah kaki-kakinya sedemikian sehingga AD = BC .
<A dan <B merupakan sudut siku-siku.

D C

A B
<A dan <B dinamakan sudut alas dan <C dan < D dinamakan sudut puncak.

Misalkan ABCD adalah segiempat Saccheri dengan AD = BC dan A = B = 90°.


Saccheri mampu membuktikan C = D. Dan selanjutnya mempertimbangkan tiga
kemungkinan mengenai sudut C dan sudut D.
1. Hipotesis sudut siku-siku (C = D = 90°)
2. Hipotesis sudut tumpul (C = D > 90°)
3. Hipotesis sudut lancip (C = D < 90°)

D C

A B
Teorema 2
Sudut puncak saccheri adalah sama (dengan menggunakan kelima postulat).
Bukti :
Perhatikan ΔDAB dan ΔCBA
<DAB = <CBA = 90° , AD = BC , AB adalah garis lurus.
S.Sd.S postulat, ΔDAB dan ΔCBA adalah kongruen.
Perhatikan juga ΔACD dan ΔBDC
Dimana AD = BC, AC = BD, CD adalah garis lurus.
Dengan S.S.S postulat, ΔACD dan ΔBDC adalah kongruen.
Juga ΔACD = ΔBDC, sehingga OD = OC dan OB = OA.

Teorema 3
Garis yang menghubungkan titik-titik tengah dari dasar dan puncak tegak lurus
terhadap keduanya.
Bukti :
M adalah titik tengah AB dan N adalah titik tengah DC.
Dengan teorema sebelumnya OD = OC,
DN = CN, dan ON = OM.

N
D C

A B
M

Dengan S.S.S postulat, ΔOCN dan ΔODN adalah kongruen. Sehingga <CNO =
<DNO = 90°, yaitu ON tegak lurus terhadap CD. Dengan demikian, ΔOAM =
ΔOBM adalah kongruen. Sehingga <OAM = <OBM = 90°, yaitu OM tegak lurus
terhadap AB. Selain itu, <CNO = <DON, <COB = <DOA, <BOM = <AOM.
Jadi, <CON + <COB + <BOM = <DON + <DOA + <AOM = 180°. MON adalah
garis lurus, dimana MN tegak lurus terhadap AB dan CD.

Teorema 4
Pada segiempat Saccheri, sudut-sudut atasnya sama besar.

Bukti :
 Misal diketahui segiempat ABCD. D C
 Tarik diagonal AC dan BD sehingga
terbentuk dua segitiga, yaitu ΔABD
dan ΔBAC.
A B
 Pandang ΔABD dan ΔBAC
AD = BC .........definisi 1
<A = <B .........definisi 1
AB = AB ..........Berhimpit
Berdasarkan S.Sd.S postulat, maka ΔABD ≡ ΔBAC
Akibatnya AC = BD

 Pandang ΔACD dan ΔBDC


AD = BC ........definisi 1
AC = BD ........akibat dari ΔABD ≡ ΔBAC
DC = DC .........berhimpit
Berdasarkan S.Sd.S maka ΔACD ≡ ΔBDC , akibatnya <D = <C.

Jadi, terbukti bahwa sudut-sudut atas segiempat Saccheri sama besar.

Teorema 5
Pada segiempat Saccheri, sudut-sudut atasnya lancip.
Bukti :
 Berdasarkan Akibat 1 Teorema 3, yaitu jumlah besar sudut-sudut dalam
segiempat kurang dari 360°. Maka,
<A + <B + <C + <D < 360°
90° + 90° + <C + <D < 360° ......Definisi 1
<C + <D < 180°
2 <C < 180° ...... Teorema 4
<C < 90°
Jadi, terbukti bahwa <C dan <D adalah lancip.

2.4 Geometri Lobachevsky

Geometri Lobachevsky disebut juga geometri Hiperbolik. Penamaan geometri


Lobachevsky ini untuk memudahkan dan mengingat N.J. Lobachevsky (1793-
1860) seorang profesor matematika dari Rusia, yang telah membaktikan dirinya
untuk geometri ini. Selain Lobachevsky, juga ada J. Bolyai (1802-1860), seorang
perwira angkatan darat Hongaria, dan Gauss (1777-1855), ahli matematika dari
Jerman. Sekitar tahun 1830, mereka mengembangkan teori geometri yang
didasarkan pada pertentangan dari postulat kesejajaran Euclides. Mereka bekerja
sendiri-sendiri.

Postulat kesejajaran Lobachevsky :

Jika sebuah titik terletak tidak pada suatu garis, maka terdapat paling sedikit dua
garis yang dapat ditarik melalui titik itu serta sejajar dengan garis tadi.

L
Garis A // L dan garis b // l. Garis A dan garis B berpotongan di titik P.

Geometri Lobachevsky tidak mengenal atau menerima teorema apapun yang


peturunannya menggunakan postulat kesejajaran Euclides. Pernyataan berikut
yang tidak diterima dalam geometri Lobachevsky :

 Jumlah ukuran sudut-sudut dalam sebuah segitiga adalah 1800.


 Ada segiempat yang bernama empat persegipanjang.
 Ada segitiga-segitiga yang sebangun.

Beberapa teorema dalam geometri Lobachevsky sebagai berikut :

Teorema L1 : Terdapat segitiga dengan jumlah ukuran sudut-sudutnya kurang


dari 1800.

Bukti :

Buat garis L dan titik P tidak pada L. kita memperoleh garis M melalui P sejajar
L. PQ tegak lurus ke L pada Q dan PQ tegak lurus M pada P. dengan postulat
kesejajaran Lobachevsky, ada garis lain N melalui P sejajar L. Salah satu sudut
yang dibentuk oleh N dengan PQ harus lancip. Ambil X titik di N sedemikian
sehingga sudut QPX lancip. Y titik di garis M pada sisi yang sama seperti titik X.

Andai a = sudut XPY maka sudut QPX = 900 – a.

Ambil R titik pada L, pada bagian PQ yang memuat X, sedemikian sehingga


sudut PRQ < a.

Perhatikan segitiga PQR, kita dapatkan :

Sudut PQR = 900


Sudut QRP = < a

Sudut RPQ < Sudut XPQ = 900 – a.

ditambahkan, kita peroleh

Sudut PQR + sudut QRP + sudut RPQ < 900 + a + 900 – a

Sudut PQR + sudut QRP + sudut RPQ < 1800.

Jadi segitiga PQR mempunyai jumlah sudut kurang dari 1800. (terbukti).

Teorema L2 : Jumlah ukuran sudut dari suatu segitiga adalah kurang 1800.

Bukti :

Menurut akibat teorema (geometri netral) :

Jika ada sebuah segitiga yang jumlah besar sudutnya kurang dari 1800, maka
setiap segitiga jumlah besar sudutnya juga kurang dari 1800…………… (1)

Menurut Teorema (geometri Lobachevsky) :

Ada sebuah segitiga yang jumlah besar sudutnya kurang dari 1800…… (2)

Berdasarkan (1) dan (2) maka jumlah besar sudut setiap segitiga kurang dari 1800.

Teorema L3 : Melalui sebuah titik diluar garis yang tidak memuat titik itu
terdapat tak terhingga garis yang sejajar dengan garis tadi.

Bukti :

Misal diketahui garis l dan titik P tidak pada l.

Gunakan teorema (sembarang garis keseluruhan termuat dalam interior dari


beberapa sudut), Misal R sembarang titik didalam interior sudut APB, maka garis
(PR termasuk titik P) secara keseluruhan termuat dalam interior sudut APB dan
sudut A’PB’. Dan PR tidak memotong l, karena l termuat didalam interior sudut
A’PB.
Dengan demikian PR sejajar l.

Akibatnya ada banyak gaaris tak berhingga seperti garis PR. (terbukti).

Teorema L4 : Jumlah ukuran sudut dalam setiap segiempat adalah jurang dari
3600.

Bukti :

Segiempat ABCD pada gambar diatas, jika dibuat garis yang menghubungkan
titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I dan segitiga II, berdasar
teorema L2 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga kurang dari 180°, maka
segiempat tersebut jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 360°.

Teorema L5 : Tidak ada empat persegipanjang.

Bukti :

Andaikan ada empat persegipanjang.

Maka dalam geometri netral jumlah besar sudut-sudut dalam setiap segitiga
adalah dua kali sudut siku-siku atau 180°. Hal ini bertentangan dengan teorema
L2 sebelumnya. Berarti pengandaian salah. Sehingga terbukti bahwa tidak ada
persegi panjang.

2.5 Geometri Riemann

Geometri Riemann berbeda dari geometri Euclides maupun geometri


Lobachevsky. Riemann memandang geometri dalam bentuk yang lebih luas dan
lebih umum. Geometri dipandangnya sebagai himpunan dai n-tripel terurut yang
dikombinasikan dengan aturan-aturan tertentu.

Tahun 1854 Riemann melalui teorinya dengan mengemukakan postulat berikut:

Postulat: tidak ada garis-garis sejajar yang terletak pada satu bidang.

Teori Riemann bukan hanya tidak menerima postulat kesejajaran Euclides,


bahkan juga postulat lainnya. Apabila dalam geometri netral ada garis-garis
sejajar yang eksistensinya tidak berdasarkan postulat kesejajaran Euclides, ini
juga ditolak oleh Riemann.

Sebelum melanjutkan pembahasan geometri Riemann, renungkan postulat pada


geometri netral berikut:

Jika dua garis terletak pada satu bidang dan keduanya tegak lurus pada garis
ketiga, maka kedua garis semula adalah sejajar.

atau

Dua garis yang terletak sebidang dan tegak lurus pada sebuah garis akan sejajar.

Dalam geometri netral, teorema tersebut dibuktikan menggunakan teorema


tentang sudut-sudut luar segitiga. Berikut adalah pembuktian yang tidak
menggunakan teorema sudut luar. Pembuktian ini kemudian dianalisis agar
ditemukan hal-hal yang menimbulkan masalah.

Diketahui : garis L dan garis M berlainan.

Garis L dan garis M tegal lurus terhadap garis N.

Buktikan : L // M

Bukti :
L M C

L M

N A B

A B C’

Misalkan L dan N berpotongan di A, serta M dan N berpotongan di B.

Andaikan garis L dan M tidak sejajar, dan misalkan perpotongannya adalah titik
C.

1. Pada garis L buatlah segmen AC’ yang sama panjang dengan segmen AC.
(Pada suatu garis dapat dibuat sebuah segmen yang sama panjang dengan
segmen yang diketahui)
2. Tarik garis BC’. (melalui dua titik dapat dibuat suatu garis)
3. ∆ ABC ≅ ∆ ABC’
(sifat kongruensi: sisi-sudut-sisi) AC ≅ AC’, ∠ BAC ≅ ∠ BAC’, AB ≅
AB
4. ∠ ABC ≅ ∠ ABC’ (unsur-unsur yang bersesuaian adalah kongruen)

Akibatnya ∠ ABC’ merupakan sudut siku-siku, sehingga garis BC dan


BC’ tegal lurus N di B.

5. Garis BC berimpit dengan garis BC’ (hanya ada satu garis yang tegak
lurus pada garis lain, melalui satu titik pada garis lain itu)
Dengan demikian garis AC dan BC atau garis L dan M mempunyai titik
persekutuan.

6. Kesimpulan: garis L dan M berimpit (dua titik menentukan hanya satu


garis)

Kesimpulan yang diperoleh bertentangan dengan yang diketahui, bahwa garis L


dan M berlainan, sehingga pengandaian L dan M tidak sejajar adalah salah, berarti
yang benar L dan M sejajar.

Jika kita akan memberlakukan postulat kesejajaran Riemann, maka teorema yang
telah dibuktikan diatas harus disingkirkan. Dengan demikian, satu dari prinsip-
prinsip yang digunakan dalam pembuktian di atas harus disingkirkan ( juga
postulat paralel Euclides). Namun sifat-sifat dasar tentang kongruensi segitiga dan
garis-garis tegak lurus dipandang wajar dan benar.

Langkah yang bermasalah adalah langkah ke-6, bahwa garis L dan M berimpit
dengan alasan L dan M secara bersamaan memuat titik C dan C’. Langkah ke-6
ini akan gagal jika C dan C’ sama (berimpit). Adakah prinsip geometri yang
membenarkan C dan C’ berimpit? Untuk menjamin C dan C’ berbeda diperlukan
postulat pemisah bidang (sebuah garis yang terletak pada suatu bidang
memisahkan bidang itu atas dua bagian yang berlawanan). Untuk menghindari
langkah ke-6 di atas, pertentangan C dan C’ sama atau berbeda menjadi tidak
bermasalah jika sifat dua titik menentukan satu garis tidak dipergunakan, artinya
dibolehkan berlakunya sifat dua garis berpotongan di dua titik.

Pembahasan di atas memberikan ilustrasi adanya dua teori geometri yang


berkaitan dengan postulat kesejajaran Riemann, yaitu:

a. Tiap dua garis berpotongan pada tepat satu titik, tetapi tidak ada garis yang
memisahkan bidang (menolak prinsip pemisah bidang)
→ geometri eliptik tunggal
b. Tiap dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan tiap garis memisahkan
bidang.
→ geometri eliptik ganda
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Geometri netral adalah geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma


insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas
garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes.

Geometri netral lahir setelah Gerolamo Saccheri (1667-1733, dari Italia), berusaha
membuktikan bahwa postulat sejajar euclid adalah sebuah teorema yang dapat
dibuktikan dengan berdasar pada postulat euclid. Namun, Saccheri tidak berhasil
membuktikan hal tersebut, dan hal ini merupakan awal dari geometri netral.

Dalam geometri netral terdapat pula suatu segiempat yang di kenal dengan
segiempat saccheri. Segiempat Saccheri disebut segiempat Saccheri karena untuk
menghormati sumbangsih Gerolamo Saccheri yang telah tercatat hampir
menemukan geometri non-Euclid. Saccheri mengkonstruksi sebuah segiempat
yang kemudian dikenal dengan nama segiempat saccheri.

Dalam geometri netral terdapat cabang geometri lain, yaitu geometri


Lobachevsky dan geometri Riemann.

Geometri Lobachevsky disebut juga geometri Hiperbolik. Penamaan geometri


Lobachevsky ini untuk memudahkan dan mengingat N.J. Lobachevsky (1793-
1860) seorang profesor matematika dari Rusia, yang telah membaktikan dirinya
untuk geometri ini.

Geometri Riemann berbeda dari geometri Euclides maupun geometri


Lobachevsky. Riemann memandang geometri dalam bentuk yang lebih luas dan
lebih umum. Geometri dipandangnya sebagai himpunan dai n-tripel terurut yang
dikombinasikan dengan aturan-aturan tertentu.
Daftar Pustaka

Coesamin, M.2008.Geometri Aksiomatis.Lampung: Universitas Lampung.

Purcell, E.J. dan Varberg, D. (1996). Kalkulus dan Geometri Analitis. Jakarta:
Erlangga.

http://lukman8.files.wordpress.com/2013/01/bab_7_geometri_netral.pdf

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=pnYhVKPvMM728QXw5YLADQ#q=
geometri+netral

Anda mungkin juga menyukai